PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN :Studi Kasus pada 2 Orang Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung.

(1)

Nomor Skripsi : 308/Skripsi/Psi-FIP/UPI 01.2013

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (Studi Kasus pada 2 Orang Remaja yang Tinggal di

Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi

Oleh : Pradiptya S. Putri

0800926

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pradiptya S.Putri,2013

Studi Kasus Mengenai Penyesuaian Diri pada 2 Orang Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung

Oleh Pradiptya S. Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Pradiptya S. Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)


(4)

(5)

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (Studi Kasus pada 2 Orang Remaja yang Tinggal di

Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penyesuaian diri remaja yang tinggal di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah remaja yang bertempat tinggal di panti asuhan, berjumlah dua orang dengan rentang usia antara 16-18 tahun dan berjenis kelamin pria dan wanita. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penilitian ini menunjukan bahwa remaja Panti Asuhan Wisma Putera Bandung secara garis besar memiliki penyesuaian diri yang baik untuk penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini dibuktikan dengan tidak terdapatnya maladjustment pada setiap indikator penyesuaian diri. Hanya saja kedua remaja memiliki hubungan yang kurang baik dengan pengasuh atau pengurus di panti. Faktor utama yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja panti adalah faktor lingkungan dan kondisi panti, juga tidak terdapat perbedaan yang mencolok dari penyesuaian diri antara remaja perempuan maupun remaja laki-laki. Dari penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi, yakni bagi para remaja panti asuhan diharapkan dapat lebih mampu mengutarakan pendapatnya, menjalin relasi yang baik agar terjalin hubungan yang harmonis antara dirinya dengan pengasuh di panti. Bagi pengasuh di panti sebaiknya lebih mendekatkan diri dengan para penghuni panti agar hubungannya dengan para pengasuh panti dapat terjalin dengan baik.


(6)

Pradiptya S.Putri,2013

ORPHAN ADOLESCENT ADJUSTMENT

(A Case Study to 2 Adolescent that Live in Wisma Putera Orphanage Bandung)

ABSTRACT

This study aims to observe adolescent self adjustments that live in Wisma Putera Orphanage Bandung. This study use case study research design with qualitative approach. The subjects of the study were two adolescent that live in orphanage with age range 16-18 years old male and female. The data of this study were collected through interviews, observations and documentation. The findings showed that most adolescent in Wisma Putera Orphanage Bandung good self adjustment in, both for their personal and their social environment. This is evidenced by the absence of maladjustment at each self adjustment indicator. However, both adolescent having poor relationship with their caregiver. The main factors which affect orphan adolescent self adjustment are factor of environment and factor of orphanage circumstance. This study also found that there is no significant difference of self adjustment between male and female adolescent. From this study, there are several recommendations, for adolescent in orphanage are expected to be able to express their opinion better, establish good relationship to create harmonious relationship between them and orphanage caregiver. Subsequently, orphanage caregiver should be closer to the orphan to establish a better relationship with the orphan.


(7)

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 7

C. Tujuan penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II PENYESUAIAN DIRI REMAJA PANTI ASUHAN A. Remaja ... 11

1. Pengertian Remaja ... 11

2. Ciri-ciri Masa Remaja ... 12


(8)

Pradiptya S.Putri,2013

B. Penyesuaian diri ... 18

1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 18

2. Aspek Penyesuaian Diri ... 19

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 26

4. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri ... 28

5. Perbedaan Penyesuaian Diri Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

C. Panti Asuhan ... 37

1. Pengertian Panti Asuhan ... 37

2. Tujuan Panti Asuhan ... 39

3. Fungsi Panti Asuhan... 41

D. Penelitian Terdahulu ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 44

B. Definisi operasional ... 45

C. Fokus Penelitian ... 47

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48

E. Instrumen Penelitian... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Teknik Analisis Data ... 50


(9)

x

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Profil Panti Asuhan Wisma Putera ... 53

a. Sejarah Panti Asuhan Wisma Putera ... 53

b. Visi dan Misi ... 54

2. Profil Kasus 1 ... 54

a. Identitas Subjek ... 54

b. Latar Belakang Subjek ... 55

c. Hasil Subjek 1 ... 56

3. Profil kasus 2 ... 66

a. Identitas Subjek ... 66

b. Latar Belakang Subjek ... 67

c. Hasil Subjek 2 ... 69

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

1. Subjek 1 ... 77

a. Dapat Menerima Kondisi Fisiknya ... 77

b. Dapat Mengontrol dan Mengekspresikan Emosi Secara Tepat ... 78

c. Memahami Peran dan Fungsi Seksualnya... 80

d. Mengetahui dan Menjalankan Konsep Moral ... 82

e. Penyesuaian Religius ... 82


(10)

Pradiptya S.Putri,2013

g. Penyesuaian terhadap Lingkungan Sekolah ... 85

h. Penyesuaian terhadap Lingkungan masyarakat ... 86

i. Gambaran Penyesuaian Diri Subjek 1... 87

2. Subjek 2 ... 89

a. Dapat Menerima Kondisi Fisiknya ... 89

b. Dapat Mengontrol dan Mengekspresikan Emosi Secara Tepat ... 90

c. Memahami Peran dan Fungsi Seksualnya... 91

d. Mengetahui dan Menjalankan Konsep Moral ... 92

e. Penyesuaian Religius ... 93

f. Penyesuaian terhadap Keluarga dan Rumah (Panti) ... 94

g. Penyesuaian terhadap Lingkungan Sekolah ... 96

h. Penyesuaian terhadap Lingkungan Masyarakat ... 97

i. Gambaran Penyesuaian Diri Subjek 2... 98

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 100

B. Saran/Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN


(11)

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian secara fisiologis, yang dikenal dengan adaptasi. Bayi yang baru lahir akan menangis, karena ia dituntut untuk bernafas, dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan barunya (kawaii.blogspot.com, 2009).

Seiring dengan perkembangannya, individu tidak hanya membutuhkan adaptasi, juga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara psikologis yang disebut dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan usaha individu dalam mengatasi kebutuhan, ketegangan, frustrasi serta konflik untuk tercapainya keharmonisan antara tuntutan diri dan lingkungan dengan melibatkan proses psikis dan perilaku (kawaii.blogspot.com, 2009).

Individu sejak lahir telah dihadapkan dengan lingkungan yang menjadi sumber stres, seperti ketika bayi yang baru lahir harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, atau anak yang baru memasuki dunia sekolah jika anak tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik, akan timbul kecemasan yang menjadi sumber stres. Cara-cara yang dilakukan untuk menghadapi sumber stres beranekaragam dan keberhasilan dalam penyesuaian diripun beranekaragam. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam


(12)

Pradiptya S.Putri,2013

hidupnya, karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan maupun dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan (e-psikologi.com, 2002). Bagi mereka yang berhasil menyesuaikan diri, maka akan dapat hidup dengan harmonis, tetapi bagi mereka yang gagal akan mengalami maladjustment ditandai dengan perilaku menyimpang, tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain seperti psikotik, neurotik, psikopatik (e-psikologi.com, 2002). Individu memerlukan interaksi dengan lingkungan sosialnya karena dalam lingkungan sosial individu dapat berkembang dan menyesuaikan diri. Lingkungan tersebut bisa di rumah, sekolah, taman bermain, panti sosial atau panti asuhan, tempat les, dll (e-psikologi.com, 2002).

Bagi remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhanlah yang menjadi lingkungan sosial utama dalam mengadakan penyesuaian diri. Apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka remaja akan memiliki sikap negatif dan tidak bahagia. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh wali asuh (pengurus panti) sebagai pengganti keluarga dalam memberikan perlakuan dan pemenuhan kebutuhan remaja agar dapat mengembangkan kepribadian yang sehat. (ludiagungwahyudi.blogspot.com, 2010)

Menurut Hurlock (2007:233) masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu dimana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima


(13)

3

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut. Remaja yang berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut harus mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada lingkungannya Dengan demikian remaja dapat mengadakan interaksi yang seimbang antara diri dan kesempatan ataupun hambatan yang ada pada lingkungan.

Seperti yang diutarakan oleh Havighurst (Hurlock, 1980: 10) beberapa tugas perkembangan pada masa remaja diantaranya dapat mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Mencapai peran sosial pria dan wanita. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Mempersiapkan karir ekonomi. Mempersiapkan perkawinan dan berkeluarga. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku, mengembangkan ideologi.

Bila dikaitkan dengan tugas perkembangan tersebut, maka keetika remaja dihadapkan pada satu situasi baru atau lingkungan baru remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya tersebut, agar remaja dapat menjalin hubungan yang baik dan matang dengan orang-orang di sekitarnya. Tugas yang lain adalah mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, artinya apabila remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya remaja akan cenderung memunculkan perilaku yang kurang bertanggungjawab dan menutup diri. Tugas perkembangan selanjutnya adalah


(14)

Pradiptya S.Putri,2013

remaja memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku, mengembangkan ideologi. Apabila remaja telah melewati tugas perkembangan yang sebelumnya dengan tepat, maka remaja akan banyak mendapatkan wawasan termasuk tentang nilai yang berlaku di masyarakat sehingga remaja dapat mengembangkan pemikiran dan perilakunya sesuai dengan norma yang berlaku. Jika remaja tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka beberapa tugas perkembangan tersebut sulit atau bahkan tidak bisa tercapai. Penyesuaian diri menuntut kemampuan remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar dengan lingkungannya, sehingga remaja merasa puas dengan dirinya dan dengan lingkungannya.

Hartini (2001:114) dalam penelitiannya pada anak-anak Panti Asuhan di Jawa Timur menemukan bahwa :

”52% anak-anak Panti Asuhan cenderung menunjukkan kesulitan dalam penyesuaian sosialnya yang menggambarkan adanya kebutuhan psikologis untuk dapat menyesuaikan diri dengan tata cara atau aturan lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan panti tersebut terlalu kaku dan kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial para penghuninya”.

Dari hasil penelitian diatas, terdapat bukti bahwa remaja Panti Asuhan di Jawa Timur memiliki kesulitan dalam penyesuaian sosialnya, hal ini dikarenakan kehidupan panti asuhan yang terlalu kaku dan kurang memenuhi kebutuhan psikologis dan soaial para penghuninya. Seseorang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya jika ia memiliki keterampilan sosial dan mampu berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman atau dengan orang yang tidak dikenalnya. Keterampilan sosial ini kurang dimiliki oleh individu yang tinggal di


(15)

5

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

panti ssuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan menemui banyak aturan yang harus ditaati oleh remaja. Hal ini seringkali membuat remaja merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang ada dan merasa kurang bebas, sehingga seringkali remaja melanggar aturan yang ada.

Hartini (2001:117) membuktikan bahwa remaja yang tinggal di Panti Asuhan mengalami banyak problem psikologis dengan karakter memiliki kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Di samping itu, anak-anak tersebut menunjukkan perilaku yang negativis, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukkan rasa bermusuhan dan lebih mementingkan diri sendiri, sehingga remaja panti asuhan akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain.

Menurut Ayu Febriasari (2007:92) penyesuaian diri remaja Panti Asuhan Al Bisri semarang tahun 2007 tergolong sedang. Dari hasil penelitiannya, terdapat fakta bahwa para remaja Panti Asuhan Al Bisri lebih berusaha untuk mengembangkan penyesuaian pribadi dibandingkan penyesuaian sosialnya. Dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan cenderung lebih menutup diri dengan oranglain dan lebih mengembangkan penyesuaian terhadap dirinya sendiri dibanding penyesuaian diri tehadap lingkungan sosialnya.

Dari beberapa penelitian diatas juga dapat disimpulkan bahwa remaja panti asuhan kurang mampu menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya. Mereka cenderung menutup diri terhadap orang lain, cenderung memunculkan perilaku


(16)

Pradiptya S.Putri,2013

negatif terhadap orang baru di lingkungannya, menarik diri dan menunjukan sikap bermusuhan. Hal-hal itulah yang menyebabkan remaja panti sulit untuk bersosialisasi di lingkungannya. Selain faktor tersebut, situasi dan kondisi di lingkungan panti juga dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja. Peraturan atau otoritas panti terkadang membuat remaja merasa kurang bebas dalam melakukan kegiatan lain di luar panti atau di dalam panti.

Berdasarkan wawancara terhadap salah seorang pengurus Panti Asuhan Wisma Putera pada tanggal 14 September 2012 di ruang tamu Panti Asuhan Wisma Putera Bandung, beliau mengungkapkan bahwa remaja panti asuhan yang sudah lama tinggal di panti biasanya memiliki relasi yang baik dengan teman-teman di panti dan pengasuhnya, namun remaja seringkali menunjukkan perilaku malu-malu, menarik diri, pencemas, khususnya saat berhadapan dengan orang lain yang masih baru dam lingkungan yang baru ia temui.

Fenomena lain yang ada di Panti Asuhan Wisma Putera ini adalah hampir seluruh dari penghuni panti ini berasal dari keluarga tidak mampu. Tidak hanya dari kota Bandung tetapi ada juga yang berasal dari luar kota bahkan luar provinsi. Mereka ada yang dibawa oleh dinas sosial ke panti asuhan ini dan ada juga yang datang sendiri ke panti ini dengan harapan mereka dapat dibina dan diberikan pendidikan serta perlindungan sehingga tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Peraturan di dalam panti cukup ketat seperti harus disiplin terhadap waktu, tidak boleh keluar panti seenaknya, penghuni panti hanya melakukan aktivitas selain sekolah di dalam panti. Enam bulan sekali penghuni panti diizinkan untuk bertemu dengan keluarganya, entah keluarganya yang mendatangi


(17)

7

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau mereka yang diberi kesempatan pulang kerumah (bagi mereka yag masih memiliki keluarga kandung), namun tak sedikit juga yang tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya ataupun pulang ke rumahnya.

Remaja-remaja ini disekolahkan hingga sekolah menengah atas kemudian setelah lulus diberikan pelatihan keterampilan, setelah itu bagi remaja yang berprestasi langsung disalurkan ke penyalur tenaga kerja. Menurut kepala bagian humas panti, cara ini bisa meminimalisir adanya pengangguran serta remaja jalanan yang saat ini banyak meresahkan masyarakat. Sekolah mereka berpencar, ada yang dekat dengan panti ada juga yang jauh jaraknya. Peraturan dalam panti yang cukup ketat, mengharuskan setiap penghuninya pulang ke panti tepat waktu.

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai penyesuaian diri remaja akhir yang tinggal terpisah dengan orangtuanya dan harus menetap di panti asuhan, yang dirumuskan dalam judul “Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan (Studi Kasus pada 2 Orang Remaja yang tinggal di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)”

B. Rumusan Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah mengenai penyesuaian diri remaja akhir yang tinggal di panti asuhan. Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran penyesuaian diri 2 orang remaja yang tinggal di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung?


(18)

Pradiptya S.Putri,2013

2. Apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri 2 remaja Panti Asuhan Wisma Putera Bandung?

3. Apakah terdapat perbedaan antara penyesuaian diri seorang remaja putra dan seorang remaja putri di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penyesuaian diri remaja yang tinggal di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri 2 remaja Panti Asuhan Wisma Putera Bandung.

3. Mendeskripsikan perbedaan antara penyesuaian diri remaja putra dan remaja putri di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu Psikologi Perkembangan, khususnya mengenai penyesuaian diri remaja di panti asuhan.


(19)

9

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Praktis

a. Bagi remaja panti asuhan

Remaja panti asuhan dapat menyesuaikan diri secara harmonis, baik yang berhubungan dengan diri maupun lingkungan sosialnya.

b. Bagi pihak Panti Asuhan

Sebagai masukan bagi panti asuhan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan perlakuan bagi anak asuhnya.

c. Bagi peneliti

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan mengenai penyesuaian diri remaja akhir terutama terhadap keluarga wali asuh di lingkungan sosialnya.

d. Bagi penulis lain

Diharapkan juga bisa untuk dijadikan bahan referensi bagi penulis lain yang akan mengangkat tema yang serupa namun dari sudut pandang yang berbeda, misalnya dilihat dari bidang studi lain atau dengan menggunakan teknik penelitian dan pendekatan yang lain.

E. Struktur Organisasi skripsi

Sistematika dalam skripsi ini terdiri dari tiga pokok yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Pada bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar


(20)

Pradiptya S.Putri,2013

lampiran. Pada Bagian isi skripsi terdapat bab I pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II landasan teori berisi teori-teori yang dijadikan landasan penulisan dalam penelitian ini, meliputi teori tentang perkembangan remaja yang menguraikan tentang pengertian remaja, ciri-ciri masa remaja, dan tugas-tugas perkembangan remaja. Teori penyesuaian diri yang menguraikan tentang pengertian penyesuaian diri, macam-macam penyesuaian diri, aspek penyesuaian diri, faktor-faktor penyesuaian diri dan ciri-ciri penyesuaian diri yang baik. Bab III metodologi Penelitian, berisi tentang metode penelitian, subjek penelitian, instrument penelitian, Teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. Bab V penutup, yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian terakhrir dalam sistematika skripsi ini adalah akhir skripsi yang berisi daftar pustaka beserta lampiran-lampiran.


(21)

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif dengan maksud untuk memahami dan menggali lebih dalam mengenai fenomena penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Sugiyono (2012:1) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sugiyono (2012:2-3) mengungkapkan dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumennya adalah peneliti itu sendiri sehingga untuk dapat menjadi instrumen maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Dalam penelitian kualitatif,


(22)

Pradiptya S.Putri,2013

pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Pada penelitian ini, fakta-fakta yang diperoleh peneliti adalah fenomena penyesuaian diri pada remaja yang tinggal di panti asuhan terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya baik di lingkungan panti, lingkungan masyarakat maupun di sekolah, sehingga peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan mengenai penyesuaian diri remaja juga fenomena yang ada di panti asuhan agar tujuan penelitian ini tercapai.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Remaja

Remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Awal masa remaja kira-kira dari usia 12 sampai 18 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 18 tahun sampai 21 tahun. Remaja pada penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 16 sampai dengan 18 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

2. Penyesuaian diri

Penyesuaian diri memiliki 2 aspek, yaitu: a. Penyesuaian pribadi

Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu untuk menerima dirinya, sehingga ia mampu mengatasi konflik dan tekanan dan menjadi pribadi yang matang, bertanggungjawab dan


(23)

46

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mampu mengontrol diri sendiri. Indikator dari penyesuaian pribadi adalah:

1. Dapat menerima kondisi fisiknya, yaitu penerimaan diri terhadap kondisi fisiknya.

2. Dapat mengontrol dan mengekspresikan emosi secara tepat, yaitu tidak terdapat penyaluran emosi yang berlebihan. 3. Mengetahui peran dan fungsi seksualnya, yaitu dapat

menjalankan fungsi seksual secara tepat sesuai dengan jenis kelaminnya.

4. Mengetahui dan menjalankan konsep moral, yaitu berberilaku sesuai dengan konsep moral yang dimiliki. 5. Penyesuaian religius, yaitu perilaku yang muncul sesuai

dengan kriteria agama yang dianut. b. Penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu untuk mematuhi norma dan peraturan sosial yang ada, sehingga ia mampu menjalin relasi sosial dengan baik dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Indikator dari aspek penyesuaian sosial adalah:

1. penyesuaian terhadap keluarga, yaitu dapat mengikuti dan menjalankan otoritas panti asuhan dengan tanggung jawab, tidak terjadi kecemburuan dengan anggota panti yang lain.


(24)

Pradiptya S.Putri,2013

2. penyesuaian terhadap lingkungan sekolah, yaitu menjalin persahabatan, memiliki hubungan baik dengan guru, dan menjalankan peraturan sekolah dengan tanggung jawab. 3. penyesuaian lingkungan masyarakat, yaitu dapat menerima

konsep moral yang ada di masyarakat, menjalin hubungan yang harminis dengan masyarakat dan menghormati serta menghargai kepentingan masyarakat.

C. Fokus Penelitian

Sugiyono, (2012:32) mengungkapkan fokus penelitian kualitatif bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan) sehingga penelitian kualitatif menetapkan penelitiannya berdasarkan keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada penelitian ini fokus penelitiannya mengenai bagaimana penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja yang tinggal di panti asuhan. Dimana penyesuaian diri sebagai aktifitas (activity), remaja sebagai pelaku (actor) dan panti asuhan sebagai tempat (place) nya, dengan melihat 2 aspek yang terdapat dalam penyesuaian diri yaitu:

1. Penyesuaian pribadi, dan 2. Penyesuaian sosial.


(25)

48

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian kali ini menggunakan puposive sampling. Purposive sampling sendiri menurut Sugiyono (2012:54) adalah teknik pengambilan sampel dan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Metode pengambilan subjek ini digunakan karena pada penelitian ini dibutuhkan kriteria khusus, karena di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung tidak hanya remaja yang tinggal di sana tetapi juga ada anak-anak dan lamanya waktu tinggal di sanapun menjadi pertimbangan mengapa digunakan metode ini. Kriteria subjek dalam penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian yaitu 2 remaja akhir putra dan putri yang berusia kurang lebih 17 hingga 19 tahun yang belum lama tinggal di panti asuhan tersebut. Lokasi penelitian dilakukan di panti asuhan Wisma Putera kota Bandung.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012:59) menyebutkan yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti harus paham terhadap metode kualitatif, menguasai teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta memiliki kesiapan untuk memasuki lapangan. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan, dimana pengamat memungkinkan melihat dan mengamati sendiri situasi yang mungkin terjadi.

Dalam pengambilan data di lapangan, peneliti dibantu oleh pedoman wawancara, alat rekam dan alat dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan dan pengumpulan data.


(26)

Pradiptya S.Putri,2013

F. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2012:63) menyatakan bahwa secara umum terdapat 4 macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu dengan menggabungkan 3 teknik pengumpulan data (observasi, wawancara dan dokumentasi).

1. Observasi

Pada penelitian ini, teknik observasi yang digunakan adalah observasi terus terang atau tersamar. Menurut Sugiyono (2012: 66) peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga sejak awal subjek yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari jika suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan jika dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak diijinkan untuk melakukan observasi.

2. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth

interviewe) berupa wawancara semi terstruktur. Wawancara semi

terstruktur menurut Sugiyono (2012: 73-74) di dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih


(27)

50

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan bantuan pedoman wawancara untuk memudahkan dan memfokuskan pertanyaan yang akan diutarakan. Peneliti juga menggunakan alat bantu rekam untuk memudahkan dalam proses pengolahan data.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012: 82-83) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Untuk menunjang pengumpulan data dokumentasi, subjek menggunakan alat bantu berupa kamera untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan beberapa dokumentasi.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012: 89) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles and Huberman (Sugiyono, 2011: 91) mengemukakan terdapat 3 langkah dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.


(28)

Pradiptya S.Putri,2013

1. Reduksi data

Menurut Sugiyono (2012: 92) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Display data

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya dalam analisis data ini adalah display data atau penyajian data. Miles and Huberman (Sugiono, 2012:95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatf adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Verifikasi data

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Apabila kesimpulan yang


(29)

52

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

H. Teknik Analisis Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012: 121) meliputi uji kredibilitas data, uji transferabiliti, uji depenability, dan uji confirmability. Pada penelitian ini digunaka uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi.

Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat 3 triangulasi dalam keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi suber. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber akan dilakukan pada teman di panti, di sekolah, pengurus panti dan juga guru subjek di sekolah.


(30)

Pradiptya S.Putri,2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran penyesuaian diri 2 orang remaja yang tinggal di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung cukup baik. Kedua remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan kenyataan latar belakang keluarga tanpa ada rasa malu atau minder. Dari segi emosi, remaja mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya ke hal yang tidak merugikan. Pelampiasan emosi yang dilakukan terkendali. Remaja mampu memahami fungsinya di masyarakat, norma yang berlaku di masyarakat dan konsekuensi yang didapat jika melakukan suatu pelanggaran norma. Hubungan dengan sesama penghuni panti berjalan lancar dan tidak mangalami hambatan. Hambatan yang dialami oleh remaja adalah hubungan yang kurang baik antara remaja dengan pengurus panti. Hal ini diakibatkan karena kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh remaja dengan para pengasuh. Hubungan dengan teman sekolahnya berjalan lancar meskipun kedua remaja ini memiliki prestasi yang tergolong rata-rata. Mereka aktif mengikuti kegiatan Ekstrakurikuler di sekolah. Penyesuaian diri kedua remaja dengan masyarakat sekitar kurang baik. Secara keseluruhan kedua remaja Panti asuhan Wisma Putera memiliki penyesuaian diri yang sehat.


(31)

101

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Hal-hal yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja Panti Asuhan Wisma Putera Bandung adalah situasi di lingkungan panti. Peraturan yang ada di panti membuat remaja kurang bebas dalam melakukan interaksi dengan orang lain di lingkungan luar panti. Selain itu kondisi fisik kedua remaja yang tidak memiliki kekurangan membuat penyesuaian diri remaja dengan lingkungan maupun diri sendiri dengan baik. Faktor pengendalian emosi yang baik dilakukan oleh remaja membuat remaja mudah bergaul tanpa mengalami konflik-konflik.

3. Dari pemaparan di atas, tidak terdapat perbedaan yang mencolok, perbedaan yang terlihat antara penyesuaian diri remaja putra dan remaja putri di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung adalah berupa cara menyalurkan emosinya. Remaja pria lebih mudah mengutarakan perasaan-perasaannya kepada orang lain. Remaja putri sulit untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dialaminya, cenderung menekan perasaan kesalnya dan merenungkannya sendirian. Namun, kedua remaja ini sama-sama menyalurkan emosi ke hal yang tidak merugikan dirinya dan orang lain. Pada remaja putri juga terdapat kesulitan saat menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat di luar panti sedangkan pada remaja laki-laki tidak terdapat kesulitan yang besar.


(32)

Pradiptya S.Putri,2013

B. Saran dan Rekomendasi

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka akan dikemukakan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Remaja Panti Asuhan Wisma Putera

Dari penelitian ini didapat bahwa remaja panti asuhan dapat melakukan penyesuaian diri baik penyesuaian personal maupun penyesuaian sosial. Sebaiknya remaja lebih meningkatkan kemampuan tersebut. Remaja harus bisa mengutarakan pendapatnya kepada pihak panti agar setiap permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bagi Pihak Panti Asuhan Wisma Putera

Bagi pihak pengurus panti, sebaiknya melakukan pendekatan dengan cara yang bersahabat bagi para anggota panti agar anggotanya tidak merasa tertekan dan merasa terkekang oleh perlakuan pengasuh di panti. Memberikan ruang kepada remaja untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat luar. Pihak panti juga diharapkan dapat memberikan perhatian lebih kepada anak asuhnya di panti asuhan. Sehingga para anggota panti tidak merasa memiliki batasan dengan pengasuh dan agar anggota panti merasa fungsi pengasuh sama dengan fungsi orang tuanya ketika masih berada di rumah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain, sebaiknya dapat menggali lebih dalam mengenai permasalahan yang ada di panti asuhan. Selain itu sebaiknya peneliti lain lebih cermat dalam memilih karakteristik subjek dan tempat yang akan diteliti.


(33)

103

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menggunakan banyak literatur dan sumber referensi ketika sedang melakukan analisis data yang diperoleh.


(34)

Pradiptya S.Putri,2013

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. dan Asrori. 2011. Psikologi Remaja - Perkembangan Peserta Didik. Cetakan ketujuh. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dariyo, Agoes, 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Galia Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Sosial Republik Indonesia. 1997. Panduan Pelaksanaan Pembinaan

Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta:

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak.

Dinas Sosial Republik Indonesia. 2004. Panduan Pelaksanaan Pembinaan

Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta:

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak.

Fahmi, M. 1982. At-Takayyuf Annafsiy (Alih bahasa Zakiah Daradjat). Jakarta: Bulan Bintang.

Febriasari, Ayu. 2007. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian

Diri Remaja di Panti Asuhan Al-Basri Semarang. Skripsi. Semarang.

[Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/36996268/22/Penyesuaian-Diri-Remaja-di-Panti-Asuhan (15 Oktober 2011).

Hartini, N. 2001. “Deskripsi kebutuhan Psikologi Pada Anak Panti Asuhan”.

Insan Media Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 109-118.

Haryono. 2009. Tugas Perkembangan remaja. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/tugas-perkembangan-remaja/ (15 Oktober 2012).

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


(35)

104

Pradiptya S.Putri,2013

Penyesuaian Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus Pada 2 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

_______________ 2007. Child Development (6th edition) [Alih Bahasa Meitas Sari T dan Muslihcah Z]. Jakarta : Erlangga.

Hutabarat, D.B. 2004. Penyesuaian Diri Perempuan Pekerja Seks dalam

Kehidupan Sehari-hari. Arkhe (Jurnal Ilmiah Psikologi). Vol9. No2.

Halaman 70-81.

Kartono, K. 2000. Hygien Mental. Bandung: Mandar Maju.

Kawai. 2009. Membantu Penyesuaian Diri Siswa Dalam Pemilihan Karier

Melalui Bimbinga Kelompok. [Online]. Tersedia:

http://asrikawai- kawai.blogspot.com/2009/10/membantu-penyesuaian-diri-siswa-dalam.html (10 Desember 2011).

Ludi, A. 2010. Penyesuaian Diri Remaja. [Online]. Tersedia:

http://ludiagungwahyudi.blogspot.com/2010/12/penyesuaian-diri-remaja.html (10 Desember 2011).

Marlina, Rina. 2010. Pengembangan Program Konseling Kelompok Untuk

Meningkatkan Penyesuaian Diri Mahasiswa Tingkat Pertama. Tesis.

Perpustakaan Upi. Bandung. Tidak diterbitkan.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mutadin, Zainun. 2002. Penyesuaian Diri Remaja. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=390 (22 Oktober 2011).

Nurul H. 2009. Perbedaaan penyesuaian sosial remaja yang tinggal bersama

dengan orang tua dengan remaja yang tinggal di pondok pesantren (Di Madrasah Aliyah Ahlusunnah Waljama'ah. Sumenep Madura). Skirpsi.

Malang. [Online]. Tersedia:


(36)

Pradiptya S.Putri,2013

Permata, Devi surya. 2010. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Teknik

Penerapan Disiplin Dengan Penyesuaian Sosial (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. Skripsi. UNISBA.

Bandung. Tidak diterbitkan.

Rinaldi. 2010. Resiliensi pada Masyarakat padang ditinjau dari jenis kelamin. Jurnal Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 102.

Santrock, J.W. 1998. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

____________ 2003. Adolesence Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Sari, A. D. Cipta. 2012. Hubungan Antara Persepsi Remaja Panti Asuhan Terhadap Metode Disiplin Dengan Penyesuaian Sosial : Studi Deskriptif Pada Remaja Panti Asuhan Tambatan Hati Bandung. Skripsi. UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Schneider, A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. NewYork: Holt, Rinehart and Winston.

Seminum, Y. 2006. Kesehatan Mental 1 – Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental Serta Teori-Teori yang Terkait.

Yogyakarta: Kanisius.

Sudarman A.2010. Kesepian pada Remaja Yang Tinggal di Panti Asuhan (Studi

Kasus). E-jurnal Psikologi Gunadarma. Vol 1. Hal 15-16.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

101

2. Hal-hal yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja Panti Asuhan Wisma Putera Bandung adalah situasi di lingkungan panti. Peraturan yang ada di panti membuat remaja kurang bebas dalam melakukan interaksi dengan orang lain di lingkungan luar panti. Selain itu kondisi fisik kedua remaja yang tidak memiliki kekurangan membuat penyesuaian diri remaja dengan lingkungan maupun diri sendiri dengan baik. Faktor pengendalian emosi yang baik dilakukan oleh remaja membuat remaja mudah bergaul tanpa mengalami konflik-konflik.

3. Dari pemaparan di atas, tidak terdapat perbedaan yang mencolok, perbedaan yang terlihat antara penyesuaian diri remaja putra dan remaja putri di Panti Asuhan Wisma Putera Bandung adalah berupa cara menyalurkan emosinya. Remaja pria lebih mudah mengutarakan perasaan-perasaannya kepada orang lain. Remaja putri sulit untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang dialaminya, cenderung menekan perasaan kesalnya dan merenungkannya sendirian. Namun, kedua remaja ini sama-sama menyalurkan emosi ke hal yang tidak merugikan dirinya dan orang lain. Pada remaja putri juga terdapat kesulitan saat menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat di luar panti sedangkan pada remaja laki-laki tidak terdapat kesulitan yang besar.


(2)

B. Saran dan Rekomendasi

Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka akan dikemukakan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Remaja Panti Asuhan Wisma Putera

Dari penelitian ini didapat bahwa remaja panti asuhan dapat melakukan penyesuaian diri baik penyesuaian personal maupun penyesuaian sosial. Sebaiknya remaja lebih meningkatkan kemampuan tersebut. Remaja harus bisa mengutarakan pendapatnya kepada pihak panti agar setiap permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bagi Pihak Panti Asuhan Wisma Putera

Bagi pihak pengurus panti, sebaiknya melakukan pendekatan dengan cara yang bersahabat bagi para anggota panti agar anggotanya tidak merasa tertekan dan merasa terkekang oleh perlakuan pengasuh di panti. Memberikan ruang kepada remaja untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat luar. Pihak panti juga diharapkan dapat memberikan perhatian lebih kepada anak asuhnya di panti asuhan. Sehingga para anggota panti tidak merasa memiliki batasan dengan pengasuh dan agar anggota panti merasa fungsi pengasuh sama dengan fungsi orang tuanya ketika masih berada di rumah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain, sebaiknya dapat menggali lebih dalam mengenai permasalahan yang ada di panti asuhan. Selain itu sebaiknya peneliti lain lebih cermat dalam memilih karakteristik subjek dan tempat yang akan diteliti.


(3)

103

Menggunakan banyak literatur dan sumber referensi ketika sedang melakukan analisis data yang diperoleh.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. dan Asrori. 2011. Psikologi Remaja - Perkembangan Peserta Didik. Cetakan ketujuh. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dariyo, Agoes, 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Galia Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Sosial Republik Indonesia. 1997. Panduan Pelaksanaan Pembinaan

Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta:

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak.

Dinas Sosial Republik Indonesia. 2004. Panduan Pelaksanaan Pembinaan

Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta:

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak.

Fahmi, M. 1982. At-Takayyuf Annafsiy (Alih bahasa Zakiah Daradjat). Jakarta: Bulan Bintang.

Febriasari, Ayu. 2007. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian

Diri Remaja di Panti Asuhan Al-Basri Semarang. Skripsi. Semarang.

[Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/36996268/22/Penyesuaian-Diri-Remaja-di-Panti-Asuhan (15 Oktober 2011).

Hartini, N. 2001. “Deskripsi kebutuhan Psikologi Pada Anak Panti Asuhan”.

Insan Media Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 109-118.

Haryono. 2009. Tugas Perkembangan remaja. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/tugas-perkembangan-remaja/ (15 Oktober 2012).


(5)

104

_______________ 2007. Child Development (6th edition) [Alih Bahasa Meitas Sari T dan Muslihcah Z]. Jakarta : Erlangga.

Hutabarat, D.B. 2004. Penyesuaian Diri Perempuan Pekerja Seks dalam

Kehidupan Sehari-hari. Arkhe (Jurnal Ilmiah Psikologi). Vol9. No2.

Halaman 70-81.

Kartono, K. 2000. Hygien Mental. Bandung: Mandar Maju.

Kawai. 2009. Membantu Penyesuaian Diri Siswa Dalam Pemilihan Karier

Melalui Bimbinga Kelompok. [Online]. Tersedia:

http://asrikawai- kawai.blogspot.com/2009/10/membantu-penyesuaian-diri-siswa-dalam.html (10 Desember 2011).

Ludi, A. 2010. Penyesuaian Diri Remaja. [Online]. Tersedia:

http://ludiagungwahyudi.blogspot.com/2010/12/penyesuaian-diri-remaja.html (10 Desember 2011).

Marlina, Rina. 2010. Pengembangan Program Konseling Kelompok Untuk

Meningkatkan Penyesuaian Diri Mahasiswa Tingkat Pertama. Tesis.

Perpustakaan Upi. Bandung. Tidak diterbitkan.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mutadin, Zainun. 2002. Penyesuaian Diri Remaja. [Online]. Tersedia: http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=390 (22 Oktober 2011).

Nurul H. 2009. Perbedaaan penyesuaian sosial remaja yang tinggal bersama

dengan orang tua dengan remaja yang tinggal di pondok pesantren (Di Madrasah Aliyah Ahlusunnah Waljama'ah. Sumenep Madura). Skirpsi.

Malang. [Online]. Tersedia:


(6)

Permata, Devi surya. 2010. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Teknik

Penerapan Disiplin Dengan Penyesuaian Sosial (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. Skripsi. UNISBA.

Bandung. Tidak diterbitkan.

Rinaldi. 2010. Resiliensi pada Masyarakat padang ditinjau dari jenis kelamin. Jurnal Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 102.

Santrock, J.W. 1998. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

____________ 2003. Adolesence Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Sari, A. D. Cipta. 2012. Hubungan Antara Persepsi Remaja Panti Asuhan Terhadap Metode Disiplin Dengan Penyesuaian Sosial : Studi Deskriptif Pada Remaja Panti Asuhan Tambatan Hati Bandung. Skripsi. UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Schneider, A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. NewYork: Holt, Rinehart and Winston.

Seminum, Y. 2006. Kesehatan Mental 1 – Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental Serta Teori-Teori yang Terkait.

Yogyakarta: Kanisius.

Sudarman A.2010. Kesepian pada Remaja Yang Tinggal di Panti Asuhan (Studi

Kasus). E-jurnal Psikologi Gunadarma. Vol 1. Hal 15-16.

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDY KASUS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU MUHAMMADIYAH KLATEN).

0 2 21

PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDY KASUS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU MUHAMMADIYAH KLATEN).

0 2 15

BAB 1 Pendahuluan PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDY KASUS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU MUHAMMADIYAH KLATEN).

0 2 9

PROSES PENCARIAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN Proses Pencarian Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Di Surakarta.

0 1 19

PROSES PENCARIAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DI Proses Pencarian Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Di Surakarta.

0 1 20

KONSEP DIRI REMAJA BERPRESTASI YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN KONSEP DIRI REMAJA BERPRESTASI YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN.

0 0 16

PENDAHULUAN KONSEP DIRI REMAJA BERPRESTASI YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN.

0 0 10

Studi Diferensial Mengenai Self-Compassion pada Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan dan Remaja yang Tinggal dengan Orang Tua (Penelitian terhadap Remaja Panti Asuhan "X" dan Remaja di Cianjur).

1 1 35

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DENGAN REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

0 0 15

Perbedaan konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan dan remaja yang tinggal di rumah bersama orang tua - USD Repository

0 0 93