Pengaruh model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar siswa

(1)

PADA KONSEP ENERGI BERNUANSA NILAI

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd) Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: RIANITA 104.016.300.482

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA KONSEP ENERGI

BERNUANSA NILAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA, disusun oleh

Rianita, NIM 104016300482, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Agustus 2010, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Fisika.

Jakarta, 12 Agustus 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)

Baiq Hana Susanti, M.Sc ... ...

NIP. 150 299 475

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)

Nengsih Juanengsih, M.Pd ... ...

NIP. 19790510 2006042001 Penguji I

Dr. Zulfiani ... ...

NIP. 2005012 002 Penguji II

Iwan Permana S, M.Pd ... ...

NIP. 19780504 200901 1013

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 1987031003


(3)

Skripsi berjudul Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Islamiyah Depok, yang disusun oleh Rianita, NIM 104 016 300 482, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Yang Mengesahkan, Pembimbing I

Ir. Mahmud Siregar, M.Si NIP 195403101988031001

Pembimbing II

Kinkin Suartini, M.Pd NIP 19780406200642003


(4)

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep energi yang bernuansa nilai. Penelitian ini dilakukan di SMP Islamiyah Sawangan, pada bulan Februari. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan jumlah sampel 30 siswa yang belajar menggunakan model Sains Teknologi dan Masyarakat. Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran hasil belajar fisika siswa berdasarkan pada instrumen penelitian berupa tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan penskoran 0-1, yang selanjutnya diuji dengan statistik uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t thitung>ttabel, (6,41 >2,00),

pada taraf signifikansi 95 %. Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model Sains Teknologi dan Masyarakat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa dalam mempelajari konsep energi bernuansa nilai.

Kata kunci : Model Pembelajaran STM, Hasil Belajar


(5)

Education Program, Natural Sciences Major, Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta..

The aim of this research is to know whether there is influence of science technology and society model to the result study of chemistry of energy nuansa value concept. This research excecuted in SMP Islamiyah Sawangan, on February 2010. the research methode is quasy experiment, which are 30 students for sample that use science technology and society model. . This sample is a technic purposive sampling. The measurement of the result study pursuant to instrument to test is multiple choice consisting 20 questions and score is 0 until 1. according to the calculation using t test get value t count > t table, (6,41 >2,00), at signification at level 95 % , able to be expressed that there are influene which significant. Finally, it can be concluted that science technology and society model can give a positif effect to the student in the learning activity of energy nuansa value concept.

Keywords: Science Technology and Society model, Result Study


(6)

Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang dan bimbingan Allah Azza Wa Jalla Rabb yang telah memberikan kenikmatan dunia sebagai ladang untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni atas kelalaian dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam kehidupan.

Allahumma shalli’ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk sebaik-baik mahluk ciptaan yang mewarisi kebenaran Ibrahim, tongkat penuntun Musa, kasih sayang Isya, kebenaran Daud, dan kearifan Sulaiman, yang menemani zaman memapah manusia menuju rumah kebahagiaan dengan sinar Al-Islam. Amiin.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Ir. Mahmud Siregar, M.Si., Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., Dosen Pembimbing II juga telah banyak memberikan pemikiran dan waktu sehingga tuntasnya skripsi ini.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Kepala SMP Islamiyah. Madamin, M.Pd, Bapak Irmansyah, M.Pd selaku guru bidang studi fisika di SMP Islamiyah yang telah banyak sekali membantu selama proses penelitian. Siswa kelas VIII.3 yang telah bersedia memberikan sedikit waktunya untuk menjadi sampel.


(7)

iv

cita-cita dan impian penulis baik secara materi maupun secara moril. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.

9. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2004; Ajat, Hamid, Fahmi, Misbah, Widya, Encih, Yuslina, Ijah dan teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaannya yang menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik setiap harinya dan semua keceriaan selama kuliah, sampai jumpa dalam kesuksesan.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, muda-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Agustus 2010

Penulis


(8)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Model Pembelajaran STM ... 7

a. Pengertian STM ... 8

b. Karakteristik STM ... 11

c. Ranah STM ... 12

d. Keunggulan dan Tahap STM... 16

2. Hasil Belajar ... 19

a. Pengertian Hasil Belajar ... 19

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20


(9)

4. Konsep Energi ... 27

5. Kandungan Nilai dalam Konsep Energi ... 29

6. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

B. Kerangka Berpikir ... 32

C. Perumusan Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode Penelitian ... 35

C. Variabel Penelitian ... 35

D. Desain Penelitian ... 35

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

G. Instrumen Penelitian ... 37

H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 38

3. Taraf Kesukaran... 39

4. Daya Pembeda ... 40

I. Teknik Aalisis Data ... 40

1. Uji Prasyarat Analisi Data ... 40

a. Uji Normalitas ... 41

b. Uji Homogenitas ... 42

c. Uji Hipotasis ... 42

2. Teknik Analisis Angket ... 43


(10)

vii

B. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 48

1. Uji Normalitas ... 48

2. Uji Homogenitas ... 49

3. Uji Hipotasis... 50

4. Analisis Data Angket ... 51

C. Interpretasi Data ... 52

D. Pembahasan... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(11)

Tabel 2.1 Nilai dalam Sains ... 27

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Kualifikasi Koefisien reliabilitas ... 39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen... 47

Tabel 4.3 Rekapitulasi data Hasil Belajar ... 48

Tabel 4.4 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen... 48

Tabel 4.5 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen ... 50

Tabel 4.7 Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen ... 50


(12)

Gambar 2.1 Ranah dalam Model Pembelajaran STM ... 14

Gambar 2.2 Bagan Hasil Belajar ... 20

Gambar 2.3 Nilai Sains menurut Einstein ... 26

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 33

Gambar 4.3 Histogram Hasil Pretest Kelompok Eksperimen... 46

Gambar 4.4 Histogram Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ... 47

Gambar 4.5 Histogram Hasil Angket Siswa ... 51


(13)

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 70

Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 78

Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 89

Lampiran 5 Tabel Validitas Uji Coba... 97

Lampiran 6 Tabel Reliabilitas Uji Coba ... 97

Lampiran 7 Perhitungan Taraf Kesukaran... 98

Lampiran 8 Tabel Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda ... 99

Lampiran 9 Penskoran kelompok Atas dan Bawah ... 100

Lampiran 10 Tabel Uji Instrumen Hasil Belajar ... 101

Lampiran 11 Instrumen Penelitian... 102

Lampiran 12 Kisi-Kisi Angket ... 108

Lampiran 13 Angket Siswa ... 109

Lampiran 14 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Siswa ... 110

Lampiran 15 Uji Analisis Data ... 122

Lampiran 16 Analisis Data Angket ... 123 Lampiran 17 Nilai-nilai Chi Kuadrat

Lampiran 18 Luas di bawah Lengkungan kurva Normal dari 0 s/d z Lampiran 19 Nilai-Nilai dalam Distribusi t


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kita berada pada abad ke-21 yang merupakan era globalisasi. Trend teknologi pada era globalisasi sekarang ini telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dunia pendidikan. Model pembelajaran konvensional yang banyak mewarnai pembelajaran di Indonesia pada saat ini, dirasakan masih terdapat beberapa kekurangan, baik dalam proses pembelajaran ataupun hasil belajar siswa. Untuk menyikapi perkembangan Iptek yang begitu cepat, literasi sains bagi masyarakat akan menjadi kebutuhan yang tak dapat ditunda. Literasi sains sangat penting dalam lapangan pekerjaan. Banyak sekali pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tingkat tinggi, membutuhkan tenaga kerja yang dapat belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Namun, dalam pembelajaran sains khususnya fisika, perhatian guru untuk mengembangkan literasi siswa sangat kurang. Guru lebih cenderung berorientasi pada materi yang tercantum kurikulum dan soal-soal ujian, tanpa menyentuh aspek keterkaitan antara sains teknologi, dan masyarakat.

Sains dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua aspek kehidupan manusia dewasa ini telah tersentuh oleh produk-produk teknologi, yang merupakan penerapan dari konsep-konsep sains.1 Sains dan teknologi ini memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Masyarakat diharapkan mampu memilih dan mengantisipasi dampak dari penerapan suatu teknologi.

Pada masa sekarang pengajaran sains, khususnya fisika di sekolah kurang dikaitkan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat lingkungan siswa. Pengajaran fisika di sekolah semata-mata berorientasi pada tuntutan

1

Rai Sujanem, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja,

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi khusus th. XXXVIII Desember 2005, h. 795. 1


(15)

kurikulum yang telah dituangkan di dalam buku teks. Para siswa, belajar fisika hanya untuk keperluan menghadapi ulangan atau ujian dan tidak ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran fisika dirasakan sebagai beban yang harus diingat, dihafal, dipahami dan tidak dirasakan maknanya dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, diantaranya Wiseman (1981), Nekhleh (1992), Kirkwood dan Symington (1996), sebagaimana yang terdapat dalam Rusymansyah, menunjukkan bahwa siswa yang dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan fisika dalam praktek sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika, di samping pendidik yang mengajar terlalu monoton, metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan hanya berpegang pada diktat-diktat atau buku paket saja.2 Dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, mestinya penyajian materi fisika di sekolah baik SMA ataupun SMP selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan di atas adalah model pembelajaran sains Teknologi Masyarakat (STM).

Pembelajaran STM merupakan suatu model pembelajaran yang menggabungkan atau tidak memisahkan antara sains, teknologi, dan masyarakat dalam materi IPA. Sains diperkenalkan kepada siswa berupa teori yang sesuai dengan tingkat kelasnya yang dapat diperoleh dari teks book, majalah-majalah ilmiah atau hasil penelitian, sedangkan teknologi dapat didemonstrasikan atau dipraktekkan dalam bentuk dasar-dasar teknologi yang mendasari teknologi sesungguhnya yang dapat dilihat secara langsung dilingkungan sekolah, masyarakat, dijalan dan sebagainya. Sedangkan masyarakat akibat dari pengembangan dan penerapan sains dan teknologi dilapangan yaitu baik untuk

2

Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari 2003, h. 96.


(16)

produksi di industri industri, pemakaian sehari-hari dalam rumah tangga, kantor-kantor, sekolah-sekolah, di jalan-jalan, dan sebagainya.3

Pembelajaran STM dalam pembelajaran fisika adalah merupakan perekat yang mempersatukan antara sains (fisika), teknologi dan masyarakat (Rustum Roy, 1983). Isu sosial dan teknologi di masyarakat merupakan kunci STM (Yager, 1992).4 Isu-isu tersebut dipakai sebagai titik acuan oleh guru untuk merancang dan mengimplementasikan program pembelajaran. Melihat dasar pijakan pengembangan model STM tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika model STM dalam pembelajaran IPA layak dimunculkan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada seorang guru ketika mengajar fisika lebih dari 50% siswa tersebut tidak paham mengenai pelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran STM, para siswa belajar fisika dalam konteks pengalaman nyata yang mencakup penerapan sains dan teknologi. Pengetahuan yang dibangun melalui model STM akan ada pada diri siswa sebagai suatu yang nyata, sehingga siswa tahu manfaat belajar fisika dan aplikasi apa saja yang ada di masyarakat ketika belajar fisika.

STM merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup menjanjikan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di atas. Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Hidayat, 1996). Dengan model STM ini diharapkan siswa memiliki landasan untuk menilai pemanfaatan teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah derasnya arus pembangunan pada era industrialisasi. Siswa dibiasakan untuk bersikap peduli

3

Adi Sutopo, Pengembangan Model pembelajaran STS untuk siswa SD Sebagai Pendukung Pelaksanaan Kurikulum KBK, (Medan: Laporan Penelitian, Universitas Negeri Medan, November 2004), h. 14.

4

Ida Bagus Putu Arnyana, Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Biologi kelas III Cawu 3 SMUN 4 Singaraja, (Aneka Widya STKIP, Juli 2000), h.113.


(17)

akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (susilo,1994).5

Konsep pada penelitian ini yang dipilih adalah konsep energi, karena merupakan salah satu bahan ajar yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan adanya berbagai macam bentuk energi yang ada di lingkungan siswa, akan memunculkan dan mengungkapkan nilai-nilai yang dimiliki siswa, seperti nilai religi, nilai intelektual dan nilai praktis. Selain dari itu siswa juga dapat merealisasikan sikap langsung dengan lingkungannya, mengingat sudah kurang sadarnya siswa dengan lingkungan sekitarnya, dan juga akan menumbuhkan nilai-nilai yang sudah ada dalam diri siswa. Selain itu juga dalam pembelajaran konsep energi lebih mudah menggali isu yang berkembang di masyarakat saat ini, karena untuk mengkonkritkan hal-hal yang masih abstrak pada konsep energi disebabkan materi energi erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi yaitu: ”Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar siswa.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan berikut:

1. Model pembelajaran konvensional banyak mewarnai pelajaran fisika disekolah saat ini, sehingga dalam proses belajarnya kurang dikaitkan dengan isu sosial dan teknologi yang ada dimasyarakat lingkungan siswa.

2. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan fisika dalam praktek sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika.

5


(18)

3. Melalui pembelajaran STM siswa belajar fisika dalam konteks pengalaman nyata mencakup penerapan sains dan teknologi berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model STM yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Anna Poedjiadi yang terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap invitasi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi, tahap pemantapan konsep, dan tahap penilaian.6

2. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Karthwhol hanya empat jenjang berpikir, yaitu aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4).7

3. Nilai yang dikembangkan dalam konsep energi adalah nilai religius dan nilai praktis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: ”Bagaimana pengaruh model pembelajaran STM terhadap hasil belajarsiswapada konsep energi bernuansa nilai?”.

Sedangkan pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai?

2. Bagaimana hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai?

3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran STM?

E. Tujuan Penelitian

6

Ibid

7

Ahmad Sofyan, et.al., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,2006), h.15-18


(19)

Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan STM terhadap hasil belajar siswa.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai.

2. Hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai.

3. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti: diharapkan dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan khususnya mangenai model pembelajaran STM serta menambah pengalaman dalam penelitian pembelajaran.

2. Bagi siswa: diharapkan belajar fisika lebih aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

3. Bagi Guru: sebagai masukan yang dapat memperluas wawasan tentang pengembangan model pembelajaran.


(20)

7

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) a. Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik didalam maupun diluar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian.1 Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.2 Dengan demikian, pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa. Dalam proses tersebut guru memberikan bimbingan dan meyediakan berbagai kesempatan yang mendorong siswa belajar dan memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan konsep siswa.

Agar siswa dapat memahami materi subyek yang disampaikan oleh guru dengan mudah, guru perlu mempersiapkan model dan metode pembelajaran yang cocok untuk materi subyek yang telah diolah secara pedagogi.3 Model pembelajaran adalah upaya-upaya yang sistematis dengan langkah-langkah yang terancana, terarah dan teratur, agar pembelajaran berhasil guna atau efektif dan efesien. Usaha–usaha untuk merancang pembelajaran yang efektif, seperti dengan mengurutkan pokok bahasan, pemberian tentang bahan pengajaran, tugas-tugas belajar, komponen pengajaran, ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa.4

Suatu prinsip untuk memilih model pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang

1

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), Cet.III, h.3

2

Undang-Undang Sisdiknas…, h. 4.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) h.90

4


(21)

bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Dalam hal ini siswa termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya, ini berarti penekanan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan siswa.

Penggunaan model pembelajaran di kelas sangat tergantung pada kesediaan dan kemampuan guru. Dengan model pembelajaran yang tepat pembelajaran dapat aktif dan efisien. Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran harus memperhatikan semua komponen yang ada di dalam sistem pembelajaran. Dengan demikian tepat tidaknya model pembelajaran berpengaruh pada proses pembelajaran dan akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Maka semakin baik penerapan model pembelajaran akan semakin baik pula prestasi belajar siswa yang dihasilkan siswa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka pikir atau cara pandang dan prosedur kerja secara umum dan abstrak yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran tidak dapat langsung operasional, melainkan melalui startegi, pendekatan, atau metode.

Model pembelajaran yaitu pembelajaran yang disajikan secara khas (ada tahap-tahap) oleh guru dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Strategi pembelajaran yaitu cara konkrit yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Pendekatan yaitu konsep dasar yang melatari lahirnya metode pembelajaran dengan cangkupan teoritis tertentu. Sedangkan metode yaitu urutan, langkah-langkahm, prosedur yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat

Secara Etimologi, Fisher menyatakan kata sains berasal dari bahasa latin yaitu science yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan.5 Kata sains menurut Jenkins dan Whitefield didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan

5

Made Alit Mariana, Suatu Tinjauan Tentang Hakeket Pendekatan “Science, Technology, and Society” dalam Pembelajaran Sains, Buletin Pendidikan, 2(2002), hal 35


(22)

skema konseptual yang saling berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan observasi serta sesuai untuk eksperimentasi dan observasi berikutnya.6 Chalmer menyatakan bahwa sains didasari oleh hal-hal yang kita lihat, dengar, raba, dan lain-lain.7 Mengacu pada definisi terakhir sains bersifat objektif dan dapat dibuktikan, namun istilah sains secara umum mengacu pada masalah alam yang dapat diuji kebenarannya.

Menurut Mulyati Arifin, sains atau ilmu pengetahuan adalah suatu proses, produk serta informasi yang diperoleh melalui metode ilmiah dan melalui penemuan yang logis.8 Dengan demikian pada hakikatnya sains merupakan suatu produk dan proses.

Menurut Aikenhead yang dikutip dalam jurnal La Moranta Galib menyatakan teknologi merupakan studi tentang man-made-world atau manusia merekayasa dunia. Ini berarti, dengan teknologi diperoleh solusi masalah yang dirasakan masyarakat. Jadi antara sains dan teknologi terjalin sebuah simbiosis.9

Sementara itu, pengertian teknologi menurut Mulyati Arifin, teknologi diartikan sebagai tingkah laku manusia dalam mengelola lingkungan fisik seperti industri, trnsportasi, ilmu dan seni.10 Pemahaman sains tentunya sangat bermanfaat dalam penggunaan teknologi secara benar, karena adanya dampak positif dan negatif pada suatu teknologi. Sehingga diharapkan teknologi dapat digunakan dengan efektif dan efisien. Anna Poedjiadi mengatakan bahwa tujuan baik itu akan berwujud bila sains, teknologi serta manfaatnya buat masyarakat telah diperkenalkan pada anak-anak sejak mereka menjadi siswa sekolah dasar. Karena dalam pembelajaran sains perlu dikaitkan dengan teknologi sederhana yang ada dalam masyarakat. Sehingga nantinya selain anak mengerti konsep

6

ibid

7

ibid

8

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Kimia, (bandung: UPI Press, 2000), hlm.105

9

La Moranta Galib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di sekolah, Jurnal pendidikan dan kebudayaan,

(http://www.depdiknas.co.id/jurnal/34/pendekatan_sains_teknologi_masyarakat.htm,2003), akses tanggal 10 september 2007

10


(23)

sains, mereka juga melihat contoh-contoh konsep ilmiah dalam kehidupan berupa fenomena alam dan teknologi sederhana dalam kehidupan masyarakat.11

STM merupakan terjemahan dari Science Teknologi and society (STS). Yaitu suatu usaha untuk menyajikan suatu pembelajaran dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. STM adalah suatu pembelajaran yang mencakup seluruh aspek pendidikan, yaitu: tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan/kinerja guru. Pembelajaran ini melibatkan murid dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi, dan juga dalam evaluasi. Tujuan utama pembelajaran STM ini adalah menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya tersebut.12

Menurut Iskandar dalam Purba dan Wartono, Sains Teknologi Masyarakat didefinisikan sebagai berikut, yaitu pembelajaran sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Jadi sains, teknologi, dan masyarakat adalah istilah yang diberikan kepada usaha mutakhir untuk menyajikan konteks dunia nyata dalam pendidikan sains dan pengalaman sains.13

Dengan demikian, secara konseptual model STM dapat dikaitkan asumsi bahwa sains, teknologi, dan masyarakat memiliki keterkaitan timbal balik, saling mengisi, saling ketergantungan, saling mempengaruhi dan mendukung dalam mempertemukan antara permintaan dan kebutuhan manusia serta membuat kehidupan masyarakat lebih baik dan mudah.14

11

Sri Irawati, Pengembangan Pengajaran IPA Melalui Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat di Sekolah Dasar, Laporan Penelitian Depdikbud, (Jakarta: LIPI, 1999), hlm 9

12

Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat (bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 97

13

Purba, dkk, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja,

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Desember 2005, h. 100

14


(24)

c. Karakteristik Sains Teknologi dan Masyarakat

STM Merupakan istilah dari Science-Technology-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. STM adalah suatu model yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, aspek masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan kinerja guru.

Menurut Srini M. Iskandar (1994) model STM memiliki karakteristik sebagai berikut:15

1). Identifikasi masalah (oleh siswa) di dalam masyarakat yang mempunyai dampak negatif. 2). Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan. 3). Menggunakan sumber daya yang terdapat di dalam masyarakat baik materi maupunmanusia sebagai narasumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari. 4). Meningkatkan pengajaran IPA melampaui batas jam pelajaran dalam kelas, ruang kelas, dan gedung sekolah. 5). Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi. 6). Memperluas wawasan siswa mengenai ilmu pengetahuan alam lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulus ujian/tes semata. 7). Mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari. 8). Memperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam institusi dan dalam masyarakat. 9). Memfokuskan pada karier yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam dan teknologi. 10). Meningkatkan kesadaran siswa akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam menyelesaikan masalah yang timbul di dalam masyarakat terutama masalah-masalah yang erat hubungannya dengan IPTEK. 11). Ilmu pengetahuan alam merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi murid. 12). Ilmu pengetahuan alam yang mengacu kepada masa depan. Model STM yang dikembangkan tidak mengubah pokok bahasan yang ada dalam kurikulum tetapi membantu memperjelas pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang harus dikuasainya. Jika dilihat dari kedudukannya dalam kurikulum, model STM menyempurnakan pencapaian tujuan kurikulum

15

Srini M. Iskandar, Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Peserta Didik: Laporan Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Juni 2005) h.15


(25)

khususnya GBPP dan tidak mengubah pokok-pokok pengajaran yang tercantum dalam GBPP; memungkinkan siswa memperoleh kemudahan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya dan meningkatkan kebermaknaan pembelajaran sains bagi siswa; mengkaitkan bahan pelajaran dengan lingkungan hidup siswa, dengan demikian bahan-bahan pengajaran lokal akan dengan sendirinya terpelajari dengan baik; meningkatkan keterampilan intelektual siswa dan daya berpikir positif, kritis, dan logis; merupakan bahan pengajaran yang utuh antara kegiatan intra dan ekstrakurikuler, dan meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan dan masyarakat.16

Model STM dilandasi oleh tiga hal penting, yaitu:

1). Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat

2). Dalam proses belajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya

3). Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas,dan ranah hubungan dan aplikasi.

Model STM selalu berfokus pada kelima ranah yang saling berkaitan ini. Melalui ranah-ranah ini siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan sainsnya untuk mengklasifikasikan dan menguatkan nilai-nilai mereka dan kemudian menerapkannya dalam tindakan mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab.17

d. Ranah Model Sains Teknologi Masyarakat

Menurut Yager dan McCormack, (dalam Golib,...) ada enam ranah utama untuk pengajaran dan penilaian. Keenam ranah tersebut selanjutnya dinyatakan dalam gambar 2.1.

1) Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang ilmu.

16

Anna Poedjidi, Ibid.,

17


(26)

2) Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara-cara memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu. Kalangan filsafat ilmu menyebutnya dengan istilah epistimologi ilmu.

3) Kreativitas mencakup lima prilaku individu, yakni: a). Kelancaran, Prilaku ini merupakan kemampuan seseorang dalam menunjukkan banyak ide untuk menyelesaikan masalah. b). Fleksibilitas, Seorang kreatif yang fleksibel mampu menghasilkan berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan orang. c). Originalitas, Seseorang yang memiliki originalitas dalam mencobakan suatu ide memiliki kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan individu lain. d). Elaborasi, Seseorang yang memliki kemampuan elaborasi mampu meneraokan ide-ide secara rinci. e). Sensivitas, Kemampuan kreatif terakhir ini adalah peka terhadap masalah atau situasi yang ada dilingkungannya.

4) Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari, yang dalam hal ini siswa mampu memilih atau merencanakan tindakan terkait dengan usaha mempermudah kelangsungan hidup ataupun kepedulian terhadap pemeliharaan produk teknologi.

5) Sikap, yang dalam hal ini mencakup menyadari kebebasan Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan dan penemu produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi, peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung. Ranah sikap meliputi: pengembangan sikap positif terhadap guru-guru dan pelajaran sains di sekolah, kepercayaan diri, motivasi, kepekaan, daya tanggap, rasa kasih sayang sesama manusia, ekspresi perasaan pribadi, membuat keputusan tentang nilai-nilai pribadi, serta membuat keputusan-keputusan isu-isu lingkungan dan sosial.

6) Cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya.


(27)

Masyarakat Pandangan dunia

Aplikasi

Pandangan dunia siswa

Gambar 2.1 Enam Ranah dalam Sains Teknologi Masyarakat e. Teori yang Mendasari Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana proses informasi diperoleh siswa dan bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berlandaskan teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Teori belajar yang digunakan untuk mendukung model pembelajaran sains teknologi masyarakt (STM) adalah teori konstruktivisme. Menurut Yager, yang diungkap kembali oleh Mariana (1999), model STM sejajar dengan pelaksanaan konstruktivisme dalam pembelajaran.18

Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang memandang bahwa siswa belajar sains dengan cara mengkonstruksi pengertian atau pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimiliki

18

Made Alit Mariana, Op Cit

Kreativitas

Sikap Konsep

Proses


(28)

sebelumnya.19 Dalam pendekatan ini ditekankan bahwa siswa belajar sains melalui keaktifan untuk membangun pengetahuannya sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang telah dimiliki, dan menggunakan semua pengetahuan atau pengalaman itu untuk bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada pada pengetahuan baru dan lama untuk mencapai pemahaman baru.

Teori konstruktivisme dikembangkan berdasarkan gagasan Piaget dan Vygotsky. Menurut kedua ahli tersebut perubahan kognitif hanya terjadi jika konsep-konsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melaui suatu proses ketidak seimbangan dalam upaya memahami informasi baru. Dalam memahami informasi baru, konstruktivisme mengasumsikan bahwa informasi tersebut ditentukan tidak hanya olel lingkungan tetapi juga pengetahuan yang dibentuk oleh individu melalui interaksi dengan orang-orang dan lingkngan secara fisik. Konstruktivisme beranggapan bahwa pegetahuan kita merupakan bentuk (konstruksi) dari diri kita.20

Menurut konstruktivisme mengajar bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.21 Menurut teori konstruktivisme, belajar tidak sekedar menghafal. Agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya maka siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.22

Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, dan bukan guru. Di dalam kelas konstruktivisme, peran guru adalah

19

Ahmad Sofyan, Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA/Sains, (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007) h. 8.

20

Ritawati Mahyuddin, penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman bagi Siswa Kelas V SDN Sumbersari 3Malang, Jurnal Penelitian

21

Desak made Citrawathi, Penerapan Suplemen Bahan ajar Berwawasan Sains Teknologi Masyarakat dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Literasi sains dan Teknologi Siswa SMUN 1 Singaraja, 9Bali: IKIP Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2, Th. XXXVI, April 2003), h. 15.

22

Soewolo, dkk., Pemberian Umpan Balik Terhadap Rangkuman Kuliah untuk Menungkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam Mata Kuliah anatomi dan Fisologi Manusia, Jurnal Penelitian Kependidikan, No. 1, Tahun 14 Juni 2004, h. 41.


(29)

membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberi ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.23

Menurut Yager dalam Mariana, bahwa penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran berarti menempatkan siswa pada posisi sentaral dalam keseluruhan program pengajaran. Pertanyaan yang muncul digunakan sebagai bahan diskusi, investiagasi, dan kegiatan kelas/laboratorium. Model STM sangat memperhatikan hal-hal tersebut di atas, bahkan memberi kesempatan siswa sebagai pengambil keputusan di samping kesadaran pada pengembangan karier.

Dari uraian-uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses aktif, sehingga dalam pembelajaran fisika perlu diupayakan agar dalam belajar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh dengan memperhatikan pengatahuan awal yang dimiliki siswa. Jika pengatahuan awal tersebuat tidak sesuai dengan konsep ilmiah (miskonsepsi) perlu dilakukan klarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimen, atau dengan memberikan masalah masalah yang menimbulkan konflik kognitif.

f. Keunggulan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

Adapun keunggulan dari penerapan model pembelajaran STM menurut Sayuti (2005) antara lain:

1) Siswa bersifat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran

2) Kemampuan pemahaman siswa yang tinggi dan rendah akan meningkat

3) Meningkatnya hasil belajar tanpa tambahan waktu dan tanpa tambahan peralatan/bahan yang mahal

4) Meningkatnya perhatian yang sukarela

5) Siswa menghasilkan kemampuan aplikasi dalam kehidupan

g. Tahapan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

Dari analisis terhadap penelitian tentang model STM yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran terlihat adanya tahap yang tidak boleh

23


(30)

diabaikan yaitu adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk mencegah terjadinya miskonsepsi. Sebagai contoh, Yager mengajukan empat tahap strategi dalam pembelajaran dengan memperhatikan konstruktivisme yaitu: invitasi, eksplorasi, mengajukan penjelasan dan solusi, dan terakhir penentuan langkah.24 Dengan mengembangkan tahap pembelajaran yang diajukan Yager, Anna Poedjiadi membuat tahap dalam model pembelajaran STM sebagai berikut:25

1) Tahap Invitasi

Tahap ini merupakan tahap pendahuluan, guru hendaknya mengemukakan isu atau masalah yang ada dalam masyarakat yang dapat digali dari siswa. Tetapi apabila guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dari siswa dapat saja dikemukakan oleh guru sendiri. Tujuan dari tahap ini untuk memusatkan perhatian dalam pembelajaran, melakukan apersepsi dalam kehidupan, meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa yanglain.sedang tujuan dikemukakan isu atau masalah pada awal pembelajaran adalah untuk mengajak siswa berpikir untuk menganalisis isu tersebut, apabila ada pro dan kontra dalam menganalisis masalah maka akan terjadi interaksi yang menuntut seseorang untuk berpikir tentang ide-ide dan analisis yang akan dikemukakan atau cara mempertahankan pandangan tentang isu tersebut.

Bagi guru kesempatan ini dapat dipergunakan untuk melakukan eksplorasi terhadap kemampuan siswa. Apabila masalah yang dikemukakan berasal dari guru, siswa tetap harus berpikir tentang penyesalan masalah yang direncanakan meskipun konsep-konsep sebagai produk pengetahuan untuk menyelesaikan masalah belum diketahui karena belum dilaksanakan pembentukan konsep.

2) Tahap Pembentukan Konsep

Proses pembentukan konsep dapat melalui berbagai pendekatan den metode. Tujuan tahap ini adalah siswa telah dapat memahami apakah analisis

24

Alit Mariana, Op.Cit, hal 46.

25


(31)

terhadap isu-isu atau masalah yang dikemukakan diawal pembelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang tepat untuk diikuti. Hal ini bisa diperoleh setelah melalui konstruksi dan rekonstruksi pengetahuan serta pandangan siswa sebelumnya.

3) Tahap Aplikasi

Pada tahap ini, berbekal konsep yang benar dalam melakukan analisis isu atau penyalesaian masalah selanjutnya siswa diharapkan dapat mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami konsep terjadinya atau hal-hal yang menyebabkan sesuatu terjadi diharapkan siswa mampu memilih atau merencanakan tindakan terkait dengan usaha mempermudah kelangsungan hidup ataupun kepedulian terhadap pemeliharaan produk teknologi.

4) Tahap Pemantapan Konsep

Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah atau analisis isu guru perlu meluruskan kalau terjadi miskonsepsi selama kegiatan berlangsung, kegiatan inilah yang dilakukan pada tahap pemantapan konsep. Apabila selama kegiatan belajar sebelumnya tidak tampak adanya miskonsepsi pada siswa, guru harus tetap melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengatasi apabila ada siswa yang mengalami miskonsepsi tetapi tidak terdeteksi oleh guru, selain itu konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi yang lebih lama dibanding kalau tidak dimantapkan atau ditekankan di akhir pembelajaran.

5) Tahap Penilaian

Pada tahap ini guru melakukan penilaian untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa. Penilaian dapat dilakukan dengan cara tes tertulis maupun tes lisan atau dengan tanya jawab langsung.


(32)

2. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.26 Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology, sebagaimana yang dikutip oleh Suryabrata, menyatakan bahwa: Learning is shown by a change in behavior as result of experience.27 Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si siswa mempergunakan panca inderanya.

Proses belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada pada diri siswa seperti kesehatan, intelegesi dan bakat, minat, motivasi, dan gaya belajar. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ber ada di luar diri siswa meliputi keadaan lingkungan keluarga, sekolah, guru, sarana, dan prasarana pembelajaran, dan lingkungan sosial siswa.28

Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya di ketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan murid. Semua usaha di kerahkan semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, suatu proses pembelajaran dapat di katakan berhasil apabila siswa bisa telah memahami dan menerapkan makna dari apa yang telah di pelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu indikator keberhasilan siswa dapat dinyatakan dari hasil belajarnya.

Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi didiri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada prilaku. Dan prilaku belajar seseorang yang dipelajari dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya memunculkan nilai belajar dalam bentuk riil atau non riil.

26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) h.133.

27

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 231

28


(33)

Pengetahuan

Perilaku

Belajar Tes Hasil Belajar

Nilai Gambar 2.2 Bagan Hasil Belajar

Dari bagan di atas mencerminkan, bahwa hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat tergantung dari pengetahuan dan perubahan prilaku dari individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajari.

Hasil belajar kognitif meliputi hasil belajar yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sinetis dan pengetahuan evaluatif. Hasil belajar afektif berkaitan dengan minat, apresiasi, sikap, nilai, dan kebiasan hanya dapat dievaluasi melalui suatu proses dan bukan merupakan produk suatu proses belajar. Hasil belajar Psikomotor berhubungan dengan gerak spikis atau motorik dari spikis. Dasar kemampuan yang di ukur dalam ranah psikomotor adalah kemampuan fisik ( physical abilities ). Kemampuan fisiknya akan berkembang dan melalui pengalaman belajar dan aktivitas fisiknya akan dipertinggi oleh kemampuan apersepsinya (perceptual abilities).29 Dengan demikian, keberhasilan belajar sangat tergantung pada tingkat aktual yang mencakup tiga sapek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Diantara ketiga aspek tersebut, hasil belajar kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:30

29

Nana Sudjana, Sains Teknologi…,h. 28-29

30


(34)

a. Faktor internal yang meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu:

1) Intelegensi siswa 2) Sikap siswa 3) Bakat siswa 4) Minat siswa 5) Motivasi siswa

b. Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yakni: 1) Lingkungan sosial

2) Lingkungan non sosial (sarana dan prasarana), termasuk di dalamnya media pembelajaran

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa menghadapi masalah-masalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalah tersebut, maka ia tidak belajar dengan baik. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dimaksud adalah faktor lingkungan nonsosial yang meliputi sarana dan prasarana serta faktor pendekatan belajar. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan strategi penggunaan media permainan kartu dengan metode diskusi kelompok.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar dapat dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman dengan pertimbangan belajar yang telah dialami peserta didik.

Selain itu mengidentifikasi sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap proses belajar mengajar, hasil belajar juga bermanfaat untuk keperluan penelitian terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga aabila hasil belajar siswa tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka dapat dilakukan perbaikan terhadap metode atau unsur-unsur lain yang berperan dalam proses


(35)

pembelajaran. Hasil belajar siswa juga dapat untuk mengetahui sifat-sifat baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik mereka.31

Dalam penilaian hasil belajar, yang umum digunakan adalah dengan menggunakan tes, baik tes objektif ataupun tes essay, tes tertulis maupun tes lisan. Tes belajar menurut Ngalim Purwanto adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya atau ajaran yang telah diberikan dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu.32

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan proses yang berlangsung dalam interaksi aktif antara subjek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik pada diri seseorang, baik dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, maupun sikap yang bersifat menetap dan konsisten.

3. Pembelajaran Bernuansa Nilai

Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada saat ini menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan nilai atau pendidikan budi pekerti dalam lembaga pendidikan formal. Tuntutan itu terjadi karena adanya fenomena-fenomena yang berkembang mengenai meningkatnya kenakalan remaja dalam lingkungan masyarakat. Selama ini pendidikan kita telah memberikan penilai dalam mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan nilai, namun belum secara total mengukur secara utuh pribadi anak. Maka dari itu pelaksanaan pendidikan nilai disekolah perlu menggunakan berbagai metode yang dapat menyentuh totalitas emosional anak supaya dapat terwujudnya kualitas karakter bangsa yang diharapkan untuk generasi masa depan.

31

Ign. Masidjo,Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Bandung: Kanisius, 2001, h. 27-

29

32

M. ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 33.


(36)

Nilai berasal dari bahasa latin ”value” yang berarti bernilai kuat. Nilai adalah kualitas sesuatu yang membuatnya menjadi diidamkan, bermanfaat atau jadi objek ketertarikan.33

Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Definisi ini dikemukakan oleh Gardon Allport (1964) sebagai seorang ahli psikolog kepribadian. Bagi Allport, nilai terjadi pada wilayah psikologis yang disebut keyakinan.

Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif (Kupperman, 1983). Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku manusia. Oleh karena itu, salah satu bagian terpenting dalam proses pertimbangan nilai (value judgement) adalah perlibatan nilai-nilai normatif yang berlaku dimasyarakat.

Pembelajaran bernuansa nilai disini adalah dengan cara menanamkan nilai-nilai kedalam diri siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran secara tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki kebutuhan yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru. Pada hal model pembelajaran yang dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsipnya dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Libatkan siswa secara aktif dalam belajar b. Dasarkan pada perbedaan individu

c. Kaitkan teori dengan praktek

d. Kembangkan komunikasi dengan kerja dalam belajar

e. Tingkatkan keberanian siswa dalam mengambil resiko dan belajar dari kesalahan

f. Sesuaikan pembelajaran dengan taraf perkembangan kognitif yang masih pada taraf operasi kongkrit.34

33

Rohmat,Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alpabeta, 2004

34


(37)

Untuk menanamkan nilai-nilai dalam pendidikan ada beberapa pendekatan atau campur tangan yang digunakan untuk melaksanakan pendidikan nilai. Setiap pendekatan tersebut mempunyai pandangan yang khusus tentang hakikat realiti, manusia, nilai, pengetahuan, pengajaran, dan pembelajaran. Misalnya, menurut Superka, Ahrens, dan Hedstorm (1976), terdapat lima pendekatan asas bagi pelaksanakan pendidikan moral, yaitu pemupukan nilai (inculcation), perkembangan (dilema) moral, analisis nilai, penjelasan nilai, dan pembelajaran tindakan (action learning)

a) Pendekatan Pemupukan (Penerapan) Nilai

Pendukung pendekatan pemupukan nilai membuatpengandaian bahwa terdapat suatu set nilai mutlak yang disetujui oleh masyarakat, dan nilai tersebut tidak berubah dan dapat digunakan dengan sewajarnya dalam semua keadaan. Pendekatan ini menganggap bahwa nilai berasal dari Tuhan atau terbit dari hukum alam yang terjadi. Peran guru adalah untuk memindahkan nilai tersebut kedalam diri para pelajar dan memastikan mereka bertingkah laku selaras dengan nilai tersebut.

b) Pendekatan Perkembangan (Dilema) Moral

Pendukung pendekatan perkembangan moral membuat pengandaian bahwa pemikiran moral berkembang dalam enam peringkat melalui urutan yang khusus. Mereka memberi tumpuan kepada nilai moral bukan kepada komponen perwatakan yang lain seperti emosi dan tingkah laku.

c) Pendekatan Analisis Nilai

Pendukung pendekatan analisis nilai membuat pengandaian bahwa keputusan moral dan perwatakan dibuat secara rasional, dan pembentukan nilai adalah satu proses kognitif yang melibatkan penentuan dan justifikasi fakta dan kepercayaan yang diterbitkan dari pada fakta tersebut. Pendekatan ini memberikan tumpuan kepada pemikiran rasional dan pengertian nilai sosial dan kepada dilema moral yang bersifat pribadi.

d) Pendekatan Penjelasan Nilai

Pendukung pendekatan penjelasan nilai membuat pengandaian bahwa proses pembentukan nilai adalah satu proses sempurna sendiri, yang melibatkan


(38)

subproses pemilihansecara bebas dari pada satu himpunan alternatif, dan kemudian menjalankan tindakan selaras dengan pemilihan tersebut

e) Pendekatan Pembelajaran Nilai

Pendukung pendekatan pembelajaran tindakan membuat pengandaian bahwa pembentukan nilai melibatkan proses pengembangan dan pelaksanaan. Pendekatan ini memberi tumpuan kepada keperluan untuk menyediakan peluang yang khusus kepada pelajar untuk bertindak selaras dengan nilai yang mereka miliki.

Pendidikan nilai dalam pembelajaran merupakan salah satu pendekatan terpadu karena melibatkan disiplin ilmu agama yang secara bertahap bisa mempengaruhi terhadap nilai-nilai yang lainnya seperti menurut Einstein, bahwa sains mengandung lima nilai:35

1. Nilai Praktis, adalah kandungan nilai yang berhubungan dengan aspek-aspek manfaat sains untuk kehidupan manusia. Sains telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang manfaatnya langsung dapat digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Aplikasi (penerapan) sains dalam bidang ini adalah teknologi.

2. Nilai Religius, Nilai religius merupakan nilai yang dapat membangkitkan rasa percaya dan menanamkan keyakinan bahwa sesuatu yang ada mesti ada yang menciptakan dan yang mengatur, yang akhirnya timbul kesadaran adanya Allah. Seorang yang beragama akan lebih tebal keimanannya kepada Tuhan karena kepercayaan tentang adanya Tuhan tidak hanya disokong oleh dogma-dogma, ayat-ayat Al-Qur’an, melainkan juga oleh ratio yang ditunjang oleh segala pengamatan yang merupakan manifestasi kebesaran Tuhan.

3. Nilai Intelektual, adalah kandungan nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mistik, tetapi agar lebih kritis,

35

Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mugni Sejahtera, 2005), h. 13.


(39)

analitis, dan kreatif (sikap ilmiah / scientific attitude) terhadap pemecahan masalah yang lebih efektif dan efisien.

4. Nilai Sosial-Politik, merupakan suatu model menjalin hubungan sesama manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi senantiasa memerlukan yang lain dalam melakukan berbagai kegiatan. Di bidang politik, kemajuan sains suatu negara akan menempatkan negara itu dalam kedudukan politik yang menguntungkan.

5. Nilai Pendidikan, adalah kandungan nilai yang dapat memberi inspirasi atau idea untuk pemenuhan kebutuhan manusia dengan belajar dari prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang berlaku dalam sains.

Walaupun demikian sebutan nilai-nilai tersebut ada unsur kesamaan dan perbedaan dalam pengertiannya antara ahli yang satu dengan ahli lainnya.

Science without religion is blind, religion without science is limb

Gambar 2.3 Nilai Sains Menurut Einstein

Berbeda dengan Bishop dalam jurnalnya mengklasifikasikan nilai dalam pendidikan sains, yakni:36

36


(40)

Tabel 2.1 Nilai dalam sains

Sains Rasionalisme

Sebab, penjelasan, alasan hipotetis, abstraksi, pemikiran logis, teori

Empiris

Atomisme, tujuan, materialisasi, simbolisasi, pemikiran analogis, pengukuran, ketepatan, koherensi, ketertarikan, keterbatasan, identifikasi masalah

Kontrol

Prediksi, penguasaan masalah, pengetahuan, aturan, paradigma, kondisi aktifitas

Kemajuan

Pertumbuhan, perkembangan pengetahuan secara kumulatif, generalisasi, pemahaman mendalam, alternatif kemungkinan

Keterbukaan

Artikulasi, sharing, kredibilitas, kebebasan individu, konstruksi pribadi

Misteri

Intuisi, perkiraan, khayalan, keingintahuan, kesan

4. Konsep Energi a. Pengertian Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi merupakan besaran skalar yaitu besaran yang hanya memiliki nilai saja. Satuan energi dalam Satuan International adalah joule (J). Hukum kekekalan energi berbunyi ”Energi tidak dapat dicipakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain”.

b. Konversi Satuan Energi

1 joule = 1 Nm = 107 erg 1 kalori = 4,2 joule 1 eV = 1,6 x 10-19 joule 1 kWh = 3,6 x 106 joule

Energi terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya energi (kalor), energi bunyi dan lain-lain. Energi dapat dirubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lainnya, dan energi dapat dimanfaatkan meskipun energi tersebut berubah bentuk. Beberapa perubahan bentuk energi antara lain sebagai berikut:


(41)

b. Perubahan energi listrik menjadi energi panas (kalor), misalnya pada setrika listrik, kompor listrik, rice cooker, dan lain-lain.

c. Perubahan energi gerak menjadi energi panas (kalor), misalnya pada proses pembuatan api dari gesekan batu atau ranting kering

d. Energi gerak menjadi energi bunyi, misalnya pada gitar atau kecapi yang dipetik.

e. Energi kimia menjadi energi listrik, misalnya pada baterai dan akumulator. f. Energi gerak menjadi energi listrik, misalnya pada generator dan dinamo.

c. Energi Mekanik

Energi mekanik merupakan energi yang berkaitan dengan keadaan gerak suatu benda. Energi mekanik merupakan jumlah dua energi, yaitu energi potensial dan energi kinetik.

Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukannya. Energi potensial tersimpan dalam suatu benda dan dapat muncul pada keadaan tertentu. Secara matematis energi potensial gravitasi dapat dinyatakan sebagai berikut.

Ep = m.g.h ...[2.1] dengan:

Ep = energi potensial gravitasi (Joule)

m = massa benda (kg)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2) h = kedudukan atau tinggi benda (m)

Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak (memiliki kecepatan). Bentuk persamaan energi kinetik dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ek = . . 2

2 1

v m

Ek = ...[2.2] Ek = energi kinetik (joule)

m = massa benda (kg) v = kecepatan benda (m/s)


(42)

besarnya energi dapat dituliskan sebagai berikut:

Em = Ep + Ek ...[2.3] dengan:

Em = energi mekanik (joule)

d. Berbagai energi alternatif dari sumber energi

Pada saat ini pakar energi berusaha mengembangkan berbagai energi dari sumber energi terbaharui sebagai pengganti energi konvensional yang berasal dari fosil. Beberapa energi alternatif itu adalah:

a) Energi angin, kincir angin dimanfaatkan untuk memutar generator listrik sehingga menghasilkan tenaga listrik.

b) Energi air, air memiliki energi potensial tertentu dibendung pada suatu tempat, energi kinetik air dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin. c) Energi gelombang, gelombang laut membawa energi yang cukup besar

pemanfaatan energi gelombang dapat menghasilkan energi listrik.

d) Energi panas bumi, batuan panas yang terbentuk berupa kilometer di bawah permukaan bumi memanaskan air disekitarnya sehingga akan dihasilkan uap panas atau geiser. Pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga panas bumi disebut Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

e) Energi biomassa, adalah energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Tumbuhan seperti ubi kayu, gandum, dan rumput laut dapat dirubah menjadi alkohol. Seperti halnya bensin dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dalam mesin. Kebijakan pemerintah kita saat ini juga mendorong pihak swasta untuk mengembangkan energi biodiesel, baik dari minyak sawit mentah maupun dari biji jarak.

5. Kandungan Nilai Dalam Pembelajaran Konsep Energi

Berikut ini adalah nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran konsep energi.


(43)

1) Nilai Religius

Allah memerintahkan manusia untuk melakukan Nadhar dapat dimaknai agar manusia hendaklah melakukan pengamatan akan tanda-tanda kebesaran Allah, sebagai contoh energi kalor dimanfaatkan dalam sebuah mesin, bila bahan bakar terbakar maka mesin akan bergerak, karena keterbatasan bahan bakar yang tersedia di bumi manusia terus berusaha membuat mesin yang terus dapat bekerja tanpa bahan bakar akan tetapi tidak pernah berhasil. Kenyataan ini menunjukkan kebesaran Allah yang menciptakan alam semesta ini dan sekaligus menunjukkan kebesaran Allah yang menciptakan alam semesta ini dan sekaligus menunjukkan bahwa manusia tidak dapat menciptakan energi. Contoh di atas menunjukkan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi.

2) Nilai Praktis

• Energi listrik dimanfaatkan untuk menyalakan lampu, peralatan elektronik, ataupun menggerakkan mesin-mesin industri.

• Energi bunyi dimanfaatkan untuk menikmati suara musik yang merdu.

• Energi biogas dimanfaatkan sebagi sumber gas metana

• Energi panas dimanfaatkan untuk menyetrika

• Energi angin dimanfaatkan untuk membuat pembangkit listrik

• Energi nuklir dimanfaatkan untuk menciptakan bom nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir.

• Energi air dimanfaatkan untuk membuat pembangkit listrik tenaga air.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan teori, dalam pembelajaran dengan menggunakan model STM, siswa lebih antusias dan senang belajar sains dan lebih mudah memahami konsep-konsep, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Teori ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian berikut ini.


(44)

Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, dalam laporan penelitiannya yang berjudul implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran kimia di SMUN kota banjarmasin, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pendekatan STM dalam pembelajaran kimia memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil pendekatan yang biasa dilakukan oleh guru. Sedangkan hasil angket menunjukkan tanggapan yang positif dari siswa dan siswa menginginkan agar pendekatan STM diterapkan guru dalam proses belajar mengajar.37

Mana Sukmawati, skripsi UIN Jakarta tahun 2009 dengan judul penerapan pendekatan STM yang terintegrasi dengan nilai-nilai untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa.38

Penelitian tentang hasil belajar melalui pembelajaran dengan model STM juga dilakukan oleh Verawati, yang kesimpulannya menunjukkan bahwa model pembelajaran STM dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar.39

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model tersebut siswa lebih antusias dan senang belajar sains dan lebih mudah memahami konsep-konsep, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

37

Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam pembelajaran kimia di SMUN kota banjarmasin,.

38

Mana Sukmawati, Penerapan Pendekatan STM yang Terintegrasi Dengan Nilai-Nilai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

39

Verawati, Penerapan Pendekatan STM untuk Meningkatkan Pemahamman Konsep Pada Materi Pokok Bahan Kimia di Rumah


(45)

C. Kerangka Berpikir

Dari uraian diatas dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses memanipulasi lingkungan untuk memudahkan orang belajar, untuk mengukur apakah pembelajaran telah berhasil atau tidak dapat dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai siswa. Dewasa ini pembelajaran disusun tidak hanya menekankan pada apa yang akan dipelajari, tetapi juga bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari itu.

Dalam model STM siswa belajar melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi sederhana yang ada dalam masyarakat. Siswa juga dibimbing untuk mampu menyelesaikan masalah, menggunakan kosep-konsep sains yang diperoleh, mengenal menggunakan produk teknologi, serta mengambil keputusan berdasarkan nilai. Sehingga pada akhirnya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STM dapat mempermudah siswa untuk belajar, serta diikuti dengan peningkatan hasil belajar.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan formal adalah mata pelajaran Fisika. Tujuan dari pelajaran ini adalah agar siswa dapat mempelajari konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya serta agar siswa mampu menerapkan metode ilmiah yang sederhana dan bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta menyadari akan kebesaran sang Pencipta.

Keberhasilan pembelajaran fisika di sekolah dapat diukur dari hasil belajar fisika yang diperoleh siswa serta dapat dikatakan berhasil, jika pelajaran dapat tahan lama dalam memori siswa serta dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur yang digunakan dalam mengukur daya ingat siswa adalah dengan menggunakan metode/pendekatan tertentu guna pencapaian hasil belajar yang optimal.

Salah satu model pembelajaran yang sangat relevan dengan pembelajaran IPA ini adalah model pembelajaran STM. Sebagai salah satu model pembelajaran, model STM diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa. Jadi, diduga penerapan model STM dapat


(46)

mempengaruhi hasil belajar fisika siswa. Penjelasan di atas dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir di bawah ini.

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

Perlu model pembelajaran yang dapat

mengangkat fenomena-fenomena di

lingkungan sekitar siswa

STM

Siswa bersikap peduli terhadap masalah yang

ada di lingkungan sekitarnya dan merasa materi

yang dipelajarinya penting untuk dirinya

1.

Pembelajaran di sekolah kurang dikaitkan

dengan kehidupan siswa sehari-hari.

2.

Akibat pembelajaran tidak kontekstual, siswa

tidak memiliki minat dan motivasi yang tinggi

belajar fisika, sehingga hasil belajar rendah

Motivasi siswa untuk

belajar lebih giat

Hasil belajar siswa

meningkat


(47)

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ho :Tidak ada pengaruh penerapan Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar fisika siswa.

Ha : Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar fisika siswa.


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Islamiyah Depok kelas VIII, yang dilaksanakan pada semester genap yaitu dari bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Februari 2010.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa melalui model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai.

Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasy experiment). Dalam penelitian ini, sampel yang sudah diambil dikelompokkan dalam satu kelompok. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai.

C. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) dari penelitian ini adalah implementasi model pembelajaran STM, sedangkan variabel terikat (X) dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika siswa pada konsep energi bernuansa nilai.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one group Preposttest design yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain penelitian 35


(49)

Kelompok Pretest Perlakuan Post test

Eksperimen

(STM bernuansa nilai)

O1 X1 O2

Keterangan:

O1 : Pretest yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran pada kelas

eksperimen

O2 : Posttest yang diberikan setelah kegiatan pembelajaran pada kelas

eksperimen

X1 : Pembelajaran dengan model STM bernuansa nilai

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua anggota kelompok manusia yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari akhir penelitian.1 Populasi dalam target penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Islamiyah Depok sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Islamiyah Depok tahun ajaran 2009-2010.

Sampel adalah jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data.

Salah satu syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah bahwa sampel harus diambil dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII.3 sebagai kelas eksperimen.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel dengan teknik Purposive Sampling adalah suatu teknik yang dilakukan bertujuan untuk menentukan kelas yang sudah ditentukan sesuai dengan prosedur yang telah dipilih dalam desain penelitian.

1


(50)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Cara pengumpulan data dengan tes dan non tes. Tes yang digunakan adalah tes kemampuan kognitif, sedangkan non tes yang digunakan adalah angket yang bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran STM bernuansa nilai yang telah diterapkan.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes objektif berbentuk pilihan ganda, dengan empat alternatif jawaban

sebanyak 20 soal.

2. Non tes berupa angket dengan skala likert.

Sebelum digunakan instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan kemudian hasilnya dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah:

1). Validitas Instrument

Validitas instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dengan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Point Biseral (rpbi) karena

skor butir soal berbentuk skor diaktomi (skor butir 0 sampai 1). Untuk memberikan interprestasi terhadap angka rpbi digunakan tabel nilai “r”

product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N – nr).

Adapun rumus rpbi yaitu:

………( 3.1)Keterangan:

q p SDt

M M rpbi = pr

Rpbi = angka indeks korelasi point biserial


(51)

SDt = standar deviasi total

p = proposisi siswa yang menjawab benar q = proposisi siswa yang menjawab salah.2

2). Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen atau alat adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur atau ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Sebuah tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketepatan jika diteskan kepada subjek yag sama (Arikunto, 2001:60). Karena tes uji coba dilaksanakan satu kali, maka reliabilitas dalam penelitian ini di hitung menggunakan metode belah dua (split-half method). Metoda belah dua yang digunakan adalah metoda belah dua ganjil genap. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 200) karena skor butir soal berbentuk skor diaktomi.

(

)

n n X X denganS S pq S n n r

= − ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = 2 2 2 2 2 1 , 1 …..………. (3.2) Keterangan:

r11 = reliabilitas tas secara keseluruhan

p = proposisi siswa yang menjawab benar

q = proposisi siwa yang menjawab salah (q = 1-p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

s = standar deviasi dari tes3

2

Anas, sujiono. Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-14, h.258,

3

Suharsimi, Arikunto, dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2002), cet. Ke-3, h.100


(52)

Tabel 3.2 Kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut:

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

<0,20 Sangat rendah

3). Tingkat Kesukaran

“soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. 4 Soal yang tidak terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berfikir lebih maju, sebaliknya soal yang terlalu sukar membuat siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat lagi untuk mencobanya. Berdasarkan pada kelompok bawah maka rumus yang digunakan untuk melihat tingkat kesukaran adalah:

JS

B

P

=

………..(3.3)

Dimana:

P = indeks tingkat kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab soal benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi tingkat kesukaran adalah: a. P antara 0,00 – 0,30 = soal sukar b. P antara 0,30 – 0,70 = soal sedang c. P antara 0,70 – 1,00 = soal mudah

4


(1)

69

kedua kelompok penelitian pada konsep energi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan.hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang konsep energi.

Penggunaan model STM yang bernuansa nilai pada kelompok eksperimen terlihat adanya pengaruh hasil belajar pada konsep energi. Akan tetapi, penyisipan nilai-nilai religius, intelektual dan praktis pada konsep energi dapat mempengaruhi hasil belajar fisika siswa yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-rata posstest pada kelompok eksperimen cukup tinggi.

Pada hasil posttest kelas baik kelompok eksperimen terjadi perubahan hasil belajar fisika siswa, sehingga dengan pembelajaran STM siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran STM menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif.

Dari hasil angket yang diberikan diakhir pembelajaran, secara keseluruhan siswa menunjukkan tanggapan yang tinggi terhadap pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai, lihat lampiran. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakuakan oleh Ummu Hafidah yang menerangkan bahwa model pembelajaran STM untuk konsep pencemaran lingkungan bernuansa nilai dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun respon siswa yang diajar engan menggunakan model STM pada konsep energi bernuansa nilai religius, yakni yang menjawab dengan skor paling banyak dengan kategori sangat setuju yaitu sebanyak 40 %. Disini terlihat bahwa indikator yang paling tinggi yaitu pada indikator kedua, yaitu penilaian tentang respon siswa terhadap pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai, sedangkan paling rendah pada indikator pertama, yaitu penilaian tentang minat siswa terhadap mata pelajaran fisika. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang positif/baik terhadap penerapan pembelajaran dengan menggunakan model STM pada konsep energi yang bernuansa nilai. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa telah menilai bahwa pembelajaran fisika yang bernuansa nilai sangat penting untuk di pelajari dengan harapan meningkatkan keimanan, kecerdasan dan mengembangkan literasi sains dalam kehidupan siswa.


(2)

70

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model STM, siswa dapat membuktikan dan menggali sendiri masalah yang ada di masyarakat berkenaan dengan konsep energi. Dalam proses pembelajaran dengan model STM, siswa melakukan berbagai kegiatan antara lain mengemukakan masalah perubahan energi dan sumber energi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, berdiskusi untuk mengidentifikasi sumber permasalahan, memberi respon terhadap masalah, aktif melakukan pengamatan terhadap obyek pengamatan secara kelompok, aktif menyusun kesimpulan, dan mengkomunikasikannya. Selain itu siswa mendiskusikan hasil yang dicapai oleh masing-masing kelompok secara klasikal dan menyimpulkan hasil pengamatan.


(3)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari penelitian serta pengujian hipotesis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran STM secara signifikan pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII.3 di sekolah SMP Islamiyah, Sawangan.

2. Hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan model STM mencapai rata-rata 70,8 dalam kategori baik.

3. Respon siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran STM pada konsep energi bernuansa nilai, tergolong sangat positif.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti ingin memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar mengambil konsep lain, supaya kita dapat mengetahui apakah pembelajaran dengan model STM bernuansa nilai berhasil juga untuk konsep selain energi.

2. Pembelajaran akan lebih menarik jika disajikan dengan berbagai macam metode, sehingga sebaiknya digunakan variasi metode yang tepat. Misalnya saja variasi antara metode diskusi dengan metode observasi lapangan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi Sutopo, Pengembangan Model pembelajaran STS untuk siswa SD Sebagai Pendukung Pelaksanaan Kurikulum KBK, (Medan: Laporan Penelitian, Universitas Negeri Medan, November 2004).

Ahmad Fuad Pasya, Dimensi Sains Al-qur’an Menggali Ilmu Pengetahuan dari Ald-qur’an (solo:PT. Tiga Serangkai, 2006).

Anas, sujiono. Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-14.

Anna Poedjiadi , Sains Teknologi Masyarakat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005).

David E. Meltzer, Addenum to: The Relation Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variabel in Diagnostic Pretest Scores, http://physics.ia state.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), Cet.III

Ign. Masidjo,Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Bandung: Kanisius, 2001, h. 27-

JICA, Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Kontruktivisme, (malang: UNM, 2002).

La Moranta Galib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di sekolah, Jurnal pendidikan dan kebudayaan,

Made Alit Mariana, Suatu Tinjauan Tentang Hakeket Pendekatan “Science, Technology, and Society” dalam Pembelajaran Sains, Buletin Pendidikan, 2(2002)

Made Citrawathi Desak, Penerapan Suplemen Bahan ajar Berwawasan Sains Teknologi Masyarakat dengan Menggunakan Pendekatan

Konstruktivisme dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Literasi sains dan Teknologi Siswa SMUN 1 Singaraja, 9Bali: IKIP


(5)

Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2, Th. XXXVI, April 2003

Mega Iswari, jurnal Pedagogi. Vol IV No.1 Juli 2003.

(http://www.depdiknas.co.id/jurnal/34/pendekatan_sains_teknologi_masy arakat.htm,2003), akses tanggal 10 september 2007

Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Kimia, (bandung: UPI Press, 2000). Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1997).

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006).

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet ke-4.

Nurohman R Sabar, Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Peningkatan Life Skill Peserta Didik: Laporan Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Juni 2005) h.15

Rai Sujanem, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi khusus th. XXXVIII Desember 2005.

Ritawati Mahyuddin, penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman bagi Siswa Kelas V SDN Sumbersari 3Malang, Jurnal Penelitian

Rohmat,Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alpabeta, 2004 EM. K. Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000 (Jakarta, PT.

Grasindo, 1993).

Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran Kimia di SMUN Kota Banjarmasin, jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 040 Th ke-9 Januari 2003.

Undang-Undang Sisdiknas


(6)

62

Sofyan Ahmad, Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA/Sains, (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007).

Soewolo, dkk., Pemberian Umpan Balik Terhadap Rangkuman Kuliah untuk Menungkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam Mata Kuliah anatomi dan Fisologi Manusia, Jurnal Penelitian Kependidikan, No. 1, Tahun 14 Juni 2004.

Sri Irawati, Pengembangan Pengajaran IPA Melalui Pendekatan

Sains-Teknologi-Masyarakat di Sekolah Dasar, Laporan Penelitian Depdikbud, (Jakarta: LIPI, 1999).

Suharsimi, Arikunto, dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 2002), cet. Ke-3

Sukardi,Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan

Pendidikan IPA, FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2006). .