Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Qualiy Function Deployment (QFD) dan Macro Ergonomic Analysis And Design (MEAD) PT Sumatera Timberindo Industry Chapter III VII

mengadakan analisa terhadap penyebab terjadinya kecacatan dan menemukan
solusi perbaikannya.
PT. Sumatera Timberindo Industry memiliki standar kualitas sendiri untuk
pintu yang mereka hasilkan dan standar ini mengikuti standar yang diinginkan
oleh pelanggan tetap mereka. Adapun standar kualitas pintu yang dimiliki
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Standar Kualitas Produk Pintu PT. STI
No.

Spesifikasi

Toleransi

Thickness (tebal)

± 0,2 mm

Width

+ 1, -0


length

+ 1, -0

Squareness

√/X

Flatness

√/X

1. Size: door

2.
3. Painting
Conectionquality
(joint) pada hasil perakitan pintu
Cat Kerapatan
berwarna kulit

jeruk

(+0,2)
√ // X
X
Kekasaran

Kerataan
sambungan
√ // X
X
Ketipisan
cat laminating (pengeleman)
√/X
4. Atribut kualitas
proses
Ketebalan
cat

Veneer

bergelombang
√ // X
X
Kerekatan veneer

√/X

Sumber : PT. Sumatera Timberindo Industry

BAB III
LANDASAN TEORI

Universitas Sumatera Utara

3.1.

Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo

yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaannya. 2 Istilah ergonomi lebih dikenal sebagai Human
Factors Engineering atau Human Engineering. Disiplin ergonomi secara khusus
akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi
dengan teknologi dan produk-produk buatan, batas kemampuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan
sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan
yang multidisiplin karena akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu
kehayatan

(kedokteran

dan

biologi),

ilmu

kejiwaan


(psikologi)

dan

kemasyarakatan (sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari
akibat-akibat (dampak) dari jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan
produk-produknya, maka pengetahuan yang dipelajari akan berkaitan dengan
teknologi seperti Biomekanika, Antropometri Teknik, Teknologi Produksi,
Lingkungan Fisik (temperatur, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.
Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu
pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia
dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu
rancangan sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal. Dengan demikian
2

Wignjosoebroto, Sritomo. 2001. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Bandung : Guna Widya. Hal:
54-55

Universitas Sumatera Utara


disiplin ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu sistem
dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan sistem
pula.

3.2.

Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods)
Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali

diperkenalkan oleh Hal W. Hendrick pada tahun 1980. Cabang ergonomi ini
muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi
kecepatan perkembangan organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya
kelemahan dalam mikro ergonomi.
Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi
memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang
dibahas dalam makro ergonomi adalah struktur organisasi, interaksi antara orangorang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja. Dengan kata
lain, ergonomi hanya melihat dari tingkat pekerjaan, namun makro ergonomi
melihat dari tingkat pekerjaan dan juga tingkat organisasi. 3


Hendrick mendeskripsikan ergonomi dalam sebuah seri dari tiga generasi:
a. Generasi pertama
Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan, dan
karakteristik perseptual dalam merancang dan mengaplikasikan sistem antar
3

Hal W. Hendrick, 2002, Macroergonomics Theory, Methods, and Applications. Lawrence
Erlbaum Associates, New Jersey. Hal. 6

Universitas Sumatera Utara

manusia dan mesin. Hal ini meliputi control, display, penyusunan ruang kerja
dan lingkungan kerja.
b. Generasi kedua
Generasi ini ditandai ketika beralihnya perhatian para ahli dengan
berkembangnya sistem komputer. Disini para ahli ergonomi menekankan
penelitian pada bagaimana manusia menerima, mempersepsikan, mengolah,
dan menyimpulkan data dan informasi. Hendrick menjelaskan bahwa generasi
kedua meningkatkan penekanan pada pengembangan dan aplikasi penggunaan
sistem antar teknologi dan pengguna.

c. Generasi ketiga
Generasi ini ditandai dengan masuknya unsur eksternal yaitu organisasi dan
sistem sosioteknik ke dalam ergonomi. Generasi ini menekankan perhatian
pada aspek penerapan pengetahan tentang individu dan organisasi pada
perancangan, implementasi dan penggunaan teknologi baru. Atau dengan kata
lain, generasi ketiga fokus pada mikro ergonomi, atau keseluruhan organisasi
sistem kerja dan berkonsentrasi pada pengembangan dan aplikasi dari
teknologi dihubungkan dengan organisasi.
Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah.
Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataanya keduanya
saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perbandingan antara Mikro Ergonomi dengan Makro Ergonomi
Karakteristik

Mikro Ergonomi

Makro Ergonomi

Universitas Sumatera Utara


Tingkat bahasan

Mikro

Makro

Unit kerja

Tugas, sub-tugas

Divisi kerja

Tujuan

Mengoptimalkan pekerja

Mengoptimalkan sistem
kerja


Fokus

Perincian

Peninjauan secara luas

Alat Pengukuran

Umumnya mengukur

Umumnya organisasional

secara fisik seperti : luas,

dan mengukur

tenaga, luminasi, desibel,

subejektivitas seperti


waktu

jumlah orang, rentang
kendali, perilaku dan
moral

Sejarah Penelitian

27-47 tahun

10-12 tahun

Sejarah Aplikasi

17-27 tahun

8-9 tahun

Aplikasi Keahlian

Anatomi, psikologi,

Organisasi, psikologi

psikologi persepsi, teknik

organisasi

industri
Sumber : Hal W. Hendrick, 2002, Macroergonomics Theory, Methods, and Applications.
Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey

3.3.

Macroergonomic Analysis And Design (MEAD)
MEAD merupakan suatu metode yang berkaitan dengan mendesain,

menganalisis, dan mengevaluasi sistem kerja dalam organisasi sehingga menjadi

Universitas Sumatera Utara

efektif dan efisien 4.Tahapan pada Macroergonomic Analysis and Design dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Langkah-langkah MEAD

a. Pengamatan dan Analisis Lingkungan
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah pengamatan pada sistem
keseluruhan, subsistem lingkungan, dan organisasi dari sistem tersebut. Untuk
menilai varian antara yang telah ditetapkan dan yang dipraktikan, diperlukan
identifikasi misi, visi, prinsip, dan kriteria target yang ditetapkan dalam sistem
tersebut.

4

Ibid. Hal. 68-82

Universitas Sumatera Utara

Dalam mengamati sistem secara keseluruhan hal yang perlu dilakukan adalah
mengidentifikasikan tempat kerja dimana sistem berjalan dan prosesnya
termasuk batasan yang ada. Detail dari misi sistem ini dapat berupa input,
output, proses, supplier, customer, intenal control, dan mekanisme feedback.
Selain itu batasan yang dimaksud dapat berupa batasan throughput, territorial,
sosial, dan waktu. Dalam pengamatan lingkungan, organisasi dan major
stakeholder diperlukan identifikasi dan evaluasi ekspetasi organisasi, entitas
diluar batasan (external environmet), dan konflik yang ada.
b. Tipe Sistem dan Analisis Performansi
Performa dari sistem yang diamati di tahap sebelumnya dievaluasi pada tahap
ini. Key performance criteria yang berkaitan dengan tujuan organisasi dan
posisi teknikal diperinci pada tahap ini. Untuk mengukur performa dari sistem
yang berjalan, diperlukan data specific standarized performance criteria
untuk menentukan jenis pengukuran proses kerja.
Performa organisasi dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan seven
performance criteria atau pengelompokan ukuran, yang terdiri dari efisiensi,
efektivitas, produktivitas, kualitas, quality of work life, inovasi dan profabilitas
atau budgetabilitas (Sink and Tuttle, 1989). Kriteria efisiensi berfokus pada
input atau utilisasi sumber daya. Efektivitas berfokus untuk melihat apakah
hal dilakukan sesuai tujuan. Produktivitas didefiniskan melalui output/input.
Inovasi berpacu pada perubahan kreatif pada proses atau produk sehingga
menghasilkan peningkatan performa. Untuk organisasi yang tidak bertujuan

Universitas Sumatera Utara

untuk profit, Sink and Tuttle (1989) memperkenalkan budgetabilitas atau
pengeluaran relatif pada budget untuk menggantikan kriteria profitabilitas.
c. Menentukan proses kerja teknis dan analisis tugas
Unit operasi adalah kelompok langkah-langkah yang membentuk suatu kerja
dan mengikat langkah lainnya dengan batasan teritorial, teknologi, dan
temporal. Unit operasi sering diidentifikasi dari perbedaan subproduk dan
biasanya membutuhkan tiga sampai lima belas pekerja. Selain itu, unit operasi
bisa diidentifikasi berdasarkan pembagian proses (Hendrick and Kleiner,
2002). Untuk tiap unit operasi atau departemen, dilakukan identifikasi
terhadap tujuan, input, transformasi, dan output. Aliran kerja dari proses
transformasi (mengkonversikan input menjadi output) dibuat dengan bentuk
flow chart, termasuk aliran material, workstation, dan batasan fisik atau
imajiner. Pada sistem linear, output dari satu langkah merupakan input dari
langkah selanjutnya. Pada sistem nonlinear, langkah-langkah dilakukan secara
paralael atau

berulang-berulang.

Dengan

begitu,

unit

operasi akan

teridentifikasi. Selain itu, diidentifikasi pula fungsi dan subfungsi (contoh:
tugas) dari sistem tersebut.
d. Pengumpulan Data Varians
Pada tahap ini dianalisis data yang sudah diperoleh pada langkah-langkah
sebelumnya untuk mengidentifikasi kelemahan, penyimpangan ataupun
permasalahan lain yang dapat menyebabkan penurunan kinerja sistem kerja
ataupun mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan adanya gap antara
keinginan pekerja dengan pemilik.

Universitas Sumatera Utara

e. Membuat matriks variansi
Key variance adalah varian-varian yang secara signifikan mempengaruhi
kriteria performa dan saling berinteraksi dengan varian lainnya, sehingga
menghasilkan compound effect. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menampilkan interrelasi diantara varian-varian pada proses kerja sehingga
dapat ditentukan varian mana yang mempengaruhi varian lainnya.
Pada variance matrix, setiap kolom mewakili setiap varian. Sehingga setiap
sel mewakili hubungan dari dua varian. Sel yang kosong mengartikan bahawa
tidak ada hubungan antara kedua varian tersebut.
Varian dipertimbangkan sebagai “key” jika varian tersebut secara signifikan
mempengaruhi kuantitas produksi, kualitas produksi, biaya operasi (alat,
material mentah, overtime, dan lain-lain), biaya sosial (ketidakpuasan,
keamanan, dan lain-lain), atau bila varian tersebut memiliki hubungan dengan
varian lain (matriks).
f. Kontrol varians dan analisis peran
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menemukan bagaimana varian yang ada
dapat dikendalikan dan apakah personel yang bertanggung jawab terhadap
pengendalian varian ini membutuhkan dukungan. Konten pada key variance
control table ini terdiri dari: unit operasi dimana varian akan dikendalikan dan
dikoreksi; siapa yang bertanggung jawab; aktivitas kendali apa yang sedang
dilakukan; interfaces, alat, atau teknologi apa yang dibutuhkan untuk
mendukung kontrol tersebut dan komunikasi, informasi, keahlian khusus, atau
pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mendukung pengendalian tersebut.

Universitas Sumatera Utara

“Role” dari pekerja merupakan perilaku aktual dari seorang pekerja dalam
menjalankan suatu jabatan atau pekerjaan dalam hubungannya dengan orang
lain.
Pada role network, tanggung jawab sebuah peran dalam mengendalikan varian
diidentifikasi. Dengan mengidentifikasi suatu peran utama dalam sebuah
lingkungan, peran lainnya akan dapat diidentifikasi dan ditempatkan pada
suatu diagram yang berhubungan dengan peran utama. Panjang garis
penghubung pada diagram dapat bervariasi bergantung pada frekuensi dan
kepentingan dari hubungan atau interaksi antar peran, dimana garis yang lebih
pendek mewakili interaksi yang lebih dekat. Panah satu arah mengindikasi
komunikasi satu arah, sedangkan panah dengan dua arah mengindikasi
interaksi dua arah. Role network dibuat untuk mengidentifikasi tujuan dari
mengendalikan

varians,

adaptasi

pada

fluktuasi

jangka

pendek,

pengintegrasian aktivitas untuk mengatur konflik internal dan mendukung
interaksi yang mulus diantara pekerja dan tugas; pengembangan jangka
panjang pada pekerja dalam pengetahuan, keahlian dan motivasi.
g. Perancangan organisasi, joint dan fungsi
Dalam mengalokasikan fungsi dan tugas pada manusia dan mesin atau
komputer dapat dimulai dengan mengulas data pengamatan lingkungan untuk
memeriksa kendala pada

lingkungan

(Clegg

et

al,

1989).

Dalam

mengembangkan kebutuhan dapat menggunakan empat kategori kriteria:
technical feasibility; kesehatan dan keamanan; kebutuhan operasional (fiskal,

Universitas Sumatera Utara

informal, performa); dan karakteristik fungsi (kritikal, tidak dapat diprediksi,
psikologis).
Pada perubahan teknikal, desain dengan mengutamakan manusia dibutuhkan
dalam membantu operator untuk mencegah atau mengontrol key variances,
berupa interface, sistem informasi, job aids, process control tools, teknologi
yang lebih fleksibel, perancangan ulang stasiun kerja dan sistem penanganan,
atau mekanisme terintegrasi. Selanjutnya dilakukan penentuan pengetahuan
atau keahlian yang dibutuhkan pada key variances dan isu yang nyata. Setelah
membuat key variance control table pada tahap sebelumnya, selanjutnya
perubahan

sistem personel

direkomendasikan

untuk

mencegah

atau

mengendalikan key variances. Hal ini berujung pada penentuan pengetahuan
atau keahlian khusus yang didapatkan melalui pelatihan teknikal, formal
courses, workshop, atau pembelajaran jarak jauh.
h. Analisis persepsi dan tanggung jawab
Varians dapat diatur melalui pelatihan dan seleksi serta technological support.
Terdapat dua role network yang beroperasi: yang dibutuhkan dan yang
dipersepsikan. Semua varian diantara dua role network tersebut dapat
dikurangi melalui parcipatory ergonomics, pelatihan, komunikasi, interface
design, atau tool design.
i.

Perancangan sistem pendukung dan interface
Pada tahap sebelumnya proses kerja telah dianalisis dan didesain bersama,
selanjutnya dibutuhkan perancangan ulang subsistem dari pendukung internal
organisasi. Tujuannya adalah untuk menentukan sejauh mana suatu subsistem

Universitas Sumatera Utara

yang diberikan berdampak pada sistem produk sociotechnical; sifat varians;
sejauh

mana

varians

dikendalikan; dan

sejauh

mana tugas

harus

diperhitungkan dalam desain ulang peran beroperasi di unit subsistem
pendukung. Selain audit alokasi fungsi, interface antara subsistem harus
diperiksa dan didesain ulang pada saat ini. Lingkungan fisik internal dirancang
secara ergonomis untuk mendukung kesejahteraaan manusia, keamanan, dan
keefektivitasan. Untuk mengetahui apakah ada perubahan lingkungan dalam
bentuk fisik yang mendukung peningkatan dapat dilakukan dengan melakukan
penilaian pada analisis teknikal dan personel varian.
j.

Implementasi, iterasi dan improvement
Tahap ini mengimplementasi perubahan proses kerja, perancangan interface,
dan alokasi fungsi.

3.4.

Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
Melalui Standard Nordic Questionnaire seperti pada Gambar 3.3. dapat

diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan
mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Dengan melihat
dan menganalisis peta tubuh SNQ maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan
otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja 5.

5

Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Harapan
Press: Surakarta, hal 129.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2. Standard Nordic Questionnaire

Universitas Sumatera Utara

3.5.

Quality Function Deployment
The House of Quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam

desain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment (QFD) 6
The House of Quality memperlihatkan struktur untuk mendesain dan
membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah. Kunci dalam
membangun HoQ adalah difokuskan kepada kebutuhan pelanggan, sehingga
proses desain dan pengembangannya lebih sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh pelanggan daripada teknologi inovasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang lebih penting dari pelanggan. Adapun komponen
penting dalam menyusun QFD-The House of Quality dapat dilihat pada Gambar
3.4.

6

Lou Cohen, Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You, (USA : AddisonWesley Publishing Company, 1995), h :11-13

Universitas Sumatera Utara

E
Technical Correlations

C
Technical Response
(Technical Requirement)

B
Planning Matrix
D

A

Customer Needs and Benefits

Relationships
- What do the customer requirement mean to the
manufaktur
- Where are the interactions between relationships

- Importance to Customer
- Current Satisfaction Performance
- Competitive Satisfaction Performance
- Goal
- Improvement Ratio
- Sales Point
- Raw Weight
- Normalized Raw Weight

F
Technical Matrix
- Technical Response Priorities
- Competitive Technical Benchmarks
- Technical Targets

Gambar 3.3. House of Quality

Keterangan dari setiap bagiannya adalah sebagai berikut (Lou Cohen, 1995) :
1.

Customer need and benefits
Customer need and benefit berisi daftar semua kebutuhan dan harapan
pelanggan yang biasanya ditentukan dengan penelitian secara kualitatif. Cara
mengetahui suara pelanggan dapat dilakukan dengan wawancara langsung
dengan pelanggan untuk mengetahui keinginan, harapan, keluhan, maupun
saran pelanggan, dan dapat juga dilakukan dengan pembagian kuesioner.

Universitas Sumatera Utara

2.

Planning matrix
Planning matrix merupakan matriks perencanaan produk yang berisikan data
kuantitatif kebutuhan konsumen dan tujuan-tujuan performansi yang hendak
dicapai.

3.

Technical response
Technical response merupakan parameter teknik yang memberikan gambaran
bagaimana cara tim pengembangan produk/jasa pelayanan dalam merespon
kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke dalam suara pengembang (voice
of developer).

4.

Relationship
Relationship menunjukkan hubungan antara parameter teknik dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen yang telah dimodelkan dalam QFD.
Hubungan tersebut diperoleh dari wawancara dengan produsen pembuat atau
perancang produk yang dapat bersifat kuat, moderat, dan lemah atau tidak
ada hubungannya.

5.

Technical corelation
Technical corelation menggambarkan hubungan yang terjadi antar respon
teknis yang dapat dibedakan menjadi korelasi positif sangat kuat, positif
cukup kuat, negatif sangat kuat serta tidak ada hubungannya.

Universitas Sumatera Utara

6.

Technical matrix
Technical Matrix berisi informasi berupa prioritas dari aspek teknis produk
serta target teknis yang direncanakan berdasarkan competitive benchmark
untuk tujuan pengembangan kualitas produk.
Prosedur penggunaan matriks HoQ adalah 7 :

a. Diidentifikasi keinginan responden (customer requirements).
Keinginan responden (Customer Requirements) dibuat ke dalam bentuk
atribut. Hal itu dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner terbuka
b. Diidentifikasi tingkat kepentingan (customer importance).
Tingkat kepentingan konsumen (customer importance) yang dibuat dalam
bentuk penilaian. Penilaian diperoleh dari modus hasil penyebaran kuesioner
tertutup.
c. Menentukan karakteristik teknis produk.
Karakteristik teknis produk diperoleh dari hasil wawancara dengan para ahli
yang mengerti dan memahami produk yang diteliti. Karakteristik teknis yang
digunakan pada umumnya bersifat kuantitatif.
d. Menetapkan hubungan antar karakteristik teknis
Hubungan antar karakteristik teknis dibuat dalam bentuk skala hubungan.
Tahapan ini digunakan untuk dianalisis apakah antara karakteristik teknis
tersebut terdapat hubungan yang positif (saling mempengaruhi) atau negatif
(saling

bertolak

belakang).

Simbol-simbol

yang

digunakan

untuk

menggambarkan tingkat hubungan masing-masing variabel adalah:
7

Cohen,Lou. How to Make QFD Work For You. (New York : Addison-Wesley Publishing Company,
1995) h. 68-122

Universitas Sumatera Utara

V

: tingkat hubungan positif kuat

:4



: tingkat hubungan positif sedang

:3

x

: tingkat hubungan negatif sedang

:2

o

: tingkat hubungan negatif kuat

:1

e. Menetapkan tingkat hubungan karakteristik teknis produk dengan keinginan
konsumen.
Tingkat hubungan karakteristik teknis dengan keinginan konsumen dibuat
dengan menggunakan relation matrix. Keterangan simbol-simbol yang
digunakan relation matrix untuk penilaian tingkat hubungan yakni :
Nilai 0

: Tidak ada hubungan sama sekali

Nilai 1

: Hubungan lemah

Nilai 3

: Hubungan sedang

Nilai 9

: Hubungan kuat

f. Menyusun matriks perencanaan (planning matrix).
Menyusun

matriks

perencanaan

(planning

matrix)

berfungsi

untuk

memperoleh informasi nilai kompetitif dari atribut kebutuhan responden yang
dibuat dalam bentuk titik jual (sales point). Titik jual adalah kontribusi suatu
customer requirement terhadap daya jual produk/jasa. Untuk penilaian
terhadap titik jual terdiri dari:
1 = Tidak jual Rendah
1.2 = Titik jual Menengah
1.5 = Titik jual Tinggi

Universitas Sumatera Utara

Titik jual ditentukan dengan melakukan diskusi atau wawancara terhadap
orang yang ahli dalam bidang tersebut.
g. Perhitungan Bobot Kepentingan (Importance Weight)
Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap
suatu atribut proses perakitan yang dihitung dengan rumus:
Importance Weight = CIi x Rij
Keterangan: CI

= Customer Importance

Rij = Hubungan antara CR dengan karakteristik teknis
h. Perhitungan bobot kepentingan relatif (relative weight)
Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap
suatu atribut dihitung dengan rumus:
Relative Weight =

Importance Weight atribut ke-i
X 100

Total Importance Weight

i.

Membangun matriks house of quality (HoQ)
Matriks HoQ sering disebut dengan istilah rumah kendali mutu. Ukuran
kinerja dari HoQ diperoleh berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat kesulitan,
tingkat kepentingan dan perkiraan biaya. Perhitungan ketiga aspek tersebut
dapat dilihat seperti di bawah ini:
1) Penentuan tingkat kesulitan
Tingkat

kesulitan ditentukan dari hubungan

karakteristik

teknis.

Perhitungan dibuat dengan mengartikan semua bobot nilai hubungan
kemudian membagi bobot dari tiap-tiap karaktertistik teknik dengan
jumlah bobot tadi. Selanjutnya, tingkat kesulitan diberikan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

rentang persentase yang diperoleh. Tingkat kesulitan dihitung dengan
rumusan :
Bobot Tiap Karakteristik Teknis

Tingkat Kesulitan =
Total Bobot Karakteristik Teknis

X 100%

2) Penentuan derajat kepentingan
Nilai derajat kepentingan dihitung dengan menghitung terlebih dahulu
total bobot untuk masing-masing hubungan antara atribut produk dengan
karakteristik teknis. Selanjutnya, derajat kepentingan dihitung dengan
rumusan :
Derajat
Kepentingan

=

Bobot Tiap Karakteristik Teknis dengan Atribut
x 100%
Total Bobot Karakteristik Teknis dengan Atribut

3) Perkiraan biaya
Dasar dalam penentuan nilai perkiraan biaya adalah faktor tingkat
kesulitan. Kedua variabel ini memiliki hubungan yakni : semakin sulit
suatu karakteristik teknik dibuat, akan semakin tinggi pula biaya yang
dibutuhkan. Perkiraan biaya dinyatakan dalam persentase dan dipengaruhi
berbagai pertimbangan dari si perancang sendiri. Perkiraan biaya dihitung
dengan rumusan :
Perkiraan biaya =

Tingkat Kesulitan Atribut
× 100%
Total Tingkat Kesulitan

Universitas Sumatera Utara

3.6.

Kuesioner
Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format

pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan
menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya. 8
Perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang
terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of quetions), cara pengukuran
yaitu mengkatagorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled
and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner
tersebut.

3.6.1. Validitas Data
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian
antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data.

9

Data

yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid.
Beberapa literatur membedakan validitas instrumen atas dua tipe yaitu validitas
internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan derajat
keakurasian rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang baik termasuk
rancangan pengumpulan data akan dapat mengidentifikasi sumber data yang tepat
dan alat/instrumen pengumpulan data yang juga tepat. Validitas eksternal
berkenaan dengan derajat akurasi hasil penelitian jika dilakukan generalisasi dan
diterapkan pada populasi dari mana data penelitian diambil.

8
9

Sukaria Sinulingga, Op Cit hal 178-179.
Ibid., h. 229-233

Universitas Sumatera Utara

Salah satu cara yang umum yang digunakan untuk menguji validitas
instrumen ialah melalui analisis korelasi (correlational analysis). Analisis korelasi
dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang
dikembangkan oleh Pearson, yaitu sebagai berikut :
�=

� ∑ �� − (∑ � )(∑ �)

�[� ∑ � 2 − (∑ �)2 ][� ∑ � 2 − (∑ � )2 ]

Dimana, r = koefisien korelasi antara X dan Y
X = skor variabel independen X
Y = skor variabel independen Y

3.6.1.1. Intervalisasi Data
Angket yang digunakan dengan model skala likert memiliki opsi dari
favourable hingga unfavourable yang diwujudkan dengan opsi sangat setuju
hingga sangat tidak setuju.

10

Skala ini memiliki model summated ratings, maka

sebenarnya skor subyek pada setiap pernyataan merupakan rating yang berarti
data yang diperoleh bersifat ordinal. Dengan demikian, bagi sebuah teknik
statistik yang membutuhkan data dengan skala interval, maka harus dilakukan
proses intervalisasi data agar datanya menjadi interval (Idrus, 2007: 115-116).
Terkait dengan proses intervalisasi data tersebut, Sitepu dalam (Minarso,
2007: 19), mengungkapkan bahwa cara meningkatkan skala ukur ordinal menjadi
tingkat interval adalah dengan menggunakan Method of Successive Interval

10

Nely,eprints.undip.ac.id/40974/3/BAB_III.doc, diakses pada tanggal 7 November 2017, pukul
20.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

(MSI), yaitu suatu metode untuk mentransformasikan dari skala ordinal menjadi
data berskala interval.
Data ordinal sebenarnya adalah data kualitatif atau bukan angka
sebenarnya. 11 Data ordinal menggunakan angka sebagai simbol data kualitatif.
Dalam contoh dibawah ini, misalnya:
1. Angka 1 mewakili “sangat tidak setuju”
2. Angka 2 mewakili “ tidak setuju”
3. Angka 3 mewakili “netral”
4. Angka 4 mewakili “setuju”
5. Angka 5 mewakili “sangat setuju”
Dalam banyak prosedur statistik seperti regresi, korelasi Pearson, uji t dan lain
sebagainya mengharuskan data berskala interval. Oleh karena itu, jika mempunyai
data berskala ordinal; maka data tersebut harus diubah kedalam bentuk interval
untuk memenuhi persyaratan prosedur-prosedur tersebut. Langkah-langkah untuk
melakukan tranformasi data adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil jawaban responden, untuk setiap pertanyaan dihitung
frekuensi setiap pilihan jawaban.
b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, hitung
proporsi setiap pilihan jawaban.
c. Berdasarkan proporsi tersebut, untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi
kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.
d. Untuk setiap pertanyaan, tentukan nilai batas Z pada setiap pilihan jawaban.
11

Jonathan Sarwono, Mengubah Data Ordinal ke Data Interval dengan Metode Suksesif Interval
(MSI).pdf

Universitas Sumatera Utara

e. Hitung scale value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban:
Scale=

density at lower limit-density at upper limit
area under upper limit-area under lower limit

Keterangan:
Density at lower limit

: kepadatan batas bawah

Density at upper limit

: kepadatan batas atas

Area under upper limit

: daerah dibawah batas atas

Area under lower limit

: daerah dibawah batas bawah

f. Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap pilihan jawaban melalui
persamaan berikut :
Score transformasi = scale value + scale value minimum + 1

3.6.2. Reliabilitas Data
Reliabilitas sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen tersebut.12 Terdapat dua ukuran yang umum digunakan
untuk mengetahui derajat reliabilitas atau kehandalan instrumen pengumpulan
data, yaitu stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen.
Stabilitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukkan derajat
kestabilan instrumen terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan
instrumen tersebut artinya jika instrumen tersebut digunakan dalam pengukuran
variabel yang sama dalam waktu yang berbeda dan memberikan hasil yang sama
maka dikatakan stabilitas instrumen tersebut cukup baik. Konsistensi internal
12

Sukaria Sinulingga, op cit, h. 241-254

Universitas Sumatera Utara

instrumen memberikan indikasi homogenitas item dalam pengukuran dalam arti
seberapa jauh instrumen tersebut menjadikan item-item yang diukur secara
bersama-sama menjadi sebuah set dan secara independen menjadi bagian yang
berarti terhadap keseluruhan.
Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas
instrumen dan konsistensi internal instrumen. Pengujian terhadap kedua
karakteristik dari instrumen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Untuk pengujian stabilitas instrumen terdapat dua macam uji yaitu test-retest
reliability dan parallel-form reliability. Pengukuran konsistensi internal instrumen
pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interitem consistency
reliability dan split-half reliability. Salah satu alat test yang sering digunakan
dalam pengujian konsistensi internal instrumen ialah Koefisien Alpha Cronbach.
Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen yang
pertanyaannya menggunakan skor dalam rentangan tertentu. Rumus yang
digunakan dalam menghitung koefisien tersebut ialah :
2
 k  ∑σ b 
1
r=



σ 2 t 
 k − 1 

dimana,
k

= jumlah butir pertanyaan

σ 2b = varians butir pertanyaan
σ 2t

= varians total butir pertanyaan

Universitas Sumatera Utara

3.7.

Antropometri

3.7.1. Definisi Antropometri
Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri”
yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu
studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia 13. Manusia pada
dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan
lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan
interaksi manusia. Tempat kerja yang baik dalam artian sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia dapat diperoleh apabila ukuran-ukuran dari
tempat kerja tersebut sesuai dengan tubuh manusia dan hal-hal yang berhubungan
dengan dimensi tubuh manusia dipelajari dalam antropometri.

3.7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh
manusia,

sehingga sudah semestinya seorang

perancang

produk harus

memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai
dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh

13

Wignjosoebroto, Op.cit. hlm.60-69.

Universitas Sumatera Utara

A.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa lakilaki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21 tahun,
sedangkan wanita 17 tahun. Meskipun ada sekitar 10% yang masih terus
bertambah tinggi sampai usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun (wanita).
Setelah itu, tidak akan terjadi lagi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung
berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan.
2. Jenis Kelamin (Sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul
dan sebagainya.
3. Suku Bangsa (Etnis)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Posisi Tubuh
Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh.
Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei pengukuran.
Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu pengukuran
dimensi struktur tubuh dan pengukuran dimensi fungsional tubuh.
5. Cacat Tubuh
Cacat tubuh dapat mempengaruhi perubahan dimensi antropometri. Data
antropometri ini diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat,
misalnya kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

6. Tebal/Tipisnya Pakaian yang Dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda dalam
bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
7. Kehamilan (Pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus
perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusu terhadap produkproduk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.

3.7.3. Antropometri Statis (Struktural)
Istilah lain dari pengukuran tubuh dalam berbagai posisi standar dan tidak
bergerak (tetap tegak sempurna) dikenal dengan antropometri statis. Dimensi
tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi
tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut
pada saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini
diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th dan 95-th persentil. Contoh
antropometri statis adalah posisi tubuh saat duduk orang duduk di kursi.

3.7.4. Antropometri Dinamis (Fungsional)
Antropometri dinamis adalah pengukuran yang dilakukan terhadap posisi
tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan
dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam
pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh

Universitas Sumatera Utara

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Berbeda dengan antropometri
statis yang mengukur tubuh dalam posisi tetap/statis, maka cara pengukuran kali
ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja atau dalm posisi
yang dinamis. Antropometri dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses
perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Contoh antropometri dinamis adalah
perancangan kursi mobil dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan
mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan persneling, pedal dan juga jarak
antara kepala dengan atap maupun dashboard harus menggunakan data
antropometri dinamis.

3.7.5. Prinsip-prinsip Penggunaan Data Antropometri
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar
rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang
akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam
aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti
diuraikan berikut ini:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Di sini rancangan produk dibuat agar memenuhi 2 sasaran produk, yaitu:
a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

Universitas Sumatera Utara

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan
ditetapkan dengan cara:
a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk
umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th
atau 99-th persentil. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada
penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
persentil yang paling rendah yaitu 1-th, 5-th, 10-th persentil) dari distribusi
data antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam penetapan jarak
jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang
pekerja.
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antar rentang ukuran
tertentu.
Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang
mana dalam hal ini letaknya dapat digeser maju/mundur dari sudut
sandarannya pun dapat berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam
kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka
data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th
sampai 95-th persentil.

Universitas Sumatera Utara

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia.
Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini juga sedikit sekali mereka yang
berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dirancang dan dibuat untuk
mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki
ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

3.7.6. Dimensi Tubuh Pengukuran Data Antropometri
Jenis pengukuran antropometri statis biasanya dilakukan dalam dua posisi
yaitu posisi berdiri dan duduk di kursi.

14

Alat ukur yang harus digunakan untuk

mengukur antropometri adalah antropometer. Terdapat beberapa dimensi tubuh
yang akan diukur yaitu:
1. Posisi duduk samping
a. Tinggi Duduk Tegak (TDT)
Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala.
Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan
membentuk sudut siku-siku.
b. Tinggi Siku Duduk (TSD)
Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku
kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan
lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.
c. Tinggi Popliteal (TPo)

14

Tarwaka, op cit, hal 22

Universitas Sumatera Utara

Diukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.
d. Pantat Popliteal (PP)
Subjek duduk tegak, diukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat
sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah
membentuk sudut siku-siku.
2. Posisi duduk menghadap ke depan
a. Lebar Pinggul (LP)
Subjek duduk tegak, diukur jarak horisontal dari bagian terluar pinggul sisi
kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.
b. Lebar Bahu (LB)
Diukur jarak horisontal antara kedua lengan atas merapat ke badan dan
lengan bawah direntangkan ke depan.
3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.
a. Jangkauan Tangan (JT)
Diukur jarak horisontal dari punggung samping ujung jari tengah dan subjek
berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan
direntangkan secara horisontal ke depan.
3. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.
a. Rentangan Tangan (RT)
Diukur jarak horisontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri samping
ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan
direntangkan horisontal ke samping sejauh mungkin.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Sumatera Timberindo Industry yang

bergerak dalam bidang produksi daun pintu. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Batang
Kuis Km 2 Desa Buntu Bedimbar, Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2016 - Januari
2017.

4.2.

Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif analisis kerja dan aktivitas

(job and activity analysis) yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci
aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang agar mendapatkan
rekomendasi untuk berbagai keperluan seperti mendapatkan keseimbangan beban
kerja antar karyawan, penentuan standar pengupahan, standar prestasi kerja dan
lain-lain. 15
Penelitian ini juga merupakan action research yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu solusi yang akan diaplikasikan pada
perusahaan sebagai bentuk perbaikan dari proses semula.

15

Sukaria Sinulingga, 2014, Metode Penelitan, Edisi ketiga, Medan: USU Press, Hal 34-35

Universitas Sumatera Utara

4.3.

Objek Penelitian
Objek yang diamati adalah operator yang bekerja pada bagian finishing di

PT. Sumatera Timberindo Industry. Posisi kerja operator yang bekerja berdiri
menjadi objek penelitian peneliti untuk merancang suatu fasilitas kerja yang baru.

4.4.

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

a. Metode kerja operator.
Metode kerja merupakan tata urutan dalam menganalisis atau melakukan
sebuah proses untuk tujuan tertentu.
b. Dimensi fasilitas kerja.
Dimensi fasilitas kerja adalah ukuran (panjang, lebar, tinggi, luas, dan
sebagainya) suatu benda.
c. Dimensi antropometri pekerja
Dimensi antropometri pekerja adalah ukuran tubuh manusia.

4.5.

Kerangka Berpikir Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbaikan dan perancangan

terhadap fasilitas meja kerja yang di dapati bahwa operator mengeluh dan tidak
nyaman dalam bekerja. Maka dari itu dilakukan pengumpulan dan pengolahan
data melihat metode kerja operator bagaimana selama ini kondisi operator dalam
bekerja, dimensi antropometri pekerja melihat ukuran tubuh dari pekerja dan
dimensi fasilitas kerja yaitu bagaimana ukuran dan kondisi dari fasilitas kerja.

Universitas Sumatera Utara

Kemudian dilakukan analisis dan evaluasi dari data sehingga diperoleh sebuah
desain dan karakteristik perancangan alat. Kerangka berpikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

Metode Kerja Operator

Dimensi Antropometri
Pekerja

Keluhan Operator
pada Bagian Kaki

Perbaikan Fasilitas
Kerja dan Usulan
Metode Kerja

Dimensi Fasilitas Kerja

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian

4.6.

Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen SNQ, kuesioner terbuka dan

tertutup untuk menentukan modus dari variabel yang diteliti dan juga kuesioner
penilaian untuk menentukan derajat kepentingan pada QFD. Selain itu ketika
melakukan perancangan juga digunakan alat ukur anthropometri seperti
anthropometer, dan jangka sorong.

4.7.

Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Data antropometri operator yang diperoleh dari pengukuran.
2. Studi literatur, yaitu sebagai landasan awal terhadap permasalahan serta
sebagai variabel penyusun kuesioner.

Universitas Sumatera Utara

3. Pengumpulan data Macroergonomic Analysis and Design dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyebaran SNQ untuk mengetahui keluhan operator
b. Penyebaran kuesioner dilakukan melalui dua tahap yaitu sebagai berikut:
1. Penyebaran kuesioner semi terbuka
Responden yang diberikan kuesioner merupakan 15 orang pekerja
bagian finishing untuk menentukan jawaban mengenai atribut yang
dianggap penting untuk membuat fasilitas kerja yang meningkatkan
kinerja.
2. Penyebaran kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup disebar sebanyak 2 kali. Kuesioner pertama
dibentuk hasil dari jawaban yang ada dari kuesioner semi terbuka
ditambah dengan alternatif baru dari responden yang kemudian akan
disebar kembali. Hasil dari kuesioner tertutup ini akan menghasilkan
modus yang nantinya akan dibuat kuesioner penilaian yang berupa
penilaian tentang derajat kepentingan dari modus yang ada.
c. Proses Produksi PT. Sumatera Timberindo Industry, diperoleh melalui data
dari PT. Sumatera Timberindo Industry
d. Struktur Organisasi PT. Sumatera Timberindo Industry, diperoleh melalui
data dari PT. Sumatera Timberindo Industry
e. Visi Misi PT. Sumatera Timberindo Industry, diperoleh melalui hasil
wawancara dengan pihak manajemen PT. Sumatera Timberindo Industry
f. Matriks Variansi dari QFD, diperoleh melalui hasil pengolahan data QFD

Universitas Sumatera Utara

g. Pendapat personel terhadap perancangan fasilitas yang ada, diperoleh
melalui hasil wawancara dengan bagian personel produksi di PT. Sumatera
Timberindo Industry
h. Pendapat stakeholder terhadap perancangan fasilitas yang ada, diperoleh
dari hasil wawancara dengan pemilik PT. Sumatera Timberindo Industry.

4.8.

Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah keseluruhan data yang dibutuhkan baik

data primer maupun data sekunder terkumpul. Blok Diagram Pengolahan data
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

PENGOLAHAN DATA

1. PERBANDINGAN MATRIKS DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
2. MACROERGONOMICS ANALYSIS AND DESIGN
a. Mendefenisikan subsistem organisasi
b. Mendefenisikan tipe alat kerja dan menetapkan tingkat kerja yang dibutuhkan
c. Mendefenisikan proses kerja dan analisis kerja
d. Mendefenisikan variansi
e. Menganalisis peran personel
f. Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain
g. Menganalisis persepsi dan tanggung jawab stakeholder
i. Mendesain ulang dan menggabungkan subsistem

Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

4.9.

Analisis Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dalam penelitian ini dilakukan melalui perbaikan

fasilitas kerja untuk meningkatkan kenyamanan operator di bagian finishing PT.
Sumatera Timberindo Industry serta pemberian metode kerja usulan untuk
operator. Langkah-langkah proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3.
MULAI

Studi Pendahuluan
1. Kondisi Pabrik
2. Proses Produksi
3. Informasi Pendukung
4. Masalah-masalah

Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian
3. Langkah-langkah Penyelesaian

Identifikasi Masalah Awal
Ketidaknyamanan posisi pekerja terhadap fasilitas kerja

Pengumpulan Data
1. Data Primer
- Kuesioner SNQ
- Kuesioner Semi Terbuka
- Kuesioner Tertutup
- Kuesioner Penilaian
- Kuesioner Karakteristik Teknik
- Data Pengukuran dimensi antropometri
2. Data Sekunder
- Rancangan Aktual Fasilitas Kerja Operator
- Struktur Organisasi PT. Sumatera Timberindo Industry
- Visi dan Misi PT. Sumatera Timberindo Industry
- Proses Produksi

1. PERBANDINGAN MATRIKS DENGAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
2. MACROERGONOMICS ANALYSIS AND DESIGN
a. Mendefenisikan subsistem organisasi
b. Mendefenisikan tipe alat kerja dan menetapkan tingkat kerja yang dibutuhkan
c. Mendefenisikan proses kerja dan analisis kerja
d. Mendefenisikan variansi
e. Menganalisis peran personel
f. Mengalokasikan fungsi dan penggabungan desain
g. Menganalisis persepsi dan tanggung jawab stakeholder
i. Mendesain ulang dan menggabungkan subsistem

Analisisi Pemecahan Masalah
Perbaikan Fasilitas Kerja pada Bagian Finishing

Kesimpulan dan
Saran

SELESAI

Gambar 4.3. Langkah-langkah Proses Penelitian

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1.

Pengumpulan Data

5.1.1. Spesifikasi Responden
Data yang dikumpulkan adalah data hasil kuesioner yang disebarkan
kepada 15 operator yang bekerja di bagian finishing PT Sumatera Timberindo
Industry. Operator berjenis kelamin wanita 9 orang, operator berjenis kelamin pria
6 orang, dengan masa kerja 10 bulan sampai 4 tahun. Umur operator berkisar dari
19 tahun sampai 37 tahun.

5.1.2. Pengumpulan Data SNQ
Kuesioner SNQ diberikan kepada operator yang bekerja di bagian
finishing PT Sumatera Timberindo Industry untuk mengidentifikasi keluhan awal
yang dirasakan oleh pekerja selama menggunakan fasilitas yang ada. Kuesioner
ini membagi keluhan rasa sakit pada 28 bagian tubuh manusia menjadi 4 skala
yaitu “tidak sakit”, “agak sakit”, “sakit”, dan “sangat sakit”. Operator diminta
untuk mengisi kuesioner SNQ dengan cara didampingi oleh peneliti yang bertugas
menerangkan pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner kepada pekerja secara
individual.
Penjelasan kategori keluhan yang dirasakan operator saat bekerja adalah
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Tidak sakit (skor 0), apabila operator tidak merasakan keluhan yang berarti
terhadap bagian tubuh.
2. Rasa agak sakit (skor 1), apabila operator hanya merasakan rasa nyeri sesekali
saja ataupun kesemutan.
3. Rasa sakit (skor 2), apabila operator sering merasakan rasa nyeri ataupun pegal
terhadap bagian tubuh.
4. Rasa sangat sakit (skor 3), apabila operator mengalami rasa pegal dan nyeri
yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai).
Rekapitulasi hasil pengumpulan kuesioner SNQ Operator finishing di PT.
Sumatera Timberindo Industry dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner SNQ
No

Bagian Tubuh

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Leher Bagian Atas
Leher Bagian Bawah
Bahu Kiri
Bahu Kanan
Lengan Atas Kiri
Punggung
Lengan Atas Kanan
Pinggang
Pinggul ke Belakang
Pantat
Siku Kiri
Siku Kanan
Lengan Bawah Kiri
Lengan Bawah Kanan
Pergelangan Tangan Kiri
Pergelangan Tangan Kanan
Telapak Tangan Kiri

Jumlah Orang yang Mengalami
Keluhan
Tidak Agak Sakit Sangat
Sakit Sakit
Sakit
10
5
0
0
10
5
0
0
10
5
0
0
11
4
0
0
15
0
0
0
12
3
0
0
15
0
0
0
15
0
0
0
15
0
0
0
15
0
0
0
15
0
0
0
15
0
0
0
14
1
0
0
14
1
0
0
15
0
0
0
14
1
0
0
15
0
0
0

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner SNQ (Lanjutan)
No

Bagian Tubuh

17
18
19
20
21
22
23

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Analysis and Implementation of Exclusive Or Algorithm and Least Significant Bit Algorithm for Insertion of an Image File to the Image

4 44 104

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

Perancangan Fasilitas Kerja Ergonomis Menggunakan Metode Quality Function Deployment pada Gudang Bahan Penolong PT. Growth Sumatra Industry Chapter III VII

1 1 100

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Qualiy Function Deployment (QFD) dan Macro Ergonomic Analysis And Design (MEAD) PT Sumatera Timberindo Industry

0 0 14

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Qualiy Function Deployment (QFD) dan Macro Ergonomic Analysis And Design (MEAD) PT Sumatera Timberindo Industry

0 1 1

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Qualiy Function Deployment (QFD) dan Macro Ergonomic Analysis And Design (MEAD) PT Sumatera Timberindo Industry

2 2 10

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Qualiy Function Deployment (QFD) dan Macro Ergonomic Analysis And Design (MEAD) PT Sumatera Timberindo Industry

0 0 12

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Qualiy Function Deployment (QFD) dan Macro Ergonomic Analysis And Design (MEAD) PT Sumatera Timberindo Industry

0 2 1