Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Medan Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, penelitian ini

menggunakan 5 variabel independen, yaitu kapasitas sumber daya, kerangka
peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan
pengawasan ekstern yang diduga berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan
keuangan sebagai variabel dependen, baik secara serempak maupun parsial,
dengan iklim organisasi sebagai variabel moderator.
Kerangka konsep penelitian ini diilustrasikan pada Gambar 3.1.

Variabel independen

Variabel dependen

Kapasitas sumber daya
(X1)

Kerangka peraturan
(X2)
Akuntansi dan pelaporan
(X3)

Kinerja pengelolaan keuangan
(Y)

Pengawasan intern
(X4)
Audit dan pengawasan ekstern
(X5)
Iklim organisasi
(Z)
Variabel moderator
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

37
Universitas Sumatera Utara


38

3.1.1

Pengaruh kapasitas sumber daya terhadap kinerja pengelolaan
keuangan

Sumber daya adalah kapasitas mendasar yang memengaruhi kinerja
organisasi yang terdiri atas SDM, keuangan, peralatan, dan fasilitas (Olander et
al., 2007: 76). CAPA (2013: 8) mengidentifikasi salah satu elemen kunci PKP
ialah tersedianya sumber daya yang sesuai untuk mendukung pengelolaan
keuangan, khususnya SDM dan sistem. Tanpa sistem yang diperlukan dan SDM
yang terlatih dalam mengaplikasikannya, tidak ada reformasi PKP yang akan
berhasil. PEFA Secretariat (2016: 4) juga mengakui bahwa selain pilar PEFA, ada
faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja PKP, seperti kapasitas SDM.
Penelitian ACCA (2010) di Botswana menemukan adanya investasi yang
signifikan yang dibuat pemerintah untuk memastikan kuantitas dan kualitas SDM
yang dibutuhkan terpenuhi. Penelitian ACCA (2010) di Pakistan menemukan
minimnya data keuangan, sistem, dan kualitas pegawai mengakibatkan
perencanaan, penganggaran, dan pelaporan tidak dapat diandalkan; pengendalian

intern tidak efektif. Penelitian ACCA (2010) di Zimbabwe menemukan minimnya
tenaga profesional yang bekerja di sektor publik karena rendahnya imbalan yang
diperoleh jika dibandingkan dengan sektor swasta menyebabkan peningkatan PKP
sulit dilakukan. Penelitian Wibawa (2010) membuktikan prasarana dan sarana
serta kualitas personil berpengaruh terhadap kinerja SKPD di Kabupaten Ngawen,
Jawa Tengah. Itu didukung oleh penelitian Batan (2011) yang menegaskan SDM,
sarana dan prasarana, serta anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja.
Penelitian Muhammed (2014) tentang reformasi PKP di Ethiopia dan Tanzania
juga membuktikan pemanfaatan teknologi informasi untuk membangun sistem

Universitas Sumatera Utara

39

akuntansi dan sistem informasi PKP yang terintegrasi berpengaruh terhadap
kinerja PKP. Penelitian Safwan et al. (2014) juga membuktikan kompetensi
berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan keuangan daerah Pemkab Pidie Jaya.
Berdasarkan uraian di atas, diduga kapasitas sumber daya berpengaruh positif
terhadap kinerja pengelolaan keuangan.


3.1.2

Pengaruh
keuangan

kerangka

peraturan

terhadap

kinerja

pengelolaan

Kerangka kelembagaan yang meliputi peraturan, prosedur, dan budaya
organisasi dapat meningkatkan atau malah mengganggu kinerja yang diharapkan
(Olander et al., 2007: 77). Reformasi sistem PKP acap kali mengharuskan
perubahan kerangka peraturan yang menuntun fungsi dan proses PKP tersebut.

Konsistensi antara UU dan peraturan terkait dengan PKP juga harus diperhatikan.
CAPA (2013: 8) menyebutkan salah satu elemen kunci PKP ialah perlunya
kerangka peraturan perundang-undangan yang jelas dan dapat memfasilitasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang efektif dan efisien. Lembaga yang sesuai
harus ada, termasuk seperangkat kode, standar, dan praktek yang diakui publik.
Sependapat dengan Olander et al. (2007), PEFA Secretariat (2016: 4) juga
menyarankan agar kerangka peraturan diperhitungkan pengaruhnya terhadap PKP.
Penelitian ACCA (2010) di Zambia menunjukkan reformasi PKP dilakukan
dengan mengamandemen UU Keuangan Publik, memperkuat akuntabilitas, dan
mendesain ulang struktur dan fungsi kelembagaan kantor-kantor pemerintahan,
termasuk fungsi pengendalian intern. Penelitian Batan (2011) menegaskan sistem
dan prosedur kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Tana Toraja.

Universitas Sumatera Utara

40

Penelitian Jena (2012) tentang perbaikan PKP di India menyimpulkan perubahan
kerangka kelembagaan yang ada di Kementerian Keuangan dan adanya peraturan

yang mengatur tentang pengadaan barang berpengaruh terhadap pengelolaan
keuangan. Penelitian Muhammed (2014) tentang reformasi PKP di Ethiopia juga
menunjukkan

strategi

Ethiopia

memperbaiki

kerangka

peraturan

PKP

berpengaruh signifikan terhadap kinerja PKP.
Berdasarkan uraian di atas, diduga kerangka peraturan berpengaruh positif
terhadap kinerja pengelolaan keuangan.


3.1.3

Pengaruh akuntansi dan pelaporan terhadap kinerja pengelolaan
keuangan

Dijelaskan dalam Penjelasan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa pengaturan bidang akuntansi dan
pelaporan dilakukan untuk menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi.
Pelaksanaan SAPD yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah yang
mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah wajib dilakukan oleh entitas pelaporan (PPKD) dan akuntansi (SKPD).
Penelitian

Muhammed

(2014) tentang reformasi

PKP

di


Ethiopia

menunjukkan penerapan sistem akuntansi baru, sistem tata buku berpasangan, dan
sistem informasi akuntansi berpengaruh signifikan terhadap kinerja PKP Ethiopia.
Penelitian Yuniarti (2015) juga membuktikan SAP dan sistem pelaporan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja Instansi Pemko
Bengkulu.
Berdasarkan uraian di atas, diduga akuntansi dan pelaporan berpengaruh
positif terhadap kinerja pengelolaan keuangan.

Universitas Sumatera Utara

41

3.1.4

Pengaruh pengawasan intern terhadap kinerja pengelolaan keuangan

UU di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem

pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Hal itu dapat
dicapai jika seluruh jajaran pimpinan menyelenggarakan kegiatan pengendalian
atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Dengan demikian,
penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan,

pengawasan,

sampai

dengan

pertanggungjawaban,

harus

dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu,
dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa
penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai
tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara

secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Sistem ini dikenal sebagai sistem pengendalian
intern yang dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan
fungsi instansi pemerintah tersebut.
Penelitian Suparno (2012) menyatakan pengawasan (intern) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah Pemko Dumai.
Penelitian Sugeng (2014) juga menunjukkan pengawasan intern berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan daerah Pemkab Kediri. Penelitian Wakiriba et al.
(2014) menambah bukti adanya hubungan sistem pengendalian internal (aktivitas
pengendalian) dengan pengelolaan keuangan publik yang positif dan signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, diduga pengawasan intern berpengaruh positif
terhadap kinerja pengelolaan keuangan.

Universitas Sumatera Utara

42

3.1.5


Pengaruh audit dan
pengelolaan keuangan

pengawasan

ekstern

terhadap

kinerja

Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah mencakup
akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah. Akuntabilitas diperlukan
untuk dapat mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan
daerah, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas
dari program tersebut. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
perlu dilakukan pemeriksaan oleh BPK.
Penelitian ACCA (2010) di Botswana, Pakistan, dan Vietnam menunjukkan
keseriusan pemerintah masing-masing dalam meningkatkan peran audit terhadap
PKP. Penelitian Suparno (2012) menyatakan pengawasan (ekstern) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah Pemko Dumai.
Berdasarkan uraian di atas, diduga audit dan pengawasan ekstern berpengaruh
positif terhadap kinerja pengelolaan keuangan.

3.1.6

Pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja pengelolaan keuangan

Teori SDM menyatakan semangat kerja memiliki hubungan erat dengan iklim
organisasi tempat pegawai itu bekerja karena memengaruhi cara hidup seseorang,
kepada siapa ia berhubungan, siapa yang ia sukai, bagaimana kegiatan kerjanya,
apa yang ingin ia capai, dan bagaimana caranya menyesuaikan diri dengan
organisasi (Blumenstock dan Pace dalam Steers, 1985).

Universitas Sumatera Utara

43

Penelitian Wibawa (2010) membuktikan iklim organisasi berpengaruh
terhadap kinerja SKPD di Kabupaten Ngawen. Penelitian Karyana (2012) juga
menyatakan iklim kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja. Hasil itu
sejalan dengan penelitian Mamo et al. (2015) yang menyimpulkan perbaikan
iklim organisasi pada instansi pelayanan publik akan meningkatkan efektivitas
pelayanan publik secara signifikan. Penelitian Agustin (2016) juga menegaskan
iklim organisasi yang sehat atau menyenangkan berhubungan signifikan dengan
kinerja.
Berdasarkan uraian di atas, diduga iklim organisasi dapat memoderasi
hubungan kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan,
pengawasan intern, audit dan pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan
keuangan.

3.2

Hipotesis
Hipotesis penelitian ini berdasarkan uraian di atas sebagai berikut.

1. Kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan,
pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern berpengaruh positif
terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan, baik secara serempak
maupun parsial.
2. Iklim organisasi dapat memoderasi hubungan kapasitas sumber daya,
kerangka peraturan, akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, audit dan
pengawasan ekstern dengan kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya ialah penelitian

asosiatif, yaitu penelitian yang bersifat membuktikan dan menemukan hubungan 2
variabel atau lebih, berbentuk kausal (Sugiyono, 2014: 543). Penelitian dilakukan
untuk menganalisis pengaruh kapasitas sumber daya, kerangka peraturan,
akuntansi dan pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern
terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan, baik secara serempak
maupun parsial, dengan iklim organisasi sebagai variabel moderator.

4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Medan, Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi

ialah Medan merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan
terbesar ke-3 di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, tetapi kualitas pelayanan
administrasi pemerintahan dan pelayanan publik di Medan jauh tertinggal
dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Ruang lingkup lokasi
penelitian ialah semua SKPD di lingkungan Pemko Medan (lihat Lampiran 3).
Waktu penelitian mulai Maret hingga Agustus 2016. Rincian kegiatan
penelitian ditabelkan pada Lampiran 2.

4.3

Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini ialah PA/KPA dan PPK-SKPD di lingkungan Pemko

Medan berjumlah 135 orang. Rekapitulasi populasi ditabelkan pada Tabel 4.1.

44
Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 4.1
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Rekapitulasi Populasi

Perangkat Daerah
SKPD PA/KPA
Sekretariat daerah
13
13
Sekretariat DPRD
1
1
Inspektorat/Badan/Kantor/Lainnya
20
20
Dinas daerah
18
18
Kecamatan
21
21
Jumlah

73

PPK-SKPD
1
1
21
18
21

Total
14
2
41
36
42

62

135

73

Sumber: BKD, 2016 (data diolah)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah nonprobability sampling
dengan sensus, yaitu teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi
dijadikan sampel (Sugiyono, 2014: 156). Jadi, jumlah sampel sama dengan jumlah
populasi, yaitu 135 responden. Kerangka sampel dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.4

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui studi lapangan dengan angket

atau kuesioner. Instrumen pengumpulan data disebut juga kuesioner yang
disebarkan langsung kepada responden yang telah ditentukan.
Berikut jenis data penelitian ini berdasarkan sumbernya.
1. Data primer: data yang diperoleh dan diolah peneliti langsung dari sumbernya.
Data primer penelitian ini ialah hasil survei berupa kuesioner tertutup yang
terdiri atas 7 instrumen sesuai dengan jumlah variabel yang diteliti. Kuesioner
penelitian berisi identitas responden yang digunakan untuk deskripsi
responden dan 65 pernyataan yang disusun berdasarkan indikator tiap-tiap
instrumen, yaitu kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan
pelaporan, pengawasan intern, audit dan pengawasan ekstern, iklim organisasi,
dan kinerja pengelolaan keuangan. Kuesioner diukur dengan skala Likert yang
berisi 5 preferensi jawaban dan dibuat dalam bentuk centang berikut.

Universitas Sumatera Utara

46

a.

SS

= Sangat setuju

diberi skor 5

b.

S

= Setuju

diberi skor 4

c.

N

= Netral

diberi skor 3

d.

TS

= Tidak setuju

diberi skor 2

e.

STS

= Sangat tidak setuju

diberi skor 1

2. Data sekunder: data yang diperoleh dari penelitian terdahulu atau diterbitkan
oleh berbagai instansi lain. Data sekunder penelitian ini di antaranya ialah
a. publikasi Bank Dunia berupa laporan pengukuran PKP yang digunakan
sebagai referensi variabel dan kuesioner penelitian;
b. publikasi BPK, seperti Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester yang memuat
opini LKPD Kota Medan yang digunakan untuk latar belakang penelitian;
c. publikasi BPS berupa data keuangan Pemko Medan yang digunakan untuk
pengukuran value for money untuk latar belakang penelitian;
d. publikasi Transparency International Indonesia berupa Laporan Survei
Persepsi Korupsi 2015 yang digunakan untuk latar belakang penelitian;
e. data Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Pemko Medan yang
digunakan untuk kerangka sampel.

4.5

Definisi Operasional Variabel
Untuk membantu penelitian, setiap variabel yang digunakan perlu dijabarkan

dalam suatu definisi operasional yang jelas dan spesifik yang menggambarkan
karakteristik masing-masing. Berikut penjelasan definisi operasional variabel
penelitian ini.
1. Kinerja pengelolaan keuangan (Y) merupakan hasil keseluruhan kegiatan yang
meliputi

perencanaan,

pelaksanaan,

penatausahaan,

pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah yang telah dicapai

Universitas Sumatera Utara

47

sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur. Kuesioner instrumen ini dikembangkan dari Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, terdiri atas 13
pernyataan yang disusun berdasarkan 4 indikator, dan diukur dengan skala
Likert yang berisi 5 preferensi jawaban seperti tersebut di atas.
2. Kapasitas sumber daya (X1) merupakan kondisi SDM, keuangan, peralatan,
dan fasilitas yang dimiliki yang memengaruhi kinerja organisasi. Kuesioner
instrumen ini dikembangkan dari penelitian Olander et al. (2007) dan CAPA
(2013), terdiri atas 8 pernyataan yang disusun berdasarkan 3 indikator, dan
diukur dengan skala Likert yang berisi 5 preferensi jawaban seperti tersebut di
atas.
3. Kerangka peraturan (X2) merupakan kerangka peraturan perundang-undangan
dan kelembagaan yang meliputi peraturan dan prosedur mengenai pengelolaan
keuangan daerah. Kuesioner instrumen ini dikembangkan dari survei Bank
Dunia (2005, 2007) tentang kerangka PKP, terdiri atas 8 pernyataan yang
disusun berdasarkan 2 indikator, dan diukur dengan skala Likert yang berisi 5
preferensi jawaban seperti tersebut di atas.
4. Akuntansi

dan

pelaporan

(X3)

merupakan

SAPD

yang

menjamin

terlaksananya akuntansi yang tepat untuk semua transaksi keuangan dan
menghasilkan laporan keuangan eksternal dan internal yang relevan, andal,
dapat

dibandingkan,

dan

dapat

dipahami.

Kuesioner instrumen ini

dikembangkan dari survei Bank Dunia (2005, 2007) tentang kerangka PKP,
terdiri atas 8 pernyataan yang disusun berdasarkan 4 indikator, dan diukur
dengan skala Likert yang berisi 5 preferensi jawaban seperti tersebut di atas.

Universitas Sumatera Utara

48

5. Pengawasan intern (X4) merupakan seluruh kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas
dan fungsi organisasi untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tolok ukur
yang telah ditetapkan untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik. Kuesioner instrumen ini dikembangkan dari survei
Bank Dunia (2005, 2007) tentang kerangka PKP, terdiri atas 8 pernyataan
yang disusun berdasarkan 3 indikator, dan diukur dengan skala Likert yang
berisi 5 preferensi jawaban seperti tersebut di atas.
6. Audit dan pengawasan ekstern (X5) merupakan proses identifikasi masalah,
analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Kuesioner instrumen ini dikembangkan dari
survei Bank Dunia (2005, 2007) tentang kerangka PKP, terdiri atas 8
pernyataan yang disusun berdasarkan 2 indikator, dan diukur dengan skala
Likert yang berisi 5 preferensi jawaban seperti tersebut di atas.
7. Iklim organisasi (Z) merupakan suasana lingkungan kerja organisasi yang
dirasakan oleh pegawai, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan
dapat memengaruhi perilaku pegawai. Kuesioner instrumen ini dikembangkan
dari penelitian Agustin (2016), terdiri atas 12 pernyataan yang disusun
berdasarkan 6 indikator, dan diukur dengan skala Likert yang berisi 5
preferensi jawaban seperti tersebut di atas.
Definisi operasional variabel yang telah diuraikan ditabelkan juga pada Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara

49

Tabel 4.2
Variabel

Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional

Indikator

Skala

Dependen
Kinerja
pengelolaan
keuangan
(Y)

Hasil keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban,
dan
pengawasan keuangan daerah yang
telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan
kuantitas dan kualitas yang terukur.

1.
2.
3.
4.

Sumber: PP No. 58/2005

Sumber: Permendagri No. 13/2006

SDM,
keuangan,
Kondisi
peralatan, dan fasilitas yang
dimiliki yang memengaruhi kinerja
organisasi.

1. SDM cukup dan kompeten.
2. Anggaran cukup dan tepat waktu.
3. Peralatan dan fasilitas memadai.

Capaian kinerja
Asas umum PKP
Akuntabilitas
Opini BPK

Interval

Kuesioner: 13 pernyataan

Independen
Kapasitas
sumber
daya
(X1)

Interval

Kuesioner: 8 pernyataan

Kerangka
peraturan
(X2)

Sumber: Olander et al., 2007

Sumber: Olander et al., 2007 dan
CAPA (2013)

Kerangka peraturan perundangundangan dan kelembagaan yang
meliputi peraturan dan prosedur
mengenai pengelolaan keuangan
daerah.

1. Peraturan perundang-undangan
daerah mengenai pengelolaan
keuangan daerah memadai.
2. Peraturan perundang-undangan
daerah mencakup ketentuan
untuk meningkatkan transparansi
dan
partisipasi
masyarakat
memadai.

Interval

Kuesioner: 8 pernyataan

Akuntansi
dan
pelaporan
(X3)

Sumber: Olander et al., 2007

Sumber: Bank Dunia, 2005, 2007

SAPD
yang
menjamin
terlaksananya akuntansi yang tepat
untuk semua transaksi keuangan
dan
menghasilkan
laporan
keuangan eksternal dan internal
yang
relevan,
andal,
dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami.

1. Fungsi akuntansi dan keuangan
memadai.
2. Sistem informasi akuntansi dan
manajemen terintegrasi.
3. Transaksi dan saldo keuangan
dicatat secara akurat dan tepat
waktu.
4. Laporan keuangan dan informasi
manajemen dapat diandalkan.

Interval

Kuesioner: 8 pernyataan
Sumber: Permendagri No. 13/2006
dan Bank Dunia, 2007

Sumber: Bank Dunia, 2005, 2007

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 4.2

Lanjutan

Variabel

Definisi Operasional

Indikator

Skala

Pengawasan
intern
(X4)

Seluruh kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan
lain
terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi
untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan secara
efektif dan efisien sesuai dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan
untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan
yang baik.

1. Inspektorat terorganisir dan
diberdayakan secara efektif.
2. Standar dan prosedur audit intern
diaplikasikan
dapat
yang
diterima.
3. Temuan audit intern segera
ditindaklanjuti.

Interval

Audit dan
pengawasan
ekstern
(X5)

Kuesioner: 8 pernyataan

Sumber: PP No. 60/2008

Sumber: Bank Dunia, 2005, 2007

Proses
identifikasi
masalah,
analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara
independen,
objektif,
dan
profesional
berdasarkan standar pemeriksaan
untuk
menilai
kebenaran,
kecermatan,
kredibilitas,
dan
keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.

1. Audit
ekstern
yang
rutin
menjamin
efektivitas
akuntabilitas pemerintah daerah.
2. Pengawas independen terhadap
pengelolaan keuangan daerah
efektif.

Sumber: UU No. 15/2004

Sumber: Bank Dunia, 2005, 2007

Suasana
lingkungan
kerja
organisasi yang dirasakan oleh
pegawai, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dan dapat
memengaruhi perilaku pegawai.

1. Hubungan antarpribadi dalam
organisasi
2. Pola motivasi
3. Lingkungan kerja
4. Insentif dan penghargaan
5. Sistem evaluasi
6. Sistem komunikasi

Interval

Kuesioner: 8 pernyataan

Moderator
Iklim
organisasi
(Z)

Interval

Kuesioner: 12 pernyataan
Sumber: Sedarmayanti, 2007

4.6

Sumber: Agustin, 2016

Teknik Analisis Data
Data penelitian dianalisis menggunakan program Statistical Package for

Social Sciences (SPSS). Analisis data yang digunakan ialah analisis regresi linear
berganda yang berbasis ordinary least square (OLS) dengan tingkat signifikansi
(α) 5%. Untuk pengujian variabel moderator, digunakan uji residual.

Universitas Sumatera Utara

51

Hasil analisis regresi berupa konstanta dan koefisien untuk tiap-tiap variabel
independen menghasilkan model regresi penelitian yang dirumuskan dalam
persamaan berikut.
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε1

(4.1)

Z = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε2

(4.2.1)

|ε| = α + β6Y

(4.2.2)

Keterangan:
Y

: Kinerja pengelolaan keuangan

X1

: Kapasitas sumber daya

X2

: Kerangka peraturan

X3

: Akuntansi dan pelaporan

X4

: Pengawasan intern

X5

: Audit dan pengawasan ekstern

Z

: Iklim organisasi

α

: Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5, β6

: Koefisien regresi

ε1, ε2

: Error

4.6.1

Pengujian kualitas data

Instrumen penelitian harus dapat digunakan untuk memperoleh data yang
reliabel dan valid tentang variabel yang diukur. Untuk itu, kuesioner penelitian
perlu diuji reliabilitas dan validitasnya sebelum disebarkan kepada responden.
Jika kuesioner yang tidak reliabel dan valid digunakan, data yang dihasilkan juga
tidak akan reliabel dan valid (Sugiyono, 2014: 234).
4.6.1.1 Uji reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan mengetahui tingkat keterandalan suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan reliabel jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek

Universitas Sumatera Utara

52

yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Artinya, jawaban responden atas
pernyataan konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan
dengan uji statistik Cronbach’s Alpha (Ghozali, 2013: 48).
Berikut kriteria keputusan uji statistik Cronbach’s Alpha.
1. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,70, kuesioner dinyatakan reliabel.
2. Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,70, kuesioner dinyatakan tidak reliabel.
4.6.1.2 Uji validitas
Uji validitas bertujuan mengetahui tingkat keabsahan suatu kuesioner.
Kuesioner dikatakan valid jika pernyataan kuesioner mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan melakukan korelasi
antarskor pernyataan dengan total skor variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan
membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)= n - 2,
dalam hal ini n adalah jumlah sampel (Ghozali, 2013: 53).
Berikut kriteria keputusan uji signifikansi.
1. Jika r hitung > r tabel, butir pernyataan dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel, butir pernyataan dinyatakan tidak valid.

4.6.2

Pengujian asumsi klasik

Pengujian hipotesis dengan analisis regresi linear berganda akan memberikan
hasil yang baik jika model regresi memenuhi semua asumsi klasik berikut
(1) multikolonieritas, (2) autokorelasi, (3) heteroskedastisitas, dan (4) normalitas.
Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan analisis statistik. Uji autokorelasi tidak
dilakukan karena data penelitian ini data silang waktu. Masalah autokorelasi
relatif jarang terjadi pada data silang waktu karena gangguan pada observasi yang
berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda (Ghozali, 2013: 110).

Universitas Sumatera Utara

53

4.6.2.1 Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan mengetahui tingkat korelasi antarvariabel
independen model regresi. Model regresi yang baik adalah model yang
antarvariabel independennya tidak memiliki korelasi yang kuat. Multikolonieritas
dapat disebabkan oleh adanya efek kombinasi 2 atau lebih variabel independen.
Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan menganalisis matriks korelasi
variabel-variabel independen (Ghozali, 2013: 105).
Berikut kriteria keputusan uji multikolonieritas.
1. Jika koefisien korelasi < 0,60, tidak terjadi multikolonieritas.
2. Jika koefisien korelasi ≥ 0,60, terjadi multikolonieritas.
4.6.2.2 Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan mengetahui ketidaksamaan varian residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Varian residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain yang tetap disebut homoskedastisitas
dan varian residual yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah model yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser (Ghozali, 2013: 142).
Berikut kriteria keputusan uji heteroskedastisitas.
1. Jika nilai signifikansi hasil uji > 0,05, tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika nilai signifikansi hasil uji < 0,05, terjadi heteroskedastisitas.
4.6.2.3 Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan mengetahui variabel residual model regresi memiliki
distribusi normal. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki nilai

Universitas Sumatera Utara

54

residual berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2013: 160).
Berikut kriteria keputusan uji Kolmogorov-Smirnov.
1. Jika nilai signifikansi hasil uji > 0,05, nilai residual berdistribusi normal.
2. Jika nilai signifikansi hasil uji < 0,05, nilai residual tidak berdistribusi normal.

4.6.3

Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan setelah sejumlah persyaratan statistik–asumsi
klasik–penggunaan metode analisis regresi linear berganda yang berbasis OLS
telah terpenuhi. Setelah analisis regresi linear berganda dengan SPSS selesai,
interpretasi informasi yang terdapat pada output SPSS harus dilakukan secara
efektif. Ketepatan model regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari kelayakan model tersebut, di antaranya dari nilai koefisien determinasi, nilai
statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara
statistik jika nilai signifikansi hasil uji berada dalam daerah kritis: < 0,05.
Sebaliknya, disebut tidak signifikan jika nilai signifikansi hasil uji berada di luar
daerah kritis: > 0,05 (Ghozali, 2013: 97).
Pedoman untuk mempermudah penginterpretasian kekuatan hubungan antara
2 variabel (atau lebih) ditabelkan pada Tabel 4.3 (Sugiyono, 2014: 287).
Tabel 4.3

Pedoman Penginterpretasian Koefisien Korelasi

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,000–0,199
0,200–0,399
0,400–0,599
0,600–0,799
0,800–1,000

Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat

Sumber: Sugiyono, 2014

Universitas Sumatera Utara

55

4.6.3.1 Koefisien determinasi
2

Koefisien determinasi (R ) mengukur kemampuan model regresi menjelaskan
variasi variabel dependen. Nilai R2 berada pada rentang 0–1. Nilai R2 mendekati 0
berarti variabel-variabel independen kurang mampu menjelaskan variasi variabel
dependen. Nilai R2 mendekati 1 berarti variabel-variabel independen mampu
menjelaskan hampir seluruh informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Umumnya, nilai R2 untuk data silang waktu relatif rendah
karena adanya variasi besar antara tiap-tiap pengamatan, sedangkan untuk data
runtun waktu, nilai R2 relatif tinggi.
Ketepatan nilai R2 disempurnakan oleh adjusted R2. Banyak peneliti
2

menyarankan menggunakan nilai adjusted R untuk menguji model regresi karena
2

nilai adjusted R dapat naik atau turun jika 1 variabel independen ditambahkan ke
dalam model regresi, sedangkan nilai R2 pasti meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah variabel independen dalam suatu model regresi tanpa
melihat signifikansi pengaruhnya terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013: 97).
2

Keputusan diambil berdasarkan angka adjusted R dalam tabel Model Summary
dalam output SPSS dikalikan 100% sehingga diperoleh persentase variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen secara
serempak.
Berikut kriteria interpretasi nilai adjusted R2 (Basri, 2011).
1. Jika nilai adjusted R2 ≤ 0,10, buruk ketepatannya.
2. Jika nilai 0,11 ≤ nilai adjusted R2 ≤ 0,30, rendah ketepatannya.
3. Jika nilai 0,31 ≤ nilai adjusted R2 ≤ 0,50, cukup ketepatannya.
4. Jika nilai adjusted R2 > 0,50, tinggi ketepatannya.

Universitas Sumatera Utara

56

4.6.3.2 Uji statistik F
Uji statistik F merupakan tahap awal mengidentifikasi kelayakan model
regresi yang bertujuan mengetahui besarnya pengaruh semua variabel independen
secara serempak terhadap variabel dependen. Keputusan diambil berdasarkan
angka dalam tabel ANOVA dalam output SPSS.
Berikut kriteria keputusan uji statistik F.
1. Jika nilai signifikansi hasil uji < 0,05, variabel independen secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi hasil uji > 0,05, variabel independen secara serempak
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.
4.6.3.3 Uji statistik t
Uji statistik t bertujuan mengetahui besarnya pengaruh variabel independen
secara sendiri-sendiri (parsial) terhadap variabel dependen. Keputusan diambil
berdasarkan angka dalam tabel Coefficients dalam output SPSS.
Berikut kriteria keputusan uji statistik t.
1. Jika nilai signifikansi hasil uji < 0,05, variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi hasil uji > 0,05, variabel independen secara parsial
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen.
4.6.3.4 Uji residual
Variabel moderator adalah variabel spesifikasi yang memperkuat atau
memperlemah hubungan variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali,
2013: 223). Pengujian variabel moderator dilakukan dengan uji residual untuk
mengantisipasi

kecenderungan

terjadinya

multikolonieritas

yang

tinggi

Universitas Sumatera Utara

57

antarvariabel independen. Uji residual menggunakan konsep ketidakcocokan,
yaitu hipotesis moderator diterima jika terdapat ketidakcocokan yang berasal dari
deviasi hubungan linear antarvariabel independen (Ghozali, 2013: 240).
Uji residual dilakukan dengan 2 langkah:
1. melakukan regresi variabel-variabel independen terhadap variabel moderator
untuk memperoleh nilai residual dan
2. melakukan regresi variabel dependen terhadap nilai absolut residual.
Berikut kriteria keputusan uji residual.
1. Jika nilai koefisien parameter variabel dependen negatif dan nilai signifikansi
hasil uji < 0,05, variabel tersebut dianggap sebagai variabel moderator.
2. Jika nilai koefisien parameter variabel dependen positif dan nilai signifikansi
hasil uji > 0,05, variabel tersebut tidak dianggap sebagai variabel moderator.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Deskripsi Data
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 135 kuesioner kepada

PA/KPA dan PPK-SKPD pada 73 SKPD di lingkungan Pemko Medan. Kuesioner
diantar langsung ke lokasi responden masing-masing. Karena kepala SKPD selaku
PA/KPA turut menjadi sampel, diupayakan bertemu muka dengan responden
untuk menjelaskan tujuan penelitian dan petunjuk pengisian kuesioner. Kuesioner
diambil kembali setelah diisi dengan benar. Waktu yang diperlukan untuk
pengumpulan kuesioner sekitar 10 minggu.
Dari 135 kuesioner yang disebarkan, sebanyak 123 kuesioner berhasil
dikumpulkan dan semuanya dapat digunakan untuk penelitian. Namun, sebanyak
12 kuesioner tidak berhasil dikumpulkan dengan berbagai alasan, di antaranya
kekosongan jabatan PA/KPA, keengganan mengisi, dan kesibukan responden
terkait. Tingkat pengembalian kuesioner mencapai 91%. Rekapitulasi penyebaran
dan pengembalian kuesioner ditabelkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Rekapitulasi Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
Kuesioner

Persentase
Tidak

No.

Perangkat Daerah

Tidak

SKPD

Disebar

Kembali

Kembali

Kembali

Kembali

1.

Sekretariat daerah

13

14

13

1

93

7

2.

Sekretariat DPRD

1

2

2

0

100

0

3.

Inspektorat/Badan/Kantor/Lainnya

20

41

37

4

90

10

4.

Dinas daerah

18

36

31

5

86

14

5.

Kecamatan

21

42

40

2

95

5

73

135

123

12

91

9

Total
Sumber: Data primer, 2016 (data diolah)

58
Universitas Sumatera Utara

59

5.1.1

Deskripsi lokasi

Kota Medan terletak antara 3°27’–3°47’ Lintang Utara dan 98°35’–98°44’
Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 m–37,5 m di atas permukaan laut. Medan
adalah salah satu dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan luas
daerah sekitar 265,10 km². Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Provinsi
Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di
sebelah utara, selatan, barat, dan timur (BPS, 2015: 3). Kota Medan saat ini terdiri
atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi atas 2.001 lingkungan.

5.1.2

Deskripsi responden

Profil responden berdasarkan kuesioner yang telah dikumpulkan ditabelkan
pada Tabel 5.2. Untuk kategori umur, sebanyak 61 responden berumur 36–50
tahun (49,60%) Untuk jenis kelamin, sebanyak 87 responden laki-laki (70,73%).
Untuk jenjang pendidikan, sebanyak 64 responden lulusan S-1 (52,03%). Untuk
masa kerja, sebanyak 102 responden bekerja lebih dari 15 tahun (82,93%). Untuk
jabatan, jumlah PA/KPA dan PPK-SKPD seimbang, masing-masing sebanyak 62
(50,41%) dan 61 (49,59%). Untuk kategori lama menduduki jabatan, sebanyak 76
responden menduduki jabatan yang sama lebih dari 3 tahun (61,79%). Untuk
frekuensi mengikuti bintek/diklat keuangan pemerintahan, sebanyak 68 responden
jarang mengikuti bintek/diklat (55,28%). Dari statistik tersebut, hal yang paling
menonjol ialah lebih besarnya peranan laki-laki dalam pemerintahan jika
dibandingkan dengan perempuan. Selain itu, banyaknya responden yang jarang
mengikuti bintek/diklat keuangan pemerintahan dikarenakan responden tersebut
adalah kepala SKPD–yang memang tidak memiliki latar belakang keuangan–yang
turut menjadi sampel karena posisi PA/KPA melekat pada jabatan kepala SKPD.

Universitas Sumatera Utara

60

Tabel 5.2
No.
1.

Profil Responden

Kategori

Frekuensi

Umur
25–35
36–50
> 50

2.

3.

4.

5.

6.

Jumlah

14
61
48
123

11,38
49,60
39,02
100,00

Laki-laki
Perempuan
Jumlah

87
36
123

70,73
29,27
100,00

Jumlah

7
1
64
51
123

5,69
0,81
52,03
41,47
100,00

5–10 th
> 10–15 th
> 15 th
Jumlah

8
13
102
123

6,50
10,57
82,93
100,00

PA/KPA
PPK-SKPD
Jumlah

62
61
123

50,41
49,59
100,00

5
42
76
123

4,06
34,15
61,79
100,00

Jenis kelamin

Jenjang pendidikan
SMA
D3
S-1
S-2
Masa kerja

Jabatan

Lama menduduki jabatan
< 1 th
1–3 th
> 3 th
Jumlah

7.

Persentase

Frekuensi mengikuti bintek/diklat keuangan pemerintahan
Tidak pernah
2
Jarang
68
Sering
47
Sangat sering
6
Jumlah
123

1,63
55,28
38,21
4,88
100,00

Sumber: Data primer, 2016 (data diolah)

Profil responden dalam bentuk diagram lingkaran dapat dilihat pada Lampiran 5.

Universitas Sumatera Utara

61

5.1.3

Statistik Deskriptif

Deskripsi data berdasarkan ukuran tendensi sentral dapat dilihat dari nilai
rata-rata (mean), median, dan modus (mode). Deskripsi data berdasarkan ukuran
penyebaran dapat dilihat dari rentang (range) dan standar deviasi. Deskripsi data
berdasarkan ukuran posisi dapat dilihat dari persentil. Statistik deskriptif data
penelitian ditabelkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3
Variabel

N

Statistik Deskriptif
Mean Median Mode S. Dev. Range Min Max P70

Kinerja pengelolaan keuangan (Y)

123 51,87

52

52

6,254

32

33

65

53

Kapasitas sumber daya (X1)

123 30,54

30

32

4,285

21

19

40

32

Kerangka peraturan (X2)

123 30,47

30

32

3,595

22

18

40

32

Akuntansi dan pelaporan (X3)

123 31,59

32

32

3,994

23

17

40

32

Pengawasan intern (X4)

123 29,59

30

32

4,555

24

16

40

32

Audit dan pengawasan ekstern (X5) 123 29,20

29

28

3,483

18

22

40

31

Iklim organisasi (Z)

123 47,13

47

48

5,312

25

35

60

49

Valid N (listwise)

123

Sumber: Lampiran 6, 2016

Berikut nilai tiap-tiap instrumen terhadap skor ideal yang diharapkan.
1. Nilai instrumen Y (123 x 51,87= 6380) 80% dari skor ideal yang diharapkan
(= 123 x 13 x 5= 7995).
2. Nilai instrumen X1 (123 x 30,54= 3757) 76% dari yang diharapkan (4920).
3. Nilai instrumen X2 (123 x 30,47= 3748) 76% dari yang diharapkan (4920).
4. Nilai instrumen X3 (123 x 31,59= 3886) 79% dari yang diharapkan (4920).
5. Nilai instrumen X4 (123 x 29,59= 3640) 74% dari yang diharapkan (4920).
6. Nilai instrumen X5 (123 x 29,20= 3592) 73% dari yang diharapkan (4920).
7. Nilai instrumen Z (123 x 47,13= 5797) 79% dari yang diharapkan (7380).
Jadi, instrumen Y memperoleh nilai yang tertinggi, sedangkan X5 yang terendah.

Universitas Sumatera Utara

62

Deskripsi data berdasarkan ukuran tendensi sentral menunjukkan semua
instrumen, kecuali X5, memiliki pola yang sama, yaitu nilai rata-rata, median, dan
modus hampir sama. Artinya, data keenam instrumen tersebut berdistribusi
normal yang simetris. Namun, instrumen X5 memiliki nilai rata-rata dan median
hampir sama, tetapi keduanya lebih besar dari modus. Artinya, data instrumen X5
berdistribusi miring kanan.
Deskripsi data berdasarkan ukuran penyebaran menunjukkan data instrumen
X5 memiliki nilai rentang 18 dan standar deviasi 3,483, yang terendah di antara
instrumen yang ada. Artinya, X5 memiliki homogenitas data paling baik jika
dibandingkan dengan instrumen lainnya. Sebaliknya, data instrumen Y memiliki
nilai rentang 32 dan standar deviasi 6,254, yang tertinggi di antara instrumen yang
ada. Artinya, Y memiliki keragaman data terbesar jika dibandingkan dengan
instrumen lainnya.
Deskripsi data berdasarkan ukuran posisi menunjukkan frekuensi terbanyak
tiap-tiap instrumen berada pada persentil 50 (median) hingga 70. Ini dapat dilihat
dari nilai kedua persentil yang berselisih hanya 2 poin untuk instrumen X1, X2, X4,
X5, dan Z; selisih 1 poin untuk instrumen Y; bahkan sama untuk instrumen X3.

5.2

Hasil Pengujian Kualitas Data
Pengujian kualitas data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 40

aparatur sipil yang terlibat dalam pengelolaan keuangan pada 24 SKPD di
lingkungan Pemko Medan, di luar sampel penelitian, yang terdiri atas bendahara
pengeluaran (12), bendahara pengeluaran pembantu (2), kepala subbagian
penyusunan program (2), kepala subbagian keuangan (1), dan pelaksana
pengelolaan keuangan lainnya (23).

Universitas Sumatera Utara

63

5.2.1

Hasil uji reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach’s Alpha
(Ghozali, 2013: 48). Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian, seperti ditabelkan
pada Tabel 5.4, menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha semua instrumen
penelitian berada pada rentang 0,766–0,928 dan lebih besar dari nilai minimum
yang disyaratkan (0,70). Berdasarkan hasil uji reliabilitas, semua instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengukur tiap-tiap variabel dinyatakan reliabel.

Tabel 5.4
No.
1.

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel
Kinerja pengelolaan keuangan (Y)

Cronbach’s
Alpha
0,928

Nilai
Minimum
0,70

Keputusan
Reliabel

2.

Kapasitas sumber daya (X1)

0,839

0,70

Reliabel

3.

Kerangka peraturan (X2)

0,855

0,70

Reliabel

4.

Akuntansi dan pelaporan (X3)

0,845

0,70

Reliabel

5.

Pengawasan intern (X4)

0,874

0,70

Reliabel

6.

Audit dan pengawasan ekstern (X5)

0,766

0,70

Reliabel

7.

Iklim organisasi (Z)

0,902

0,70

Reliabel

Sumber: Lampiran 7, 2016 (data diolah)

5.2.2

Hasil uji validitas

Dengan jumlah responden untuk pengujian kualitas data sebanyak 40 dan α=
5%, diperoleh r tabel= 0,312 untuk df= 38. Hasil uji validitas instrumen
penelitian, seperti ditabelkan pada Tabel 5.5, menunjukkan bahwa nilai r hitung
semua butir instrumen penelitian lebih besar dari r tabel (0,312). Koefisien
korelasi berada pada rentang 0,327–0,840 dan lebih besar dari r tabel (0,312).
Semakin tinggi koefisien korelasi yang diperoleh, semakin tinggi tingkat validitas
butir pertanyaan tersebut. Berdasarkan hasil uji validitas, semua butir instrumen
penelitian yang digunakan untuk mengukur tiap-tiap variabel dinyatakan valid.

Universitas Sumatera Utara

64

Tabel 5.5
No.

Variabel

Hasil Uji Validitas
Butir
Instrumen

r hitung

r tabel

Keputusan

1.

Kinerja pengelolaan keuangan
(Y)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

0,696
0,656
0,578
0,761
0,768
0,673
0,822
0,705
0,645
0,679
0,787
0,327
0,685

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

2.

Kapasitas sumber daya
(X1)

1
2
3
4
5
6
7
8

0,519
0,579
0,745
0,564
0,633
0,365
0,706
0,486

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

3.

Kerangka peraturan
(X2)

1
2
3
4
5
6
7
8

0,607
0,629
0,756
0,697
0,635
0,394
0,473
0,567

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

4.

Akuntansi dan pelaporan
(X3)

1
2
3
4
5
6
7
8

0,473
0,801
0,392
0,389
0,535
0,711
0,731
0,672

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 5.5
No.

Lanjutan
Variabel

Butir
Instrumen

r hitung

r table

Keputusan

5.

Pengawasan intern
(X4)

1
2
3
4
5
6
7
8

0,680
0,707
0,840
0,758
0,760
0,394
0,462
0,502

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

6.

Audit dan pengawasan ekstern
(X5)

1
2
3
4
5
6
7
8

0,380
0,607
0,570
0,353
0,461
0,407
0,455
0,507

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

7.

Iklim organisasi
(Z)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

0,514
0,516
0,547
0,798
0,807
0,519
0,599
0,487
0,627
0,743
0,707
0,588

0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312
0,312

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sumber: Lampiran 7, 2016 (data diolah)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dan validitas tersebut, semua instrumen yang
digunakan untuk mengukur tiap-tiap variabel dinyatakan reliabel dan valid. Jadi,
kuesioner penelitian dapat digunakan untuk pengumpulan data. Selanjutnya, data
yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis.

Universitas Sumatera Utara

66

5.3

Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi persyaratan statistik pada

analisis regresi linear berganda yang berbasis OLS. Pengujian asumsi klasik
penelitian ini terdiri atas pengujian multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan
normalitas.

Hasil

pengujian

diharapkan

membuktikan

variabel-variabel

independen tidak memiliki sifat multikolonieritas dan komponen error (ε) tidak
memiliki sifat heteroskedastisitas dan berdistribusi normal.

5.3.1

Hasil uji multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan menganalisis matriks korelasi
variabel-variabel independen (Ghozali, 2013: 105). Hasil uji multikolonieritas
menunjukkan semua koefisien korelasi variabel independen, seperti ditabelkan
pada Tabel 5.6, berada pada rentang 0,003–0,511 dan lebih kecil dari batas
maksimum yang disyaratkan (0,60). Tidak ada variabel independen yang memiliki
tingkat korelasi lebih besar dari 60%. Artinya, tidak terjadi korelasi yang kuat
antarvariabel independen dalam model regresi. Sebagai kesimpulan, berdasarkan
hasil uji multikolonieritas, tidak terjadi multikolonieritas antarvariabel independen
dalam model regresi.

Tabel 5.6

Korelasi Variabel Independena

Variabel

X1

X2

X3

X4

X5

Keputusan

Kapasitas sumber daya (X1)

1,000

0,083

-0,003

-0,283

-0,252

Tidak terjadi

Kerangka peraturan (X2)

0,083

1,000

-0,113

-0,426

-0,260

Tidak terjadi

Akuntansi dan pelaporan (X3)

-0,003

-0,113

1,000

-0,048

-0,511

Tidak terjadi

Pengawasan intern (X4)

-0,283

-0,426

-0,048

1,000

-0,222

Tidak terjadi

Audit dan pengawasan ekstern (X5)

-0,252

-0,260

-0,511

-0,222

1,000

Tidak terjadi

a Variabel dependen: Kinerja pengelolaan keuangan (Y)
Sumber: Lampiran 8, 2016 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara

67

5.3.2

Hasil uji heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser, yaitu melakukan
regresi nilai absolut residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2013: 142).
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan nilai signifikansi residual tiap-tiap
variabel independen, seperti ditabelkan pada Tabel 5.7, berada pada rentang
0,069–0,618 dan lebih besar dari nilai signifikansi yang disyaratkan (0,05). Tidak
ada satu pun variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen nilai absolut residual (AbsUt). Artinya, model regresi memiliki varian
residual yang konstan (homokedastisitas). Sebagai kesimpulan, berdasarkan hasil
uji heteroskedastisitas, tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

Tabel 5.7
No.

Koefisien Absolut Residualb

Variabel

t

1.

Konstanta

2.

Kapasitas sumber daya (X1)

3.

Kerangka peraturan (X2)

4.

Akuntansi dan pelaporan (X3)

5.

Pengawasan intern (X4)

6.

Audit dan pengawasan ekstern (X5)

b

Variabel dependen: Absolut residual (AbsUt)

Sig.

Keputusan

0,381

0,704

-0,737

0,463

Tidak terjadi

1,834

0,069

Tidak terjadi

-1,103

0,272

Tidak terjadi

1,459

0,147

Tidak terjadi

-0,499

0,618

Tidak terjadi

Sumber: Lampiran 8, 2016 (data diolah)

5.3.3

Hasil uji normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Ghozali,
2013: 160). Hasil uji normalitas menunjukkan nilai statistik uji sebesar 0,073
dengan nilai signifikansi 0,172 yang lebih besar dari 0,05 seperti ditabelkan pada
Tabel 5.8. Artinya, nilai residual berdistribusi normal. Sebagai kesimpulan,
berdasarkan hasil uji normalitas, nilai residual berdistribusi normal.

Universitas Sumatera Utara

68

Tabel 5.8

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual

N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences

123
0,0000000
3,51847470
0,073
0,073
-0,057
0,073
0,172

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)

c

c. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Lampiran 8, 2016

Untuk melengkapi pengujian asumsi klasik di atas, hasil uji multikolonieritas
berdasarkan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dapat dilihat pada
Lampiran 9; hasil uji heteroskedastisitas dengan analisis grafik scatterplot dan
hasil uji normalitas dengan analisis grafik histogram dan normal P-P plot dapat
dilihat pada Lampiran 8. Pengujian normalitas model regresi hipotesis kedua juga
dilakukan dan disimpulkan nilai residual juga berdistribusi normal (Lampiran 8).

5.4

Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian asumsi klasik telah membuktikan variabel-variabel

independen tidak memiliki sifat multikolonieritas dan komponen error (ε) tidak
memiliki sifat heteroskedastisitas dan berdistribusi normal. Artinya, persyaratan
statistik penggunaan metode analisis regresi linear berganda telah terpenuhi.
Tahap selanjutnya ialah menganalisis hasil pengujian hipotesis.
Hipotesis pertama–kapasitas sumber daya, kerangka peraturan, akuntansi dan
pelaporan, pengawasan intern, serta audit dan pengawasan ekstern berpengaruh
positif terhadap kinerja pengelolaan keuangan Pemko Medan, baik secara
serempak maupun parsial–diuji dengan uji statistik F untuk melihat pengaruh

Universitas Sumatera Utara

69

serempak dan uji statistik t untuk melihat pengaruh parsial. Ringkasan hasil
pengujian hipotesis pertama ditabelkan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9

Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Variabel

Koefisien

Sig.

Konstanta

2,174

0,520

Kapasitas sumber daya (X1)

0,174

0,123

Kerangka peraturan (X2)

0,475

0,000

Akuntansi dan pelaporan (X3)

0,292

0,044

Pengawasan intern (X4)

0,307

0,007

Audit dan pengawasan ekstern (X5)

0,397

0,001

50,533

0,000

F
R

0,827
2

Adjusted R

Variabel dependen

0,670
Kinerja pengelolaan keuangan (Y)

Sumber: Lampiran 9, 2016 (data diolah)

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan adanya hubungan (R) yang
positif sebesar 0,827 antara kelima variabel independen dan variabel dependen.
Artinya, tingkat hubungan kelima variabel independen dengan variabel dependen
sangat kuat (lihat T