Studi Kasus Pada Wanita Drop Out Kontrasepsi Implant Di Desa Durian Iv Mbelang Kecamatan Stm Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Aris. 2014.Implant Metode Kontrasepsi Efektif Jangka Panjang. http://www.tempo.co/read/news/2014/06/04/174582523/Implan-Metode-Kontrasepsi-Efektif -Jangka-Panjang.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, ed.ke-2, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Badan KB Kabupaten Deliserdang. 2013. Perkiraan Permintaan Masyarakat Peserta KB Aktif Tahun 2013.

Bappenas. 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2012. Jakarta.

BkkbN. 2012. Pelaksanaan KIP/Konseling Kontrasepsi Pria. Jakarta.

Bertand, Jane. 1980. Audience Research for Improving Family Planning Communication Program. The Community and Family Study Center. Chicago.

Depkes RI. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta Emon, S. 2010. Perlukah Kontap Pria Digalakkan Kembali?.

http://www.posmetropadang.com. Diakses tanggal 11 Oktober 2011 Estrada, Rizki, 2011. Menangani Keluhan Secara Positif. http://www.

Rekompakjrf.org/?act=detailartikel&id

Etta, Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. CV Andi Offset : Jakarta.

Hasan, Mulyana. 2013. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Obesitas Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Wawonasa Kecamatan Singkil Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013 hlm.946-950. Diakses pada tanggal 15 November 2014.

Heksama, Setya. 2004. Pengaruh Dominan Angka Drop Out (DO) Peserta KB Aktif Implant di Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Media The Indonesian Journal of Public Health. Volume 1-No.2-2004-11-01. Diakses pada tanggal 13 November 2014.


(2)

Manuaba, Ida Bagus. 2006. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan KB Untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Salemba Medika: Jakarta

Musdalifah, Hanis. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Drop Out Pada Akseptor KB di Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Skripsi. STIKes Nani Hasanuddin Makassar.

Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nasution, S.L. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP di Enam Wilayah Indonesia. Pusat Penelitian Pengembangan KB dan Keluarga Sejahtera. BKKBN.

Nina, dkk. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Nuha Medika: Yogyakarta

Nirwana, 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan ber KB Pada PUS Keluarga Miskin di Kecamatan Wara’. Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar.

Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta:

Jakarta

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta: Jakarta

Saifudin, Bari. A. 2006. Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan bina Pustaka: Jakarta.

Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. TIM: Jakarta.

Sarwono, Prawihardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP Sarwono Prawihardjo: Jakarta

Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Andi : Jogjakarta.

Sastroasmoro. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung Seto: Jakarta.


(3)

Soendari, Tjutju. 2010. Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta. Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta:

Bandung.

Suratun. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. TIM: Jakarta

Sri Hardianti. 2011. Karakteristik Peserta KB Drop Out Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Te


(4)

43 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat studi kasus yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2010). Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif adalah untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang banyaknya kasus wanita drop out kontrasepsi implant di Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, Dipilihnya Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang ini sebagai lokasi penelitian dengan alasan sebagai berikut :

1. Karena ditemukan adanya kasus wanita drop out alat kontrasepsi implant di Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang. 2. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama yaitu tentang implant di Desa

Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.

3. Akses yang terbuka serta dukungan dari pihak pemerintahan Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.


(5)

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei Tahun 2015

3.3 Pemilihan Informan

Informan yang diambil dalam penelitian ini adalah wanita menikah drop out alat kontrasepsi implant, keluarga (suami, orang tua, mertua), petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang, dan informan ini akan bertambah atau berkurang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara yaitu wawancara yang menggunakan pedoman wawancara. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Wawancara jenis ini bermanfaat pula dilakukan apabila responden cukup banyak jumlahnya (Moleong, 2010). Data primer yang akan digali dalam teknik wawancara ini adalah kasus wanita drop out alat kontrasepsi implant di Desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan panduan wawancara acuan pertanyaan. Adapun media atau alat bantu berupa buku, pulpen, Digital Voice Recorder (DVR) di handphone.


(6)

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Desa Durian IV Mbelang, Puskesmas, dan literatur terkait.

3.5 Definisi Istilah

1. Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit pada lengan atas sebelah dalam, bentuknya semacam tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api yang mengandung progesteron yang berfungsi menhentikan hormon estrogen

2. Kegagalan adalah ketidak mampuan akseptor mempertahankan alat kontrasepsi implant sampai batas waktu yang telah ditentukan.

3. Wanita drop out implant adalah wanita yang mencabut alat kontrasepsi implantnya karena sesuatu hal, sebelum batas waktu yang ditentukan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, menemukan apa yang penting dan apa yang terjadi sesuai dengan fenomena yang ada di Desa Durian IV Mbelang. Analisa data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara secara mendalam (indepth interview).


(7)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Wilayah

Desa Durian IV Mbelang terletak lebih kurang 5 km dari Tiga Juhar yang merupakan kota Kecamatan STM Hulu. Desa Durian IV Mbelang memiliki wilayah seluas 3,82 km, Mempunyai jumlah penduduk 597 jiwa, memiliki dua dusun mayoritas penduduknya adalah buruh tani. Desa Durian IV Mbelang terpilih menjadi Desa percontohan Tananaman Obat keluarga dimana diharapkan Tanaman obat keluarga ini dapat dijadikan obat yang digunakan sehari-hari. 4.1.2 Informan

Informan terdiri dari 9 orang yakni 7 orang wanita PUS yang drop out alat kontrasepsi implant dan 2 informan tambahan (tokoh agama dan petugas kesehatan).

Yang berdomisili di desa Durian IV Mbelang yang disajikan dalam matriks sebagai berikut :

Matriks 4.1

Karakteristik Informan Utama Informan Usia Usia saat

menikah

Agama Pekerjaan Jumlah anak

Usia Suami 1 33 tahun 26 tahun Kristen IRT 2 36 tahun 2 28 tahun 22 tahun Kristen Bertani 3 41 tahun 3 21 tahun 19 tahun Islam IRT 1 25 tahun 4 32 tahun 23 tahun Islam Bertani 3 35 tahun


(8)

Informan Usia Usia saat menikah

Agama Pekerjaan Jumlah anak

Usia Suami 5 34 tahun 21 tahun Kristen Bertani 4 39 tahun 6 30 tahun 20 tahun Islam Wiraswasta 3 32 tahun 7 32 tahun 25 tahun Kristen PNS 2 34 tahun

Berdasarkan hasil wawancara karakteristik informan diatas menunjukkan bahwa usia informan antara 28-33 tahun, menganut agama Kristen dan Islam, pekerjaan yang berbeda-beda yaitu IRT, Bertani, Wiraswasta dan PNS, memiliki jumlah anak yang berbeda-beda, dan usia suami mulai dari 25-41 tahun.

Dari jumlah keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 1 orang informan berusia 21 tahun, 1 orang informan berusia 28 tahun, 1 orang informan berusia 30 tahun, 2 orang informan berusia 32 tahun. 1 orang informan berusia 34 tahun. Dan terdapat 1 orang info\

rman menikah pada usia 26 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 22 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 19 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 23 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 21 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 20 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 25 tahun. Terdapat 4 orang beragama Kristen dan 3 orang beragama Islam. Terdapat 3 orang bertani, 2 orang IRT, 1 orang Wiraswasta, 1 orang PNS. Terdapat 2 orang memiliki anak 2 orang, 3 orang memiliki anak 3, 1 orang memiliki anak 1, 1 orang memiliki anak 4. Terdapat 1 orang memiliki suami berusia 25 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 32 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 34 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 35 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 36 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 39 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 41 tahun.


(9)

Matriks 4.2 Tokoh Masyarakat

Informan Usia Status Pendidikan Agama Jumlah anak Tokoh Agama 49 tahun Guru

Agama

Sarjana Islam 3 orang

Petugas Kesehatan

42 tahun Bidan Desa

DIII Kebidanan

Kristen 2 orang

Berdasarkan hasil wawancara karakteristik informan diatas menunjukkan bahwa Informan tambahan adalah Tokoh Agama yaitu seorang Guru Agama yang berusia 49 tahun, beragam Islam, pendidikan Sarjana dan memiliki 3 orang anak. Dan informan tambahan lainnya adalah Petugas Kesehatan yaitu seorang Bidan yang berusia 42 tahun, beragama Kristen, pendidikan DIII Kebidanan, mempunya 2 orang anak.

Matriks 4.3

Pengetahuan Informan tentang KB

Informan Pengetahuan KB

Implant Suntik Pil KB Spiral Kondom

1 Tidak tahu Tahu Tahu Tahu Tahu

2 Tidak tahu Tahu Tahu Tidak tahu

Tahu

3 Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu

4 Tidak tahu Tahu Tahu Tidak tahu

Tidak tahu

5 Tidak tahu Tahu Tahu Tahu Tidak tahu 6 Tidak tahu Tahu Tahu Tidak

tahu

Tahu


(10)

Berdasarkan hasil wawancara bahwa informan mengetahui tentang KB. KB tersebut berupa Implant, suntik, Pil KB, Spiral dan Kondom

Dari keseluran informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 2 orang informan mengetahui KB Suntik, Pil dan Kondom. Terdapat 1 orang informan mengetahui KB suntik, Pil, Spiral dan Kondom. Terdapat 1 orang informan mengetahui KB Implant, Suntik, Pil, Spiral dan Kondom. Terdapat 1 orang informan mengetahui KB Suntik dan Pil. Terdapat 1 orang informan mengetahui KB Suntik, Pil, Spiral. Terdapat 1 orang informan mengetahui KB Implant, Suntik, Pil, Spiral.

Matriks 4.4

Alasan Informan Menggunakan KB Implant

Informan

Alasan menggunakan implant Ikut-ikutan Kemauan

sendiri

Adanya Gangguan

Tidak ingin punya anak

1 - √ - -

2 √ - - -

3 - - - √

4 √ - - -

5 - - √ -

6 - - - √

7 √ - - -

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa alasan Informan memakai KB Implan ada karena ikut-ikut denga orang lain, ada atas kemauan


(11)

sendiri, ada karena gangguan karena memakai KB lain, ada karena tidak memiliki anak lagi dan menjarangkan kelahiran anak.

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 3 orang informan menggunakan KB Implant karena ikut-ikutan dengan oranglain dan ajakan dari teman. Terdapat 1 orang informan menggunakan KB Implant karena atas kemauan sendiri. Terdapat 2 orang informan menggunakan KB Implant karena ingin menjarangkan kelahiran anak dan tidak mau memiliki anak lagi. Terdapat 1 orang informan menggunakan KB Implant karena adanya gangguan dengan metode KB sebelumnya.

Matriks 4.5

Orang Yang Berperan Menyarankan Penggunaan Implant Informan Teman Bidan Kemauan

Sendiri

Orangtua/ Keluarga

Suami Mertua

1 - - - -

2 - - -

3 - - - - -

4 - - -

5 - - -

6 - -

7 - - -

Berdasarkan hasil wawancara bahwa orang yang berperan menyarankan informan menggunakan KB Implant yaitu teman, bidan, adanya kemauan sendiri, dukungan dari orangtua/keluarga, suami, dan mertua.


(12)

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 2 orang informan mendapat dukungan dari teman, kemauan sendiri, dan suami. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orangtua/keluarga dan suami. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari teman. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari teman, bidan, dan kemauan sendiri. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orangtua/keluarga, suami, mertua dan kemauan sendiri. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orantua/keluarga, suami dan mertua.

Matriks 4.6

Peran Keluarga Terhadap Penggunaan KB Implant

Informan Ada Tidak Ada Disarankan Tidak disarankan

1 √ - √ -

2 √ - √ -

3 - - - √

4 √ - √ -

5 √ - √ -

6 √ - √ -

7 √ √ -

Berdasarkan hasil wawancara bahwa peran keluarga terhadap penggunaan KB Implant ada dan informan disarankan untuk menggunakan KB Implant tersebut. Ada keluarga yang tidak berperan terhadap penggunaan KB Implant tersebut sehingga informan tidak disarankan untuk memakainya.

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 2 orang informan mendapat dukungan dari teman, kemauan sendiri, dan suami.


(13)

Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orangtua/keluarga dan suami. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari teman. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari teman, bidan, dan kemauan sendiri. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orangtua/keluarga, suami, mertua dan kemauan sendiri. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orantua/keluarga, suami dan mertua.

Matriks 4.7

Peran Tokoh Masyarakat dan Petugas Kesehatan Informan Komentar Tokoh masyarakat

Mendukung Tidak Mendukung

Tokoh Agama √ -

Petugas Kesehatan √ -

Berdasarkan hasil wawancara bahwa peran Tokoh Masyarakat dan Petugas Kesehatan mendukung adanya pemakaian KB Implant terhadap informan khususnya di desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.

Matriks 4.8

Keluhan Klinis Yang Dirasakan Terhadap KB Implant

Informan

Keluhan yang dirasakan Sakit

Kepala Lemas

Kenaikan BB

Penurunan BB

Gangguan

Haid Mual

1 - - -

2 -


(14)

Keluhan yang dirasakan Informan Sakit

Kepala Lemas

Kenaikan BB

Penurunan BB

Gangguan

Haid Mual

4 - - - -

5 - - -

6 - - - - -

7 - - -

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa keluhan yang dirasakan saat menggunakan KB Implant yaitu Sakit kepala, Lemas, Kenaikan Berat Badan , Penurunan Berat Badan , Gangguan Haid dan Mual.

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 2 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan pusing (sakit kepala), gangguan haid, mual. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan sakit kepala, kenaikan BB, gangguan haid. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan sakit kepala, lemas, peningkatan Berat Badan, gangguan haid dan mual. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan merasakan sakit kepala, lemas, penurunan berat badan . Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan sakit kepala, lemas. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan mual-mual.


(15)

54 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran karakteristik Kontrasepsi

Berdasarkan hasil wawancara, karakteristik informan diatas menunjukkan bahwa usia informan antara 28-33 tahun, menganut agama Kristen dan Islam, pekerjaan yang berbeda-beda yaitu IRT, Bertani, Wiraswasta dan PNS, memiliki jumlah anak yang berbeda-beda, dan usia suami mulai dari 25-41 tahun.

Dari jumlah keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 1 orang informan berusia 21 tahun, 1 orang informan berusia 28 tahun, 1 orang informan berusia 30 tahun, 2 orang informan berusia 32 tahun. 1 orang informan berusia 34 tahun. Dan terdapat 1 orang informan menikah pada usia 26 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 22 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 19 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 23 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 21 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 20 tahun, 1 orang informan menikah pada usia 25 tahun. Terdapat 4 orang beragama Kristen dan 3 orang beragama Islam. Terdapat 3 orang bertani, 2 orang IRT, 1 orang Wiraswasta, 1 orang PNS. Terdapat 2 orang memiliki anak 2 orang, 3 orang memiliki anak 3, 1 orang memiliki anak 1, 1 orang memiliki anak 4. Terdapat 1 orang memiliki suami berusia 25 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 32 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 34 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 35 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 36 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 39 tahun, 1 orang memiliki suami berusia 41 tahun.

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah. Keadaan


(16)

organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun (Depkes, 2010).

5.2 Pengetahuan Informan tentang KB

Berdasarkan hasil wawancara bahwa informan mengetahui tentang KB. KB tersebut berupa Implant, suntik, Pil KB, Spiral dan Kondom.

Dari keseluran informan yang berjumlah 7 orang, terdapat 2 orang informan yang mengetahui tentang KB Suntik, Pil dan Kondom. Terdapat 1 orang informan yang mengetahui KB suntik, Pil, Spiral dan Kondom. Terdapat 1 orang informan yang mengetahui tentang KB Implant, Suntik, Pil, Spiral dan Kondom. Terdapat 1 orang informan yang mengetahui tentang KB Suntik dan Pil. Terdapat 1 orang informan yang mengetahui tentang KB Suntik, Pil, Spiral. Terdapat 1 orang informan yang mengetahui tentang KB Implant, Suntik, Pil, Spiral, seperti pernyataan berikut ini:

Informan 1 mengatakan:

“KB yang saya tahu itu ada banyak seperti KB suntik, pil, kondom dan

spiral. Dulu pertama kali saya pake KB suntik 1 bulan sampe anak ke 2 saya berumur 6 bulan. Awalnya saya bingung dan takut tapi setelah dijelaskan oleh bidan tersebut akhirnya saya mau pakai KB implant itu”.

Informan 2 mengatakan:

“KB ada banyak tapi yang saya tahu cuma KB pil, suntik dan kondom saja.

Informan 3 Mengatakan :

“Kalau alat kontrasepsi saya enggak tahu banyak macamnya, yang saya tahu cuma KB suntik 1 bulan, pil, kondom, KB implant dan spiral.


(17)

Informan 4 Mengatakan :

“Karena saya lihat banyak teman yang berhasil pakai KB implant itu maka pas ada KB gratis di puskesmas kecamatan saya langsung ikut untuk pasang KB implant ini”.

Informan 5 juga mengatakan :

“Saya pernah pakai KB pil tapi saya sering lupa terus saya sempat pakai spiral tapi karena enggak cocok saya buka spiralnya itupun dulu karena gratis dari puskesmas makanya saya pakai spiral, lumayan kan….enggak perlu bayar jadi uangnya bisa dibuat untuk bayar uang sekolah anak-anak”.

Informan 6 mengatakan :

“ Yaa….kalau saya tidak salah KB itu ada banyak kayak pil, KB suntik 3 bulan, kondom tapi orang-orang disini sering cerita kalau KB suntik kurang bagus karena membuat badan gemuk terus haidnya enggak lancar. Jadi pas ada KB implant gratis dari puskesmas kecamatan banyak yang pasang”

Informan 7 juga mengatakan :

“ Karena banyak teman-teman yang bilang lebih bagus pakai KB implant dan banyak yang berhasil tidak punya anak lagi akhirnya saya berpikir dan saya coba tanya suami. Karena suami mengizinkan akhirnya saya ke klinik bidan untuk memasang KB implant tersebut”.

Berdasarkan keterangan dari informan di atas, secara umum mereka tidak memahami secara komprhensip atau mendalam tentang alat kontrasepsi yang ada pada saat ini. Dari tujuh orang yang telah di wawancarai, hanya satu orang saja yang memahami dengan dapat menyebutkan jenis jenis alat kontrasepsi akan tetapi tidak mampu menjelaskan.apa fungsinya, cara kerja, efek samping dan dimina dipasang. Dapat dilihat bahwasanya pengetahuan masyarakat tentang KB masih sangat dangkal dan mereka masih sangat awam dengan istilah tersebut. Walaupun ada yang merasa tahu sebenarnya pemahaman tersebut masih sangat minim.

Hal tersebut mengapa terjadi dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu kurangnya motivasi dari dalam diri dan luar diri dari pada masyarakat itu sendiri.


(18)

Yang di maksud dengan kurangnya motivasi dari dalam diri adalah karena ketidak mau tahuan untuk bertanya tentang alat kontrasepsi dan ketidak mauan hadir dalam kegiatan penyuluhan KB. Itu karena rata-rata mereka memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, paling tinggi setingkat SMA, sehingga daya jangkau fikiran mereka tidak sampai untuk mencari tahu informasi tentang alat kontrasepsi tersebut.

Disamping itu tingkat motivasi mereka sangat rendah untuk hadir dalam sosialisasi tentang KB karena pada umumnya ibu-ibu yang masa produktif harus juga bekerja bahkan sebahagian menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka pada umumnya pekerja serabutan di perladangan yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung dimana membutuhkan tenaga kerja. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwasanya mereka tidak memiliki waktu luang untuk mengikuti sosialisasi baik di tingkat desa maupun Kecamatan. Biasanya mereka berangkat bekerja pada pagi hari dan kembali pada sore hari, tidak jarang jarak yang ditempuh juga memakan waktu hingga berjam-jam ke lokasi tempat bekerja karena harus ditempuh dengan berjalan kaki karena biasanya akses jalan tidak ada dan mereka tidak memiliki kendaraan roda dua sehingga harus ditempuh dengan berjalan kaki dan terkadang juga harus menggendong anak dalam kondisi cuaca yang juga tak menentu.

Selanjutnya adalah motivasi dari luar diri mereka yaitu keinginan untuk mengikuti sosialisasi atau penyuluhan KB yang datang dari luar, biasanya keluarga, jiran, petugas dan yang lain sehingga mereka memiliki rasa keinginan untuk meluangkan waktu mengikuti sosialisasi KB. Bagi keluarga, bahkan suami, mengikuti sosialisasi KB berarti mengurangi inkam karena mereka tidak dapat


(19)

bekerja seperti biasa dan tidak ada uang pengganti bagi mereka ketika ikut sosialisasi. Mereka bahkan melarang untuk tidak mengikuti hal tersebut dan mengatakan itu hanya hal sia-sia. Begitu juga dengan tetangga lain, pada umumnya mereka juga tidak memberikan saran atau himbauan untuk mengikuti sosialisasi KB karena diri mereka juga tidak mengikutinya.

Peranan tokoh masyarakata dan tokoh agama juga sangat minim bahkan juga tidak di dengarkan oleh masyarakat walaupun para tokoh tersebut sudah menyampaikan manfaat bagi mereka untuk mengikuti program KB dan memilih kontrasepsi yang benar. Dalam acara perwiritan atau acara perkumpulan anggota jemaat gereja, dimana sebelumnya kepala desa telah mengingatkan kepada para tokoh agama untuk menyinggung manfaat KB, namun tidak juga di respon oleh masyarakat. Hingga himbauan seorang bidan desa bagi masyarakat juga di nisbikan begitu saja dengan alasan bahwasanya mereka tidak memiliki waktu dan tidak ada yang menggantikan pencaharian mereka jika harus ikut bersosialisasi. Tidak jarang bidan desa datang bergabung di tempat para wanita sedang cerita-cerita yang biasanya di warung, namun pada umumnya wanita yang ada di warung tersebut adalah para lansia, sehingga target untuk sosialisasi KB itu tidak memenuhi sasaran.

Bila pihak kepala desa membuat acara sosialisasi KB bagi masyarakat dengan mengundang pihak puskesmas sebagai pembicaranya, dengan mudah masyarakat langsung bertanya berapa jumlah uang yang akan diberikan kepada mereka jika ikut acara tersebut. Sudah pasti pihak penyelenggara tidak dapat menjawabnya karena tidak memiliki sumber dana untuk membayar mereka. Sehingga dalam kegiatan tersebut yang hadir hanya istri-istri perangkat desa yang


(20)

kebanyakan dari mereka bukan target sosialisasi karena mereka bukan Pasangan Usia Subur (PUS).

Hal serupa juga terjadi ketika penyuluhan program KB datang dari Kabupaten Deli Serdang untuk Desa Durin IV Mbelang. Prangkat desa telah mensosialisasikannya kepada seluruh masyarakat desa untuk datang dan berpartisipasi dalam rangka menyukseskan program pemerintah. Namun sampai pada waktu yang telah di tetapkan dan di tempat yang ditentukan tidak ada warga masyarakat sasaran yang hadir. Seperti biasanya yang hadir itu hanya para istri perangkat desa dan panitia penyelenggara. Masyarakat sama sekali tidak peduli dengan yang namanya sosialisasi. Mereka belum sadar fungsi dan manfaatnya bagi mereka sangat besar di kemudian hari.

Adapun yang mengikuti program KB itu kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikutan dengan temannya saja, yang informasinya pada umumnya yang didapatkan dari temannya untuk mencegah kehamilan saja, karena mereka merasa perlu untuk mencegah kehamilan karena akan semakin banyak kebutuhan mereka ikut KB tanpa mengkonsultasikannya terlebih dahu dan mereka pada umumnya ber KB karena gratis namun mereka tidak memahami alat kontrasepsi yang mereka pakai dengan baik dan tidak mencari informasi yang sebenarnya tentang effek yang akan timbul jika memakai alat kontrasepsi yang tidak tepat sehingga di kemudian hari mereka menggunakan alat KB dalam jangka yang singkat karena tidak tahu fungsinya, bagaimana cara melanjutkannya dan keluhan kesehatan yang mereka derita akibat effek samping penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Bahkan bagi yang sudah mengenyam pendidikan setara SMA juga masih sangat minim


(21)

pengetahuannya tentang KB tersebut, karena di tingkat sekolah tidak ada sosialisasi tentang KB.

Sehingga dapat dikatakan bahwasanya pemahan yang mereka memiliki tentang alat kontrasepsi pada umumnya masih sangat rendah dan walaupun mereka sedikit mengetahui namun belum tentu yang mereka ketahui itu sudah benar dan sesuai. Pada umumnya pemilihan dilakukan karena adanya pengaruh dari teman-teman yang merekomendasikannya sehingga mereka begitu saja ikut-ikutan tanpa adanya pertimbangan yang benar untuk memilih alat kontrasepsi yang baik dan sesuai bagi masing-masing individu.

Dari hasil observasi di masyarakat pengguna KB,alasan mengapa kebanyakan dari mereka menginginkan menggunakan KB implant karena efektifitas nya yang tinggi dan durasi penggunaannya panjang sehingga mereka merasa lebih hemat baik dalam segi waktu dan biaya padahal mereka sebelumnya tidak tahu atau memiliki pengetahuan tentang bagaimana sebenarnya kontrasepsi implant tersebut sehingga karena kurangnya informasi dan tidak memahami sebelumnya, kebanyakan pengguna kontrasepsi implant menjadi drop out sebelum berakhirnya batas waktu yang ditentukan karena berbagai keluhan yang di alami oleh si pengguna dan gangguan kesehatan yang mereka alami setelah penggunaan alat KB tersebut. Hal ini dapat dikatakan terjadi akibat dari pemasangan implant yang dilakukan secara langsung tanpa melakukan konsultasi dan analisis yang baik sebelum memilih alat KB.

Sudah pasti hal ini sangat mempengaruhi minat mereka untuk menggunakan alat kontrasepsi di kemudian hari karena adanya pengalaman yang tidak baik yang mereka alami dalam menggunakan alat kontrasepsi. Butuh proses yang lebih


(22)

panjang sehingga di kemudian hari mereka menggunakan alat kontrasepsi kembali karena mereka pada umumnya merasa kecewa yang sebenarnya itu akibat dari ketidak fahaman mereka sendiri. Hal ini juga akan berimbas kepada Pasangan Usia Subur (PUS) lainnya, karena mereka akan menyampaikannya dan memberitahukannya kepada yang lain. Dalam hal ini sangat mempengaruhi minat masyarakat yang lain untuk ber KB.

Menurut BKKBN (2012) Tingkat pengetahuan masyarakat akan kontrasepsi sudah tinggi (97,5%) namun baru sebatas mampu menyebut jenis alat dan obat kontasepsi, tetapi belum dapat menyebutkan efek samping, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan. Padahal informasi ini penting dipahami sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Dari hasil penelitian Imroni, tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, pengetahuan, sikap, pelayanan, peran suami terhadap penggunaan implant.

Keterangan diatas sesuai dengan yang terjadi di Desa Durian IV Mbelang, dimana penelitian tentang alat kontrasepsi implant yang telah dilakukan oleh peneliti. Namun di Desa Durian IV Mbelang ada hal yang membuat mengapa masyarakat tidak memahami tentang alat kontrasepsi sebelum melakukan pemasangan karena mereka sama sekali tidak perduli dan tidak pernah datang dan ikut sosialisasi sehingga sudah dapat dipastikan bahwasanya mereka tidak paham.

5.3 Alasan Informan Menggunakan KB Implant.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, bahwasanya alasan informan memakai KB Implan ada berbagai macam. Sebahagian karena ikut-ikutan dengan orang lain, biasanya itu datang dari sekelompok ibu-ibu yang akrab


(23)

dalam keseharian dan memiliki kegiatan yang sama sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk bicara. Ketika salah seorang dari memaikai alat kontrasepsi tertentu dan menceritakannya kepada yang lain, maka untuk mengambil jalan pintas dan cepat untuk ber KB mereka dengan mudah mengikuti pemasangan alat kontrasepsi yang sama mengikuti teman sebelumnya.

Ada juga menggunakan implant atas kemauan diri sendiri . Hal ini biasanya terjadi karena si ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi yang tujuannya untuk menjaga jarak kelahiran dan membatasi jumlah anak namun tidak memiliki informasi yang cukup tentang alat kontrasepsi yang tersedia, atau dia tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut. Maka dia konsultasi dengan mengarahkan alat kontrasepsi apa yang tidak ribet dalam pemasangan dan penggunaan namun memiliki jangka panjang dalam pemakaian sehingga tidak harus bolak balik mengganti alat kontrasepsi. Pilihan menggunakan implant adalah yang terbaik dan dia pun memakainya.

Disamping itu sebahagian menggunakan implant karena menderita gangguan kesehatan ketika memakai alat KB sebelumnya. Keluhan yang mereka alami berfariatif, ada yang mengalami gangguan haid yang datangnya tidak teratur dan sakit yang berlebihan.

Sebahagian lagi alasan mereka menggunakan alat kontrasepsi implant karena mereka tidak ingin memiliki anak lagi karena anak yang ada sudah cukup dan memiliki lebih banyak anak pada zaman sekarang ini akan membutuhkan biaya yanglebih banyak pula maka mereka bersepakat untuk ber KB.

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 3 orang informan menggunakan KB Implant karena ikut-ikutan dengan orang lain


(24)

dan ajakan dari teman. Terdapat 1 orang informan menggunakan KB Implant karena atas kemauan sendiri. Terdapat 2 orang informan menggunakan KB Implant karena ingin menjarangkan kelahiran anak dan tidak mau memiliki anak lagi. Terdapat 1 orang informan menggunakan KB Implant karena adanya gangguan dengan metode KB sebelumnya, seperti pernyataan berikut:

Informan 2 juga mengatakan :

“Awalnya saya pakai implant karena ajakan teman-teman. Mereka mengatakan ada pemasamngan KB gratis di Puskesmas”.

Informan 5 juga mengatakan :

“Saya coba pakai KB implant, itu pun setelah saya bertanya sama petugas yang ada di lapangan waktu ada pemasangan KB gratis dipuskesmas” Informan 6 juga mengatakan :

“Saya memakai KB implant karena saya tidak ingin punya anak lagi”. Berdasarkan keterangan dari informan seperti yang diatas tentang alasan mengapa mereka menggunakan alat kontrasepsi implant cukup berfariasi diantaranya dikarenakan oleh ajakan teman atau ikut-ikutan dengan orang. Hal ini terjadi ketika dia melihat temannya memasang alat kontrasepsi implant dan dia juga ingin menjaga jarak kelahiran atau membatasi jumlah kelahiran namun tidak memiliki informasi tentang alat-alat kontrasepsi yang ada serta deskripsi lainnya maka untuk menghemat waktu dan didapatkan dengan geratis serta tidak menjadi kegiatan yang berulang-ulang maka dia memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi yang sama seperti temannya.

Ada juga berdasarkan kemauan sendiri karena tidak ingin menambah jumlah anak lagi maka dia memutuskan untuk memilih implant sebagai alat


(25)

kontrasepsi karena dia merasa itu yang paling cocok disamping masa pakainya yang cukup lama dan memperolehnya juga tanpa harus membayar.

Satu orang informan, ketika menggunakan alat kontrasepsi yang lain mengalami ganguan haid selama dua bulan berturut turut tanpa berhenti sehingga ibu tersebut menjadi lemas tidak dapat beraktipitas dimana sebelum dia menggunakan alat kontrasepsi tidak ada keluhan apapun yang berkaitan dengan kesehatan. Akhirnya, setelah berkonsultasi dengan bidan desa maka dia mengganti alat kontrasepsinya dan menggunakan alat kontrasepsi implant.

Disamping itu sebahagian lagi karena mereka mendengar informasi dari teman-teman lain serta kader dari Poskesdes tentang adanya pemasangan alat KB implant secara gratis, menurut mereka karena diperoleh dengan cara geratis kenapa tidak di coba mencobanya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang tertera di bawah ini.

Menurut Anderson (2003) pendidikan mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Pendidikan seorang ibu menentukan pola penerimaan terhadap informasi pengambilan keputusan, faktor ini sangat menentuan terhadap persepsi seseorang mengenai pemilihan alat kontrasepsi.

Hal ini juga dapat kita lihat seperti yang terjadi di Desa Durian IV Mbelang yang rata-rata memiliki pendidikan yang rendah sehingga hal tersebut dapat dilihat dalam pola mereka memilih alat kontrasepsi.


(26)

5.4 Orang Yang Berperan Menyarankan Penggunaan KB Implant.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa orang yang berperan menyarankan informan menggunakan KB Implant yaitu teman, bidan, adanya kemauan sendiri, dukungan dari orang tua/keluarga, suami, dan mertua.

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 2 orang informan mendapat dukungan dari teman, kemauan sendiri, dan suami. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orangtua/keluarga dan suami. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari teman. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari teman, bidan, dan kemauan sendiri. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orangtua/keluarga, suami, mertua dan kemauan sendiri. Terdapat 1 orang informan mendapat dukungan dari orang tua/keluarga, suami dan mertua, seperti pernyataan berikut:

Informan 4 mengatakan :

“Waktu diperwiritan, teman-teman mengatakan bahwa ada KB gratis di puskesmas, mereka katakan kalau pasang sendiri biayanya mahal terus kalau pakai KB implant itu bisa tahan dalam waktu yang lama.”

Informan 7 mengatakan:

“Kalau masalah memilih KB mana yang harus saya pakai biasanya saya yang menentukan sendiri”.

Berdasarkan keterangan dari informan diatas dapat di katakan bahwasanya alasan pemakaian alat KB implant dapat di bagi dua yaitu internal dan external yang berarti jika alasan internal itu datangnya dari dalam diri sendiri, motivasi dari dalam diri untuk memakai alat KB implant dan alasan external itu datangnya dari luar diri si pengguna atau orang lain.Dari kedua informan diatas mereka menggunakan KB karena kebanyakan didukung oleh orang terdekat, seperti suami, ibu mertua, dan ibu kandung. Mereka semakin yakin karena ada beberapa


(27)

dari temannya tempat mereka tingggal sudah terlebih dulu menggunakan terlebih secara gratis.

Hal ini juga di dukung seperti yang tertera di bawah ini. Menurut Saifuddin (2003), Faktor penguat terdiri dari : 1. Tokoh masyarakat dan Tokoh Agama

2. Petugas kesehatan 3. Teman.

4. Keluarga

Hal ini juga dapat ditemukan di Desa Durin IV Mbelang dimana pengaruh mereka sesuai dengan kedekatan dan intensitas interaksi mereka. Namun pengaruh dari tokoh masyarakat atau tokoh agama dalam peranan mereka bagi masyarakat untuk menggunakan implant tidak kelihatan di dalam masyarakat. Hal ini bisa disebabkan karena para tokoh tersebut juga mungkin kurang faham terhadap apa yang disampaikan atau masih ada rasa tabu untuk menyampaikannya di tengah masyarakat umum.

5.5 Peran Keluarga Terhadap Penggunaan KB Implant.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan bahwasanya peran keluarga terhadap penggunakan KB Implant itu ada, dan informan disarankan untuk menggunakan KB Implant tersebut. Ada juga keluarga yang tidak berperan terhadap penggunaan KB Implant tersebut sehingga informan tidak disarankan untuk memakainya.

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 6 orang informan mendapat dukungan dan peran keluarga terhadap penggunaan KB


(28)

Implant dan informan disarankan untuk menggunakan KB Implant tersebut. Terdapat 1 orang informan tidak mendapat dukungan dan peran keluarga terhadap penggunaan KB Implant dan informan tidak disarankan untuk memakainya, seperti pernyataan berikut:

Informan 1 mengatakatakan:

“Keluarga saya selalu menyarankan saya untuk pakai KB. Ibu saya selalu menyuruh saya paka alati KB biar enggak bias hamil lagi”.

Informan 2 menyatakan

“Ternyata teman-teman mengatakan ada KB implant gratis di Puskesmas, bagus dan tahan dalam waktu lama akhirnya saya ikut pasang KB implant, ternyata tidak cocok kebadan saya dan ujung-ujungnya saya buka KB implant itu. Informan 3 menyatakan :

“Waktu itu ada pemasangan KB gratis, karena diajak sama teman-teman (ibu-ibu tetangga disini). Ya sudah saya ikut saja rupanya setelah 6 bulan saya pakai KB implant ini banyak masalahnya. Akhirnya setelah 1 tahun saya pakai saya putuskan untuk mencabut KB implant ini”.

Informan 4 menyatakan :

Ya…sudah saya langsung ikut mumpung gratis lagian tidak perlu harus kebidan setiap bulan. Setelah saya pasang KB implant itu ternyata 6 bulan kemudian banyak masalah yang saya rasakan akhirnya saya buka KB implant itu setelah 8 bulan saya pakai”.

Informan 7 mengatakan :

“Suami, ibu mertua dan ibu kandung saya selalu mendukung saya menggunakan KB. Tapi kalau masalah memilih KB mana yang harus saya pakai biasanya saya yang menentukan sendiri.”

Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwasanya peran keluarga cukup besar dalam memberikan dukungan pemakain alat KB implant. Pada dasarnya mereka memberi saran untuk memilih jenis alat KB yang nyaman buat penggunanya. Dengan adanya dukungan dari orang lain atau keluarga


(29)

(suami,mertua dan ibu kandung) membuat si pengguna merasa lebih nyaman dan merasa diperhatikan dimana manfaatnya juga akan berimbas terutama bagi keluarga.

Keluarga selalu mengingatkan akan pentingnya pemilihan alat kontrasepsi sehingga dapat menjaga jarak kelahiran dan membatasi jumlah anak mengingat latar belakan ekonomi di Desa Durin IV Mbelang termasuk ekonomi lemah yang pada umumnya masyarakatnya hidup dari bekerja serabutan. Suami juga memberikan arahan untuk menggunakan salah satu alat kontrasepsi sehingga istri dapat membantu dalam mencari nafkah bagi keluarga. Jika terus menerus hamil, maka istri hanya tinggal di rumah mengurus bayi.

Berbeda halnya dengan pasangan yang masih muda dan masih memiliki satu orang anak, keluarga ataupun suami tidak menyarankan penggunaan alat kontrasepsi. Karena biasanya di masyarakat masih memiliki faham untuk memiliki lebih banyak anak sehingga sangat jarang di temui anak tunggal dalam satu keluarga. Hal tersebut juga di dukung seperti dibawah ini:

Menurut Sarwono (2005), penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implan, vasektomi, dan tubektomi harus lebih banyak digalakkan. Penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat jangka panjang ini menjadi kebutuhan utama untuk menekan laju pertambahan penduduk. Dibandingkan dengan pil atau suntik, alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau implan memang kalah populer.

Hal ini juga sejalan dengan yang terjadi di Desa Durian IV Mbelang dimana hal tersebut di akibatkan karena masyarakat tidak pernah mau ikut sosialisasi KB dan mendengarkan penyuluhan. Bahkan untuk bertanya dengan bidan desa yang


(30)

ada di tempat pun mereka tidak pernah. Sudah pasti mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang yang namanya alat kontrasepsi. Adapun yang melakukan pemasangan alat kontrasepsi tertentu kebanyakan mengikuti teman-temannya atau pun alat kontrasepsi yang diperoleh dengan cara gratis.

5.6 Peran Tokoh Masyarakat dan Petugas Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, bahwasanya peran Tokoh Masyarakat dan Petugas Kesehatan sangat mendukung adanya pemakaian KB Implant terhadap informan khususnya di desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang, seperti ungkapan berikut ini:

Informan (Tokoh Agama) mengatakan:

“Di desa ini tidak pernah ada larangan menggunakan alat kontrasepsi baik itu dari tokoh agama maupun tokoh masyarakat. Kaitannya dengan program KB kami selalu mendukung petugas kesehatan dan masyarakat dalam menjalankan dan menggalakkan program KB”.

Informan (Petugas Kesehatan) juga mengatakan:

“Pelaksanaan program KB di desa Durin IV Mbelang secara umum sudah memenuhi target. Akseptor KB didesa ini lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi jenis pil, suntik, dan implant. Kalau mengenai reaksi masyarakat terhadap alat kontrasepsi implant sejauh ini masyarakat senang dan banyak diantara mereka yang ikut serta melakukan pemasangan alat kontrasepsi implant gratis yang diadakan di puskesmas di desa Tiga Juhar”.

Dari hasil wawancara dengan Tokoh masyarakat yang ada di Desa Durin IV Mbelang mereka sangat mendukung dengan ikutnya masyarakat durin IV mbelang berpartisipasi menggunakan alat kontrasepsi. Dia juga mengatakan bahwa jaman sekarang ini berbagai cara dapat dibuat uantuk menjarangkan kehamilan, karena banyak anak banyak biaya yang berbeda dengan falsafah pada masa lalu, terlebih masyarakat di desa Durian IV Mbelang sebahagian besar


(31)

adalah petani yang berekonomi sulit atau pekerja serabutan di lahan pertanian. Para tokoh masyarakat biasanya menggunakan waktu ketika ada rapat desa maupun ketika memberikan sepatah kata atau nasihat dalam acara pernikahan. Bahkan dalam pergaulan sehari-hari seperti di warung, tempat berkumpul sebelum pergi mengerjakan tugas masing-masing mereka juga sering mengingatkan pentingnya ber KB bagi masyarakat karena perbedaan paradigma dulu dengan sekarang bahwasanya dulunya dikatakan banyak anak banyak rejeki namun sekarang banyak anak banyak biaya. Masyarakat tidak lagi dituntut kwantitas tetapi kwalitas dari pada anak sebagai nantinya penerus bangsa.

Begitu juga dengan bidan desa yang bertugas di desa tersebut sangat proaktif didalam memotivasi masyarakat untuk ber KB, dimana terkadang mendatangi kumpulan ibu-ibu yang sedang ngerumpi di kedai atau mengunjungi kerumah penduduk sesuai dengan waktu yang ada untuk memberikan informasi tentang pentingnya menggunakan alat kontrasepsi bagi Pasanagn Usia Subur (PUS) yang nantinya berimbas terhadap ekonomi kelurga. Akan tetapi masih banyak kekurangan informasi tentang alat kontrasepsi kepada masyarakat karena tidak bisa dijelaskan secara detail karena waktu yang cukup sempit dan banyaknya hal yang dibicarakan antar sesama ,dikarnakan mereka kurang tertarik dengan penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan didesa, degan alasan mereka sibuk keladang sehingga mereka kurang memahami tentang alat kontrasepsi, cara kerja, efek samping, kontrasepsi yang mereka gunakan.

Hal tersebut juga di dukung oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang datang dari kecamatan, selalu mencoba mendekati masyarakat dan terjun kelapangan sekaligus mensosialisasikan pemakaian alat kontrasepsi dengan


(32)

terlebih dahulu menanyakan informasi kepada aparat desa serta bidan desa yang ada di situ. Sehingga dia sudah mendapatkan informasi yang akurat sebelumnya. Melakukan sosialisasi tentang alat kontrasepsi langsung kelapangan tanpa harus mendundang mereka dalam acara sosialisasi yang bagi masyarakat mengorbankan waktu dan materi.

Menurut Saifuddin (2003), Faktor penguat terdiri dari Tokoh masyarakat, tokoh agama diharapkan dapat meyakinkan kepada masyarakat tentang program keluarga berencana dan petugas kesehatan teman, dan keluarga diharapakan perannya untuk dapat meyakinkan pilihan ibu tentang keluarga berencana.

Hal tersebut diatas juga ditemukan di Desa Durian IV Mbelang, dimana peran tokoh masyarakat dan petugas kesehatan sangat vital dalam mensosialisasikan tentang alat kontrasepsi dalam segala suasana, baik yang formal maupun non-formal. Dengan begitu perlahan-lahan mengubah pola fikir mereka menjadi merasa perlu untuk ber KB karena manfaatnya sangat besar bagi masyarakat dan membuat kehidupan keluarga menjadi lebih sehat dan sejahtera.

5.7 Keluhan Klinis Yang Dirasakan Terhadap KB Implant

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa adaberbagai variasi keluhan yang dirasakan saat menggunakan KB Implant yaitu Sakit kepala, Lemas, Kenaikan berat badan, Penurunan berat badan, Gangguan Haid, Mual.

Dari keseluruhan informan yang berjumlah 7 orang informan terdapat 2 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan pusing (sakit kepala), gangguan haid, mual. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan lemas, kenaikan berat badan, gangguan haid. Terdapat 1 orang


(33)

informan saat menggunakan KB Implant merasakan sakit kepala, lemas, peningkatan berat badan, gangguan haid dan mual. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan merasakan sakit kepala, lemas, penurunan berat badan. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan sakit kepala, lemas. Terdapat 1 orang informan saat menggunakan KB Implant merasakan mual-mual, seperti pernyataan berikut:

Informan 1 mengatakan :

“Saya langsung nanya sama bidannya terus bidan menyuruh saya pakai KB implant atau spiral saja. Karena saya takut pakai spiral, nanti dimasukkan dalam rahim akhirnya saya pilih untuk pakai KB implant saja”.

Informan 2 mengatakan :

“Awalnya saya pakai KB implant karena ajakan teman-teman. Mereka mengatakan bahwa ada pemasangan KB gratis di puskesmas kecamatan. Akhirnya saya mengikuti ajakan teman-teman dan memasang KB implant pada bulan januari 2012. Setelah 3 bulan saya pakai KB implant, saya mulai merasa tidak nyaman saya sering mengalami lemas, sakit kepala dan haid saya juga tidak teratur.”

Informan 3 mengatakan:

“Saya ikut pasang KB implant karena ajakan teman-teman waktu perwiritan, mereka bilang ada pasang KB gratis di puskesmas kecamatan, enggak perlu keluar uang untuk pasangnya semua ditanggung oleh puskesmas. Lagian banyak yang bilang KB implant itu sudah terbukti, banyak yang berhasil, karena saya ingin membuat jarak kelahiran anak akhirnya saya memutuskan untuk ikut memasang KB implant itu. Namun setelah 6 bulan memakai KB implant saya sering merasakan sakit kepala yang hebat tapi saya tidak tahu apa penyebabnya”.

Informan 4 mengatakan :

“Pertama pakai KB implant saya tidak pernah merasakan keluhan apapun serta semuanya berjalan normal-normal saja. Namun setelah 6 bulan memakai KB implant saya mulai merasakan sakit kepala, sakit pinggang, sakit pada bagian perut, dan sering kedinginan. Karena seringnya sampai-sampai saya enggak bisa melakukan apa-apa. Mau jalan saja tidak bisa apalagi memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Karena sering sakit saya tidak bisa berangkat keladang. Yang bisa saya lakukan hanya tidur dan menahankan rasa sakit saja.


(34)

Saya merasa tidak tahan lagi dan akhirnya saya memutuskan untuk segera membuka KB implant itu.”

Informan 5 mengatakan:

“Setelah itu saya coba pakai KB implant, itu pun setelah saya bertanya sama petugas yang ada di lapangan waktu ada pemasangan KB gratis. Selama 1,5 tahun memakai KB implant saya merasa kepala saya terasa sakit sekali. Waktu saya tanya bidan tentang masalah yang saya rasakan, bidan mengatakan itu tidak masalah hanya efek dari KB implant itu sendiri. Dia mengatakan itu biasa terjadi dan tidak perlu khawatir. Namun 2 bulan berikutnya saya mulai mengalami haid yang tidak teratur, kadang haid kadang enggak terus bulan depannya haid saya sampai 3 minggu berturut-turut dan kepala saya terasa sakit sekali akibatnya suami saya marah dan menyuruh saya untuk membuka KB implant yang saya pakai”.

Informan 6 mengatakan :

“Saya memakai KB implant karena saya tidak ingin punya anak lagi. Anak saya sekarang sudah berjumlah 3 orang dan saya rasa itu sudah cukup. Beberapa bulan saya memakai KB implant saya tidak merasakan keluhan apapun. Namun saya merasa susah karena tangan kiri saya tidak boleh mengangkat yang berat-berat akibat di pasang KB implant padahal kan….. kerjaan saya itu berdagang pasti harus melayani pembeli dan mengangkat yang berat-berat.Tapi karena saya harus bisa menggunakan kedua tangan saya untuk bekerja dan berdagang akhirnya saya mendatangi bidan untuk mencabut KB implant yang saya gunakan dan sekarang suami saya menggunakan kondom untuk mencegah kehamilan”.

Informan 7 juga mengatakan:

“Saya menggunakan KB implant karena dorongan dari teman-teman. Mereka mengatakan KB implant bagus tidak membuat gemuk. Setelah itu saya coba bertanya kepada suami karena suami mengizinkan akhirnya saya coba memasang KB implant di klinik bidan desa ini. Bulan berikutnya saya mulai mengalami haid yang panjang yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Selanjutnya saya coba tanya petugas puskesmas, dan mereka mengatakan itu biasa terjadi karena efek samping dari KB implant itu sendiri. Saya pun mulai tenang dan bulan berikutnya saya tidak mendapat menstruasi, saya pikir saya hamil tanpa berpikir panjang saya langsung mendatangi petugas puskesmas untuk mencabut KB implant yang saya gunakan”

Berdasarkan keterangan beberapa informan mengapa mereka membuka alat KB implant karena memiliki berbagai macam keluhan kesehatan seperti kenaikan berat badan yang terjadi sangat drastis dimana hal tersebut tidak pernah


(35)

dialami sebelumnya dan merasa kurang nyaman dengan kondisi badannya. Dalam pemakaian alat kontrasepsi implant, mereka mengalami kenaikan berat badan lebih dari sepuluh kilogram selama setahun pemakaian.

Ada yang menderita sakit kepala yang sangat buruk karena sampai mengganggu aktifitas sehari-hari. Dimana mereka tidak dapat lagi memasak buat keluarga, mencuci dan lain sebagainya. Hal tersebut sudah tentu sangat mengganggu karena pekerjaan mereka sangat juga menopang kebutuhan hidup sehari-hari bagi keluarga, namun sebelum memakai implant mereka tidak pernah mengalami gangguan sakit kepala. Hal ini sudah barang tentu membuat mereka cemas tentang keluhan yang dirasakan setelah penggunaan implant. Namun hal tersebut akan hilang walau mereka tidak mengkonsumsi obat. Pernah juga mereka, sesama pengguna implant masin-masing bertanya tentang keluhan yang mereka rasakan setelah pemasanag alat kontrasepsi tersebut. Namun jawaban mereka berbeda-beda, ada yang merasakan hal yang sama dan ada juga yang tidak merasakan.

Informan lain mengatakan, setelah menggunakan implant mereka merasa kedinginan (hypothermia) dimana rasa dingin tersebut muncul di sore hari, mual, sakit pinggang, serta gangguan haid dan penyakit tersebut tidak hilang walaupun sudah minum obat untuk mengatasinya.

Dua orang informant lainnya mengatakan bahwasanya mereka mengalami kenaikan berat badan yang derastis setelah menggunakan alat KB implant. Kenaikan berat badan dialami oleh informan satu, naik sepuluh kilogram setelah satu tahun pemakaian implant.kenaikan berat badan juga dialami oleh informan dua, kenaikan berat badan sampai mencapai tiga puluh kilogram setelah satu


(36)

tahun empat bulan menggunakan implant. Namun satu orang nformant menyatakan hal yang berbeda, bahwasanya dia mengalami penurunan berat badan sampai sepuluh kilogram dalam waktu satu tahun pemakaian implant. Keseluruhan informant membuka alat KB implant karena mereka merasakan keluhan yang sudah mengganggu aktivitas mereka sehari hari seperti memasak ,menyapu rumah ,menyuci pakaian dan pekerjaan rumah tanggga lainnya.

Mereka mengatakan tidak sanggup mengerjakan pekerjaan rumah karena sakit kepala yang dirasakan, walaupun terkadang sakit kepala yang dirasakan disertai keringat dingin akan hilang dengan sendirinya tanpa minum obat. Hal ini kadang menyebabkan mereka merasa bingung dengan keluhan yang mereka rasakan. Bila rasa sakit itu datang maka mereka tidak dapat bekerja ke kebun sebagai aktifitas mereka sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan penelitian Setya (2004), didapat hasil penelitian tentang drop out implant yaitu sebanyak 37 orang responden yang implantnya dicabut dari 82 responden dikarenakan ketidak cocokan implant dengan kondisi tubuh peserta KB. Hal tersebut sesuai juga dengan pernyataan di bawah ini :

Menurut Saratun (2008), pada kebanyakan pasien yang menggunakan KB implant dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea, hingga timbul keluhan-keluhan seperti, nyeri kepala/pusing, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara serta perasaan mual, Perubahan perasaan mood atau kegelisahan (nervous),


(37)

Hal tersebut diatas juga semakin diperkuat dengan pendapat (Estrada R, 2011), keluhan merupakan dampak yang timbul setelah menggunakan satu jenis produk tertentu baik dalam jangka waktu singkat maupun lama. Keluhan juga merupakan suatu pernyataan atau ungkapan rasa kurang puas terhadap produk baik internal maupun external.

Hal tersebut juga terjadi di Desa Durian IV Mbelang dimana setelah pemasangan alat kontrasepsi implant, banyak keluhan kesehatan yang mereka rasakan serta adanya perubahan yang terjadi pada fisik dimna hal tersebut tidak terjadi sebelum mereka menggunakan implant.


(38)

77 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai studi kasus pada wanita drop out pengguna alat kontrasepsi implant di desa Durian IV Mbelang Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :

1. Banyaknya angka drop out pengguna alat kontrasepsi implant pada wanita Pasangan Usia Subur (PUS) disebabkan karena mereka banyak mengalami keluhan klinis seperti sakit kepala dalam jangka waktu yang panjang dan tidak hilang walaupun sudah mengkonsumsi obat,hal inilah yang menyebabkan akseptor harus membuka implant karena kondisi fisik yang sudah tidak memungkinkan menggunakan alat kontrasepsi tersebut serta suami sudah menyarankan mencabut alat kontasepsi implant yg dipakainya. Ada juga yang mengalami penambahan berat badan yang sangat drastis mencapai mencapai 10 kg dalam jangka waktu enam bulan setelah menggunakan alat kontrasepsi implant sehingga sudah mengganggu aktifitas keseharian. Disamping itu ada juga yang setelah menggunakan alat kontasepsi implant mengalami pendarahan ketika haid hamper tiga minggu sehingga sudah sangat mengganggu hingga harus drop out menggunakan implant.

2. Pengguna implant drop out karena mereka hanya ikut-ikutan dengan teman tanpa memiliki informasi yang akurat tentang fungsi dan manfaat


(39)

kontrasepsi implant dengan baik dan benar.

3. Masyarakat memperoleh alat kontrasepsi implant secara geratis sehingga mereka ingin mencoba tanpa mengetahui dan mempertimbangkan effek samping dan kecocokan dengan diri masing-masing menyebabkan para pengguna implant drop out.

4. Keengganan masyarakat dalam mengikuti sosialisasi dan penyuluhan tentang alat kontrasepsi implant yang dilaksanankan oleh petugas kesehatan maupun petugas lapangan KB menyebabkan rendahnya pemahaman masyarakat sehingga harus drop out karena tidak cocok.

5. Sebahagian akseptor implant tidak mengalami keluhan klinis ataupun perubahan kearah yang negatif setelah menggunakan implant dan mereka merasa nyaman dan pas dengan alat kontrasepsi implant sehingga mereka melanjutkan menggunakan implant sebagai alat kontrasepsinya.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan beberapa saran dan masukan yang ditujukan kepada semua pihak, diantara lain:

1. Diharapkan bagi wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Durian IV Mbelang sebaiknya lebih meningkatkan kemauan dan kesadaran dalam mencari informasi kesehatan khususnya mengenai penggunaan alat kontrasepsi dengan konseling, dan mengikuti kegiatan penyuluhan yang di laksanankn oleh desa serta bidan desa yang menyangkut alat kontrasepsi sehingga tidak terjadi pemikiran dan persepsi yang salah terhadap penggunaan alat kontrasepsi. Sebelum memilih menggunakan salah satu alat kontrasepsi yang ada, mereka harus memiliki informasi yang akurat


(40)

tentang effek positif dan negative yang timbul akibat menggunakan alat kontrasepsi tertentu sehingga dikemudian hari tidak mengalami keluhan yang mengakibatkan terganggunya kesehatan dan aktifitas keseharian pengguna alat kontrasepsi dan drop out menggunakan alat kontrasepsi. 2. Diharapkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan dalam

memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan memberikan waktu agar dapat mengikuti penyuluhan tentang alat kontrasepsi dengan menggantikan sementara untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan mengerjakan pekerjaan di kebun bagi suami sehingga ada suatu kerjasama yang terjalin yang nantinya juga bermanfaat bagi keluarga karena tidak akan lagi diketemukan pemakai implant yang drop out dan menderita gangguan kesehatan setelah pemakaian implant.

3. Diharapkan bagi petugas kesehatan, tokoh agama/tokoh masyarakat untuk tidak jemu berperan aktif dan lebih giat mensosialisasikan dan memotivasi masyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi baik metode jangka pendek maupun jangka panjang sehingga angka kejadian drop out penggunaan alat kontrasepsi dapat ditekan sekecil mungkin dan terciptanya peningkatan peserta KB aktif lestari.

4. Diharapkan kepada petugas puskesmas desa Tiga Juhar melalui bidan desa dan kader KB dilapangan agar lebih pro aktif didalam penjaringan KB didesa yaitu dengan memilih kader yang benar-benar mau bekerja dan menjumpai masyarakat baik secara individu dengan mengunjungi kerumah-rumah atau kelompok seperti dalam perwiritan dan acara lain serta menyampaikan informasi tentang penggunaan alat kontrasepsi dan


(41)

cara memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

5. Bagi pemerintah melalui perpanjangan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) untuk lebih pro aktif dalam mensosialisasikan manfaat ber KB bagi masyarakat Durian IV Mbelang dengan mengintensifkan pendekatan yang lebih akrab terhadap masyarakat sehingga dapat memilih orang-orang yang dapat menjadi perpanjangan tangan di tengah masyarakat sebagai penggerak untuk menggunakan alat kontrasepsi.


(42)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Desa Durin IV Mbelang 2.1.1 Letak Lokasi Desa

Desa Durian IV Mbelang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Wilayah desa Durin IV Mbelang berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Tanjung Bampu b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Sibunga-bunga Hilir c. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Tiga Juhar

d. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Gunung Manupak A

Posisi Desa Durin IV Mbelang terletak lebih kurang 5 km dari Tiga Juhar yang merupakan kota Kecamatan STM Hulu. Desa Durian IV Mbelang memiliki wilayah seluas 3,82 km2.. Daerah Desa Durian IV Mbelang terdiri atas dataran rendah dan berbukit dimana terlihat banyak lahan sawah/ladang yang dijadikan penduduk sebagai mata pencaharian. Desa Durian IV Mbelang ini kurang memiliki akses transportasi yang memadai bagi masyarakat sehingga mobilitas masyarakat di desa tersebut sulit. Adapun sarana transportasi umum yang tersedia dan biasanya digunakan masyarakat sekitarnya adalah becak yang ongkosnya lebih mahal daripada angkutan umum sehingga susah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Adapun tarif menggunakan becak lebih kurang sebesar sepuluh ribu rupiah. Bagi sebagian masyarakat hal tersebut sangat memberatkan.


(43)

2.1.2 Fasilitas desa

1. Kantor kepala desa 2. Rumah ibadah 3. Poskesdes

4. Klinik Swasta (2) 2.1.3 Tata Ruang Desa

Desa Durian IV Mbelang merupakan daerah yang dihuni oleh penduduk dan sebagian datarannya dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk. Desa Durian IV Mbelang dikelilingi oleh empat desa yakni desa Tanjung Bampu, desa Sibunga-bunga Hilir, desa Tiga Juhar yang merupakan kota dari kecamatan STM Hulu dan desa gunung Manupak.

Desa Durian IV Mbelang terbagi atas 2 (dua) dusun yakni dusun I dan dusun II yang masing-masing dusunnya berada di pinggir jalan utama dan dipisahkan oleh jembatan Lau Mukak sebagai batasan bagi kedua dusun tersebut. Dusun I desa Durian IV Mbelang berbatasan dengan desa Gunung Manupak A dan desa Sibunga-bunga Hilir. Kondisi Permukiman di dusun I ini masih kurang baik. Hal ini terlihat dari keadaan rumah penduduk yang sebagian besar belum layak huni karena tidak memenuhi syarat rumah sehat yakni dibangun hanya dengan menggunakan papan kayu, berlantaikan tanah dan menggunakan atap yang terbuat dari daun rumbia. Selain itu di dusun I ini sebagian besar penduduknya belum memiliki fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) sehingga banyak diantara mereka yang menggunakan fasilitas umum sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan mereka. Ketersediaan sumber air bersih belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh penduduk karena jaraknya yang sangat jauh dan akses untuk


(44)

memperolehnya juga sangat sulit karena harus menggunakan alat transportasi untuk mendapatkan air tersebut.

Dusun II desa Durian IV Mbelang berbatasan dengan desa Tiga Juhar. Kondisi rumah di dusun II ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan dusun I dimana keadaan rumah penduduknya sudah memenuhi syarat sanitasi rumah sehat berupa rumah permanen dan semi permanen yakni telah memiliki atap seng, lantai semen dan menggunakan dinding batu. Adapun sumber air bersih dan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) sudah tersedia dalam masing-masing rumah penduduk sehingga warga dusun II ini tidak lagi menggunakan fasilitas umum. Hal ini dikarenakan adanya dukungan dan bantuan dari kepastoran Gereja Katolik dan swadaya masyarakat di kecamatan STM Hulu. Dengan adanya bantuan tersebut dapat mempermudah penduduk dalam mendapatkan akses air bersih sehingga dapat meringankan beban penduduk dusun II desa Durian IV Mbelang.

2.2 Kondisi Sosial Ekonomi 2.2.1 Penduduk

Jumlah penduduk di desa Durian IV Mbelang hingga akhir bulan Desember tahun 2014 sekitar 597 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 309 jiwa (51,76%) dan perempuan sebanyak 288 jiwa (48,24%). Jumlah kepala keluarga (KK) di desa ini sebesar 168 KK.


(45)

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Dusun I Dusun II Jumlah Jiwa

1 Laki-laki 97 212 309

2 Perempuan 100 188 288

Jumlah 197 400 597

Sumber : Rekapitulasi Data Desa Durian IV Mbelang tahun 2014

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk desa Durian IV Mbelang berdasarkan jenis kelamin tergolong hampir seimbang, jumlah laki-laki dan perempuan hampir sama. Namun dapat dilihat perbedaan yang mencolok antara jumlah penduduk dusun I dan II. Jumlah penduduk dusun II terlihat lebih banyak daripada dusun I. Perbedaan jumlah penduduk ini disebabkan posisi letak dusun yang lebih dekat dengan pusat keramaian, selain itu juga disebabkan oleh luas dusun yang berbeda-beda pula.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor kepala desa, sebagian besar penduduk desa Durian IV Mbelang berumur antara 18-35 tahun yang tergolong dalam usia reproduktif yang artinya kemungkinan besar dapat menyebabkan pertambahan penduduk akibat tingginya angka kelahiran. Angka kelahiran rata-rata (TFR) tahun 2010-2014 di desa Durian IV Mbelang ini adalah sebesar 12 bayi pertahun.


(46)

2.2.2 Berdasarkan Agama

Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Dusun I (%) Dusun II (%) %

1 Islam 58,88 14,50 36,69

2 Kristen Protestan 17,77 25,00 21,39

3 Kristen Katolik 23,35 60,50 41,92

4 Budha - - -

5 Hindu - - -

Jumlah 100% 100% 100%

Sumber : Rekapitulasi Data Desa Durian IV Mbelang tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas penduduk desa Durian IV Mbelang menganut agama Kristen Katolik yakni sebesar 41,92% kemudian diikuti penganut agama Islam sebesar 36,69% selanjutnya penganut agama Kristen Protestan sebesar 21,39%. Untuk penganut agama Budha dan Hindu sebesar 0%.

2.2.3 Berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 2.3 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Dusun I (%) Dusun II (%) %

1 Petani 87,81 73,20 80,50

2 Wiraswasta 9,75 13,40 11,58

3 PNS 2,44 13,40 7,92

4 Lainnya 0 0 0

Jumlah 100% 100% 100%


(47)

Mayoritas penduduk desa Durian IV Mbelang memiliki mata pencaharian sebagai petani yakni sebesar 80,50%. kemudian diikuti pekerjaan wiraswasta sebesar 11,58% dan hanya 7,92% sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dapat diasumsikan rata-rata penduduk desa Durian IV Mbelang menggantungkan hidup pada pekerjaan bertani. Mereka banyak menghabiskan waktunya untuk bercocok tanam. Mereka berangkat pagi hari dan kembali kerumah di sore hari. Tak jarang ibu-ibu rumah tangga juga turut membantu suami mereka bekerja diladang. Malah banyak diantara mereka yang ikut mencangkul dan bercocok tanam sehingga banyak waktu mereka habis di ladang daripada bekerja di rumah.

2.3 Fasilitas Kesehatan

Desa Durian IV Mbelang memiliki beberapa sarana dan fasilitas kesehatan. Jumlah sarana dan fasilitas kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.4 Fasilitas Kesehatan di Desa Durian IV Mbelang Tahun 2014

No Sarana Kesehatan Unit

1 Klinik Swasta 2

2 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 1

3 Posyandu 1

Jumlah 4

2.4 Wanita Usia Subur (WUS)

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum nikah.


(48)

Keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada WUS ini perkembangan organ reproduksi berlangsung lebih cepat pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun sehingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil (Depkes, 2010).

2.5 Keluarga Berencana

Menurut World Health Organisation (WHO) expert commite 1970 Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:

1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu.

2. Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan. 3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. 4. Mengatur interval di antara kelahiran.

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Saroha, 2009).

Keluarga berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan pembatasan kelahiran baik itu sementara agar dapat dicapai jarak antara dua kelahiran, maupun untuk selamanya agar dapat dicegah bertambahnya anak. Paradigma baru program Keluarga Berencana telah diubah visinya selain untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera, juga untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015, dimana keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,


(49)

berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program keluarga berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Depkes RI, 2010).

2.6 Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat bersipat Sentara maupun bersipat permanen dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obatan(atikah, 2010).

2.7 Tujuan Program KB

Adapun tujuan Keluarga Berencana adalah : (Suratun, 2008)

1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan akan diikuti dengan menurunkan angka kelahiran.

2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.


(50)

4. Married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dan membentuk keluarga berkualitas, yang artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat tercukupi sandang, pangan, papan. Pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.

2.8 Sasaran KB

Adapun sasaran KB dibagi dua, yaitu : (Suratun, 2008) 1. Sasaran Langsung

PUS yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan.

2. Sasaran Tidak Langsung

a. Kelompok Remaja. Remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

b. Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS.


(51)

2.9 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implant 2.9.1 Pengertian AKBK / Implant

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit pada lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Hormon yang dikandung dalam implant ini adalah progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak yang menyebabkan terjadinya menstruasi. Alat KB ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-perlahan hormon yang dibawanya (Nina, 2013).

Kelebihan implant diantaranya tidak mengurangi produksi ASI, praktis dan efektif untuk masa 3 tahun, pemasangan dan pencabutannya mudah dan cepat. Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh petugas medis yang sudah terlatih. Kelebihan lainnya adalah bisa digunakan oleh akseptor yang mengalami ketidakcocokan dengan hormon estrogen, membantu mencegah anemia dan kehamilan di luar kandungan, serta kesuburan akan pulih setelah pencabutan implant. Namun, selain kelebihan-kelebihan tersebut, implant juga ternyata mempunyai kelemahan yaitu bisa mengakibatkan gangguan pada siklus haid karena adanya hormon progesterone yang terkandung di dalamnya, perdarahan ringan diantara masa haid, juga timbul sakit kepala ringan. karena mengandung hormon maka tentu saja akan berpengaruh pada metabolisme tubuh. Sama seperti halnya pil atau suntik, tidak jarang pengguna implant yang tidak cocok akan mengalami masa menstruasi yang berbeda-beda (Saifudin, 2006).


(52)

2.9.2 Ciri-Ciri Kontrasepsi Implant

1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon.

2) Nyaman.

3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. 4) Kesuburan akan segera kembali setelah implant dicabut.

5) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.

6) Aman dipakai pada masa laktasi.

2.9.3 Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi Bawah Kulit/Implant 1. Norplant

Terdiri dari 6 batang/kapsul silastik lembut berongga dengan panjang 3.4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2. Implanon dan Sinoplant

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3. Jadena dan Indoplant

Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.

2.9.4 Cara Kerja Implant

Dengan disusupkannya 1 kapsul, 2 kapsul atau 6 kapsul silastik implant di bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah levonogestrel ke


(53)

dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik. Besar kecilnya levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut. Satu set implant yang terdiri 6 kapsul dapat bekerja secara efektif selama 5 tahun. Sedangkan implanon yang terdiri dari 1 atau kapsul dapat bekerja secara efektif selama 3 tahun.

Dengan dilepaskannya hormon levonorgestrel secara konstan dan kontiniu maka cara kerja implant dalam mencegah kehamilan pada dasarnya terdiri atas :

1. Mengentalkan lendir serviks.

2. Menghambat proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.

3. Melemahkan transportasi sperma. 4. Menekan ovulasi.

2.9.5 Efektivitas

Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implan, vasektomi, dan tubektomi harus lebih banyak digalakkan. Penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat jangka panjang ini menjadi kebutuhan utama untuk menekan laju pertambahan penduduk. Dibandingkan dengan pil atau suntik, alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau implan memang kalah populer. Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, saat ini jenis alat kontrasepsi yang paling banyak dipilih adalah KB suntik (48,2 persen) dan pil 27,9 persen (Andrianto,2014). Efektivitasnya sangat tinggi. Kegagalan adalah 0,3% dalam praktek 1-3% (Sarwono, 2005)


(54)

2.9.6 Keuntungan

Keuntungan implant secara kontrasepsi antara lain adalah : (Nina, 2013) 1. Daya guna tinggi.

2. Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun.

3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan implant. 4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

5. Bebas dari pengaruh estrogen. 6. Tidak menggangu produksi asi.

7. Tidak mengganggu hubungan saat senggama. 8. Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. 9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Keuntungan implant secara non kontrasepsi antara lain adalah : 1. Mengurangi nyeri haid dan mengurangi jumlah darah haid

2. Mengurangi/memperbaiki anemia.

3. Melindungi terjadinya kanker endometrium. 4. Menurunkan angka kejadian endometriosis. 5. Mengurangi kejadian kelainan payudara

6. Memberi perlindungan terhadap beberapa penyebab penyakit radang panggul 2.9.7 Kekurangan

Kerugian /keterbatasan implant dapat timbul keluhan seperti : 1. Nyeri kepala, pening/pusing kepala.

2. Peningkatan/penurunan berat badan. 3. Nyeri payudara.


(55)

5. Tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

6. Memerlukan tindakan pembedahan minor untuk memasang/insersi dan pencabutannya, sehinggaklien tidak dapat mengehntikan sendiri pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

7. Efektivitasnya menurun jika menggunakan implant bersamaan dengan penggunaan obat untuk epilepsy dan tubercolosis.

8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan pertahun).

2.9.8 Pemasangan Implant

Pemasangan implant dilaksanakan pada bagian tubuh yang jarang bergerak. Berdasarkan penelitian, lengan kiri merupakan tempat terbaik untuk pemasangan yang sebelumnya dilakukan anastesi lokal (Sarwono, 2005).

Wanita yang diperbolehkan menggunakan implant, yaitu: 1. Umur reproduksi (20-35 tahun)

2. Telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau tidak ingin tambah anak lagi tetapi saat ini belum mau menggunakan kontrasepsi mantap.

3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

4. Pascapersalinan dan sedang menyusui bayinya berusia 6 minggu atau lebih. Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan implant, yaitu:

1. Hamil atau diduga hamil.


(56)

3. Ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5. Mioma uterus dan kanker payudara. 6. Ibu yang memiliki riwayat hipertensi.

7. Ibu yang memiliki riwayat diabetes mellitus. 2.9.9 Pencabutan Implant

Pencabutan dapat dilakukan setiap bila diinginkan. Dapat dicabut bila akseptor ingin hamil, ada kontraindikasi atau efek samping.

indikasi:

- Atas permintaan akseptor

- Timbulnya efek samping yang sangat menganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa

- Sudah habis masa pakainya - Terjadi kehamilan

2.9.10 Kontraindikasi Implant

Adapun kontraindikasi implant, yaitu : (Suratun, 2008) 1. Hamil atau diduga hamil

2. Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya 3. Tumor/keganasan

4. Penyakit jantung, kelainan haid, darah tinggi, kencing manis 2.9.11 Efek Samping

Pada kebanyakan pasien yang menggunakan KB implant dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),


(57)

hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea, hingga timbul keluhan-keluhan seperti :

1. Nyeri kepala/pusing.

2. Peningkatan atau penurunan berat badan. 3. Nyeri payudara serta perasaan mual.

4. Perubahan perasaan mood atau kegelisahan (nervous).

5. Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan implant. 6. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk

AIDS.

7. Pasien tidak dapat menghentikan sendiri pemakainan kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.

8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi 2.10 Akseptor

Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti (pelaksanaan) program keluarga berencana.

2.11 Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Penghentian Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

2.11.1 Faktor Predisposisi 1. Umur

Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi biokimia termasuk system hormonal seorang wanita. Kesehatan PUS sangat memengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak


(1)

ABSTRACT

Family planning is an activity to control birth rate as well as making gaps among children based on ideal gaps which suggested by government so it is able to control the amount of children in one family. It is important to be applied mainly to productive couples which later giving great contribution to children education level in family economic level and supporting government programs to control birth rate in one country.One of the contraceptions which is very effective to be used nowadays is implant. It is because of implant has some benefits such as highly effective, protection for three years in one used, returning fertility level soon after implant is opened, It is not bothering for breast feeding mother and it can be opened anytime based on one’s need.This research is descriptive with qualitative method which is designed by doing case study the making deep interview to the informants. The subject of this study is take from seven productive couples the drop out of using implants. This research is also intended to find out the reasons why productive women drop out of using implants. The result of the research showing that for those who drop out of using implants caused by several clinical complaints such as headache, loosing weight, obesity, weakness, period disturbance, sick until disturbing everyday activities. Another reasons why the users drop out of using implants because of lacking background knowledge about contraceptions which they used as well as to the hospital staffs are expected to give counseling about family planning to control birth rate.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR MATRIKS ………. vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.3. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Gambaran Umum Desa Durian IV Mbelang ... 8

2.1.1 Letak Lokasi Desa ……….. 8

2.1.2 Tata Ruang Desa ... 9

2.2. Kondisi Sosial Ekonomi ... 10

2.2.1 Penduduk ... 10

2.2.2. Berdasarkan Agama ... 11

2.2.3. Berdasarkan Mata Pencaharian ... 12

2.3. Fasilitas Kesehatan ... 13

2.4. Wanita Usia Subur (WUS) ... 13

2.5. Keluarga Berencana ... 14

2.6 Kontrasepsi ... 15

2.7. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB) ……….. 15


(3)

2.9 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/ Implant ……… 17

2.9.1. Pengertian AKBK/ Implant ……… 17

2.9.2. Ciri-ciri Kontrasepsi Implant ……….. 18

2.9.3. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi Bawah Kulit/ Implant ……….. 18

2.9.4. Cara Kerja Implant ………. 19

2.9.5. Efektifitas ……… 19

2.9.6. Keuntungan ………. 20

2.9.7 Kekurangan ………. 21

2.9.8. Pemasangan Impant ……… 21

2.9.9. Pencabutan Implant ……… 22

2.9.10 Kontra Indikasi Implant ………. 23

2.9.11 Effek Samping ……… 23

2.10. Akseptor ……… 24

2.11. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Penghentian Penggunaan Alat Komtrasepsi Implant………. 24

2.11.1. Faktor Predisposisi ………. 24

2.11.2. Faktor Pendukung ……… 29

2.11.3. Faktor Penguat ………. 29

2.11.4. Kerangka Fikir ……….. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ………. 32

3.2.2. Waktu Penelitian ……….. 33

3.3. Pemilihan Informant ... 33

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 33

3.5. Defenisi Istilah ... 34

3.6. Tehnik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34


(4)

4.1.2 Informan ……….. 34

BAB V PEMBAHASAN ... 42

5.1. Gambaran Karakteristik Kontrasepsi ... 42

5.2. Pengetahuan Informan Tentang KB ... 43

5.3. Alasan Informan Menggunakan KB Implant ……… 50

5.4. Orang yang Berperan Menyarankan Penggunaan KB Iimplant … 53

5.5. Peran Keluarga Terhadap Penggunaan KB Implant ……. ... 59

5.6. Peran Tokoh Masyarakat dan Petugas Kesehatan ……….. .. 61

5.7. Keluhan Klinis yang Dirasakan Terhadap KB Implant ……… 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 67

6.1. Kesimpulan ……….. 67

6.2. Saran ………. 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN KUESIONER LAMPIRAN


(5)

DAFTAR MATRIKS

Matriks 4.1. Karakteristik Informan Utama ... ... 34

Matriks 4.2. Tokoh Masyarakat ... .... 36

Matriks 4.3. Pengetahuan Informan Tentang KB ... . 36

Matriks 4.4. Alasan Informan Menggunakan KB Implant ... 37

Matriks 4.5. Orang yang Berperan Menggunakan KB Implant ... 38

Matriks 4.6. Peran Keluarga Terhadap Penggunaan KB Implant ... 39

Matriks 4.7. Peran Tokoh Masyarakat dan Petugas Kesehatan ... 40


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... ... 10

Tabel 2.2. Persentase Penduduk Berdasarkan Agama ... ... 11

Tabel 2.3. Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... .. 12