Studi Kasus Pada Wanita Drop Out Kontrasepsi Implant Di Desa Durian Iv Mbelang Kecamatan Stm Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,

mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung
jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Program keluarga
berencana mempunyai visi adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun
keluarga

kecil

berkualitas,

menggalang


kemitraaan

dalam

peningkatan

kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, dan meningkatkan kualitas
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Sedangkan misi dari program keluarga
berencana adalah yang sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hakhak reproduksi dan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas keluarga
(BKKBN, 2012).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk keempat
terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UNDeutsche Bank (2009), Indonesia menyumbang sekitar 6% penduduk di Asia. Hal
ini menunjukkan bahwa kuantitas penduduk Indonesia merupakan permasalahan
strategis. Salah satu permasalahan pembangunan kependudukan dan keluarga
kecil berkualitas yang dikemukakan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 yaitu masih tingginya angka kelahiran
penduduk (Bappenas, 2012).

14


Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhannya yang masih
tinggi, dan penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri
penduduk Indonesia dan merupakan masalah pokok di bidang kependudukan.
Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi disebabkan tingkat kelahiran masih
lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian penduduk. Sehingga diperlukan
suatu usaha untuk menekan laju pertumbuhan pendudukan, demi mencapai
keluarga kecil sejahtera, hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Manuaba: “Untuk
mencapai masa depan yang lebih baik melalui peningkatan kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan kemampuan untuk bersaing dalam era globalisasi, maka
perencanaan jumlah dan susunan anggota keluarga harus dilaksanakan sehingga
tercapai suatu norma keluarga kecil bahagia sejahtera” (Manuaba, 2010).
Target Pemerintah Indonesia mengenai kesehatan reproduksi yang akan
dicapai pada tahun 2015 yang terangkum dalam indikasi keberhasilan program
Millenium Development Goals (MDGs) adalah cakupan layanan KB pada
pasangan usia subur (PUS) 70% penurunan prevalensi “4 Terlalu” mencapai 50%
penurunan kejadian komplikasi KB serta penurunan angka drop out penggunaan
alat kontrasepsi.
Menurut Emon (2010) perbaikan kualitas pemakaian kontrasepsi
merupakan salah satu tujuan atau indikasi keberhasilan program KB. Salah satu
ukuran dari kualitas pemakaian adalah angka putus pakai kontrasepsi. Alasan

putus pakai biasa mencakup kegagalan kontrasepsi, ketidakpuasan terhadap
alat/cara KB, efek samping dan ketidak tersedianya alat/cara KB. Kesadaran akan
pentingnya kontrasepsi sebagai upaya untuk pencapaian program keluarga

15

berencana di Indonesia masih perlu ditingkatkan guna mencegah terjadinya
ledakan penduduk. Ledakan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan
global yang muncul di seluruh dunia. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan
penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa
kebijakan penting karena penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas
yang memadai justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Menurut BKKBN (2012) Tingkat pengetahuan masyarakat akan
kontrasepsi sudah tinggi (97,5%) namun baru sebatas mampu menyebut jenis alat
dan obat kontasepsi, tetapi belum dapat menyebutkan efek samping,
kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan. Padahal informasi ini penting dipahami
sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Dari hasil penelitian
Imroni, tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, pengetahuan,
sikap, pelayanan, peran suami terhadap penggunaan implant.

Dari penelitian Setya (2004), didapat hasil penelitian tentang drop out
implant yaitu sebanyak 37 orang responden yang implantnya dicabut dari 82
responden dikarenakan ketidakcocokan implant dengan kondisi tubuh peserta KB.
Hal ini sejalan dengan penelitian Hasan (2013) di Manado bahwasanya
kebanyakan akseptor menghentikan kontrasepsi implant karena mengalami
peningkatan berat badan.
Dari penelitian di Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo di dapat hasil
penelitian bahwa ada faktor-faktor yang diduga memengaruhi perilaku pemakaian
alat kontasepsi implant yaitu umur, pendidikan wanita, dengan 23,29%

16

menghentikan pemakaian implant dikarenakan takut memperbesar resiko
kehamilan dan masalah kesehatan wanita. Sedangkan menurut penelitian Sri
Hardianti di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara karakteristik peserta Kb drop out sebanyak 37,91% dari 288 orang
kontrasepsi drop out implant dengan usia 20-30 tahun (48,6%), pada tingkat SMA
sebesar 49,7%, dan bekerja sebagai petani 49,7% yang mnghentikan penggunaan
KB implant dikarenakan masalah kesehatan dan pekerjaan. Sejalan dengan
penelitian Musdalifah Hanis, faktor-faktor yang berhubungan dengan drop out

pada akseptor KB implant yaitu ada sebanyak 134 akseptor yang drop out di
Kabupaten Pangkep karena tujuan penggunaan KB yang salah dan umurnya.
Dari penelitian Rahmah ada hubungan antara pendidikan, pendapatan,
dan pengetahuan dengan metode kontrasepsi implant di wilayah kerja Puskesmas
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2013 dari 5.192.644 PUS, sebesar
9,9% merupakan peserta KB aktif. Proporsi penggunaan dengan proporsi jenis
kontrasepsi yang digunakan yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
seperti implant 12,2% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Di Sumatera Utara tahun 2013 jumlah akseptor KB telah mencapai
sebanyak 177.548 orang. Dengan target peserta KB Implant sebanyak 28.320
orang dan sudah tercapai 21.197 (74,8%). Dari 122 responden (80%) yang dipilih
secara purposive dari enam propinsi. Sebagian besar akseptor meminta
implantnya dicabut setelah dipakai kurang lebih dari satu tahun (BKKBN, 2013).

17

Di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2013 sebanyak 5.838 peserta
pengguna KB Implant dari 55.773 peserta pengguna KB. Dimana salah satu
Kecamatan dengan pencapaian KB implant tertinggi berada di Kecamatan STM

Hulu sebanyak 25,33% (Badan KB Kabupaten Deli Serdang, 2013). Namun
kenyataan di lapangan, banyak ditemukan peserta KB implant yang drop out
dengan berbagai keluhan tidak nyaman dan tidak melapor ke petugas kesehatan
setempat.
Berdasarkan survei awal di Puskesmas STM Hulu, diketahui komposisi
pencapaian peserta KB Baru alat kontrasepsi implant pada tahun 2013 sebesar 480
dari Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) dimana pencapaiannya dari total
Pasangan Usia Subur (PUS) 2.637. Sementara responden yang meminta
implantnya dicabut sebanyak 129 orang (20%).
Dari survei pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti melihat banyak
sekali wanita usia subur menggunakan alat kontrasepsi implant, hal ini dapat
dilihat dari data pengguna alat kontrasepsi implant yaitu sasaran KB implant 48
orang sedangkan pengguna KB implat 106 orang. Namun kenyataan di lapangan
banyak dijumpai akseptor alat kontrasepsi implant telah mencabut implantnya
dikarenakan berbagai keluhan yang dirasakan.
Di Desa Durian IV Mbelang total Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar
154 orang, total Wanita Usia Subur (WUS) yang menggunakan alat kontrasepsi
implant pada tahun 2013 sebanyak 8 orang dan pada tahun 2014 peserta KB
implant sebanyak 11 orang. Sementara responden yang meminta implantnya
dicabut sebanyak 7 orang.


18

Pada survei pendahuluan, Ada ditemukan 4 akseptor implant mendatangi
puskesmas tempat akseptor memasang implant pertama kali agar implantnya
dicabut karena ada perasaan tidak nyaman, 2 diantaranya mengatakan ingin
melepaskan

KB

implant

setelah

8

bulan

pemakaian


karena

adanya

ketidaknyamanan yang dirasakan seperti sakit kepala yang mengganggu, dan tidak
hilang meskipun sudah mengkosumsi obat penghilang rasa sakit, serta adanya rasa
lemas yang dirasakan, sehingga mengganggu aktivitas. Sedangkan 2 orang
lainnya, melepaskan KB implant setelah 1 tahun pemakaian, dengan alasan
adanya penurunan berat badan setiap bulannya. Adapun ketidaknyamanan
tersebut, responden rasakan setelah menggunakan KB implant. 1 orang responden
mengatakan sebelum melakukan pemasangan implant, sudah mendapatkan
konseling dari petugas, namun 3 orang lainya mengatakan melakukan
pemasangan implant hanya karena ajakan teman.
Keinginan responden ingin segera melepaskan implant, Tetapi petugas
kesehatan menyarankan agar kontrasepsinya dilanjutkan sampai nanti ada jadwal
pencabutan/pemasangan implant massal agar ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk membuka implantnya. Tetapi dikarenakan merasa tidak nyaman, akseptor
memilih mencabut implantnya di fasilitas kesehatan terdekat yaitu klinik swasta
dan tidak melapor ke petugas puskesmas. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti
ingin meneliti bagaimana studi kasus pada wanita drop out kontrasepsi implant di

Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015.

19

1.2

Perumusan Masalah
Banyaknya kasus penghentian penggunaan metode kontrasepsi implant Di

Desa Durin IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.

1.3
1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk menganalisis kegagalan pemakaian metode kontrasepsi implant di

Desa Durin IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun

2015.
1.3.2

Tujuan Khusus
Untuk menganalisis kegagalan pada pengguna Drop Out implant.

1.4

Manfaat Penelitian

1.

Sebagai bahan informasi bagi penduduk di Desa Durin IV Mbelang
terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant, sehingga meningkatkan
jumlah pemakaian alat kontrasepsi pada WUS.

2.

Sebagai referensi dan bahan masukan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas
Kecamatan STM Hulu dan PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana).


3.

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pelaksana pelayanan KB dalam
merancang program KB pada usia subur.

4.

Dapat menjadi saran dan masukan bagi, PUS dalam rangka peningkatan
pengetahuan mengenai kontrasepsi implant.