Analisis Tentang Konsolidasi Tanah Pada Desa Pematang Simalungun Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan tanah secara efektif dan semaksimal mungkin demi kesejahteraan
rakyat adalah sebuah harapan besar dan pencapaian utama yang perlu dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat. Pemanfaatan dan upaya penggunaan tanah secara maksimal
didasarkan perkiraan kuantitatif untuk masa yang akan datang, hal ini terjadi dengan
perkiraan jumlah lahan atau tanah yang dapat dimanfaatkan masyarakat terbatas dan
mempunyai jumlah yang selalu tetap dan tidak dapat ditambah, sementara jumlah
manusia semakin bertambah setiap tahunnya, selain alasan tersebut masih banyak
alasan-alasan pendukung dalam upaya peningkatan daya guna tanah land use, selain
yang telah disebutkan tadi maka, alasan perkembangan taraf hidup masyarakat atau
perkembangan peradapan manusia yang meningkat selalu, tidak dapat ditawar jelas
pasti memerlukan tanah, contoh konkrit adalah pembangunan pusat-pusat industri,
pembangunan perumahan, pembangunan infrastruktur fasilitas umum, semua itu konkrit
memerlukan tanah sebagai modal dasar pembangunan yang berguna untuk
kesejahteraan manusia. 1
Upaya-upaya pemerintah secara logis atas masalah di atas dilihat dari beberapa
bentuk kecil upaya pemerintah di dalam bidang pertanahan contohnya antara lain :
1.


Mengadakan landreform;

2.

Tata guna agrarian (land use planning);

3.

Pengadaan tanah demi kepentingan umum;

4.

Konsolidasi tanah.

Landerform adalah penataan kembali sistem pertanahan baik mengenai
peruntukan, penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah serta peralihan haknya sehingga

1

Ardiantoro, Bambang dan Edi Priatmono,2001, Penyelenggaraan Konsolidasi Tanah, Bahan

Diklat Tatalaksana Pengaturan Penguasaan Tanah,Pusat Pendidikan dan Latihan Badan Pertanahan
Nasional.

Universitas Sumatera Utara

tanah-tanah tersebut lebih baik dan produktif serta meningkatkan taraf hidup masyarakat
khususnya para petani penggarap. Upaya ini untuk menciptakan suatu pemerataan atas
penguasaan tanah pertanian guna meningkatkan perekonoian masyarakat Indonesia. Hal
ini sesuai dengan perintah Undang-undang nomor 5 tahun 1960 Pasal 7 UUPA tersebut
maka, pemerintah pun mengambil sikap dengan membatasi kepemilikan tanah sesuai
dengan pasal (2) ayat (2) hak menguasai dari Negara termaskud dalam ayat 1 pasal ini
memberikan wewenang untuk: 2
1.
2.
3.

Mengatur dan menyelenggarakan, peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi,air dan ruang angkasa tersebut;
Menentukan dan mnegatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air, dan ruang angkasa;

Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Berdasarkan pasal di atas jelas, adanya upaya pemerintah untuk mengatur dan
menata pertanahan di Indonesia dengan tepat guna, untuk dapat mencapai sebuah
pencapaian penggunaan tanah yang maksimal. Selain landerform, tata guna agrarian
juga merupakan suatu langkah yang konkrit dan nyata dari pemerintah untuk dapat
melaksankaan pemanfaatan tanah secara tepat guna, dengan melihat efisiensi dan
efektifitas tanah. Tata guna agrarian atau tata guna tanah yaitu mengenai peruntukan,
penggunaan dan persediaannya untuk kepentingan hidup rakyat dan Negara. Tata guna
mempunyai target penting berupa tata ruang dimana tata ruang tersebut ditujukan untuk
menyerasikan penatagunaan dan pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya dalam
dengan pembangunan sektor perekonomian, termasuk pembangunan permukiman,
industri, kepariwisataan dan kegiatan pembangunan yang lain.

2

Achmad Ali Chamsah, H.,2001, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia) Jilid 1, Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta.


Universitas Sumatera Utara

Selain yang telah diuraikan di atas, upaya pengadaan tanah demi kepentingan
umum adalah salah satu serta langkah pemerintah, mengatur peruntukan tanah
guna kepentingan umum, atau kepentingan sosial dimana langkah taktis
pengadaan tanah demi kepentingan umum ini diatur dalam undang-undang
Nomor 2 Tahun 2012 Jo. Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Demi Kepentingan Umum. Menurut Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2012 tentang Demi Kepentingan Umum sebagai berikut: “Pengadaan
tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti rugi yang
layak dan adil kepada pihak yang berhak”. 3
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat dilihat dalam bentuk: 4
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Jalan umum, jalan tol, rel kereta api (di atas tanah atau diruang atas
tanah,ataupun diruang bawah tanah) saluran air minum/air bersih, saluran
pembuangan air bersih dan sanitasi;
Waduk, bendungan air, irigasi, dan bangunan pengairan lainnya;
Rumah Sakit Umum dan pusat kesehatan masyarakat;

Pelabuhan, Bandar Udara, Stasiun Kereta Api, dan Terminal;
Peribadatan;
Pendidikan atau sekolah;
Pasar umum;
Fasilitas pemakaman umum;
Fasilitas keselamatan umum;
Pos telekomunikasi;
Sarana olahraga;
Stasiun penyiaran radio;
Kantor Pemerintah, Pemerintah Daerah, Perwakilan Negara Asing,
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan atau Lembaga-Lembaga Internasional, di
bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa;
Fasilitas Tentara Nasional Indonesia Dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan lembaga lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
Rumah susun sederhana.
Tempat pembuangan sampah;
Cagar alam dan cagar budaya;
Pertamanan;
Panti sosial;
Pembangkit transmisi, distribusi tenaga listrik.


Selanjutnya adalah konsolidasi tanah (land conculidatoin), adalah sebuah langkah dari
pemerintah untuk memanfaatkan tanah secara maksimal serta berupaya meningkatkan
nilai ekonomis tanah, dengan cara pemberdayaan tanah secara tepat guna, akan tetapi
3

Soerjono, Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Ppress, Jakarta.
Oloan, Sitorus,2006, Keterbatasan Hukum Konsolidasi Tanah Perkotaan Sebagai Instrumen
Kebijakan Pertanahan Partisipatif Dalam Penataan Ruang Di Indonesia, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia
Yogyakarta.
4

Universitas Sumatera Utara

upaya konsolidasi ini, selalu menimbulkan permasalahan serta kegagalan di dalam
pelaksanaannya. 5
Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,
dimana secara geografis letak dari Kabupaten Simalungun, berbatasan dengan
kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan, serta Kabupaten
Toba Samosir, topografi daerah Kabupaten Simalungun, dilihat dari aspek jumlah

kepadatan penduduk serta perekonomian daerah termasuk daerah kabupaten yang
potensial, baik jumlah penduduk yang padat juga pembangunan perekonomian serta
sehingga Kabupaten Simalungun memerlukan suatu manajemen bidang pertanahan
yang konfrehensif dan tepat guna, pelaksanaan tersebut harus didukung dengan konsep
tata ruang atas pemukiman serta fasilitas yang menunjang kesejahteraan penduduk
secara matang. Selain itu penyediaan tata ruang pembangunan ekonomi dalam bentuk
pembangunan perusahaan serta bangunan kantor-kantor sebagai wujud pelaksanaan
pelayanan terhadap masyarakat. 6
Kabupaten Simalungun memiliki, 33 kecamatan yang merupakan potensi bagi
Kabupaten Simalungun yang salah satu dari kecamatan tersebut adalah Kecamatan
Siantar, yang merupakan salah satu kecamatan yang vital atau kecamatan yang paling
penting bagi Kabupaten Simalungun, karena pada kecamatan ini dibangun pusat
perkantoran Kabupaten Simalungun serta objek-objek penting bagi Kabupaten
Simalungun yaitu instansi-instansi vertical. Pada kecamatan ini juga yang memiliki
tingkat kepadatan penduduk, sehingga pembangunan pemukiman penduduk sangatlah
penting.

5

I Wayan, Suanda, 1991, Hukum Pertanahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta

Maria, Sumardono, Juni 2001, kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi,
Makalah pada Lokakarya Regional Konsolidasi Tanah Perkotaan yang dilaksanakan di Medan, tanggal
12-13 Desember 1994.
6

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Simalungun di tahun 1989 pernah diadakan suatu konsep konsolidasi
tanah, tepatnya di Desa Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar. Sebelum Desa
Pematang Simalungun, desa ini masih menjadi satu dengan induknya, Desa Pematang
Simalungun adalah desa hasil pemekaran Desa Rambung Merah, jadi sesungguhnya
pada saat itu Desa Rambung Merahlah sebagai objek konsolidasi, akan tetapi
pelaksanaan konsolidasi di daerah ini, mengalami banyak kegagalan, dan semua tanah
hasil yang merupakan objek konsolidasi menimbulkan masalah tidak hanya di dalam
pelaksanaannya, ada ketidakjujuran dan perampasan hak secara terselubung di dalam
pelaksanaan konsolidasi tersebut atas tanah milik warga yang terkena objek konsolidasi
sehingga ada salah satu bagian dari tanah di daerah ini, yang merupakan objek
konsolidasi di upayakan jalur hukum Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
membatalkan kebijakan konsolidasi tanah, yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Simalungun dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun. Yang menjadikan judul

ini pantas diangkat adalah bahwa permasalahan konsolidasi di Desa Pematang
Simalungun, Kecamatan Siantar, menimbulkan konflik yang berkepanjangan atas
penguasaan tanah-tanah yang menjadi objek konsolidasi. Dan sempat konflik itu
menimbulkan

pertikaian-pertikaian

kekerasan

masyarakat

antara

masyarakat

Konsolidasi tanah di Desa Pematang Simalungun ini, telah menimbulkan pertanyaan
yang belum terjawab dari beberapa kurun waktu yang ada semenjak konsolidasi
tersebut. 7

7


Soerjono, Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Ppress, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah
Dari apa yang dikemukakan sebagai hal yang melatarbelakangi judul yang
penulis kemukakan maka perlu kiranya penulis merumuskan beberapa point pokok yang
menjadi titik tolak yang menjadi permasalahansebagai berikut :
1.

Mengapa konsolidasi tanah di Desa Pematang Simalungun Kecamatan Siantar,
Kabupaten Simalungun mengalami kegagalan?

2.

Bagaimana solusi yang dilakukan kepada pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa
Pematang Simalungun Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun yang mengalami
kegagalan tersebut?

3.

Apakah konsolidasi tanah di Desa Pematang Simalungun

Kecamatan Siantar,

Kabupaten Simalungun telah memberi manfaat bagi masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada judul, latar belakang dan perumusan masalah yang
dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 8
1.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kegagalan pada
pelaksanaan konsolidasi di Desa Pematang Simalungun Kecamatan Siantar,
Kabupaten Simalungun.

2.

Untuk mengetahui solusi yang dilakukan dari pelaksanaan konsolidasi tanah yang
mengalami kegagalan tersebut di Desa Pematang Simalungun Kecamatan Siantar,
Kabupaten Simalungun.

3.

Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa Pematang
Simalungun Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

8

Bambang, Sunggono, 1997, Metodologi Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 16.

Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, dapat diklarifikasikan atas manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Secara teoritis hasil penelitian yang diperoleh nanti diharapkan dapat
menjadi khasanah kajian guna pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanahan
yang dikemukakan dalam hal proses pengadaan tanah secara umum diseluruh daerah
Indonesia dan secara khusus di Kabupaten Simalungun, selain itu juga dapat
dikembangkan oleh para peneliti yang lain dalam kaitannya memberi manfaat bagi
kepentingan banyak pihak. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat
bermanfaat sebagai masukan untuk para praktisi
hukum, notaris, masyarakat, dan pemerintah, terutama kepada pemerintah Kabupaten
Simalungun, serta Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan kepada informasi yang ada penelusuran kepada daftar kepustakaan
secara khusus pada lingkungan Universitas Sumatera Utara penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang menyangkut pelaksanaan konsolidasi tanah pada
Desa Pematang Simalungun Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun (Studi Perkara
No. 53/G/2012/PTUN/MDN). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian
berkenaan dengan topik dan permasalahan yang penulis teliti masih bersifat aktual dan
asli. Dan penelitian ini juga dapat dikatakan, belum diteliti oleh banyak pihak baik dari
kalangan akademisi maupun dari kalangan praktisi.

Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau

proses tertentu terjadi. Dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada faktafakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Kerangka Teori adalah kerangka
pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan
(problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
Menurut

A.

P.

Parlindugan

Konsolidasi

(land

consolidation)

adalah

penggabungan dan/atau pengaturan kembali tanah-tanah sehingga akan sesuai dengan
yang direncanakan di daerah perkotaan ataupun di pinggiran. 9
Menurut

Nasucha

“Yang

dimaksud

konsolidasi

adalah

suatu

model

pembangunan yang berkaitan dengan masalah kebijaksanaan pengadaan tanah untuk
kepentingan jalan dan prasarana umum, yang merupakan salah satu unsur dalam
pembangunan itu, suatu model pembangunan yang mengatur semua bentuk tanah yang
semula terpecah-pecah dan dengan bentuk yang tidak teratur, melalui pergeseran letak
penggabungan, pemecahan, penukaran, penataan letak, penghapusan, pengubahan yang
disempurnakan dengan adanya pembangunan fasilitas umum seperti jalur hijau dan
sebagainya, sehingga menghasilkan pemanfaatan tanah”. 10
Konsolidasi tanah (land consolidation) dapat dikatakan kebijakan pertanahan
partisipatif dan pemanfaatan tanah sebagaimana yang dialokasikan Rencana Tata Ruang

9

Parlindungan, AP, 1991, Landerform di Indonesia Suatu Studi Perbandingan, Mandar Maju,

Bandung.
10

Chadijah Dalimunte, Politik Hukum Agraria Nasional terhadap Hak-hak Atas Tanah, Penerbit
Yayasan Pencerahan Mandailing, Medan, 2008, Hal 87

Universitas Sumatera Utara

untuk Permukiman. Konsolidasi tanah menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepala Badan
pertanahan nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi sebagai berikut :
”konsolidasi tanah adalah kebijakan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan
tanah dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya
alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.” 11
Berdasarkan uraian Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4
tahun 1991 tentang Konsolidasi, maka konsolidasi tanah dapat diartikan : 12
a.
b.
c.

Suatu kegiatan terpadu menata kembali suatu wilayah sehingga menjadi
teratur, lengkap dengan prasarana dan kemudahan yang diperlukan.
Dengan penggunaan secara optimal untuk tempat pemukiman perusahaan dan
sebagainya.
Tanpa memerlukan penyediaan model dalam jumlah besar karena biaya untuk
penataan kembali dan pembangunan di biayai dari pengembangan itu sendiri.

Sehingga konsolidasi adalah suatu upaya yang dilatar belakangi atas beberapa
dasar yang penting, yaitu :
1.

Efisiensi penggunaan tanah, tertib, teratur, berwawasan lingkungan dengan
berpedoman pada rencana tata ruang daerah.

2.

Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan upaya pemeliharaan sumber
daya alam.

Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia menurut data statistik akan mencapai
76 juta (36% dari jumlah penduduk Indonesia) pada tahun 2000, perlu mempersiapkan

11

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi

Tanah.
12

Mudjiono, Politik dan Hukum Agraria, Liberty, Yogyakarta, 1997, hal 75

Universitas Sumatera Utara

diri untuk mengantisipasi penggunaan dan pemanfaatan tanah, dengan melihat pada
keterbatasan penyediaan dan ekstensifikasi tanah.
Efesiensi dan efektivitas penggunaan tanah di suatu kawasan pemukian yang
relative belum terencana merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk
memperbaiki kawasan tersebut. Sedangkan kebijaksanaan yang sesuai dengan kondisi
ini adalah dengan melaksakan konsolidasi tanah perkotaan (KTP), yaitu suatu upaya
untuk menata kembali suatu wilayah sehingga menjadi teratur melalui proses
pergeseran, penggabungan, pemisahan, penukaran, penghapusan, dan pengubahan
kepemilikan tanah. Partisipasi masyarakat dalam konsep pelaksanaan KTP dapat
diungkapkan sebagai pendekatan pembangunan yang melibatkan keikutsertaan
masyarakat.
Karakteristik sosial, ekonomi, dan motivasi partisipasi adalah aspek yang
mempengaruhi tingkat partisipasi. Besar kecilnya partisipasi yang tercermin tergantung
dari partisipasi tersebut. Berdasarkan pola keterkaitan antara karakteristik-karakteristik
sosial ekonomi dan aspek-aspek partisipasi itu sendiri, dapat dikemukakan bagi
pelaksanaan KTP di masa yang akan datang.
Dalam konsolidasi tanah adalah secara umum terbagi atas 2 bagian yaitu
konsolidasi tanah perkotaan dan konsolidasi tanah pedesaan, dimana masing-masing
konsolidasi itu mempunyai tahapan yang sama. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai
berikut : 13

13

Jayadiamata, T. Johara,1999, Tata Guna Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan
Wilayah, ITB Bandung.

Universitas Sumatera Utara

Tahapan-tahapan pada konsolidasi tanah perkotaan dan pedesaan :
a.

Pemilihan lokasi;

Pemilihan lokasi dilakukan dengan melihat potensi keberadaan suatu daerah, serta
masyarakat yang terdapat dalam daerah itu, sehingga dari pemanfaatan tersebut,
nantinya dapat dilihat urgensi pentingnya dilakukan upaya konsolidasi tanah di daerah
tersebut.
b.

Penyuluhan;

Pada penyuluhan, subjek konsolidasi tanah diberikan pemahaman mengenai manfaat,
serta tujuan dari konsolidasi tanah, diharapkan dengan adanya pemahaman subjek
konsolidasi tanah, maka memberi kesadaran akan manfaat konsolidasi baik bagi subjek
sendiri maupun bagi masyarakat banyak.

c.

Penjajakan Kesepakatan;

Konsolidasi ini adalah sebuah bentuk perjanjian akan pelepasan hak terhadap bidang
tanah oleh pemilik tanah, karena hubungan yang erat antara pemilik tanah dengan
tanahnya, dan tanah tersebut akan dilepas maka dirasa perlu dilakukan kesepakatan
untuk pencapaian konsolidasi ini.

d.

Penetapan konsolidasi tanah dengan surat keputusan Walikota dan Bupati;

Karena konsolidasi ini dilakukan baik di kota maupun di pedesaan, yang nota bene
adalah wilayah dari Kabupaten/kota maka dianggap perlu suatu penetapan oleh Kepala
Tingkat II yaitu Bupati dan Walikota.

Universitas Sumatera Utara

e.

Identifikasi subjek dan objek;

Peserta konsolidasi tanah menandatangani surat persetujuan, maka satuan tugas
pelaksanaan melakukan kegiatan identifikasi subjek dan objek, identifikasi meliputi
penelitian kebenaran atas kepemilikan tanah oleh pemilik atau subjek dalam konsolidasi
tanah. Dalam penelitian ini, mencatat pemilik serat ahli waris ataupun yang
bersangkutan langsung dengan objek tanah konsolidasi, sedangkan pada objek
dilakukan upaya penelitian mengenai atas hak tanah terhadap objek konsolidasi serta
mengukur berapa luas tanah yang menjadi objek konsolidasi.

f.

Pemetaan dan pengukuran keliling;

Pengukuran meliputi pengukuran keliling, pada pengukuran keliling yang dilakukan
adalah mengukur seluruhnya objek konsolidasi secara menyeluruh dari setiap objek
yang ikut dalam konsolidasi tanah ini.

g.

Pengukuran dan pemetaan rincian;

Pengukuran rincian dilakukan atas tanah bidang perbidang atas konsolidasi tanah, atau
kavling perkavling atas tanah objek konsolidasi tersebut.

h.

Pengukuran topografi dan pemetaan penggunaan tanah;

Kegiatan topografi tanah meliputi :
1) Mengukur ketinggian di lapangan,
2) Memeratakan hasil pengukuran,
3) Membuat garis ketinggian,
4) Menghitung lereng,

Universitas Sumatera Utara

i.

Pembuatan blok plan/pradesain tata ruang;

Desain konsolidasi tanah dibuat untuk penggambaran rencana jaringan jalan serta
lingkungan di lokasi konsolidasi.
j.

Pembuatan desain tata ruang;

Desain konsolidasi tanah dibuat untuk merencanakan bentuk dan letak bidang-bidang
tanah setelah dikurangi sumbangan tanah untuk pembangunan pengkaplingan tanah.
k.

Musyawarah tentang penetapan kapling baru;

Dengan adanya daerah baru yang tercipta, apabila konsolidasi tanah tersebut, berkenan
dengan pembangunan perumahan serta hal berkaitan dengan hal tersebut, maka dirasa
perlu menetapkan kavling yang baru atas tanah yang telah tersusun atas konsolidasi
tersebut.

l.

Pelepasan hak atas tanah oleh para peserta;

Pelepasan hak oleh subjek konsolidasi tanah atas tanah yang dimilikinya dilakukan
dengan memberikan tanah tersebut kepada Negara sehingga pada saat terjadi
konsolidasi maka tanah tersebut sudah dalam keadaan tanah Negara.

m. Penegasan tanah sebagai objek konsolidasi tanah;
Kepala Kantor Pertanahan mengajukan penegasan objek konsolidasi tanah kepada
Kepala Badan Pertanahan melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi,
dalam penegasan tersebut terlampir sebagai berikut : 14
1) Surat Keputusan Walikota/Bupati tentang yang ditunjuk sebagai objek konsolidasi;
2) Daftar persetujuan mengenai keikutsertaan di dalam pelaksanaan konsolidasi tanah;
3) Daftar peserta dan masing-masing luasnya tanah;
14

Op. Cit, Hal 65.

Universitas Sumatera Utara

4) Daftar pernyataan pelepasan tanah dari masing-masing peserta yang mengikuti
konsolidasi.
5) Peta situasi tanah yang dijadikan objek konsolidasi tanah;
6) Peta penggunaan tanah;
7) Peta rencana umum tata ruang;
8) Riwayat tanah;
9) Desain tata ruang wilayah tentang konsolidasi tanah.

n.

Staking out/relokasi;

Pada bagian relokasi ini adalah upaya pelaksanaan pengkavlingan tanah-tanah yang
menjadi objek konsolidasi tanah, dimana sesuai dengan rencana konsolidasi.
o.

Konstruksi pembentukan badan jalan;

Untuk meningkatkan nilai ekonomis terhadap tanah yang terkena konsolidasi tanah,
maka dilakukan pembentukkan jalan diatas tanah yang menjadi objek konsolidasi tanah,
selain itu tujuan utama dari konsolidasi tanah adalah bagian peningkatan efisiensi serta
efektivitas tanah.
p.

Retribusi tanah/penerbitan SK pemberian hak;

Retribusi tanah diambil dari pelepasan hak oleh pemilik tanah atau penggarap, dengan
kata lain bahwa konsolidasi tanah dilakukan dengan biaya yang diambil dari masyarakat
dimana tanahnya menjadi obejk konsolidasi, akan tetapi pembenahan biaya tersebut
tidak dikutip secara langsung kepada pemilik tanah

Universitas Sumatera Utara

melainkan hasil dari adanya pelepasan sehingga tanah yang menjadi objek konsolidasi
tanah.
q.

Sertifikat

Sertifikat sebagai dasar hak yang ada pada konsolidasi tanah, dibuat setelah konsolidasi
tanah tersebut telah siap dibuat, atau telah siap dilaksanakan, sehingga sertifikat ini
adalah hak baru bagi peserta konsolidasi tanah (subjek konsolidasi).
Di dalam tahapan-tahapan di atas mengenai proses konsolidasi tanah baik di daerah
perkotaan maupun di daerah pedesaan melibatkan beberapa instansi penting yaitu :
pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia, Kantor Wilayah pertanahan Provinsi, Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota,
dimana konsolidasi tanah itu diadakan, masalah tugas pokok dan fungsi dari lembagalembaga ini diatur dalam Pasal 5 Perbankan Nomor 4 tahun 1991 tentang konsolidasi.
Bahwa secara konkrit kegiatan konsolidasi tanah meliputi penataan kembali bidangbidang tanah dan atau penggunaan tanahnya dengan dilengkapi prasarana jalan, irigasi,
fasilitas lingkungan, serta fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan dengan
melibatkan pemilik tanah ataupun penggarap tanah. Tujuan dan sasaran di dalam
konsolidasi tanah jelas diatur dalam Pasal 2 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor
4 Tahun 1991 tentang konsolidasi bahwa tujuan konsolidasi adalah untuk mencapai
pemanfaatan tanah secara optimal, melalui pengingkatan efesiensi dan produktivitas
tanah, sedangkan sasaran dari konsolidasi tanah adalah terwujudnya suatu tatanan
penguasaan dari penggunaan tanah yang tertib dan teratur. Akan tetapi tidak sebatas itu
saja tujuan serta sasaran yang menajdi target pencapaian

Universitas Sumatera Utara

diadakannya suatu konsolidasi pertanahan, lebih dari itu secara luas konsolidasi tanah
mempunyai beberapa aspek yaitu : 15
1) Fisik : dimana diupayakan penciptaan lingkungan tempat pemukiman yang baik,
sehat optimal dalam peruntukannya, penggunaan persediaan dan pemeliharaan
sehingga mampu mencegah gejala terpecah-pecah dan terpencarnya pemilikan
suatu hak atas tanah.
2) Ekonomi : dapat menghemat dana pengeluaran pemerintah untuk ganti rugi dan
operasional pembangunan sarana umum, meningkatkan nilai ekonomis dari tanah
matang sehingga mengurangi spekulasi tanah.
3) Sosiologi : dapat memupuk kesadaran masyarakat dalam partisipasi aktif dalam
pembangunan di daerahnya sehingga menghindarkan adanya gejala penggususran
dan sisi lain merupakan ……… prinsip gotong royong.
4) Psikologis : meningkatkan harga diri dan kegairahan kerja pemilik tanah karena
adanya peningkatan nilai tanah sekaligus mampu menciptakan ketentraman karena
adanya jaminan kepastian hukum atas haknya.
Secara terperinci tujuan konsolidasi tanah (land consolidation) adalah mencapai
pemanfaatan tanah secara optimal melalui peningkatan efesiensi dan produktivitas
dalam penggunaan tanah sehingga dengan demikian dapat :
1. Memenuhi kebutuhan akan adanya lingkungan pemukiman yang teratur, tertib,
dan sehat.

15

Harsono, Boedi, 2003, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan (Undang-undang
Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 1993, Tatacara melepaskan Hak dan
Penguasaan Fisik atas Tnaha serta Pemberian Hak Atas Satuan Tanah Baru Dalam Penyelenggaran
Konsolidasi Tanah, Makalah pada Lokakarya Konsolidasi Tanah se Kalimantan tanggal 2-3 Maret 1992
di Pontianak, Diterbitkan Direktorat Pengaturan Penguasaan Tanah-Badan Pertahanan Nasional.

Universitas Sumatera Utara

2. Memberi kesempatan kepada pemilik tanah untuk menikmati secara langsung
keuntungan konsolidasi tanah (land consolidation). Baik kenaikan harga tanah
maupun kenikmatan lainnya, karena terciptanya lingkungan yang teratur;
3. Meningkatkan pemetaan hasil-hasil pembangunan pemukiman sehingga dapat
dinikmati langsung oleh pemilik tanah;
4. Menghindari konflik-konflik yang sering timbul dalam penyediaan tanah secara
konvensional;
5. Mempercepat laju pembangunan wilayah pemukiman;
6. Menerbitkan administrasi pertanahan serta mengehmat pengeluaran dana
pemerintah untuk pembangunan prasarana jalan, fasilitas umum, ganti rugi, dan
operasional;
7. Meningkatkan efesiensi dan priduktivitasnya penggunaan tanah.
Berdasarkan lokasi kegioatan konsolidasi tanah (land consolidation) dapat dibedakan
menjadi 2 antara lain konsolidasi tanah

perkotaan dan konsolidasi tanah

pedesaan/pertanian. Konsolidasi (land consolidation) dipergunakan dalam rangka
mengakomodasikan

kegiatan-kegiatan

pembangunan

baik

diperkotaan

maupun

dipedesaan yang menuntut terwujudnya suatu bidang tanah yang tertib dan teratur
sesuai rencana tata ruang sebagai berikut : 16
1.

Konsolidasi Tanah (Land Consolidation) di Perkotaan Pada konsolidasi tanah
(Land Consolidation) di perkotaan diarahkan kepada daerah pengembangan
perkotaan dalam rangka penyediaan atau penambahan sarana dan prasarana
perkotaan, antara lain :
16

Parlindungan, AP, 1991, Landerform di Indonesia Suatu Studi Perbandingan , Mandar Maju, Bandung, 1993,
Komentar atas Undang-undang Penataan Ruang (Undang-undang Nomor: 24 Tahun 1992), Mandar Maju, Bandung, 1992, Beberapa
Pelaksanaan Kegiatan Undang-undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung 1989, Bunga Rampai Hukum Agraria serta
Landerform bagian I, Mandar Maju, Bandung.

Universitas Sumatera Utara

a) Pengembangan kawasan pemukiman atau perumahan baru,
b) Penataan kembali kawasan pemukiman atau perumahan yang tidak teratur,
c) Penataan kawasan dalam rangka pembangunan sarana dan prasarana perkotaan,
d) Pengadaan jalan, pelebaran jalan, pembuatan drinase, dan lain-lain,
e) Pembangunan kembali kawasan yang mengalami musibah seperti kebakaran,
banjir dan gempa bumi,
f) Proyek-proyek pembangunan perkotaan lainnya.

2.

Konsolidasi Tanah (Land Consolidation) di Pedesaan
Pada konsolidasi tanah (Land Consolidation) di pedesaan terutama diarahkan pada
usaha penataan terhadap tanah-tanah pertanian termasuk kawasan pertanian antara
lain : 17
a) Pembangunan kawasan perkebunan pola flasma,
b) Pengembangan dan perluasan perkebunan rakyat,
c) Pembukaan areal pertanian yang baru,
d) Penataan, pengadaan peningkatan system pengairan usaha pertanian,
e) Penataan kembali kawasan pemukiman dan tanh pertanian pedesaan,
f) Proyek-proyek pengembangan di wilayah pertanian lainya.

3.

Peserta Konsolidasi Tanah (Land Consolidation)

Peserta Konsolidasi Tanah (Land Consolidation) adalah para pemilik tanah (pemegang
hak atau penggarap) pada lokasi yang ditetapkan dan bersedia melepaskan hak atas
tanahnya kepada Negara dan kemudian setelah ditata diserahkan kembali kepada

17

Waluyo, Bambang, 1991, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

mereka pelepasan hak menjadi tanah Negara harus dilakukan dan merupakan
kewajiban, agar setelah dilakukan penataan tanah tersebut, dan diserahkan kembali
kepada mereka telah mempunyai hak baru, syarat lain yang harus dilakukan oleh peserta
konsolidasi tanah (Land Consolidation) antara lain : 18
1. Membuat surat penyataan bersedia menjadi peserta, bersedia menyumbang
sebahagian tanahnya untuk pembangunan jalan dan fasilitas lainnya.
2. Apabila tanah dalam keadaan sengketa pihak yang bersengketa menyatakan
persetujuan ikut Konsolidasi Tanah (Land Consolidation).
3. Konsolidasi tanah sebagai bentuk atau model pembangunan yang konsep dari
pemilik tanah, oleh pemilik tanah, dan untuk rakyat, hal ini mengandung makna
dalam Konsolidasi Tanah partisipasi rakyat peserta Konsolidasi Tanah (Land
Consolidation).
Keterkaitan antara orang yang memiliki, menjadi tanah yang dimiliki, menjadi
sangat komfleks dengan berbagai dimensinya, sehingga proses pengambilan tanah
penduduk dengan tanpa kerelaan dari pemegang hak dan akan menimbulkan banyak
masalah, persoalan pengadaan tanah, pencabutan hak ataupun apapun namanya selalu
menyangkut dua aspek tanah yang harus seimbang antar kepentingan pemerintah dan
kepentingan masyarkat. Kedua belah pihak harus memperhatikan ketentuanketentuanyang mengatur tentang hal tersebut, bilamana tidak diindahkan maka akan
menimbulkan sengketa dan konflik.
Jika kita perhatikan, sering kali kita jumpai bidang-bidang tanah berderet yang
masing-masing berbentuk jajaran genjang terhadap jalan. Tidak jarang pula kita jumpai,
18

Wargakusumah, Hasan, dkk, 1995, Hukum Agrarioa Buku Panduan Mahasiswa, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

bidang-bidan tanah yang mengelompok sedemikian rupa sehingga sulit untuk
menjangkau bidang tanah yang letaknya di bagian dalam. Lebih jauh lagi jika kita
perhatikan banyak petani yang memiliki lahan pertanian yang terpencar dan dalam
luasan yang kurang dari kebutuhan minimal usaha pertanian. Kelompok bidang tanah
dengan contoh diatas merupakan sebagian dari obyek konsolidasi tanah untuk dilakukan
penataan ulang. Dengan penataan diharapkan dapat diperoleh bidang tanah yang lebih
teratur baik bentuk, luas, letak ataupun aksibilitasinya.Oleh karena itu, penataan dengan
Konsolidasi tanah akan memberikan manfaat besar pada masyarakat antara lain: 19
a. Rakyat tidak tergusur, tetapi ikut menikmati hasil pembangunan.
b. Tersedianya fasilitas umum, jalan, dan drainasi yang baik.
c. Nilai tanah baik.
d. Lingkungan tertua.
e. Masyarakat memiliki sertifikat.
Pembangunan di segala bidang membutuhkan tanah sebagai media. Namun,
seringkali rencana pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat
justru mengalami kendala pada penyediaan lahannya.
Konsolidasi tanah merupakan alternatif strategi yang ditawarkan dalam
penyediaan tanah untuk pembangunan, Penataan dengan Konsolidasi tanah memberikan
manfaat besar pada masyarakat, antara lain: Rakyat tidak tergusur, tetapi ikut menikmati
hasil pembangunan, Tersedianya fasilitas umum, jalan, dan drainasi yang baik nilai
tanah naik, Lingkungan tertata, Masyarakat memiliki sertifikat. Penyediaan lahan untuk
pembangunan yang menjadi masalah dalam pelaksanaan pembangunan teratasi dengan

19

Mudjiono, Oktober 1997, Politik dan Hukum Agrarian, Liberty, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

dilaksanakannya

konsolidasi

melalui

instrument

Sumbangan

Tanah

Untuk

Pembangunan (STUP) yang telah disepakati bersama untuk penyediaan jalan, taman,
fasilitas umum, dan fasilitas sosial lainnya. Sehingga anggaran pemerintah dapat
dihemat. Pelaksanaan konsolidasi tanah yang dapat terlaksana dengan baik akan
menguntungkan semua pihak; masyarakat untung, lingkungan tertata rapi yang pada
gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Akan tetapi disalam pelaksanaan
konsolidasi

tanah

pernah

juga

mengalami

kegagalan,adapun

faktor

yang

menyebabkannya adalah : 20
1.

Capacity Bearing/tegas kegagalan atau ketidakstabilan, mencakup tanah
longsor.

2.

Kegagalan atau defleksi struktur pondasi.

3.

Elastic atau penyimpangan tanah atau batu.

4.

Konsolidasi (kompresi) tanah atau batu.

5.

Penyusutan sehubungan dengan pengeringan.

6.

Perubahan pada kepadatan sehubungan dengan goncangan atau getaran.

7.

Perubahan kimia yang mencakup peluruhan erosi bawah tanah.

8.

Kehancuran pembukuan bawah tanah seperti gua atau tambang.

9.

Kehancuran structural sehubungan dengan melemah dari sementasi ketika

10. Saturasi.

2.

Konsepsi
Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut
20

Adi, Sutrisno, 1987, Metodologi Riset nasional. AKNIIL, Magelang.

Universitas Sumatera Utara

dengan operational definition. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk
menghindarkan perbedaan pengertian atau penapsiran mendua (dibius) dari suatu istilah
yang dipakai.

G. Metode Penelitian
1.

Sifat dan Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian hukum yuridis normatif dan

deskriptif analisis, 21 penelitian ini bersifat yuridis normatif karena penulisan ini, dimana
orientasi utama penelitian ini adalah menganalisa sebuah kebijakan hukum contohnya
putusan pengadilan ataupun ketetapan dan keputusan pejabat tata usaha Negara terhadap
peraturan yang berlaku serta sumber-sumber hukum lainnya, sifat ini dapat dilihat dari
objek yang teliti sebagai berikut : menganalisis putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
Medan Nomor 53/G/2011/PTUN/MDN.
Mengenai perkara konsolidasi tanah yang terjadi di Desa Pematang Simalungun
Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun dan berupaya menguji putusan tersebut,
berdasarkan aturan normatif (peraturan perundang-undangan) serta teori hukum yang
merupakan doktrin dari para ahli hukum.
Sehingga dengan cara ataupun metode tersebut, nantinya mendapatkan suatu
uraian ilmiah mengenai putusan tersebut, serta dampak yang logis atas masalah yang
dijumpai dalam penelitian ini. Dengan metode itu juga maka penulisan ini dapat
diketahui adalah penelitian yang bersifat yuridis normative (normative research) yaitu
melakukan

pembahasan

berdasarkan

data-data serta

dokumen-dokumen

yang

21

Bahder Johan dalam bukunya mengemukakan dalam pengkajian atau peneliti ilmu hukum
normative kegiatan analisis berbeda dengan cara langkah atau kegiatan menganalisis sangat spesifik atau
khusus, kekhususannya disini bahwa yang dilihat adalah apakah syarat-syarat normative dari hukum itu
sudah terpenuhi atau belum sesuai dengan ketentuan dan berguna hokum itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

mempunyai relevansi, terutama sekali mengenai lembaga-lembaga yang bergerak dalam
pelaksanaan konsolidasi ini.
2.

Teknik Pengumpulan Data
Untuk menambah dan memperkuat informasi yang diperoleh, penelitian ini juga

akan melakukan studi kepustakaan (library research) 22

Studi kepustakaan dalam

penelitian ini,mengumpulkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, studi
kepustakaan merupakan analisis konsep terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara Perkara Nomor 53/G/2011/PTUN/MDN, yang dianalisis pada penelitian ini.
3.

Sumber Data
Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, serta

Lembaga-lembaga

yang

terkait

dalam

masalah-masalah

perkara

Nomor

53/G/2011/PTUN/MDN, adapun lembaga-lembaga yang terkait dengan masalah
konsolidasi tanah di Desa Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, kabupaten
Simalungun, seperti Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun, Advokat yang
menangani perkara tersebut, serta Kantor Kepala Desa Pematang Simalungun atau Desa
Induknya dahulu yaitu Desa Rambung Merah, Kantor Camat pematang Siantar serta
lembaga-lembaga yang pernah terlibat dalam pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa
Pematang Simalungun, dahulu Desa Rambung Merah.
Sebagai data dalam penelitian ini digunakan data sekunder sebagai data yang
dapat menunjang keberadaan data primer tersebut, adapun kedua data tersebut meliputi
sebagai berikut :
22

W.J.S Purwadarminta, 1991, Kamus Umum bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Data Sekunder
Yaitu data yang bersumber dari bahan pustaka yang merupakan alat dasar yang
digolongkan sebagai ata sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier.
a)

Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan
utama yang dipakai dalam eangka penelitian ini yaitu Peraturan Kepala Badan
Nomor : 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi, Undang-undang Pokok Pertanahan
Nomor : 3 Tahun 1960.

b) Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan primer dan dapat
membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-hasil
penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, serta dokumendokumen dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah konsolidasi
pertanahan.
c)

Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer
dan bahan sekunder seperti Kamus Hukum, Ensiklopedia, dan lain-lain.

4.

Alat pengumpulan Data
Adapun alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1.

Studi

dokumentasi

terhadap

Putusan

Perkara

Nomor

53/G/2011/PTUN/MDN, data dan arsip lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.

Wawancara kepada pihak atau lembaga yang terkait dalam masalah
konsolidasi tanah ini. Terutama mengenai perkara 53/G/2011/PTUN/MDN.

3.

Buku-buku serta peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
penelitian ini.

5.

Analisa Data
Dimana selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah

yang ingin dipecahkan. Bahwa secara umum dalam penelitian ini menggunakan studi
dokumen yaitu data primer sedangkan data sekunder hanya wawancara terhadap
beberapa pihak dari beberapa lembaga yang terlibat terhadap masalah konsolidasi tanah
di Desa Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun seperti
Kantor Pertanahan Kabupaten Simalungun, maka orientasi utama adalah data primer
sehingga penelitian ini jelas menggunakan analisis data kualitatif, karena melalui kajian
pembahasan serta analisis data primer maka data primer adalah data yang paling utama
dalam penelitian ini, sementara data sekunder merupakan penunjang atau tambahan,
metodologi penelitian yang sifatnya data primer adalah metodologi kepustakaan.

Universitas Sumatera Utara