PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN ATLET SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1 BANJARAN KABUPATEN BANDUNG.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

HAMDAN FIRMANSYAH 0801449

PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Oleh

HamdanFirmansyah

Sebuahskripsi yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakultasPen didikanOlahragadanKesehatan

© HamdanFirmnasyah 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Oktober 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhnyaatausebagian, Dengandicetakulang, difoto kopi, ataucaralainnyatanpaijindaripenulis.


(3)

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1

BANJARAN KABUPATEN BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Nuryadi, M.Pd.

NIP. 197101171998021001

Pembimbing II

DidinBudiman, M.Pd.

NIP. 197409072001121001

Mengetahui,

KetuaProgram StudiPendidikanJasmaniKesehatandanRekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd.


(4)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Indentifkasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Batasan Penelitian ... 9

G. Penjelasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Hakikat Pembelajaran ... 12

a. Pengertian Pembelajaran ... 13

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 14

1) Prinsip Perhatian dan Motivasi ... 14

2) Prinsip Keaktifan ... 14

3) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman ... 15

4) Prinsip Pengulangan.……….. 16

5) Prinsip Tantangan………... 16

6) Prinsip Balikan dan Penguatan………... 16

7) Prinsip Perbedaan Individual……….. 17

c. Tujuan Pembelajaran ... 18

2. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 19

a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 19

b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 20

c. Pendidikan Jasmani di Sekolah... 21

3. Disiplin …. ... 22

a. Pengertian Disiplin …. ... 22

b. Jenis-Jenis Disiplin …. ... 22

c. Fungsi Kedisiplinan di Sekolah…. ... 24

d. Unsur-Unsur Disiplin…. ... 26

e. Penanggulangan Disiplin…. ... 27


(5)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

JKF dan WKF ... 34

1) Shotokan ... 34

2) Goju – Ryu ... 35

3) Shinto – Ryu ... 35

4) Wado – Ryu ... 35

d. Aliran Beladiri Karate yang Tidak Andil Dalam Pembentukan JKF dan WKF ... 36

1) Kyokushin ... 37

2) Shorin-ryu ... 37

3) Uechi-ryu ... 37

e. Latihan / Teknik karate ... 38

1) Kihon ... 38

2) Kata ... 39

3) Kumite ... 39

f. Tingkatan dan Makna Warna Sabuk Pada Beladiri Karate ... 40

5. Hakikat Permainan Sepakbola ... 44

a. Definisi sepakbola ... 44

b. Karakteristik Permainan Sepakbola ... 45

c. Teknik Dasar Permainan Sepakbola ... 45

1) Teknik Mengoper (Passing) ... 45

2) Menghentikan Bola (Stopping) ... 47

3) Menggiring bola (Dribling) ... 49

4) Teknik Menyundul Bola (Heading) ... 51

5) Menembak Bola (Shooting) ... 52

B. Anggapan Dasar ... .52

C. Hipotesis Penelitian ... .58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

A. Metode Penelitian ... 59

B. Populasi dan Sampel ... 60

C. Desain Penelitian ... 63

D. Langkah-Langkah Penelitian ... 63

E. Instrumen Penelitian ... 65

F. Uji Coba Instrumen serta Penghitungan Validitas dan Reliabilitas ... 70

1. Uji Validitas ... 70

2. Uji Reliabilitas ... 74

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 77


(6)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tingkat Disiplin Atlet Sepakbola... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(7)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembimbing II Didin Budiman, M.Pd.

Latar belakang dari penelitian ini adalah terdapat siswa yang tidak disiplin pada saat mengikuti pembelajaran penjas dikarenakan banyak kendala pada saat pelaksanaannya. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Banjaran dengan populasi dan sampelnya atlet karate dan atlet sepakbola yang mempunyai perbedaan karakteristik ekstrakurikuler yang di tekuninya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di sekolah. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode dekriptif komparatif. Sedangkan instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet karate berjumlah 60 orang dan atlet sepakbola berjumlah 65 orang dengan total populasi sebanyak 125 orang. Penentuan jumlah sampel dari total populasi sebanyak 125 orang dengan taraf kesalahan 5% adalah 89 sampel yang dibulatkan menjadi 90 sampel, maka sampel untuk atlet karate sebanyak 45 orang dan sampel atlet sepakbola sebanyak 45 orang. Teknik purposive sampling sebagai alat untuk menentukan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, pertimbangan yang dimaksud adalah dilihat dari jumlah kehadiran atlet pada saat latihan ekstrakurikuler minimal 80% dari jumlah pertemuan maksimal dan memiliki tingkat disiplin yang baik pada saat latihan ekstrakurikuler. Berdasarkan pada pengolahan data maka tingkat disiplin pada pembelajaran penjas, atlet karate memperoleh 8,8% pada kriteria sangat baik, 77,7% pada kriteria baik dan 13.3% pada kriteria cukup baik. Sedangkan untuk atlet sepakbola tingkat disiplin pada pembelajaran penjas memperoleh 0% pada kriteria sangat baik, 57,7% pada kriteria baik dan 42,2% pada kriteria cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa atlet karate lebih tinggi tingkat disiplinnya dibandingkan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di sekolah. Rata-rata tarap serap persentase atlet karate sebesar 87% dan rata-rata tarap serap persentase atlet sepakbola sebesar 81,1%, secara umum atlet karate dan atlet sepakbola memiliki tingkat disiplin yang baik.


(8)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supervisor II Didin Budiman, M. Pd.

The background of this research is that students are not disciplined at the time to follow the learning of physical education due to many constraints at the time of implementation. Research conducted at SMP Negeri 1 Banjaran the sample population and karate athletes and football athletes who have different characteristics in extracurricular learn it. The purpose of this study was to determine the level of discipline of karate athletes and football athletes in the learning of physical education in schools. The approach in this study used a descriptive research with descriptive comparative method. While the research instruments were used to collect data was a questionnaire. The population in this study were all of 60 people karate athlete and football athletes amounted to 65 people with a total population of 125 people. Determination of the number of samples from a total population of 125 people with a standard error of 5% is rounded to 89 samples 90 samples, the samples for as many as 45 people karate athletes and footballers sample as many as 45 people. Purposive sampling technique as a tool to determine the sample based on certain considerations, consideration in question is seen from the number of athletes in training attendance of at least 80% of the maximum number of meetings and have a good level of discipline in training extracurricular. Based on the processing of the data, the level of discipline in physical education lessons, karate athletes earn 8.8% on the criteria very well, 77.7% in good criteria and 13.3% on the criteria quite well. As for the athletes on the football discipline level of learning physical education earn 0% on the criteria very well, 57.7% in good criteria and 42.2% on the criteria quite well. Thus it can be said that the higher degree of karate athletes than athletes football discipline in teaching physical education at school. Average level karate athletes absorption percentage of 87% and the average standard of football athletes absorption percentage 81.1%, the general karate athletes and of football athletes have a good level of discipline.


(9)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan untuk membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi, tindakan-tindakan yang membawa peserta didik mengalami dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, menghargai dan menyukai, sehingga peserta didik membangun nilai-nilai kemanusiaan itu ke dalam keadaan kepribadiannya. Dilihat dari segi yang lain, pendidikan adalah usaha membantu anak dalam menajamkan kata hatinya, bahwa pendidikan itu adalah suatu peristiwa yang normatif. Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang diinginkan, tetapi membantu dan memotivasi anak tentang potensi yang ada pada dirinya dengan mengembangkan potensi itu melalui pengalaman, mengolah materi pelajaran dan kesempatan. Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada setiap pembelajaran harus direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 bahwa;

Perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pendapat di atas usaha untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani harus membuat suatu perangkat pembelajaran atau perencanaan pembelajaran karena perencanaan pembelajaran memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Pada umumnya perencanaan pembelajaran yang biasanya di buat di sekolah meliputi pembuatan program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.


(10)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai alat atau media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Dengan pendidikan jasmani peserta didik disosialisasikan ke dalam aktifitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga yang bertujuan untuk mengembangkan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif. Selaras dengan itu menurut Cholik dan Lutan (1997) adalah:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh kebutuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.(http;//materipenjasorkes.blogspot.com)

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani akan tercapai jika seorang guru dapat mengetahui karakteristik siswa, mengembangkan watak serta kepribadian siswa untuk membentuk manusia yang berkualitas. Dalam penelitian ini menggunakan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang rata-rata berumur antara 13-15 tahun. Pelajar Sekolah Menengah Pertama umumnya berusia 13-15 tahun (http://id.wikipedia.org). Dilihat dari umur siswa SMPN 1 Banjaran yang rata-rata berumur 13-15 tahun, mereka tergolong pada masa perkembangan psikologi remaja. Berbicara tentang psikologi remaja tentu tidak terlepas dari perkembangan psikologi remaja. Pada fase perkembangan psikologi remaja, individu harus bisa meninggalkan sifat kekanak-kanakan dan harus mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Menurut Zakiah Darajat (1990, hal. 23) bahwa :

Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang


(11)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilihat dari pernyataan di atas tentunya siswa SMP yang mulai beranjak remaja harus beradaptasi dengan statusnya yang baru dan sangat mudah terpengaruh dengan sesuatu yang bersifat positf ataupun yang bersifat negatif yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang bisa mempengaruhinya adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Masa remaja adalah masa seorang individu mulai beradaptasi dengan hal yang baru, mulai mencari jati diri, mencoba hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya pada kanak-kanak, melakukan sesuatu tanpa memikirkan apa resikonya. Pada masa remaja, siswa mulai terbentuk suatu sikap setelah belajar dari pengalamanya. Tentunya hal ini harus diperhatikan secara serius supaya perkembangan psikologi siswa berjalan dengan baik, khususnya dari segi pembentukan sikap dan perilaku.

Siswa yang kurang mampu melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, biasanya akan terjerumus pada kenakalan remaja. Kenakalan remaja biasanya disebabkan oleh gagalnya individu menjalani proses perkembangan jiwa baik pada masa kanak-kanak yang terbawa kepada masa remaja. Tugas perkembangan siswa yang harus dijalani diantarnya adalah perkembangan fisik, kognitif, emosi, moral, sosial, kepribadian dan kesadaran akan beragama. Menurut Hartono karakteristik tugas perkembangan psikologi siswa yaitu :

a. Perkembangan fisik psikologi b. Perkembangan kognitif psikologi c. Perkembangan emosi psikologi d. Perkembangan moral psikologi e. Perkembangan sosial psikologi f. Perkembangan kepribadian psikologi g. Perkembangan kesadaran beragama

(http://belajarpsikologi.com)

Siswa yang tidak mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik, akan menimbulkan gejala sosial yang kurang sehingga mengakibatkan pembentukan perilaku yang negatif. Perilaku negatif itu berdampak pada


(12)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kenakalan remaja. Kenakalan remaja bisa terjadi dan terlihat diberbagai lingkungan sosial di mana mereka bersosialisasi, bergaul dengan individu atau kelompoknya baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Kenakalan siswa merupakan produk nyata dari konflik ataupun masalah yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun masa remaja. Seringkali terdapat trauma pada masa lalunya seperti perlakuan kasar dan tidak menyenangkan yang diakibatkan dari lingkungan maupun trauma terhadap kondisi lingkungan. Kenakalan remaja yang dialami siswa dapat dikategorikan pada perilaku menyimpang, dalam perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapatnya pernyimpangan perilaku dari berbagai aturan, nilai, norma sosial yang berlaku di lingkunganya.

Secara singkat penyebab terjadinya kenakalan remaja siswa disebabkan oleh berbagai faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal biasanya disebabkan karena kontrol diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa membedakan dan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima dengan tingkah laku yang tidak diterima akan terseret pada perilaku nakal. Faktor dari luar biasanya dipengaruhi faktor keluarga yang kurang harmonis yang disebabkan karena adanya perceraian di antara ayah dan ibunya, tidak ada komunikasi antara anggota keluarga, pendidikan yang salah dari keluarga seperti telalu memanjakan, tidak memberikan ajaran agama, pergaulan teman sebaya, lingkungan tempat tinggal, sekolah dan masyarakat. Sebaliknya apabila siswa mampu menjalankan tugas perkembangan psikologi dengan baik akan membentuk perilaku yang baik, sopan dan santun. Siswa yang mampu mengendalikan kontrol dirinya sendiri kemudian bisa membedakan dan mempelajari tingkah laku yang dapat diterima ataupun yang tidak dapat diterima kemudian akan membentuk siswa pada perilaku yang baik. Faktor yang mempengaruhinya biasanya dari lingkungan dan keadaan keluarga yang harmonis, komunikasi yang terjalin dengan sesama anggota keluarga, pendidikan agama


(13)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang selalu diterapkan, pergaulan teman sebaya dan pengaruh lingkungan sekolah yang baik akan membentuk kepribadian siswa kepada perilaku yang positif.

Siswa yang beranjak remaja yang bersekolah di SMPN 1 Banjaran tentunya memiliki kepuasan ataupun kebanggan tersendiri, dikarenakan sekolah SMPN 1 Banjaran adalah sekolah yang mempunyai nilai historis yang tinggi karena sekolah ini merupakan sekolah SMP Negeri pertama yang dibangun di daerah kota Banjaran Kabupaten Bandung dan letak yang strategis berada di wilayah sekitaran alun-alun kota Banjaran serta berada pada pusat kota. Dilihat dari sekilas profil SMPN 1 Banjaran tentunya lembaga sekolah ini sudah berpengalaman dalam menjalankan proses pendidikan, apalagi ditunjang dengan kebebasan sekolah dalam memodifikasi variasi-variasi pada pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan:

a. Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (Pasal 6 Ayat 6)

b. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)

c. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)

Berdasarkan penjelasan di atas tentunya sekolah mempunyai ruang gerak seluas-luasnya untuk memodifikasi dan mengembangkan variasi-variasi dalam melaksanakan proses pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi dan kebutuhan sekolah serta kondisi siswa. Maka dari itu pelaksanaan pendidikan di SMPN 1 Banjaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan anak dan mengembangkan potensi


(14)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ada di dalam diri siswa. Siswa sebagai peserta didik mempunyai perasaan, pikiran serta keinginan. Siswa memerlukan kebutuhan yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya (menjadi diri sendiri sesuai dengan potensinya).

Perkembangan potensi siswa tidak hanya pada pembelajaran akademis yang dilaksanakan dalam intrakurikuler, akan tetapi pada perkembangan bakat dan minat siswa yang dilaksanakan dalam ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler sebagai sarana untuk mewadahi bakat dan minat siswa untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditunjukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya diberbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan diluar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk pada kegiatan seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan yang lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.(id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurukuler)

Jenis ekstrakurikuler di sekolah berbeda-beda seperti, olahraga permainan, olahraga beladiri, keagamaan, kesenian, keilmuan, bahasa, baris-berbaris, medis. Banyaknya jenis ekstrakurikuler ini tentunya akan membuat siswa leluasa memilih jenis ekstrakurikuler apa yang akan dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang akan dikembangkan oleh siswa. Begitu halnya ekstrakurikuler di SMPN 1 Banjaran yang banyak memiliki jenis pilihan yang bisa diikuti siswa. Diantara jenis ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini ada yang mempunyai prestasi baik, diantaranya ekstrakurikuler olahraga permainan cabang sepakbola dan beladiri karate. Prestasi ekstrakurikuler sepakbola tidak perlu diragukan lagi karena pernah meraih juara ke tiga piala Bupati cup di tingkat


(15)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kab. Bandung. Begitu pula olahraga karate memiliki prestasi yang baik dengan melahirkan atlet-atlet yang berbakat dan berprestasi yang banyak mengikuti kejuaraan-kejuaraaan. Prestasi kedua ekstrakurikuler ini tentunya tidak terlepas dari penerapan disiplin yang kuat. Selaras dengan tujuan Undang Undang RI, no 03/2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab 2 di pasal 4 menyatakan ;

Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Berdasarkan penjelasan di atas umumnya ekstrakurikuler yang tergolong pada jenis olahraga harus berpedoman kepada sistem keolahragaan nasional. Ekstrakurikuler karate dan ekstrakurikuler sepakbola di SMPN 1 Banjaran harus menerapkan atau memiliki nilai disiplin yang tinggi sesuai dengan sistem keolahragaan nasional.

Tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola memiliki disiplin yang tinggi dalam mengikuti latihan ekstrakurikuler yang ditekuninya, akan tetapi masalahnya apakah disiplinnya itu bisa diterapkan pada saat proses belajar mengajar (PBM), khususnya pada pembelajaran pendidikan jasmani. Perbedaan karakter olahraga yang ditekuni siswa tentunya akan mempunyai tingkat disiplin yang berbeda pada saat PBM penjas dilaksanakan. Karakteristik permainan sepakbola yang condong kepada permainan olahraga beregu yang mementingkan kerjasama untuk mencapai tujuan dan beladiri karate yang condong kepada seni beladiri yang timbul sebagai cara seorang untuk mempertahankan diri dengan cara berkelahi.

Perbedaan lingkungan dan sosialisasi pada saat pelaksanaan penjas yang bersifat heterogen, karena siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan karate akan bercampur dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler yang lainnya akan menimbulkan suatu adaptasi dan lingkungan yang berbeda pada saat latihan.


(16)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berbeda pada saat siswa mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan ekstrakurikuler karate, mereka berada pada lingkungan yang relatif homogen karena berada pada lingkungan yang sama dan tempat sosialisasi yang sama. Hasil dari observasi sekilas penulis menemukan masalah yang terjadi pada saat pembelajaran penjas dilaksanakan di SMPN 1 Banjaran. Masalah yang muncul adalah terdapat siswa yang tidak disiplin pada pelaksanaan pembelajaran penjas yang diantaranya memakai asesoris, tidak memakai sepatu olahraga, datang terlambat datang ke lapangan, mencorat coret seragam olahraga, mengobrol pada saat guru menyampaikan materi dan lain-lain.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis ingin mengetahui bagaimana perbandingan tingkat disiplin antara atlet karate dan atlet sepakbola pada pelajaran penjas di sekolah.

B.Indentifkasi Masalah

Dalam penelitian adanya identifikasi masalah sangatlah penting untuk memperjelas permasalahan yang timbul dalam penelitian. Masalah dalam penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu kurangnya siswa memperhatikan aturan-aturan pada pelaksanaan penjas di SMPN 1 Banjaran sehingga menimbulkan siswa kurang disiplin. Maka dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan identifikasi masalah yang muncul dalam penelitian yaitu :

1. Kenakalan para siswa pada saat pembelajaran penjas.

2. Kurangnya pelaksanaan aturan para siswa pada saat pembelajaran penjas. 3. Keadaan psikologi para siswa yang masih pada masa transisi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurangnya tingkat disiplin pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran. Hal ini menjadi permasalahan yang muncul dan akan dibahas secara jelas dalam penelitian ini.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka


(17)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Atlet Karate dan Atlet Sepakbola pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung ” adalah :

1. Seberapa besar tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di sekolah?

2. Seberapa besar tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di sekolah?

3. Apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin antara atlet karate dengan atlet sepakbola ?

D.Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba menjabarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan penelitian tersebut yaitu ;

1. Untuk mengetahui tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di Sekolah?

2. Untuk mengetahui tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di Sekolah?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin antara atlet karate dengan atlet sepakbola ?

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang psikologi olahraga mengenai perbedaan latar belakang siswa yang heterogen yang berpengaruh pada tingkat disiplin belajar siswa pada pembelajaran penjas. 2. Sebagai bahan masukan para penanggung jawab pendidikan di sekolah dalam

rangka peningkatan budaya disiplin siswa dalam kegiatan pembelajaran penjas khususnya, umumnya bagi tata pelaksanaan PBM di sekolah.


(18)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sebagai masukan untuk para guru-guru penjas dalam menangani masalah perilaku yang dilakukan oleh siswa.

4. Memberikan pemahaman tentang pengetahuan karakteristik siswa untuk persiapan dalam memberikan pembelajaran, karena pembelajaran berawal dari pemahaman guru terhadap karakteristik siswa itu sendiri dan karakteristik siswa berbeda-beda.

5. Para guru diharapkan bisa memperhatikan perbedaan tingkat disiplin belajar siswanya, karena keberhasilan belajar dan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh disiplin belajar.

6. Bagi pihak sekolah terutama lebih mendekatkan diri kepada siswa secara emosional sebagai wadah untuk menampung permasalahan dan menjadi tempat curhat yang baik bagi siswa untuk terciptanya budaya disiplin sekolah.

F. Batasan Penelitian

Untuk menghindari terjadinya variabel penelitian yang lebih luas, maka penulis membatasi masalah perbandingan tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di sekolah.

2. Penelitian ini menitik beratkan pada tingkat disiplin belajar siswa yang menjadi atlet karate dan atlet sepakbola yang memiliki karakter yang berbeda.

3. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriftif komparatif. Variabel bebas dalam penulisan ini adalah atlet karate dan atlet sepakbola, sedangkan variabel terikat dalam penulisan ini adalah tingkat disiplin pada pembelajaran penjas.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet sepakbola dan atlet karate dan sampelnya yaitu atlet karate dan atlet sepakbola SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung yang memiliki tingkat disiplin yang baik pada saat latihan. 5. Instrumen yang di gunakan yaitu dengan menggunakan angket dengan


(19)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G.Penjelasan Istilah

Arikunto (2007, hal. 12) menjelaskan mengenai batasan istilah sebagai berikut:

Batasan istilah adalah bagian dari proposal maupun laporan penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan penelitiannya. Pentingnya peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian ini agar pihak lain yang berkepentingan dengan peneliti tersebut mempunyai persepsi yang sama dengan peneliti. Sehingga agar tidak terdapat kesalah pahaman dan salah penafsiran terhadap ruang lingkup penelitian ini maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini.

Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian “ Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung” dijelaskan sebagai berikut: 1. Pendidikan jasmani menurut Cholik dan Lutan (1997) adalah:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh kebutuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.(http;//materipenjasorkes.blogspot.com)

2. Disiplin menurut Syamsu Yusuf (1989, hal. 24) mengemukakan pengertian disiplin yaitu:

a. Disiplin diartikan sebagai peraturan, order, patokan-patokan tentang perilaku, norma dan hukum.

b. Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan norma, atau patokan-patokan (standars)

c. Disiplin diartikan sebagai cara mendidik (melatih) individu agar berperilaku sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam lingkungan atau yang diterima dimasyarakat.


(20)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Atlet menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan kecepatan).(http://kbbi.web.id/atlet)

4. Karate secara hafiah dapat diartikan sebagai berikut : Kara = kosong, cakrawala, Te = tangan atau seluruh bagian tubuh yang mempunyai kemampuan. Dengan demikain Karate dapat diartikan sebagai suatu taktik yang memungkinkan seseorang membela diri dengan tangan kosong atau tanpa senjata .(http://inkai-samarinda.com)

5. Sepakbola menurut Sucipto, dkk (2000, hal. 7) adalah permainan beregu yang setiap regunya terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya adalah penjaga gawang, masing-masing regu berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri untuk tidak kemasukan.


(21)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah agar metode penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan meskipun banyak metode yang dapat digunakan dalam penelitian. Permasalahannya bukan terletak pada baik buruknya metode melainkan pada ketepatan dalam penggunaan metode.

Dalam proses penelitian penulis menggunakan metode deskriptif komparatif. Penentuan metode dalam peneletian ini karena penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti suatu fenomena kelompok tertentu yang memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya yaitu, meneliti tentang tingkat disiplin dengan dua sampel yang berbeda yaitu siswa yang menjadi atlet karate dan siswa yang menjadi atlet sepakbola yang mengikuti pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran. Menurut Sukmadinata mengenai prosedur penelitian yang diteliti menyatakan bahwa :

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan fenomena yang satu dengan yang lainnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang terjadi.( http://ardhana12.wordpress.com) Sedangkan Komparatif yang dijelaskan Sugiyono (2008, hal. 57) yang

menyatakan bahwa : ”Komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.”


(22)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok sampel tertentu dan kemudian menarik kesimpulan dari sampel yang diteliti saja tanpa memberikan suatu perlakukan apapun. Menurut Furchan bahwa:

1) Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur, ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat

2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan 3) Tidak adanya uji hipotesis.”

(http://ardhana12.wordpress.com)

Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian deskriptif komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini ialah meneliti perbandingan satu variabel disiplin belajar dengan dua sampel yang berbeda yaitu sampel kelompok siswa yang menjadi atlet sepakbola dan siswa yang menjadi atlet karate. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah perbandingan tingkat disiplin antara kedua sampel tersebut. Dalam hal ini kemudian penulis merumuskan judul penelitiannya adalah

”Perbandingan Tingkat Disiplin antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung”.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008, hal. 117) mengemukakan pendapatnya tentang definisi populasi sebagai berikut: ”Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.”

Untuk mengetahui besar kecilnya sampel penelitian, menurut Sugiyono (2008, hal. 18) menjelaskan bahwa :

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).”


(23)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh atlet karate yang berjumlah 60 orang dan atlet sepakbola yang berjumlah 65 orang di SMP Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013. Dengan alasan penulis menganggap karakteristik yang relatif homogen, artinya tingkat disiplin peserta didik terhadap mata pelajaran penjas relatif rendah dan status peserta didik yang masih dalam fase remaja yang memiliki tugas perkembangannya yang sama.

Mengenai sampel, Sugiyono (2011, hal. 81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih lanjut Arikunto (2002, hal. 104) menjelaskan bahwa “Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2011, hal. 85) menjelaskan tentang pengertian purposive

sampling adalah sebagai berikut: “Purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksudkan

untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah dilihat dari jumlah kehadiran atlet minimal 80% dari jumlah pertemuan maksimal pada saat latihan, memiliki keterampilan yang baik, memiliki tingkat disiplin yang baik pada saat latihan, memiliki prestasi yang bagus dan pertimbangan lainnya tidak semua siswa menjadi atlet sepakbola dan atlet karate. Maka dari itu Tingkat Disiplin sebagai variabel terikat, atlet karate dan atlet sepakbola sebagai variabel bebas.

Oleh karena karakteristik populasi tersebut dapat dikatakan penulis relatif homogen dari segi tugas perkembangan psikologi karena generalisasi keadaan, situasi dan faktor internal peserta didik hampir sama secara keseluruhan, penulis dapat memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik psikologi peserta didik SMP yang berada dalam rentan usia 13-15 tahun (early

adolescence) yaitu; 1). Perkembangan fisik psikologi. 2). Perkembangan kognitif

psikologi. 3). Perkembangan emosi psikologi. 4). Perkembangan moral psikologi. 5). Perkembangan sosial psikologi. 6). Perkembangan kepribadian psikologi. (http://belajarpsikologi.com)


(24)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate di SMPN 1 Banjaran tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 60 orang siswa dan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMPN 1 Banjaran tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 65 orang siswa, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Karate dan Ekstrakurikuler Sepakbola

ATLET SMPN 1 BANJARAN KAB.BANDUNG JENIS

EKSTRAKURIKULER KELAS VII KELAS VIII KELAS IX JUMLAH

Ekstrakurikuler karate 20 30 10 60

Ekstrakurikuler

sepakbola 23 27 15 65

JUMLAH 125

.

Untuk menentukan besarnya sampel, peneliti mengacu pada tabel yang dibuat oleh Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5% dan 10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut :

(untuk jumlah sampel berdasarkan rumus diatas, dapat dilihat pada tabel 5.1 beserta keterangannya dalam buku Sugiyono (2011, hal. 87))

Populasi atlet karate berjumlah 60 orang dan atlet sepakbola berjumlah 65, total populasi keseluruhan berjumlah 125 orang. Pada tabel tidak ada angka populasi 125, kemudian penulis pilih angka yang dibulatkan menjadi 120 . Jumlah sampel yang diambil dari populasi sebanyak 120 siswa dengan tingkat kesalahan

S =

λ2

. N . P . Q --- d2 (N-1) + λ2 . N . P . Q

λ2

dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%. P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel


(25)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5% adalah 89 atlet atau jika dibulatkan menjadi 90 orang atlet. Jadi jumlah siswa yang akan dijadikan sampel penelitian adalah 45 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan 45 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate. Pemilihan sampel berdasarkan kepada tingkat kehadiran siswa atau atlet pada saat latihan ekstrakurikuler dan pada saat pembelajaran Penjas minimal 80% dari jumlah kehadiran maksimal pada saat latihan, memiliki keterampilan yang baik, memiliki prestasi yang bagus.

C.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu tingkat disiplin belajar siswa pada pembelajaran penjas dan dua sampel yaitu atlet sepakbola dan atlet karate. Sebagaimana dapat kita lihat dalam bagan 3.1 tentang desain penelitian di bawah ini.

Bagan 3.1. Desain Penelitian

D.Langkah-langkah Penelitian

Untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya gambaran langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian penulis dijelaskan sebagai berikut :

Atlet karate

Atlet sepakbola

Angket tingkat disiplin

Tingkat disiplin


(26)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari siswa SMPN 1 Banjaran yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan ekstrakurikuler karate yang akan dijadikan populasi penelitian.

2. Menghitung jumlah populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu atlet sepakbola yang berjumlah 65 orang dan atlet karate yang berjumlah 60 orang. Keseluruhan jumlah populasi adalah 125 orang siswa.

3. Kemudian menentukan total sampel sebanyak 125 orang yang dibulatkan menjadi 120 orang. Total sampel yang berjumlah 120 orang dengan tarap kesalahan 5% adalah 89, kemudian dibulatkan menjadi 90 orang, 45 orang atlet sepakbola dan 45 orang atlet karate.

4. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket terhadap dua kelompok tersebut.

5. Setelah didapat hasil pengukuran dengan menggunakan angket dari kedua kelompok, selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan menganalisis data. 6. Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan dengan bantuan komputer

program microsoft office excel 2007.

7. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data tersebut.


(27)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berikut adalah bagan langkah-langkah penelitian :

Populasi

Sampel

Kelompok A Kelompok B

Atlet Karate SMPN 1 Banjaran

Atlet Sepakbola SMPN 1 Banjaran

Tes Dengan Menggunakan

Angket

Hasil Tes Kelompok A Hasil Tes Kelompok B

Atlet Karate SMPN 1 Banjaran

Atlet Sepakbola SMPN 1 Banjaran

Pengolahan Data

Analisis Data


(28)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2

Langkah-langkah penelitian

E.Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan data-data penelitian yang akan menjadi penunjang terhadap masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diharapkan maka diperlukan suatu alat ukur untuk memperoleh data penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2008, hal. 148),

”Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya disebut instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang berupa instrumen berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh responden, sebagaimana penjelasan Sugiyono (2008, hal. 199) yang menyatakan: ”Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Isi pertanyaan

dalam kuesioner merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang nantinya akan diperoleh sebuah data penelitian. Kuesioner memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai alat pengumpul data dalam suatu penelitian. Keuntungan kuesioner adalah tidak memerlukan hadirnya peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada responden, dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang mereka, sehingga responden bebas jujur dalam memberikan jawaban. Sedangkan kelemahan kuesioner adalah responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab.

Dalam menyusun butir-butir pertanyaan penulis berpatokan kepada prinsip penyusunan butir-butir pertanyaan angket. Dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :


(29)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Isi pertanyaan yang berbentuk pengukuran harus diteliti, skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang harus diteliti.

2. Bahasa yang digunakan mudah.

3. Pertanyaan dapat terbuka atau tertutup.

4. Pertanyaan tidak mempunyai arti yang mendua. 5. Tidak menanyakan yang sudah lupa.

6. Pertanyaan tidak menggiring ke jawaban yang baik atau yang jelek saja. 7. Pertanyaan tidak terlalu panjang.

8. Urutan pertanyaan : dari yang umum ke spesifik, dari mudah ke sulit. 9. Memenuhi prinsip pengukuran (valid dan reliabel).

10.Penampilan fisik angket bagus.”

(http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:_OzTg1HJPGcJ:pksm.m ercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul)

Jenis pertanyaan dalam angket yang digunakan oleh penulis adalah pertanyaan tertutup, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2008, hal. 201):

”Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.”

Langkah-langkah di dalam penyusunan instrumen penelitian didukung dengan teori-teori atau pendapat para ahli, dalam hal ini penyusunan kisi-kisi kuesioner mengacu kepada pendapat para ahli, diantaranya dijelaskan Syamsu Yusuf (1989:24) mengemukakan pengertian disiplin yaitu sebagai berikut :”

a. Disiplin diartikan sebagai peraturan, order, patokan-patokan tentang perilaku, norma dan hukum.

b. Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan norma, atau patokan-patokan (standars).

c. Disiplin diartikan sebagai cara mendidik (melatih) individu agar berperilaku sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam lingkungan atau yang diterima di masyarakat.”(http://slideshare.net/cvrhmat/bab-ii-didiplin) Menurut pendapat di atas, disiplin sebagai aturan-aturan yang harus dilakukan dan dilaksanakan. Disiplin akan terasa manfaatnya jika manusia mempunyai impian dan cita-cita yang diinginkan bisa tercapai. Disiplin secara sederhana melatih diri untuk mengerjakan hal-hal yang sesuai dengan tujuan yang


(30)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ingin dicapai tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di suatu tempat atau suatu lingkungan.

Pengertian tentang Disiplin sebagai berikut:

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Pendisiplinan adalah usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk mentaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain.”(http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin) Dari pengertian di atas, seseorang yang memiliki disiplin akan selalu taat dan patuh terhadap suatu hal yang ia percayai yang kemudian akan membuatnya bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Disiplin seseorang tidak berpengaruh terhadap orang lain, jika seseorang melanggar suatu aturan maka hanya dia yang mendapatkan hukuman atau sanksi. Disiplin bisa menjadi sebuah indikasi bahwa sesorang memiliki minat, karena orang yang berminat akan menjadi taat dan memiliki tanggung jawab terhadap suatu hal yang ia minati. Menurut pemaparan di atas indikator disiplin yang akan diuraikan pada penyusunan angket meliputi aspek: Ketepatan waktu, ketaatan dan tanggung jawab siswa dalam belajar

Langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Melakukan spesifikasi data

Melakukan spesifikasi data bermaksud untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur secara terperinci, kemudian untuk dapat menyusun butir-butir pertanyaan atau pernyataan dalam angket, maka peneliti menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi ini merupakan konsep-konsep pokok yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, dari kisi-kisi kuisioner ini selanjutnya akan dibuat pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi isi dari kuisioner penelitian. Kisi-kisi angket bisa dilihat dalam tabel 3.4.


(31)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kisi-kisi Angket Tingkat Disiplin sebelum uji coba

Variabel Sub Variabel Indikator

No. Soal (+) (-) Disiplin 1. Ketepatan waktu Belajar Bertugas Latihan Masuk kelas Keluar Kelas 21,39,38, 48 33,5,43 31

2. Ketaatan Aturan Perintah Larangan Kesepakatan 24,47,29, 11,20,44, 7,16,46,40 22,15,30 45,34,41 27,3,42 50 3.Tanggung jawab Tugas Kewajiban Barang Alat 26,14,23, 12,37,36 18,35,17 ,2,9 8,28,1 49,25,6 4,19,10 32,13 2. Penyusunan butir-butir pertanyaan dan pernyataan angket

Setelah kisi-kisi tersusun, selanjutnya butir instrumen dibuat dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh angket yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Penyusunan dalam bentuk angket ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pokok permasalahan dalam penelitian ini. Berkaitan dengan alternatif jawaban angket, penulis menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert subyek tidak disuruh untuk memilih pernyataan-pernyataan yang disetujuinya saja.

Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan skala Likert untuk item alternatif jawaban. Setiap alternatif jawaban mempunyai nilai tersendiri sesuai dengan peringkat jawaban yang bersangkutan. Tentang kriteria pembuatan skor, selanjutnya setiap butir instrumen dibuat dalam bentuk pertanyaan, setiap pertanyaan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan alternatif jawaban yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut: kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-kadang = 2, Tidak pernah


(32)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= 1. Sedangkan kategori untuk setiap butir pernyataan negatif yaitu Selalu = 1, Sering = 2, Kadang-kadang = 3, Tidak pernah = 4. Mengenai kategori pemberian bobot nilai atau penyekoran terhadap setiap alternatif jawaban yang bernilai positif maupun yang bernilai negatif dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.3

Bobot Nilai Untuk Tiap Pertanyaan

Alternatif jawaban Bobot nilai soal (Positif) Bobot nilai soal (negatif)

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak pernah 1 4

F. Uji Coba Instrumen serta Penghitungan Validitas dan Reliabilitas

Sebelum angket disebarluaskan kepada anggota sampel yang sebenarnya terlebih dahulu penulis melakukan uji coba angket. Uji coba angket ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket, karena setiap alat ukur yang baik memiliki ciri-ciri tertentu, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2008, hal. 193) sebagai berikut:

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat. Merujuk pada penjelasan di atas, bahwa uji coba angket dilakukan dilakukan kepada atlet sepakbola dan atlet karate SMP Negeri 2 Banjaran. Angket tersebut diuji cobakan kepada 45 atlet karate dan 45 atlet sepakbola untuk diukur


(33)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validitas serta reliabilitasnya. Menurut Sugiyono (2011, hal 267) menjelaskan

bahwa: “Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur”. Sedangkan mengenai reliabilitas Sugiyono (2008, hal.

268) menjelaskan bahwa : “Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan

stabilitas data atau temuan”.

1. Uji Validitas

Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 2002 : 145). Pengujian validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap tingkat disiplin atlet. Langkah uji validitas instrumen tingkat disiplin atlet adalah dengan menghitung koefisien korelasi skor setiap butir item dengan rumus Product Moment Correlation, yaitu :

  

 

 

  2 2 2 2 . Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan : xy

r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = Jumlah responden

XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

 

2

X = Kuadrat jumlah skor X

 

2

Y = Kuadrat jumlah skor Y

Setelah menghitung nilai koefisien korelasi setiap item, selanjutnya dilakukan pada langkah membandingan besar nilai hitung rhitung terhadap nilai rtabel


(34)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jika rhitung = rtabel berarti valid

Jika rhitung > rtabel berarti valid, dan

Jika rhitung < rtabel berarti tidak valid

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2007 terhadap butir pernyataan angket tentang tingkat disiplin

sebanyak 50 item pernyataan dengan jumlah sampel sebanyak 45 atlet karate dan 45 atlet sepakbola. Setelah uji validitas terhadap angket tentang tingkat disiplin belajar dari 50 item pernyataan diperoleh item pernyataan yang valid sebanyak 40 item dengan tarap kepercayaan 95%, dan n = 45, nilai r =0,294 dan sebanyak 10 item pernyataan yang tidak valid.

Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen tingkat disiplin atlet sepakbola dan atlet karate pada pembelajaran penjas di SMPN 2 Banjaran secara rinci tertera di bawah ini:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Atlet Sepakbola

No r hitung r table Keterangan

1 0.332 0,294 Valid

2 -0,05 0,294 Tidak Valid

3 0,387 0,294 Valid

4 0,294 0,294 Valid

5 0,192 0,294 Tidak Valid

6 0,59 0,294 Valid

7 0,3 0,294 Valid

8 0,379 0,294 Valid

9 0,55 0,294 Valid

10 -0,06 0,294 Tidak Valid

11 0,301 0,294 Valid

12 0,57 0,294 Valid

13 -0,01 0,294 Tidak Valid

14 0,441 0,294 Valid

15 0,301 0,294 Valid

16 0,375 0,294 Valid

17 0,298 0,294 Valid

18 0,337 0,294 Valid

19 0,265 0,294 Tidak Valid

20 0,535 0,294 Valid

21 0,461 0,294 Valid

22 0,477 0,294 Valid

23 0,353 0,294 Valid

24 0,437 0,294 Valid


(35)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26 0,581 0,294 Valid

27 0,4 0,294 Valid

28 0,474 0,294 Valid

29 0,522 0,294 Valid

30 0,294 0,294 Valid

31 0,499 0,294 Valid

32 0,232 0,294 Tidak Valid

33 0,255 0,294 Tidak Valid

34 0,575 0,294 Valid

35 0,541 0,294 Valid

36 0,521 0,294 Valid

37 0,178 0,294 Tidak Valid

38 0,476 0,294 Valid

39 0,343 0,294 Valid

40 0,003 0,294 Tidak Valid

41 0,359 0,294 Valid

42 0,202 0,294 Tidak Valid

43 0,661 0,294 Valid

44 0,297 0,294 Valid

45 0,378 0,294 Valid

46 0,446 0,294 Valid

47 0,452 0,294 Valid

48 0,344 0,294 Valid

49 0,566 0,294 Valid

50 0,571 0,294 Valid

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Atlet Karate

No r hitung r table Keterangan

1 0,377 0,294 Valid

2 -0,094 0,294 Tidak Valid

3 0,363 0,294 Valid

4 0,364 0,294 Valid

5 0,192 0,294 Tidak Valid

6 0,51 0,294 Valid

7 0,312 0,294 Valid

8 0,394 0,294 Valid

9 0,524 0,294 Valid

10 -0,008 0,294 Tidak Valid

11 0,354 0,294 Valid

12 0,61 0,294 Valid

13 0,038 0,294 Tidak Valid

14 0,339 0,294 Valid

15 0,425 0,294 Valid

16 0,294 0,294 Valid

17 0,346 0,294 Valid

18 0,304 0,294 Valid

19 0,13 0,294 Tidak Valid

20 0,457 0,294 Valid

21 0,405 0,294 Valid

22 0,441 0,294 Valid

23 0,349 0,294 Valid


(36)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25 0,299 0,294 Valid

26 0,537 0,294 Valid

27 0,424 0,294 Valid

28 0,547 0,294 Valid

29 0,505 0,294 Valid

30 0,523 0,294 Valid

31 0,294 0,294 Valid

32 0,039 0,294 Tidak Valid

33 0,159 0,294 Tidak Valid

34 0,474 0,294 Valid

35 0,337 0,294 Valid

36 0,392 0,294 Valid

37 0,186 0,294 Tidak Valid

38 0,492 0,294 Valid

39 0,306 0,294 Valid

40 0,037 0,294 Tidak Valid

41 0,388 0,294 Valid

42 0,125 0,294 Tidak Valid

43 0,404 0,294 Valid

44 0,5 0,294 Valid

45 0,517 0,294 Valid

46 0,33 0,294 Valid

47 0,478 0,294 Valid

48 0,424 0,294 Valid

49 0,309 0,294 Valid

50 0,588 0,294 Valid

Table 3.6

Hasil Uji Validitas Item Jenis

instrument

No item

tidak valid No item valid

Tingkat Disiplin 2,5,10,13,19 32,33,37,40 42 1,3,3,6,7,8,9,11,12,14,15,16,17,18,20,21, 22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,34,35,36,38,39 41,43,45,46,47,48,49,50 Tabel 3.7

Kisi-kisi Angket Tingkat Disiplin Setelah Uji Coba

Variabel Sub Variabel Indikator No. Soal

(+) (-) 1.Ketepatan waktu Belajar Bertugas Latihan Masuk kelas Keluar Kelas 21,39,38, 48 43,31


(37)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Disiplin

2. Ketaatan Aturan Perintah Larangan Kesepakatan 24,47,29, 11,20,44, 7,16,46, 22,15,30 45,34,41 27,3,50 3.Tanggung jawab Tugas Kewajiban Barang Alat 26,14,23, 12,36,18, 35,17 ,9 8,28,1 49,25,6 4,

Kisi-kisi kuesioner dalam tabel 3.7 digunakan dalam penyusunan kuesioner untuk memperoleh data penelitian mengenai perbandingan tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada uji coba angket yang sudah divalidasi. Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda, Menurut Arikunto (2002, hal. 154). Uji reliabilitas instrumen ini menggunakan rumus dari Cronbach’s Alpha. Adapun langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:

1). Menghitung varian skor tiap-tiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Si = ∑Xi -

(∑Xi) N N Keterangan :

Si = varian skor tiap item n = jumlah responden

2). Kemudian menjumlahkan varian semua item pernyataan dalam instrumen,

dengan cara : ∑Si = S1+S2+S3...S11

Keterangan :

S1, S2, S3...S11 = varians item ke 1, 2, dan seterusnya.


(38)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selanjutnya menghitung varian total dengan rumus :

St = ∑Xt - ( N ∑Xt) N

Keterangan :

St = varian total

∑Xt = jumlah kuadrat X total n = jumlah responden

3). Selanjutnya menghitung reliabilitas dengan rumus Cronbach’s Alpha

r11 = ( K ) ( 1 - ∑Si² )

k-1 St²

Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas

∑Si² = jumlah varian skor tiap-tiap item St² = varian total

k = jumlah item

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Kriteria Kategori

0.91-1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0.71-0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41-0.71 Derajat keterandalan sedang 0.21-0.41 Derajat keterandalan rendah

< 0.20 Derajat keterandalan sangat rendah

Rakhmat dan Solehuddin (2006, hal. 74)

Perhitungan uji reliabilitas pada variabel tingkat disiplin siswa dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, dapat dilihat di bawah ini.


(39)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diketahui :

∑Si²sepakbola = 20947,042 Si²sepakbola = 822892 k = 40

∑Si²karate = 20689,474 Si²karate = 805336 k = 40

Hasil uji reliabilitas terhadap instrumen tingkat disiplin atlet menunjukan tingkat derajat keterandalan sangat tinggi dengan hasil perhitungan 0.9995 dan 0.9942 sesuai dengan kriteria di atas yang menunjukan nilai 0.91-1.00 berada pada kategori sangat tinggi. Instrumen tingkat disiplin atlet sepakbola dan atlet karate di SMP Negeri 2 Banjaran mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten.

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Data penelitian berupa jawaban dari angket yang diberikan pada responden, jumlah angket yang diberikan kepada responden sejumlah 40 soal tentang tingkat disiplin atlet sepakbola dan karate di sekolah. Instrumen yang telah dinyatakan valid dan reliabel dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, dalam penelitian ini alat pengumpul data diperbanyak untuk disebarkan kepada sample penelitian yang merupakan sumber data dalam penelitian ini.

Penelitian perbandingan Tingkat Disiplin Atlet SMP Negeri 1 Banjaran dilaksanakan tempat yang berbeda sesuai dengan sampelnya. Untuk sampel atlet karate dan atlet sepakbola dilaksanakan di kampus SMP Negeri 1 Banjaran

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah: rsepakbola = (

K

) ( 1 - ∑Si² )

k-1 Si²

rsepakbola = (

40

) ( 1 - 20947,042 )

40 – 1 822892

rsepakbola = 0,9995 rkarate = 0,9942


(40)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Penyampaian tujuan penelitian angket

b) Penyebaran angket

c) Penjelasan petunjuk pengisian angket d) Pengumpulan angket

e) Penutup.

H.Prosedur Pengolahan Data

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Menyeleksi data setelah angket terkumpul dari para sampel sebagai sumber data, maka harus diseksi untuk memeriksa keabsahan pengisian angket. 2. Memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket dengan

ketentuan sebagai berikut:

Kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-kadang = 2, Tidak pernah = 1. Sedangkan kategori untuk setiap butir pernyataan negatif yaitu Selalu = 1, Sering = 2, Kadang-kadang = 3, Tidak pernah = 4.

3. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.

4. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk tiap butir pernyataan.

5. Menganalisa data, yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipercaya. Selanjutnya untuk memperoleh hasil pengolahan data sehingga dapat menggambarkan masalah yang diungkap yaitu mengenai Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung. Maka penulis menggunakan teknik perhitungan sebagai berikut untuk menjawab rumusan masalah. Rumusan masalahnya yaitu seberapa besar tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran.


(41)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menghitung persentase gambaran alternatif jawaban dari setiap sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

x100

Keterangan :

P : Persentase

∑X1 :Jumlah skor aktual atau pengamatan

∑X2 : Jumlah skor ideal atau pengharapan

100% : Bilangan tetap

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan disimpulkan guna mempermudah dalam penafsiran dari setiap indikator angket dan kesimpulan dari seluruh angket Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung. Dalam hal ini memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto (1993, hal. 46), dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kriteria Frekuensi Persentase

Rentang Nilai Kriteria

0.90-1.00 Sangat Baik

0.71-0.90 Baik

0.41-0.71 Cukup Baik

0.21-0.41 Kurang Baik

<0,20 Tidak Baik

Selanjutnya penulis menggunakan rumus independent sample t-test dengan menggunakan rumus separated varians untuk menjawab apakah ada perbedaan tingkat disiplin antara atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran. Adapun rumus separated varians yang telah dijelaskan oleh Nurhasan (1999:51), yaitu sebagai berikut:

t =

2 2 2 1

2 1

2 1

n S n S

X X

 


(42)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Arti dari unsur-unsur tersebut di atas adalah:

1

X = Nilai rata-rata variabel 1. (atlet karate).

2

X = Nilai rata-rata variabel 2 (atlet sepakbola). n1 = Jumlah Sampel variabel 1 (atlet karate).

n2 = Jumlah sampel variabel 2 (atlet sepakbola). S1 = Simpangan baku kelompok atlet karate.

S2 = Simpangan baku kelompok atlet sepakbola.

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk penghitungannya adalah sebagai berikut:

a. Rumuskan hipotesisnya.

b. Hitung nilai t dengan rumus tersebut. c. Tentukan dk-nya = (n1 + n2 -2).

d. Tentukan tingkat kepercayaan yang akan diambil (0,01 atau 0,05) yang dalam penelitian ini diambil tarap kepercayaan  0,05.

e. Bandingkan hasil t, antara thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan

yang diajukan dengan peluang t1-1/2.

f. Tentukan hipotesis diterima atau ditolak.

g. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan Microsoft Ecxel 2007 melalui analisis data.


(43)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Hal tersebut berdasarkan fakta dan ada yang penulis peroleh di lapangan. Adapun kesimpulannya bahwa:

1. Bahwa tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran terdapat 4 orang masuk pada kriteria sangat baik dengan jumlah persentase sebesar 8.889%, terdapat 35 orang masuk pada kriteria baik dengan jumlah persentase sebesar 77.778%, sedangkan terdapat 6 orang masuk pada kriteria cukup baik dengan jumlah persentase sebesar 13.333%.

2. Bahwa tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran terdapat 0 orang masuk pada kriteria sangat baik dengan jumlah persentase sebesar 0%, terdapat 26 orang masuk pada kriteria baik dengan jumlah persentase sebesar 57.778%, sedangkan terdapat 19 orang masuk pada kriteria cukup baik dengan jumlah persentase sebesar 42.222%.

3. Bahwa tingkat disiplin atlet karate lebih tinggi dibandingkan dengan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung. Secara umum rata-rata tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas memiliki tingkat disiplin yang masuk pada kriteria baik. Akan tetapi secara personal pada atlet karate terdapat 4 orang yang masuk pada kriteria tingkat disiplin sangat baik, 35 orang masuk pada kriteria baik dan 6 orang masuk pada kriteria cukup baik. Sedangkan pada tingkat disiplin atlet sepakbola tidak ada sama sekali orang yang masuk pada kriteria sangat baik, 26 orang masuk pada kriteria baik dan 19 orang masuk pada criteria cukup baik. Artinya tingkat disiplin atlet karate lebih tinggi dibandingkan dengan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung.


(1)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B.Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah penulis kemukakan di atas, berikut beberapa saran-saran sebagai berikut:

1. Perbedaan tingkat disiplin belajar siswa pada pembelajaran penjas di SMP Negeri 1 Banjaran dalam aspek ketepatan waktu, ketaatan dan tanggung jawab dapat berubah-ubah pada setiap siswa tergantung pada faktor yang mempengaruhinya ketika siswa itu berada dan bergaul. Faktor yang mempengaruhinya adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sehinggat terjadi suatu stimulus atau rangsangan sehingga siswa dapat merespon bagaimana harus bersikap dan berperilaku kemudian timbulah pengalaman-pengalaman yang siswa alami. Oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan dan pengarahan guru, kususnya guru penjas sehingga perubahannya selalu menuju kearah yang lebih positif untuk menuju kepada tujuan pendidikan secara utuh.

2. Bagi guru pendidikan jasmani, dalam hal ini diperlukan kesabaran dari guru untuk bisa memberikan pengalaman belajar yang positif sehingga siswa mengetahui tujuan setelah siswa mengikuti proses PBM.

3. Bagi intansi yang terkait baik di lingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat dapat menerapkan aturan, norma-norma yang berlaku serta harus ada panutan bagi siswa bahwa disiplin adalah dasar dari kesuksesan karir siswa.

4. Pihak sekolah diharapkan lebih mendekatkan diri kepada siswa supaya terjadi sebuah pendekatan emosional sehingga siswa bisa mencurahkan permasalahan yang terjadi kepadanya kemudian pihak sekoah bisa memberikan bimbingan dan konseling dan hasil bimbingan itu kemudian diberitahukan kepada orang tua siswa supaya mereka mengetahui permasalah yang terjadi pada anankya. 5. Bagi pelatih ekstrakurikuler karate untuk bisa mempertahankan situasi latihan


(2)

92

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus bisa meningkatkan lagi tingkat disiplinnya dengan memberikan latihan yang bermakna.

6. Bagi pelatih ekstrakurikuler sepakbola untuk meningkatkan lagi tingkat disiplin para anak asuhnya dengan memberikan latihan yang bernakna.

7. Bagi atlet karate dan atlet sepakbola untuk meningkatkan lagi kesadaran berdisiplin yang lebih baik lagi untuk menjadi pribadi yang teratur, sadar akan aturan, dan berkelakuan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat, sekolah, rumah dan di mana saja para atlet bergaul. 8. Bagi para mahasiswa diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan

cakupan yang lebih spesifik, sebab penulis merasa lebih banyak kekurangan dalam penelitian ini oleh karena keterbatasan waktu, tenaga serta biaya.


(3)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Amatembum. 1981. Manajemen Kelas I . Bandung: IKIP Bandung.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemin Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Djojonegoro, Wardiman. (1996). Lima Pulu Tahun Perkembangan Pendidikan

Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : CV.Tambal Kurnia.

Husdarta, J.S. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Alfabeta.

Juliantine, dkk. (2010). Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Kosasih, Engkos. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademika Presindo.

Kusmaedi, Nurlan dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahendra. (2002). Pembelajaran Senam. Dirjen Dikdasmen. Jakarta.

Nurhasan. (1999). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.


(4)

94

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prijodarminto, Soegeng. (1994). Disiplin Kiat Menuju Sukses. Cetakan keempat. Jakarta: PT Abadi.

Rakhmat, C dan Solehuddin, M. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Andira.

Ruhimat, dkk. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.

Soedjono. (1985). Sepakbola: Taktik dan Kerjasama. Yogyakarta: PT. Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat.

Sucipto, dkk. (2000). Sepak Bola. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran.

Sugiyono, Prof. Dr. (2008), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, Prof. Dr. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukatamsi, (2001). Permainan Besar Sepak Bola. Jakarta: Pusat Penerbitan.

Sukintaka, (1983). Permainan dan Metodik. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Supandi. (1990). Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Tu’u. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:

Gramedia Widiasarana.

Unaradjan, Dolet. (2003). Manajemen Disiplin. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Undang-undang RI No. 03/2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Yusuf, S. (1989). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Online). Tersedia: http://www.slideshare.net/cvrhmat/bab-ii-disiplin.


(5)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber-sumber dari internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_pertama

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran

http://id.wikipedia.org/wiki/Karate-do

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurikuler

http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/

http://.kompas.com/read/2012/09/06/10514151/6.Manfaat.Latihan.Bela.Diri.untuk .Anak

http://www.slideshare.net/ACIHSOPIAH/kurikulum-dan-pembelajaran-3785721

http://id.scribd.com/doc/37576087/9/Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-Disiplinfah

http://www.slideshare.net/cvrhmat/bab-ii-disiplin

http://islamadinafifa.wordpress.com/2010/10/15/karate-do

http://www.inkai-samarinda.com/artikel-28-20-filosofi-karate-gichin-funakoshi.htm

http://www-sahro.wen9.com/tingkatan-gelar.html

http://inkadosemarang.wordpress.com/2011/02/06/makna-warna-sabuk-karate/

http://materipenjasorkes.blogspot.com/2013/05/definisi-pendidikan-jasmani.html

http:/syair79.file.wordpress.com/2009/04/bab-ii3.doc

http://.google.co.id/#hl=id&sclint=psyab&q=dasar+permainan+sepakbola+menur ur+sukatamsi+1992:19&oq=dasar+permainan+sepakbola

http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif

http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:_OzTg1HJPGcJ:pksm.mercubuana. ac.id/new?elearning/file_modul


(6)

96

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu http:// kbbi.web.id/atlet