Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman yang semakin maju ini Indonesia sebagai Negara berkembang
tentunya ikut dalam pengaruh perkembangan zaman yang semakin maju. Seiring
dengan perkembangan zaman tersebut terjadinya perubahan yang berdampak
pada perkembangan masyarakat, perilaku, maupun pergeseran budaya dalam
masyarakat. Terlebih lagi pada era sekarang ini kondisi perekonomian yang caruk
maruk membuat kehidupan masyarakat semakin terpuruk dan berdampak negatif
terhadap perekonomian dan moral bangsa . Hal ini membuat orang melakukan apa
saja untuk memenuhi kehidupan mereka dan tidak segan-segan untuk berbuat
jahat. Kejahatan merupakan suatu fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat
dan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan mempunyai modus yang
berbeda-beda.
Sebab terjadinya kejahatan telah menjadi subjek yang cukup banyak
mengundang spekulasi, teoritisasi, penelitian dan perdebatan di antara para ahli
maupun masyarakat umum. 1 Sekarang ini penyebab terjadinya kejahatan tidak
hanya disebabkan oleh masalah ekonomi namun juga bisa disebabkan oleh faktor
yang membuat individu atau kelompok ingin membuktikan diri bahwa merekalah
yang terkuat dengan melakukan kejahatan yang membuat pelaku kejahatan tidak

lagi memikirkan akibat dan resiko dari perbuatannya tersebut. Bahkan sebagian

1

I.S. Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, Hal. v

pelaku kejahatan tidak lagi takut kepada aparat penegak hukum yang mengatur
keamanan dan ketertiban umum.
Kejahatan adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan barang
siapa yang melakukan sesuatu perbuatan yang melanggar undang- undang maka ia
akan dihukum. Selain itu kejahatan juga merupakan suatu bentuk dari pelanggaran
kaidah sosial. Pelanggaran ditentukan dalam batas nilai-nilai yang dijunjung
tinggi pada suatu masyarakat. Pada hampir segenap masyarakat dimana hidup dan
harta benda dinilai tinggi. 2
Permasalahan kejahatan yang terus terjadi patut untuk dikaji dan dibahas
lebih dalam lagi. Setiap harinya ada bermacam-macam tindak pidana yang terjadi
di negara ini dengan modus yang berbeda-beda. Akhir-akhir ini media massa
heboh memberitakan tentang aksi pencurian sepeda motor yang terjadi di kotakota besar di Indonesia. Kejahatan tentang pencurian sepeda motor ini adalah
“Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor”.
Adapun beberapa contoh kasus yang pernah terjadi yang diperoleh dari

media massa antara lain :
1.

Kasus begal kembali terjadi di Medan, kali ini terjadi di jalan Jamin Ginting
Padang Bulan Minggu (1/3/2015) sekira pukul 03.00 Wib, kejadian itu
bermula saat korban yang bernama Jaya (21) dan Andi (21) melintas dijalan
tersebut, tiba-tiba mereka dipepet 4 orang begal dengan mengenderai 2
sepeda motor yang kemudian menyuruh korban berhenti. Korban yang baru
pulang dari Berastagi itu pun tancap gas, namun para pelaku begal mengejar
2

Hal. 27

Soedjono Dirdjosiswoyo, Ruang Lingkup Kriminologi, Remaja Karya, Bandung, 1984,

mereka lalu menendang sepeda motor korban, kemudian korban terpelanting
ke aspal. Setelah terjatuh para begal mengambil sepeda motor korban dan
kabur. 3
2.


Puswandi (30) seorang pekerja bengkel oyong setelah dipukul pakai balok
oleh pelaku begal di di Jalan Irian Barat, Desa Sampali. Kejadian itu bermula
saat korban yang baru saja pulang dari rumah kekasihnya dengan
mengenderai sepeda motor jenis Honda Beat warna putih merah yang baru ia
beli. Korban yang tinggal di Jalan Irian Barat, Pasar 7, Desa Sampali, Kongsi
6, Percut Sei Tuan ini, saat ia melintas dia diikuti oleh 2 orang dengan
menggunakan sepeda motor jenis matik dari belakang, tiba-tiba korban
dipepet dan dipukul pakai balok dari belakang, seketika itu juga korban
terjatuh, bahkan dia mengaku sempat oyong. Dalam keadaan tak berdaya
kedua pelaku dengan leluasa membawa kabur sepeda motor korban. Selain
membawa kabur sepeda motor korban, para pelaku juga merampas dompet
korban yang berisi ATM dan surat berharga lainnya. 4

3.

Medan Polonia. Sekawanan begal motor, Rabu (27/5) malam dilaporkan
bersaksi di depan Kompleks Perumahan Malibu, Jalan DC Barito, Kecamatan
Medan Polonia. Dalam aksinya, para pelaku merampas tas seorang wanita
yang belum diketahui identitasnya. Informasi diperoleh, sebelum kejadian
korban hendak pulang ke rumahnya. Saat melintas di TKP, sepeda motor

korban dipepet oleh pelaku. Saat bersamaan, tas korban langsung ditarik
pelaku. Sambil terus melajukan sepeda motornya, korban memberikan
3
4

http://infomedan.net/kasus-begal-di-jamin-ginting-medan-merebak.html
http://infomedan.net/dipukul-pakai-balok-motor-yang-baru-dibeli-dilarikan-begal.html

perlawanan. Aksi tarik-menarik tas pun terjadi. Kalah tenaga, korban
kemudian terjatuh dari sepeda motornya. Melihat korban terjatuh, para pelaku
lalu turun dan mengambil tas dan sepeda motor korban kemudian kabur.
Sementara korban dibiarkan terkapar di aspal dengan luka serius di bagian
wajah, tangan dan kakinya. 5
4.

Medan Baru. 2 orang pelaku begal beraksi di Jalan Jamin Ginting, Padang
Bulan, Medan beberapa hari yang lalu, korbanya adalah Dony Nainggolan
(21). Saat itu korban dipepet 2 pelaku begal dengan mengenderai sepeda
motor jenis mio, setelah berhenti pelaku kemudian mengambil kunci kontak
korban dan menuduh korban adalah komplotan pembunuh yang sedang dicari

polisi. Lalu korban dibawa ke arah citra garden, disana korban diturunkan lalu
membawa kabur sepeda motor korban, sadar menjadi korban begal korban
kemudian melapor ke Polsek Medan Baru. 6

5.

Medan-andalas. Enam anggota kawanan begal motor bersenjata beraksi di
kawasan Pasar 10 Tembung, Kamis (9/4) sore. Dalam aksinya, selain
membawa kabur sepeda motor korban, para pelaku juga sempat melukai
korban. Kasus tersebut telah dilaporkan korban, Didit (21) ke Polsek Percut
Seitun. Dalam laporannya korban mengaku, dirampok enam orang pria
berboncengan 3 kereta ketika berada di Pasar 10 Tembung yang tak begitu
jauh dari rumahnya. Karena mencoba melawan korban sempat mendapatkan
luka tikaman di bagian kepala, kaki dan perutnya. Menurut pengakuannya,
peristiwa perampokan itu terjadi, Kamis (8/4) sekira pukul 23.00 WIB. Saat
5

http://harianandalas.com/kanal-hukum-kriminal/kawanan-begal-beraksi-di-medan-

polonia

6

http://infomedan.net/begal-ngaku-polisi-sikat-korban-di-jamin-ginting.html

itu, Didit baru saja pulang dari dari rumah keluarganya di Jalan Halat Medan,
karena ada acara makan- makan. Karena merasa hari sudah larut, Didit pun
bergegas pulang dengan sepeda motir Honda Beat warna Biru Putih tanpa plat
yang baru seminggu dibelinya secara kredit. Naas, begitu sampai di Pasar 10
Tembung yang tak begitu jauh dari kediamannya, dirinya distop oleh para
pelaku begal. Tanpa basa basi, para pelaku langsung menghajar Didit yang
mencoba melawaan saat kawanan Begal mencoba menarik paksa keretanya.
Bahkan Didit mengatakan, kalau pelaku juga melukainya dengan senjata
tajam jenis pisau. Karena kalah jumlah dan segalanya, Didit berusaha teriak
minta tolong. Sayangnya, lokasi yang sudah sepi memudahkan para begal
kabur bersama kereta korban. 7
6.

Medan Perjuangan. Untuk kesekian kalinya peristiwa perampokan jalanan
atau sering dikenal dengan istilah aksi begal kembali terjadi di wilayah
hukum Polresta Medan. Kali ini korbannya seorang pria suku tionghoa, Sun

Tjai (66) warga Jalan Solang Saling, Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Medan
Perjuangan. Tak hanya dirampok, pria paruh baya ini juga sempat dianiaya
pelaku yang diperkirakan berjumlah delapan orang dan menggunakan senjata
tajam (sajam). Peristiwa perampokan yang dialami Sun Tjai ini terjadi di
kawasan Jalan Pengobatan Simpang Negara, Kelurahan Bantan Timur,
Kecamatan Medan Tembung, Senin (4/5). Saat itu Sun Tjai yang
mengendarai sepeda motor bernomor polisi BK 2267 AEE melintas di TKP.
Tiba-tiba datang para pelaku yang mengendarai empat sepeda motor masing7

tembung

http://harianandalas.com/kanal-hukum-kriminal/kawanan-begal-bersenjata-beraksi-di-

masing berboncengan langsung memukul kepala Sun Tjai dengan helm.
Akibat pukulan tersebut, Sun Tjai langsung tersungkur ke badan jalan. Tahu
kalau dirinya akan dirampok, korban berusaha bangkit dan meraih kunci
sepeda motornya. 8
Dalam masyarakat luas tindak pidana perampasan sepeda motor ini lebih
di kenal dengan istilah “Begal”. Pada dasarnya begal sama dengan perampokan /
pencurian / perampasan hak yang dilakukan secara paksa, namun begal hanyalah

istilah yang hidup dalam masyarakat untuk karena begal focus pada perampasan
sepeda motor yang dilakukan oleh sekelompok orang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata begal adalah begal /be·gal/ /bégal/ n
penyamun; membegal /mem·be·gal/ v merampas di jalan; menyamun;
pembegalan /pem·be·gal·an/ n proses, cara, perbuatan membegal; perampasan di
jalan; penyamunan: - sering terjadi sehingga penduduk di daerah itu tidak berani
memakai perhiasan kalau bepergian. 9
Jadi dapat di artikan bahwa pembegalan adalah sebuah kejahatan yang
dilakukan dengan cara merampas sepeda motor di tengah jalan dengan
menghentikan pengendaranya. Kejahatan ini merupakan kejahatan jalanan (sreet
crime) biasanya aksi begal ini terjadi di jalanan yang jauh dari keraimaian atau
ketika jalanan dalam keadaan sepi.
Tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini merupakan modus
pencurian yang popular terjadi di berbagai kota-kota besar di Indonesia, pelaku
perampasan paksa sepeda motor ini biasanya melakukan aksinya tidak hanya
8

http://harianandalas.com/kanal-hukum-kriminal/sun-tjai-dirampok-delapan-begalbersenjata-tajam
9
http://kbbi.web.id/begal


seorang diri namun secara bersekutu melakukan aksinya di jalanan sepi dengan
cara para pelaku menghentikan secara paksa pengendara sepeda motor dengan
didahului, disertai kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga membuat korban
panik, dalam melakukan aksinya ini para pelaku tidak segan-segan untuk
menganiaya korban sampai mengakibatkan kematian. Adapun dua kasus tindak
pidana perampasan paksa sepeda motor yang akan dibahas dalam skripsi ini yang
terjadi di Kota Medan, dimana kasus pertama terjadi di Jl. Sudirman Medan
dengan merampas satu unit sepeda motor Honda Beat. Empat tersangka yaitu
Sepri Hamonangan (25) yang merupakan tersangka utama bersama dengan Febri
Syahputra (dilakukan penuntutan secara terpisah) serta Kadir dan Hariandi
Lesmana (masing-masing belum ditangkap) yang bekerja sebagai karyawan
doorsmeer ini telah berhasil merampas satu unit sepeda motor di jalanan dengan
cara memaksa pengendara sepeda motor untuk berhenti yang diancam terlebih
dahulu dengan senjata tajam, ke empat tersangka berhasil merampas sepeda motor
milik korban sehingga korban mengalami kerugian sebesar Rp 7.360.000,Berdasarkan kasus tersebut diatas penulis tertarik untuk menjadikan
permasalahan tersebut diatas menjadi sebuah judul skripsi “Analisis Kriminologi
dan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor”
B. Perumusan Masalah
1.


Bagaimana pengaturan hukum terhadap tindak pidana perampasan paksa
sepeda motor ?

2.

Bagaimana faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana perampasan
paksa sepeda motor ?

3.

Bagaimana kebijakan terhadap penanggulangan tindak pidana perampasan
paksa sepeda motor ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini ialah :
1.

Untuk mengkaji pengaturan hukum terhadap tindak pidana perampasan paksa
sepeda motor.


2.

Untuk mengkaji faktor-faktor dan modus terjadinya tindak pidana
perampasan paksa sepeda motor.

3.

Untuk

mengkaji

kebijakan

terhadap

penanggulangan tindak

pidana

perampasan paksa sepeda motor.
D. Manfaat Penelitian
Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat
yang berupa :
1.

Manfaat Teoritis :
Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan

pengetahuan tentang

pengaturan hukum yang mengatur tindak pidana perampasan paksa sepeda
motor, wawasan serta literatur dalam pengembangan ilmu hukum tentang
tindak pidana ini, serta faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana
perampasan paksa sepeda motor.
2.

Manfaat Praktis :
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
terhadap tindak pidana perampasan paksa sepeda motor yang marak terjadi
pada masa sekarang ini. Selain itu juga penelitian ini dapat digunakan sebagai

pedoman dan masukan bagi pemerintah dan aparat penegak hukum maupun
masyarakat umum tentang kebijakan-kebijakan serta langkah-langkah yang
dilakukan dalam penanggulangan dan pencegahan tindak pidana perampasan
paksa sepeda motor ini.
E. Keaslian Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menyajikan penelitian yang berdasarkan
pada fakta dan sumber yang bersifat otentik. Selain itu penulis juga
memperhatikan sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menghindari terjadinya duplikasi atau pun plagiasi dari hasil karya penelitian
akademisi lainnya. Sebelum melakukan penelitian ini, penulis telah melakukan
peninjauan terhadap perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
apakah sebelumnya telah ada penelitian dengan objek yang sama dan setelah
ditinjau tidak ada penelitian yang sama tentang tindak pidana perampasan paksa
sepeda motor ini. Oleh karena itu penelitian ini asli tanpa ada meniru dari skripsi
lain.
F. Tinjauan Kepustakaan
1.

Pengaturan Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa
Sepeda Motor
Istilah hukum pidana mulai digunakan pada jaman Jepang sebagai

terjemahan dari bahasa Belanda dari kata “strafrecht’, atau “straf” yang
diterjemahkan dengan kata “pidana”, yang artinya “hukuman”, sedangkan “recht”
diterjemahkan dengan kata “hukum”, dan pada dasarnya identik dengan perkataan
“ius” dalam bahasa Romawi. Perkataan “recht” tersebut mempunyai dua arti,
yakni recht dalam arti objektif dan recht dalam arti subjektif. Recht dalam arti

objektif jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “hukum”,
sedangakan recht dalam arti subjektif diterjemahkan dengan “hak” maka demikian
pula dengan strafrecht. Strafrecht (hukum pidana) dalam arti subjektif ialah “hak
Negara untuk memidanakan atau untuk menjatuhkan pidana (pemidanaan) apabila
larangan atau keharusannya untuk bertingkah laku dilanggar. Sementara itu,
Hukum pidana dalam arti objektif (bahasa Romawi disebut dengan istilah: “Ius
Puniendi”, sedangkan Strafrecht (hukum pidana) dalam arti objektif ialah: “segala
larangan (verboden) dan keharusan (geboden) apabila dilanggar diancam pidana
oleh undnag-undang, selain hal tersebut hukum pidana dalam arti objektif ini juga
mengatur syarat-syarat kapan pidana itu dapat dijatuhkan”. Dalam bahasa
Romawi disebut: “Ius Poenale” 10
Patut dicatat bahwa hubungan antara hukum pidana dalam arti subjektif
dengan hukum pidana dalam arti objektif, adalah hukum pidana dalam arti
subjektif itu hanya timbul apabila telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti
objektif. 11 Dengan kata lain, hak negara untuk menjatuhkan pidana tersebut
dibatasi oleh hukum pidana dalam arti objektif. Hukum Pidana dalam arti objektif
itu dapat diperinci lagi yaitu: 12
a.

Hukum pidana materiel yang dalam bahas Belanda diistilahkan dengan
materieele strafrecht, dan dalam bahasa Inggris hukum pidana materiel
diistilahkan dengan Substantive Criminal Law.

10

Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, Setara Press, Malang, 2015, Hal.

11

Ibid
Ibid

1
12

b.

Hukum Pidana formiel dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan formele
strafrecht, strafrecht, dan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Criminal
Procedure (hukum acara pidana).
Tiga masalah sentral/pokok dalam hukum pidana berpusat kepada apa

yang disebut dengan tindak pidana (criminal act, strafbaarfiet,delik,perbuatan
pidana), pertanggungjawaban pidana (criminal responsibility) dan masalah pidana
dan pemidanaan. Istilah tindak pidana merupakan masalah yang berhubungan erat
dengan masalah kriminalisasi (criminal policy) yang diartikan sebagai proses
penetapan perbuatan orang yang semula bukan merupakan tindak pidana menjadi
tindak pidana, proses penetapan ini merupakan masalah perumusan perbuatanperbuatan yang berada diluar diri seseorang, sedangkan masalah subjek hukum
pidana berkaitan erat dengan penentuan pertanggungjawaban pidana. 13
Kriminolog

dari

Universitas

Indonesia,

Hamidah

Abdurrahman,

mengatakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terdapat beberapa jenis
pencurian. Menurut dia, dalam KUHP juga mengatur sanksi berbeda bagi setiap
jenis pencurian. Menurut Hamidah, pencurian dalam KUHP dibagi dalam 6 Pasal,
yaitu Pasal 362 sampai 367. Pasal 362, yang merupakan Pasal yang digunakan
polisi untuk menjerat pelaku pencurian biasa. Hamidah mengatakan, pencurian
dengan unsur pemberatan ialah seperti pencurian ternak, pencurian yang
dilakukan pada waktu kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut,
gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara,
pemberontakan atau bahaya perang, pencurian pada waktu malam dalam sebuah

13

Ibid, Hal. 57

rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, serta pencurian yang
dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh
yang berhak. Hamidah menuturkan pelaku pembegalan bisa dijerat dengan Pasal
365 karena sebelum mengambil motor milik orang lain, begal memberikan
ancaman hingga melakukan kekerasan pada korbannya. Bahkan jika begal
tersebut mengakibatkan kematian korbannya maka dia bisa diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun hingga pidana mati atau seumur
hidup. 14
Mengenai kejahatan pencurian diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat dengan (KUHP) , yang dibedakan atas
lima macam pencurian, yaitu :
1.

Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP);

2.

Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP);

3.

Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP);

4.

Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP);

5.

Pencurian dalam keluarga (Pasal 367 KUHP).
Pengaturan Pencurian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) antara lain sebagai berikut :
a.

Pasal 362

Isinya sebagai berikut :
“Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan

14

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembegalan

hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah” 15
b.

Pasal 363

Isinya sebagai berikut 16 :
Ayat (1) : Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun :
ke-1 pencurian ternak;
ke-2 pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan banjir, gempa bumi, atau
gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan
kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;
ke-3 pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup
yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak
diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;
ke-4 pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk bersekutu;
ke-5 pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk
sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak,
memotong atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah
palsu, atau pakaian jabatan palsu.
Ayat (2) : “Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu
tersebut ke-4 dan 5, maka dikenakan pidana penjara paling lama
Sembilan tahun.”

c.

Pasal 364

Isinya sebagai berikut :
“Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 ke-4,
begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 ke-5, apabila
tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh
rupiah, dikenai, kerena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga
bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah” 17

15

Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), Bumi Aksara, Jakarta,
2008, Hal. 128
16
Ibid
17
Ibid, Hal. 129

d.

Pasal 365

Isinya sebagai berikut 18 :
Ayat (1) : “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun,
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk
mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau
peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya”
Ayat (2) : “Diancam dengan pidana paling lama dua belas tahun:
ke-1 jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta
api atau trem yang sedang berjalan;
ke-2 jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
ke-3 jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan, dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu;
ke-4 jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
Ayat (3) : “Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun”
Ayat (4) : “Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam no. 1 dan 3”

e.

Pasal 367

Isinya sebagai berikut 19 :
Ayat (1) : “Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini
adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan, dan tidak
terpisah meja dan tempat tidur atau terpisah harta kekayaan, maka
terhadap pembuat atau pembantu itu, tidak mungkin diadakan
tuntutan pidana”
Ayat (2) : “Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan tempat tidur atau
terpisah harta kekayaan, atau jika dia keluarga sedarah atau semenda,
baik dalam garis lurus, maupun dalam garis menyimpang derajat
kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan,
jika ada pengaduan yang terkena kejahatan”

18
19

Ibid, Hal. 130
Ibid

Ayat (3) : “Jika menurut lembaga matriarkhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh
orang lain dari pada bapak kandungnya, maka aturan tersebut ayat di
atas, berlaku juga bagi orang itu”
2.

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Perampasan Paksa
Sepeda Motor
Menurut E. Durkheim, seorang pakar sosiologi menyatakan kejahatan

bukan saja normal, dalam arti tidak ada masyarakat tanpa suatu kejahatan, karena
masyarakat mempunyai ciri yang dinamis maka kejahatan merupakan sesuatu
yang diperlukan dan perbuatan yang telah menggerakan masyarakat pada mulanya
disebut sebut sebagai kejahatan. 20
Menurut Bonger, kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang
memperoleh tentangan dengan sadar dari Negara berupa pemberian penderitaan
(hukuman dan tindakan). 21
Jadi kejahatan adalah perilaku manusia yang melanggar norma (hukum
pidana/kejahatan, criminal law) merugikan, menjengkelkan, menumbilkan
korban-korban,sehingga tidak dapat dibiarkan. 22
Kriminologi sebagai bidang pengetahuan ilmiah telah mencapai usia
lebih dari satu abad terhitung sejak P.Topinard seorang ahli Antropolog Perancis
(1830-1911) memberikan nama bagi ilmu pengetahuan tentang kejahatan ini
sebagai ilmu kriminologi. 23
Bila diartikan dari segi etimologi, kriminologi berasal dari kata yakni
Crime = kejahatan dan Logos = ilmu pengetahuan, jadi kalau diartikan secara
20

http://krisnaptik.com/2013/03/29/mencari-faktor-faktor-sebab-kejahatan/
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta,
2013, Hal. 79
22
Ibid,
23
Yusrizal, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, PT Sofmedia, Jakarta,
2012, Hal. 155.
21

lengkap kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk
beluk kejahatan. 24
Menurut E.H Sutherland, kriminologi adalah seperangkat pengetahuan
yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial, termasuk didalamnya
proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang, pelanggaran
undang-undang, dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang. 25 J. Constant,
kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan faktor-faktor
yang menjadi sebab-musabab dari terjadinya kejahatan dan penjahat. 26
E.H Sutherland dan Donald R. Cressey, kriminologi adalah “a body of
knowledge regarding crime as a social phenomenon” ilmu dari berbagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari kejahatan (tindakan jahat) sebagai fenomena
sosial. Kriminologi dibagi menjadi 3 (tiga) cabang ilmu utama, yaitu : 27
1.

Sosiologi hukum, mempelajari kejahatan sebagai tindakan yang oleh
hukum dilarang dan diancam dengan sanksi. Jadi yang menentukan
bahwa suatu tindakan itu kejahatan adalah aturan hukum

2.

Etiologi criminal merupakan cabang kriminologi yang berusaha
melakukan analisis ilmiah mengenai sebab musebab kejahatan. Dalam
kriminologi, etiologi kejahatan merupakan kajian yang “paling” utama.

3.

Penologi pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, namun
Sutherland memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha
pengendalian kejahatan, baik represif maupun prefentif.

24

Ibid, Hal. 156
Susanto, Op.Cit, Hal. 1
26
Prakoso, Op.Cit., Hal. 12
27
Ibid.
25

Wolfgang, Savitz dan Johnston dalam bukunya: The Sosiology of Crime
and Delinquency memberikan defenisi kriminologi sebagai kumpulan ilmu
pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan
menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman,
pola-pola dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku
kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya. Jadi studi obyek
kriminologi melingkupi :

28

1.

Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan

2.

Pelaku kejahatan

3.

Reaksi masyarakat yang ditunjukan baik terhadap perbuatan maupun
terhadap pelakunya.
Menurut Bonger ada beberapa ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

kriminologi (merupakan bagian, ilmu bantu dari kriminologi) yang terdiri dari :
1.

Antropologi Kriminal
Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia jahat
(somatic). Ilmu ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang
jahat dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa? Apakah ada
hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.

2.

Sosiologi Kriminil
Ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pokok kejahatan
sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oleh

28

Yusrizal, Op.Cit., Hal. 158

bidang ilmu ini adalah sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam
masyarakat.
3.

Psikologi Kriminil
Ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya.

4.

Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil
Ialah ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf.

5.

Penologi
Ialah ilmu yang berkaitan tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.
Di samping itu terdapat kriminologi terapan yang berupa : 29
1.

Higieni Kriminil
Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan.
Misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menerapkan

undang-undang,

kesejahteraan

yang

dilakukan

system

jaminan

semata-mata

untuk

hidup

dan

mencegah

terjadinya kejahatan.
2.

Politik Kriminal
Usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu kejahatan telah
terjadi. Disini dilihat sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan.
Bila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan
adalah menigkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja, jadi
tidak semata-mata penjatuhan sanksi.

29

Ibid.

3.

Kriminalistik (policie scientific)
Yang merupakan ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik
kejahatan dan pengusutan kejahatan.

Menurut Martin L. Haskell dan Lewis Yablosnsky dalam bukunya yang
berjudul criminology: crime and criminality (1974), kriminologi sebagai studi
ilmiah tentang kejahatan dan penjahat mencakup analisa tentang : 30
1.

Sifat dan luas kejahatan

2.

Sebab-sebab kejahatan

3.

Perkembangan hukum pidana dan pelaksanaan peradilan pidana

4.

Ciri-ciri penjahat

5.

Pembinaan penjahat

6.

Pola-pola kriminalitas dan

7.

Akibat kejahatan atas perubahan sosial.
Ruth Shonle Cavan menuangkan 9 (sembilan) golongan atau tipe

penjahat dalam bukunya Criminology, berdasarkan aktivitas para pelanggar
hukum 31 :
1.

The causal offender

2.

The occasional criminal

3.

The episodic criminal

4.

The white-collar criminal

5.

The habitual criminal

6.

The professional criminal
30
31

Ibid, Hal. 159
Prakoso, Op.Cit., Hal. 87

7.

Organized crime atau syndicate

8.

The mentally abnormal criminal

9.

The nonmalicious criminal
Kriminologi Menurut pendapat sarjana : 32

1.

Mr. W. A. Bonger: Menyatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan
yang bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya.

2.

Mr. Paul Moedikdo Moeliono: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari
berbagai ilmu yang membahas kejahatan sebagai masalah manusia.

3.

Edwin H. Sutherland: Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan
mengenai kejahatan sebagai gejala sosial. Jadi kalau kita perhatikan definisi
tersebut di atas meyakinkan kita bahwa kejahatan hanya terdapat dalam
masyarakat. Oleh karena itu perlu memperhatikan kondisi masyarakat bila
memperlajari masalah kesehatan. Sebab tidak dipungkiri bahwa ada saling
pengaruh antara individu dengan masyarakat. Dari uraian di atas Sutherland
meletakkan pendapatnya bahwa Crime berakar pada organisasi masyarakat,
dimana kejahatan-kejahatan yang tinggi disebabkan kekacauan masyarakat.

4.

Michael dan Adler: Kriminologi adalah keseluruhan keterangan tentang
perbuatan lingkungan mereka dan bagaimana mereka diperlakukan oleh
godaan-godaan masyarakat dan oleh anggota masyarakat.

5.

Wood: Kriminologi mengikuti keseluruhan pengetahuan yang didasarkan
pada teori pengalaman yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat,
termasuk reaksi-reaksi masyarakat atas kejahatan dan penjahat.

32

Ibid, 156

6.

Noach: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas kejahatan dan
penyelewengan tingkah laku manusia baik sebagai gejala sosial maupun
sebagai gejala psikologis.

7.

Prof. Vrij: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
kejahatan sebagai gejala maupun sebagai faktor penyebab dari kejahatan itu
sendiri.
Kejahatan merupakan tingkah laku yang menyimpang, siapapun

orangnya tetap mempunyai kemungkinan untuk melakukan kejahatan karena,
terdapat faktor-faktor didalam diri dan diluar dari diri seseorang mengapa ia
melakukan kejahatan itu. Faktor-faktor tersebut adalah 33 :
1.

Faktor Interen
Faktor interen adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu seperti

Psychise, sex dan jenis kelamin, umur/usia, fisik, flebleminded/ mental, Psycal
Handicaps, twin/anak kembar, ras dan keluarga.
2.

Faktor Exteren
Faktor exteren adalah faktor-faktor yang berada diluar individu. Faktor

exteren ini berpokok pangkal pada lingkungan individuseperti : Pendidikan,
komunikasi (cultur faktor, ekonomi, politik, social modern, peranan minoritas)dan
geografis.

33

H. Hani Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, Aksara baru, Jakarta, 1980, Hal. 35

3.

Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda
Motor
Kejahatan atau tindak criminal merupakan salah satu bentuk dari perilaku

menyimpang yang selalu ada dan melekat pada setiap bentuk masyarakat; tidak
ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. 34
Secara garis besar, kriminologi mempunyai tiga (3) aliran pemikiran
yaitu; aliran kriminologi klasik, aliran kriminologi positif, aliran kriminologi
kritis.
a.

Kriminologi Klasik
Aliran ini mendasarkan pandangan bahwa intelegensi dan rasionalitas

merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan perilaku
manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Individu melakukan tindakan
berdasarkan pertimbangan kesenangan dan kesusahan. Intelegensi membuat
individu mampu mengarahkan dirinya dalam arti bahwa dia adalah penguasa
nasibnya, pemimpin terhadap jiwanya, sebagai makhluk yang mampu memahami
dirinya dan bertindak untuk mencapai kepentingan dan kehendaknya. 35
Kejahatan didefinisakan sebagai setiap pelanggaran terhadap setiap
perbuatan yang dilarang undang-undang pidana, penjahat adalah setiap orang
yang melakukan kejahatan. Kejahatan dipandang sebagai hasil pilihan bebas dari
individu dalam menilai untung ruginya melakukan kejahatan. 36

34

Prakoso, Op.Cit., Hal. 155
Ibid. Hal. 48
36
Susanto, Op.Cit, Hal. 6
35

b.

Kriminologi Positif
Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia

ditentukan oleh faktor-faktor diluar kontrolnya. Ini berarti, manusia bukan
makhluk yang bebas menuruti keinginannya dan intelegensinya, akan tetapi
dibatasi oleh perangkat biologisnya dan situasi kulturalnya. 37
c.

Kriminologi Kritis
Aliran pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan apakah

perilaku manusia itu bebas atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarah pada
mempelajari proses-proses manusia dalam membangun dunia dimana dia hidup.
Krimonologi kritis berpendapat bahwa fenomena kejahatan sebagai konstruksi
social, artinya apabila masyarakat berpendapat tindakan tertentu itu sebagai suatu
kejahatan, maka orang-orang tertentu dan tindakan-tindakan mungkin pada waktu
tertentu telah memenuhi batasan sebagai kejahatan. Dengan kata lain, bahwa
kejahatan tidak dapat berdiri sendiri, sebab harus ada yang menyatakan sebagai
demikian oleh “masyarakat”. 38
Salah satu usaha pencegahan dan pengendalian kejahatan itu ialah
menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana. Menurut
Herbert L. Packer, usaha pengendalian perbuatan anti sosial dengan mengenakan
pidana pada seseorang yang bersalah melanggar peraturan pidana merupakan
“problem sosial yang mempunyai dimensi hukum yang penting”. 39

37

Ibid Hal.7
Ibid Hal.10
39
Prakoso, Op.Cit., Hal. 155

38

Secara etimologis, kebijakan adalah terjemahan dari kata policy.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak 40
Kebijakan penanggulangan kejahatan dalam bahasa Hoefnagels disebut
Criminal Policy. Istilah ini agaknya kurang pas kalau diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai “kebijakan criminal”, karena seolah-olah mencari suatu
kebijakan untuk membuat kejahatan (kriminal). 41
Kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal) dilakukan dengan
menggunakan sarana ”penal” ( hukum pidana ), maka kebijakan hukum pidana
(penal policy) khususnya pada tahap kebijakan yudikatif/ aplikatif (penegakan
hukum pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya
tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa ”social welfare” dan ”social defence” 42
Pengertian kebijakan criminal atau politik criminal (criminal plity)
merupakan usaha rasional dan terorganisasi dari suatu masyarakat untuk
menanggulangi kejahatan. Menurut Sudarto : 43
1. Dalam arti sempit, mempunyai arti keseluruhan asas dan metode yang
menjadi dasar dari reaksi terhadap

pelanggaran hukum yang berupa

pidana.

40

http://kamusbahasaindonesia.org/kebijakan/mirip
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal
Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Bangsa Press, Medan 2008, Hal.

41

101
42

Ibid, Hal. 88
Widiada Gunakaya dan Petrus Irianto, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak
Pidana Pendidikan, Alfabeta,Bandung, 2012, Hal. 16
43

2. Dalam arti luas, mempunyai pengertian keseluruhan fungsi dari aparat
penegak hukum, termasuk di dalamnya cara bekerja dari pengadilan dan
polisi.
3. Dalam arti yang paling luas, mempunyai arti keseluruhan kebijakan, yang
dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang
bertujuan untuk menegakan norma-norma sentral dari masyarakat.
Kebijakan dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan
termasuk dalam kebijakan criminal (criminal policy). Kebijakan kriminal tidak
terlepas dari kebijakan sosial (social policy) yang terdiri kebijakan/upaya untuk
kesejahteraan sosial (social-welfaren policy) dan kebijakan/upaya untuk
perlindungan masyarakat (social-defence policy), dilihat dari sudut politik
criminal. 44
Kebijakan paling strategis adalah melalui sarana non-penal karena lebih
bersifat preventif dank arena kebijakan penal sebagai sarana kebijakan criminal,
yaitu: 45
1. Sebab-sebab yang demikian kompleks berada di jangkauan hukum pidana.
2. Hukum pidana hanya merupakan bagain kecil (sub-sistem) dari sarana
control sosial yang tidak mungkin mengatasi masalah kejahatan sebagai
masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks (sebagai
masalah sosio-psikologi, sosio-politik, sosio-kultural, dsb).

44
45

Ibid, Hal.22
Ibid

3. Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya
merupakan “kurieren am symptom”, oleh karena itu hanya merupakan
“pengobatan simptomatik” dan pengobatan kuasatif.
4. Sanksi hukum pidana merupakan “remidium” yang mengandung sifat
kontradiktif/paoksal dan mengandung unsur-unsur serta efek sampingan
yang negative.
5. Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individu/personal, tidak
bersifat structural/fungsional.
6. Keterbatasan jenis sanksi pidana dan sistem perumusan sanksi pidana yang
bersifat kaku dan imperative.
7. Bekerjanya/berfungsinya hukum pidana memerlukan saran pendukung
yang lebih bervariasi dan lebih menuntut biaya tinggi.
Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal lebih menitikberatkan
pada sifat represif (penindasan/pemberantasan/penumpasan) setelah kejahatan
terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif
(pencegahan/penangkalan) sebelum kejahatan terjadi. 46
Oleh karena itu dalam skripsi ini upaya penanggulangan tindak pidana
perampasan paksa sepeda motor menggunakan kebijakan antara lain :
1. Kebijakan Penal (Penal Policy)
2. Kebijakan Non-Penal (Non-Penal Policy)

46

Ibid, Hal.23

G. Metode Penelitian
Penelitian adalah sebagai usaha untuk mengemukakan, mengembangkan
dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan
sistematis. Suatu penelitian haruslah menggunakan metode-metode yang tepat dan
benar agar orang yang membacanya dapat memahaminya.
Penelitian pada dasarnya merupakan, “suatu upaya pencarian” dan
bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu obyek yang mudah
terpegang, di tangan. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu
research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan
demikian secara logawiyah berarti “mencari kembali”. 47
1.

Spesifikasi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian yuridis

normative. Metode penelitian yuridis normatif yaitu metode penelitian hukum
yang melihat tentang isi dan penerapan peraturan atau undang-undang yang
dilengkapi dengan studi kasus. . 48
2.

Metode Penelitian
Penulis

menggunakan

metode

penelitian

yuridis

normatife

dalam

menyelsaikan penulisan skripsi ini.
3.

Lokasi Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengambil lokasi penelitian di

Pengadilan Negeri Medan Jl. Pengadilan No. 8, Medan, Sumatera Utara.

47

Bambang Sungguno, Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007. Hal. 27
48
Ibid.Hal. 41

4.

Alat Pengumpulan Data
Pada umumnya para peneliti mempergunakan alat pengumpulan data

berupa: 49
a. Studi kepustakaan/studi dokumen (Documentary Study)
b. Wawancara (Interview)
c. Daftar pertanyaan (Kuisioner angket)
d. Pengamatan (Obeservasi)
Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan metode pengumpulan data studi kepustakaan. Tehnik pengumpulan
data lewat studi kepustakaan, dimana penulis memperoleh data dengan
mengumpulkan dan membahas bahan-bahan penelitian yaitu bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier penelitian ini. 50
5.

Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Pada penelitian ini prosedur pengumpul dan pengambilan data yang

digunakan

adalah

studi

kepustakaan

(library

research),

yaitu

dengan

mengumpulkan berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini
seperti, buku-buku, majalah, makalah, artikel, berita yang diperoleh penulis dari
internet maupun pendapat sarjana dan hasil putusan untuk mencari atau
memperoleh konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan yang berkaitan
dengan tindak pidana perampasan paksa sepeda motor ini.

49

Ediwarman,Monograf Metodologi Penelitian Hukum (Paduan Penulisan Tesis dan
Disertasi), Medan, 2015,Hal. 109
50
Burhan Ashofa. Metode Penelitian Hukum. Rieneka Cipta, Jakarta, 1996, Hal. 59

6.

Analisis Data
Metode analisis data ada 2 (dua) yaitu metode kualitatif dan metode

kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode analisis kualitatif, yaitu dengan menganalisis melalui data-data skunder
yang diperoleh dari pustaka yang diorganisir dalam pendapat atau tanggapan yang
kemudian dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan
dalam skripsi ini.

Dokumen yang terkait

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Pertanggungjawaban Pidana Debitur dalam Sewa Beli Sepeda Motor Secara Kredit yang Menggelapkan Alat-alat Sepeda Motor dalam Hal Terjadinya Penyitaan Karena Kredit Macet (Studi Kasus Putusan PN Medan Nomor 2516/Pid.B/2009/PN.Mdn)

0 33 80

Analisa Kasus Tindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak (Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932/Pid.B/2005/PN.MDN)

4 52 94

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika ( Studi Putusan No. 847/Pid.B/2013/PN.MDN)

2 58 104

KEJAHATAN BEGAL PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA : STUDI PUTUSAN NOMOR: 526/PID.B/2014/PN.SDA TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN.

4 9 92

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 10

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 1

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 9

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 4