Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)
18
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Karbon tetraklorida (CCl4)
Karbon tetraklorida (CCl4) termasuk hidrokarbon alifatik tidak berwarna, mudah
menguap dan berbau tajam seperti eter, kelarutannya dalam air rendah dan tidak
mudah terbakar. Senyawa CCl4 diketahui bisa merusak lapisan ozon, ada bukti
yang kuat bahwa toksisitas CCl4 meningkat apabila berinteraksi dengan alkohol
dan keton sehingga peminum alkohol mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya kerusakan hati dan ginjal akibat CCl4,. Senyawa CCl4 masuk kedalam
tubuh bisa secara inhalasi, ingesti dan kontak langsung dengan kulit. Efek toksik
jangka pendek dan jangka panjang akan menyebabkan kerusakan otak, hepar,
ginjal, paru dan pada beberapa kasus bisa menyebabkan kematian (Junieva, 2006).
Manifestasi kerusakan hati yang disebabkan oleh karbon tetraklorida
terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobular dan akhirnya sirosis.
Keracunan akut karbon tetraklorida juga dapat menyebabkan sistem saraf pusat
(SSP), depresi serta efek gastrointestinal dan neurologis seperti mual, muntah,
sakit perut, diare, sakit kepala, pusing, dikoordinasi, gangguan berbicara,
kebingungan, anestesi, kelelahan (Tappi dkk. 2003). Senyawa CCl4 pertama kali
ditemukan pada tahun 1849 kemudian digunakan sebagai bahan anastesi dan
antihelminth dalam pengobatan terhadap cacing tambang (Surya, 2009).
Karbon tetraklorida banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri.
Karbon tetraklorida merusak hampir semua sel dalam tubuh, termasuk sistem
saraf pusat, hati, ginjal, dan pembuluh darah. Tanda dan gejala kerusakan hati
oleh CCl4 dapat terlihat setelah 2 sampai 3 hari (Haki, 2009). Toksisitas CCl4
tidak disebabkan oleh molekul CCl4 itu sendiri, tetapi adanya konversi molekul
CCl4 menjadi radikal bebas CCl3ˉ oleh sitokrom P450, radikal bebas CCl3ˉ akan
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometil peroksida (CCl3O2ˉ )
yang sangat reaktif, radikal bebas tersebut akan bereaksi dengan asam lemak tak
jenuh ganda yang merupakan komponen penting dari membran sel yang bila
Universitas Sumatera Utara
19
terserang radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi lipid yang selanjutnya
akan mengubah struktur dan fungsi membran sel. Permeabilitas membran sel akan
meningkat yang selanjutnya diikuti oleh influks massif kalsium dan adanya
kematian sel (Robins & Kumar, 1992).
2.2 Tanaman Manggis
Manggis merupakan tumbuhan berupa pohon, yang memiliki tinggi hingga 15
meter. Mempunyai batang berkayu, bulat, tegak bercabang simodial dan berwarna
hijau kotor. Berdaun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris
hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, diketiak daun. Buah seringkali, bersalut
lemak berdiameter 6-8 cm . Biji bulat berdiameter 2 cm, dalam satu buah terdapat
5-7 biji (Hutapea, 1994).
Klasifikasi tanaman Manggis yaitu
Kingdom
Divisi
Sub-divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
Manggis
:Plantae
:Spermatophyte
:Angiospermae
:Dicotyledoneae
:Guttiferanales
:Guttiferae
:Garcinia
:Garcinia mangostana L.
berasal dari hutan tropis
dikawasan Asia tenggara, yaitu dari
Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Dari Asia Tenggara,
menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka,
Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australis Utara (Arsana, 2014).
2.3 Kandungan Kimia Kulit Manggis
Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini terus meningkat. Hal
ini disebabkan oleh adanya anggapan dari sebagian besar masyarakat bahwa
penggunaan tanaman obat tradisonal tidak menimbulkan efek samping. Salah satu
tanaman yang berkhasiat untuk obat adalah kulit manggis (Garcinia mangostana
L.) dikenal sebagai “The Queen of Tropical Fruit” karena keistimewaan dan
berbagai khasiat yang dimiliki. Selain sebagai antiluka, ekstrak kulit buah
Universitas Sumatera Utara
20
manggis memiliki berbagai aktivitas seperti antioksidan, antitumor, antialergi,
antiinflamasi, antibakteri, serta antiviru, pengobatan diare dan disentri (Chaverri
et al. 2008). Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat
Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan Indonesia dan Malaysia. Salah satu kandungan kimia
kulit manggis adalah xanthone (Oktaviani, 2013).
Menurut Clarinta (2014), bahwa ekstrak kulit manggis mampu memberikan
efek protektif terhadap hepar yang diinduksi oleh rifampisin yaitu pengiduksi
enzim sitokrom P 450 yang mengakibatkan proses inflamasi dan mekanisme
stress oksidatif yang menghasilkan radikal bebas. Menurut Ruslami (2010)
menyatakan bahwa immunomodulator adalah senyawa yang dapat menormalkan
atau mengoptimalkan kerja sistem imun sehingga komponen dalam darah stabil,
dan menurut
Fauziah dkk. (2013), menyatakan bahwa kelebihan senyawa
xanthone pada kulit buah manggis dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
menurunkan tingkat depresi dan menstabilkan fungsi jaringan dalam tubuh.
Senyawa xanthone berperan dalam mempercepat pembentukan eritrosit dalam
darah yang berhubungan dengan proses hematopoetik. Menurut Handoko (2005),
flavonoid berfungsi sebagai antioksidan. Flavonoid diduga berpengaruh dalam
menghambat kerusakan hepar dengan cara mengikat radikal bebas sehingga
dampaknya terhadap hepar berkurang.
Menurut Alviventiasari (2012) bahwa asam askorbat yang lebih dikenal
dengan vitamin C dapat meningkatkan jumlah eritrosit melalui aktivasi enzim
katalase. Asam askorbat atau vitamin C memiliki peran yang sangat penting
sebagai koenzim dan pendonor elektron di dalam reaksi organik enzimatik
dioksigenase seperti hidroksilasi disamping hal-hal tersebut ternyata
kulit
manggis juga mengandung banyak antioksidan yang tinggi dengan aktivitas yang
kuat, selain itu juga disebutkan bahwa manggis memiliki kandungan berbagai
jenis vitamin yang penting bagi tubuh seperti Besi, Serat, Kalsium, Vitamin C,
Kalium, Vitamin B2, Protein, tannin, Fosforus, Natrium, Vitamin B1, Niasin.
Buah manggis dengan anti oksidannya yang terdapat pada kulitnya dikenal
sebagai anti oksidan yang efektif, karena mengandung senyawa biologi xanthon
(Sitiatava, 2011).
Universitas Sumatera Utara
21
2.4 Karakteristik Darah
Darah adalah jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan
dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan
lebih kental. Darah memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45).
Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung
pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5
liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada
perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding
terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi
sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektroniknya (Sloane, 2003).
Sel darah ada tiga yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah menyusun sedikitnya
45% dari total volume darah, sedangkan sel darah putih yang tersusun atas
neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit menyusun kurang dari 1% dari
seluruh total volume darah (Sloane, 2003). Nilai normal hematokrit tergantung
jenis kelamin. Menurut Smith
& Mangkoewidjojo
(1988), rata-rata jumlah
eritrosit mencit normal adalah berkisar 4x106 – 6x106 butir/mm3, Jumlah eritrosit
total pada tikus putih berkisar antara 7,2-9,6 juta/mm3 dan kadar hemoglobin
normal pada mencit berkisar antara 10-14 gr/dL dan Kadar hemoglobin normal
pada tikus putih antara 15-16 g/dL.
Menurut Shier et al. (2002) dalam Ganong (1979) eritrosit adalah sel yang
berukuran kecil dan berdiameter kira-kira 7,5 μm. Sel ini berbentuk lempeng
bikonkaf yang artinya tipis di bagian tengah dan tebal di bagian pinggir. Bentuk
khusus eritrosit ini merupakan adaptasi fungsi sel darah merah yaitu dalam
mentranspor gas. Bentuknya menyebabkan luas permukaan menjadi lebih besar di
mana gas-gas dapat berdifusi. Pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per
milliliter kubik adalah 46 x 105 – 62 x 105 dan pada wanita normal 42 x 105 – 54 x
105 Jumlah sel darah merah biasanya naik setelah beberapa hari melakukan latihan
berat atau jika sedang berada di tempat yang lebih tinggi karena kenaikan jumlah
oksigen yang dibutuhkan.
Pembentukan eritrosit merupakan subyek dari kontrol umpan balik.
Pembentukannya dihambat oleh kenaikan level sirkulasi sel darah merah terhadap
Universitas Sumatera Utara
22
nilai supernormal dan distimulasi oleh anemia, juga distimulasi oleh hipoksia dan
kenaikan pada jumlah sel darah merah yang bersirkulasi merupakan ciri umum
karena aklimatisasi ketinggian (Ganong, 1979). Setiap eritrosit mengandung
sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat
oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah
molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Di dalam globin terdapat hem
yang mengandung zat besi dan hem berperan dalam proses pewarnaan darah
(Sloane, 2003).
Menurut Patimah (2007) bahwa zat besi merupakan prekursor yang sangat
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit).
Defisiensi zat besi penyebab utama anemia gizi dibanding dengan defisiensi zat
gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan trace elements
lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari yang
kurang, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat
yang menghambat penyerapan zat besi, dan parasit di dalam tubuh seperti cacing
tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakaan
atau operasi (Wirakusumah, 1998).
2.5 Deskripsi umum hati
Hati adalah organ terbesar kedua di tubuh dan kelenjar terbesar, dengan berat
sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati
merupakan organ sensitif.Salah satu fungsinya yang penting adalah melindungi
tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar,
seperti obat tertentu. Sebagian besar obat masuk melalui saluran cerna, dan hati
terletak diantara permukaan absortif dari saluran cerna dan organ target obat
dimana hati berperan sentral dalam metabolisme obat. Obat-obatan merupakan
bahan kimia yang sangat mungkin mempengaruhi fungsi organ dalam tubuh,
terutama hati.Istilah yang digunakan untuk obat penyebab kerusakan hati disebut
obat penginduksi kerusakan hati’ (drug induced liver injury), sedangkan efeknya
disebut hepatotoksik atau toksik ke hati (Julita, 2012 dalam Clarianta & Fiana
2014).
Universitas Sumatera Utara
23
Semua bahan kimia yang dikonsumsi, akan mengalami berbagai proses dalam
tubuh, di antaranya adalah proses metabolisme di hati. Jika sel-sel hati terpapar
oleh zat yang bersifat toksis dalam dosis dan waktu tertentu, maka sel-sel hati
dapat mengalami kerusakan, sehingga enzim-enzim yang terdapat di dalam sel
akan terlepas dan kadarnya dalam darah akan meningkat. Perubahan kadar enzimenzim hati ini dalam darah dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk
mengetahui adanya kerusakan pada hati (Arfeliana, 2010). Gangguan hati dapat
ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT, laktat dehidrogenase, kadar
bilirubin serum, serta pepanjangan masa protombin (Wilmana, 1995).
2.6 Serum Glutamic Piruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetik
Transaminase
Hati merupakan organ pertama yang dicapai oleh obat-obatan dan zat lain yang
diabsorbsi usus melalui vena porta, sehingga hepar adalah tempat utama
metabolisme dan detoksifikasi (Minckler, 1991 dalam Lisdiana, 2004). Enzim
SGPT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam
mendiagnosis kerusakan hepatoseluler. Kadar SGPT dapat lebih tinggi dari kadar
sekelompok transaminase lainnya dalam kasus kerusakan hati akibat penggunaan
obat atau zat kimia (Surya, 2009). Enzim SGOT SGPT merupakan dua enzim
transaminase yang dihasilkan oleh sel-sel hati dalam peningkatan SGOT dan
SGPT mengindikasikan adanya kerusakan sel-sel hati, karena kedua enzim ini
meningkat
terlebih dahulu dan meningkat drastis bila dibandingkan dengan
enzim-enzim lain ketika terjadi kerusakan sel-sel hepar (Fajariyah dkk. 2010).
Kadar enzim SGOT dan SGPT normal pada mencit yaitu SGOT 23,2 - 48,4
U/Ldan SGPT 2,1 – 23,8 U/L (Arfeliana, 2010), kadar normal SGOT tikus putih
adalah 141 ± 67,4 U/Ldan kadar normal SGPT tikus putih adalah 12,6 ±4,40 U/L,
Kadar enzim SGPT normal pada manusia yaitu berkisar antara 3 sampai dengan
45 U/L, sedangkan SGOT yang dianggap normal adalah 8 sampai dengan 33 U/L
( Fajariyah dkk. 2010). Radikal bebas akan menyebabkan gangguan integritas
membran hepatosit sehingga menyebabkan keluarnya berbagai enzim dari
hepatosit, antara lain SGOT dan SGPT, sehingga dapat menjadi indikator
kerusakan hepar (Handoko, 2005).
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Karbon tetraklorida (CCl4)
Karbon tetraklorida (CCl4) termasuk hidrokarbon alifatik tidak berwarna, mudah
menguap dan berbau tajam seperti eter, kelarutannya dalam air rendah dan tidak
mudah terbakar. Senyawa CCl4 diketahui bisa merusak lapisan ozon, ada bukti
yang kuat bahwa toksisitas CCl4 meningkat apabila berinteraksi dengan alkohol
dan keton sehingga peminum alkohol mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya kerusakan hati dan ginjal akibat CCl4,. Senyawa CCl4 masuk kedalam
tubuh bisa secara inhalasi, ingesti dan kontak langsung dengan kulit. Efek toksik
jangka pendek dan jangka panjang akan menyebabkan kerusakan otak, hepar,
ginjal, paru dan pada beberapa kasus bisa menyebabkan kematian (Junieva, 2006).
Manifestasi kerusakan hati yang disebabkan oleh karbon tetraklorida
terlihat berupa infiltrasi lemak, nekrosis sentrolobular dan akhirnya sirosis.
Keracunan akut karbon tetraklorida juga dapat menyebabkan sistem saraf pusat
(SSP), depresi serta efek gastrointestinal dan neurologis seperti mual, muntah,
sakit perut, diare, sakit kepala, pusing, dikoordinasi, gangguan berbicara,
kebingungan, anestesi, kelelahan (Tappi dkk. 2003). Senyawa CCl4 pertama kali
ditemukan pada tahun 1849 kemudian digunakan sebagai bahan anastesi dan
antihelminth dalam pengobatan terhadap cacing tambang (Surya, 2009).
Karbon tetraklorida banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri.
Karbon tetraklorida merusak hampir semua sel dalam tubuh, termasuk sistem
saraf pusat, hati, ginjal, dan pembuluh darah. Tanda dan gejala kerusakan hati
oleh CCl4 dapat terlihat setelah 2 sampai 3 hari (Haki, 2009). Toksisitas CCl4
tidak disebabkan oleh molekul CCl4 itu sendiri, tetapi adanya konversi molekul
CCl4 menjadi radikal bebas CCl3ˉ oleh sitokrom P450, radikal bebas CCl3ˉ akan
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometil peroksida (CCl3O2ˉ )
yang sangat reaktif, radikal bebas tersebut akan bereaksi dengan asam lemak tak
jenuh ganda yang merupakan komponen penting dari membran sel yang bila
Universitas Sumatera Utara
19
terserang radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi lipid yang selanjutnya
akan mengubah struktur dan fungsi membran sel. Permeabilitas membran sel akan
meningkat yang selanjutnya diikuti oleh influks massif kalsium dan adanya
kematian sel (Robins & Kumar, 1992).
2.2 Tanaman Manggis
Manggis merupakan tumbuhan berupa pohon, yang memiliki tinggi hingga 15
meter. Mempunyai batang berkayu, bulat, tegak bercabang simodial dan berwarna
hijau kotor. Berdaun tunggal, lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul tepi rata,
pertulangan menyirip, panjang 20-25 cm lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris
hijau. Bunga tunggal, berkelamin dua, diketiak daun. Buah seringkali, bersalut
lemak berdiameter 6-8 cm . Biji bulat berdiameter 2 cm, dalam satu buah terdapat
5-7 biji (Hutapea, 1994).
Klasifikasi tanaman Manggis yaitu
Kingdom
Divisi
Sub-divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
Manggis
:Plantae
:Spermatophyte
:Angiospermae
:Dicotyledoneae
:Guttiferanales
:Guttiferae
:Garcinia
:Garcinia mangostana L.
berasal dari hutan tropis
dikawasan Asia tenggara, yaitu dari
Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Dari Asia Tenggara,
menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka,
Malagasi, Karibia, Hawai, dan Australis Utara (Arsana, 2014).
2.3 Kandungan Kimia Kulit Manggis
Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini terus meningkat. Hal
ini disebabkan oleh adanya anggapan dari sebagian besar masyarakat bahwa
penggunaan tanaman obat tradisonal tidak menimbulkan efek samping. Salah satu
tanaman yang berkhasiat untuk obat adalah kulit manggis (Garcinia mangostana
L.) dikenal sebagai “The Queen of Tropical Fruit” karena keistimewaan dan
berbagai khasiat yang dimiliki. Selain sebagai antiluka, ekstrak kulit buah
Universitas Sumatera Utara
20
manggis memiliki berbagai aktivitas seperti antioksidan, antitumor, antialergi,
antiinflamasi, antibakteri, serta antiviru, pengobatan diare dan disentri (Chaverri
et al. 2008). Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh masyarakat
Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan
Asia Tenggara, yaitu hutan Indonesia dan Malaysia. Salah satu kandungan kimia
kulit manggis adalah xanthone (Oktaviani, 2013).
Menurut Clarinta (2014), bahwa ekstrak kulit manggis mampu memberikan
efek protektif terhadap hepar yang diinduksi oleh rifampisin yaitu pengiduksi
enzim sitokrom P 450 yang mengakibatkan proses inflamasi dan mekanisme
stress oksidatif yang menghasilkan radikal bebas. Menurut Ruslami (2010)
menyatakan bahwa immunomodulator adalah senyawa yang dapat menormalkan
atau mengoptimalkan kerja sistem imun sehingga komponen dalam darah stabil,
dan menurut
Fauziah dkk. (2013), menyatakan bahwa kelebihan senyawa
xanthone pada kulit buah manggis dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
menurunkan tingkat depresi dan menstabilkan fungsi jaringan dalam tubuh.
Senyawa xanthone berperan dalam mempercepat pembentukan eritrosit dalam
darah yang berhubungan dengan proses hematopoetik. Menurut Handoko (2005),
flavonoid berfungsi sebagai antioksidan. Flavonoid diduga berpengaruh dalam
menghambat kerusakan hepar dengan cara mengikat radikal bebas sehingga
dampaknya terhadap hepar berkurang.
Menurut Alviventiasari (2012) bahwa asam askorbat yang lebih dikenal
dengan vitamin C dapat meningkatkan jumlah eritrosit melalui aktivasi enzim
katalase. Asam askorbat atau vitamin C memiliki peran yang sangat penting
sebagai koenzim dan pendonor elektron di dalam reaksi organik enzimatik
dioksigenase seperti hidroksilasi disamping hal-hal tersebut ternyata
kulit
manggis juga mengandung banyak antioksidan yang tinggi dengan aktivitas yang
kuat, selain itu juga disebutkan bahwa manggis memiliki kandungan berbagai
jenis vitamin yang penting bagi tubuh seperti Besi, Serat, Kalsium, Vitamin C,
Kalium, Vitamin B2, Protein, tannin, Fosforus, Natrium, Vitamin B1, Niasin.
Buah manggis dengan anti oksidannya yang terdapat pada kulitnya dikenal
sebagai anti oksidan yang efektif, karena mengandung senyawa biologi xanthon
(Sitiatava, 2011).
Universitas Sumatera Utara
21
2.4 Karakteristik Darah
Darah adalah jaringan ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan
dibawa dalam matriks cairan (plasma). Darah lebih berat dibandingkan air dan
lebih kental. Darah memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45).
Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung
pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5
liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada
perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding
terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi
sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektroniknya (Sloane, 2003).
Sel darah ada tiga yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah menyusun sedikitnya
45% dari total volume darah, sedangkan sel darah putih yang tersusun atas
neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit dan monosit menyusun kurang dari 1% dari
seluruh total volume darah (Sloane, 2003). Nilai normal hematokrit tergantung
jenis kelamin. Menurut Smith
& Mangkoewidjojo
(1988), rata-rata jumlah
eritrosit mencit normal adalah berkisar 4x106 – 6x106 butir/mm3, Jumlah eritrosit
total pada tikus putih berkisar antara 7,2-9,6 juta/mm3 dan kadar hemoglobin
normal pada mencit berkisar antara 10-14 gr/dL dan Kadar hemoglobin normal
pada tikus putih antara 15-16 g/dL.
Menurut Shier et al. (2002) dalam Ganong (1979) eritrosit adalah sel yang
berukuran kecil dan berdiameter kira-kira 7,5 μm. Sel ini berbentuk lempeng
bikonkaf yang artinya tipis di bagian tengah dan tebal di bagian pinggir. Bentuk
khusus eritrosit ini merupakan adaptasi fungsi sel darah merah yaitu dalam
mentranspor gas. Bentuknya menyebabkan luas permukaan menjadi lebih besar di
mana gas-gas dapat berdifusi. Pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per
milliliter kubik adalah 46 x 105 – 62 x 105 dan pada wanita normal 42 x 105 – 54 x
105 Jumlah sel darah merah biasanya naik setelah beberapa hari melakukan latihan
berat atau jika sedang berada di tempat yang lebih tinggi karena kenaikan jumlah
oksigen yang dibutuhkan.
Pembentukan eritrosit merupakan subyek dari kontrol umpan balik.
Pembentukannya dihambat oleh kenaikan level sirkulasi sel darah merah terhadap
Universitas Sumatera Utara
22
nilai supernormal dan distimulasi oleh anemia, juga distimulasi oleh hipoksia dan
kenaikan pada jumlah sel darah merah yang bersirkulasi merupakan ciri umum
karena aklimatisasi ketinggian (Ganong, 1979). Setiap eritrosit mengandung
sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat
oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel. Hemoglobin adalah
molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Di dalam globin terdapat hem
yang mengandung zat besi dan hem berperan dalam proses pewarnaan darah
(Sloane, 2003).
Menurut Patimah (2007) bahwa zat besi merupakan prekursor yang sangat
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel darah merah (eritrosit).
Defisiensi zat besi penyebab utama anemia gizi dibanding dengan defisiensi zat
gizi lain seperti asam folat, vitamin B12, protein, vitamin, dan trace elements
lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, anemia gizi zat besi disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain: kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari yang
kurang, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat
yang menghambat penyerapan zat besi, dan parasit di dalam tubuh seperti cacing
tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan banyak darah akibat kecelakaan
atau operasi (Wirakusumah, 1998).
2.5 Deskripsi umum hati
Hati adalah organ terbesar kedua di tubuh dan kelenjar terbesar, dengan berat
sekitar 1,5 kg. Organ ini terletak dalam rongga perut di bawah diafragma. Hati
merupakan organ sensitif.Salah satu fungsinya yang penting adalah melindungi
tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar,
seperti obat tertentu. Sebagian besar obat masuk melalui saluran cerna, dan hati
terletak diantara permukaan absortif dari saluran cerna dan organ target obat
dimana hati berperan sentral dalam metabolisme obat. Obat-obatan merupakan
bahan kimia yang sangat mungkin mempengaruhi fungsi organ dalam tubuh,
terutama hati.Istilah yang digunakan untuk obat penyebab kerusakan hati disebut
obat penginduksi kerusakan hati’ (drug induced liver injury), sedangkan efeknya
disebut hepatotoksik atau toksik ke hati (Julita, 2012 dalam Clarianta & Fiana
2014).
Universitas Sumatera Utara
23
Semua bahan kimia yang dikonsumsi, akan mengalami berbagai proses dalam
tubuh, di antaranya adalah proses metabolisme di hati. Jika sel-sel hati terpapar
oleh zat yang bersifat toksis dalam dosis dan waktu tertentu, maka sel-sel hati
dapat mengalami kerusakan, sehingga enzim-enzim yang terdapat di dalam sel
akan terlepas dan kadarnya dalam darah akan meningkat. Perubahan kadar enzimenzim hati ini dalam darah dapat digunakan sebagai suatu indikator untuk
mengetahui adanya kerusakan pada hati (Arfeliana, 2010). Gangguan hati dapat
ditandai dengan peningkatan kadar SGOT dan SGPT, laktat dehidrogenase, kadar
bilirubin serum, serta pepanjangan masa protombin (Wilmana, 1995).
2.6 Serum Glutamic Piruvic Transaminase dan Serum Glutamic Oxaloacetik
Transaminase
Hati merupakan organ pertama yang dicapai oleh obat-obatan dan zat lain yang
diabsorbsi usus melalui vena porta, sehingga hepar adalah tempat utama
metabolisme dan detoksifikasi (Minckler, 1991 dalam Lisdiana, 2004). Enzim
SGPT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam
mendiagnosis kerusakan hepatoseluler. Kadar SGPT dapat lebih tinggi dari kadar
sekelompok transaminase lainnya dalam kasus kerusakan hati akibat penggunaan
obat atau zat kimia (Surya, 2009). Enzim SGOT SGPT merupakan dua enzim
transaminase yang dihasilkan oleh sel-sel hati dalam peningkatan SGOT dan
SGPT mengindikasikan adanya kerusakan sel-sel hati, karena kedua enzim ini
meningkat
terlebih dahulu dan meningkat drastis bila dibandingkan dengan
enzim-enzim lain ketika terjadi kerusakan sel-sel hepar (Fajariyah dkk. 2010).
Kadar enzim SGOT dan SGPT normal pada mencit yaitu SGOT 23,2 - 48,4
U/Ldan SGPT 2,1 – 23,8 U/L (Arfeliana, 2010), kadar normal SGOT tikus putih
adalah 141 ± 67,4 U/Ldan kadar normal SGPT tikus putih adalah 12,6 ±4,40 U/L,
Kadar enzim SGPT normal pada manusia yaitu berkisar antara 3 sampai dengan
45 U/L, sedangkan SGOT yang dianggap normal adalah 8 sampai dengan 33 U/L
( Fajariyah dkk. 2010). Radikal bebas akan menyebabkan gangguan integritas
membran hepatosit sehingga menyebabkan keluarnya berbagai enzim dari
hepatosit, antara lain SGOT dan SGPT, sehingga dapat menjadi indikator
kerusakan hepar (Handoko, 2005).
Universitas Sumatera Utara