Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

BAB II
PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN
PAKSA SEPEDA MOTOR
A. Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian biasa yang
berbunyi 51:

“Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum,
diancam kerena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
denda paling banyak enam puluh rupiah”
Pasal 362 ini merupakan bentuk pokok dari pencurian, dengan unsur-unsur 52:
1.

Obyektif :
a. Mengambil;
b. Barang;
c. Yang seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain;

2.


Subyektif :
a. Dengan maksud;
b. Untuk memiliki;
c. Secara melawan hukum.

A.d.1. Mengambil.
Mengambil semula diartikan memindahkan barang dari tempat semula ke
tempat lain. Ini berarti membawa barang dibawah kekuasaannya yang nyata.
Perbuatan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah
51

Moeljatno, Op. Cit., Hal.128
Mochamad Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (kuhp buku II), Penerbit Alumni,
Bandung, 1980, Hal.17
52

kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang berada diluar
kekuasaan pemiliknya. 53
A.d.2 Barang yang seluruh atau sebahagian kepunyaan orang lain.
Pengertian barang telah mengalami juga proses perkembangannya. Dari arti

barang yang berjudul menjadi setiap barang yang menjadi bagian dari kekayaan.
Semula barang ditafsirkan sebagai barang-barang yang berwujud dan dapat
dipindahkan (barang bergerak). Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap
bahagian dari harta benda seseorang. Dengan demikian barang itu harus
ditafsirkan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai didalam kehidupan ekonomi
dari seseorang.
Perubahan pendapat ini disebabkan dengan peristiwa pencurian aliran
listrik, dimana aliran listrik termasuk pngertian barang yang dapat menjadi obyek
pencurian. Barang harus seluruhnya atau sebahagian kepunyaan orang lain.
Barang tidak perlu kepunyaan orang lain pada keseluruhannya, sedangkan
sebahagian dari barang saja dapat menjadi obyek pencurian. Jadi sebahagian lagi
adalah kepunyaan pelaku sendiri. Barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat
menjadi obyek pencurian, yaitu barang-barang dalam keadaan res nullius dan res
derelictae. 54
A.d.3 Dengan maksud untuk memiliki barang bagi diri sendiri secara melawan
hukum dengan maksud.

53
54


Ibid.
Ibid, Hal.18

Istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari pelaku
untuk memiliki barang secara melawan hukum. 55
A.d.4 Melawan Hukum.
Perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari
pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang
lain. 56
A.d.5 Memiliki barang bagi diri sendiri.
Memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang
tersebut, melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan pemiliknya, sedangkan
ia bukan pemiliknya.
Maksud memiliki barang bagi diri sendiri itu terwujud dalam berbagai jenis
perbuatan,

yaitu

menjual,


memakai,

memberikan

kepada

orang

lain,

menggadaikan, menukarkan, merubahnya, dan sebagainya. Pendeknya setiap
penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku seakan-akan pemilik, sedangkan
ia bukan pemilik.
Maksud untuk memiliki barang itu tidak perlu terlaksana, cukup apabila
maksud itu ada. Meskipun barang itu belum sempat dipergunakan, misalnya sudah
tertangkap dulu, karena kejahatan pencurian telah selesai terlaksana dengan
selesainya perbuatan mengambil barang. 57

55


Ibid, Hal.19
Ibid.
57
Ibid.

56

B. Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pasal 362 KUHP mengatur tentang tindak pidana pencurian kekerasan yang
berbunyi 58:
Ayat (1) : “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun,
pencurian yang didahului, disertai atau adiikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud untuk
mempersiap atau mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau
peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya”.
Ayat (2) : Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun :
1. : Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah
atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau
dalam kereta api atau term yang sedang berjalan;

2. : Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu;
3. : Jika masuknya ketempat melakukan kejahatan, dengan merusak
atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah
palsu atau pakaian jabatan palsu;
4. : Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
Ayat (3) : “Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun”
Ayat (4) : “Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, pula disertai oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam no.1 dan 3”.
Pasal 365 ayat (1) memuat unsure-unsur 59 :
1.

Obyektif :
a. Pencurian dengan :
a) Didahului;
b) Disertai;

c) Diikuti;

58
59

Moeljatno, Op. Cit., Hal.129
Anwar, Op. Cit., Hal. 25

2.

Oleh kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap seseorang.

3.

Subyektif :
a. Dengan maksud untuk ;
b. Mempersiapkan atau mempermudah pencurian itu, atau
c. Jika tertangkap tangan memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta
lain dalam kejahatan itu :
a) Untuk melarikan diri;

b) Untuk mempertahankan pemilihan atas barang yang dicurinya.

A.d.1 Kekerasan.
Yang

diartikan

dengan

kekerasan

adalah

setiap

perbuatan

yang

mempergunakan tenaga badan yang tidak ringan. Tenaga badan adalah kekuatan

fisik. Penggunaan kekerasan terwujud dalam memukul dengan tangan saja,
memukul dengan senjata, menyekap, mengikat, menahan dan sebagainya. 60
Pasal 86 : “Yang disamakan dengan melakukan kekerasan yaitu membuat
orang pingsan atau tidak berdaya lagi”. Sebagai perluasan dari pengertian
kekerasan ditetapkan oleh Pasal 89, bahwa perbuatan yang mengakibatkan orang
pingsan, atau tidak berdaya lagi termasuk perbuatan kekerasan. Kekerasan itu
harus ditujukan kepada seseorang. Seseorang itu tidak perlu para pemilik barang,
misalnya pelayan rumah, penjaga rumah. 61

60
61

Ibid.
Ibid, Hal.26

A.d.2 Ancaman Kekerasan.
Setiap perbuatan yang sedemikian rupa hingga menimbulkan akibat rasa
takut atau cemas pada orang yang diancamnya. 62
A.d.3 Didahului kekerasan atau ancaman kekerasan.
Kekerasan atau ancaman kekerasan ini dipergunakan sebelum dilakukan

pencurian, perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dimaksud untuk
mempersiapkan (unsur subyektif) pencuriannya. 63
A.d.4 Disertai kekerasan atau ancaman kekerasan.
Penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan bersamaan
dengan pencuriannya. Jadi penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini
dilakukan dengan maksud untuk mempermudah dilaksanakannya pencurian. 64
A.d.5 Diikuti kekerasan atau ancaman kekerasan.
Penggunaan kekerasan serta ancamannya dilakukan setelah pencurian
dilakukan dengan maksud untuk memberi kesempatan bagi diri sendiri atau
peserta lain untuk melarikan diri atau menjamin kepemilikan atas barang hasil
curiannya jika tertangkap tangan. 65
A.d.6 Tertangkap tangan.
Pengertian tertangkap tangan didalam RIB Pasal 57, tertangkap tangan
terdapat 66 :
1. Apabila tindak pidana sedang dilakukan, pelakunya diketahui;
2. Apabila segera setelah tindak pidana dilakukan, pelakunya diketahui;
62

Ibid.
Ibid.

64
Ibid.
65
Ibid.
66
Ibid, Hal.27

63

3. Apabila segera setelah tindak pidana itu dilakukan, seseorang dikejar
oleh khalayak ramai sebagai pelakunya;
4. Apabila pada seseorang ditemukan barang-barang, senjata, alat-alat atau
surat-surat yang menunjukan bahwa ia adalah pelakunya atau
pembantunya.
Pasal 365 (2) : Pencurian yang dirumuskan dalam Pasal 365 (1) disertai masalahmasalah yang memberatkan yaitu 67 :
Ke-1 : a). Pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup dimana berdiri sebuah rumah.
b). Dijalan umum;
c). Didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;
Ke-2 : Dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih;
Ke-3 : Yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan cara :
a. Membongkar;
b. Memanjat;
c. Anak kunci palsu;
d. Perintah palsu;
e. Pakaian-jabatan palus.
A.d.7 Kunci Palsu
Pasal 100 : Dengan anak kunci palsu termasuk segala alat yang tidak
diperuntukan untuk membuka kunci. Dengan demikian setiap benda atau alat yang
dipergunakan untuk membuka kunci, tetapi benda atau alat itu tidak diperuntukan

67

Ibid.

untuk membuka kunci, seperti antara lain sepotong kawat, paku, besi. Pun anak
kunci biasa yang sama pasnya dengan anak kunci aslinya, tetapi bukan anak kunci
yang dipergunakan untuk membuka kunci oleh pemilik rumah, termasuk dalam
pengertian anak kunci palsu. 68
A.d.8 Perintah Palsu
Perintah palsu adalah surat perintah yang seakan-akan asli dan seakan-akan
dikeluarkan oleh orang yang berwenang membuatnya berdasarkan UU atau
peraturan lain. 69
A.d.9 Pakaian-Jabatan Palsu
Pakaian-jabatan palsu adalah pakaian yang dipakai oleh seorang yang
seakan-akan orang itu berhak atas pemakaian pakaian itu menurut peraturan yang
berlaku, sedangkan orang itu tidak berhak memakainya. 70
Pasal 365 (3) : Perbuatan pencurian dengan kekerasan ini menimbulkan
akibat matinya orang. Dalam ayat ini matinya orang lain merupakan akibat yang
timbul karena penggunaan kekerasan. 71
Pasal 365 (4) : Hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara
selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, apabila perbuatan itu 72:
1.

Menimbulkan akibat luka berat pada seseorang atau akibat matinya
seseorang; dan

2.

Dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih; dan

3.

Disertai salah satu masalah tersebut dalam no.1 dan no.3 ayat 2 :
68

Ibid, Hal.23
Ibid.
70
Ibid, Hal.24
71
Ibid, Hal.27
72
Ibid, Hal.28

69

a.

No.1 : Pada waktu malam dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan
tertutup dimana berdiri sebuah rumah, dijalan umum atau
didalam kereta api atau trem yang sedang bergerak.

b.

No.3 : Yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan cara :
a) Membongkar;
b) Memanjat;
c) Memakai anak kunci palsu;
d) Memakai perintah palsu; atau
e) Memakai jabatan palsu.

Dokumen yang terkait

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

Pertanggungjawaban Pidana Debitur dalam Sewa Beli Sepeda Motor Secara Kredit yang Menggelapkan Alat-alat Sepeda Motor dalam Hal Terjadinya Penyitaan Karena Kredit Macet (Studi Kasus Putusan PN Medan Nomor 2516/Pid.B/2009/PN.Mdn)

0 33 80

Analisa Kasus Tindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak (Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932/Pid.B/2005/PN.MDN)

4 52 94

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika ( Studi Putusan No. 847/Pid.B/2013/PN.MDN)

2 58 104

KEJAHATAN BEGAL PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA : STUDI PUTUSAN NOMOR: 526/PID.B/2014/PN.SDA TENTANG PERAMPASAN SEPEDA MOTOR DENGAN KEKERASAN.

4 9 92

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 10

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 1

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 29

Analisis Hukum Terhadap Tindak Pidana Perampasan Paksa Sepeda Motor Dalam Perspektif Krimonologi (Studi Putusan Kasus Putusan No. 3.288 Pid.B 2014 PN.MDN)

0 0 4