Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)
14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman obat tradisional telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
untuk menanggulangi beberapa penyakit. Penggunaan obat tradisional tersebut
secara luas telah dirasakan oleh masyarakat (Nugroho, 2011). Obat alami
digunakan karena banyak dijumpai efek samping yang tidak dikehendaki akibat
penggunaan obat kimia (Hardono, 1997). Salah satu tanaman Indonesia yang
dapat digunakan adalah buah manggis (Garcinia mangostana L.), terutama
pemanfaatan kulit buah. Manggis merupakan salah satu buah favorit yang
digemari oleh masyarakat Indonesia. Kulit buah manggis yang dibuang, dapat
dikembangkan sebagai obat (Nugroho, 2011).
Penelitian fitokimia menunjukkan bahwa kulit buah manggis kaya akan
xanthon yang mempunyai berbagai aktivitas biologi seperti antioksidan, anti
bakteri, anti jamur, anti tumor, anti agregasi platelet dan anti trombotik (Mukti,
2013). Buah manggis mengadung katekin, potasium, kalsium, fosfor, besi,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C dan xanthon (Yatman, 2012).
Menurut Moongkardi dkk. (2004) dalam Mukti (2013) ekstrak kulit buah
manggis merupakan antioksidan kuat yang bekerja dengan cara menghambat
secara signifikan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) intraseluler. Di organ
hati radikal bebas dapat menyebabkan gangguan integritas membran hepatosit
sehingga menyebabkan berbagai enzim dari hepatosit keluar, antara lain Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Piruvic
Transaminase (SGPT). Enzim SGPT dan SGOT yang keluar dari hepatosit
meningkat kadarnya dalam serum sehingga dapat menjadi indikator kerusakan
hepar (Handoko, 2005).
Selain dari hasil metabolisme makanan, radikal bebas dipengaruhi oleh
faktor lingkungan luar, misalnya asap rokok, bahan kimia toksik, polusi udara,
Universitas Sumatera Utara
15
dan radiasi. Salah satu sumber radikal bebas yang berasal dari senyawa toksik
adalah karbon tetraklorida (Nurdiana dkk. 2011).
Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan salah satu senyawa kimia
diproduksi dalam jumlah besar untuk digunakan dalam berbagai industri antara
lain industri refrigerant, bahan bakar, alat pemadam kebakaran, agricultural
fumigant, pestisida, cat, tinta, bahan pelarut aspal, karet, minyak, dan lemak,
bahan tambahan pada bensin. The National Toxicology Program’s fifth Annual
Report on Carcinogen menyatakan bahwa CCl4 adalah senyawa kimia yang harus
diantisipasi karena dapat mengakibatkan karsinogen dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel hati (Junieva 2006; Jakatama, 2009).
Kerusakan oksidatif terhadap struktur biologi yang disebabkan oleh
radikal bebas dapat dibatasi dengan adanya antioksidan yang berfungsi sebagai
penangkap (scavenger) dan pemutus reaksi berantai radikal bebas. Antioksidan
merupakan agensia yang efisien dalam mencegah peroksidasi lipid dan
melindungi sel melawan stres oksidatif yang dimediasi oleh Reactive Oxygen
Species (Nurdiana dkk. 2011).
Menurut Wahyuni (2005), jika sel hati mengalami kerusakan maka enzim
SGPT dan SGOT yang ada di dalam sel hepar akan keluar dan masuk ke dalam
peredaran darah sehingga jumlah enzim SGPT dan SGOT dalam darah
meningkat. Peningkatan enzim SGPT dan SGOT dapat disebabkan oleh efek
toksik dari obat-obatan, alkohol dan pada penyakit kanker hati. Kerusakan hati
akan mengakibatkan terganggunya metabolisme bilirubin (substansi yang
diproduksi pecahan sel darah merah), yang akan menyebabkan warna kuning pada
mata dan kulit, demam, cepat lelah dan pusing.
Gangguan hati akan mengakibatkan masa hidup eritrosit yang memendek,
pendarahan dan berkurangnya kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi
sel darah merah (Gultom, 2003). Menurut Fauziah dkk. (2013), kandungan
senyawa xanthone
dan flavonoid yang terdapat pada kulit buah manggis
merupakan senyawa aktif
dan bersifat antioksidan yang bersifat sebagai
immunomodulator, sehingga bisa menstabilkan dan membantu pembentukan
eritrosit di dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
16
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, sejauh ini belum diketahui
pengaruh kandungan dari ekstrak kulit manggis terhadap fungsi hati, jumlah sel
darahmerah dan kadar hemoglobin pada tikus yang dipapari karbon tetraklorida,
sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk menguji pengaruh ekstrak kulit
manggis (Garcinia mangostana L.) yang mengandung senyawa flavonoid xanthon
yang memiliki sifat sebagai antioksidan, diduga dapat menangkap radikal bebas
dan mengurangi atau meniadakan efek toksik dari karbon tetraklorida.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi gambaran morfologi hati?
b. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi kadar SGPT dan SGOT?
c. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi kuantitas sel darah merah dan kadar
Hb?
d. Apakah pemberian ekstrak kulit manggis mempengaruhi kadar SGPT dan
SGOT?
e. Apakah pemberian ekstrak kulit manggis mempengaruhi kuantitas sel darah
merah?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap morfologi hati.
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap kadar SGPT dan SGOT.
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap kuantitas sel darah
merah dan kadar Hb.
d. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap kadar
SGPT dan SGOT.
e. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap
kuantitas sel darah merah dan kadar Hb.
Universitas Sumatera Utara
17
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a. Karbon tetraklorida mempengaruhi morfologi hati.
b. Karbon tetraklorida meningkatkan kadar SGPT dan SGOT.
c. Karbon tetraklorida menurunkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan
kadar hemoglobin.
d. Ekstrak kulit manggis menurunkan kadar SGPT dan SGOT.
e. Ekstrak kulit manggis
meningkatkan jumlah sel darah merah dan
meningkatkan kadar Hb.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang pengaruh CCl4 terhadap
kesehatan terutama hati dan kuantitas sel darah merah.
b. Sebagai sumber referensi untuk peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman obat tradisional telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
untuk menanggulangi beberapa penyakit. Penggunaan obat tradisional tersebut
secara luas telah dirasakan oleh masyarakat (Nugroho, 2011). Obat alami
digunakan karena banyak dijumpai efek samping yang tidak dikehendaki akibat
penggunaan obat kimia (Hardono, 1997). Salah satu tanaman Indonesia yang
dapat digunakan adalah buah manggis (Garcinia mangostana L.), terutama
pemanfaatan kulit buah. Manggis merupakan salah satu buah favorit yang
digemari oleh masyarakat Indonesia. Kulit buah manggis yang dibuang, dapat
dikembangkan sebagai obat (Nugroho, 2011).
Penelitian fitokimia menunjukkan bahwa kulit buah manggis kaya akan
xanthon yang mempunyai berbagai aktivitas biologi seperti antioksidan, anti
bakteri, anti jamur, anti tumor, anti agregasi platelet dan anti trombotik (Mukti,
2013). Buah manggis mengadung katekin, potasium, kalsium, fosfor, besi,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C dan xanthon (Yatman, 2012).
Menurut Moongkardi dkk. (2004) dalam Mukti (2013) ekstrak kulit buah
manggis merupakan antioksidan kuat yang bekerja dengan cara menghambat
secara signifikan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) intraseluler. Di organ
hati radikal bebas dapat menyebabkan gangguan integritas membran hepatosit
sehingga menyebabkan berbagai enzim dari hepatosit keluar, antara lain Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Piruvic
Transaminase (SGPT). Enzim SGPT dan SGOT yang keluar dari hepatosit
meningkat kadarnya dalam serum sehingga dapat menjadi indikator kerusakan
hepar (Handoko, 2005).
Selain dari hasil metabolisme makanan, radikal bebas dipengaruhi oleh
faktor lingkungan luar, misalnya asap rokok, bahan kimia toksik, polusi udara,
Universitas Sumatera Utara
15
dan radiasi. Salah satu sumber radikal bebas yang berasal dari senyawa toksik
adalah karbon tetraklorida (Nurdiana dkk. 2011).
Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan salah satu senyawa kimia
diproduksi dalam jumlah besar untuk digunakan dalam berbagai industri antara
lain industri refrigerant, bahan bakar, alat pemadam kebakaran, agricultural
fumigant, pestisida, cat, tinta, bahan pelarut aspal, karet, minyak, dan lemak,
bahan tambahan pada bensin. The National Toxicology Program’s fifth Annual
Report on Carcinogen menyatakan bahwa CCl4 adalah senyawa kimia yang harus
diantisipasi karena dapat mengakibatkan karsinogen dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel hati (Junieva 2006; Jakatama, 2009).
Kerusakan oksidatif terhadap struktur biologi yang disebabkan oleh
radikal bebas dapat dibatasi dengan adanya antioksidan yang berfungsi sebagai
penangkap (scavenger) dan pemutus reaksi berantai radikal bebas. Antioksidan
merupakan agensia yang efisien dalam mencegah peroksidasi lipid dan
melindungi sel melawan stres oksidatif yang dimediasi oleh Reactive Oxygen
Species (Nurdiana dkk. 2011).
Menurut Wahyuni (2005), jika sel hati mengalami kerusakan maka enzim
SGPT dan SGOT yang ada di dalam sel hepar akan keluar dan masuk ke dalam
peredaran darah sehingga jumlah enzim SGPT dan SGOT dalam darah
meningkat. Peningkatan enzim SGPT dan SGOT dapat disebabkan oleh efek
toksik dari obat-obatan, alkohol dan pada penyakit kanker hati. Kerusakan hati
akan mengakibatkan terganggunya metabolisme bilirubin (substansi yang
diproduksi pecahan sel darah merah), yang akan menyebabkan warna kuning pada
mata dan kulit, demam, cepat lelah dan pusing.
Gangguan hati akan mengakibatkan masa hidup eritrosit yang memendek,
pendarahan dan berkurangnya kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi
sel darah merah (Gultom, 2003). Menurut Fauziah dkk. (2013), kandungan
senyawa xanthone
dan flavonoid yang terdapat pada kulit buah manggis
merupakan senyawa aktif
dan bersifat antioksidan yang bersifat sebagai
immunomodulator, sehingga bisa menstabilkan dan membantu pembentukan
eritrosit di dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
16
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, sejauh ini belum diketahui
pengaruh kandungan dari ekstrak kulit manggis terhadap fungsi hati, jumlah sel
darahmerah dan kadar hemoglobin pada tikus yang dipapari karbon tetraklorida,
sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk menguji pengaruh ekstrak kulit
manggis (Garcinia mangostana L.) yang mengandung senyawa flavonoid xanthon
yang memiliki sifat sebagai antioksidan, diduga dapat menangkap radikal bebas
dan mengurangi atau meniadakan efek toksik dari karbon tetraklorida.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi gambaran morfologi hati?
b. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi kadar SGPT dan SGOT?
c. Apakah pemberian CCl4 mempengaruhi kuantitas sel darah merah dan kadar
Hb?
d. Apakah pemberian ekstrak kulit manggis mempengaruhi kadar SGPT dan
SGOT?
e. Apakah pemberian ekstrak kulit manggis mempengaruhi kuantitas sel darah
merah?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap morfologi hati.
b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap kadar SGPT dan SGOT.
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian CCl4 terhadap kuantitas sel darah
merah dan kadar Hb.
d. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap kadar
SGPT dan SGOT.
e. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap
kuantitas sel darah merah dan kadar Hb.
Universitas Sumatera Utara
17
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
a. Karbon tetraklorida mempengaruhi morfologi hati.
b. Karbon tetraklorida meningkatkan kadar SGPT dan SGOT.
c. Karbon tetraklorida menurunkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan
kadar hemoglobin.
d. Ekstrak kulit manggis menurunkan kadar SGPT dan SGOT.
e. Ekstrak kulit manggis
meningkatkan jumlah sel darah merah dan
meningkatkan kadar Hb.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang pengaruh CCl4 terhadap
kesehatan terutama hati dan kuantitas sel darah merah.
b. Sebagai sumber referensi untuk peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara