NASKAH PUBLIKASI Kesejahteraan siswa yang tinggal di panti asuhan.

KESEJAHTERAAN SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

DIYAH UTAMI HASAN
F 100 104 039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i

KESEJAHTERAAN SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN


NASKALH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

DIYAH UTAMI HASAN
F 100 104 039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii

KESEJAHTERAAN SISWA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN
Diyah Utami Hasan
Usmi Karyani

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Sekolah diharapkan mampu memberikan pengalaman terbaik bagi siswa
sehingga siswa dapat merasa sejahtera karena pemenuhan kesejahteraan siswa
mempengaruhi hampir seluruh aspek optimalisasi fungsi siswa di sekolah dan
menjadi faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar dan pengembangan
kemampuan siswa. Dukungan terbesar sebagai faktor kesejahteraan siswa berasal
dari orang tua. Namun siswa yang tinggal di panti asuhan harus jauh dari orang
tua. Hal ini dapat menghambat perkembangan anak secara wajar karena pada
kenyataannya, pengasuhan di panti asuhan hanya berfokus untuk memenuhi
kebutuhan materi saja sedangkan kebutuhan emosional dan perkembangan kurang
diperhatikan. Siswa yang tinggal di panti asuhan cenderung kesulitan dalam
menyesuaikan diri, pendiam dan memiliki self esteem negatif lebih tinggi dari
pada self esteem positif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan
mendeskripsikan kesejahteraan siswa yang tinggal di panti asuhan. Informan
dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling dengan karakteristik
siswa yang bersekolah di SMP dan tinggal di panti asuhan berjumlah 8 informan.
Metode pengambilan data menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendorong sejahtera adalah
teman, sekolah, penghargaan dan pujian, guru, belajar dan orang tua. Hal ini
membuat siswa yang tinggal di panti asuhan merasa sejahtera. Walaupun
demikian, orang tua juga menjadi faktor penghambat sejahtera karena tinggal di
panti asuhan membuat siswa jauh dari orang tua. Faktor penghambat sejahtera
yang lain adalah mendapat perlakuan tidak baik dari teman, melihat teman
bermusuhan, jarang belajar, lampu belajar kurang terang, sakit fisik kambuh,
pengasuh yang suka marah serta menjadi siswa yang nakal. Faktor penghambat ini
membuat siswa yang tinggal di panti asuhan merasa tidak sejahtera sehingga
dapat diuraikan bahwa pengertian sejahtera menurut siswa yang tinggal di panti
asuhan adalah damai, tentram, dan bahagia.
Kata Kunci: Kesejahteraan Siswa, Panti Asuhan

v

di panti asuhan berfokus hanya untuk

PENDAHULUAN

memenuhi


Sekolah diharapkan mampu
melaksanakan

tujuan

kebutuhan

sementara

pendidikan

kolektif,

untuk

kebutuhan

nasional yang diatur dalam Undang-


emosional dan pertumbuhan anak

Undang Nomor 20 Tahun 2003

kurang diperhatikan (Sudrajat, 2008).

dengan

memberikan

Hasil

pengalaman

wawancara

terbaik bagi siswa sehingga siswa

Panti


dapat merasa sejahtera. Pemenuhan

Semarang

kesejahteraan siswa mempengaruhi

banyak

hampir seluruh aspek optimalisasi

kesulitan dalam menyesuaikan diri,

fungsi siswa di sekolah dan menjadi

terutama anak yang baru tinggal di

faktor penting yang mempengaruhi

panti asuhan. (Rahma, 2011). Tidak


hasil belajar dan pengembangan

adanya hubungan yang sehat dengan

kemampuan siswa (Frost, 2010).

orang

Salah

satu

faktor

(Frost,

Hadlonah

menyatakan
anak


lain

yang

menjadi

bahwa

mengalami

penghambat

2004).
Attachment yang kuat dengan

sebagai siswa adalah berkumpul
keluarga

Darul


siswa merasa sejahtera (Masters,

yang

mempengaruhi kesejahteraan anak

dengan

Asuhan

dengan

orang

2010).

tua

dapat


menghindarkan

Namun pada kenyataannya beberapa

siswa dari kecemasan dan potensi

anak

perasaan-perasaan

harus

berpisah

dengan

depresi

atau


keluarganya akibat disfungsi sosial

tekanan emosional (Santrock, 2004).

keluarga. Kondisi seperti inilah yang

Remaja cenderung memiliki suasana

dapat membuat anak tinggal panti

hati

asuhan (Sudrajat, 2008; Sarwono,

termasuk

2014).

remaja akan identitas diri (Santrock,

yang

naik-turun.
bagian

dari

Hal

ini

pencarian

2004).

Sarsito N Sarwono (2014)
mengemukakan bahwa panti asuhan

Attachment yang kuat dengan

berperan sebagai tempat rehabilitasi

orang tua juga dibutuhkan remaja

sosial bagi anak-anak terlantar akibat

yang tinggal di panti asuhan untuk

disfungsi sosial keluarga. Namun

melewati

pada kenyataanya, pengasuhan anak

remajanya dengan baik dan anak

1

tahap

perkembangan

menjadi orang dewasa yang mandiri

kesejahteraan siswa yaitu mental,

(Santrock, 2004; Wong, 2008).

emosional, spiritual, sosial dan fisik.
Ress

Kesejahteraan siswa adalah

dkk

(2010)

juga

derajat dimana siswa merasa baik

merumuskan bahwa faktor penting

berada di lingkungan sekolah dan

yang

derajat

kesejahteraan anak adalah keluarga,

keefektifan

fungsi

siswa

berkontribusi

dalam lingkungan komunitas sekolah

teman,

(Fraine dkk, 2005 & Fraillon, 2004).

penggunaan waktu, orientasi masa

Tingkat kesejahteraan siswa dapat

depan, rumah, uang dan kepemilikan,

ditunjukkan melalui sejauh mana

kebebasan, keamanan, sekolah dan

prestasi akademik yang didapatkan,

juga pilihan hidup.

fungsi

sosial,

perilaku
disekolah

penampilan,

serta

Faktor yang paling terlihat

ketika

berada

yang tidak dimiliki oleh siswa yang

dkk,

2008).

tinggal

emosional

siswa

kesehatan,

pada

(Noble

di

panti

asuhan

adalah

Gambaran mengenai kesejahteraan

keluarga. Panti asuhan merupakan

siswa dapat dilihat ketika guru

lembaga pengganti fungsi orangtua

percaya bahwa semua siswa mampu

(keluarga)

sukses dalam belajar, siswa merasa

kebutuhan anak baik secara jasmani,

bahagia

rohani

dan

sukses

ketika

dalam

maupun

pemenuhan

sosial

mendapatkan pelajaran baru dan

dikembangkan

siswa semangat untuk datang ke

pelayanan profesional dan menjadi

sekolah,

hubungan

pilihan untuk memberikan pelayanan

pertemanan yang baik dengan siswa

kesejahteraan anak (Argyo, 2009).

lainnya

mampu

Anak yang tinggal dipanti asuhan

yang

terdiri dari 1) Anak yatim, piatu dan

dimiliki ketika berada disekolah

yatim piatu, 2) Anak terlantar dari

(Kaplan dan Maehr dalam Avi dkk,

keluarga

1999 & Bonnie, 2004).

perpecahan, 3) Anak terlantar dari

memiliki

serta

mengoptimalkan

potensi

terdapat

lima

yang

lembaga

mengalami

keluarga yang sakit kronis serta 4)

Masters (2004) berpendapat
bahwa

sebagai

yang

keluarga dengan kesulitan ekonomi

aspek

(Argyo, 2009).

2

terkait pengasuhan anak (Fuaida dkk,

Pola pengasuhan anak di

2007).

panti asuhan digambarkan melalui
tiga

proses

pengganjaran
(Argyo,

2009).

yaitu

pengajaran,

dan

pembujukan

Kelebihan

Berdasarkan uraian di atas,
penulis

merasa

mengadakan

panti

tertarik

penelitian

untuk
untuk

asuhan: 1) Memiliki teman yang

mengetahui bagaimana kesejahteraan

senasib,

siswa yang tinggal di panti asuhan.

2)

Anak

dapat

mengembangkan kreatifitas melalui

METODE PENELITIAN

fasilitas

yang

asuhan,

3)

disediakan

panti

Informan penelitian

Membiasakan

hidup

Siswa

yang

memiliki

mandiri. Kelemahan panti asuhan: 1)

karakteristik bersekolah di SMP dan

Terisolasi

tinggal di panti asuhan terdiri dari 8

dari

masyarakat

luas

sehingga muncul rasa rendah diri, 2)

informan.

Pembinaan bisa dianggap sebagai

Alat pengumpul data
Dalam penelitian ini alat

pengekangan apalagi dengan sikap
pengasuh yang kasar dan tidak

pengumpul

data

mengunakan

mendidik (Muhsin, 2003).

kuesioner terbuka dan wawancara.

Seharusnya

Hasil dari kuesioner terbuka dan

panti asuhan dapat digunakan sesuai

wawancara akan dianalisis dengan

fungsinya

cara sebagai berikut :

Argyo

(2009)

yaitu

memberikan

pelayanan, pemeliharaan baik secara

1. Organisasi data

fisik, mental maupun sosial terhadap

2. Koding

anak-anak

3. Kategorisasi

terlantar

namun

keterbatasan SDM profesional dalam

4. Pembahasan hasil penelitian.

pengasuhan anak di panti asuhan

HASIL

membuat pengasuh panti asuhan

PEMBAHASAN

secara

suka

seadanya

(Muhsin

pengurus

panti

dan

terbuka dan wawancara didapatkan

Para

hasil mengenai kesejahteraan siswa

kurang

yang tinggal di panti asuhan, adapun

rela

2003).

asuhan

DAN

Berdasarkan hasil kuesioner

biasanya terdiri dari orang yang
bekerja

PENELITIAN

pembahasannya sebagai berikut :

dibekali pendidikan dan pelatihan

3

a. Pengertian sejahtera menurut

Hasil penelitian menunjukkan

siswa yang tinggal di panti

bahwa siswa menyatakan sejahtera

asuhan.

karena

menjalin

hubungan

baik

Pengertian sejahtera menurut

dengan teman sehingga memiliki

siswa yang tinggal di panti asuhan

banyak teman dan dengan tinggal di

adalah damai, tentram dan bahagia.

panti

Hal ini sesuai dengan teori yang di

meringankan keuangan keluarga. Hal

kemukakan oleh Noble dkk (2008)

ini

yang mendefinisikan kesejahteraan

kesejahteraan siswa menurut John

siswa

Ainley (dalam Masters, 2004) yaitu

sebagai

keadaan

dengan

asuhan

sesuai

dapat

dengan

membantu

aspek

ketergantungan

sosial

suasana hati yang positif, sikap,

adanya

resilien, dan kepuasan terhadap diri

individu

serta kepuasan dalam berhubungan

membangun hubungan yang sehat

dengan orang lain dan harapan-

dengan

harapan dari sekolah.

kelompok

dan

orang
dan

antara

sekolah

lain,

untuk

individu,

lembaga

dapat

memudahkan siswa merasa sejahtera.

Damai adalah ketika memiliki

Hasil

banyak teman dan tidak terjadi

penelitian

juga

konflik di dalamnya sehingga diri

menyatakan bahwa siswa belum

merasa tentram. Damai juga ketika

sejahtera karena belum mendapatkan

melakukan hal-hal yang benar seperti

prestasi yang memuaskan. Noble dkk

taat peraturan dan rajin belajar.

(2008) menyatakan bahwa Tingkat

Mendapatkan prestasi juga membuat

kesejahteraan

siswa yang tinggal di panti asuhan

ditunjukkan melalui sejauh mana

merasa sejahtera. Menjadi sukses dan

prestasi akademik yang didapatkan.
Penyebab

mencapai cita-cita adalah tujuan

siswa

belum

dapat

sejahtera

untuk mencapai bahagia sehingga

yang lain adalah belum dapat meraih

dapat membanggakan orang tua, dan

cita-cita dan menjadi sukses. Hal ini

diri sendiri.

sesuai dengan salah satu faktor yang

b. Penilaian
tinggal

diri
di

siswa

panti

yang

mempengaruhi kesejahteraan siswa

asuhan

menurut Ress dkk (2010) yaitu
adanya orientasi masa depan.

terhadap kesejahteraannya

4

Ditinggal ayah pergi, dan

banyak teman yang baik. Sesuai

memiliki teman yang suka iri juga

dengan aspek mental kesejahteraan

menjadi penyebab belum sejahtera.

siswa menurut Masters (2004) yaitu

Huebner dkk (2003) mengemukakan

teman

bahwa

anak

penting yang dapat menghindarkan

dipengaruhi oleh beberapa faktor

anak dari gangguan kesehatan mental

diantaranya adalah adalah keluarga

sehingga

dan teman. Karena faktor ini belum

kesejahteraan.

kepuasan

hidup

belajar

sejahatera.

siswa

juga

kesejahteraan

menjadi

faktor

dikaitkan

dengan

pengajaran dan pendidikan serta

Hasil penelitian menunjukkan
faktor

meraih

pendapat Kanu & Rimpela (2002)

yang

tinggal di panti asuhan

bahwa

mampu

faktor

pendorong sejahtera. Sesuai dengan

pendorong

kesejahteraan

anak

merupakan

Memiliki kesempatan untuk

terpenuhi maka siswa menjadi belum

c. Faktor

sebaya

dengan belajar dan prestasi.

pendorong

Faktor

kesejahteraan siswa yang tinggal di

utama

pendorong

panti asuhan adalah banyak teman,

kesejahteraan siswa yang tinggal di

guru, fasilitas sekolah dan peraturan

panti asuhan adalah bersama orang

yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan

tua. Seperti pendapat beberapa tokoh

aspek sosial kesejahteraan siswa

bahwa ranah kesejahteraan siswa

menurut

(dalam

tertinggi adalah keluarga dan self

Masters, 2004) yang mengemukakan

(Huebner dkk, 2003; Ress dkk, 2010;

gagasan

ketergantungan

Evan, 2011; Hanafin & Brooks,

antara individu dan sekolah untuk

2005; dan Frost 2010) seperti halnya

membangun hubungan yang sehat

hasil penelitian bahwa mendapatkan

dengan

penghargaan dan pujian juga menjadi

John

adanya

orang

Ainley

lain,

individu,

faktor pendorong kesejahteraan.

kelompok dan lembaga.
Membangun hubungan yang

Walaupun jauh dari orang

sehat dengan orang lain, individu

tua, lingkungan membantu mereka

maupun kelompok dapat ditunjukkan

sehingga dapat menemukan sosok

dari hasil penelitian yaitu memiliki

pengganti peran orang tua yaitu

5

teman, kakak panti, pengasuh dan

ranah kesejahteraan siswa tertinggi

saudara kandung. Pengasuh sebagai

adalah keluarga (Huebner dkk, 2003;

bagian dari lembaga kesejahteraan

Ress dkk, 2010; Evan, 2011; Hanafin

sosial anak harus memahami bahwa

& Brooks, 2005; dan Frost 2010).

harus

Faktor

dilakukan secara menyeluruh. Hak-

kesejahteraan

hak anak meliputi hak terhadap

mendapat perlakuan tidak baik dari

perlindungan, hak terhadap tumbuh

teman. Salah satu aspek mental

kembang

serta

terhadap

kesejahteraan siswa yaitu teman yang

partisipasi

seperti

mendengarkan

juga merupakan faktor penting yang

pemenuhan

hak-hak

anak

hak

penghambat
yang

lain

suara dan pilihan anak (Jufri, 2011).

dapat

Hal ini sejalan dengan tanggung

gangguan kesehatan mental sehingga

jawab peran orang tua dan keluarga

anak mampu meraih kesejahteraan

menurut

Jufri

(John

mengasuh,

memelihara, mendidik

(2011)

yaitu

menghindarkan

adalah

Toumbourou,

Douglas&

Alison

anak

dari

Elizabeth

Shortt

dalam

Masters, 2004).

dan melindungi anak.
pengganti

Begitu juga dengan menjadi

orang tua dirasakan oleh semua

siswa yang nakal. Ketidak percayaan

siswa yang tinggal di panti asuhan

guru dan teman yang dirasakan oleh

sehingga perhatian yang diberikan

siswa

juga terbagi. Oleh karena itu, orang

kesehatan mental. Dalam hal ini

tua tetap menjadi faktor utama

adalah menjadi nakal. Guru dan

pendorong sejahtera.

teman merupakan faktor penting

Namun

peran

d. Faktor
kesejahteraan

untuk

penghambat
siswa

menimbulkan

menghindarkan

gangguan

anak

dari

gangguan kesehatan mental (John

yang

Toumbourou, Elizabeth Douglas&

tinggal di panti asuhan

Alison Shortt dalam Masters, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan

Faktor penghambat sejahtera

bahwa siswa yang tinggal di panti
asuhan menyatakan tidak sejahtera

yang

karena jauh dari orang tua. Seperti

belajar

pendapat beberapa tokoh bahwa

memuaskan. Hal ini sesuai dengan

6

selanjutnya

adalah

jarang

sehingga

prestasi

belum

1. Pengertian

pendapat Kanu & Rimpela (2002)

sejahtera

menurut

bahwa belajar dan mendapatkan

siswa yang tinggal di panti asuhan

prestasi

adalah kehidupan yang damai

ada

kaitannya

dengan

yaitu melakukan hal-hal yang

kesejahteraan.
Sakit

fisik

yang

benar

kambuh

sebagai

siswa,

tentram

membuat siswa harus meninggalkan

ketika tidak ada konflik dan

pelajarannya.

bahagia

Salah

satu

aspek

ketika

bisa

menjadi

kesejahteraan siswa adalah aspek

sukses, membanggakan orang tua

fisik. Sakit fisik harus diatasi dengan

dan diri sendiri.

benar supaya tidak mengganggu

2. Siswa menilai dirinya sejahtera

siswa dalam belajar (Kathy rowe,

ketika memiliki banyak teman

Ken rowe & Jan pollard dalam

yang

Masters, 2004).

membantu keluarga. Sedangkan

Faktor

siswa

penghambat

menghargai

menilai

dan

dirinya

bisa

belum

kesejahteraan siswa yang tinggal di

sejahtera karena masih melanggar

panti asuhan yang terakhir adalah

tata tertib, belum

memiliki pengasuh yang suka marah.

belum sukses, jauh dari ayah dan

Pengasuh

memiliki teman yang suka iri.

sebagai

bagian

dari

berprestasi,

lembaga kesejahteraan sosial anak

3. Faktor pendorong kesejahteraan

harus memahami bahwa pemenuhan

siswa yang tinggal di panti asuhan

hak-hak anak harus dilakukan secara

paling utama adalah orang tua.

menyeluruh. Hak-hak anak meliputi

Karena jauh dari orang tua,

hak

lingkungan

membentuk

peran

terhadap tumbuh kembang serta hak

pengganti

orang

yaitu

terhadap

pengasuh, teman, kakak panti dan

terhadap

perlindungan,

partisipasi

hak

seperti

tua

mendengarkan suara dan pilihan

saudara

anak (Jufri, 2011).

pendorong sejahtera yang lain

KESIMPULAN

adalah memiliki banyak teman,
hubungan

Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan

maka

kandungnya.

baik

dengan

Faktor

guru,

mendapatkan penghargaan dan

dapat

pujian, fasilitas sekolah beserta

disimpulkan:

7

peraturannya

dan

Being in Secondary School
with
Multilevel
Growth
Curve Models and Multilevel
Multivariate Models. Quality
& Quantity, 39, 297 – 316.

memiliki

kesempatan untuk belajar.
4. Faktor penghambat kesejahteraan
siswa yang tinggal di panti asuhan
adalah

jauh

dari

orang

Frost, P. (2010). The Effectiveness of
Student Wellbeing Program
and Service. Melbourne:
Victorian Auditor-General's
Report.

tua,

mendapatkan perlakuan tidak baik
dari teman, menjadi nakal, jarang
belajar dan lampu untuk belajar
yang

kurang

terang,

Fuaida, L. D., Kartika, T., & Basuki,
U.
(2007).
Laporan
Penelitian
Kualitas
Pengasuhan Anak di Panti
Sosial Asuhan Anak (PSAA)
di Indonesia PSAA AL
IKHLAS Kabupaten Lombok
Barat
Provinsi
Nusa
Tenggara Barat. UIN, Save
the children & UNICEF.

melihat

teman musuhan, sakit fisik yang
kambuh serta memiliki pengasuh
yang suka marah.

DAFTAR PUSTAKA

Argyo. (2009). Pola Pengasuhan
Anak di Panti Asuhan dan
Pondok Pesantren Kota Solo
dan Kabupaten Klaten . Pusat
Penelitian
Kependudukan
LPPM UNS & UNICEF.

Huebner, E.S., Suldo, S.M., &
Valois,
R.F.
(2003).
Psychometric Properties of
Two Brief Measures of
Children’s Life Satisfaction;
The
Students’
Life
Satisfaction Scale and the
Brief
Multidimensional
Students Life Satisfaction
Scale. Paper prepare for the
Indicators
of
Positive
Development
Conference,
March 12 – 13, 2003.
www.childrens.org/files/huen
bersuldovaloispaper.pdf,
diakses tanggal 20 Februari
2014 pukul 17.00 WIB.

Avi, K., & Martin, L.M. (1999).
Achievement Goals
and
Student
Well-Being.
Contemporary Educational
Psychology, Vol.24 , 330-38.
Bonnie, B. (2004). Resiliency: What
We Have Learned. San
Francisco: Wested.
Fraillon, J. (2004). Measuring
Student Well-Being in The
Context
of
Australian
Schooling: Discussion Paper.

Jufri, Salim S A. (2011). Standar
Nasional Pengasuhan untuk
Lembaga
Kesejahteraan
Sosial
Anak.
http://www.pksa-

Fraine, B.D., Landeghem, G.V.,
Damme, J.V., & Onghena, P.
(2005). An Analysis of Well-

8

Februari 2014 pukul 17.00
WIB.

kemensos.com/wpcontent/uploads/2011/01/stan
dart-pengasuhan.pdf. diakses
pada tanggal 24 April 2014
pukul 18.00 WIB

Santrock, J. W. (2004). Life Span
Development Perkembangan
Masa Hidup Jilid II. Jakarta:
Erlangga.

Kanu, A., & Rimpela, M. (2002).
Well-Being in School: A
Conceptual Model. Health
Promotion International, Vo.
17 (1), 79 – 89.

Sarwono, S. N. (2014). Kasus Panti
Asuhan, Sebab dan Akibat.
http://www.kompas.co.id/.
diakses tanggal 10 Maret
2014 pukul 18.00 WIB.

Masters,
G.N.
(2004).
Conceptualising
and
Researching
Student
Wellbeing.
Australia:
Research Conferences.

Sudrajat, T. (2008). Kurangnya
Pengasuhan di Panti Asuhan.
http://www.kemsos.go.id/.
diakses tanggal 10 maret
2014 pukul 18.00 WIB.

Muhsin. 2003. Mari Mencintai Anak
Yatim. Jakarta: Gema Insani
Press.

Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Noble, T., McGrath, H., Wyatt, T.,
Carbines, R., & Robb, L.
(2008). Scoping Study Into
Approaches
to
Student
Wellbeing. Brisbane, Sydney,
Canberra,
Ballarat,
Melbourne:
Australian
Catholic University.
Rahma, A. N. (2011). Hubungan
Efikasi Diri dan Dukungan
Sosial dengan Penyesuaian
Diri Remaja di Panti Asuhan.
PSIKOISLAMKA,
Jurnal
Psikologi Islam (JPI), Vol.8,
232.

Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar
Keperawatan
Pediatrik.
Jakarta: EGC

Ress, G., Goswani, H. & Bradshaw,
J. (2010). Developing an
Index
of
Children’s
Subjective Well Being in
England.
(http://www:childrenssociety.
org.uk. diakses tanggal 20

9