PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS PADA SEKOLAH TEKNOLOGI MENENGAH : Studi Kasus tentang Ketuntasan Belajar dalam Mata Pelajaran Praktek Kejuruan Bangunan pada Tiga STM di Kotamadya Bandung.
PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS
PADA
SEKOLAH TEKNOLOGI
MENENGAH
Studi Kasus tentang Ketuntasan Belajar
dalam Mata Pelajaran Praktek Kejuruan Bangunan
pada Tiga STM di Kotamadya Bandung
IS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi sebagian syarat Program Pascasarjana
Bidang Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh
:
TRIONO ADIL
9032278/XXII-14
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
DISETUJUI
Prof.
Dr.
OLEH PEMBIMBING
NANA SXAODIH SUKMADINATA
PEMBIMBING
Dr.
I
R IBRAHIM,
MA
PEMBIMBING I I
PROGRAM
INSTITUT
PASCASARJANA
KEGURUAN DAN ILMU
1997
PENDIDIKAN
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
UCAPAN
TERIMA KASIH
DAFTAR
ISI
iii
vi
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
BAB
xii
I . PENDAHULUAN
BAB II
1
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Masalah Penelitian
10
1.
2.
Rumusan
Masalah
Pembatasan Masalah
10
12
3.
Pertanyaan Penelitian
14
1
C.
Tujuan Penelitian
16
D.
Manfaat Penelitian
16
KETUNTASAN BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PRAKTEK
KEJURUAN DAN
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PELAKSANAANNYA
18
A.
18
Hakikat Sistim Belajar Tuntas
1. Teori Belajar Tuntas
18
2. Teori Belajar Dalam Belajar Tuntas
20
3. Langkah-langkah Proses Pencapaian Ketunta
san Belajar
25
4. Komponen-komponen
Pendekatan
Belajar
Tuntas
30
Model-model Belajar Tuntas
37
Kurikulum Pendidikan Kejuruan
41
5.
B.
1. Pengertian Kurikulum
41
2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kejuru an
3.
4.
C.
42
Pengembangan Kurikulum Sekolah Teknologi
Menengah (STM)
Cakupan Pelaksanaan Belajar Tuntas dalam
Mata Pelajaran Praktek Kejuruan Bangunan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Belajar Tuntas di Sekolah
1.
Faktor Guru
44
48
52
53
vi
2. Faktor Siswa
55
3. Faktor Kepala Sekolah
56
4. Faktor Sarana Pendukung
58
D. Cuplikan Hasil Penelitian yang Relevan
59
BAB.Ill PROSEDUR PENELITIAN
61
A. Metoda Penelitian
61
B. Sumber Data dan Prosedur
Penentuan
Penelitian
Subjek
62
1. Sumber Data
62
2. Prosedur Penentuan Subjek Penelitian .... 63
C. Teknik Pengumpulan Data
65
1. Observasi
2. Wawancara
3. Analisis Dokumen
65
65
66
D. Tahap-tahap Penelitian
68
1. Tahap Pra-lapangan
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
3. Tahap Analisis Data
68
74
77
BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI
81
A. Deskripsi
82
1. Belajar Tuntas dalam Dokumen
Kurikulum
82
2a. Pelaksanaan Belajar Tuntas di STM negeri
x
•
87
a. Belajar Tuntas yang dilaksanakan Guru..
87
b. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Guru
dalam menerapkan Belajar Tuntas di STM
negeri X
1). Konsep guru tentang Belajar Tuntas
2). Bentuk pengelolaan dan bimbingan
106
106
Kepala Sekolah kepada guru dalam
pelaksanaan
Belajar
Tuntas
.... 108
3). Dukungan fasilitas belajar
109
3. Dampak Belajar Tuntas Kepada siswa .... 113
2b. Pelaksanaan Belajar Tuntas di STM negeri
Y
a.
Belajar Tuntas yang dilaksanakan Guru
114
114
b. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Guru
dalam Menerapkan Belajar Tuntas
negeri Y
di STM
126
1). Konsep guru tentang Belajar Tuntas 126
2). Bentuk Pengelolaan dan bimbingan
Kepala Sekolah Kepada Guru
menerapkan Belajar Tuntas
vii
dalam
128
b) . Bentuk bimbingan
3). Dukungan fasilitas belajar
147
129
c. Dampak Belajar Tuntas bagi siswa
132
2c. Pelaksanaan Belajar Tuntas di STM swasta
x
133
a. Belajar Tuntas yang dilaksanakan guru . 133
b. Faktor-faktor
yang
Melatarbelakangi
Guru dalam Menerapkan Belajar Tuntas di
STM swasta X
143
1). Konsep Guru tentang Belajar Tuntas
2). Bentuk Pengelolaan
Kepala Sekolah
dan
dalam
Bimbingan
Pelaksanaan
Belajar Tuntas
3). Dukungan Fasilitas Belajar
146
147
c. Dampak Belajar Tuntas bagi Siswa
B. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Konsep
Belajar
Kurikulum
Tuntas
143
dalam
148
149
Dokumen
14g
2. Belajar Tuntas yang dilaksanakan
Guru
dan Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Guru dalam Penerapannya
153
3. Dampak Belajar Tuntas bagi Siswa
161
BAB. V KESIMPULAN, PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
165
165
1. Kesimpulan-kesimpulan khusus
165
a. Belajar Tuntas dalam dokumen
165
b. Belajar Tuntas yang dilaksanakan guru
....
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
166
167
d. Dampak pengajaran bagi siswa
169
2. Kesimpulan umum
170
B. PEMBAHASAN
171
C.
183
REKOMENDASI
1.
Rekomendasi kepada guru
kejuruan ....
183
2. Rekomendasi kepada para Kepala Sekolah .
185
3. Rekomendasi kepada lembaga yang mempersiapkan guru-guru STM
186
4. Rekomendasi kepada Dikmenjur dan Balitbang
Depdikbud
187
5. Rekomendasi kepada Peneliti Lanjutan .... 188
DAFTAR PUSTAKA
ig2
viii
LAMPIRAN
196
IX
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan
1. Jenis Pelajaran dengan Berbagai
Batasan
Belajar
25
2. Komponen-komponen Belajar Tuntas
Bl oom
Model
„
3. Komponen-komponen
38
Belajar Tuntas
Model
Torshen
3g
4. Komponen-komponen
Belajar Tuntas
Model
Jacobsen
41
5. Model Pelaksanaan Mengajar Guru pada STM
Negeri X
gj
6. Sistim Pengadaan Alat dan Bahan
di
STM
Negeri X
7. Pelaksanaan
WZ
Mengajar
Guru
pada
STM
Negeri Y
120
8. Sistim Pengadaan Alat dan Bahan
di
Negeri Y
9. Pelaksanaan
STM
.,,
Mengajar
Guru
pada
swasta X
13^
STM
j42
10. Belajar Tuntas Model Tradisional
173
11. Belajar Tuntas Model Gabungan
17A
X
DAFTAR GAMBAR
Gambar :
Halaman
1. Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa
dalam
Pendekatan
Belajar
Non-tuntas
dan Belajar Tuntas
2. Penyajian Materi dengan
22
Memperhatikan
Urutan Pokok Bahasan dengan Menerapkan
Belajar Tuntas dan Non Tuntas
XI
23
DAFTAR TABEL
Ha la man
Tabel 1. Latar Belakang Responden di STM
Negeri
88
X
2. Bentuk Persiapan Mengajar Guru Reponden
di STM Negeri
X
90
3. Latar Belakang Responden di STM
Negeri
Y
H5
4. Bentuk
Perencanaan
Mengajar
Guru
Responden di STM Negeri Y
5.
Latar Belakang Responden di STM
116
Swasta
X
6.
134
Bentuk Persiapan Mengajar Guru Repsonden
di
STM Swasta X
135
Xll
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan
memegang
peranan
peningkatan kualitas sumber
spiritual,
intelektual,
Teknologi Menengah
Pendidikan
khususnya
dalam
manusia,
maupun
(STM)
Nasional,
daya
penting
bagian
mengemban
mempersiapkan
tenaga
sosial,
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
pembangunan
Sekolah
sistim
di
kerja
di
upaya
dari
misi
tingkat menengah. Sehubungan dengan misi
dijelaskan tentang arah
baik
profesional.
merupakan
juga
dalam
atas,
terampil
atas,
dalam
1993
telah
tahun
pendidikan
menengah
yaitu:
Mencerdaskan kehidupan bangsa secara terpadu dan
diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan
pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan
dasar serta jumlah dan kualitas pendidikan kejuruan,
sehingga memenuhi kebutuhan
pembangunan
nasional
dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Berdasarkan acuan di atas, tujuan
Kejuruan (SMK), secara khusus Sekolah
(STM).
Sekolah
Menengah
Teknologi
Menengah
adalah:
1. Menyiapkan siswa untuk memasuki
lapangan
kerja,
serta mengembangkan sikap profesional.
2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir,
mampu
berkompetisi dan mampu mengembangkan diri.
3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk
mengisi kebutuhan dunia usaha dan
industri pada
saat ini maupun masa yang akan datang.
4. Menyiapkan
produktif,
(Depdikbud,
tamatan
menjadi
adaptif,
1993 : 1)
warga
negara
dan
Menyimak apa yang telah diamanatkan dalam GBHN dan
yang hendak dicapai dari pendidikan di STM, jelas
yang
kreatif.
tujuan
peranan
pendidikan kejuruan dalam menyiapkan tenaga kerja terampil
tingkat
menengah
pengembangan
kurikulum
memenuhi
cukup
besar.
dan
perbaikan,
kejuruan
harus
tuntutan
Oleh
serta
terus
perkembangan
karena
cara
pengelolaan
diupayakan
serta
itu,
agar
dapat
perubahan
yang
terjadi di lingkungan kerja dan industri.
Untuk menjawab tuntutan di atas, pemerintah
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
telah
melalui
melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah
kejuruan.
Upaya-upaya
perbaikan
dan
kemampuan
guru
pengadaan
tersebut
penyempurnaan
dengan
alat-alat
antara
lain
kurikulum,
berbagai
praktek,
melalui
peningkatan
program
penataran,
pengadaan
penunjang, dan penyempurnaan berbagai
sistim
buku-buku
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar.
Pembaharuan
kurikulum
Sekolah
Teknologi
(STM) pada hakekatnya merupakan hasil
dan
penyusunan
dimaksud
kurikulum
adalah
dari
sebelumnya.
penyempurnaan
tuntutan
perkembangan
teknologi yang berkembang di
penyempurnaan
Pembaharuan
berdasarkan
pelaksanaan kurikulum di sekolah-sekolah
terhadap
Menengah
ilmu
dunia
dan
hasil
penyesuaian
pengetahuan
kerja
dan
Beberapa aspek pembaharuan yang terdapat pada
dan
industri.
kurikulum
STM tahun 1984 dan kurikulum STM tahun 1994 dapat
dilihat
dari persamaan dan perbedaannya. Pada kurikulum STM
1994, mata pelajaran dikelompokkan
yang
menjadi program
tahun
umum
dan program kejuruan. Pada kurikulum STM tahun
pelajaran dikelompokkan
menjadi
MPDU
1984
mata
(Mata Pelajaran
Dasar Umum), MPDK (Mata Pelajaran Dasar Kejuruan), dan MPK
(Mata Pelajaran Kejuruan). Perbandingan beban belajar pada
kurikulum STM tahun 1984 antara MPDU + MPDK dengan
adalah 60 :40. Pada kurikulum STM tahun 1994
beban
belajar
tersebut berbeda-beda
karakteristik masing-masing program
belajar
pada kurikulum STM
tahun
1984
ditetapkan
minimal
1984 dilaksanakan dalam
dua
STM tahun 1994 dilaksanakan dalam
lihat
dari
segi
jumlah
tiga
beban
STM
pada
tahun
kurikulum
catur
penulisan GBPP, kurikulum
40
Pembagian
kurikulum
semester,
beban
ditetapkan
42 jam/minggu.
waktu belajar dalam satu tahun pada
dengan
Jumlah
jam/minggu, pada kurikulum STM tahun 1994
belajar
perbandingan
sesuai
studi.
MPK
wulan.
STM
1984 ditulis dengan sistim "matrik/kolom", pada
Di
tahun
kurikulum
STM tahun 1994 ditulis dalam bentuk "narasi".
Di lihat dari segi metode, pada kurikulum STM
tahun
1984 telah dicantumkan dan ditetapkan metode apa yang akan
digunakan, sedangkan pada kurikulum
STM
tahun
1994
hal
tersebut tidak dicantumkan. Kenyataan lapangan menunjukkan
bahwa
metode
dan
strategi
yang
hekekatnya guru di sekolah lah yang
hal
tersebut
sesuai
dengan
masing-masing, serta dengan
akan
digunakan
paling
pertimbangan
pertimbangan
pada
memahaminya,
kemampuannya
kondisi
dan fasilitas pendukung yang ada di sekolah, juga
sarana
kondisi
dan program kejuruan. Pada kurikulum STM tahun
pelajaran dikelompokkan
menjadi
MPDU
1984
(Mata
mata
Pelajaran
Dasar Umum), MPDK (Mata Pelajaran Dasar Kejuruan), dan MPK
(Mata Pelajaran Kejuruan). Perbandingan beban belajar pada
kurikulum STM tahun 1984 antara MPDU +
MPDK
dengan
adalah 60 :40. Pada kurikulum STM tahun 1994
beban
belajar
tersebut
berbeda-beda
karakteristik masing-masing program
belajar
pada kurikulum STM
tahun
studi.
ditetapkan
minimal
42
dua
STM tahun 1994 dilaksanakan dalam
lihat
dari
segi
jumlah
tiga
beban
STM
pada
tahun
kurikulum
catur
penulisan GBPP, kurikulum
40
Pembagian
kurikulum
semester,
beban
ditetapkan
jam/minggu.
waktu belajar dalam satu tahun pada
1984 dilaksanakan dalam
dengan
Jumlah
jam/minggu, pada kurikulum STM tahun 1994
belajar
perbandingan
sesuai
1984
MPK
wulan.
STM
1984 ditulis dengan sistim "matrik/kolom" , pada
Di
tahun
kurikulum
STM tahun 1994 ditulis dalam bentuk "narasi".
Di lihat dari segi metode, pada kurikulum STM
tahun
1984 telah dicantumkan dan ditetapkan metode apa yang akan
digunakan, sedangkan pada kurikulum
STM
tahun
1994
hal
tersebut tidak dicantumkan. Kenyataan lapangan menunjukkan
bahwa
metode
dan
strategi
hekekatnya guru di sekolah
hal
tersebut
sesuai
yang
lah
dengan
masing-masing, serta dengan
akan
yang
digunakan
paling
pertimbangan
pertimbangan
pada
memahaminya
kemampuannya
kondisi
dan fasilitas pendukung yang ada di sekolah, juga
sarana
kondisi
siswa
dan
berbagai
pelaksanaannya.
aspek
Dalam
lain
buku
Menengah Kejuruan (Landasan,
yang
I
terdapat
Kurikulum
dalam
Sekolah
Program dan Pengembangan)
tahun 1994, ada .beberapa strategi yang dianjurkan
untuk
diterapkan guru seperti:
sistim
sistim Belajar
Belajar Bertahap, sistim Pelatihan
Tuntas,
Produksi,
dan
sistim
f/ira Usaha. Mengingat setiap siswa mempunyai kecepatan dan
kemampuan belajar yang berbeda-beda, tentunya waktu yang
dibutuhkan seorang siswa untuk mencapai
"taraf mampu /
penguasaan tuntas" dalam. mengusai suatu keterampilan
berlainan.
Oleh
karena
itu,
metode
penyampaian
pengorganisasian materi merupakan hal yang cukup
untuk dipertimbangkan guru
sebelum
akan
dan
penting
pelaksanaan
kegiatan
belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan selama
siswa
dalam
satu
kelas
ini,
ada
mempunyai
kemampuan
belajar yang sama. Adanya perbedaan
kelas umumnya disadari para guru,
anggapan
individu
namun
perhatian guru dalam kegiatan belajar
bahwa
dan
cara
dalam
satu
kurang
menjadi
mengajar.
Dengan
adanya kondisi siswa yang berbeda-beda, timbul pertanyaan,
apakah perlakuan-perlakuan
selama ini
terhadap
yang
semua
belajar yang sama?. Kondisi
siswa
yang
sama
seperti
dapat
ada
dilakukan
mencapai
dalam
diri
hasil
siswa
sendiri juga tak kalah pentingnya untuk diperhitungkan,
yaitu
kondisi
cara
belajar
siswa,
kemampuan
pelajaran, motivasi belajar, ketekunan, dan bakat.
memahami
Kondisi-kondisi di atas harus menjadi perhatian bagi
guru bila diinginkan siswa mampu melakukan pekerjaan
atau
menguasai
yang
keterampilan
sesuai
dengan
ditetapkan. Memang sulit untuk menciptakan
dimana
seluruh
siswa
di
kelas
dengan
standar
suatu
situasi
kemampuan
berbeda-beda serta dengan tingkat pemahaman yang
yang
berbeda,
diharapkan menguasai suatu keterampilan baru sampai tuntas
dalam satuan waktu yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Dengan berlakunya kurikulum STM tahun 1994, saat ini
guru diberi kesempatan untuk menerapkan berbagai
strategi
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
sekolah,
kemampuan guru itu
sendiri,
dan
kondisi
sarana
pendukung
yang
tersedia. Dalam penelitian kajian akan difokuskan terhadap
bagaimana upaya-upaya yang dilakukan guru dalam
mengajar,
agar sebahagian besar
materi
pelajaran
yang
diajarkan
siswa
sampai tuntas dan menguasai
menguasai
keterampilan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Dalam
modul
Pemasyarakatan
Kurikulum
1994,
tentang sistim Belajar Tuntas dijelaskan :
Keberhasilan belajar siswa, ditetapkan oleh tingkat
penguasaan
keterampilan atau
kompetensi
yang
disyaratkan oleh lapangan kerja, atau dengan kata lain
menggunakan
menggunakan
pendekatan
Penilaian
(Depdikbud,1994:5).
Konsekuensi dengan
Belajar
Acuan
diterapkannya
sistim
Tuntas
Patokan
Belajar
dalam kurikulum SMK 1994, hendaknya
guru
belajar
perbedaan
mengajarnya
memperhatikan
dengan
(PAP)
dalam
Tuntas
kegiatan
kemampuan
belajar siswa sesuai dengan kecepatan belajar, minat,
dan
waktu
yang
dibutuhkannya.
Dalam
Mengajar V-B Komponen Bidang
modul
Studi
Program
Teknologi
Akta
Pengajaran
dijelaskan tentang ciri-ciri Belajar Tuntas, antara lain :
a. Pengajaran didasarkan
yang
telah
pengajaran yang
tujuan-tujuan
Maksudnya
ditetapkan.
belajar mengajar
tingkat
atas
diarahkan
merupakan
penguasaan
strategi
kepada
kegiatan
pencapaian
sebagai
siswa.
pengajaran
ukuran
Dengan
tujuan
pencapaian
demikian
kegiatan
belajar mengajar dan alat evaluasi yang digunakan harus
berorientasi kepada tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Memperhatikan perbedaan
Perbedaan
individu.
siswa adalah perbedaan kemampuan
dan
perbedaan
kecepatan
strategi kegiatan
siswa
belajar,
belajar
individu
dalam
belajar
dengan
mengajar
harus
demikian
bervariasi
sesuai dengan terdapat perbedaan tersebut.
c. Evaluasi
dilakukan
kriteria
(PAP).
secara
Dalam
kontinu
Belajar
dilakukan terus-menerus agar
pada
akhir
kegiatan
pelaksanaannya menggunakan
Patokan
=
PAP),
yaitu
menggunakan
Tuntas
dapat
penilaian
diperoleh
dan sistematis. Evaluasi dilakukan
dan
dan
awal,
selama
belajar
mengajar,
dalam
kriteria
(Penilaian
Acuan
dengan
belajar siswa dengan patokan
pada
balikan
membandingkan
keberhasilan
yang
hasil
telah
ditetapkan sebelumnya.
d. Menggunakan program perbaikan
Program perbaikan diberikan
dan
kepada
program
siswa
pengayaan.
yang
belum
menguasai tujuan pengajaran, sedangkan perbaikan kepada
siswa
yang
pengayaan
telah
tuntas.
merupakan
Program
konsekuensi
perbaikan
diterapkan
secara kontinu, yang merupakan suatu
dan
evaluasi
pengakuan
adanya
perbedaan individu antara siswa.
e. Menggunakan prinsip CBSA (Cara
Belajar
Siswa
untuk
belajar
Prinsip CBSA memungkinkan siswa
dengan
kemampuan
masing-masing.
mendorong
belajar
Prinsip
siswa
untuk
di
dan
belajar melalui pengalaman, yang
sesuai
kecepatan
atas
bertanya,
Aktif).
belajar
memungkinkan
berinisiatif
pada
akhirnya
dan
dapat
dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
f. Menggunakan satuan pelajaran kecil. Penerapan
Belajar
Tuntas
menganjurkan
strategi
pemenggalan
materi
pelajaran dalam satuan-satuan pelajaran menjadi menjadi
unit-unit
belajar
menggunakan
atau
penggalan-penggalan.
pelajaran
satuan
kecil
penggalan-penggalan akan dapat meningkatkan
belajar siswa. Penggalan-penggalan materi
merupakan
urutan-urutan
keterampilan
Dengan
/
ketuntasan
yang
yang
dibuat
saling
berhubungan dan berkesinambungan.
Melalui
sistim
Belajar
Tuntas
dapat
diatasi
kekurangan, kelemahan, dan kesulitan belajar siswa,
apabila kepada siswa diberikan kegiatan remedial,
individual,
dan
(dalam. Torshen,
pengayaan.
1977
:
41)
Menurut
hampir
Carroll
semua
yaitu
bantuan
dan
Bloom
siswa
mampu
mempelajari dan menguasai keterampilan apabila kepada
mereka diberikan
kualitas pengajaran
yang baik serta
disediakan waktu yang cukup. Berdasarkan pendapat Carroll
dan Bloom di atas, tampaknya siswa dengan kemampuan
belajar berbeda-beda pada akhirnya akan dapat mencapai
hasil akhir sama. Perbedaannya hanya jumlah waktu yang
dibutuhkan. Keberhasilan belajar siswa lebih banyak
ditentukan oleh faktor kesempatan belajar atau waktu yang
digunakan serta kualitas penyajian yang diterima siswa.
Dengan
menerapkan
Belajar Tuntas,
diharapkan
melalui
sistim pengajaran yang tepat, sebahagian besar siswa akan
dapat mempelajari dan menguasai seluruh
bahan pelajaran
yang diberikan. Pendukung sistim Belajar
Tuntas
seperti
Bloom dan Block berpendapat bahwa keberhasilan siswa dalam
belajar sebetulnya lebih banyak ditentukan oleh waktu yang
betul-betul digunakan oleh siswa, kualitas penyajian yang
diterima siswa,
minat
siswa,
kemampuan
pelajaran, dan cara belajar siswa.
siswa memahami
Dalam pelaksanaannya,
agar tercapai tingkat penguasaan
yang diinginkan,
harus mampu menciptakan
belajar sesuai dengan
kondisi
guru
karakteristik siswa.
Banyak
faktor
belajar siswa,
antara
yang
ikut
mempengaruhi
lain : faktor
ketuntasan
kurikulum,
faktor
Pelaksana kurikulum, faktor siswa, dan sarana pendukung.
Apabila kurikulum sebagai pedoman dan panduan yang akan
digunakan
guru telah direncanakan dan
dikembangkan
melalui penelitian yang sistematis serta telah
dengan berbagai
dilihat
material
bagaimana
implementasinya.
melaksanakan, dalam
mempengaruhi
kurikulum,
arti
kualitas
selanjutnya
Faktor
bagaimana
guru
pelaksanaan
dilengkapi
dan
guru
yang pertama sekali harus
kualitas
penurunan
diamati
Berdasarkan
kenyataan
mutu
dan
kualitas proses belajar mengajar di
lapangan,
menurut
pendidikan,
apabila
ditinjau
persiapan
dengan menulisnya secara terperinci, sehingga
mengajar
sering
siswa
sampai
kurikulum
guru
siswa
agar
materi
Apabila
kebiasaan
masih
seperti
di
kegiatan
mengajar
waktu
disibukkan memikirkan
tuntas.
mengakibatkan penekanan
dari
tingkat
pada
apa yang harus mereka lakukan, bukan memikirkan
seharusnya dilakukan
ialah
" (1990:160).
aspek bagaimana guru mengembangkan kurikulum pada
membuat persiapan
ikut
hasil
dianalisis
kelas
sekolah, masih ditemukan guru membuat
yang
mengajar
kurikulum. Memperhatikan beberapa faktor di atas,
Soedijarto " Apabila terjadi
perlu
apa yang
dapat
pengembangan
atas,
belajar
dikuasai
maka
terletak
akan
pada
kegiatan mengajar saja, bukan pada kegiatan belajar siswa.
Masalah di atas diakui oleh Ivor
Rifai,1995:4),
K.
Davies
(djaJLajn
Anna
bahwa:
Banyak pengajar yang cenderung untuk mengajar secara
berlebihan. Mereka terlalu banyak menciptakan situasi
dan suasana belajar yang cocok untuk dirinya
sendiri,
serta sering peran pelajar ditentukan dengan terlalu
sempit. Mereka terlalu banyak
membuat keputusankeputusan bagi pelajarnya tanpa memikirkan kebutuhan
pelajar itu sendiri.
Merujuk kepada pendapat
Ivor
K.
Davies
di
atas,
tampaknya masalah yang perlu mendapatkan perhatian
adalah
guru, yaitu bagaimana guru mengajar agar sebahagian
besar
materi/keterampilan yang diajarkan
dapat
siswa
sampai
kualitas
tuntas.
Jadi
bagaimana
dikuasai
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar guru dilapangan merupakan
satu faktor yang ikut mempengaruhi rendahnya mutu
salah
lulusan
STM.
Memperhatikan
sepenuhnya
bagi
pentingnya
siswa
penguasaan
dalam
mata
keterampilan
pelajaran
praktek
kejuruan, dan besarnya peranan guru dalam kegiatan belajar
mengajar, dalam arti bagaimana upaya-upaya yang
guru
dalam
mengajar
serta
bagaimana
keterampilan agar dikuasai siswa sampai
tertarik untuk meneliti
lebih
jauh
guru
dilakukan
mentransfer
tuntas.
tentang
Peneliti
pelaksanaan
Belajar Tuntas oleh para guru dalam mata pelajaran praktek
kejuruan serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya
dan
dampak pelaksanaannya bagi siswa.
|
B. Masalah Penelitian
Dari
gambaran
latar
belakang
penelitian
yang
dipaparkan, masalah pokok yang akan diteliti berkisar pada
permasalahan ketuntasan
belajar
yang
dilaksanakan
dalam mata pelajaran praktek kejuruan bangunan
pada
guru
tiga
STM di kotamadya Bandung.
1.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah
dalam
penelitian
Bagaimana keberadaan konsep Belajar Tuntas
10
ini
adalah:
dalam
dokumen
kurikulum
dan
pelaksanaannya
pelajaran praktek kejuruan,
oleh
guru
dalam
faktor-faktor apa
saja
melatarbelakangi guru dalam pelaksanaannya dan
mata
yang
bagaimana
dampak yang dihasilkannya?
Pelaksanaan Belajar Tuntas yang diteliti
menyangkut
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru
pelajaran praktek kejuruan bangunan
Belajar
Tuntas.
Kegiatan
kegiatan dalam penyiapan
guru
unit
dilihat
yang
persiapan
dalam
melakukan
penilaian.
secara
persiapan
Perencanaan
umum
dari
adalah
mengajar
dalam
Belajar Tuntas
menyangkut
kegiatan
mengajar,pelaksanaan,
berhubungan
mata
konsep
dimaksud
dimensi kurikulum sebagai rencana kegiatan.
yang dilaksanakan guru
dalam
dengan
dan
kegiatan
bagaimana guru mengembangkan tujuan kurikulum dalam bentuk
urutan-urutan
keterampilan
dan
mengajar yang dibuat guru.
komponen-komponen
Pelaksanaan
Belajar
dilihat dari bagaimana
bentuk-bentuk
berkenaan
Tuntas.
guru
Penilaian
menetapkan
kriteria, dan acuan dalam proses
persiapan
dan
penilaian
dengan
dalam
menggunakan
keterampilan,
selama dan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Berkenaan dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi
guru dalam penerapan Belajar
karakteristik
sekolah,
kurikulum,
Tuntas,
pelaksana
akan
dilihat
kurikulum,
sarana pendukung. Dari berbagai faktor
lebih
kepala
di
faktor guru dalam penelitian
ini
kepada dua faktor saja yaitu,
faktor guru dan faktor
11
akan
dari
atas,
ditekankan
luar
guru.
Faktor
guru
meliputi
konsep Belajar Tuntas,
pengetahuan
pengalaman
mengajar
belakang pendidikan guru, pengalaman
lanjutan. Faktor luar guru, akan
dan
pengawasan
Instalasi,
yang
terhadap
tentang
guru,
latar
penataran/pendidikan
dilihat
dilakukan
guru-guru
guru
dari
Kepala
dan
Sekolah/Kepala
dukungan
belajar yang tersedia di sekolah. Faktor
bimbingan
luar
fasilitas
yang
lain
adalah siswa, meliputi kemampuan siswa memahami penyajian,
ketekunan
siswa
dalam
belajar,
motivasi
siswa
dalam
belajar, dan faktor-faktor lain yang ada dalam diri
siswa
sendiri.
Dampak pelaksanaan
Belajar
pengaruhnya terhadap kegiatan
siswa
setelah kegiatan belajar, meliputi
kepuasan siswa terhadap hasil
siswa
dalam
belajar,
dan
Tuntas
dilihat
selama
hasil
belajar
praktek
kerjanya,
berbagai
dari
siswa,
kerjasama
dampak
dan
antar
terhadap
aktivitas belajar siswa.
2.
Pembatasan Masalah
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar,
dapat
terdiri
dari
diterapkan berbagai model Belajar Tuntas.
Pertama:
model
"Bloom",
yang
komponen-komponen berbentuk urutan-urutan tugas yang harus
dikerjakan siswa. Biasanya dari tugas
tiga dan
seterusnya. Dalam
setiap
satu
tugas
formatif dan perbaikan. Siswa yang telah
sampai
diberikan
menguasai
pertama, dapat melanjutkan ke tugas berikutnya,
12
tugas
tes
tugas
sedangkan
terhadap siswa yang belum menguasai diberikan
perbaikan. Apabila dalam
program
perbaikan
menguasai sepenuhnya sampai tuntas, ia
ke
tugas/job
selanjutnya.
Untuk
kegiatan
siswa
dapat
tugas
telah
melanjutkan
dua,
tiga
dan
seterusnya prinsipnya sama dengan tugas pertama tadi.
Kedua : model "Torshen",
komponen-komponen
diagnostik,
pelaksanaan
penilaian
preskripsi,
Belajar
yang
awal,
dan
terdapat
penyajian,
penilaian
Tuntas
dikelompokkan berdasarkan
didalamnya
model
penilaian
akhir.
Torshen
hasil penilaian awal
dua kegiatan, yaitu kelompok siswa
Dalam
yang
siswa
ke
telah
dalam
menguasai
dan kelompok siswa yang belum menguasai. Kelompok
pertama
adalah siswa yang belum menguasai kemampuan
awal,
kepada
mereka diberikan kegiatan remedial. Kelompk
kedua
adalah
siswa
yang
telah
menguasai
kemampuan
awal,
kepada
diberikan kegiatan pengayaan.
Ketiga:
komponen
model
tujuan,
"Jacobsen",
awal,
terdiri
dari
kegiatan
remedial,
penyajian materi, penilaian formatif, kegiatan
alternatif
/ evaluasi kegiatan
penilaian
yang
alternatif,
dan
penilaian
sumatif.
Dalam pelaksanaannya, model ini dapat dilaksanakan
tiga bentuk, sesuai
dengan
kondisi
siswa yang ditemukan dalam satu
kelas.
(1989) ada tiga keraungkinan bentuk
yaitu: jalur utama,
jalur
perbedaan
dalam
alternatif /
pengayaan.
13
Menurut
dengan
kemampuan
Jacobsen
pelaksanaannya,
perbaikan,
dan
yang
Dalam pelaksanaan penelitian Belajar Tuntas,
ketiga
telah
model
Bloom,
digunakan
sebagai
dijelaskan
Torshen
dan
Jacobseb
pedoman
dalam
sebelumnya
tersebut
menganalisis
yaitu
akan
bagaimana
guru
mengajarkan
suatu keterampilan agar semua siswa dapat menguasai materi
yang diajarkan. Penelitian ini secara khusus akan dibatasi
dalam beberapa hal berikut.
a.
Perencanaan
Perencanaan,
mengembangkan materi
meliputi
kegiatan
pelajaran,
guru
dalam
bentuk-bentuk
persiapan
pengelolaan
aktivitas
mengajar yang dibuat guru.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
belajar
siswa,
meliputi,
upaya-upaya
mengoptimalkan penguasaan
yang
dilakukan
keterampilan
guru
siswa,
pelaksanaan remedial, pengayaan, bantuan
dalam
mekanisme
individual,
dan
mengatasi kesulitan belajar siswa.
c.
Penilaian
Kegiatan penilaian meliputi,
belajar
kegiatan
siswa,
penilaian
alternatif,
penilaian
kegiatan
penilaian
remedial,
kegiatan
kemajuan
penilaian
pengayaan
dan
penilaian sumatif.
3.
Pertanyaan Penelitian
Rumusan
selanjutnya
masalah
dijabarkan
pokok
lagi
penelitian sebagai berikut:
14
yang
dalam
akan
sejumlah
diteliti,
pertanyaan
a.
Belajar Tuntas dalam dokumen kurikulum.
1).
Bagaimana
kejelasan
dalam dokumen
2).
konsep
Belajar
Tuntas
Belajar
Tuntas
kurikulum?
Bagaimana kesesuaian
konsep
dalam dokumen kurikulum dengan konsep Belajar
Tuntas.
b.
Belajar
Tuntas
yang
faktor-faktor yang
dilaksanakan
melatarbelakangi
guru
guru
dan
dalam
pelaksanaannya.
1).
Belajar Tuntas yang dilaksanakan guru
a).
Bagaimana
guru
membuat
persiapan
mengajar?
b).
Bagaimana guru mengelola kegiatan belajar
dilihat dari
: penilaian awal;
feedback; perbaikan;
belajar siswa;
c) Bagaimana guru
dilihat dari
remedial;
pengayaan;
kesulitan
bantuan individual?
menilai
:
kegiatan
kemajuan
belajar
belajar
siswa;
keberhasilan belajar siswa?
2).
Faktor-faktor
yang
melatarbelakangi
guru
dalam pelaksanaan Belajar Tuntas.
a).
Bagaimana konsep
guru
tentang
Belajar
Tuntas.
b).
Bagaimana
bimbingan
dan
pengawasan
Kepala Sekolah terhadap guru,
c).
Bagaimana
dukungan
15
fasilitas
belajar
yang tersedia di sekolah?
c. Dampak pelaksanaan Belajar Tuntas
1). Bagaimana pengaruh Belajar Tuntas bagi siswa
dilihat dari : kemajuan
belajar;
minat
dan
sikap?
C.
Tujuan Penelitian
Secara umum
tujuan
penelitian
ditemukan bentuk pelaksanaan Belajar
diharapkan
dapat
Tuntas yang
sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran praktek
faktor-faktor apa saja yang
kejuruan
melatarbelakangi
guru
dan
dalam
pelaksanaannya, serta dampak pelaksanaannya.
Secara
pencapaian
yaitu
operasional,
sasaran
guna
mengajarkan
penelitian
dalam menjawab
memperoleh gambaran
keterampilan,
bertujuan
pokok permasalahan,
nyata
dilihat
untuk
dari
bagaimana
konsep
guru
Belajar
Tuntas.
D.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, manfaat
dengan
penelitian
upaya perbaikan/penyesuaian
Belajar
digunakan
Tuntas.
sebagai
Hasil
masukan
pelaksanaan bentuk Belajar Tuntas,
berkaitan
pelaksanaan
penelitian
bahan
ini
konsep
diharapkan
terhadap
terutama
dapat
perbaikan
yang
sesuai
dengan mata pelajaran praktek kejuruan.
Secara
praktis,
dapat dimanfaatkan
oleh
hasil
penelitian
berbagai
pendidikan kejuruan, antara lain:
16
ini
pihak dalam
diharapkan
kalangan
1. Guru yang
mengasuh
mata
pelajaran
praktek
kejuruan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan
kegiatan
belajar mengajar dalam sistim Belajar Tuntas.
2. Institusi yang menyiapkan
masukan
untuk
membekali
calon
guru,
calon
guru
sebagai
dengan
bahan
materi
Belajar Tuntas.
3.
Peneliti
memperbaiki
sesuai
lanjutan,
dan
dengan
sebagai
menemukan
karakteristik
kejuruan.
17
bahan
bentuk
mata
masukan
guna
pelaksanaan
yang
pelajaran
praktek
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metoda
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan/metode kuali
tatif, atau menurut Lincoln dan
pendekatan
inkuiri
dilakukan dalam
naturalistik.
situasi
menyebutnya
(1985)
Pada
lapangan
alamiah, apa adanya dan tanpa
Nasution
Guba
pelaksanaannya
penelitian
intervensi
dengan
menggunakan
dari
pendekatan
bersifat
peneliti.
naturalistik
kualitatif, dimana "menentukan fokus merupakan faktor yang
amat penting dalam penelitian kualitatif,
tersebut
masih
mungkin
mengalami
meskipun
fokus
perubahan
selama
berlangsungnya penelitian itu".
Dalam menentukan
pendahuluan ke
fokus,
lapangan.
peneliti
Hasil
dari
dikonsultasikan kepada pembimbing
penelitian,
dalam
hal
ini
melakukan
studi
guna
mata
pendahuluan
menetapkan
difokuskan
pelaksanaan Belajar Tuntas dalam
studi
fokus
pada
proses
pelajaran
praktek
sesuai
dengan
kejuruan oleh guru STM.
Pendekatan
kualitatif
masalah penelitian ini,
dipandang
hal ini
didasari
bahwa
peneliti
akan mempelajari fenomena yang terjadi
dalam
kegiatan belajar mengajar
pelajaran
dalam
kejuruan bangunan di beberapa STM
mata
di
Kotamadya
Dalam hal ini, penelitian diarahkan guna
praktek
Bandung.
memperoleh
dari permasalahan-permasalahan yang menyangkut
61
pelaksanaan
data
tentang
:
apa,
mengapa dan bagaimana tentang sesuatu yang diteliti.
B. Sumber Data dan Prosedur Penentuan Subjek Penelitian
1.
Sumber
Data
Fokus masalah
Belajar Tuntas
penelitian
dalam
faktor-faktor
mata
yang
adalah penerapan
pelajaran
praktek
melatarbelakangi
konsep
kejuruan,
guru
dalam
penerapannya dan dampaknya bagi siswa.
Untuk
data yang sesuai dengan fokus
masalah
tersebut
terlebih
dahulu
dan
ditetapkan
sumber
dicari,
datanya. Untuk
dipilih,
itu,
menurut
Nasution
"...apa yang ditemukan dalam suatu
berlaku bagi kelompok
lain,
tercapai
dan diperoleh kesamaan kesimpulan
(1992:107)
kelompok
sehingga
beberapa kelompok lain sampai
mendapatkan
belum
perlu
tentu
mempelajari
taraf
mengenai
bahwa
ketuntasan
suatu
gejala
atau konsep".
Berdasarkan pertimbangan di
dilakukan pada 3 (tiga)
sekolah
meningkatkan
hasil
keabsahan
meningkatkan keabsahan
"
atas,
maka
dengan
harapan
penelitian.
. . .penelitian
penelitian
dapat
Cara
untuk
dilakukan
dalam
beberapa lokasi" (Nasution,1992:107)
Yang
menjadi
sumber
data
penelitian tersebut terdiri dari
sumber data penunjang.
pada
sumber
akan diperoleh dari sumber
bagaimana
guru
data
Sumber data pokok adalah
yang membina mata pelajaran praktek
lain:
ketiga
data
pokok,
merencanakan
62
kejuruan.
lokasi
pokok
guru-guru
Data
meliputi
ketuntasan
dan
yang
antara
belajar,
bagaimana
guru
melaksanakan
bagaimana
guru
menilainya,
melatarbelakangi
belajar.
guru
Sumber
Sekolah/Kepala
data
ketuntasan
dan
dalam
faktor-faktor
pelaksanaan
penunjang
instalasi,
belajar,
terdiri
kepala
beberapa dokumen. Melalui Kepala
yang
ketuntasan
dari
bengkel,
Sekolah
dan
Kepala
siswa,
dan
akan
diperoleh
informasi tentang bimbingan dan pengawasan yang
diberikan
terhadap guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
dan pengelolaan fasilitas
praktek
lainnya. Melalui siswa akan
aktivitas siswa dan guru,
dan
diperoleh
respon siswa,
sarana
pendukung
informasi
tentang
motivasi
belajar
siswa, dan cara belajarnya serta kemampuan siswa
materi/keterampilan yang diajarkan.
diperoleh
guru,
informasi
pengalaman
tentang
Melalui
latar
mengajar,
dokumen
belakang
pengalaman
penataran/pendidikan lanjutan dan data lainnya
I, II,
IIA,
III dan dokumen lain yang
memahami
akan
pendidikan
mengikuti
dari
berhubungan
buku
dengan
masalah penelitian.
2.
Prosedur Penentuan Subjek Penelitian.
Telah
dikemukakan
penelitian ini
pada
menggunakan
pendekatan
karena itu, yang akan dijadikan
diseleksi terlebih dahulu.
bagian
subjek
Nasution
terdahulu,
kualitatif.
penelitian
(1992:32)
bahwa
Oleh
perlu
menyatakan
bahwa "Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel
hanyalah sumber yang dapat memberikan
data
berdasarkan
kejadian,
dan
63
informasi".
situasi
Sampel
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang diobservasi. Sampel dipilih
secara
"purposive
yaitu
"
berkenaan
dengan
tujuan
penelitian.
Merujuk
kepada
responden dalam
kutipan
penelitian
di
atas,
adalah:
yang
(1)
dijadikan
guru-guru
yang
masih aktif mengajar mata pelajaran praktek kejuruan;
guru-guru
tersebut
diutamakan
pengalaman mengajar cukup
yang
lama;
(3)
sudah
guru
(2)
mempunyai
yang
menjadi
responden adalah guru yang bersedia serta mempunyai
cukup
waktu untuk memberikan informasi.
Dalam
pelaksanaan
penelitian,
sebagai
lokasi
penelitian diambil sampel Kotamadya Bandung telah ditempuh
prosedur/dengan pertimbangan sebagai berikut:
a) Penentuan sampel
memudahkan
Kotamadya
peneliti
dalam
Bandung
berkenaan
menelusuri
dengan
data
yang
diperlukan dari sumber data.
b) Guru yang dijadikan responden, mewakili STM yang berlokasi di Kotamadya Bandung terdiri dari berbagai sekolah
dengan fasilitas praktek yang cukup
memadai
(pertama,
BLPT khusus sebagai tempat praktek STM negeri yang
Kotamadya Bandung; kedua,
STM negeri yang telah mandiri
dengan fasilitas praktek lengkap dan
BLPT swasta (yang
pada
ada
awalnya
menempati
direncanakan
tempat praktek khusus STM swasta se-Kotamadya
ketiga, STM swasta yang secara hanya mempunyai
gedung
sebagai
Bandung;
jurusan
Bangunan dan dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum).
64
C.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
penelitian , antara lain: (1)
yang
digunakan
observasi;
(2)
dalam
wawancara;
dan (3) analisis dokumen.
1.
Observasi
Berkenaan dengan penggunaan observasi sebagai teknik
pengumpulan
observasi
data,
dalam
partisipasif.
penelitian
Observasi
ini
diterapkan
dilakukan
pada
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar praktek
sehingga
dapat diperoleh data mengenai apa dan bagaimana
konsep Belajar Tuntas dalam
pengajaran,
saat
penerapan
sedangkan
untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan mengapa
dilakukan
dengan
dilakukan
wawancara.
Kegiatan
observasi
berulang-ulang sampai diperoleh data yang memadai.Kegiatan
peneliti
lebih
berperan
kadang-kadang juga
pelaku
kegiatan,
ikut
sebagai
serta
khususnya
pengamat,
secara
dalam
meskipun
seadanya
pelaksanaan
sebagai
kegiatan
praktek.
2.
Wawancara
Tujuan
dilaksanakan
wawancara
adalah
mendapatkan data tentang bagaimana guru menerapkan
untuk
konsep
Belajar Tuntas dalam kegiatan belajar mengajar.
Data
diperoleh
menelusuri
digunakan
sebagai
konsep guru tentang Belajar
yang
melatarbelakangi
dasar
Tuntas,
perilaku
Belajar Tuntas.
65
guru
untuk
serta
dalam
yang
faktor-faktor
menerapkan
Dalam
terstruktur
penelitian
ini,
terfokus
yang
dilakukan
dan
yang
wawancara
berisi
tak
pertanyaan
dengan struktur tertentu namun terpusat pada satu
masalah
pokok tertentu. Selain itu, juga dilakukan wawancara bebas
yang berisi
pertanyaan-pertanyaan
dari satu pokok masalah ke pokok
berkaitan
dengan
dan
dapat
yang
berpindah-pindah
masalah
lain
memperjelas
sepanjang
aspek-aspek
ditelusuri.
Aspek-aspek yang
aspek
yang
lebih
ditinjau
dalam
ditekankan
pada
wawancara
adalah
bagaimana
guru
mengajarkan suatu materi praktek agar dapat dikuasai
oleh
siswa sampai tuntas.
dari
Aspek-aspek
tersebut
ciri-ciri Belajar Tuntas. Ciri-ciri
diambil
tersebut
selanjutnya
dirinci lebih operasional sehingga dapat dirumuskan
bentuk pertanyaan yang diajukan saat wawancara.
juga dilakukan terhadap Kepala
Sekolah/Kepala
Kepala Bengkel dan siswa, guna
mendukung
didapat dari guru. Dalam pelaksanaannya
dalam
Wawancara
Instalasi,
informasi
dibuat
yang
pedoman /
panduan wawancara, yang dalam pelaksanaannya tidak terlalu
terikat pada pedoman tersebut.
3.
Analisis
Dokumen
Selain menggunakan kedua teknik pengumpulan data
atas, juga dilakukan pengumpulan data yang relevan
di
dengan
memanfaatkan studi dokumentasi.
Data yang dikumpulkan melalui dokumen
kurikulum Sekolah
Menengah
Kejuruan
66
yang
antara
terdiri
lain:
dari
(buku I Landasan, Program dan Pengembangan,
buku
II
dan
buku
III
II-A Garis-Garis Besar Program Pengajaran,
dan
Petunjuk
Pemasyarakatan
Pelaksanaan);
modul-modul
Kurikulum, yang terdiri dari (modul
modul
1.2
Pengembangan
1.1.
Kurikulum
Pelaksanaan Kurikulum SMK,
modul
SMK,
II
Unsur-Unsur
di
Wilayah
1.3
Pengelolaan
modul
dalam
SMK,
modul
Sistem
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan,
dan Tugas
Kurikulum
III
Peran
Pembinaan
dan
Pengembangan Kurikulum SMK, modul IV Pengikutsertaan Dunia
Usaha/Industri
belakang
dalam
pendidikan
Pengembangan
guru,
data fasilitas bahan
dan
bentuk
alat
Kurikulum;
persiapan
praktek,
latar
mengajar,
serta
beberapa
dokumen lainnya yang relevan dengan masalah penelitian.
Dalam
studi
analisis
dokumen
diarahkan
memperoleh data mengenai kedudukan konsep Belajar
prosedur
pelaksanaan
admnistrasi
tugas-tugas
Belajar
pelaksanaan
siswa.
Observasi,
dokumen seperti dijelaskan
digunakan dalam
tugas
penelitian
di
Tuntas,
Tuntas,
kelengkapan
mengajar
guru
wawancara,
atas
untuk
guna
adalah
dan
dan
analisis
teknik
yang
mengumpulkan/menjaring
data, sedangkan yang menggunakan adalah peneliti sendiri.
Berdasarkan
pandangan
di
atas,
penelitilah
berperan sebagai instrumen penelitian, dan
langsung ke lapangan. Dalam
proses
terjun
pengumpulan
yang
secara
data
di
lapangan peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara,
dan analisis dokumen serta dibantu dengan catatan lapangan
67
dan alat perekam.
D.
Tahap-tahap Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri
dari tiga tahap, yaitu; (1) tahap pra-lapangan; (2)
tahap
pekerjaan lapangan; (3) tahap analisis data.
1. Tahap pra-lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (a)
survei pendahuluan; (b) menyusun rancangan penelitian; (c)
memilih lapangan penelitian; dan (d) mengurus perizinan.
(a) Survei Pendahuluan
Sebelum menyusun
rancangan
dahulu dilakukan survei pendahuluan
Teknologi
Menengah
(STM)
negeri
penelitian,
ke
beberapa
dan
STM
terlebih
Sekolah
swasta
di
Kotamadya Bandung. Dari hasil survei pendahuluan ditemukan
sebuah masalah yang menarik dan bermanfaat untuk
diteliti
lebih lanjut, yaitu masalah ketuntasan belajar dalam
mata
pelajaraan praktek kejuruan.
Gambaran hasil survei
berikut. Di STM negeri
X,
pendahuluan,
pelaksanaan
mengajar dilakukan sepenuhnya di
menyadari ada perbedaan
masih sering
jumlah
waktu,
memberi
dan
kegiatan
Kondisi seperti di atas
terdapat
di
setiap
68
belajar
tersebut.
siswa
dengan
sama
merupakan
sekolah,
kegiatan
dalam
belajar
perlakuan
kriteria
sebagai
sekolah
kemampuan
namun pada pelaksanaan
adalah
belajar,
mengajar,
guru
materi,
metode,
semua
siswa.
untuk
kendala
antara
Guru
lain
yang
umumnya
seperti
:
keterbatasan alat,
keterbatasan bahan,
dan rasio guru siswa.
Kegiatan
keterbatasan waktu,
remedial
diberikan
dalam bentuk pengulangan kembali praktek dengan bahan
topik yang sama.
gagal/salah
Kegiatan ini diberikan kepada siswa
dalam
prakteknya,
ketersediaan bahan
pengayaan
dan
alat
kadang-kadang
namun
yang
diberikan
juga
ada.
dalam mengerjakan
job
sheet,
guru
yang
kegiatan
siswa
dalam prakteknya cepat selesai dan sesuai dengan
yang ditetapkan. Terhadap siswa yang lebih
dan
tergantung
Untuk
terhadap
guru
kriteria
cepat
memberikan
yang
selesai
kegiatan
kepada siswa dalam bentuk membuat laporan praktek,
membuat
gambar kerja
praktek
dan
perhitungan
bahan
untuk
job
selanjutnya, dan kadang-kadang memberikan penjelasan teori
secara ringkas.
Di
Sekolah
pelaksanaan
Teknologi
kegiatan
Menengah
belajar
sepenuhnya di sekolah tersebut.
(STM)
mengajar
negeri
Y,
dilaksanakan
Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran
praktek
kejuruan,
sudah
mulai menerapkan prinsip-prinsip Belajar Tuntas,
walaupun
belum secara utuh.
dahulu
mencapai
dalam
praktek
Bagi siswa yang lebih
ketuntasan/mempunyai
kemampuan
cepat
diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke job
berikutnya.
Bentuk kegiatan remedial yang diberikan guru yaitu
penambahan waktu untuk mengerjakan job yang belum
atau
job
yang
gagal.
Bentuk
diberikan guru terhadap siswa
69
kegiatan
yang
lebih
dengan
selesai
pengayaan
awal
yang
mencapai
ketuntasan
belajarnya
mempersiapkan
job
adalah
sebagai
selanjutnya,
berikut:
persiapan
kadang-kadang materi/kegiatan perawatan
tugas
bahan,
dan
dan
pemeliharaan
alat praketek.
Di
Sekolah
pelaksanaan
Teknologi
kegiatan
Menengah
belajar
(STM)
mengajar
negeri
dalam
pelajaran praktek kejuruan dilaksanakan bukan
tersebut. Pelaksanaan
kegiatan
belajar
Z,
di
mata
sekolah
mengajar
khusus
untuk mata pelajaran praktek, dilaksanakan di lembaga lain
yang khusus sebagai tempat
praktek.
Setelah
dilacak
ke
lembaga tempat siswa melaksanakan praktek kejuruan,
dalam
kegiatan
telah
belajar
mengajar
pada
prinsipnya
diterapkan. Prinsip-prinsip Belajar Tuntas tersebut
bentuk-bentuk kegiatan belajar, antara
lain
:
dalam
remedial,
maju berkelanjutan, adanya pengelompokkan kegiatan belajar
siswa menurut kemampuan yang berbeda-beda.
Di
Sekolah
Teknologi
Menengah
(STM)
swasta
X,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran
praktek
kejuruan
tersebut.
Guru
dilaksanakan
menyadari
sepenuhnya
di
perbedaan-perbedaan
sekolah
kemampuan
siswa dalam belajar, namun dalam pelaksanaannya belum bisa
diterapkan, hal ini
bahan,
dan
rasio
dengan
guru
alasan
siswa.
karena
Umumnya
faktor
dalam
kegiatan
belajar mengajar guru memberikan bahan, waktu, dan
yang sama. Berdasarkan hasil survei pendahuluan
pelaksanaan kegiatan
belajar
70
mengajar
di
alat,
di
metoda
atas,
masing-masing
sekolah dalam kadar
tertentu
prinsip Belajar Tuntas.
telah
Namun
menerapkan
dilaksanakan
beberapa
dengan
cara
yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda
pula,
padahal
di
sekolah-sekolah
tersebut
digunakan
masalah
ketuntasan
kuriulum yang sama. Oleh karena
itu,
belajar
praktek
dalam
mata
pelajaran
menarik dan bermanfaat untuk diteliti
kejuruan
cukup
lebih mendalam.
(b) Menyusun Rancangan Penelitian
Dari hasil
penelitian
untuk
pembimbing.
diteliti
survei
diajukan
Pada
dan
prinsipnya
disetujui
dilakukan
pendahuluan,
beberapa
permasalahan
perbaikan
dan
rancangan
didiskusikan
oleh pembimbing,
namun
untuk
mempertajam
permasalahan
saran-saran
pembimbing
diadakan
penyempurnaan
serta
dilengkapi
perlu
disusun
fokus
dengan
yang
akan
masih
perlu
memperjelas
penelitian.
perbaikan
dengan
dan
Dari
dan
panduan
pengumpulan data.
(c) Memilih Lapangan Penelitian
Pemilihan
lapangan
penelitian
bertujuan
mendapatkan kesesuaian antara masalah yang
akan
dengan lokasi penelitian. Hal ini dimaksudan
untuk
diteliti
agar
lokasi
penelitian yang dipilih dapat memberi data yang diperlukan
guna menjawab permasalahan dan memecahkan masalah.
masalah penelitian
yang
akan
dikaji
adalah
Karena
ketuntasan
belajar dalam mata pelajaran praktek kejuruan, maka lokasi
penelitian yang
sesuai
dengan
71
masalah
tersebut
adalah
sekolah-sekolah yang sejenis dengan STM negeri X
negeri Y.
Sekolah yang dijadikan
dan
STM
lokasi penelitian dipilih
yang menggunakan kurikulum dengan program studi yang sama,
dan telah menerapkan prinsip-prinsip Belajar Tuntas.
sekolah yang dijelaskan di atas telah
memiliki
praktek cukup memadai dengan pengelolaan
Juga
peralatan
bahan
dan
alat
praktek sudah berjalan baik.
Memperhatikan adanya
perbedaan
kurikulum oleh guru di tiap-tiap
alat, bahan,
bentuk
sekolah
dan rasio guru siswa serta
pelaksanaan
dengan
kondisi
fasilitas
ruang,
maka dengan sendirinya efektivitas ketuntasan belajar akan
berbeda
pula
sesuai
dengan
karakteristik
siswanya.
Anderson dan Block (dalam Dunkin,1987:59) mengajukan suatu
pertanyaan "...whether
students
at
all
ability
levels
benefit equally well from mastery learning or whether
increased learning of lower ability students is
at
the
cost
of
descreased
learning
of
the
purchased
high-ability
students" .
Berdasarkan kutipan di atas,
akan ditetapkan lapangan
penelitian
sekolah menyangkut guru,
fasilitas
dalam
penelitian
berdasarkan
sekolah,
juga berdasarkan hasil survei pendahuluan.
mempertimbangkan
data
sekolah-sekolah
kondisi
siswa,
Juga
STM
ini
negeri
dan
dengan
dan
swasta yang ada di bidang Dikmenjur, maka dalam penelitian
ini ditetapkan tiga
Penetapan tiga
sekolah
lokasi
sebagai
sekolah
72
ini
lokasi
dengan
penelitian.
pertimbangan
sebagai berikut: pertama
lembaga yang
khusus
untuk seluruh
STM
STM
negeri
menyelenggarakan
negeri
tahun 1976. Juga telah
Balai
Latihan
merupakan
praktek
se-kotamadya
memiliki
suatu
kejuruan
Bandung semenjak
peralatan praktek
cukup lengkap; kedua STM negeri Y
gedung
X
adalah
Pendidikan
menurut rencananya sebagai tempat
yang
Teknik
yang
menempati
(BLPT)
praktek
yang
STM
swasta
se-kotamadya Bandung. Namun akhirnya karena besarnya biaya
pengelolaan dan banyaknya STM swasta di Bandung gedung ini
tidak dapat berfungsi sebagai tempat praktek
tetapi semua peralatan beserta gedung ini
STM
swasta,
ditempati
oleh
sekolah
yang
STM negeri Y; ketiga STM swasta Z merupakan
dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU), sudah
cukup
lama berdiri dan telah memiliki gedung sendiri, peralatan,
serta rasio guru- murid cukup memadai.
(d) Mengurus Perizinan
Dalam rangka pelaksanaan
pengurusan perizin
yang
penelitian
ditempuh
antara
ini,
prosedur
lain,
sebagai
berikut:
- Surat permohonan
izin
penelitian
dari
Rektor
IKIP
Bandung, u.b Pembantu Rektor I, No.6996/PT.25.H.l/N/1994
tertanggal 13
Oktober
1994,
ditujukan
kepada
Kepala
Direktorat Sosial Politik Propinsi DATI I Jawa Barat.
- Surat Rekomendasi Pemerintah Propinsi Daerah
Jawa Barat,
Direktorat
tertanggal 15 November
Sosial
1994,
7.3,
Politik,
ditujukan
Tingkat
I
No.070.1/4681,
kepada
Kepala
Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat.
- Surat izin Kepala Kanwil Depdikbud Jawa
Koordinator
Urusan
Administrasi,
Barat
a.n
plh
NO.6905/I02/N/1994,
tertanggal 30 November 1994.
- Surat izin Kepala Kantor
No.6319/102.ll/N/1994,
ditujukan
kepada
Depdikbud
Kotamadya
tertanggal
Kepala
12
Sekolah
Bandung,
Desember
Teknologi
(STM) negeri dan swasta serta Balai
Latihan
1994,
Menengah
Pendidikan
Teknik (BLPT).
2.
Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan merupakan tahap pengumpulan
data. Pada tahap ini ada sejumlah kegiatan yang
merupakan
sub-sub kegiatan
pekerjaan
pekerjaan
lapangan.
Langkah
lapangan (pelaksanaan pengumpulan data), penulis mengikuti
prosedur seperti yang
dikemukakan
Nasution
yaitu : (a) tahap orientasi, (b) tahap
(1992:33-34)
eksplorasi
, dan
(c) tahap "member check",
a. Tahap Orientasi
Tahap
lapangan
orientasi
masih
dalam
ini
merupakan
bentuk
kegiatan
pejajagan.
memasuki
Kegiatan
yang
dilakukan mengarah kepada upaya untuk memperoleh informasi
yang seluas-luasnya mengenai hal-hal
berkenaan
dengan
kegiatan
peneliti
harmonis antara
masalah
adalah
peneliti
bersifat
penelitian.
menciptakan
PADA
SEKOLAH TEKNOLOGI
MENENGAH
Studi Kasus tentang Ketuntasan Belajar
dalam Mata Pelajaran Praktek Kejuruan Bangunan
pada Tiga STM di Kotamadya Bandung
IS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi sebagian syarat Program Pascasarjana
Bidang Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh
:
TRIONO ADIL
9032278/XXII-14
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1997
DISETUJUI
Prof.
Dr.
OLEH PEMBIMBING
NANA SXAODIH SUKMADINATA
PEMBIMBING
Dr.
I
R IBRAHIM,
MA
PEMBIMBING I I
PROGRAM
INSTITUT
PASCASARJANA
KEGURUAN DAN ILMU
1997
PENDIDIKAN
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
UCAPAN
TERIMA KASIH
DAFTAR
ISI
iii
vi
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
BAB
xii
I . PENDAHULUAN
BAB II
1
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Masalah Penelitian
10
1.
2.
Rumusan
Masalah
Pembatasan Masalah
10
12
3.
Pertanyaan Penelitian
14
1
C.
Tujuan Penelitian
16
D.
Manfaat Penelitian
16
KETUNTASAN BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PRAKTEK
KEJURUAN DAN
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PELAKSANAANNYA
18
A.
18
Hakikat Sistim Belajar Tuntas
1. Teori Belajar Tuntas
18
2. Teori Belajar Dalam Belajar Tuntas
20
3. Langkah-langkah Proses Pencapaian Ketunta
san Belajar
25
4. Komponen-komponen
Pendekatan
Belajar
Tuntas
30
Model-model Belajar Tuntas
37
Kurikulum Pendidikan Kejuruan
41
5.
B.
1. Pengertian Kurikulum
41
2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kejuru an
3.
4.
C.
42
Pengembangan Kurikulum Sekolah Teknologi
Menengah (STM)
Cakupan Pelaksanaan Belajar Tuntas dalam
Mata Pelajaran Praktek Kejuruan Bangunan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Belajar Tuntas di Sekolah
1.
Faktor Guru
44
48
52
53
vi
2. Faktor Siswa
55
3. Faktor Kepala Sekolah
56
4. Faktor Sarana Pendukung
58
D. Cuplikan Hasil Penelitian yang Relevan
59
BAB.Ill PROSEDUR PENELITIAN
61
A. Metoda Penelitian
61
B. Sumber Data dan Prosedur
Penentuan
Penelitian
Subjek
62
1. Sumber Data
62
2. Prosedur Penentuan Subjek Penelitian .... 63
C. Teknik Pengumpulan Data
65
1. Observasi
2. Wawancara
3. Analisis Dokumen
65
65
66
D. Tahap-tahap Penelitian
68
1. Tahap Pra-lapangan
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
3. Tahap Analisis Data
68
74
77
BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI
81
A. Deskripsi
82
1. Belajar Tuntas dalam Dokumen
Kurikulum
82
2a. Pelaksanaan Belajar Tuntas di STM negeri
x
•
87
a. Belajar Tuntas yang dilaksanakan Guru..
87
b. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Guru
dalam menerapkan Belajar Tuntas di STM
negeri X
1). Konsep guru tentang Belajar Tuntas
2). Bentuk pengelolaan dan bimbingan
106
106
Kepala Sekolah kepada guru dalam
pelaksanaan
Belajar
Tuntas
.... 108
3). Dukungan fasilitas belajar
109
3. Dampak Belajar Tuntas Kepada siswa .... 113
2b. Pelaksanaan Belajar Tuntas di STM negeri
Y
a.
Belajar Tuntas yang dilaksanakan Guru
114
114
b. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Guru
dalam Menerapkan Belajar Tuntas
negeri Y
di STM
126
1). Konsep guru tentang Belajar Tuntas 126
2). Bentuk Pengelolaan dan bimbingan
Kepala Sekolah Kepada Guru
menerapkan Belajar Tuntas
vii
dalam
128
b) . Bentuk bimbingan
3). Dukungan fasilitas belajar
147
129
c. Dampak Belajar Tuntas bagi siswa
132
2c. Pelaksanaan Belajar Tuntas di STM swasta
x
133
a. Belajar Tuntas yang dilaksanakan guru . 133
b. Faktor-faktor
yang
Melatarbelakangi
Guru dalam Menerapkan Belajar Tuntas di
STM swasta X
143
1). Konsep Guru tentang Belajar Tuntas
2). Bentuk Pengelolaan
Kepala Sekolah
dan
dalam
Bimbingan
Pelaksanaan
Belajar Tuntas
3). Dukungan Fasilitas Belajar
146
147
c. Dampak Belajar Tuntas bagi Siswa
B. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Konsep
Belajar
Kurikulum
Tuntas
143
dalam
148
149
Dokumen
14g
2. Belajar Tuntas yang dilaksanakan
Guru
dan Faktor-faktor yang Melatarbelakangi
Guru dalam Penerapannya
153
3. Dampak Belajar Tuntas bagi Siswa
161
BAB. V KESIMPULAN, PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
165
165
1. Kesimpulan-kesimpulan khusus
165
a. Belajar Tuntas dalam dokumen
165
b. Belajar Tuntas yang dilaksanakan guru
....
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
166
167
d. Dampak pengajaran bagi siswa
169
2. Kesimpulan umum
170
B. PEMBAHASAN
171
C.
183
REKOMENDASI
1.
Rekomendasi kepada guru
kejuruan ....
183
2. Rekomendasi kepada para Kepala Sekolah .
185
3. Rekomendasi kepada lembaga yang mempersiapkan guru-guru STM
186
4. Rekomendasi kepada Dikmenjur dan Balitbang
Depdikbud
187
5. Rekomendasi kepada Peneliti Lanjutan .... 188
DAFTAR PUSTAKA
ig2
viii
LAMPIRAN
196
IX
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan
1. Jenis Pelajaran dengan Berbagai
Batasan
Belajar
25
2. Komponen-komponen Belajar Tuntas
Bl oom
Model
„
3. Komponen-komponen
38
Belajar Tuntas
Model
Torshen
3g
4. Komponen-komponen
Belajar Tuntas
Model
Jacobsen
41
5. Model Pelaksanaan Mengajar Guru pada STM
Negeri X
gj
6. Sistim Pengadaan Alat dan Bahan
di
STM
Negeri X
7. Pelaksanaan
WZ
Mengajar
Guru
pada
STM
Negeri Y
120
8. Sistim Pengadaan Alat dan Bahan
di
Negeri Y
9. Pelaksanaan
STM
.,,
Mengajar
Guru
pada
swasta X
13^
STM
j42
10. Belajar Tuntas Model Tradisional
173
11. Belajar Tuntas Model Gabungan
17A
X
DAFTAR GAMBAR
Gambar :
Halaman
1. Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Siswa
dalam
Pendekatan
Belajar
Non-tuntas
dan Belajar Tuntas
2. Penyajian Materi dengan
22
Memperhatikan
Urutan Pokok Bahasan dengan Menerapkan
Belajar Tuntas dan Non Tuntas
XI
23
DAFTAR TABEL
Ha la man
Tabel 1. Latar Belakang Responden di STM
Negeri
88
X
2. Bentuk Persiapan Mengajar Guru Reponden
di STM Negeri
X
90
3. Latar Belakang Responden di STM
Negeri
Y
H5
4. Bentuk
Perencanaan
Mengajar
Guru
Responden di STM Negeri Y
5.
Latar Belakang Responden di STM
116
Swasta
X
6.
134
Bentuk Persiapan Mengajar Guru Repsonden
di
STM Swasta X
135
Xll
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan
memegang
peranan
peningkatan kualitas sumber
spiritual,
intelektual,
Teknologi Menengah
Pendidikan
khususnya
dalam
manusia,
maupun
(STM)
Nasional,
daya
penting
bagian
mengemban
mempersiapkan
tenaga
sosial,
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
pembangunan
Sekolah
sistim
di
kerja
di
upaya
dari
misi
tingkat menengah. Sehubungan dengan misi
dijelaskan tentang arah
baik
profesional.
merupakan
juga
dalam
atas,
terampil
atas,
dalam
1993
telah
tahun
pendidikan
menengah
yaitu:
Mencerdaskan kehidupan bangsa secara terpadu dan
diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan
pendidikan, terutama peningkatan kualitas pendidikan
dasar serta jumlah dan kualitas pendidikan kejuruan,
sehingga memenuhi kebutuhan
pembangunan
nasional
dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Berdasarkan acuan di atas, tujuan
Kejuruan (SMK), secara khusus Sekolah
(STM).
Sekolah
Menengah
Teknologi
Menengah
adalah:
1. Menyiapkan siswa untuk memasuki
lapangan
kerja,
serta mengembangkan sikap profesional.
2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir,
mampu
berkompetisi dan mampu mengembangkan diri.
3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk
mengisi kebutuhan dunia usaha dan
industri pada
saat ini maupun masa yang akan datang.
4. Menyiapkan
produktif,
(Depdikbud,
tamatan
menjadi
adaptif,
1993 : 1)
warga
negara
dan
Menyimak apa yang telah diamanatkan dalam GBHN dan
yang hendak dicapai dari pendidikan di STM, jelas
yang
kreatif.
tujuan
peranan
pendidikan kejuruan dalam menyiapkan tenaga kerja terampil
tingkat
menengah
pengembangan
kurikulum
memenuhi
cukup
besar.
dan
perbaikan,
kejuruan
harus
tuntutan
Oleh
serta
terus
perkembangan
karena
cara
pengelolaan
diupayakan
serta
itu,
agar
dapat
perubahan
yang
terjadi di lingkungan kerja dan industri.
Untuk menjawab tuntutan di atas, pemerintah
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
telah
melalui
melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah
kejuruan.
Upaya-upaya
perbaikan
dan
kemampuan
guru
pengadaan
tersebut
penyempurnaan
dengan
alat-alat
antara
lain
kurikulum,
berbagai
praktek,
melalui
peningkatan
program
penataran,
pengadaan
penunjang, dan penyempurnaan berbagai
sistim
buku-buku
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar.
Pembaharuan
kurikulum
Sekolah
Teknologi
(STM) pada hakekatnya merupakan hasil
dan
penyusunan
dimaksud
kurikulum
adalah
dari
sebelumnya.
penyempurnaan
tuntutan
perkembangan
teknologi yang berkembang di
penyempurnaan
Pembaharuan
berdasarkan
pelaksanaan kurikulum di sekolah-sekolah
terhadap
Menengah
ilmu
dunia
dan
hasil
penyesuaian
pengetahuan
kerja
dan
Beberapa aspek pembaharuan yang terdapat pada
dan
industri.
kurikulum
STM tahun 1984 dan kurikulum STM tahun 1994 dapat
dilihat
dari persamaan dan perbedaannya. Pada kurikulum STM
1994, mata pelajaran dikelompokkan
yang
menjadi program
tahun
umum
dan program kejuruan. Pada kurikulum STM tahun
pelajaran dikelompokkan
menjadi
MPDU
1984
mata
(Mata Pelajaran
Dasar Umum), MPDK (Mata Pelajaran Dasar Kejuruan), dan MPK
(Mata Pelajaran Kejuruan). Perbandingan beban belajar pada
kurikulum STM tahun 1984 antara MPDU + MPDK dengan
adalah 60 :40. Pada kurikulum STM tahun 1994
beban
belajar
tersebut berbeda-beda
karakteristik masing-masing program
belajar
pada kurikulum STM
tahun
1984
ditetapkan
minimal
1984 dilaksanakan dalam
dua
STM tahun 1994 dilaksanakan dalam
lihat
dari
segi
jumlah
tiga
beban
STM
pada
tahun
kurikulum
catur
penulisan GBPP, kurikulum
40
Pembagian
kurikulum
semester,
beban
ditetapkan
42 jam/minggu.
waktu belajar dalam satu tahun pada
dengan
Jumlah
jam/minggu, pada kurikulum STM tahun 1994
belajar
perbandingan
sesuai
studi.
MPK
wulan.
STM
1984 ditulis dengan sistim "matrik/kolom", pada
Di
tahun
kurikulum
STM tahun 1994 ditulis dalam bentuk "narasi".
Di lihat dari segi metode, pada kurikulum STM
tahun
1984 telah dicantumkan dan ditetapkan metode apa yang akan
digunakan, sedangkan pada kurikulum
STM
tahun
1994
hal
tersebut tidak dicantumkan. Kenyataan lapangan menunjukkan
bahwa
metode
dan
strategi
yang
hekekatnya guru di sekolah lah yang
hal
tersebut
sesuai
dengan
masing-masing, serta dengan
akan
digunakan
paling
pertimbangan
pertimbangan
pada
memahaminya,
kemampuannya
kondisi
dan fasilitas pendukung yang ada di sekolah, juga
sarana
kondisi
dan program kejuruan. Pada kurikulum STM tahun
pelajaran dikelompokkan
menjadi
MPDU
1984
(Mata
mata
Pelajaran
Dasar Umum), MPDK (Mata Pelajaran Dasar Kejuruan), dan MPK
(Mata Pelajaran Kejuruan). Perbandingan beban belajar pada
kurikulum STM tahun 1984 antara MPDU +
MPDK
dengan
adalah 60 :40. Pada kurikulum STM tahun 1994
beban
belajar
tersebut
berbeda-beda
karakteristik masing-masing program
belajar
pada kurikulum STM
tahun
studi.
ditetapkan
minimal
42
dua
STM tahun 1994 dilaksanakan dalam
lihat
dari
segi
jumlah
tiga
beban
STM
pada
tahun
kurikulum
catur
penulisan GBPP, kurikulum
40
Pembagian
kurikulum
semester,
beban
ditetapkan
jam/minggu.
waktu belajar dalam satu tahun pada
1984 dilaksanakan dalam
dengan
Jumlah
jam/minggu, pada kurikulum STM tahun 1994
belajar
perbandingan
sesuai
1984
MPK
wulan.
STM
1984 ditulis dengan sistim "matrik/kolom" , pada
Di
tahun
kurikulum
STM tahun 1994 ditulis dalam bentuk "narasi".
Di lihat dari segi metode, pada kurikulum STM
tahun
1984 telah dicantumkan dan ditetapkan metode apa yang akan
digunakan, sedangkan pada kurikulum
STM
tahun
1994
hal
tersebut tidak dicantumkan. Kenyataan lapangan menunjukkan
bahwa
metode
dan
strategi
hekekatnya guru di sekolah
hal
tersebut
sesuai
yang
lah
dengan
masing-masing, serta dengan
akan
yang
digunakan
paling
pertimbangan
pertimbangan
pada
memahaminya
kemampuannya
kondisi
dan fasilitas pendukung yang ada di sekolah, juga
sarana
kondisi
siswa
dan
berbagai
pelaksanaannya.
aspek
Dalam
lain
buku
Menengah Kejuruan (Landasan,
yang
I
terdapat
Kurikulum
dalam
Sekolah
Program dan Pengembangan)
tahun 1994, ada .beberapa strategi yang dianjurkan
untuk
diterapkan guru seperti:
sistim
sistim Belajar
Belajar Bertahap, sistim Pelatihan
Tuntas,
Produksi,
dan
sistim
f/ira Usaha. Mengingat setiap siswa mempunyai kecepatan dan
kemampuan belajar yang berbeda-beda, tentunya waktu yang
dibutuhkan seorang siswa untuk mencapai
"taraf mampu /
penguasaan tuntas" dalam. mengusai suatu keterampilan
berlainan.
Oleh
karena
itu,
metode
penyampaian
pengorganisasian materi merupakan hal yang cukup
untuk dipertimbangkan guru
sebelum
akan
dan
penting
pelaksanaan
kegiatan
belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan selama
siswa
dalam
satu
kelas
ini,
ada
mempunyai
kemampuan
belajar yang sama. Adanya perbedaan
kelas umumnya disadari para guru,
anggapan
individu
namun
perhatian guru dalam kegiatan belajar
bahwa
dan
cara
dalam
satu
kurang
menjadi
mengajar.
Dengan
adanya kondisi siswa yang berbeda-beda, timbul pertanyaan,
apakah perlakuan-perlakuan
selama ini
terhadap
yang
semua
belajar yang sama?. Kondisi
siswa
yang
sama
seperti
dapat
ada
dilakukan
mencapai
dalam
diri
hasil
siswa
sendiri juga tak kalah pentingnya untuk diperhitungkan,
yaitu
kondisi
cara
belajar
siswa,
kemampuan
pelajaran, motivasi belajar, ketekunan, dan bakat.
memahami
Kondisi-kondisi di atas harus menjadi perhatian bagi
guru bila diinginkan siswa mampu melakukan pekerjaan
atau
menguasai
yang
keterampilan
sesuai
dengan
ditetapkan. Memang sulit untuk menciptakan
dimana
seluruh
siswa
di
kelas
dengan
standar
suatu
situasi
kemampuan
berbeda-beda serta dengan tingkat pemahaman yang
yang
berbeda,
diharapkan menguasai suatu keterampilan baru sampai tuntas
dalam satuan waktu yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Dengan berlakunya kurikulum STM tahun 1994, saat ini
guru diberi kesempatan untuk menerapkan berbagai
strategi
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
sekolah,
kemampuan guru itu
sendiri,
dan
kondisi
sarana
pendukung
yang
tersedia. Dalam penelitian kajian akan difokuskan terhadap
bagaimana upaya-upaya yang dilakukan guru dalam
mengajar,
agar sebahagian besar
materi
pelajaran
yang
diajarkan
siswa
sampai tuntas dan menguasai
menguasai
keterampilan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Dalam
modul
Pemasyarakatan
Kurikulum
1994,
tentang sistim Belajar Tuntas dijelaskan :
Keberhasilan belajar siswa, ditetapkan oleh tingkat
penguasaan
keterampilan atau
kompetensi
yang
disyaratkan oleh lapangan kerja, atau dengan kata lain
menggunakan
menggunakan
pendekatan
Penilaian
(Depdikbud,1994:5).
Konsekuensi dengan
Belajar
Acuan
diterapkannya
sistim
Tuntas
Patokan
Belajar
dalam kurikulum SMK 1994, hendaknya
guru
belajar
perbedaan
mengajarnya
memperhatikan
dengan
(PAP)
dalam
Tuntas
kegiatan
kemampuan
belajar siswa sesuai dengan kecepatan belajar, minat,
dan
waktu
yang
dibutuhkannya.
Dalam
Mengajar V-B Komponen Bidang
modul
Studi
Program
Teknologi
Akta
Pengajaran
dijelaskan tentang ciri-ciri Belajar Tuntas, antara lain :
a. Pengajaran didasarkan
yang
telah
pengajaran yang
tujuan-tujuan
Maksudnya
ditetapkan.
belajar mengajar
tingkat
atas
diarahkan
merupakan
penguasaan
strategi
kepada
kegiatan
pencapaian
sebagai
siswa.
pengajaran
ukuran
Dengan
tujuan
pencapaian
demikian
kegiatan
belajar mengajar dan alat evaluasi yang digunakan harus
berorientasi kepada tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Memperhatikan perbedaan
Perbedaan
individu.
siswa adalah perbedaan kemampuan
dan
perbedaan
kecepatan
strategi kegiatan
siswa
belajar,
belajar
individu
dalam
belajar
dengan
mengajar
harus
demikian
bervariasi
sesuai dengan terdapat perbedaan tersebut.
c. Evaluasi
dilakukan
kriteria
(PAP).
secara
Dalam
kontinu
Belajar
dilakukan terus-menerus agar
pada
akhir
kegiatan
pelaksanaannya menggunakan
Patokan
=
PAP),
yaitu
menggunakan
Tuntas
dapat
penilaian
diperoleh
dan sistematis. Evaluasi dilakukan
dan
dan
awal,
selama
belajar
mengajar,
dalam
kriteria
(Penilaian
Acuan
dengan
belajar siswa dengan patokan
pada
balikan
membandingkan
keberhasilan
yang
hasil
telah
ditetapkan sebelumnya.
d. Menggunakan program perbaikan
Program perbaikan diberikan
dan
kepada
program
siswa
pengayaan.
yang
belum
menguasai tujuan pengajaran, sedangkan perbaikan kepada
siswa
yang
pengayaan
telah
tuntas.
merupakan
Program
konsekuensi
perbaikan
diterapkan
secara kontinu, yang merupakan suatu
dan
evaluasi
pengakuan
adanya
perbedaan individu antara siswa.
e. Menggunakan prinsip CBSA (Cara
Belajar
Siswa
untuk
belajar
Prinsip CBSA memungkinkan siswa
dengan
kemampuan
masing-masing.
mendorong
belajar
Prinsip
siswa
untuk
di
dan
belajar melalui pengalaman, yang
sesuai
kecepatan
atas
bertanya,
Aktif).
belajar
memungkinkan
berinisiatif
pada
akhirnya
dan
dapat
dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa.
f. Menggunakan satuan pelajaran kecil. Penerapan
Belajar
Tuntas
menganjurkan
strategi
pemenggalan
materi
pelajaran dalam satuan-satuan pelajaran menjadi menjadi
unit-unit
belajar
menggunakan
atau
penggalan-penggalan.
pelajaran
satuan
kecil
penggalan-penggalan akan dapat meningkatkan
belajar siswa. Penggalan-penggalan materi
merupakan
urutan-urutan
keterampilan
Dengan
/
ketuntasan
yang
yang
dibuat
saling
berhubungan dan berkesinambungan.
Melalui
sistim
Belajar
Tuntas
dapat
diatasi
kekurangan, kelemahan, dan kesulitan belajar siswa,
apabila kepada siswa diberikan kegiatan remedial,
individual,
dan
(dalam. Torshen,
pengayaan.
1977
:
41)
Menurut
hampir
Carroll
semua
yaitu
bantuan
dan
Bloom
siswa
mampu
mempelajari dan menguasai keterampilan apabila kepada
mereka diberikan
kualitas pengajaran
yang baik serta
disediakan waktu yang cukup. Berdasarkan pendapat Carroll
dan Bloom di atas, tampaknya siswa dengan kemampuan
belajar berbeda-beda pada akhirnya akan dapat mencapai
hasil akhir sama. Perbedaannya hanya jumlah waktu yang
dibutuhkan. Keberhasilan belajar siswa lebih banyak
ditentukan oleh faktor kesempatan belajar atau waktu yang
digunakan serta kualitas penyajian yang diterima siswa.
Dengan
menerapkan
Belajar Tuntas,
diharapkan
melalui
sistim pengajaran yang tepat, sebahagian besar siswa akan
dapat mempelajari dan menguasai seluruh
bahan pelajaran
yang diberikan. Pendukung sistim Belajar
Tuntas
seperti
Bloom dan Block berpendapat bahwa keberhasilan siswa dalam
belajar sebetulnya lebih banyak ditentukan oleh waktu yang
betul-betul digunakan oleh siswa, kualitas penyajian yang
diterima siswa,
minat
siswa,
kemampuan
pelajaran, dan cara belajar siswa.
siswa memahami
Dalam pelaksanaannya,
agar tercapai tingkat penguasaan
yang diinginkan,
harus mampu menciptakan
belajar sesuai dengan
kondisi
guru
karakteristik siswa.
Banyak
faktor
belajar siswa,
antara
yang
ikut
mempengaruhi
lain : faktor
ketuntasan
kurikulum,
faktor
Pelaksana kurikulum, faktor siswa, dan sarana pendukung.
Apabila kurikulum sebagai pedoman dan panduan yang akan
digunakan
guru telah direncanakan dan
dikembangkan
melalui penelitian yang sistematis serta telah
dengan berbagai
dilihat
material
bagaimana
implementasinya.
melaksanakan, dalam
mempengaruhi
kurikulum,
arti
kualitas
selanjutnya
Faktor
bagaimana
guru
pelaksanaan
dilengkapi
dan
guru
yang pertama sekali harus
kualitas
penurunan
diamati
Berdasarkan
kenyataan
mutu
dan
kualitas proses belajar mengajar di
lapangan,
menurut
pendidikan,
apabila
ditinjau
persiapan
dengan menulisnya secara terperinci, sehingga
mengajar
sering
siswa
sampai
kurikulum
guru
siswa
agar
materi
Apabila
kebiasaan
masih
seperti
di
kegiatan
mengajar
waktu
disibukkan memikirkan
tuntas.
mengakibatkan penekanan
dari
tingkat
pada
apa yang harus mereka lakukan, bukan memikirkan
seharusnya dilakukan
ialah
" (1990:160).
aspek bagaimana guru mengembangkan kurikulum pada
membuat persiapan
ikut
hasil
dianalisis
kelas
sekolah, masih ditemukan guru membuat
yang
mengajar
kurikulum. Memperhatikan beberapa faktor di atas,
Soedijarto " Apabila terjadi
perlu
apa yang
dapat
pengembangan
atas,
belajar
dikuasai
maka
terletak
akan
pada
kegiatan mengajar saja, bukan pada kegiatan belajar siswa.
Masalah di atas diakui oleh Ivor
Rifai,1995:4),
K.
Davies
(djaJLajn
Anna
bahwa:
Banyak pengajar yang cenderung untuk mengajar secara
berlebihan. Mereka terlalu banyak menciptakan situasi
dan suasana belajar yang cocok untuk dirinya
sendiri,
serta sering peran pelajar ditentukan dengan terlalu
sempit. Mereka terlalu banyak
membuat keputusankeputusan bagi pelajarnya tanpa memikirkan kebutuhan
pelajar itu sendiri.
Merujuk kepada pendapat
Ivor
K.
Davies
di
atas,
tampaknya masalah yang perlu mendapatkan perhatian
adalah
guru, yaitu bagaimana guru mengajar agar sebahagian
besar
materi/keterampilan yang diajarkan
dapat
siswa
sampai
kualitas
tuntas.
Jadi
bagaimana
dikuasai
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar guru dilapangan merupakan
satu faktor yang ikut mempengaruhi rendahnya mutu
salah
lulusan
STM.
Memperhatikan
sepenuhnya
bagi
pentingnya
siswa
penguasaan
dalam
mata
keterampilan
pelajaran
praktek
kejuruan, dan besarnya peranan guru dalam kegiatan belajar
mengajar, dalam arti bagaimana upaya-upaya yang
guru
dalam
mengajar
serta
bagaimana
keterampilan agar dikuasai siswa sampai
tertarik untuk meneliti
lebih
jauh
guru
dilakukan
mentransfer
tuntas.
tentang
Peneliti
pelaksanaan
Belajar Tuntas oleh para guru dalam mata pelajaran praktek
kejuruan serta faktor-faktor yang melatarbelakanginya
dan
dampak pelaksanaannya bagi siswa.
|
B. Masalah Penelitian
Dari
gambaran
latar
belakang
penelitian
yang
dipaparkan, masalah pokok yang akan diteliti berkisar pada
permasalahan ketuntasan
belajar
yang
dilaksanakan
dalam mata pelajaran praktek kejuruan bangunan
pada
guru
tiga
STM di kotamadya Bandung.
1.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah
dalam
penelitian
Bagaimana keberadaan konsep Belajar Tuntas
10
ini
adalah:
dalam
dokumen
kurikulum
dan
pelaksanaannya
pelajaran praktek kejuruan,
oleh
guru
dalam
faktor-faktor apa
saja
melatarbelakangi guru dalam pelaksanaannya dan
mata
yang
bagaimana
dampak yang dihasilkannya?
Pelaksanaan Belajar Tuntas yang diteliti
menyangkut
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru
pelajaran praktek kejuruan bangunan
Belajar
Tuntas.
Kegiatan
kegiatan dalam penyiapan
guru
unit
dilihat
yang
persiapan
dalam
melakukan
penilaian.
secara
persiapan
Perencanaan
umum
dari
adalah
mengajar
dalam
Belajar Tuntas
menyangkut
kegiatan
mengajar,pelaksanaan,
berhubungan
mata
konsep
dimaksud
dimensi kurikulum sebagai rencana kegiatan.
yang dilaksanakan guru
dalam
dengan
dan
kegiatan
bagaimana guru mengembangkan tujuan kurikulum dalam bentuk
urutan-urutan
keterampilan
dan
mengajar yang dibuat guru.
komponen-komponen
Pelaksanaan
Belajar
dilihat dari bagaimana
bentuk-bentuk
berkenaan
Tuntas.
guru
Penilaian
menetapkan
kriteria, dan acuan dalam proses
persiapan
dan
penilaian
dengan
dalam
menggunakan
keterampilan,
selama dan setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Berkenaan dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi
guru dalam penerapan Belajar
karakteristik
sekolah,
kurikulum,
Tuntas,
pelaksana
akan
dilihat
kurikulum,
sarana pendukung. Dari berbagai faktor
lebih
kepala
di
faktor guru dalam penelitian
ini
kepada dua faktor saja yaitu,
faktor guru dan faktor
11
akan
dari
atas,
ditekankan
luar
guru.
Faktor
guru
meliputi
konsep Belajar Tuntas,
pengetahuan
pengalaman
mengajar
belakang pendidikan guru, pengalaman
lanjutan. Faktor luar guru, akan
dan
pengawasan
Instalasi,
yang
terhadap
tentang
guru,
latar
penataran/pendidikan
dilihat
dilakukan
guru-guru
guru
dari
Kepala
dan
Sekolah/Kepala
dukungan
belajar yang tersedia di sekolah. Faktor
bimbingan
luar
fasilitas
yang
lain
adalah siswa, meliputi kemampuan siswa memahami penyajian,
ketekunan
siswa
dalam
belajar,
motivasi
siswa
dalam
belajar, dan faktor-faktor lain yang ada dalam diri
siswa
sendiri.
Dampak pelaksanaan
Belajar
pengaruhnya terhadap kegiatan
siswa
setelah kegiatan belajar, meliputi
kepuasan siswa terhadap hasil
siswa
dalam
belajar,
dan
Tuntas
dilihat
selama
hasil
belajar
praktek
kerjanya,
berbagai
dari
siswa,
kerjasama
dampak
dan
antar
terhadap
aktivitas belajar siswa.
2.
Pembatasan Masalah
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar,
dapat
terdiri
dari
diterapkan berbagai model Belajar Tuntas.
Pertama:
model
"Bloom",
yang
komponen-komponen berbentuk urutan-urutan tugas yang harus
dikerjakan siswa. Biasanya dari tugas
tiga dan
seterusnya. Dalam
setiap
satu
tugas
formatif dan perbaikan. Siswa yang telah
sampai
diberikan
menguasai
pertama, dapat melanjutkan ke tugas berikutnya,
12
tugas
tes
tugas
sedangkan
terhadap siswa yang belum menguasai diberikan
perbaikan. Apabila dalam
program
perbaikan
menguasai sepenuhnya sampai tuntas, ia
ke
tugas/job
selanjutnya.
Untuk
kegiatan
siswa
dapat
tugas
telah
melanjutkan
dua,
tiga
dan
seterusnya prinsipnya sama dengan tugas pertama tadi.
Kedua : model "Torshen",
komponen-komponen
diagnostik,
pelaksanaan
penilaian
preskripsi,
Belajar
yang
awal,
dan
terdapat
penyajian,
penilaian
Tuntas
dikelompokkan berdasarkan
didalamnya
model
penilaian
akhir.
Torshen
hasil penilaian awal
dua kegiatan, yaitu kelompok siswa
Dalam
yang
siswa
ke
telah
dalam
menguasai
dan kelompok siswa yang belum menguasai. Kelompok
pertama
adalah siswa yang belum menguasai kemampuan
awal,
kepada
mereka diberikan kegiatan remedial. Kelompk
kedua
adalah
siswa
yang
telah
menguasai
kemampuan
awal,
kepada
diberikan kegiatan pengayaan.
Ketiga:
komponen
model
tujuan,
"Jacobsen",
awal,
terdiri
dari
kegiatan
remedial,
penyajian materi, penilaian formatif, kegiatan
alternatif
/ evaluasi kegiatan
penilaian
yang
alternatif,
dan
penilaian
sumatif.
Dalam pelaksanaannya, model ini dapat dilaksanakan
tiga bentuk, sesuai
dengan
kondisi
siswa yang ditemukan dalam satu
kelas.
(1989) ada tiga keraungkinan bentuk
yaitu: jalur utama,
jalur
perbedaan
dalam
alternatif /
pengayaan.
13
Menurut
dengan
kemampuan
Jacobsen
pelaksanaannya,
perbaikan,
dan
yang
Dalam pelaksanaan penelitian Belajar Tuntas,
ketiga
telah
model
Bloom,
digunakan
sebagai
dijelaskan
Torshen
dan
Jacobseb
pedoman
dalam
sebelumnya
tersebut
menganalisis
yaitu
akan
bagaimana
guru
mengajarkan
suatu keterampilan agar semua siswa dapat menguasai materi
yang diajarkan. Penelitian ini secara khusus akan dibatasi
dalam beberapa hal berikut.
a.
Perencanaan
Perencanaan,
mengembangkan materi
meliputi
kegiatan
pelajaran,
guru
dalam
bentuk-bentuk
persiapan
pengelolaan
aktivitas
mengajar yang dibuat guru.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan
belajar
siswa,
meliputi,
upaya-upaya
mengoptimalkan penguasaan
yang
dilakukan
keterampilan
guru
siswa,
pelaksanaan remedial, pengayaan, bantuan
dalam
mekanisme
individual,
dan
mengatasi kesulitan belajar siswa.
c.
Penilaian
Kegiatan penilaian meliputi,
belajar
kegiatan
siswa,
penilaian
alternatif,
penilaian
kegiatan
penilaian
remedial,
kegiatan
kemajuan
penilaian
pengayaan
dan
penilaian sumatif.
3.
Pertanyaan Penelitian
Rumusan
selanjutnya
masalah
dijabarkan
pokok
lagi
penelitian sebagai berikut:
14
yang
dalam
akan
sejumlah
diteliti,
pertanyaan
a.
Belajar Tuntas dalam dokumen kurikulum.
1).
Bagaimana
kejelasan
dalam dokumen
2).
konsep
Belajar
Tuntas
Belajar
Tuntas
kurikulum?
Bagaimana kesesuaian
konsep
dalam dokumen kurikulum dengan konsep Belajar
Tuntas.
b.
Belajar
Tuntas
yang
faktor-faktor yang
dilaksanakan
melatarbelakangi
guru
guru
dan
dalam
pelaksanaannya.
1).
Belajar Tuntas yang dilaksanakan guru
a).
Bagaimana
guru
membuat
persiapan
mengajar?
b).
Bagaimana guru mengelola kegiatan belajar
dilihat dari
: penilaian awal;
feedback; perbaikan;
belajar siswa;
c) Bagaimana guru
dilihat dari
remedial;
pengayaan;
kesulitan
bantuan individual?
menilai
:
kegiatan
kemajuan
belajar
belajar
siswa;
keberhasilan belajar siswa?
2).
Faktor-faktor
yang
melatarbelakangi
guru
dalam pelaksanaan Belajar Tuntas.
a).
Bagaimana konsep
guru
tentang
Belajar
Tuntas.
b).
Bagaimana
bimbingan
dan
pengawasan
Kepala Sekolah terhadap guru,
c).
Bagaimana
dukungan
15
fasilitas
belajar
yang tersedia di sekolah?
c. Dampak pelaksanaan Belajar Tuntas
1). Bagaimana pengaruh Belajar Tuntas bagi siswa
dilihat dari : kemajuan
belajar;
minat
dan
sikap?
C.
Tujuan Penelitian
Secara umum
tujuan
penelitian
ditemukan bentuk pelaksanaan Belajar
diharapkan
dapat
Tuntas yang
sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran praktek
faktor-faktor apa saja yang
kejuruan
melatarbelakangi
guru
dan
dalam
pelaksanaannya, serta dampak pelaksanaannya.
Secara
pencapaian
yaitu
operasional,
sasaran
guna
mengajarkan
penelitian
dalam menjawab
memperoleh gambaran
keterampilan,
bertujuan
pokok permasalahan,
nyata
dilihat
untuk
dari
bagaimana
konsep
guru
Belajar
Tuntas.
D.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis, manfaat
dengan
penelitian
upaya perbaikan/penyesuaian
Belajar
digunakan
Tuntas.
sebagai
Hasil
masukan
pelaksanaan bentuk Belajar Tuntas,
berkaitan
pelaksanaan
penelitian
bahan
ini
konsep
diharapkan
terhadap
terutama
dapat
perbaikan
yang
sesuai
dengan mata pelajaran praktek kejuruan.
Secara
praktis,
dapat dimanfaatkan
oleh
hasil
penelitian
berbagai
pendidikan kejuruan, antara lain:
16
ini
pihak dalam
diharapkan
kalangan
1. Guru yang
mengasuh
mata
pelajaran
praktek
kejuruan
dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan
kegiatan
belajar mengajar dalam sistim Belajar Tuntas.
2. Institusi yang menyiapkan
masukan
untuk
membekali
calon
guru,
calon
guru
sebagai
dengan
bahan
materi
Belajar Tuntas.
3.
Peneliti
memperbaiki
sesuai
lanjutan,
dan
dengan
sebagai
menemukan
karakteristik
kejuruan.
17
bahan
bentuk
mata
masukan
guna
pelaksanaan
yang
pelajaran
praktek
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metoda
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan/metode kuali
tatif, atau menurut Lincoln dan
pendekatan
inkuiri
dilakukan dalam
naturalistik.
situasi
menyebutnya
(1985)
Pada
lapangan
alamiah, apa adanya dan tanpa
Nasution
Guba
pelaksanaannya
penelitian
intervensi
dengan
menggunakan
dari
pendekatan
bersifat
peneliti.
naturalistik
kualitatif, dimana "menentukan fokus merupakan faktor yang
amat penting dalam penelitian kualitatif,
tersebut
masih
mungkin
mengalami
meskipun
fokus
perubahan
selama
berlangsungnya penelitian itu".
Dalam menentukan
pendahuluan ke
fokus,
lapangan.
peneliti
Hasil
dari
dikonsultasikan kepada pembimbing
penelitian,
dalam
hal
ini
melakukan
studi
guna
mata
pendahuluan
menetapkan
difokuskan
pelaksanaan Belajar Tuntas dalam
studi
fokus
pada
proses
pelajaran
praktek
sesuai
dengan
kejuruan oleh guru STM.
Pendekatan
kualitatif
masalah penelitian ini,
dipandang
hal ini
didasari
bahwa
peneliti
akan mempelajari fenomena yang terjadi
dalam
kegiatan belajar mengajar
pelajaran
dalam
kejuruan bangunan di beberapa STM
mata
di
Kotamadya
Dalam hal ini, penelitian diarahkan guna
praktek
Bandung.
memperoleh
dari permasalahan-permasalahan yang menyangkut
61
pelaksanaan
data
tentang
:
apa,
mengapa dan bagaimana tentang sesuatu yang diteliti.
B. Sumber Data dan Prosedur Penentuan Subjek Penelitian
1.
Sumber
Data
Fokus masalah
Belajar Tuntas
penelitian
dalam
faktor-faktor
mata
yang
adalah penerapan
pelajaran
praktek
melatarbelakangi
konsep
kejuruan,
guru
dalam
penerapannya dan dampaknya bagi siswa.
Untuk
data yang sesuai dengan fokus
masalah
tersebut
terlebih
dahulu
dan
ditetapkan
sumber
dicari,
datanya. Untuk
dipilih,
itu,
menurut
Nasution
"...apa yang ditemukan dalam suatu
berlaku bagi kelompok
lain,
tercapai
dan diperoleh kesamaan kesimpulan
(1992:107)
kelompok
sehingga
beberapa kelompok lain sampai
mendapatkan
belum
perlu
tentu
mempelajari
taraf
mengenai
bahwa
ketuntasan
suatu
gejala
atau konsep".
Berdasarkan pertimbangan di
dilakukan pada 3 (tiga)
sekolah
meningkatkan
hasil
keabsahan
meningkatkan keabsahan
"
atas,
maka
dengan
harapan
penelitian.
. . .penelitian
penelitian
dapat
Cara
untuk
dilakukan
dalam
beberapa lokasi" (Nasution,1992:107)
Yang
menjadi
sumber
data
penelitian tersebut terdiri dari
sumber data penunjang.
pada
sumber
akan diperoleh dari sumber
bagaimana
guru
data
Sumber data pokok adalah
yang membina mata pelajaran praktek
lain:
ketiga
data
pokok,
merencanakan
62
kejuruan.
lokasi
pokok
guru-guru
Data
meliputi
ketuntasan
dan
yang
antara
belajar,
bagaimana
guru
melaksanakan
bagaimana
guru
menilainya,
melatarbelakangi
belajar.
guru
Sumber
Sekolah/Kepala
data
ketuntasan
dan
dalam
faktor-faktor
pelaksanaan
penunjang
instalasi,
belajar,
terdiri
kepala
beberapa dokumen. Melalui Kepala
yang
ketuntasan
dari
bengkel,
Sekolah
dan
Kepala
siswa,
dan
akan
diperoleh
informasi tentang bimbingan dan pengawasan yang
diberikan
terhadap guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
dan pengelolaan fasilitas
praktek
lainnya. Melalui siswa akan
aktivitas siswa dan guru,
dan
diperoleh
respon siswa,
sarana
pendukung
informasi
tentang
motivasi
belajar
siswa, dan cara belajarnya serta kemampuan siswa
materi/keterampilan yang diajarkan.
diperoleh
guru,
informasi
pengalaman
tentang
Melalui
latar
mengajar,
dokumen
belakang
pengalaman
penataran/pendidikan lanjutan dan data lainnya
I, II,
IIA,
III dan dokumen lain yang
memahami
akan
pendidikan
mengikuti
dari
berhubungan
buku
dengan
masalah penelitian.
2.
Prosedur Penentuan Subjek Penelitian.
Telah
dikemukakan
penelitian ini
pada
menggunakan
pendekatan
karena itu, yang akan dijadikan
diseleksi terlebih dahulu.
bagian
subjek
Nasution
terdahulu,
kualitatif.
penelitian
(1992:32)
bahwa
Oleh
perlu
menyatakan
bahwa "Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel
hanyalah sumber yang dapat memberikan
data
berdasarkan
kejadian,
dan
63
informasi".
situasi
Sampel
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang diobservasi. Sampel dipilih
secara
"purposive
yaitu
"
berkenaan
dengan
tujuan
penelitian.
Merujuk
kepada
responden dalam
kutipan
penelitian
di
atas,
adalah:
yang
(1)
dijadikan
guru-guru
yang
masih aktif mengajar mata pelajaran praktek kejuruan;
guru-guru
tersebut
diutamakan
pengalaman mengajar cukup
yang
lama;
(3)
sudah
guru
(2)
mempunyai
yang
menjadi
responden adalah guru yang bersedia serta mempunyai
cukup
waktu untuk memberikan informasi.
Dalam
pelaksanaan
penelitian,
sebagai
lokasi
penelitian diambil sampel Kotamadya Bandung telah ditempuh
prosedur/dengan pertimbangan sebagai berikut:
a) Penentuan sampel
memudahkan
Kotamadya
peneliti
dalam
Bandung
berkenaan
menelusuri
dengan
data
yang
diperlukan dari sumber data.
b) Guru yang dijadikan responden, mewakili STM yang berlokasi di Kotamadya Bandung terdiri dari berbagai sekolah
dengan fasilitas praktek yang cukup
memadai
(pertama,
BLPT khusus sebagai tempat praktek STM negeri yang
Kotamadya Bandung; kedua,
STM negeri yang telah mandiri
dengan fasilitas praktek lengkap dan
BLPT swasta (yang
pada
ada
awalnya
menempati
direncanakan
tempat praktek khusus STM swasta se-Kotamadya
ketiga, STM swasta yang secara hanya mempunyai
gedung
sebagai
Bandung;
jurusan
Bangunan dan dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum).
64
C.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
penelitian , antara lain: (1)
yang
digunakan
observasi;
(2)
dalam
wawancara;
dan (3) analisis dokumen.
1.
Observasi
Berkenaan dengan penggunaan observasi sebagai teknik
pengumpulan
observasi
data,
dalam
partisipasif.
penelitian
Observasi
ini
diterapkan
dilakukan
pada
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar praktek
sehingga
dapat diperoleh data mengenai apa dan bagaimana
konsep Belajar Tuntas dalam
pengajaran,
saat
penerapan
sedangkan
untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan mengapa
dilakukan
dengan
dilakukan
wawancara.
Kegiatan
observasi
berulang-ulang sampai diperoleh data yang memadai.Kegiatan
peneliti
lebih
berperan
kadang-kadang juga
pelaku
kegiatan,
ikut
sebagai
serta
khususnya
pengamat,
secara
dalam
meskipun
seadanya
pelaksanaan
sebagai
kegiatan
praktek.
2.
Wawancara
Tujuan
dilaksanakan
wawancara
adalah
mendapatkan data tentang bagaimana guru menerapkan
untuk
konsep
Belajar Tuntas dalam kegiatan belajar mengajar.
Data
diperoleh
menelusuri
digunakan
sebagai
konsep guru tentang Belajar
yang
melatarbelakangi
dasar
Tuntas,
perilaku
Belajar Tuntas.
65
guru
untuk
serta
dalam
yang
faktor-faktor
menerapkan
Dalam
terstruktur
penelitian
ini,
terfokus
yang
dilakukan
dan
yang
wawancara
berisi
tak
pertanyaan
dengan struktur tertentu namun terpusat pada satu
masalah
pokok tertentu. Selain itu, juga dilakukan wawancara bebas
yang berisi
pertanyaan-pertanyaan
dari satu pokok masalah ke pokok
berkaitan
dengan
dan
dapat
yang
berpindah-pindah
masalah
lain
memperjelas
sepanjang
aspek-aspek
ditelusuri.
Aspek-aspek yang
aspek
yang
lebih
ditinjau
dalam
ditekankan
pada
wawancara
adalah
bagaimana
guru
mengajarkan suatu materi praktek agar dapat dikuasai
oleh
siswa sampai tuntas.
dari
Aspek-aspek
tersebut
ciri-ciri Belajar Tuntas. Ciri-ciri
diambil
tersebut
selanjutnya
dirinci lebih operasional sehingga dapat dirumuskan
bentuk pertanyaan yang diajukan saat wawancara.
juga dilakukan terhadap Kepala
Sekolah/Kepala
Kepala Bengkel dan siswa, guna
mendukung
didapat dari guru. Dalam pelaksanaannya
dalam
Wawancara
Instalasi,
informasi
dibuat
yang
pedoman /
panduan wawancara, yang dalam pelaksanaannya tidak terlalu
terikat pada pedoman tersebut.
3.
Analisis
Dokumen
Selain menggunakan kedua teknik pengumpulan data
atas, juga dilakukan pengumpulan data yang relevan
di
dengan
memanfaatkan studi dokumentasi.
Data yang dikumpulkan melalui dokumen
kurikulum Sekolah
Menengah
Kejuruan
66
yang
antara
terdiri
lain:
dari
(buku I Landasan, Program dan Pengembangan,
buku
II
dan
buku
III
II-A Garis-Garis Besar Program Pengajaran,
dan
Petunjuk
Pemasyarakatan
Pelaksanaan);
modul-modul
Kurikulum, yang terdiri dari (modul
modul
1.2
Pengembangan
1.1.
Kurikulum
Pelaksanaan Kurikulum SMK,
modul
SMK,
II
Unsur-Unsur
di
Wilayah
1.3
Pengelolaan
modul
dalam
SMK,
modul
Sistem
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan,
dan Tugas
Kurikulum
III
Peran
Pembinaan
dan
Pengembangan Kurikulum SMK, modul IV Pengikutsertaan Dunia
Usaha/Industri
belakang
dalam
pendidikan
Pengembangan
guru,
data fasilitas bahan
dan
bentuk
alat
Kurikulum;
persiapan
praktek,
latar
mengajar,
serta
beberapa
dokumen lainnya yang relevan dengan masalah penelitian.
Dalam
studi
analisis
dokumen
diarahkan
memperoleh data mengenai kedudukan konsep Belajar
prosedur
pelaksanaan
admnistrasi
tugas-tugas
Belajar
pelaksanaan
siswa.
Observasi,
dokumen seperti dijelaskan
digunakan dalam
tugas
penelitian
di
Tuntas,
Tuntas,
kelengkapan
mengajar
guru
wawancara,
atas
untuk
guna
adalah
dan
dan
analisis
teknik
yang
mengumpulkan/menjaring
data, sedangkan yang menggunakan adalah peneliti sendiri.
Berdasarkan
pandangan
di
atas,
penelitilah
berperan sebagai instrumen penelitian, dan
langsung ke lapangan. Dalam
proses
terjun
pengumpulan
yang
secara
data
di
lapangan peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara,
dan analisis dokumen serta dibantu dengan catatan lapangan
67
dan alat perekam.
D.
Tahap-tahap Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri
dari tiga tahap, yaitu; (1) tahap pra-lapangan; (2)
tahap
pekerjaan lapangan; (3) tahap analisis data.
1. Tahap pra-lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (a)
survei pendahuluan; (b) menyusun rancangan penelitian; (c)
memilih lapangan penelitian; dan (d) mengurus perizinan.
(a) Survei Pendahuluan
Sebelum menyusun
rancangan
dahulu dilakukan survei pendahuluan
Teknologi
Menengah
(STM)
negeri
penelitian,
ke
beberapa
dan
STM
terlebih
Sekolah
swasta
di
Kotamadya Bandung. Dari hasil survei pendahuluan ditemukan
sebuah masalah yang menarik dan bermanfaat untuk
diteliti
lebih lanjut, yaitu masalah ketuntasan belajar dalam
mata
pelajaraan praktek kejuruan.
Gambaran hasil survei
berikut. Di STM negeri
X,
pendahuluan,
pelaksanaan
mengajar dilakukan sepenuhnya di
menyadari ada perbedaan
masih sering
jumlah
waktu,
memberi
dan
kegiatan
Kondisi seperti di atas
terdapat
di
setiap
68
belajar
tersebut.
siswa
dengan
sama
merupakan
sekolah,
kegiatan
dalam
belajar
perlakuan
kriteria
sebagai
sekolah
kemampuan
namun pada pelaksanaan
adalah
belajar,
mengajar,
guru
materi,
metode,
semua
siswa.
untuk
kendala
antara
Guru
lain
yang
umumnya
seperti
:
keterbatasan alat,
keterbatasan bahan,
dan rasio guru siswa.
Kegiatan
keterbatasan waktu,
remedial
diberikan
dalam bentuk pengulangan kembali praktek dengan bahan
topik yang sama.
gagal/salah
Kegiatan ini diberikan kepada siswa
dalam
prakteknya,
ketersediaan bahan
pengayaan
dan
alat
kadang-kadang
namun
yang
diberikan
juga
ada.
dalam mengerjakan
job
sheet,
guru
yang
kegiatan
siswa
dalam prakteknya cepat selesai dan sesuai dengan
yang ditetapkan. Terhadap siswa yang lebih
dan
tergantung
Untuk
terhadap
guru
kriteria
cepat
memberikan
yang
selesai
kegiatan
kepada siswa dalam bentuk membuat laporan praktek,
membuat
gambar kerja
praktek
dan
perhitungan
bahan
untuk
job
selanjutnya, dan kadang-kadang memberikan penjelasan teori
secara ringkas.
Di
Sekolah
pelaksanaan
Teknologi
kegiatan
Menengah
belajar
sepenuhnya di sekolah tersebut.
(STM)
mengajar
negeri
Y,
dilaksanakan
Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar mata pelajaran
praktek
kejuruan,
sudah
mulai menerapkan prinsip-prinsip Belajar Tuntas,
walaupun
belum secara utuh.
dahulu
mencapai
dalam
praktek
Bagi siswa yang lebih
ketuntasan/mempunyai
kemampuan
cepat
diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke job
berikutnya.
Bentuk kegiatan remedial yang diberikan guru yaitu
penambahan waktu untuk mengerjakan job yang belum
atau
job
yang
gagal.
Bentuk
diberikan guru terhadap siswa
69
kegiatan
yang
lebih
dengan
selesai
pengayaan
awal
yang
mencapai
ketuntasan
belajarnya
mempersiapkan
job
adalah
sebagai
selanjutnya,
berikut:
persiapan
kadang-kadang materi/kegiatan perawatan
tugas
bahan,
dan
dan
pemeliharaan
alat praketek.
Di
Sekolah
pelaksanaan
Teknologi
kegiatan
Menengah
belajar
(STM)
mengajar
negeri
dalam
pelajaran praktek kejuruan dilaksanakan bukan
tersebut. Pelaksanaan
kegiatan
belajar
Z,
di
mata
sekolah
mengajar
khusus
untuk mata pelajaran praktek, dilaksanakan di lembaga lain
yang khusus sebagai tempat
praktek.
Setelah
dilacak
ke
lembaga tempat siswa melaksanakan praktek kejuruan,
dalam
kegiatan
telah
belajar
mengajar
pada
prinsipnya
diterapkan. Prinsip-prinsip Belajar Tuntas tersebut
bentuk-bentuk kegiatan belajar, antara
lain
:
dalam
remedial,
maju berkelanjutan, adanya pengelompokkan kegiatan belajar
siswa menurut kemampuan yang berbeda-beda.
Di
Sekolah
Teknologi
Menengah
(STM)
swasta
X,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran
praktek
kejuruan
tersebut.
Guru
dilaksanakan
menyadari
sepenuhnya
di
perbedaan-perbedaan
sekolah
kemampuan
siswa dalam belajar, namun dalam pelaksanaannya belum bisa
diterapkan, hal ini
bahan,
dan
rasio
dengan
guru
alasan
siswa.
karena
Umumnya
faktor
dalam
kegiatan
belajar mengajar guru memberikan bahan, waktu, dan
yang sama. Berdasarkan hasil survei pendahuluan
pelaksanaan kegiatan
belajar
70
mengajar
di
alat,
di
metoda
atas,
masing-masing
sekolah dalam kadar
tertentu
prinsip Belajar Tuntas.
telah
Namun
menerapkan
dilaksanakan
beberapa
dengan
cara
yang berbeda-beda dan dipengaruhi oleh faktor yang berbeda
pula,
padahal
di
sekolah-sekolah
tersebut
digunakan
masalah
ketuntasan
kuriulum yang sama. Oleh karena
itu,
belajar
praktek
dalam
mata
pelajaran
menarik dan bermanfaat untuk diteliti
kejuruan
cukup
lebih mendalam.
(b) Menyusun Rancangan Penelitian
Dari hasil
penelitian
untuk
pembimbing.
diteliti
survei
diajukan
Pada
dan
prinsipnya
disetujui
dilakukan
pendahuluan,
beberapa
permasalahan
perbaikan
dan
rancangan
didiskusikan
oleh pembimbing,
namun
untuk
mempertajam
permasalahan
saran-saran
pembimbing
diadakan
penyempurnaan
serta
dilengkapi
perlu
disusun
fokus
dengan
yang
akan
masih
perlu
memperjelas
penelitian.
perbaikan
dengan
dan
Dari
dan
panduan
pengumpulan data.
(c) Memilih Lapangan Penelitian
Pemilihan
lapangan
penelitian
bertujuan
mendapatkan kesesuaian antara masalah yang
akan
dengan lokasi penelitian. Hal ini dimaksudan
untuk
diteliti
agar
lokasi
penelitian yang dipilih dapat memberi data yang diperlukan
guna menjawab permasalahan dan memecahkan masalah.
masalah penelitian
yang
akan
dikaji
adalah
Karena
ketuntasan
belajar dalam mata pelajaran praktek kejuruan, maka lokasi
penelitian yang
sesuai
dengan
71
masalah
tersebut
adalah
sekolah-sekolah yang sejenis dengan STM negeri X
negeri Y.
Sekolah yang dijadikan
dan
STM
lokasi penelitian dipilih
yang menggunakan kurikulum dengan program studi yang sama,
dan telah menerapkan prinsip-prinsip Belajar Tuntas.
sekolah yang dijelaskan di atas telah
memiliki
praktek cukup memadai dengan pengelolaan
Juga
peralatan
bahan
dan
alat
praktek sudah berjalan baik.
Memperhatikan adanya
perbedaan
kurikulum oleh guru di tiap-tiap
alat, bahan,
bentuk
sekolah
dan rasio guru siswa serta
pelaksanaan
dengan
kondisi
fasilitas
ruang,
maka dengan sendirinya efektivitas ketuntasan belajar akan
berbeda
pula
sesuai
dengan
karakteristik
siswanya.
Anderson dan Block (dalam Dunkin,1987:59) mengajukan suatu
pertanyaan "...whether
students
at
all
ability
levels
benefit equally well from mastery learning or whether
increased learning of lower ability students is
at
the
cost
of
descreased
learning
of
the
purchased
high-ability
students" .
Berdasarkan kutipan di atas,
akan ditetapkan lapangan
penelitian
sekolah menyangkut guru,
fasilitas
dalam
penelitian
berdasarkan
sekolah,
juga berdasarkan hasil survei pendahuluan.
mempertimbangkan
data
sekolah-sekolah
kondisi
siswa,
Juga
STM
ini
negeri
dan
dengan
dan
swasta yang ada di bidang Dikmenjur, maka dalam penelitian
ini ditetapkan tiga
Penetapan tiga
sekolah
lokasi
sebagai
sekolah
72
ini
lokasi
dengan
penelitian.
pertimbangan
sebagai berikut: pertama
lembaga yang
khusus
untuk seluruh
STM
STM
negeri
menyelenggarakan
negeri
tahun 1976. Juga telah
Balai
Latihan
merupakan
praktek
se-kotamadya
memiliki
suatu
kejuruan
Bandung semenjak
peralatan praktek
cukup lengkap; kedua STM negeri Y
gedung
X
adalah
Pendidikan
menurut rencananya sebagai tempat
yang
Teknik
yang
menempati
(BLPT)
praktek
yang
STM
swasta
se-kotamadya Bandung. Namun akhirnya karena besarnya biaya
pengelolaan dan banyaknya STM swasta di Bandung gedung ini
tidak dapat berfungsi sebagai tempat praktek
tetapi semua peralatan beserta gedung ini
STM
swasta,
ditempati
oleh
sekolah
yang
STM negeri Y; ketiga STM swasta Z merupakan
dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU), sudah
cukup
lama berdiri dan telah memiliki gedung sendiri, peralatan,
serta rasio guru- murid cukup memadai.
(d) Mengurus Perizinan
Dalam rangka pelaksanaan
pengurusan perizin
yang
penelitian
ditempuh
antara
ini,
prosedur
lain,
sebagai
berikut:
- Surat permohonan
izin
penelitian
dari
Rektor
IKIP
Bandung, u.b Pembantu Rektor I, No.6996/PT.25.H.l/N/1994
tertanggal 13
Oktober
1994,
ditujukan
kepada
Kepala
Direktorat Sosial Politik Propinsi DATI I Jawa Barat.
- Surat Rekomendasi Pemerintah Propinsi Daerah
Jawa Barat,
Direktorat
tertanggal 15 November
Sosial
1994,
7.3,
Politik,
ditujukan
Tingkat
I
No.070.1/4681,
kepada
Kepala
Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat.
- Surat izin Kepala Kanwil Depdikbud Jawa
Koordinator
Urusan
Administrasi,
Barat
a.n
plh
NO.6905/I02/N/1994,
tertanggal 30 November 1994.
- Surat izin Kepala Kantor
No.6319/102.ll/N/1994,
ditujukan
kepada
Depdikbud
Kotamadya
tertanggal
Kepala
12
Sekolah
Bandung,
Desember
Teknologi
(STM) negeri dan swasta serta Balai
Latihan
1994,
Menengah
Pendidikan
Teknik (BLPT).
2.
Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan merupakan tahap pengumpulan
data. Pada tahap ini ada sejumlah kegiatan yang
merupakan
sub-sub kegiatan
pekerjaan
pekerjaan
lapangan.
Langkah
lapangan (pelaksanaan pengumpulan data), penulis mengikuti
prosedur seperti yang
dikemukakan
Nasution
yaitu : (a) tahap orientasi, (b) tahap
(1992:33-34)
eksplorasi
, dan
(c) tahap "member check",
a. Tahap Orientasi
Tahap
lapangan
orientasi
masih
dalam
ini
merupakan
bentuk
kegiatan
pejajagan.
memasuki
Kegiatan
yang
dilakukan mengarah kepada upaya untuk memperoleh informasi
yang seluas-luasnya mengenai hal-hal
berkenaan
dengan
kegiatan
peneliti
harmonis antara
masalah
adalah
peneliti
bersifat
penelitian.
menciptakan