PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 40 Kota B

(1)

Aby Dzar, 2013

No : 13/SI/KTP/JUNI 2013

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL

COLLABORATIVELEARNINGDENGAN MODEL STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAPPENINGKATAN HASIL

BELAJARSISWA PADA MATAPELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

(KuasiEksperimenTerhadapSiswaKelas VIII SMPN 40 Kota Bandung)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyaratMemperolehGelarSarjanaPen didikanProgram StudiTeknologiPendidikan

Oleh

AbyDzar

0806922

KONSENTRASI PENDIDIKAN GURU TIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL COLLABORATIVELEARNING DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

TERHADAPPENINGKATAN HASIL BELAJARSISWA PADA MATAPELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

(KuasiEksperimenTerhadapSiswaKelas VIII SMPN 40 Kota Bandung)

Oleh AbyDzar

Sebuahskripsi yang diajukanuntukmemenuhisebagiandarisyaratmemperolehgelar SarjanaPendidikanProgram StudiTeknologiPendidikan

© AbyDzar 2013

UniversitasPendidikan Indonesia

Juli 2013

HakCiptadilindungiundang – undang


(3)

Aby Dzar, 2013

dengandicetakulang, diphotocopyataucaralainnyatanpaijindaripenulis LEMBAR PENGESAHAN

AbyDzar 0806922

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (KuasiEksperimenTerhadapSiswaKelas VIII SMPN 40 Kota Bandung)

Disetujuidandisahkanoleh:

Pembimbing I

Drs. H. DidiSupriadie, M.Pd. NIP. 19560404 198403 1 003

Pembimbing II

Dr. Rusman, M.Pd NIP. 19720505 199802 1 001

Mengetahui,

KetuaJurusan

KurikulumdanTeknologiPendidikan

Dr. Toto Ruhimat, M.Pd NIP. 19591121 198503 1 001

Ketua Prodi TeknologiPendidikan

Dr. Rusman, M.Pd NIP. 19720505 199802 1 001


(4)

iv ABSTRAK

Aby Dzar (0806922), Perbandingan Penerapan Model Collaborative Learning dengan Model Student Teams Achievement Division Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 40 Kota Bandung).”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penerapan model collaborative learning dengan model student teams achievement division pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa, guna menunjang pembelajaran.

Penelitian ini menjawab permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu “Apakah Terdapat Perbedaan Hasil Belajar yang Signifikan Antara Siswa yang Menggunakan Model Collaborative Learning dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMPN 40 Kota Bandung ?. Secara lebih rinci rumusan masalah terdiri dari tigas aspek yang menjadi fokus peneliti yaitu Apakah Terdapat Perbedaan Hasil Belajar yang Signifikan Antara Siswa yang Menggunakan Model Collaborative Learning dengan Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3) dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMPN 40 Kota Bandung ?.

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalahpretest and posttest control group design, menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrument yang digunakan merupakan tes objektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 40 Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, ternyata secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model collaborative learning dengan siswa yang menggunakan model STAD. Untuk per aspek, baik pada aspek mengingat, memahami, dan menerapkan, penggunaan model collaborative learning dapat meberikan hasil yang lebih signifikan daripada penggunaan model STAD.


(5)

v

Aby Dzar, 2013

ABSTRACT

Aby Dzar (0806922), "Comparative Application of Collaborative Learning Model to Model Student Teams Achievement Division Against Improved Student Learning Outcomes In Subjects Information and Communication Technology (Quasi-Experiments Against Students Class VIII SMP 40 Bandung)."

The purpose of this study was to compare the implementation of collaborative learning models with models of student achievement division teams in the Subject Information and Communication Technologies for improving student learning outcomes, in order to support learning.

This study answers the research problems that have been formulated, namely "Is There a Significant Difference Between Learning Outcomes Students Using Collaborative Learning Model to Student Learning Model Using Student Teams Achievement Division (STAD) in Subjects Information and Communication Technology in SMP 40 Bandung ?. In more detail the problem formulation consists of tigas aspects are the focus of researchers is Is There Significant Differences Between Learning Outcomes Students Using Collaborative Learning Model to Student Learning Model Using Student Teams Achievement Division (STAD) on a given aspect (C1), understanding ( C2), and applying (C3) in Subjects Information and Communication Technology in SMP 40 Bandung?.

This study uses a quasi-experimental methods. Design used in this study is a pretest and posttest control group design, using the experimental class and the control class. Instrument used an objective test. The population in this study were all students of class VIII SMP 40 Bandung. Sampling technique with cluster sampling technique.

Based on the results obtained, it can generally be concluded that there are significant differences in learning outcomes between students who use the model of collaborative learning by students using STAD model. For per aspect, considering both aspects, understand, and apply, the use of collaborative learning models can not give more significant results than the use of STAD model.

Keywords: Collaborative Learning, Student Teams Achievement Division, Learning Outcomes.


(6)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK………. ... iv

DAFTAR ISI………….. ... v

DAFTAR TABEL………. ... viii

DAFTAR GRAFIK……… ... x

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. TujuanPenelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 6

E. DefinisiOperasional... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS A. BelajardanPembelajaran ... 9

1. KonsepBelajar ... 9

2. Prinsip-prinsipBelajar ... 10

3. Faktor-faktor yang mempengaruhibelajar ... 11

4. KonsepPembelajaran ... 12

5. Prinsip-prinsipPembelajaran ... 13

B. Model Pembelajaran... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15


(7)

vi

Aby Dzar, 2013

3. Klasifikasi Model Pembelajaran ... 17

C. Model Collaborative Learning ... 19

1. Pengertian Model Collaborative Learning ... 19

2. Peranan Guru Dalam Model Collaborative Learning ... 20

3. ProsedurPembelajaranMenggunakan Model Collaborative Learning 21 4. Tujuan Model Collaborative Learning ... 21

5. KelebihandanKekurangan Model Collaborative Learning ... 22

D. Model Student Teams Achievement Division (STAD) ... 23

1. Langkah-langkahpembelajarankoperatif model STAD ... 23

2. KelebihandanKekurangan Model STAD ... 25

E. KonsepHasilBelajar... 26

1. PengertianHasilBelajar ... 26

2. Faktor-faktor yang MempengaruhiHasilBelajar ... 27

3. PembagianHasilBelajar ... 28

F. Mata Pelajaran TIK ... 29

G. Asumsi……….. ... 33

H. HipotesisPenelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. MetodePenelitian... 36

B. DesainPenelitian ... 37

C. PopulasidanSampelpenelitian ... 39

1. PopulasiPenelitian ... 39

2. SampelPenelitian ... 39

D. TeknikPengumpulan Data ... 40

E. AnalisisInstrumenTes ... 41


(8)

vii

2. UjiReliabilitas ... 43

3. Tingkat KesukaranSoal ... 43

4. DayaPembeda ... 44

F. TeknikPengolahandanAnalisis Data ... 45

1. UjiNormalitas ... 45

2. UjiHomogenitas ... 46

3. UjiHipotesis 46 G. ProsedurPelaksanaanPenelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilUjiCobaInstrumen... 48

B. GambaranHasilPenelitian ... 55

C. PembahasanHasilPenelitian ... 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………… ... 82

B. Saran……… ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(9)

viii

Aby Dzar, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 HubunganantaraVariabel ... 37

Tabel 3.2 DesainPenelitian... 37

Tabel 3.3 KriteriaAcuanValiditasSoal ... 42

Tabel 3.4 KriteriaKoefisienDayaPembeda... 45

Tabel 4.1 RingkasanperhitunganUjiValiditasInstrumen ... 48

Tabel 4.2 HasilUjiCobaInstrumen ... 49

Tabel 4.3 RealibilitasSoal ... 51

Tabel 4.4 Analasis Tingkat KesukaranSoal ... 51

Tabel 4.5 Persentase Tingkat KesukaranSoal ... 53

Tabel 4.6 DayaPembedaSoal ... 53

Tabel 4.7 Rata-rata SkorPretesdanPostes ... 55

Tabel 4.8 Rata-rata SkorPretesdanPostesAspekmengingat (C1) ... 57

Tabel 4.9 Rata-rata SkorPretesdanPostesAspekmemahami (C2) ... 58

Tabel4.10 Rata-rata SkorPretesdanPostesAspekMenerapkan (C3) ... 60


(10)

ix

Tabel 4.12 TabelHomogenitasuntuk Gain Total kelasEksperimendanKelasKontrol 64

Tabel 4.13 UjiHomogenitasAspekMengingat ... 65

Tabel 4.14 UjiHomogenitasAspekMemahami ... 66

Tabel 4.15 UjiHomogenitasAspekMenerapkan ... 69

Tabel 4.16 PengujianHipotesisUmum ... 70

Tabel 4.17 Uji t-independentAspekMengingat ... 70

Tabel 4.18 Uji t-independentAspekMemahami ... 71


(11)

x

Aby Dzar, 2013

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rata-rata PretesdanPostes ... 56

Grafik 4.2 Rata-rata PretesdanPostesAspekMengingat ... 57

Grafik 4.3 Rata-rata PretesdanPostesAspekMemahami ... 59


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat yang dipicu oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika.Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi.Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut.

Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai siswa sedini mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas.Hasil-hasil teknologi informasi dan komunikasi banyak membantu manusia untuk dapat belajar secara cepat.Dengan demikian selain sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk merevitalisasi proses belajar yang pada akhirnya dapat mengadaptasikan siswa dengan lingkungan dan dunia kerja.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat memaksa kita untuk mengikuti alur tersebut. Dalam era yang serba canggih ini kebutuhan akan sebuah sistem informasi sudah menjadi hal yang sangat lumrah bagi khalayak banyak, mulai dari penggunan jaringan pendidikan nasional (JARDIKNAS) dalam sektor pendidikan, penggunan ktp elektronik yang menggantikan fungsi ktp yang ada, surat elektronik sebagai pengganti surat yang telah lama digunakan, serta pengaplikasian teknologi dan informasi dalam proses pembelajaran.Oleh karena itu, Mata Pelajaran


(13)

2

Aby Dzar, 2013

Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar dalam jenjang pendidikan.Hal ini sebagai jawaban atas perkembangan era global yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan pendidikan.

Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi mata pelajaran utama di kurikulum saat ini dan bukan menjadi muatan lokal saja.Dari perkembangannya hingga saat ini tentu para guru sudah banyak menerapkan model dan metode pembelajaran yang ada untuk mengajar mata pelajaran ini.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaukan program latihan profsi (PLP) pada bulan Februari – Juni 2012, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang krusial selama pelajaran berlangsung, daiantaranya belum adanya sarana yang memadai untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, hal ini dikarenakan jumlah komputer yang ada belum sesuai dengan jumlah siswa tersebut.

Permasalahan lain yang ditemukan oleh peneliti adalah waktu yang tersedia kurang memadai untuk melakukan pembelajaran yang maksimal. Permasalahan ini penulis rasakan ketika melakukan pembelajaran yang dimana para siswa cenderung mencari perhatian guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa kondisi yang disebutkan sebelumnya peneliti merasa harus ada model yang memang sesuai untuk menjawab kebutuhan para siswanya.

Peneliti berasumsi bahwa melakukan pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi haruslah bisa dikemas dengan manis, menarik, dan menyenangkan. Peneliti merasa bahwa siswa pada usia SMP masih sangat kuat dengan pengaruh eksternalnya, ketika ada salah satu diantaranya temannya yang tidak mengerjakan tugas dan hal ini bisa mempengaruhi siswa yang lain. Oleh sebab itu peneliti merasa bahwa proses pembelajaran berupa kerjasama dalam membangun pengetahuan bisa menjadi salah satu solusi yang ditawarkan oleh penulis dalam permasalahan ini. Pada proses pembelajaran peneliti tertarik untuk


(14)

3

membandingkan modelcollaborative learninig; yaitu suatu modelpembelajaran yang memadukan antara kecerdasan interpersonal, kemampuan kerjasama antara siswa dalam interaksi kelompok dengan model student teams achievement division. Pada model collaborative learning siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang memiliki tugasnya masing-masing, mulai dari pembagian kelompok perpoin materi atau pembagian kelompok berdasarkan beban kognitif dan penugasan dalam kelompoknya masing-masing sedangkan dalam model student teams achievement division siswa dibagi kedalam kelompok berdasarkan tingkat kecerdasa, suku, dan jenis kelamin. Dalam proses pembelajaran menggunakan model student teams achievement division siswa belajar dalam kelompok dan diberikan lembar pedoman kerja oleh guru. Lebih jauh Slavin dalam Rusman (2010:214) menyatakan bahwa “Gagasan utama dalam STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.

Alasan peneliti memilih judul ini adalah peneliti merasa bahwa dengan membandingkan modelcollaborative learning dan model student teams achievement division agar dapat melihat model mana yang lebih tepat digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kedua model telah digunakan pada penelitian sebelumnya dan sama-sama memberikan hasil yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa.Alasan selanjutnya adalah kedua model ini memiliki keunikan masing-masing, dimulai dari model collaborative learning yang pada proses pembelajarannya membagi siswa kedalam kelompok belajar berdasarkan pada fungsi kolaborasi yaitu saling melengkapi sedangkan pada model student teams achievement division siswa tidak dibagi berdasarkan prinsip kolaborasi namun siswa dikelompokan berdasarkan tingkat kecerdasan, suku, dan jenis kelamin.

Peneliti dalam memilih judul di atas juga didukung dengan adanya hasil penelitian terdahulu yang berjudul penerapan metodeCollaborative


(15)

4

Aby Dzar, 2013

Learninguntuk meningkatkanpemahaman materi mata kuliah metodologipenelitianin.Kesimpulannya adalah adanya peningkatan pemahaman tentang teknik pengumpulan data, hipotesa dan analisa data kecendrungan yang mengalami peningkatan di atas 84 %. Penelitian terdahulu tentang student teams achievement division yang dilakukan oleh Herlina Binti Marthin yang juga menjadi alasan penulis mengambil judul ini. Penelitian ini berbicara tentang penerapan model pemebelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VII-G SMPN 07 Malang pada materi pertidaksamaan linear satu variabel.Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan pembelajaranSTAD, prestasi belajar siswa kelas VII-G SMPN 07 Malang mengalamipeningkatan.Pada penelitian ini prestasi belajar siswa diperoleh dari skor kuispada siklus pertama skor kuis pada siklus kedua dan nilai aktivitas siswa padasiklus pertama dan kedua. Pada siklus pertama

diperoleh prosentase banyak siswayang mendapat nilai kuis ≥ 75 belum

mencapai 75%, yaitu pada pertemuanpertama 68,4 % dan pertemuan kedua 73,68 %. Pada siklus kedua diperolehprosentase banyak siswa yang mendapat nilai kuis ≥ 75 telah mencapai ≥ 75%,yaitu pada pertemuan pertama 78,5% dan pertemuan kedua 85,73 %. Sedangkanuntuk prosentasi banyaknya siswa yang mendapat nilai aktivitas siswa ≥ 75 belummencapai 75% pada siklus pertama pertemuan pertama, yaitu hanya 65,79%. Padapertama pertemuan kedua dan siklus kedua diperoleh prosentase banyak siswayang mendapat nilai kuis ≥ 75 telah mencapai ≥ 75%, yaitu pada pertemuankedua siklus pertama 76,92% dan siklus kedua pertemuan pertama dan keduamasing-masing 90,24 % dan 92,68% .


(16)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka permasalahan secara umum dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model collaborative learning dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran student teams achievement division dalam mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi di SMP Negeri 40 Kota Bandung ?”

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini maka diidentifikasikan pada sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan modelcollaborative learning dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran student teams achievement division (STAD) pada aspek mengingat (C1) dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri 40 Kota Bandung ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan modelcollaborative learning dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran student teams achievement division (STAD) pada aspek memahami (C2) dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri 40 Kota Bandung ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan modelcollaborative learning dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran student teams achievement division (STAD) pada aspek menerapkan (C3) dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri 40 Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam peneitian ini adalah untuk membandingkanpenerapan modelcollaborative learning dengan model student teams achievement division pada mata pelajaran teknologi


(17)

6

Aby Dzar, 2013

informasi dan komunikasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa, guna menunjang kualitas pembelajaran. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang :

1. Memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar antara model collaborative learning dan model student teams achievement division (STAD) pada siswa SMP kelas VIII pada ranah kognitif aspek mengingat (C1).

2. Memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar antara model collaborative learning dan model student teams achievement division (STAD) pada siswa SMP kelas VIII pada ranah kognitif aspek memahami (C2).

3. Memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar antara model collaborative learning dan model student teams achievement division (STAD) pada siswa SMP kelas VIII pada ranah kognitif aspek menerapkan (C3).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang penerapan modelcollaborative learning pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi terhadap hasil belajar siswa di kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada khasanah kajian keilmuan tentang model pembelajaran baik dalam perancangan maupun pengembangan

2. Manfaat Praktis

a. Praktisi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada praktisi pendidikan agar dapat meningkatkan kualitas pengajarannya dengan memanfaatkan model pembelajaran berupa


(18)

7

modelcollaborative learning sehingga proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif dan efisien.

b. Siswa

Sebagai salah satu metode alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan keaktifannya, serta meningkatkan kemampuannya siswa dalam memahami mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi di Sekolah Menengah Pertama.

c. Peneliti

Memperdalam wawasan keilmuan dan memberikan gambaran yang jelas dalam memilih, memanfaatkan, dan mengembangkan model pembelajaran yang tepat dalam menunjang proses belajar mengajar di kelas.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang terdapat dalam judul, maka terlebih dahulu penulis akan mencoba menjelaskan pengertian serta maksud yang terkandung dalam judul tersebut, sehingga diharapkan akan terdapat keseragaman landasan berfikir antara penulis dengan pembaca.

1. Penerapan

Penerapan dalam penelitian ini adalah penggunaan model collaborative learning yang digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Model Collaborative Learning

Menurut Smith & MacGregor (Nurbono, 2012), “Collaborative Learning adalah satu istilah untuk suatu jenis pendekatan pendidikan yang meliputi penggabungan karya/usaha intelektual siswa, atau siswa bersama dengan guru.Biasanya, siswa bekerja dalam 2 atau lebih kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian, atau arti, atau


(19)

8

Aby Dzar, 2013

membentuk suatu produk/hasil”.Model collaborative learning adalah model yang diterapkan oleh peneliti pada kelas eksperimen.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh siswaakan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswayang dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Adapun yang dimaksudkan dengan hasil belajar pada penelitian ini yaitu hasil belajar pada ranah kognitif aspek memahami, menerapkan, dan menganalisis dengan stimulus pembelajaran menggunakan modelcollaborative learning dan model pembelajaran studentteams achievement division (STAD)

4. Mata Pelajaran TIK

Mata pelajaran TIK adalah salah satu mata pelajaran wajib di sekolah yang mempelajari tentang perkembangan, penggunaan, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, mata pelajaran TIK inilah yang nanti akan digunakan dalam penelitian ini.

5. Model Student Teams Achievement Division (STAD)

Menurut Slavin dalam Rusman (2010:213) model STAD merupakan variasi pembelajaran koperatif yang paling banyak diteliti.Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.Dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. (Rusman, 2010:214)

Model STAD ini yang akan digunakan oleh penelitidalam kelaskontrol dalam penelitian.


(20)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisa data yang diperlukan. Sejalan dengan hal ini Suryana (2010:5) mengungkapkan bahwa“Metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan”.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Tujuan penelitian dengan kuasi eksperimen adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi peneliti yang dapat diperoleh melalui eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Ciri utama kuasi eksperimen dengan tidak dilakukannya penugasan random, melainkan melakukan pengelompokan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang telah terbentuk sebelumnya. Sebagaimana telah diungkapkan Arifin (2009:74) bahwa “penelitian eksperimen kuasi menggunakan seluruh objek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment), bukan menggunakan subjek secara acak”.

Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan menentukan dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan model collaborative learning dan kelompok kontrol yang menggunakan model student teams achievement division.

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan modelcollaborative learning dan pembelajaran yang menggunakan modelstudent teams achievement division sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa. Secara khususnya variabel


(21)

37

Aby Dzar, 2013

terikat dibagi menjadi tiga sub variabel yaitu hasil belajar siswa pada aspek mengingat, memahami, dan menerapkan.

Tabel 3.1

Hubungan Antar Variabel Variabel Bebas Variabel Terikat Kelas Eksperimen Penggunaan ModelCollaborative Learning (X1) Kelas Kontrol Penggunaan Model Student Teams Achievement Division (X2) Hasil Belajar Ranah

Kognitif Aspek Mengingat (Y1)

X1Y1 X2Y1

Hasil Belajar Ranah Kognitif Aspek Memahami (Y2)

X1Y2 X2Y2

Hasil Belajar Kognitif Aspek Menerapkan

(Y3)

X1Y3 X2Y3

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipergunakan dalam peneitian ini adalah desain pretest and posttest control group design yaitu bentuk desain penelitian dalam metode kuasi eksperimen. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dipilih tanpa penugasan random dan untuk setiap kelompok diadakan pretest dan posttest.Pola umum dari desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X1 O2


(22)

38

Keterangan :

O1 : kemampuan kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan O2 : kemampuan kelas eskperimen setelah diberikan perlakuan

X1 : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran collaborative learning

O3 : kemampuan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan O4 : kemampuan kelas kontrol setelah diberi perlakuan

X2 perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran student teams achievement division.

Alasan tidak diberlakukannya penugasan random ini adalah karena peneliti tidak mungkin merubah kelas yang telah terbentuk. Hal ini peneliti lakukan untuk menghindari terjadinya ketidakharmonisan dan hilangnya suasana ilmiah dalam suatu kelas, maka peneliti tidak mengubah kelas yang telah ada dan biasanya kelompok-kelompok yang berada dalam suatu kelas sudah seimbang. Untuk menghindari hal tersebut maka peneliti menggunakan metode kuasi eksperimen dengan mempergunakan kelas yang sudah ada dalam populasi tersebut.

Hal pertama yang peneliti lakukan adalah menentukan kelas mana sebagai kelas eksperimen dan kelas mana sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen ini adalah kelas yang menggunakan modelcollaborative learning, sedangkan kelompok yang menggunakan modelstudent teams achievement division adalah kelas kontrol.

Sebelum diadakannya perlakuan (X) kedua kelas diberikan pretest. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yang menggunakan modelcollaborative learning dan kelas kontrol yang menggunakan modelstudent teams achievement division.

Kemudian kedua kelas tersebut diberikan posttest, hasilnya lalu dibandingkan dengan skor pretest sehingga diperoleh gain, yaitu selisih (gain) antara skor pretest dan posttest.


(23)

39

Aby Dzar, 2013

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data yang digunakan. Menurut Sugiyono (2010:117):

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini, populasi dibedakan antara populasi secara umum dan populasi target atau “target population”. Populasi target adalah populasi atau wilayah umum yang menjadi tujuan dalam penelitian kita. Menurut Sukmadinata (2012:250) bahwa “Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita”. Populasi umum penelitian mungkin seluruh siswa SMA negeri di Kota Bekasi, tetapi populasi targetnya adalah seluruh siswa IPS SMA negeri di Kota Bekasi. Hasil penelitian kita tidak berlaku bagi siswa-siswa di luar IPS SMA negeri.

Mengingat bahwa luasnya populasi maka peneliti membatasi populasi dalam penelitian ini guna mempermudah menarik sampel. Mengacu pada pendapat diatas maka yang akan menjadi populasi umum adalah seluruh siswa SMP Negeri 40 Kota Bandung, sedangkan populasi targetnya adalahnya seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Kota Bandung.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan suatu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian yang kita lakukan. Sampel penelitian mencerminkan dan menentukan seberapa jauh sampel tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan penelitian.

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik cluster sampling. Menurut Ali (1982:67), “Cluster sampling terdiri


(24)

40

dari sekelompok anggota yang terhimpun pada gugusan atau kluster, bukan anggota populasi yang diambil secara satu per satu”.

Salah satu syarat dalam penarikan sampel adalah sampel itu harus bersifat representative, artinya sampel yang ditetapkan harus mewakili populasi. Sifat dan karakteristik populasi harus tergambar dalam sampel. Adapun sampel dari penelitian ini sebanyak dua kelas yang terdiri dari 68 orang dimana kelas pertama digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Mengenai hal ini Sugiyono (2010:308) menyatakan bahwa “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan penelitan adalah mendapatkan data”.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang digunakan berupa bentuk tes objektif pilihan berganda karena tes objektif dapat mengunkap tingkat penguasaan siswa terhadap materi bahan ajar yang telah dipelajari. Tes bentuk objektif digunakan untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa pada aspek pemahaman, pengetahuan dan penerapan. bentuk tes hasil belajar ini berupa pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban. Jumlah soal ditentukan berdasarkan uji validitas dan reliabilitas yang penyusunannya sesuai dengan kisi-kisi instrumen. Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen adalah sebagai berikut : 1. Menentukan konsep dan subkonsep pembelajaran berdasarkan silabus


(25)

41

Aby Dzar, 2013

2. Membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan silabus dan RPP Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP kelas VIII tahun ajaran 2012/2013.

3. Membuat soal tes dan kunci jawaban.

4. Mengkonsultasikan instrumen soal yang telah dibuat kepada dosen. 5. Men-judgement soal yang telah dibuat kepada guru bidang studi. 6. Uji coba instrumen tes.

7. Menganalisis hasil uji coba.

8. Menggunakan soal yang valid dan reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

E. Analisis Instrumen Tes

Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk memenuhi kriteria tersebut, peneliti melakukan ujicoba instrumen dan analisis yang dilakukan sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Sebelum peneliti menggunakan tes, hendaknya peneliti mengukur terlebih dahulu derajat validitas alat instrumen tersebut dengan kriteria tertentu. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid apabila mempunya validitas yang tinggi.Menurut Arifin (2009:247):

Validitas suatu tes erat kaitannya dengan tujuan penggunaan tes tesebut. Namun tidak ada validitas yang berlaku secara umum. Artinya, jika suatu tes dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut.

Tingkat kevalidan instrumen dapat dihitung dengan menggunakan korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Adapun rumus korelasi product Moment adalah seperti yang terdapat pada halaman berikutnya.


(26)

42

(Arifin, 2009:254) Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi yang dicari N = Banyaknya subjek (peserta tes) X = Skor tiap butir soal / skor item tes Y = Skor responden

XY = Hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden

Menurut Arifin (2009:257) “ Untuk dapat memberikan penfasiran terhadap koefisiensi yang ditemukan tersebut tinggi atau rendah maka dapat berpedoman pada tabel berikut ini”.

Tabel 3.3

Kriteria Acuan Validitas Soal

Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan 0,81 – 1,00

0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arifin, 2009:257) Setelah itu diuji tingkat signifikansinya dengan menggunakan rumus :

�=� � −2 1− �2

(Sudjana dan Ibrahim, 2001:149 dalam Yani, 2010:86)

Nilai

t

hitung kemudian dibandingkan dengan nilai

t

tabel dengan taraf nyata 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Apabila


(27)

43

Aby Dzar, 2013

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat keajegan dari suatu instrumen. Menurut Arifin (2009:258), “Reliabilias tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”.

Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Untuk mengetahui reliabilitas suatu tes maka digunakanlah uji reliabilitas. Adapun uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Spearman Brown :

(Arikunto, 2002:156) Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

r1/21/2 = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belah instrumen

Sebagai tolak koefisiensi reliabilitas, digunakan kualifikasi sebagai berikut (Arikunto, 2002:157) :

antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah antara 000 sampai dengan 0,200 = sangat rendah 3. Tingkat Kesukaran Soal

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Menurut Arifin (2009:266) “Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik.”


(28)

44

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK) :

� =( + �)

(� +��) 100 %

(Arifin, 2009:266) Keterangan :

WL= jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas nL = jumlah kelompok bawah

nH = jumlah kelompok atas

Setelah nilai tingkat kesukaran diperoleh kemudian diinterpretasikan ke dalam kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal. Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal menurut Arifin (2009:270) adalah sebagai berikut.

a. Jika jumlah persentase sampai dengan 27 % termasuk mudah b. Jika jumlah persentase 28 % - 72 % termasuk sedang.

c. Jika jumlah persentase 73 % ke atas termasuk sukar.

4. Daya Pembeda

Menurut Arifin (2009:273) menyatakan bahwa “Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana satu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan yang belum”. Perhitungan daya pembeda (DP) tiap butir soal menggunakan rumus :

(Zainal Arifin, 2009:273) Keterangan :

DP = daya pembeda

WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas N = 27% * N


(29)

45

Aby Dzar, 2013

Untuk menginterpretasikan koefisiensi daya pembeda tersebut dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ebel (Aifin, 2009:274) sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Koefisien Daya Pembeda

Index of discrimination Item evaluation

0,40 and up Very good items

0,30 – 0,39 Reasonably good, but possibly subject to improvement 0,20 – 0,29 Marginal items, usually needing

and being subject to improvement Below – 0,19 Poor items to be rejected or

improved by revision

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Datadalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen yang telah diujicobakan dan diolah sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. Setelah data diperoleh, untuk mengetahui perbedaan hasil belajar menggunakan model collaborative learningdengan model student teams achievement division, maka dilakukan analisis data dengan cara mengolah data tersebut menggunakan rumus statistik. Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa keabsahan atau normalitas sampel. Pengujian normalitas data yang dilakukan dalam penelittian ini dengan menggunakan program pengolah data SPSS 20 dengan uji normalitas one sample Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig (signifikansi) atau nilai probablitas < 0,05, maka distribusi adalah tidak normal, sedangkan jika nlai sig (signifikansi) atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi adalah normal. (Santoso, 2003:168). Apabila data diujikan berdistribusi normal, maka data diolah dengan menggunakan


(30)

46

uji t, namun jika ternyata distribusi data tidak normal, maka dilanjutkan dengan penggunaan statistik non parametrik.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan beberapa bagian sampel, sehingga generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan. Pada penelitian ini, uji homogenitas menggunakan program pengolah data SPSS 20 dengan uji levene. Uji levene akan muncul bersamaan dengan hasil uji beda rata-rata atau uji t. kriteria pengujiannya adalah apabila nilai sig (signifikansi) atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama, sedangkan jika nilai sig (signifikansi) atau nilai probabilitas > 0,05, aka data berasal dari populasi-populasi yang mempunya vaians yang sama.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji t-independen dua arah (t-test t-independen) untuk menguji signifikansi perbedaan rata-rata (mean) yang terdapat pada program pengolah data SPSS 20. Adapun yang diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah gain skor post tes dan pre tes antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, baik secara keseluruhan ataupun setiap aspek (aspek mengetahui, memahami dan menerapkan).

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan melalui observasi awal.

b. Mengobservasi ketersediaan perangkat keras yang ada disekolah. Perangkat keras yang dibutuhkan adalah laptop atau pc dengan proyektor.


(31)

47

Aby Dzar, 2013

c. Menetapkan pokok bahasan yang akan dipergunakan dalam penelitian

d. Penyusunan materi

e. Menyusun pola pembelajaran menggunakan modelcollaborative learningdan model student teams achievement division.

f. Menyusun instrumen penelitian

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian. h. Melakukan eksperimen

2. Pelaksanaan eksperimen

a. Membagi siswa menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok yang menggunakan modelcollaborative learning dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang menggunakan modelstudent teams achievement division yang dilakukan oleh guru adalah kelompok kontrol.

b. Memberikan pretest kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

c. Memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen melalui penggunaan modelcollaborative learning dan memberikan perlakuan kepada kelompok kontrol melalui penggunaan model student teams achievement division.

d. Memberikan postes kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

e. Pengolahan hasil penelitian.

Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis.


(32)

82 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari hasilpenelitian yang telahdilakukan,

dapatditariksimpulanberdasarkansimpulanumumdankhususyaitu : 1. SimpulanUmum

Berdasarkananalisis data darihasilpenelitian yang telahdilakukantentang “PerbandinganPenerapan Model Collaborative Learningdengan Model Student Teams Achievement Division

dalamMeningkatkanHasilBelajarSiswaPada Mata

PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi”,

makadapatdisimpulkanbahwaterdapatperbedaanpeningkatanhasilbelajar yangsignifikanantarasiswa yang menggunakan model collaborative learning dengansiswa yang menggunakan model student teams

achievement division

dalammatapelajaranteknologiinformasidankomunikasi di SMP Negeri 40 Kota Bandung. Hal iniditunjukkandengansiswapadakelas yang

menggunakan model collaborative learning

lebihmeningkathasilbelajarnyadibandingkandengankelas yang menggunakan model student teams achievement division (STAD).

2. SimpulanKhusus

Dalampenelitianini, penelitimerumuskantigasimpulankhusus yangmerupakanpenjabarandarisimpulanumumdaripenelitianini.

Adapunkesimpulankhususpadapenelitianiniadalah :

a. Terdapatperbedaanpeningkatanhasilbelajar yangsignifikanantarasiswa yang menggunakan model collaborative learning dengansiswa yang menggunakan model student teams achievement division (STAD)


(33)

83

Aby Dzar, 2013

padaaspekmengingat (C1) dalam Mata

PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi (TIK) di SMP Negeri 40 Kota Bandung;

b. Terdapatperbedaanpeningkatanhasilbelajar yangsignifikanantarasiswa yang menggunakan model collaborative learning dengansiswa yang menggunakan model student teams achievement division (STAD)

padaaspekmemahami (C2) dalam Mata

PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi (TIK) di SMP Negeri 40 Kota Bandung;

c. Terdapatperbedaanpeningkatanhasilbelajar yangsignifikanantarasiswa yang menggunakan model collaborative learning dengansiswa yang menggunakan model student teams achievement division (STAD)

padaaspekmenerapkan (C3) dalam Mata

PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi (TIK) di SMP Negeri 40 Kota Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilpenelitiandankesimpulan yang diperoleh, makapenulismengajukanbeberapa saran danrekomendasiberikutini :

1. Fasepersiapandaripelaksanaan model collaborative learningdanstudent teams achievement division harusdilaksanakanlebih optimal terutamapertemuan yang digunakanuntukmemberikanpemahamantentang model collaborative learningdan model student teams achievement division. Harusadatitiktekan yang lebihmendalamdari guru kepadasiswatentangmekanismepembelajaranmenggunakan model collaborative learningdan model student teams achievement division;

2. Padatahappelaksanaan model, seorang guru


(34)

84

3. Seorang guru

haruslebihbisamengoptimalkanpotensisiswauntukmampuberinteraksideng ansiswalainnyaketikamenerapkan model collaborative learningdan model student teams achievement division;

4. Model collaborative learning bisamenjadisalahsatu model pembelajaran yang diterapkanpadamatapelajaranlainnya. Menurutpeneliti, model

collaborative learning

bisamemberikannilaikepadadirisiswaakanpentingnyasebuahkerjasamadal ammencapaisuatutujuanhinggaakhirnyabisaberhasilsecarabersama-sama.


(35)

85

Aby Dzar, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1982). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Apriono, D. (2009). Implementasi Metode Collaorative Learning Dalam Meningkatkan Pemikiran Kritis Siswa. Implementasi Metode Collaborative Learning, 7, 111-121.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. . jakarta: PT Rineka Cipta.

Armiati, S., & Sastramihardja, S. S. (2007). Collaborative Learning Framework. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007), 29-32.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik Kajian Kurikulum Mata Pelajaran TIK. Jakarta: Depdiknas.

Fitrianingrum, R. (2011). Pengaruh Penggunaan Media Torso Animasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA. Skripsi S1 pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gunawan, A. W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Karli, D. (2002). Implementasi kurikulum berbasis Kompetensi Model-Model Pembelajaran. Bandung: Bina Medika Informasi.

Lianasari, N. R. (2012). Pengaruh Metode Collaborative Learning Tehadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 4 Mulyoharjo Jepara Semester II Tahun AJaran 2011/2012. Skripsi Pada FKIP UKWS Salatiga: Tidak Diterbitkan.


(36)

86

Marthin, H. B. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi BelajarMatematika Siswa Kelas VII-G SMPN 07 Malang Pada Materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

Mustika, K. D. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Smp Dalam Mata Pelajaran TIK. Skripsi jurusan pendidikan ilmu komputer FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurobono, S. (2012). Pengertian Collaborative Learning. [onine]. Tersedia :

http://motamatika.blogspot.com/2012/11/pengertian-collaborative-learning.html [05 Februari 2013].

Panitz, T. (1996). Collaborative Versus Cooperative Learning A Comparison Of The Two Concepts Which Will Help Us Understand The Underlying Nature Of

Interactive Learning. [online]. Tersedia :

http://ses.une.edu.au/cf/papers/pdf/hansfort.pdf [10 Januari 2013].

Prasetio, G. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar. [online]. Tersedia :

http://galuhprasetio.com/ilmu-pengetahuan/faktor-yang-mempengaruhi-belajar [20 Mei 2013].

Purwanto, M. N. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali press.

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran : Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Santoso, I. D. (2010). Mari Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Pusat perbukuan, kementrian Pendidikan Nasional.

Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning : Theory, Research, and practice. Bandung: Nusa Media.

Smith, B. L., & Mac. Gregor, J. T. (1992). What is Collaborative Learning? [online]. Tersedia : http://learning.commons.evergreen.edu/pdf/collab/pdf [10 Januari 2013].


(37)

87

Aby Dzar, 2013

Sudarman. (2008). Penerapan Metode Collaborative Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mata Kuliah Metodelogi Penelitian. jurnal pendidikan inovatif nomor 2, 3, 94-100.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N., & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penliaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiharto, B. (2009). Taksonomi Bloom yang Telah Direvisi. [Online] tersedia :bowo.staff.fkip.uns.ac.id [20 Februari 2013].

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryana. (2010). Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

kualitatif . [Online]. Tersedia : http://

http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/19600602 1986011-SURYANA/FILE__7.pdf [28 Mei 2013].

Universitas Indonesia. (2010). Collaborative learning. [online]. Tersedia : http://staff.ui.ac.id/internal/0607050212/material/CLFECompatibilityMode.pd f [22 Februari 2013].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://www.docstoc.com/docs/143147698/Taksonomi-Bloom-Revisi [25 Mei 2013].

Yani, R. F. (2010). Pengaruh Penggunaan Multimedia Berbentuk Kartu Bergambar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Sekolah Menengah Pertama. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(38)

88

yanipieterpitoy. (2012). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006: Standar Kompetensi

Lulusan. [Online]. Tersedia :

http://yanipieterpitoy.wordpress.com/2012/11/08/permendiknas-nomor-23-tahun-2006-standar-kompetensi-lulusan/ [25 Mei 2013].


(1)

Aby Dzar, 2013

padaaspekmengingat (C1) dalam Mata

PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi (TIK) di SMP Negeri 40 Kota Bandung;

b. Terdapatperbedaanpeningkatanhasilbelajar yangsignifikanantarasiswa yang menggunakan model collaborative learning dengansiswa yang menggunakan model student teams achievement division (STAD)

padaaspekmemahami (C2) dalam Mata

PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi (TIK) di SMP Negeri 40 Kota Bandung;

c. Terdapatperbedaanpeningkatanhasilbelajar yangsignifikanantarasiswa yang menggunakan model collaborative learning dengansiswa yang menggunakan model student teams achievement division (STAD)

padaaspekmenerapkan (C3) dalam Mata

PelajaranTeknologiInformasidanKomunikasi (TIK) di SMP Negeri 40 Kota Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkanhasilpenelitiandankesimpulan yang diperoleh, makapenulismengajukanbeberapa saran danrekomendasiberikutini :

1. Fasepersiapandaripelaksanaan model collaborative learningdanstudent

teams achievement division harusdilaksanakanlebih optimal terutamapertemuan yang digunakanuntukmemberikanpemahamantentang model collaborative learningdan model student teams achievement

division. Harusadatitiktekan yang lebihmendalamdari guru kepadasiswatentangmekanismepembelajaranmenggunakan model

collaborative learningdan model student teams achievement division;

2. Padatahappelaksanaan model, seorang guru


(2)

84

Aby Dzar, 2013

3. Seorang guru

haruslebihbisamengoptimalkanpotensisiswauntukmampuberinteraksideng ansiswalainnyaketikamenerapkan model collaborative learningdan

model student teams achievement division;

4. Model collaborative learning bisamenjadisalahsatu model pembelajaran yang diterapkanpadamatapelajaranlainnya. Menurutpeneliti, model

collaborative learning

bisamemberikannilaikepadadirisiswaakanpentingnyasebuahkerjasamadal ammencapaisuatutujuanhinggaakhirnyabisaberhasilsecarabersama-sama.


(3)

85 Aby Dzar, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1982). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Apriono, D. (2009). Implementasi Metode Collaorative Learning Dalam Meningkatkan Pemikiran Kritis Siswa. Implementasi Metode Collaborative

Learning, 7, 111-121.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. . jakarta: PT Rineka Cipta.

Armiati, S., & Sastramihardja, S. S. (2007). Collaborative Learning Framework.

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007), 29-32.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik Kajian Kurikulum Mata

Pelajaran TIK. Jakarta: Depdiknas.

Fitrianingrum, R. (2011). Pengaruh Penggunaan Media Torso Animasi Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA. Skripsi S1 pada

FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gunawan, A. W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Karli, D. (2002). Implementasi kurikulum berbasis Kompetensi Model-Model

Pembelajaran. Bandung: Bina Medika Informasi.

Lianasari, N. R. (2012). Pengaruh Metode Collaborative Learning Tehadap Motivasi

dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 4 Mulyoharjo Jepara Semester II Tahun AJaran 2011/2012. Skripsi Pada FKIP UKWS Salatiga:


(4)

86

Aby Dzar, 2013

Marthin, H. B. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk

Meningkatkan Prestasi BelajarMatematika Siswa Kelas VII-G SMPN 07 Malang Pada Materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel.

Mustika, K. D. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Smp Dalam Mata Pelajaran TIK. Skripsi jurusan pendidikan ilmu komputer FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurobono, S. (2012). Pengertian Collaborative Learning. [onine]. Tersedia :

http://motamatika.blogspot.com/2012/11/pengertian-collaborative-learning.html [05 Februari 2013].

Panitz, T. (1996). Collaborative Versus Cooperative Learning A Comparison Of The

Two Concepts Which Will Help Us Understand The Underlying Nature Of Interactive Learning. [online]. Tersedia : http://ses.une.edu.au/cf/papers/pdf/hansfort.pdf [10 Januari 2013].

Prasetio, G. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar. [online]. Tersedia :

http://galuhprasetio.com/ilmu-pengetahuan/faktor-yang-mempengaruhi-belajar [20 Mei 2013].

Purwanto, M. N. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Bandung: Rajawali press.

Sagala, S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran : Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Santoso, I. D. (2010). Mari Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Pusat perbukuan, kementrian Pendidikan Nasional.

Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning : Theory, Research, and practice. Bandung: Nusa Media.

Smith, B. L., & Mac. Gregor, J. T. (1992). What is Collaborative Learning? [online]. Tersedia : http://learning.commons.evergreen.edu/pdf/collab/pdf [10 Januari 2013].


(5)

Aby Dzar, 2013

Sudarman. (2008). Penerapan Metode Collaborative Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mata Kuliah Metodelogi Penelitian. jurnal pendidikan

inovatif nomor 2, 3, 94-100.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N., & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penliaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiharto, B. (2009). Taksonomi Bloom yang Telah Direvisi. [Online] tersedia :bowo.staff.fkip.uns.ac.id [20 Februari 2013].

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryana. (2010). Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

kualitatif . [Online]. Tersedia : http:// http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/19600602 1986011-SURYANA/FILE__7.pdf [28 Mei 2013].

Universitas Indonesia. (2010). Collaborative learning. [online]. Tersedia : http://staff.ui.ac.id/internal/0607050212/material/CLFECompatibilityMode.pd f [22 Februari 2013].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://www.docstoc.com/docs/143147698/Taksonomi-Bloom-Revisi [25 Mei 2013].

Yani, R. F. (2010). Pengaruh Penggunaan Multimedia Berbentuk Kartu Bergambar

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Sekolah Menengah Pertama. Skripsi pada FIP UPI


(6)

88

Aby Dzar, 2013

yanipieterpitoy. (2012). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006: Standar Kompetensi

Lulusan. [Online]. Tersedia :

http://yanipieterpitoy.wordpress.com/2012/11/08/permendiknas-nomor-23-tahun-2006-standar-kompetensi-lulusan/ [25 Mei 2013].


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EKSPERIMEN PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN Eksperimen Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari

0 2 23

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 1 29

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI.

0 0 13

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SISWA KELAS IX SMPN 2 NGAGLIK SLEMAN YOGY

0 0 141

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS 4

0 0 16

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

0 0 10