PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMPN 9 BANDUNG.

(1)

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM

PEMBELAJARAN PENJAS DI SMPN 9 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

LUFI MULYANI INDRIASTUTI 1103623

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG

MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN

KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMPN 9

BANDUNG

Oleh

Lufi Mulyani Indriastuti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahrga dan Kesehatan

© Lufi Mulyani Indriastuti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN LUFI MULYANI INDRIASTUTI

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM

PEMBELAJARAN PENJAS DI SMPN 9 BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Yusuf Hidayat, M.Si NIP. 196808301999031001

Pembimbing II

Alit Rahmat, M.Pd NIP. 197208262005011007

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001


(4)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Lufi Mulyani Indriastuti NIM. 1103623. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Judul: Perbandingan Tingkat Disiplin Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bulutangkis Dan Karate Dalam Pembelajaran Penjas Di SMPN 9 Bandung.

Pembimbing I Yusuf Hidayat, M.Si. Pembimbing II Alit Rahmat, M.Pd. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ektrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif komparatif. Teknik pengambilan sampel adalah purposive

sampling. Populasinya adalah siswa SMPN 9 Bandung yang mengikuti

ekstrakurikuler bulutangkis dan karate. Sedangkan sampelnya sebanyak 15 siswa dari setiap ekstrakurikuler bulutangkis dan karate yang mengikuti lebih dari enam bulan latihan. Instrumen yang digunakan berupa angket dengan menggunakan Skala Likert. Berdasarkan uji validitas angket yang valid sebanyak 36 butir pernyataan dari 50 butir pernyataan. Hasil uji reliabilitas diperoleh hasil 0,855 dan masuk dalam kriteria reliabel. Hasil dari pengolahan dan analisis data diperoleh skor siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis sebesar 77,22% dan skor siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate sebesar 82,88%. Hasil tersebut diperkuat oleh uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dua pihak atau t-Test:

Two-Sample Assuming Equal Variances pada Microsoft Excel 2010 dimana nilai thitung

(2,32) > ttabel (2,048) maka H0 ditolak. Dengan demikian peneliti dapat

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat disiplin siswa yang mengikuti ektrakurikuler bulutangkis dan ektrakurikuler karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung.

Kata Kunci: Disiplin Siswa, Ekstrakurikuler, Bulutangkis, Karate, Pendidikan Jasmani


(5)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Lufi Mulyani Indriastuti Student Number. 1103623. Physical Health Education and Recreation Program. Title: The Comparison of Discipline Level Between Students of Extracurricular Badminton and Sudents of Extracurricular Karate in Physical Education Learning in SMPN 9 Bandung.

Supervisor I Yusuf Hidayat, M.Si. Supervisor II Alit Rahmat, M.Pd.

The purpose of this research is to discover whether there is a distinction in discipline level between students of extracurricular badminton and students of extracurricular karate in physical education learning in SMPN 9 Bandung. This research uses comparative descriptive methods. This research also uses purposive sampling technique for taking samples. The subject are students of SMPN 9 Bandung who join extracurricular badminton and karate. Therefore, the samples are 15 students from each extracurricular, who have attended more than six months practice. The instrument of this research is in the form of questionnaire that uses Likert Scale. Based on a validity test, only 36 questions are valid from 50 questions. The result from a reliability test is 0,855 and it includes in reliable

criteria. The results from processing and analysing data for students’ score who

join extracurricular badminton is 77,22%. Furthermore, the students’ score who

join extracurricular karate is 82,88%. These results are strengthened by hypothesis with t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances in Microsoft Excel 2010, where the value thitung (2,32) > ttabel (2,048), so that H0 is rejected. In conclusion, there are significant differences in discipline level between students of extracurricular badminton and students of extracurricular karate in physical education learning in SMPN 9 Bandung.

Keywords : Students’ Discipline, Extracurricular, Badminton, Karate, Physical Education


(6)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……….………... i

ABSTRAK ……….……….... ii

KATA PENGANTAR ……….………. iv UCAPAN TERIMA KASIH ……….... v

DAFTAR ISI ………... vii DAFTAR TABEL ………..………... x

DAFTAR GAMBAR ………..……….. xi DAFTAR LAMPIRAN ………..………... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah Penelitian ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Struktur Organisasi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran ...10

1. Pengertian Pembelajaran ...10

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ...11

B. Hakikat Pendidikan Jasmani ...14

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ...14

2. Tujuan Pendidikan Jasmani ...17

3. Manfaat Pendidikan Jasmani ...18

C. Hakikat Disiplin ...19

1. Pengertian Disiplin ...19

2. Pengertian Disiplin Belajar ...20

3. Perlunya Disiplin ...20

4. Fungsi Disiplin ...22

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin ...23

6. Unsur-Unsur Disiplin ...25

7. Indikator Disiplin ...26

D. Ekstrakurikuler ...26

1. Pengertian Ekstrakurikuler ...26

2. Tujuan Ekstrakurikuler ...27

3. Prinsip-Prinsip Ekstrakulikuler ...28


(7)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Permainan Bulutangkis ...30

1. Pengertian Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis ...30

2. Peraturan Permainan Bulutangkis ...34

3. Manfaat Permainan Bulutangkis ...39

F. Karate ...40

1. Pengertian Karate ...40

2. Teknik Karate ...41

3. Manfaat Karate ...43

G. Hubungan Ekstrakulikuler Bulutangkis dan Ekstrakulikuler Karate Dengan Disiplin ...43

H. Kerangka Pemikiran ...45

I. Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...49

B. Subjek Populasi dan Sampel Penelitian ...49

1. Populasi ...49

2. Sampel ...49

C. Metode Penelitian ...50

D. Definisi Operasional ...52

E. Desain Penelitian ...53

F. Langkah – Langkah Penelitian ...54

G. Instrumen penelitian ...56

1. Spesifikasi Data ...57

2. Penyusunan Angket ...58

H. Tehnik Pengumpulan Data ...60

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket ...60

1. Uji Coba Angket ...60

2. Uji Validitas ...61

3. Uji Reliabilitas...64

J. Prosedur Penelitian dan Analisis Data ...66

1. Menghitung Rata-Rata Simpangan Baku ...67

2. Presentase Rating Skala ...67

3. Uji Normalitas Data ...68

4. Uji Homogenitas...68

5. Uji Hipotesis...69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...70

1. Hasil Perhitungan Rata-Rata Simpangan Baku ...71

2. Presentase Rating Skala ...71


(8)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Uji Homogenitas...80 5. Uji Hipotesis...81 B. Pembahasan ...84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...89 B. Saran ...89

DAFTAR PUSTAKA ...91 LAMPIRAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...


(9)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1Jumlah Sampel Penelitian ... 50

3.2Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tingkat Disiplin Belajar Siswa ...57

3.3Katagori Pemberian Skor Alternatif Jawaban (Skala Likert) ...59

3.4Contoh Skala Model Likert ...59

3.5 Hasil Pengujian Uji Validitas Instrumen ...62

3.6Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ...66

4.1Data Hasil Penelitian Perbandingan Tingkat Disiplin Siswa Yang Mengikuti Ektrakurikuler Bulutangkis Dan Karate ...70

4.2Hasil Penghitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ...71

4.3Perolehan Skor Dimensi Waktu ...74

4.4Perolehan Skor Dimensi Perbuatan ...77

4.5Hasil Pengujian Normalitas Lilliefors Kedua Kelompok Ekstrakurikuler Bulutangkis Dan Karate ...80

4.6Hasil Pengujian Homogenitas ...81

4.7Hasil t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances ...82


(10)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Lapang Permainan Bulutangkis ...35

3.5Desain Penelitian ...54

3.6Langkah-Langkah Penelitian ...55

3.7Kategori Presentase Rating Skala ...68

4.1 Persentase Rating Skala Siswa Yang Mengikuti Ektrakurikuler Bulutangkis ...72

4.2Persentase Rating Skala Siswa Yang Mengikuti Ektrakurikuler Karate ...72

4.3 Diagram Batang Hasil Presentase Perolehan Skor Tingkat Disiplin Siswa Yang Mengikuti Ektrakurikuler Bulutangkis dan Karate ...73

4.4 Diagram Batang Dimensi Waktu ...76


(11)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Kisi-Kisi Angket ... C. Angket Sebeum Validasi ... D. Angket Setelah Validasi ... E. Tabel Penolong Menghitung Validitas ... F. Tabel Penolong Menghitung Reliabilitas 50 Soal ...

G. Tabel Penolong Menghitung Reliabilitas Dimensi Waktu 16 Soal ...

H. Tabel Penolong Menghitung Reliabilitas Dimensi Perbuatan 34 Soal ...

I. Penjabaran Penghitungan Uji Reliabilitas 50 Soal...

J. Penjabaran Penghitungan Uji Reliabilitas Dimensi Waktu 16 Soal ...

K. Penjabaran Penghitungan Uji Reliabilitas Dimensi Perbuatan 34 Soal ...

L. Data Penelitian Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bulutangkis ...

M. Data Penelitian Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Karate ...

N. Uji Normalitas dan Homogenitas ... O. Tabel Distribusi F ... P. Tabel Distribusi T ... Q. Tabel Distribusi L (Liliefors) ... R. Tabel Nilai-Nilai r Poduct Moment ... S. Surat Keputusan Judul Skripsi ... T. Surat Permohonan Ijin Penelitian... U. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ...


(12)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makna pendidikan apabila diartikan dalam suatu batasan tertentu maka dapat diartikan bermacam-macam dan memunculkan beragam pengertian. Pendidikan dalam arti sederhana adalah bentuk usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Piaget dalam (Juliantine, dkk, 2012, hlm. 7) mengemukakan bahwa

“Tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan individu menjadi

individu-individu yang kreatif, berdaya cipta, dan yang dapat menemukan atau discover.” Sedangkan dipaparkan pula oleh (Hasbullah 2011, hlm. 15) tujuan pendidikan dibedakan menjadi beberapa macam tujuan yaitu: tujuan nasional,

instruksional, kurikuler dan tujuan instruksional. Berikut ini adalah

pemaparannya.

1. Tujuan Nasional

Ini merupakan tujuan umum pendidikan nasional yang di dalamnya terkandung rumusan kualifikasi umum yang di harapkan dimiliki oleh setiap warga negara setelah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan nasional tertentu.


(13)

2

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tujuan Institusional

Ini merupakan tujuan lembaga pendidikan sebagai pengkhususan dari tujuan umum, yang berisi kualifikasi yang di harapkan diperoleh anak setelah menyelesaikam studinya di lembaga pendidikan tertentu.

3. Tujuan Kurikuler

Tujuan ini adalah penjabaran dari tujuan institusional, berisi kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh si terdidik setelah mengikuti program pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya tujuan untuk bidang studi sejarah kebudayaan islam, Bahasa Indonesia, PPKN dan sebagainya. Rumusannya terdapat dalam kurikulum suatu lembaga pendidikan tertentu.

4. Tujuan Instruksional

Rumusan tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan kurikuler, dan dibedakan menjadi Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan tujuan Instruksional Khusus (TIK). Tujuan Instruksional Umum (TIU) merupakan rumusan yang berisi kualifikasi sebagai pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki oleh anak didik atau siswa setelah mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu, namun belum dirumuskan secara khusus dalam bentuk perubahan tingkah laku siswa, yang mudah diamati dan tidak menimbulkan banyak interpretasi.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu landasan supaya potensi seorang individu dalam berbagai aspek semakin baik. Melalui proses pendidikan kepribadian seorang individu dapat berkembang sehingga mampu menunjukan perbedaan kemampuan dengan individu lainnya. Karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan mendalam terhadap terbentuknya suatu sumber daya manusia yang berkualitas untuk kesejahteraan suatu bangsa dan negara. Pendidikan sangat beragam tidak hanya diberikan dalam lingkup suatu instansi/sekolah, pendidikan pun terdapat di lingkungan masyarakat, keluarga, dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan individu baik mental, sosial serta intelektual yang dimilikinya. Salah satu pendidikan yang masuk dalam kurikulum di sekolah adalah pendidikan jasmani.


(14)

3

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan jasmani hadir sebagai salah satu alat pendidikan yang bukan hanya mengembangkan aktivitas fisik semata tetapi juga mencakup berbagai ranah kehidupan masyarakat dalam aspek keterampilan sosial, keterampilan emosional, wawasan dan pengetahuan serta perkembangan karakter yang diharapkan individu/siswa dapat memiliki perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Juliantine et al. (2012, hlm. 6) bahwa “penjas

merupakan alat pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik dan olahraga

sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.”

Siendotop (1991) (dalam Abduljabar, 2009, hlm. 5) mengatakan bahwa : Dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan melalui jasmani” yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: “pendidikan jasmani adalah pendidikan

dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani.” Dengan demikian, Freeman (2001,

hlm. 5) (dalam Abduljabar, 2011, hlm. 82) menyatakan pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok bagian, yaitu:

1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu beberapa

aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.

2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup

berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus didapat perbedaan yang mencolok.

3. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini,

tetapi keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, non fisikal pun bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga perkembangan kognitif dan afektif.

Dalam pembelajaran penjas tidak hanya sekedar bergerak atau berlari (psikomotor) tetapi penjas lebih dari itu. Di dalam penjas terdapat juga aspek kognitif dan afektif yang bermanfaat bagi kehidupan sosialnya. Aspek kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Sedangkan aspek afektif adalah ranah yang berkaitan dengan mental dan sikap, seperti memperhatikan, menerima,


(15)

4

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menanggapi, menghargai, mengatur, dan mengorganisasi. Ketiga ranah tersebut sejatinya ada di dalam mata pelajaran penjas, tetapi dari ketiga ranah tersebut aspek psikomotor mendapat bagian yang lebih besar karena berhubungan dengan aktivitas fisik yang menjadi tujuan utama dari penjas.

Tetapi di dalam proses pembelajaran penjas masih kurang mencerminkan suasana pembelajaran yang kondusif, salah satunya dikarenakan tingkat partisipasi siswa yang rendah dan minimnya tingkat kepatuhan siswa dalam mematuhi aturan-aturan yang ada dalam proses pembelajaran. Kepatuhan itu muncul karena adanya disiplin dari masing-masing siswa

Disiplin mempunyai dampak yang besar pada perilaku manusia. Tidak ada orang sukses yang hidupnya tidak disiplin, tidak komitmen dengan apa yang dilakukan. Disiplin adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sosok orang yang ingin sukses, tidak terkecuali dengan remaja yang ingin berhasil sekolahnya.

Seorang pakar psikologi Pridjodarminto (dalam Tu’u, 1994, hlm. 23)

mengatakan disiplin adalah:

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan, dan pengalaman.

Di sekolah cukup banyak kegiatan positif yang disediakan, diantaranya ada kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan tambahan. Intrakurikuler adalah kegiatan wajib yang harus diikuti oleh para siswa, sedangkan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang bisa dipilih oleh para siswa. Siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler tentunya memiliki kegiatan yang lebih banyak dan bervariasi. Siswa bisa ikut kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minatnya.

Salah satu ekstrakurikuler yang cukup digemari disekolah adalah bulutangkis dan karate. Bulutangkis termasuk kedalam olahraga permainan dan karate termasuk kedalam olahraga beladiri dari jepang. Dengan mengikuti kegiatan


(16)

5

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ekstrakurikuler selain akan meningkatkan kebugaran jasmani dan terhindar dari hal-hal yang negatif, ada hal lain yang bisa di dapat dalam ekstrakurikuler.

Dalam kegiatan bulutangkis siswa dituntut untuk terus berkonsentrasi penuh, fokus, dan tidak mudah menyerah. Selain itu kedisiplinan setiap pemain pun perlu dilatih agar setiap pemain tidak melakukan kesalahan yang bisa mengakibatkan kerugian dalam tim ataupun diri sendiri. Kedisiplinan dalam permainan bulutangkis saat bertanding sangat penting, pemain harus bisa mengikuti dan patuh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Kedisiplinan tidak hanya dibutuhkan dalam pertandingan, dalam latihan pun sangat penting. Siswa yang ikut kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis harus datang tepat waktu saat latihan, mengikuti program latihan dengan serius, sopan kepada pelatih dan teman, dan-lain.

Sedangkan dalam karate siswa juga dituntut mempunyai tingkat kedisiplinan. Olahraga beladiri yang para atlitnya harus bertarung langsung dengan lawannya. Tentunya karate memiliki tingkat resiko tinggi terhadap cedera. Jadi perlu disiplin yang tinggi untuk ikut olahraga karate agar bisa terhindar dari cedera. Dalam pertandingan karate terdapat peraturan-peraturan yang harus dipatuhi setiap atlit, agar bisa meraih poin maksimal dan bisa memenangkan pertandingan.

Sama seperti latihan bulutangkis, dalam karate pun diperlukan kedisiplinan. Datang tepat waktu, mengikuti program latihan dengan serius, sopan kepada pelatih dan teman, dan lain-lain. Dengan semua latihan diatas bisa membuat siswa yang ikut ekstrakurikuler bulutangkis dan karate memiliki tingkat disiplin yang tinggi.

Kegiatan yang terdapat dalam ekstrakurikuler diharapkan akan berdampak positif bagi siswa , tentunya siswa memiliki kedisiplinan yang baik. Karena dalam prosesnya bisa dilakukan dalam situasi yang berbeda dengan penjas.

Hasil temuan Wolf-Dietrich Brettschneider (1992) yang dikutip oleh Rusli

Lutan (2001) (dalam Tarigan, 2009, hlm. 69) menyatakan bahwa “anak muda

yang lebih aktif dalam olahraga memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatasi stress, gejala kenalakan dan penyimpangan prilaku remaja”.

Bulutangkis dan karate merupakan jenis olahraga yang berbeda. Tetapi kedua cabang olahraga ini dituntut untuk memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi agar


(17)

6

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhindar dari cedera dan bisa meraih prestasi yang maksimal. Kedua cabang olahraga ini mengajarkan kedisiplinan seperti, taat peraturan, disiplin dalam waktu, sopan dan santun kepada pelatih dan teman,dan mengikuti program latihan dengan serius.

Dengan ditanamnya sikap disiplin dalam kedua cabang olahraga tersebut, diharapkan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan karate bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan intrakurikuler disekolah tanpa adanya paksaan dari orang lain. Persoalanya adalah disiplin yang ditanamkan melalui bulutangkis dan karate apakah bisa dilakukan? Jika bisa, seberapa besar tingkat keberhasilannya. Dan apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga bulutangkis dan karate?

Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil kegiatan ekstrakurikuler untuk dijadikan bahan penelitian. Berdasarkan pengalaman ketika melakukan PLP (Program Latihan Profesi) terlihat bahwa kedisiplinan memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Maka berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Perbandingan Tingkat Disiplin Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bulutangkis Dan Karate Dalam Pembelajaran Penjas Di SMPN 9 Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang terkait dengan disiplin dalam lingkup penjas penting untuk diteliti, karena disiplin ini harus dimiliki oleh siswa dalam menjalani kehidupannya dimasa kini dan masa depannya. Disiplin memegang peranan yang cukup penting dalam mendukung hasil pembelajaran penjas secara keseluruhan.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai tingkat disiplin siswa yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan karate di SMPN 9 Bandung.


(18)

7

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Batasan Masalah Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian ini maka penulis membuat batasan masalah penelitian, yaitu:

1. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan tentang tingkat disiplin siswa

yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate di SMPN 9 Bandung

2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 9

Bandung yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 9

Bandung yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate selama minimal enam bulan

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraian di atas, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pelajaran penjas di SMPN 9

Bandung?”

E. Tujuan

Dalam penelitian terdapat tujuan penelitian. Agar penelitian terarah dan tidak menyimpang dari yang akan diteliti. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013,

hlm. 386) bahwa : “...tujuan disini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam

melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan.”

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung.


(19)

8

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Manfaat

Manfaat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Dalam penelitian ini mudah-mudah memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu

atau sumbangan informasi untuk guru Penjas SMP.

b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang

pembelajaran penjas di sekolah

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis hasil dari penelitian ini bisa dijadikan pedoman untuk

meningkatkan sikap disiplin siswa melalui mata pelajaran Penjas.

b. Untuk melatih dan mengembangkan keterampilan peneliti untuk


(20)

9

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Struktur Organisasi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulisan untuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka penulisan

(Sumber: Buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI, 2014) BAB I PENDAHULUAN

(latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian , batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan struktur organisasi)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

(berisi konsep-konsep dengan penelitian yang dilakukan tentang ekstrakurikuler bulutangkis, karate, dan tingkat disiplin siswa)

BAB III METODE PENELITIAN

(lokasi dan subjek penelitian/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, tehnik pengumpulan data, pelaksanaan

pengumpulan data, dan tehnik analisis data)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(analisis data dan pembahasan atau analisis temuan)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(21)

49

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian tentang perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ektrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas dilaksanakan di SMP Negeri 9 kota Bandung.

B. Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Seperti yang telah dijelaskan bahwa dalam melakukan penelitian perlu memperhatikan beberapa hal penting salah satunya adalah subjek penelitian atau populasi. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 117) mengemukakan bahwa

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi SMP Negeri 9 Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutngkis dan karate.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, menurut Sugiyono (2012, hlm. 120) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penenlitian ini adalah

sampling purposive. Sugiyono (2012, hlm. 126) “sampling purposive adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Penarikan sampel

secara purposif merupakan cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti. Jadi pengambilan subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi berdasarkan adanya tujuan tertentu.


(22)

50

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mempertimbangkan pengambilan sampel ditentukan sebagai berikut:

a. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler minimal enam bulan karena

pembentukan sikap seseorang dapat terbentuk dari aktivitas sama yang berulang-ulang dalam waktu yang sama.

b. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tidak berpindah-pindah dari

ekstrakurikuler satu ke ekstrakurikuler lain jadi harus menetap. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang sesuai dengan kriteria diatas ada 15 orang dari setiap cabang olahraga. Berikut jumlah sampel penelitian yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate di SMPN 9 Bandung.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Penelitian

No. Siswa SMPN 9 Bandung Jumlah

1 Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis 15 orang

2 Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate 15 orang

Jumlah 30 orang

C. Metode Penelitian

Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2012, hlm. 3) menyatakan ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Metode penelitian berkaitan dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan sehingga dihasilkan penelitian yang benar-benar ilmiah atas permasalahan-permasalahan penelitian. Menurut Surakhmad (1990, hlm. 131) :


(23)

51

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode adalah merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini di pergunakan setelah penyelidikan, memperhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.

Dari penjelasan diatas, dapat digambarkan bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai prosedur penelitian. Untuk menguji kebenaran suatu hipotesis diperlukan suatu metode penelitian. Metode yang digunakan tersebut harus sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Dalam Bab I penulis telah mengemukakan bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah tingkat disiplin siswa yang mengikuti ektrakurikuler bulutangkis dan karate.

Penentuan metode dalam penelitian adalah langkah yang sangat penting karena dapat menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian. Menurut Hikmat

(2011, hlm. 35) “Ketepatan menggunakan metode penelitian adalah tindakan yang

harus dilakukan oleh seorang peneliti jika menginginkan penelitiannya dapat

menjawab masalah dan menemukan kebenaran”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif komparatif. Penentuan dalam penggunaan penelitian deskriptif komparatif karena penelitian ini bertujuan meneliti satu variable yaitu disiplin dan dua kelompok sampel yang berbeda yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan ekstrskurikuler karate. Penelitian deskriptif

menurut Nasution (1987, hlm. 41) adalah “mengadakan deskripsi untuk gambaran

yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial”. Sedangkan Sudjana dan Ibrahim

(1989, hlm. 64) mengemukakan sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Sedangkan metode komparatif yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012, hlm. 60)


(24)

52

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda”. Metode

ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok tertentu dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi kelompok lain yang lebih besar dan hanya menarik kesimpulan dari sampel yang diteliti saja.

Dengan merujuk pendapat diatas maka penelitian deskriptif komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meneliti perbandingan satu variabel sikap disiplin dengan dua sampel yang berbeda yaitu sampel kelompok siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate. Dalam penelitian ini masalah yang diangkat adalah perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui hasilnya dengan jelas sehingga tujuan dalam penelitian ini akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang perlu dijelaskan sebagai pedoman dalam operasionalnya. Sehingga tidak menimbulkan penafsiran-penafsiran yang keliru yang dapat menjauhkan dari maksud dan tujuan penelitian ini. Variabel tersebut adalah sikap disiplin.

1. Pengertian disiplin dalam situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin)

adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Pendidikan Jasmani menurut Jeese Feiring Williams adalah sejumlah

aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan. Pendidikan jasmani yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan pembelajaran aktivitas jasmani yang dilakukan secara formal dan sistematis dengan menitikberatkan pada pengembangan kemampuan gerak, mental, dan sosial sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.


(25)

53

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Menurut Suharsimi Arikunto (1997, hlm. 57), kegiatan ekstrakurikuler

adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya

merupakan kegiatan pilihan. Yang dimaksud ekstrakurikuler dalam

penelitian ini adalah suatu kegiatan tambahan yang dilakukan di luar jam kegiatan kegiatan regular dengan tujuan memperluas pengetahuan siswa.

4. Permainan bulutangkis menurut Yusup Hidayat (2010, hlm. 1) adalah

suatu permainan yang saling berhadapan satu lawan satu atau dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan satelkok sebagai alat permainan, bersifat perseorangan yang dimainkan pada lapangan tertutup maupun terbuka dengan dan lapangan permainan berupa lapangan yang datar terbuat dari lantai beton, kayu atau karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan dan dibatasi oleh net pada tengah lapangan permainan.

5. Pengertian karate dalam situs

(http://www.pbforki.org/index.php?option=com_content&view=article&i d=139:definisi-karate&catid=62:article&Itemid=58) adalah sebuah seni bela diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata.

E. Desain Penelitian

Untuk dapat mengungkap masalah yang berhubungan dengan ekstrakurikuler bulutangkis dan karate terhadap tingkat disiplin siswa, maka dibuat desain penelitian. Desain penelitian berfungsi sebagai petunjuk atau arah penelitian agar tidak keluar dari masalah yang diteliti.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan sebagai penyebab salah satu faktor dalam penelitian, yaitu siswa yang mengikuti ektrakurikuler bulutangkis dan karate. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi yaitu sikap disiplin siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada desain penelitian dibawah ini.


(26)

54

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Desain Penelitian

Gambar 3.1

Keterangan:

X1 : Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis

X2 : Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate

Y : Sikap disiplin

F. Langkah – Langkah Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti menyusun langkah langkah sebagai berikut :

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari siswa siswi

SMPN 9 Bandung yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan karate.

2. Kemudian dilakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket

terhadap dua kelompok tersebut.

3. Setelah didapat hasil pengetesan dari kedua kelompok, langkah

selanjutnya adalah lakukan pengolahan dan menganalisa data.

4. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil

pengolahan dan analisis data tersebut. X2

Y1 X1


(27)

55

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengenai langkah-langkah penelitian diatas, peneliti mencoba menjelaskan dalam bentuk bagan seperti dapat dilihat pada bagan 3.2 berikut:

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penelitian Populasi

Sampel

Kelompok A Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

bulutangkis

Kelompok B Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

karate

Pengambilan data dengan menggunakan angket

Hasil tes kelompok A Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

bulutangkis

Hasil tes kelompok B Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

karate

Pengolahan data

Analisis data


(28)

56

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. instrumen akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data yang akurat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Sehubungan dengan angket oleh Arikunto (2010, hlm. 195)

sebagai berikut “kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.

Kuesioner dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang dari cara menjawab. Pembagian dari sudut pandang tersebut dibagi menjadi dua macam yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Pengertian dari kedua tersebut menurut Arikunto (2010, hlm. 195) adalah:

1. Kuesioner terbuka adalah memberi kesempatan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimat sendiri.

2. Kuesioner tertutup adalah jawaban sudah disediakan sehingga responden

tinggal memilih

Sesuai dengan pengertian diatas maka penulis memilih kuesioner tertutup, agar memudahkan responden mengisi kuesioner. Kesimpulan yang didapat berdasarkan uraian diatas, angket adalah sejumlah pertanyaan yang ditulis kemudian harus diisi oleh koresponden yang dipilih agar mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup, maksudnya angket yang disusun pertanyaan disertai dengan jawaban yang sudah disediakan, sehingga koresponden hanya tinggal memilih jawaban dikolom yang sudah disediakan. Dengan demikian hasil jawaban dari koresponden tidak berupa uraian tetapi hanya berupa poin-poin yang dipilih oleh koresponden.

Prinsip penulisan angket menurut uma sekaran (1992) dalam buku Sugiyono (2014, hlm. 200) adalah sebagai berikut :

1. Isi dan tujuan pertanyaan

2. Bahasa yang digunakan


(29)

57

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Pertanyaan tidak mendua

5. Tidak menanyakan yang sudah lupa

6. Pertanyaan tidak menggiring

7. Panjang pertanyaan

8. Urutan pertanyaan

9. Prinsip pengukuran

10. Penampilan fisik angket

Langkah – langkah penyusunan angket:

1. Melakukan spesifikasi data

Dibagian ini penulis menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur, untuk mempermudah penyusunan, penulis menyusunnya dalam bentuk kisi-kisi atau indikator angket. Seperti yang telah diterangkan bahwa bulutangkis dan karate memiliki banyak nilai-nilai sosial yang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam berinteraksi di dalam kehidupan sehari-harinya salah satunya adalah sikap disiplin. Selain itu indikator-indikator ini dibuat untuk mempermudah penulis dalam menyusun butir-butir pernyataan angket.

Dalam penyusunan angket diperlukan indikator dari para ahli dan kisi-kisi angket. Menurut penulis pendapat ahli Prijodarminto dan Hardlock jika digabungkan kesimpulannya akan sama seperti apa yang dijelaskan oleh A.S

Moenir dalam situs

(eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%20-08520244045.pdf) indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

tingkat disiplin belajar siswa berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tingkat Disiplin Belajar Siswa

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NOMOR

+ -

Disiplin belajar sisiwa

Waktu 1. Tepat waktu

dalam mengikuti pembelajaran

1, 21, 34

22, 39, 45


(30)

58

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tidak

meninggalkan kelas / membolos saat pelajaran

24,36, 43

17,41, 42

3. Tepat waktu

dalam

mengumpulkan tugas (sesuai waktu yang ditetapkan)

2, 27 3, 19

Perbuatan 1. Patuh dalam

mengerjakan tugas 7, 8, 20, 29 9, 10, 28, 30

2. Patuh kepada

guru penjas 4, 33, 44 5, 26, 6 3. Tertib menggunakan pakaian

11, 46 12, 13

4. Tertib menggunakan sarana dan prasarana saat pembelajaran 14,37, 50 15,16, 32

5. Patuh pada tata

tertib pembelajaran 25,35, 47,48, 49 18,23, 38,40, 31

2. Penyusunan Angket

Indikator indikator yang telah dirumuskan kedalam kisi-kisi tersebut selanjutnya dijadikan bahan penyusun butir-butir pertanyaan atau soal angket. Mengenai alternatif jawaban, peneliti menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 134) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,


(31)

59

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat yang positif sampai sangat negatif dan memiliki interval dari 3,4,5,6,7. Peneliti menggunakan lima interval, adapun pemberian bobot tersebut sebagai berikut: kategori untuk setiap butir pertanyaan positif yaitu, Sangat Sering = 5, Sering = 4, Ragu-Ragu = 3, Jarang = 2, Tidak Pernah = 1. Sedangkan untuk kategori pernyataan negatif yaitu, Sangat Sering = 1, Sering = 2, Ragu-Ragu = 3, Jarang = 4, Tidak Pernah = 5.

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban (Skala Likert)

Alternatif jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif (+) Negatif (-)

Sangat Sering 5 1

Sering 4 2

Ragu-Ragu 3 3

Jarang 2 4

Tidak Pernah 1 5

Tabel 3.4

Contoh Skala Model Likert

Keterangan:

SS : Sangat Sering

S : Sering

RR : Ragu-Ragu

Saya selalu membantu menyiapkan peralatan pembelajaran


(32)

60

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

J : Jarang

TP : Tidak Pernah

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa kuesioner dan skala likert yang dipilih sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu tentang perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate.

H. Tehnik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013) terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Teknik pengambilan data ini digunakan karena ruang lingkup yang tidak terlalu luas sehingga kuisioner dapat diantarkan langsung dalam waktu yang tidak terlalu lama selain itu peneliti mengetahui variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket 1. Uji Coba Angket

Angket yang telah disusun harus diuji untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir-butir pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini. Uji coba instrumen tersebut bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu tes berupa angket dan apakah tes berupa angket tersebut cocok atau tidaknya digunakan dalam penelitian tentang perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung.


(33)

61

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun tujuan uji coba angket menurut Arikunto (2006, hlm. 166) adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui tingkat kepahaman instrumen, apakah responden

tidak menemukan kesulitan dalam menangkap maksud penelitian

b) Untuk mengetahui teknik yang paling efektif

c) Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam

mengisi angket

d) Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera dalam angket

sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.

Untuk itu uji coba angket ini dilaksanakan kepada siswa/siswi yang berjumlah 30 orang. Sebelum para sampel mengisi angket tersebut, penulis memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya.

2. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Arikunto (2011, hlm. 97)

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”.

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah di uji cobakan ditempuh langkah-langkah berikut:

a) Memberikan skor pada masing-masing butir pertanyaan

b) Memberikan skor untuk keseluruhan jumlah butir pertanyaan

c) Menyusun skor dari skor yang didapat

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketetapan alat ukur terhadap konsep yang di ukur. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus sebagai berikut:

= � − ( )

� 2 − 2 {( 2 − 2}


(34)

62

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y

N : Jumlah subjek atau responden

X : Skor butir

Y : Skor total

∑X2

: Jumlah kuadrat nilai x

∑Y2

: Jumlah kuadrat nilai y

Karakteristik validitas, membandingkan nilai validitas (rxy) setiap butir pernyataan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung > rtabel, maka item instrumen dinyatakan valid dan dapat

dipergunakan. Sebaliknya, jika rhitung≤ rtabel, maka item instrumen dinyatakan

tidak valid dan tidak dapat dipergunakan

Untuk memudahkan peneliti maka digunakan alat bantu yaitu Microsoft

Excel 2010. Setelah mendapatkan nilai korelasi dari setiap butir pernyataan

dan telah dibandingkan dengan tabel kritis r product moment dengan taraf signifikansi 5%, dengan jumlah respondens 30 orang siswa dan jumlah butir pernyataan sebanyak 50 pernyataan. Jika hasil dari r hitung (rxy) > r tabel maka butir pernyataan tersebut dikatakan signifikan atau valid apabila sebaliknya r hitung (rxy) < r tabel maka butir pernyataan tersebut dikatakan tidak signifikan atau tidak valid.

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Uji Validitas Instrumen

No. Nilai Hitung Korelasi r Tabel Keterangan

1. 0,395695 0,361 Valid

2. 0,381443 0,361 Valid

3. 0,223222 0,361 Tidak Valid

4. 0,457306 0,361 Valid

5. 0,545988 0,361 Valid


(35)

63

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. 0,124585 0,361 Tidak Valid

8. 0,126561 0,361 Tidak Valid

9. 0,551139 0,361 Valid

10. 0,452288 0,361 Valid

11. 0,646694 0,361 Valid

12. 0,407561 0,361 Valid

13. 0,130472 0,361 Tidak Valid

14. 0,399635 0,361 Valid

15. 0,411187 0,361 Valid

16. 0,383175 0,361 Valid

17. 0,429630 0,361 Valid

18. 0, 318460 0,361 Tidak Valid

19. 0,428898 0,361 Valid

20. 0,425793 0,361 Valid

21. 0, 603367 0,361 Valid

22. 0, 542335 0,361 Valid

23. 0,516916 0,361 Valid

24. 0,499284 0,361 Valid

25. 0,192601 0,361 Tidak Valid

26. 0, 281273 0,361 Tidak Valid

27. 0, 241997 0,361 Tidak Valid

28. 0,641189 0,361 Valid

29. 0, 371963 0,361 Valid

30. 0,534303 0,361 Valid

31. 0,476396 0,361 Valid

32. 0,428142 0,361 Valid

33. 0,156182 0,361 Tidak Valid

34. 0,520519 0,361 Valid

35. 0,019439 0,361 Tidak Valid

36. 0,335067 0,361 Tidak Valid


(36)

64

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

38. 0,525228 0,361 Valid

39. 0,373872 0,361 Valid

40. 0,543644 0,361 Valid

41. 0,409937 0,361 Valid

42. 0,473168 0,361 Valid

43. 0,410572 0,361 Valid

44. 0,379249 0,361 Valid

45. 0,414168 0,361 Valid

46. 0,560236 0,361 Valid

47. 0, 224736 0,361 Tidak Valid

48. 0, 211509 0,361 Tidak Valid

49. 0,377858 0,361 Valid

50 0,388058 0,361 Valid

Dapat dilihat dari tabel di atas, berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen dari 50 pernyataan yang diujikan terdapat 36 pernyataan valid dan 14 pernyataan tidak valid.

3. Uji Reliabititas

Menurut Arikunto (2006, hlm. 178) “reliabilitas menunjukkan pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabel

artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.” Dari pendapat di atas penulis

dapat memahami bahwa pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakan instrumen berupa kuesioner (angket) dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Instrumen kuesioner (angket) yang dapat diandalkan mampu mengungkap data yang dapat dipercaya.

Berbagai teknik untuk mencari reliabilitas suatu instrumen Arikunto

(2006, hlm. 180) menguraikan sebagai berikut: “(1) dengan rumus Spearman

-Brown, (2) dengan rumus Flanagan, (3) dengan rumus Rulon, (4) dengan rumus K-R. 20, (5) dengan rumus K-R. 21, (6) dengan rumus Hoyt, dan (7)


(37)

65

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen penulis menggunakan teknik dengan rumus Alpha (Alpha

Cronbach). Adapun rumus Alpha Cronbach ialah sebagai berikut:

� = ( 1) 1− ��

2

�2

Keterangan:

� = Reliabilitas istrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

��2 = Jumlah varians butir soal/item

� 2

= Varians total

Adapun rumus untuk varians total dan varians item yang terdapat dalam rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Rumus Varians Total:

� 2

=

2 � −

( )2

�2

Keterangan:

� 2

= Varians total

= Jumlah perolehan skor seluruh responden 2

= Jumlah kuadrat dari perolehan skor seluruh responden

� = Banyaknya responden atau banyaknya data

Rumus Varians Item:

��2 = � −2

Keterangan:

��2 = Varians item

� = jumlah kuadrat seluruh skor item

= jumlah kuadrat subjek


(38)

66

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut kriteria dari Guilford dalam Sugiono (dalam Anonim, 2011, hlm. 37-38) koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi sebagai berikut:

Tabel 3.6 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas α

Sangat Reliabel > 0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel < 0,200

(Tersedia di

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0705114_chapter3x.pdf).

Untuk memudahkan perhitungan peneliti menggunakan tabel penolong sebagai alat bantu yang dibuat pada Microsoft Excel 2010. Dari hasil perhitungan dalam mencari reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach didapat nilai reliabilitas sebesar 0,855 dari 50 butir pernyataan. Selain itu peneliti menghitung nilai reliabilitas setiap dimensi, didapat nilai reliabilitas 0,749 dari 16 pernyataan dimensi waktu dan didapat nilai reliabilitas 0,771 dari 34 pernyataan dimensi perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa istrumen untuk tingkat kedisiplinan ini termasuk kedalam kriteria reliabel (dapat dipercaya atau diandalkan).

J. Prosedur Penelitian dan Analisis Data

Setelah pengetesan selesai dan data hasil pengetesan terkumpul maka langkah berikutnya adalah mengumpulkan data, kemudian melakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan, pengolahan, dan penganalisisan data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola tangan dan ekstrakurikuler karate. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:


(39)

67

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Menghitung Rata-Rata dan Simpangan Baku

a) Menghitung nilai rata-rata dari setiap data dengan rumus:

=

Keterangan:

:Nilai rata-rata yang dicari

� : Jumlah skor yang didapat

� : Jumlah sampel

b) Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan

menggunakan rumus:

S = −

2

�−1

Keterangan:

S : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah

X : Skor

: Nilai rata-rata

n : Jumlah sampel

1 : Angka tetap

2. Persentase Rating Skala

Dalam skala pengukuran penulis menghitung jumlah keseluruhan perolehan skor dari masing-masing kelompok sampel. Kemudian membuat kategori untuk menentukan tingkatan hasil dari kedua kelompok sampel, yaitu siswa yang mengikuti ektrakurikuler bulutangkis dan siswa yang mengikuti ektrakurikuler karate di SMPN 9 Bandung. Dalam katgori ini penulis menggunakan persentase. Berikut gambar presentase rating skala (Riduwan & Sunarto, 2014, hlm. 30) sebagai berikut:


(40)

68

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat

Gambar 3.3 Kategori Presentase Rating Skala

3. Uji Normalitas Data

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Menguji normalitas menggunakan pendekatan uji liliefors, adapun langkah-langkah dalam uji liliefors menurut Abduljabar & Darajat (2013, hlm. 148) adalah sebagai berikut:

a) Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampei

terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

b) Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi.

c) Mencari Zi pada tabel Z.

d) Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5

– luas daerah. Sedangkan untuk luas daerah yang positif maka 0,5 +

luas daerah.

e) S(Zi), adalah urutan n dibagi jumlah n.

f) 3Hasil pengurangan F(Zi) – S(Zi) tempatkan pada kolom F(Zi) –

S(Zi).

g) Mencari data/nilai yang tertinggi, tanpa melihat (-) atau (+), sebagai

nilai L0.

h) Membuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:

Jika L0 ≥ Ltabel tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak berdistribusi normal.

Jika L0≤ Ltabel terima H0 artinya data berdistribusi normal.

i) Mencari nikai Ltabel, Membandingkan L0 dengan Ltabel.

j) Membuat kesimpulan.

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat dari hasil pengamatan homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F dengan rumus:


(41)

69

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

=

� � � �

� � � �

� �

Kriteria pengujian adala terima hipotesis jika Fhitung < Ftabel distribusi

dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05

5. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan uji t, ini dilakukan karena peneliti akan membandingkan rata-rata dari dua kelompok yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, adapun penulis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji dua pihak) karena peneliti percaya bahwa kegiatan ektrakurikuler bulutangkis dan karate akan meningkatkan tingkat disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran penjas.

Maka digunakanlah uji signifikansi dua rata-rata (dua pihak) seperti yang dijelaskan Susetyo (2012, hlm. 205) dengan rumus sebagai berikut:

= 1− 2

12

�1+ 2

2 �2 Keterangan:

t : nilai t yang dicari (thitung)

1 : Nilai rata-rata kelompok 1 (Ektrakurikuler karate)

2 : Nilai rata-rata kelompok 2 (Ektrakurikuler bulutangkis)

n1 : jumlah sampel kelompok 1 (Ektrakurikuler karate)

n2 : jumlah sampel kelompok 2 (Ektrakurikuler bulutangkis)

S12 : varians kelompok 1 (Ektrakurikuler karate)


(42)

70

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anonim. (2011). BAB III Metode Penelitian. [Online]. Tersedia di:

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0705114_chapter3x.pdf. Diakses 14-06-15 19:29

Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI Bandung.

RINEKA CIPTA

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Arikunto, S. (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Riduwan, & Sunarto. (2013). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bamdung: ALFABETA

Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA

eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%20-08520244045.pdf) (24-05-15 PUKUL 9:59


(43)

89

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Disiplin adalah proses untuk melatih dan mendidik perilaku seseorang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman yang berlaku dengan penuh rasa tanggung jawab dan sepenuh hati, sehingga apabila dirinya melakukan suatu pelanggaran akan timbul suatu perasaan bersalah, malu, takut dan tidak mau untuk melakukan perbuatannya lagi.

Disiplin siswa adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara disiplin siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung. Dalam hal ini siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate memiliki tingkat disiplin yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis, adapun hasil presentase perolehan skor dari siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate sebesar 82,88% dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis hasilnya adalah 77,22%,

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Bagi para guru pendidikan jasmani seyogyanya guru memberikan pembekalan terhadap aspek psikologis terhadap seluruh siswa diantaranya yaitu aspek kedisiplinan.


(44)

90

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi Pelatih

Bagi para pelatih diharapkan dapat lebih tegas dalam proses latihan, agar siswa lebih tepat waktu dan dapat menghargai waktu

3. Bagi Siswa

Bagi seluruh siswa diharapkan dapat lebih mampu lagi dalam meningkatkan disiplin dalam kegiatan belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

4. Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan lebih banyak memberikan izin siswa untuk mengadakan uji coba antar klub ataupun antar sekolah, memberikan siswa tambahan pengalaman, memberikan siswa kesempatan untuk berkembang dan memberikan siswa untuk lebih leluasa menunjukan kemampuan pada siswa.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya terbatas pada ektrakurikuler olahraga khususnya bulutangkis dan karate, oleh karena itu disarankan agar diujikan pada kegiatan ekstrakurikuler olahraga lainnya atau diluar ektrakurikuler olahraga.


(45)

91

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2008). Landasan ilmiah pendidikan intelektual dalam

pendidikan jasmani. Bandung: UPI FPOK.

Abduljabar, B. (2011c). Pedagogi Olahraga Seri: Konsep dan Pendekatan

Pengajaran. Bandung: UPI, FPOK.

Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Anonim. (2011). BAB III Metode Penelitian. [Online]. Tersedia:

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0705114_chapter3x.pdf. [Diakses

14 Juni 2015: 19.29].

Arikunto, S. (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Azwar, S. (2014), Penyusunan Skala Psikologi. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Belajar Psikologi. (2012). Pengertoan dan Tujuan Pembelajaran [Online]. Tersedia:

http://dilihatya.com/1428/pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli 29

april 2015 21.10. [Diakses 7 Mei 2015: 09.16].

Blogspot. (2013). Tingkat Kedidiplinan Siswa Di Sekolah [Online]. Tersedia: http://belajardisiplinsiswa.blogspot.com/2013_12_01_archive.html [Diakses 5 Mei 2015: 17.03].

Blogspot. (2012). Pengetahuan bela Diri [Online]. Tersedia:

Pengetahuanbeladiri.blogspot.com/2012/10/disiplin-di-dalam-bela-diri.html?m=1 [Diakses 6 juli 2015: 16.55].

Haryanto. (2012). Pengertian dan Tujuan Pembelajaran [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/ [Diakses 7 Mei 2015: 9.35].


(1)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anonim. (2011). BAB III Metode Penelitian. [Online]. Tersedia di: http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0705114_chapter3x.pdf. Diakses 14-06-15 19:29

Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI Bandung.

RINEKA CIPTA

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Arikunto, S. (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Riduwan, & Sunarto. (2013). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bamdung: ALFABETA

Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA

eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%20-08520244045.pdf) (24-05-15 PUKUL


(2)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Disiplin adalah proses untuk melatih dan mendidik perilaku seseorang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman yang berlaku dengan penuh rasa tanggung jawab dan sepenuh hati, sehingga apabila dirinya melakukan suatu pelanggaran akan timbul suatu perasaan bersalah, malu, takut dan tidak mau untuk melakukan perbuatannya lagi.

Disiplin siswa adalah sikap atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara disiplin siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung. Dalam hal ini siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate memiliki tingkat disiplin yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis, adapun hasil presentase perolehan skor dari siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karate sebesar 82,88% dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis hasilnya adalah 77,22%,

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbandingan tingkat disiplin siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis dan karate dalam pembelajaran penjas di SMPN 9 Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Bagi para guru pendidikan jasmani seyogyanya guru memberikan pembekalan terhadap aspek psikologis terhadap seluruh siswa diantaranya yaitu aspek kedisiplinan.


(3)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi Pelatih

Bagi para pelatih diharapkan dapat lebih tegas dalam proses latihan, agar siswa lebih tepat waktu dan dapat menghargai waktu

3. Bagi Siswa

Bagi seluruh siswa diharapkan dapat lebih mampu lagi dalam meningkatkan disiplin dalam kegiatan belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

4. Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan lebih banyak memberikan izin siswa untuk mengadakan uji coba antar klub ataupun antar sekolah, memberikan siswa tambahan pengalaman, memberikan siswa kesempatan untuk berkembang dan memberikan siswa untuk lebih leluasa menunjukan kemampuan pada siswa.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya terbatas pada ektrakurikuler olahraga khususnya bulutangkis dan karate, oleh karena itu disarankan agar diujikan pada kegiatan ekstrakurikuler olahraga lainnya atau diluar ektrakurikuler olahraga.


(4)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2008). Landasan ilmiah pendidikan intelektual dalam pendidikan jasmani. Bandung: UPI FPOK.

Abduljabar, B. (2011c). Pedagogi Olahraga Seri: Konsep dan Pendekatan Pengajaran. Bandung: UPI, FPOK.

Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Anonim. (2011). BAB III Metode Penelitian. [Online]. Tersedia: http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_psi_0705114_chapter3x.pdf. [Diakses 14 Juni 2015: 19.29].

Arikunto, S. (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Azwar, S. (2014), Penyusunan Skala Psikologi. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Belajar Psikologi. (2012). Pengertoan dan Tujuan Pembelajaran [Online]. Tersedia:

http://dilihatya.com/1428/pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli 29 april 2015 21.10. [Diakses 7 Mei 2015: 09.16].

Blogspot. (2013). Tingkat Kedidiplinan Siswa Di Sekolah [Online]. Tersedia: http://belajardisiplinsiswa.blogspot.com/2013_12_01_archive.html [Diakses 5 Mei 2015: 17.03].

Blogspot. (2012). Pengetahuan bela Diri [Online]. Tersedia:

Pengetahuanbeladiri.blogspot.com/2012/10/disiplin-di-dalam-bela-diri.html?m=1 [Diakses 6 juli 2015: 16.55].

Haryanto. (2012). Pengertian dan Tujuan Pembelajaran [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/ [Diakses 7 Mei 2015: 9.35].


(5)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasbullah. (2011). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta Utara : PT Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Y. (2009). Psikologi Olahraga. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Hikmat.(2011). Metode Penelitian. Bandung: Graha Ilmu.

Juliante, Tite. (2012). Belajar dan pembelajaran pendidikan jasmani. Bandung: UPI FPOK.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Jakarta: Alfabetha.

Kristalistianto. (2014). Perbandingan Motivasi Belajar dalam Pembelajran Penjas Antara Siswa Yang Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Bulutangkis Dengan Bola Voli di SMAN 11 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPOK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Lemhanas. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Mahendra, Agus.(2012). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Pederasi Olahraga Karate-do Indonesia. (2014). Pengertian Karate [Online]. Tersedia:

http://www.pbforki.org/index.php?option=com_content&view=article&id= 139:definisi-karate&catid=62:article&Itemid=58). [Diakses 13 Oktober 2014: 17.15].

Psychologymania. (2014). Pengertan Ekskul [Online]. Tersedia: http://www.psychologymania.com/2013/05/pengertian-ekstrakurikuler.html. [Diakses 11 Oktober 2014: 14.46].

Rahman, A. (2011). Disiplin Belajar {Online]. Tersedia: eprints.uny.ac.id/9742/3/bab%202%20-08520244045.pdf [Diakses 24 Mei 2015: 09.39]

Rahmat, A. dan Hidayat, Y. (2010). Permainan Bulutangkis. Bandung: FPOK. UPI Bandung.


(6)

Lufi Mulyani Indriastuti, 2015

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahmat, Asep. (2014). Perbandingan Tingkat Disiplin Siswa Yang Mengikuti Ektrakurikuler Bola Tangan Dan Karate Dalam Pelajaran Penjas di SMAN 24 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPOK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

ALFABETA.

Riduwan, & Sunarto. (2013). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: ALFABETA.

Sidik, Priadana dan Muis, Saludin.(2009). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugeng, Untung. (2014). Perbandingan Tingkat Kepercayaan Diri Dan Kedisiplinan Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Futsal Dan Olahraga Taekwondo Di SMP Negeri 1 Lembang. Skripsi Sarjana pada FPOK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Beltasar.(2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.

Tulus, Tu’u. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.

Pratama, Angga. (2012). Dampak Ekstakurikuler Bulutangkis Dan Karate Terhadap Disiplin Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMAN 5 Cimahi. Skripsi Sarjana pada FPOK UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wikipedia. (2014). Pengertian Disiplin [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin. [Diakses 11 Oktober 2014: 13.45].

Wikipedia. (2014). Karate [Online]. Tersedia:


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN DISIPLIN DALAM MENTAATI PERATURAN SEKOLAH ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DAN EKSTRAKURIKULER NON OLAHRAGA : Studi Deskriptif Pada Siswa SMA Negeri 9 Bandung.

1 5 46

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN ATLET SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1 BANJARAN KABUPATEN BANDUNG.

0 2 49

PERBANDINGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER TAEKWONDO DAN BULUTANGKIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

0 2 39

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PENJAS ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DENGAN BOLA VOLI DI SMAN 11 BANDUNG.

0 7 43

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG.

0 1 39

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA BULUTANGKIS DAN SEPAKBOLA.

0 1 42

PERBANDINGAN TINGKAT KAPASITAS VITAL PARU SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMA NEGERI 1 SEDAYU.

0 4 95

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMPN 9 BANDUNG. - repository UPI S JKR 1103623 Title

0 0 3

PERBANDINGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMAN19 BANDUNG - repository UPI S JKR 1203766 Title

0 0 3

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN ATLET SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1 BANJARAN KABUPATEN BANDUNG - repository UPI S JKR 0801449 Title

0 0 3