Studi Kasus Pada Wanita Drop Out Kontrasepsi Implant Di Desa Durian Iv Mbelang Kecamatan Stm Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Desa Durin IV Mbelang
2.1.1 Letak Lokasi Desa
Desa Durian IV Mbelang merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Wilayah desa Durin IV Mbelang berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Tanjung Bampu
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sibunga-bunga Hilir
c. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Tiga Juhar
d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Gunung Manupak A
Posisi Desa Durin IV Mbelang terletak lebih kurang 5 km dari Tiga Juhar yang
merupakan kota Kecamatan STM Hulu. Desa Durian IV Mbelang memiliki
wilayah seluas 3,82 km2.. Daerah Desa Durian IV Mbelang terdiri atas dataran
rendah dan berbukit dimana terlihat banyak lahan sawah/ladang yang dijadikan
penduduk sebagai mata pencaharian. Desa Durian IV Mbelang ini kurang
memiliki akses transportasi yang memadai bagi masyarakat sehingga mobilitas
masyarakat di desa tersebut sulit. Adapun sarana transportasi umum yang tersedia
dan biasanya digunakan masyarakat sekitarnya adalah becak yang ongkosnya
lebih mahal daripada angkutan umum sehingga susah dijangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat. Adapun tarif menggunakan becak lebih kurang sebesar
sepuluh ribu rupiah. Bagi sebagian masyarakat hal tersebut sangat memberatkan.

20

21

2.1.2 Fasilitas desa
1.

Kantor kepala desa

2. Rumah ibadah
3. Poskesdes
4. Klinik Swasta (2)
2.1.3 Tata Ruang Desa
Desa Durian IV Mbelang merupakan daerah yang dihuni oleh penduduk
dan sebagian datarannya dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk. Desa
Durian IV Mbelang dikelilingi oleh empat desa yakni desa Tanjung Bampu, desa
Sibunga-bunga Hilir, desa Tiga Juhar yang merupakan kota dari kecamatan STM

Hulu dan desa gunung Manupak.
Desa Durian IV Mbelang terbagi atas 2 (dua) dusun yakni dusun I dan
dusun II yang masing-masing dusunnya berada di pinggir jalan utama dan
dipisahkan oleh jembatan Lau Mukak sebagai batasan bagi kedua dusun tersebut.
Dusun I desa Durian IV Mbelang berbatasan dengan desa Gunung Manupak A
dan desa Sibunga-bunga Hilir. Kondisi Permukiman di dusun I ini masih kurang
baik. Hal ini terlihat dari keadaan rumah penduduk yang sebagian besar belum
layak huni karena tidak memenuhi syarat rumah sehat yakni dibangun hanya
dengan menggunakan papan kayu, berlantaikan tanah dan menggunakan atap
yang terbuat dari daun rumbia. Selain itu di dusun I ini sebagian besar
penduduknya belum memiliki fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) sehingga
banyak diantara mereka yang menggunakan fasilitas umum sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Ketersediaan sumber air bersih belum sepenuhnya
dapat dinikmati oleh penduduk karena jaraknya yang sangat jauh dan akses untuk

22

memperolehnya juga sangat sulit karena harus menggunakan alat transportasi
untuk mendapatkan air tersebut.
Dusun II desa Durian IV Mbelang berbatasan dengan desa Tiga Juhar.

Kondisi rumah di dusun II ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan dusun I
dimana keadaan rumah penduduknya sudah memenuhi syarat sanitasi rumah sehat
berupa rumah permanen dan semi permanen yakni telah memiliki atap seng, lantai
semen dan menggunakan dinding batu. Adapun sumber air bersih dan fasilitas
MCK (mandi, cuci, kakus) sudah tersedia dalam masing-masing rumah penduduk
sehingga warga dusun II ini tidak lagi menggunakan fasilitas umum. Hal ini
dikarenakan adanya dukungan dan bantuan dari kepastoran Gereja Katolik dan
swadaya masyarakat di kecamatan STM Hulu. Dengan adanya bantuan tersebut
dapat mempermudah penduduk dalam mendapatkan akses air bersih sehingga
dapat meringankan beban penduduk dusun II desa Durian IV Mbelang.

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi
2.2.1 Penduduk
Jumlah penduduk di desa Durian IV Mbelang hingga akhir bulan
Desember tahun 2014 sekitar 597 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 309
jiwa (51,76%) dan perempuan sebanyak 288 jiwa (48,24%). Jumlah kepala
keluarga (KK) di desa ini sebesar 168 KK.

23


Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

Dusun I

Dusun II

Jumlah Jiwa

1

Laki-laki

97

212

309


2

Perempuan

100

188

288

Jumlah

197

400

597

Sumber : Rekapitulasi Data Desa Durian IV Mbelang tahun 2014

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk desa Durian IV Mbelang
berdasarkan jenis kelamin tergolong hampir seimbang, jumlah laki-laki dan
perempuan hampir sama. Namun dapat dilihat perbedaan yang mencolok antara
jumlah penduduk dusun I dan II. Jumlah penduduk dusun II terlihat lebih banyak
daripada dusun I. Perbedaan jumlah penduduk ini disebabkan posisi letak dusun
yang lebih dekat dengan pusat keramaian, selain itu juga disebabkan oleh luas
dusun yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa, sebagian besar
penduduk desa Durian IV Mbelang berumur antara 18-35 tahun yang tergolong
dalam usia reproduktif yang artinya kemungkinan besar dapat menyebabkan
pertambahan penduduk akibat tingginya angka kelahiran. Angka kelahiran ratarata (TFR) tahun 2010-2014 di desa Durian IV Mbelang ini adalah sebesar 12
bayi pertahun.

24

2.2.2 Berdasarkan Agama
Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Agama
No

Agama


Dusun I (%)

Dusun II (%)

%

1

Islam

58,88

14,50

36,69

2

Kristen Protestan


17,77

25,00

21,39

3

Kristen Katolik

23,35

60,50

41,92

4

Budha


-

-

-

5

Hindu

-

-

-

100%

100%


100%

Jumlah

Sumber : Rekapitulasi Data Desa Durian IV Mbelang tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas penduduk desa
Durian IV Mbelang menganut agama Kristen Katolik yakni sebesar 41,92%
kemudian diikuti penganut agama Islam sebesar 36,69% selanjutnya penganut
agama Kristen Protestan sebesar 21,39%. Untuk penganut agama Budha dan
Hindu sebesar 0%.
2.2.3 Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 2.3 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No

Mata Pencaharian

Dusun I (%)

Dusun II (%)


%

1

Petani

87,81

73,20

80,50

2

Wiraswasta

9,75

13,40

11,58

3

PNS

2,44

13,40

7,92

4

Lainnya

0

0

0

100%

100%

100%

Jumlah

Sumber : Rekapitulasi Data Desa Durian IV Mbelang tahun 2014

25

Mayoritas penduduk desa Durian IV Mbelang memiliki mata pencaharian
sebagai petani yakni sebesar 80,50%. kemudian diikuti pekerjaan wiraswasta
sebesar 11,58% dan hanya 7,92% sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dapat
diasumsikan rata-rata penduduk desa Durian IV Mbelang menggantungkan hidup
pada pekerjaan bertani. Mereka banyak menghabiskan waktunya untuk bercocok
tanam. Mereka berangkat pagi hari dan kembali kerumah di sore hari. Tak jarang
ibu-ibu rumah tangga juga turut membantu suami mereka bekerja diladang. Malah
banyak diantara mereka yang ikut mencangkul dan bercocok tanam sehingga
banyak waktu mereka habis di ladang daripada bekerja di rumah.
2.3 Fasilitas Kesehatan
Desa Durian IV Mbelang memiliki beberapa sarana dan fasilitas
kesehatan. Jumlah sarana dan fasilitas kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Fasilitas Kesehatan di Desa Durian IV Mbelang Tahun 2014
No

Sarana Kesehatan

Unit

1

Klinik Swasta

2

2

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

1

3

Posyandu

1
Jumlah

4

2.4 Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu
usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah.

26

Keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.
Pada WUS ini perkembangan organ reproduksi berlangsung lebih cepat pada pria.
Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita
memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun
sehingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil
hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10%
kesempatan untuk hamil (Depkes, 2010).
2.5 Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert commite 1970
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk:
1.

Mendapatkan objektif-objektif tertentu.

2.

Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan.

3.

Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

4.

Mengatur interval di antara kelahiran.

5.

Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.

6.

Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Saroha, 2009).
Keluarga berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan

pembatasan kelahiran baik itu sementara agar dapat dicapai jarak antara dua
kelahiran, maupun untuk selamanya agar dapat dicegah bertambahnya anak.
Paradigma baru program Keluarga Berencana telah diubah visinya selain untuk
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera, juga untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas tahun 2015, dimana keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,

27

berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program keluarga berencana ini, misinya
sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai
upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Depkes RI, 2010).
2.6 Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya
ini dapat bersipat Sentara maupun bersipat permanen dan upaya ini dapat
dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obatan(atikah, 2010).

2.7 Tujuan Program KB
Adapun tujuan Keluarga Berencana adalah : (Suratun, 2008)
1.

Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan akan diikuti dengan
menurunkan angka kelahiran.

2.

Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama
serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

3.

Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

28

4.

Married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga
yang bahagia dan berkualitas.

5.

Tujuan akhir KB adalah tercapainya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) dan membentuk keluarga berkualitas, yang artinya
suatu keluarga yang harmonis, sehat tercukupi sandang, pangan, papan.
Pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.

2.8 Sasaran KB
Adapun sasaran KB dibagi dua, yaitu : (Suratun, 2008)
1.

Sasaran Langsung
PUS yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini
merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap
kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.

2.

Sasaran Tidak Langsung
a. Kelompok Remaja. Remaja ini memang bukan merupakan target untuk
menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
b. Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah
maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang
diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS.

29

2.9 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implant
2.9.1

Pengertian AKBK / Implant
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implant adalah alat kontrasepsi

yang disusupkan di bawah kulit pada lengan atas sebelah dalam. Bentuknya
semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya
sebesar batang korek api. Hormon yang dikandung dalam implant ini adalah
progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen
yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak yang
menyebabkan terjadinya menstruasi. Alat KB ini efektif mencegah kehamilan
dengan cara mengalirkan secara perlahan-perlahan hormon yang dibawanya
(Nina, 2013).
Kelebihan implant diantaranya tidak mengurangi produksi ASI, praktis
dan efektif untuk masa 3 tahun, pemasangan dan pencabutannya mudah dan cepat.
Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh petugas medis yang sudah terlatih.
Kelebihan lainnya adalah bisa digunakan oleh akseptor yang mengalami
ketidakcocokan dengan hormon estrogen, membantu mencegah anemia dan
kehamilan di luar kandungan, serta kesuburan akan pulih setelah pencabutan
implant. Namun, selain kelebihan-kelebihan tersebut, implant juga ternyata
mempunyai kelemahan yaitu bisa mengakibatkan gangguan pada siklus haid
karena adanya hormon progesterone yang terkandung di dalamnya, perdarahan
ringan diantara masa haid, juga timbul sakit kepala ringan. karena mengandung
hormon maka tentu saja akan berpengaruh pada metabolisme tubuh. Sama seperti
halnya pil atau suntik, tidak jarang pengguna implant yang tidak cocok akan
mengalami masa menstruasi yang berbeda-beda (Saifudin, 2006).

30

2.9.2 Ciri-Ciri Kontrasepsi Implant
1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau
Implanon.
2) Nyaman.
3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.
4) Kesuburan akan segera kembali setelah implant dicabut.
5) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak
dan amenorea.
6) Aman dipakai pada masa laktasi.
2.9.3

Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Bawah Kulit/Implant
1. Norplant
Terdiri dari 6 batang/kapsul silastik lembut berongga dengan panjang
3.4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2. Implanon dan Sinoplant
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan
lama kerjanya 3 tahun.

2.9.4 Cara Kerja Implant
Dengan disusupkannya 1 kapsul, 2 kapsul atau 6 kapsul silastik implant
di bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah levonogestrel ke

31

dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan
silastik. Besar kecilnya levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya
permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut. Satu set
implant yang terdiri 6 kapsul dapat bekerja secara efektif selama 5 tahun.
Sedangkan implanon yang terdiri dari 1 atau kapsul dapat bekerja secara efektif
selama 3 tahun.
Dengan dilepaskannya hormon levonorgestrel secara konstan dan
kontiniu maka cara kerja implant dalam mencegah kehamilan pada dasarnya
terdiri atas :
1. Mengentalkan lendir serviks.
2. Menghambat proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
3. Melemahkan transportasi sperma.
4. Menekan ovulasi.
2.9.5 Efektivitas
Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implan,
vasektomi, dan tubektomi harus lebih banyak digalakkan. Penggunaan alat
kontrasepsi yang bersifat jangka panjang ini menjadi kebutuhan utama untuk
menekan laju pertambahan penduduk. Dibandingkan dengan pil atau suntik, alat
kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau implan memang kalah populer.
Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, saat ini jenis alat
kontrasepsi yang paling banyak dipilih adalah KB suntik (48,2 persen) dan pil
27,9 persen (Andrianto,2014). Efektivitasnya sangat tinggi. Kegagalan adalah
0,3% dalam praktek 1-3% (Sarwono, 2005)

32

2.9.6 Keuntungan
Keuntungan implant secara kontrasepsi antara lain adalah : (Nina, 2013)
1. Daya guna tinggi.
2. Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun.
3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan implant.
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5. Bebas dari pengaruh estrogen.
6. Tidak menggangu produksi asi.
7. Tidak mengganggu hubungan saat senggama.
8. Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan implant secara non kontrasepsi antara lain adalah :
1. Mengurangi nyeri haid dan mengurangi jumlah darah haid
2. Mengurangi/memperbaiki anemia.
3. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
4. Menurunkan angka kejadian endometriosis.
5. Mengurangi kejadian kelainan payudara
6. Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab penyakit radang panggul
2.9.7 Kekurangan
Kerugian /keterbatasan implant dapat timbul keluhan seperti :
1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala.
2. Peningkatan/penurunan berat badan.
3. Nyeri payudara.
4. Perubahan mood atau kegelisahan.

33

5. Tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
6. Memerlukan tindakan pembedahan minor untuk memasang/insersi dan
pencabutannya,

sehinggaklien

tidak

dapat

mengehntikan

sendiri

pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
7. Efektivitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan dengan
penggunaan obat untuk epilepsy dan tubercolosis.
8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan
pertahun).
2.9.8 Pemasangan Implant
Pemasangan implant dilaksanakan pada bagian tubuh yang jarang
bergerak. Berdasarkan penelitian, lengan kiri merupakan tempat terbaik untuk
pemasangan yang sebelumnya dilakukan anastesi lokal (Sarwono, 2005).
Wanita yang diperbolehkan menggunakan implant, yaitu:
1. Umur reproduksi (20-35 tahun)
2. Telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau tidak ingin tambah anak lagi
tetapi saat ini belum mau menggunakan kontrasepsi mantap.
3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang.
4. Pascapersalinan dan sedang menyusui bayinya berusia 6 minggu atau lebih.
Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan implant, yaitu:
1. Hamil atau diduga hamil.
2. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya

34

3. Ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5. Mioma uterus dan kanker payudara.
6. Ibu yang memiliki riwayat hipertensi.
7. Ibu yang memiliki riwayat diabetes mellitus.
2.9.9 Pencabutan Implant
Pencabutan dapat dilakukan setiap bila diinginkan. Dapat dicabut bila
akseptor ingin hamil, ada kontraindikasi atau efek samping.
indikasi:
-

Atas permintaan akseptor

-

Timbulnya efek samping yang sangat menganggu dan tidak dapat diatasi
dengan pengobatan biasa

-

Sudah habis masa pakainya

-

Terjadi kehamilan

2.9.10 Kontraindikasi Implant
Adapun kontraindikasi implant, yaitu : (Suratun, 2008)
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya
3. Tumor/keganasan
4. Penyakit jantung, kelainan haid, darah tinggi, kencing manis
2.9.11 Efek Samping
Pada kebanyakan pasien yang menggunakan KB implant dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),

35

hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea, hingga
timbul keluhan-keluhan seperti :
1. Nyeri kepala/pusing.
2. Peningkatan atau penurunan berat badan.
3. Nyeri payudara serta perasaan mual.
4. Perubahan perasaan mood atau kegelisahan (nervous).
5. Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan implant.
6. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS.
7. Pasien tidak dapat menghentikan sendiri pemakainan kontrasepsi ini sesuai
dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi
2.10 Akseptor
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti (pelaksanaan)
program keluarga berencana.

2.11 Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Penghentian Penggunaan Alat
Kontrasepsi Implant
2.11.1 Faktor Predisposisi
1. Umur
Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai
faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi
faaliah, komposisi biokimia termasuk system hormonal seorang wanita.
Kesehatan PUS sangat memengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan
keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak

36

yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur
merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor KB,
sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk
menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan cara kontrasepsi
(BKKBN, 2007).
2. Jumlah Anak
Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri
dalam gerakan keluarga berencana adalah banyaknya anak yang
dimilikinya. Diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak
lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar
dibandingkan pasangan anak yang mempunyai anak lebih sedikit
(BKKBN, 2007).
3. Pendidikan
Menurut Purwoko (2000), pendidikan merupakan salah satu faktor yang
dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi.
Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih
rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan
lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Dengan bekerja sesorang dapat berbuat sesuatu
yang

bernilai,

bermanfaat

(Notoatmodjo, 2003).

memperoleh

berbagai

pengalaman

37

5. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain
cognitive mempunyai 6 (enam) tingkatan :
-

Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

-

Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

obyek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
-

Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya
(real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya penggunaan rumus
statistik dalam perhitungan hasil penelitian.

-

Analisis (Analysis)

38

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
-

Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

-

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi

berkaitan

dengan

kemampuan

untuk

melakukan

justification atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria-kriteria
yang telah ada. Misalnya dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa
ibu-ibu tidak mau ikut ber-KB, tidak mau memeriksakan kehamilan
dan sebagianya.
6. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau obyek untuk menghasilkan pengetahuan sehingga akan membentuk

39

orang tersebut berfikir dan berusaha dalam menentukan sesuatu
(Notoatmodjo, 2003). Sikap terdiri berbagai tingkatan, yakni :
-

Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

-

Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

-

Menghargai (Valuing), mengajak orang lain mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.

-

Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi
sikap terhadap obyek sikap antara lain :

-

Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena
itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

-

Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya individu
cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang
yang dianggap penting.

-

Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya,

karena

kebudayaanlah

yang

memberi

corak

pengalaman individu masyarakat.
-

Media massa. Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau
media komunikasi lainnya, berita

yang seharusnya faktual

40

disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap
penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
-

Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Konsep moral dan ajaran
dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan
system kepercayaan, tidak mengherankan jika ada gilirannya konsep
tersebut memengaruhi sikap.

-

Faktor emosional. Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai macam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme perubahan
ego.

2.11.2 Faktor Pendukung
1. Keterjangkauan ke tempat pelayanan kesehatan
Jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan. Pada umumnya
pasien-pasien akan mencari tempat pertolongan kesehatan ke fasilitas
kesehatan yang berlokasi di dekat tempat tinggal mereka (Saifuddin,
2003).
2. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan adalah segala sarana dan prasarana yang dapat
menunjang kepada kesehatan kita, baik kesehatan jasmani maupun
kesehatan rohani.

2.11.3 Faktor Penguat
Faktor penguat terdiri dari :
1. Tokoh masyarakat dan Tokoh Agama

41

Tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan perannya untuk dapat
meyakinkan kepada masyarakat tentang program Keluarga Berencana
(KB). Dengan cara pendekatan kepada masyrakat melalui acara yang di
selenggarakan acara pemerintahan maupun acara keagaamaan seperti :
sosialisasi, perwiritan, ibadah keluarga. Dalam kasus ini peran tokoh
agama sangat memiliki andil yang sangat kuat untuk menjelaskan bahwa
pengunaan alat kontrasepsi tidak dilarang oleh agama.
2. Petugas kesehatan
Peran petugas kesehatan seperti bidan, perawat, dokter obgyn
diharapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat
dan dapat meyakinkan kepada masyarakat tentang program Keluarga
Berencana (KB).
3. Teman
Teman diharapkan perannya untuk dapat meyakinkan temannya tentang
program Keluarga Berencana (KB).
4. Keluarga
Ibu kandung atau ibu mertua dan suami diharapkan perannya untuk
dapat meyakinkan pilihan ibu tentang program Keluarga Berencana
(KB).

42

2.11.4 Kerangka Pikir

-

Faktor Klinis
Sakit kepala
Lemas
Kenaikan BB
Penurunan BB
Gangguan Haid
Mual
DO Impalant

Support
- Orangtua/Keluarga
- Suami
- Mertua