Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawas Internal Pemerintah pada Inspektorat Kota Medan Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1

Kerangka Konsep
Penelitian ini menggunakan 4 variabel independen, yaitu kompetensi,

motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja dengan variabel
dependen kinerja APIP.Kerangka konsep pada gambar 3.1 menggambarkan
hubungan secara bersama-sama dan parsial antara variabel independen dan
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini ialah kompetensi, motivasi, latar
belakang pendidikan, pengalaman kerjadan variabel dependen ialah kinerja APIP.

3.1.1

Hubungan kompetensi dengan kinerja APIP
Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit, yaitu pengetahuan dan

kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami objek
pemeriksaan yang diaudit. Auditor juga harus memiliki kemampuan untuk

bekerjasama

dalam

tim

serta

kemampuan

dalam

menganalisis

permasalahan.Penjelasan Pernyataan SPAP dalam SA Seleksi 210, PSA No.4
menjelaskan audit harus dilaksanakan oleh seorang auditor yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis serta pengalaman yang memadai dalam bidang
audit.Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.Menurut
Peraturan


Menteri

Pendayagunaan

(No./PER/05/M.PAN/03/2008).tentang

Standar

Aparatur
Audit

APIP,auditor

Negara
harus

mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan

Universitas Sumatera Utara


untuk melaksanakan tanggung jawabnya.Dengan memiliki kompetensi atau
keahlian dalam jasa profesional, akan mempengaruhi kinerja APIP.
Penelitian Mulyono(2009) menemukan bahwa kompetensi secara serempak
berpengaruh positif terhadap kinerja Inspektorat Kabupaten Deli Serdang. Penelitian
Erina (2012) menemukan bahwa kompetensi berpengaruh secara serempak maupun
parsial terhadap kinerja APIP Kota Aceh.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi diduga berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja APIP.

3.1.2

Hubungan motivasi dengan kinerja APIP
Menurut Fred Luthans (2006:270), motivasi yang menggerakkan

perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif. Dengan kata
lain, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk APIP, untuk berprestasi,
memiliki komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme
yang tinggi. Gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan lingkungan kerja yang
kurang baik juga dapat menurunkan motivasi aparat untuk menjaga kinerja APIP.

Ada 2 jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan, yaitu faktor eksternal
(karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi).
Penelitian yang dilakukan oleh Rajagukguk (2011) dan Triyanti (2014)
menemukan bukti empiris bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja APIP. Semakin baik tingkat motivasi dari auditor,akan semakin baik
kinerja yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian di atas, motivasi diduga berpengaruh signifikan terhadap
kinerja APIP.

Universitas Sumatera Utara

3.1.3

Hubungan latar belakang pendidikan dengan kinerja APIP
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan

kerja pegawai/karyawan karena bisa dijadikan sebagai alat untuk menilai dan melihat
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Begitu juga dengan
APIP, agar tercipta kinerja audit yang baik, APIP harus memiliki kriteria tertentu dari

setiap auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi teknik,
dan metodologi audit. Untuk itu, auditor APIP harus memiliki latar belakang
pendidikan formal minimal S-1 yang setara. Penelitian yang dilakukan Mulyono
(2009) menemukan bukti empiris bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh
signifikan, secara bersama-sama maupun parsial, terhadap kinerja Inspektorat.
Berdasarkan uraian di atas, latar belakang pendidikan diduga berpengaruh
signifikan terhadap kinerja APIP

3.1.4

Hubungan pengalaman kerja dengan kinerja APIP
Pengalaman dapat memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil

dalam setiap kinerja sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan
keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja
yang dimiliki APIP, maka akan semakin baik pula kualitas kinerjanya. Penelitian
yang dilakukan oleh Slamet (2009) menguji pengaruh pengalaman kerja terhadap
kinerja aparat pengawas fungsional di Inspektorat Jenderal Pekerjaan Umum. Hasil
penelitian menunjukkan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang positif
terhadap kinerja aparat pengawas fungsional di Inspektorat Jendral Pekerjaan Umum.

Hubungan antarvariabel dapat dilihat pada kerangka konsep yang
digambarkan pada Gambar 3.1.

Universitas Sumatera Utara

Variabel Independen

Variabel Dependen

Kompetensi
(X1)

Motivasi
(X2)
Kinerja APIP
(Y)
Latar belakang
pendidikan
(X3)


Pengalaman kerja
(X4)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2

Hipotesis
Hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan berdasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut.
Kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja
berpengaruh terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan, baik secara
bersama-sama maupun parsial.


Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal karena penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat bahwa
variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y).Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui apakah variabel independen (X), yaitu kompetensi
(X1), motivasi (X2), latar belakangpendidikan (X3) dan pengalaman kerja (X4)
berpengaruh terhadap kinerja APIP (Y) pada Inspektorat Kota Medan.

4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Alasan


peneliti memilih lokasi ini karena Medan merupakan kota besar yang mempunyai
pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi. Peneliti telah melakukan penelitian
selama kurang lebih 3 bulan, yaitu pada Maret sampai dengan Mei 2016. Jadwal
penelitian terlampir pada Lampiran 2.

4.3

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pegawai inspektorat yang mempunyai

jabatan sebagai auditor dan pengawas pemerintahan yang berjumlah 74 orang.
Penelitian ini menggunakan metode sensus sehingga peneliti menggunakan
seluruh elemen populasi menjadi data penelitian.
Populasi dan sampel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1
sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1

No.

Populasi dan Sampel

Jabatan

Populasi

Sampel

1

Inspektur

1 orang

1 orang

2


Sekretaris

1 orang

1 orang

3

Inspektur Pembantu I

1 orang

1 orang

4

Inspektur Pembantu II

1 orang

1 orang

5

Inspektur Pembantu III

1 orang

1 orang

6

Inspektur Pembantu IV

1 orang

1 orang

7

Auditor Madya

6 orang

6 orang

8

Auditor Muda

5 orang

5 orang

9

Auditor Pertama

20 orang

20 orang

10

Auditor Pelaksana Lanjutan

1 orang

1 orang

11

Pengawas Pemerintahan Madya

22 orang

22 orang

12

Pengawas Pemerintahan Muda

9 orang

9 orang

13

Pengawas Pemerintahan Pertama

5 orang

5 orang

74 orang

74 orang

Total APIP
Sumber : Lampiran 4

4.4

Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian

karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memecahkan masalah
yang diteliti, yaitu dengan menguji hipotesis yang telah dirumuskan.Berdasarkan
sumbernya, data dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu
1. Data primer: data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat
berlangsungnya penelitian tersebut. Data primer pada penelitian ini berasal
dari kuesioner yang diisi oleh pegawai inspektorat yang mempunyai jabatan
auditor dan pengawas pemerintahan. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (1999), bahwa kuesioner

Universitas Sumatera Utara

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab.
2. Data sekunder: data yang dikumpulkan secara rutin oleh instansi tertentu yang
digunakan oleh peneliti. Sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam
arsip

(data

dokumenter)

yang

dipublikasikan

maupun

yang

tidak

dipublikasikan (Lubis, 2012: 107).
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Butir pertanyaan kuesioner merupakan adaptasi dari
peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Mulyono (2009) yang disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian ini. Kuesioner terdiri atas pertanyaan atau pernyataan
tertutupagar

dijawab

berdasarkan

persepsi

tiap-tiap

responden.

Skala

pengukuran
adalah Likert dengan skor 1 sampai dengan 5 sebagai berikut.
a.

Skor 5: Sangat Sesuai/Sangat Sering/Sangat Setuju/Lama Sekali/Sangat
Banyak/Sangat Baik/Sangat Berperan

b.

Skor 4: Sesuai/Sering/Setuju/Cukup Lama/Cukup Banyak/Baik/Berperan

c.

Skor 3: Kurang Sesuai/Pernah/Kurang Setuju /Lama/Banyak/Kurang Baik/
Kurang Berperan

d.

Skor 2: Tidak Sesuai/Minim Sekali/Tidak Setuju/Kurang Lama/Kurang

Universitas Sumatera Utara

Banyak/Tidak Baik/Tidak Berperan
e.

Skor 1: Sangat Tidak Sesuai/Tidak Pernah/Sangat Tidak Setuju/Sebentar/
Sedikit/Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak Berperan

4.5

DefinisiOperasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi setiap variabel yang

memberikan gambaran yang jelas sehingga terhindar dari kesalahpahaman.
Definisi operasional variabel akan digunakan sebagai dasar menentukan
indikator, instrumen, dan skala setiap variabel.
Berikut adalah definisi operasional variabel yang akan diteliti sebagai
dasar dalam menyusun kuesioner penelitian.
1.

Kompetensi (X1) adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh auditor,
yaitu auditing, akuntansi, dan administrasi pemerintahan. Pengukuran
variabel ini menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri atas 4 butir
pertanyaan dengan menggunakan skala interval (1-5).

2.

Motivasi (X2) adalah suatu pernyataan sikap positifterhadap tugas yang
diberikan dalam pencapaian tujuan. Pengukuran variabel ini menggunakan
kuesioner yang terdiri atas 3 butir pertanyaan atau pernyataan dengan
menggunakan skala interval (1-5).

3.

Latar belakang pendidikan (X3) adalah jenjang pendidikan dari tingkat S-1
dan S-2. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen variabel dummy (12).

4.

Pengalaman kerja (X4) adalah pengalaman APIP dalam melakukan audit
yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai APIP dan banyaknya tugas
pemeriksaan yang dilakukan. Pengukuran variabel ini menggunakan

Universitas Sumatera Utara

instrumen kuesioner yang terdiri atas 2 butir pertanyaan dengan
menggunakan skala interval (1-5).
Definisi operasional variabel juga disajikan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Variabel
A

Dependen

1
.

Kinerja APIP
(Y)

B

Independen

1
.

Kompetensi
(X1)

2
.

Motivasi
(X2)

Definisi
Operasional
Hasil kerja
dari
APIP
pada
Inspektorat
Kota Medan
sesuai
dengan tugas
pokok dan
fungsinya
berdasarkan
Pedoman
Operasional
Pemeriksaan
.

Definisi Operasional Variabel
Pengukuran

Instrumen

Skala

1.PKPT
2. PKP
3. P2T
4.SPT
5. KKP

Kuesioner

Interval

Kuesioner

Interval

Kuesioner

Interval

Kemampuan 1. 1.Pengetahuan
teknis yang
auditing,
harus
akuntansi,
dimiliki oleh administrasi
auditor,
pemerintahan,
yaitu
dan
auditing,
komunikasi
akuntansi,
2. 2.Pelatihan
administrasi
tentang
pemerintaha
auditing,
n
dan akuntansi,
administrasi
komunikasi.
pemerintahan,
dan
komunikasi
Motivasi
1.Budaya
berupa suatu
organisasi
pernyataan
2.Gaya
sikap positif kepemimpinan
terhadap
3.Lingkungan
tugas yang
kerja

Universitas Sumatera Utara

diberikan
dalam
pencapaian
tujuan.
Independen
3
.

Latar
belakang
Pendidikan
(X3)

4

Pengalaman
kerja
(X4)

4.6

Jenjang
1 1. Jenjang pendidi Kuesioner
pendidikan
kan
dari tingkat 2. Spesifikasi/
S-1, S-2.
jurusan
keilmuan
Pengalaman
1. Lamanya
Kuisioner
auditor
bekerja
dalam
sebagai
melakukan
auditor
audit yang
2. Banyaknya
dilihat dari
tugas
segi lamanya
bekerja
pemeriksaan
sebagai
yang
auditor dan
diberikan.
banyaknya
tugas
pemeriksaan
yang
dilakukan.

Interval

Interval

Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian

dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk
menjawab masalah yang telah dirumuskan.Analisis data dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda.Analisis regresi bermanfaat terutama untuk
tujuan peramalan (estimation), yaitu bagaimana variabel independen digunakan
untuk mengestimasi nilai variabel dependen.Analisis regresi juga dapat digunakan
untuk

mengetahui

pengaruh

variabel

independen

terhadap

variabel

dependen.Regresi juga digunakan untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan
4.6.1 Uji kualitas data

Universitas Sumatera Utara

Data yang digunakan dalam suatu penelitian merupakan gambaran yang
diteliti yang berfungsi sebagai pembuktian hipotesis. Kebenaran suatu data
menentukan mutu suatu penelitian yang tergantung pada pengujian instrumen
yang dilakukan dengan cara uji validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu, untuk
menguji mutu kuesioner yang digunakan, peneliti menyebarkan kuesioner kepada
pihak-pihak yang berkompeten di bidang kinerja APIP, yaitu mahasiswa Program
Beasiswa S-2 STAR-BPKP Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Sumatera Utara yang bekerja di Inspektorat Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 30 orang.
4.6.1.1 Uji validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur
diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur butir-butirpertanyaan
kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas
pertanyaan-pertanyaan kuesioner adalah dengan melihat nilai corrected item
total correlation. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, skor butir pertanyaan-pertanyaan
kuesioner valid
b. Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, skor butir pertanyaan-pertanyaan
kuesioner tidak valid.
4.6.1.2 Uji reliabilitas
Ghozali (2013 : 47) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu pengujian

Universitas Sumatera Utara

merujuk pada derajatstabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat
menghasilkan data yang reliabel.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai Cronbach Alpha> 0,70, variabel dikatakan reliabel
b. Jika nilai Cronbach Alpha< 0,70, variabel dikatakan tidak reliabel
4.6.2 Ujiasumsi klasik
Pengujian
multikolonieritas,

asumsi
dan

klasik

yang

meliputi

heteroskedastisitas

perlu

pengujian
dilakukan

normalitas,
sebelum

pengujianhipotesis dengan menggunakan analisis linear berganda.
4.6.2.1 Uji normalitas
Ghozali (2013: 160) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan
mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal.
Dalam uji statistik t dan F diasumsikan bahwa residual memiliki distribusi normal
yang diperoleh melalui analisis grafik dan uji statistik.
a. Analisis grafik, dilakukan dengan grafik histogram.
Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013: 163) sebagai berikut.
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov.

Universitas Sumatera Utara

Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013: 163) sebagai berikut.
a.

Jika nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak
normal.

b.

Jika nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal.

4.6.2.2 Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan menguji model regresi memiliki korelasi
yang kuat antarvariabel independen atau tidak. Model regresi yang baik
seharusnya tidak memiliki korelasi diantara variabel independen.
Ghozali (2013: 105) menyatakan bahwa jika variabel independen saling
berkorelasi, variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat
dilihat dari kriteria berikut.
a. Aanalisis matrik, korelasi variabel-variabel independen, umumnya diatas 0,90;
b. Jika nilai Tolerance < 0,1 atau VIF > 10, terjadi multikolonieritas.
Jika nilai Tolerance > 0,1 atau VIF < 10, tidak terjadi multikolonieritas.
4.6.2.3 Uji heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan melihat apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut
homokedastisitas dan jika berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
diantaranya sebagai berikut.
a.

Analisis Grafik, melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen
Dasar analisis sebagai berikut.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang

teratur

(bergelombang,

melebar

kemudian

menyempit),

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak
terjadi heteroskedastisitas.
b.

Uji Glejserdilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel
independen.

Jika

variabel

independen

signifikan

secara

statistik

mempengaruhi variabel dependen, ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

4.6.3 Model analisis data
Model dan teknik analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis regresi linear berganda. Untuk keabsahan hasil regresi berganda, terlebih
dahulu dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik. Persamaan regresinya
adalah sebagai berikut.
1.

Persamaan model estimasi
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 +e

Keterangan:
Y

= Kinerja APIP

a

= Konstanta

β1,, β4 = Koefisien regresi
X1

= Kompetensi

Universitas Sumatera Utara

X2

= Motivasi

X3

= Latar belakang pendidikan

X4

= Pengalaman kerja

e

=Error

2.

Persamaan hipotesis model statistik

a.

H0 : β

=0

b.

H1 : β

≠0

3.

Persamaan hipotesis dalam urutan kalimat

a.

H0 : X1, X2, X3, dan X4 secara parsial dan bersama-sama berpengaruh tidak
signifikan terhadap Y

b.

H1 : X1, X2, X3, X4 secara parsial dan bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap Y

4.6.4 Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda.Analisis regresi berganda bermanfaat terutama untuk tujuan
peramalan, yaitu bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi
nilai variabel dependen dan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.Selain itu, regresi juga digunakan untuk membuktikan
hipotesis yang telah dirumuskan.
4.6.4.1 Koefisien determinasi
Angka koefisien determinasi (R2) dapat mengukur seberapa dekat garis
regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai R2 ini mencerminkan
seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel
bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi
dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara itu,bila R2 = 1,

Universitas Sumatera Utara

artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata
lain, bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepatpada garis regresi.
Dengan demikian, baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2
yang mempunyai nilai antara 0 dan 1.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan
satu variabel independen, maka R2 pastimeningkattidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak.
Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted
R2 pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat
naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model
(Ghozali, 2013 : 97)
4.6.4.2 Uji statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
bersama-sama variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria
pengujian yang digunakan sebagai berikut.
a. Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak;
Artinya, variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan
terhadap variabel dependen (Y).
b.Jika probability value (p value) > 0,05, H1 ditolak dan H0 diterima;
Artinya, variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel dependen (Y).
4.6.4.3 Uji statistik t

Universitas Sumatera Utara

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel

dependen. Kriterian pengujian yang digunakan

sebagai berikut:
a. Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak.
Artinya, variabel independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y).
b. Jika probability value (p value) > 0,05, H1 ditolak dan H0 diterima.
Artinya, variabel independen (X) secara parsial berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel dependen (Y).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1

Deskripsi Data
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan 74

kuesioner kepada APIP di Inspektorat Kota Medan, yaitu kepada auditor madya,
auditor muda, auditor pertama, auditor pelaksana lanjutan, pengawas
pemerintahan

madya,

pengawas

pemerintahan

muda,

dan

pengawas

pemerintahan pertama. Berdasarkan batas waktu yang telah ditentukan,
kuesioner yang telah diisi akan dijemput kembali. Dari 74 kuesioner yang
dibagikan, sebanyak 73 kuesioner yang kembali. Tingkat pengembalian
kuesioner disajikan pada Tabel 5.1

Tabel 5.1

Data Hasil Kuesioner

Keterangan

Jumlah

Kuesioner yang dikirim

74

Kuesioner yang kembali

73

Kuesioner yang tidak kembali

1

Kuesioner

yang

digunakan

dalam

73

penelitian
Tingkat pengembalian

99,03%

Sumber : Lampiran 3

5.1.1 Deskripsi Lokasi
Lokasi penelitian adalah Kantor Inspektorat Kota Medan. Kota Medan
ditetapkan secara resmi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk.II Medan

Universitas Sumatera Utara

pada tanggal 1 Juli 1950 dengan luas wilayah 265,10 km2. Secara geografis,
sebelah utara Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka, sedangkan selatan,
timur, dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

5.1.2 Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, dapat dilihat
karakteristik responden penelitian yang terdiri atas (1) pendidikan tertinggi, (2)
bidang pendidikan, (3) pangkat/golongan, (4) jabatan, dan (5) lama bekerja pada
Inspektorat Kota Medan. Berikut Tabel 5.2 sampai dengan Tabel 5.6 disajikan
tentang ringkasan demografi responden.
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling
banyak adalah S-1. Jumlah responden yang memiliki pendidikan S-1 sebanyak
45 orang (61,64%), sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan S-2 sebanyak
28 orang (38,36%).

Tabel 5.2

Tingkat Pendidikan Responden

No.

Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Persentase

1

S-1

45

61,64

2

S-2

28

38,36

Total

73

100,00

Sumber : Lampiran 5
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa bidang pendidikan responden yang
berlatar belakang pendidikan akuntansi hanya 7 orang (9,59%). Hal ini
menggambarkan rendahnya jumlah pegawai yang berlatar belakang pendidikan
akuntansi, sedangkan jumlah responden yang berlatar belakang pendidikan nonakuntansi jauh lebih tinggi, yaitu 56 orang (76,71%). Sisanya sebanyak 10 orang

Universitas Sumatera Utara

(13,70%) tidak mengisi bidang pendidikan. Responden yang tidak mengisi
bidang pendidikan diduga karena ketidaksediaan responden untuk mengisi.

Tabel 5.3

Bidang Pendidikan Responden

No.

Bidang Pendidikan

Frekuensi

Persentase

1

Akuntansi

7

9,59

2

Non-akuntansi

56

76,71

3

Tidak mengisi

10

13,70

Total

73

100 ,00

Sumber : Lampiran 5
Tabel 5.4

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

golongan yang relatif tinggi, yaitu III/a sebanyak 5 orang (6,85%), golongan
III/b sebanyak 22 orang (30,14%), golongan III/c sebanyak 12 orang (16,44%),
golongan III/d sebanyak 4 orang (5,48%), golongan IV/a sebanyak 19 orang
(26,03%), golongan IV/b sebanyak 5 orang (6,85%), dan golongan IV/c
sebanyak 6 orang (8,22 %).
Tabel 5.4
No.

Golongan

1

Golongan Responden
Frekuensi

Persentase

III/a

5

6,85

2

III/b

22

30,14

3

III/c

12

16,44

4

III/d

4

5,48

5

IV/a

19

26,03

6

IV/b

5

6,85

7

IV/c

6

8,22

Total

73

100,00

Sumber : Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa jumlah sekretaris sebanyak 1 orang
(1,36%), Inspektur pembantu I sebanyak 1 orang (1,36%), inspektur pembantu II
sebanyak 1 orang (1,36%), inspektur pembantu III 1,36%), inspektur pembantu
IV sebanyak 1 orang (1,36%), auditor madya sebanyak 6 orang (8,22%), auditor
muda sebanyak 5 orang (6,85%), auditor pertama sebanyak 20 orang (27,40%),
auditor pelaksana lanjutan sebanyak 1 orang (1,37%), pengawas pemerintahan
madya sebanyak 22 orang (30,14%), pengawas pemerintahan pertama sebanyak
5 orang, (6,85%),pengawas pemerintahan muda sebanyak 9 orang (12,33%).

Tabel 5.5
No

Jabatan Responden

Jabatan

Frekuensi

Persentase

1

Sekretaris

1

1,36

2

Inspektur Pembantu I

1

1,36

3

Inspektur Pembantu II

1

1,36

4

Inspektur Pembantu III

1

1,36

5

Inspektur Pembantu IV

1

1,36

6

Auditor Madya

6

8,22

7

Auditor Muda

5

6,85

8

Auditor Pertama

20

27,40

9

Auditor Pelaksana Lanjutan

1

1,37

10

Pengawas Pemerintahan Madya

22

30,14

11

Pengawas Pemerintahan Muda

9

12,33

12

Pengawas Pemerintahan Pertama

5

6,85

Total

73

100,00

Sumber : Lampiran 5
Tabel 5.6 menunjukkan tingkat pengalaman bekerja responden cukup
bervariasi, yaitu 7 orang (9,59%) memiliki masa kerja 16–20 tahun, 15 orang
(20,55%) memiliki masa kerja 11–15 tahun, 41 orang (56,16%) memiliki masa
kerja 6–10 tahun, dan 10 orang yang memiliki masa kerja 1–5 tahun (13,70%).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.6
No.

Lama Bekerja Responden

Lama Bekerja

Frekuensi

Persentase

1

> 20 Tahun

-

-

2

16-20 Tahun

7

9,59

3

11-15 Tahun

15

20,55

4

6-10 Tahun

41

56,16

5

1-5 Tahun

10

13,70

Total

73

100,00

.

Sumber : Lampiran 5

5.2

Statistik Deskriptif
Dari hasil data kuesioner yang telah dikumpulkan, diperoleh statistik

deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 menunjukkan bahwanilai standar deviasi masing-masing
variabel penelitian bervariasi. Nilai minimum variabel kinerja APIP adalah 2,00,
sedangkan nilai maksimum adalah 5,00 sehingga nilai rata-rata variabel kinerja
APIP sebesar 3,2270. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat kinerja APIP pada
Inspektorat Kota Medan cukup tinggi. Kinerja APIP dipersepsikan tinggi jika
mempunyai nilai rata-rata 4.
Nilai minimum variabel kompetensi adalah 2,25, sedangkan nilai
maksimum 5 sehingga nilai rata-rata variabel kompetensi sebesar 3,8288. Hal itu
menunjukkan bahwa kompetensi dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi.
Nilai minimum variabel motivasi adalah 2,00, sedangkan nilai
maksimum adalah 5,00 sehingga rata-rata variabel motivasi sebesar 3,1461. Hal
ini menunjukkan bahwa motivasi dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi.
Pengalaman kerja memiliki niali minimum 2,00 dan nilai maksimum
responden pengalaman kerja adalah 4,50 sehingga rata-rata jumlah skor jawaban

Universitas Sumatera Utara

pengalaman kerja adalah 3,500. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pengalaman
kerja dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi.

Tabel 5.7

Statistik Deskriptif
Rata-

Std.

Rata

Deviasi

5,00

3,2270

0,81852

2,25

5,00

3,8288

0,59201

73

2,00

5,00

3,1461

0,80505

Pengalaman kerja

73

2,00

4,50

3,5000

0,85391

Valid N (listwise)

73

Deskripsi

N

Min

Maks

Kinerja APIP

73

2,00

Kompetensi

73

Motivasi

Sumber : Lampiran 5

5.3

Uji Kualitas Data
Sebelum dilakukan pengujian data, perlu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas data karena jenis data penelitian adalah data primer.

5.3.1 Uji validitas
Pengujian validitas untuk setiap pertanyaan pada kuesioner dapat
dilihatdari nilai validitas pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika
nilai korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada nilai kritis (r hitung > r
tabell), instrumen tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2013).
Dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 orang, nilai r tabel
dengandf (degree of freedom) = n-2, = 28 dengan taraf signifikansi 5%.Hasil uji
validitas menunjukkan nilai r hitung berkisar antara 0,470-0,924 dan semua
lebih besar dari r tabel = 0,361. Berdasarkan hasil uji validitas, dapat
disimpulkan semua butir pertanyaan kuesioner adalah valid. Hal itu dapat dilihat
dari nilai r hitung lebih besar dari r tabel, seperti terlihat pada Tabel 5.8

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 5.8

Hasil Pengujian Validitas

Butir
Variabel

r

hitung

tabel

Ket

Y1

0,573

0,361

Valid

Y2

0,924

0,361

Valid

Y3

0,470

0,361

Valid

Y4

0,753

0,361

Valid

Y5

0,685

0,361

Valid

Y6

0,851

0,361

Valid

Y7

0,838

0,361

Valid

X1.1

0,494

0,361

Valid

X1.2

0,695

0,361

Valid

X1.3

0,587

0,361

Valid

X1.4

0,809

0,361

Valid

X2.1

0,821

0,361

Valid

X2.2

0,507

0,361

Valid

X2.3

0,859

0,361

Valid

X4.1

0,627

0,361

Valid

X4.2

0,627

0,361

Valid

Instrumen

Kinerja APIP (Y)

Kompetensi (X1)

Motivasi (X2)

Pengalaman

r

kerja

(X4)

Sumber : Lampiran 6

5.3.2 Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, tahap selanjutnya adalah melakukan uji
reliabilitas data untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya. Uji reliabilitas dapat diketahui dengan melihat nilai cronbach’s alpha.
Ghozali (2013:48) menyatakan apabila nilai cronbach’s alpha lebih besar dari

Universitas Sumatera Utara

0,7, kuesioner tersebut dinyatakan reliabel. Hasil pengujian seperti yang terlihat
pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha untuk semua
variabel lebih besar dari 0,7. Hal itu menunjukkan kuesioner penelitian ini
reliabel.

Tabel 5.9

Hasil Pengujian Reliabilitas

Cronbach

Batas

Alpha

Reliabilitas

Kinerja APIP (Y)

0,907

0,7

Reliabel

Kompetensi (X1)

0,813

0,7

Reliabel

Motivasi (X2)

0,849

0,7

Reliabel

0,771

0,7

Reliabel

Variabel

Pengalaman

Keterangan

kerja

(X4)
Sumber : Lampiran 6

5.4

Uji Asumsi Klasik
Pengujian data penelitian dilakukan dengan analisis regresi linear

berganda. sehinggaperlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah
model regresi dapat diterima secara ekonometrik atau tidak. Uji asumsi klasik
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonearitas,
dan uji heterokedastisitas, sedangkan uji autokorelasi tidak perlu dilakukan
karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datacross-section.

5.4.1 Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak
sehingga dapat dilihat normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji normalitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu analisis statistik dengan alat

Universitas Sumatera Utara

uji nonparametrik Kolmogorov-Smirnov dan analisis grafik dengan melihat
grafik histogram dan grafik normal P-P Plot.
1. Uji Analisis statistik dengan menggunakan uji non-parametrik KolmogorovSmirnov
Ghozali (165 : 2013), menyatakan bahwa jika nilai probabilitas
asymp.sig (2-tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05, maka
dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. Sebaliknya, jika probabilitas
asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi tidak normal. Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai KolmogorovSmirnov adalah sebesar 0,072 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,200. Karena
nilai asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.

Tabel 5.10

Uji Kolmogorov Smirnov

Uraian

Unstandardized Residual

N

73

Normal Parametersa,b

Mean
Std.
Deviation

Most

0,0000000
0,18878211

Extreme Absolute

0,072

Positive

0,043

Negative

-0,072

Differences

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)

0,072
0,200c,d

Sumber : lampiran 7
2. Analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-P.Plot
Ghozali (2013: 160) menyatakan bahwa salah satu cara untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat normal grafik histogram yang

Universitas Sumatera Utara

membandingkan antara observasi dan distribusi normal dan dengan melihat
normal

probability

plot

yang

membandingkan

distribusi

kumulatif

dengandistribusi normal. Hasil analisis grafik penelitian dapat dilihat pada
Gambar 5.1 dan Gambar 5.2

Gambar 5.1 Histogram

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.2 Normal P-P Plot
Dengan melihat Gambar 5.1 Histogram menunjukkan bahwa grafik
histogram pola distribusi tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan normal.
Sementara itu, Gambar 5.2 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik Normal P
Plot menyebar disekitar garis normal, serta penyebarannya tidak menjauh dari
garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak
menyalahi asumsi normalitas.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov dan uji grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa data mempunyai
distribusi normal.

5.4.2 Uji multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan menguji apakah model ditemukan ada
tidaknya korelasi antarvariabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas di dalam model regeasi penelitian ini, digunakan 2 cara, yaitu

Universitas Sumatera Utara

dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen dan dengan
melihat nilai tolerance dan VIF.
1.

Analisis matriks korelasi variabel-variabel independen

Tabel 5.11
Model

Korelasi Koefisien

KPTNS

MTVSI

PEND

PK

Kompetensi

1,000

0,059

-0,495

0,299

Motivasi

0,059

1,000

-0,089

0,228

-0,495

-0,089

1,000

-0,259

0,299

0,228

-0,259

1,000

Latarbelakang
pendidikan
Pengalaman kerja
Sumber : Lampiran 7

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa koefisien korelasi setiap variabel
indepen
den lebih kecil dari 0,9. Hal itu berarti bahwa tidak ada multikolinearitas.
2.

Nilai tolerance dan VIF

Tabel 5.12

Uji Multikolinearitas

Collinearity
Statistics
Keterangan

Model
Toleranc
e

VIF
Tidak

Kompetensi

0,723

1,383

terjadi

multikoliniearitas
Tidak

Motivasi
Latar

0,946

1,057

belakang

terjadi

multikoliniearitas
Tidak

terjadi

pendidikan

0,740

1,351

multikoliniearitas

Pengalaman kerja

0,853

1,172

Tidak

terjadi

Universitas Sumatera Utara

multikoliniearitas
Sumber: Lampiran 7
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa variabel kompetensi memiliki nilai VIF
sebesar 1,383 dan nilai tolerance sebesar 0,723, motivasi memiliki nilai VIF
sebesar 1,057 dan nilai tolerance sebesar 0,946, variabel latarbelakang pendidikan
memiliki nilai VIF sebesar 1,351 dan nilai tolerance sebesar 0,74, pengalaman
kerja memiliki nilai VIF sebesar 1,172 dan nilai tolerance sebesar 0,853. Hal
itumenunjukkan semua variabel independen memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 dan
VIF ≤ 10 sehingga data penelitian ini tidak mengalami masalah multikolonieritas.
5.4.3 Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji
heteroskedastisitas terhadap data menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hal itu dapat dilihat dari grafik scatterplotbahwa titik-titik
yang menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.3 Uji Heteroskedastisitas
Pada penelitian ini digunakan juga uji Glejseruntuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas. Uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen. Nilai signifikan untuk seluruh variabel
independen harus

lebih

besar

dari

0,05

agar data

tidak

mengalami

heteroskedastisitas.Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13
Variabel

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Koefisien

Sig

Keterangan
Tidak terjadi

Kompetensi

-0,134

0,204

heteroskedastisitas
Tidak terjadi

Motivasi
Latar

0,015

0,781

belakang

pendidikan

heteroskedastisitas
Tidak terjadi

-0,006

0,910

heteroskedastisitas
Tidak terjadi

Pengalaman kerja

-0,064

0,252

heteroskedastisitas

Sumber: Lampiran 8
Pada Tabel 5.13 terlihat bahwa variabel kompetensi memiliki nilai
signifikan sebesar 0,204, variabel motivasi memiliki nilai signifikansi sebesar
0,781, variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,910
dan variabel pengalaman kerja memiliki nilai signifikansi sebesar 0,252. Hal
itumenunjukkan semua variabel independen memiliki nilai signifikansi≥ 0,05
sehingga penelitian ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

5.5

Pengujian Hipotesis
Setelah diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi

klasik dan model sudah dapat digunakan untuk melakukan analisis regresi

Universitas Sumatera Utara

berganda, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis
yang diuji adalah kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman kerja berpengaruh terhadap kinerja APIP, baik secara bersama-sama
maupun parsial. Pengaruh secara bersama-samadilihat dengan menggunakan uji
statistik F, sedangkan pengaruh secara parsial,dilihat dengan menggunakan uji
statistik t.
5.5.1

Koefisien determinasi
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dapat diketahui nilai

koefisien korelasi dan koefisien determinasi seperti disajikan pada Tabel 5.16. Nilai
koefisien mencerminkan kekuatan hubungan antara variabel dependen (kompetensi,
motivasi, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja) dengan variabel independen
(kinerja APIP). Sementara itu, koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar
kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 5.14
Model
1

Besaran Statistik Koefisien Determinasi dan R Square

R
0,687a

R Square
0,472

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

0,441

0,19426

Sumber: Lampiran 8
Dari Tabel 5.14 diketahui nilai R adalah sebesar 0,678 dan nilai R2sebesar
2

0,472 (47,2%) dan nilai adjusted R 0,441 atau 44,1%. Dalam penelitian ini, untuk
melihat kemampuan variabel memprediksi variabel dependen, nilai yang
digunakan adalah nilai R Square. Nilai R Square sebesar 0,472 mempunyai arti
bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar
47,2%. Dengan kata lain, 47,2% perubahan dalam kinerja APIP mampu

Universitas Sumatera Utara

dijelaskan variabel kompetensi, motivasi, latarbelakang pendidikan, dan
pengalaman kerja,sedangkan sisanya 52,8% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak diikutkan dalam penelitian.

5.5.2 Uji statistik F
Hasil pengujian statistik F pada kompetensi, motivasi, latar belakang
pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja APIP menunjukkan hasil
sebagai berikut.

Tabel 5.15

Hasil Uji F

ANOVAa
Model

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

2,298

4

Residual

2,566

68

Total

4,864

72

F

0,574 15,222

Sig.
0,000b

0,038

Sumber: Lampiran 8
Berdasarkan Tabel 5.15 nilai F hitung 15,222 dengan nilai signifikansi
0,000, maka Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal itu berarti
kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota
Medantingkat kepercayaan 95%.
5.5.3 Uji statistik t
Hasil pengujian statistik t (uji parsial) pada kompetensi, motivasi,
latarbelakang pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja APIP
menunjukkan hasil sebagai berikut.

Tabel 5.16

Hasil Regresi Besaran Statistik Variabel Independen

Universitas Sumatera Utara

Variabel

Koefisien

Sig

(Constant)

-0,607

0,044

Kompetensi

0,678

0,000

Motivasi

0,570

0,000

Latar belakang Pendidikan

-0,348

0,000

Pengalaman Kerja

0,250

0,006

Sumber : Lampiran 8
Hasil pengujian pada Tabel 5.16menunjukkan nilai t hitung variabel
kompetensi sebesar 4,058 dan koefisien regresi bernilai positif dengan nilai
signifikansi 0,000 lebih kecil dari α= 0,05.Artinya, Ho ditolak atau hipotesis
yang diajukan diterima dan variabel kompetensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel kinerja APIP.
Nilai t hitung variabel motivasi sebesar 6,458,dan koefisien bernilai
positif
dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α= 0,05. Artinya Ho ditolak atau
hipotesis yang diajukan diterima dan variabel motivasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel kinerja APIP.
Variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilait signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari α= 0,05 dengan nilai t sebesar -4,435 dan koefisien bernilai
negatif.Artinya Ho diterima atau hipotesis yang diajukan ditolak dan variabel
latarbelakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel
kinerja APIP.
Nilai t hitung variabel pengalaman kerja sebesar 2,823, dan koefisien
bernilai positif dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari α= 0,05.Artinya
Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima dan variabel motivasi
berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kinerja APIP.

Universitas Sumatera Utara

Model regresi penelitian ini adalah sebagai berikut
Y = -0,607 + 0,678KPTNS + 0,570MTVS- 0,348LP+ 0,250PK
Keterangan:
KPTNS

: Kompetensi

MTVS

: Motivasi

LP

: Latar belakang pendidikan

PK

: Pengalaman kerja
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien dari variabel

kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja bernilai positif berarti bahwa hubungan
antara variabel kompetensi, motivasi, pengalaman bekerja dengan kinerja APIP
adalah positif yaitu, semakin baik kompetensi, semakin baik motivasi dan semakin
lama pengalaman bekerja maka semakin baik kinerja APIP.Namun, koefisien latar
belakang pendidikan bernilai negatif yang artinya walaupun latarbelakang pendidikan
tinggi, tetapi menurunkan kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan

5.6

Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi, motivasi,

pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan latarbelakang
pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja APIP,baik
secara
parsial dan bersama-sama

5.6.1 Pengaruh kompetensi terhadap kinerja APIP
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, kompetensi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja APIP.

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh positif menunjukkan pengaruh kompetensi adalah searah
dengan kinerja APIP atau dengan kata lain, jika koefisien tinggi akan
berpengaruh terhadap kinerja APIP, demikian sebaliknya jika kompetensi
rendah/buruk, maka kinerja APIP akan rendah/buruk. Pengaruh signifikan
menunjukkan bahwa kompetensi mempunyai peranan yang penting dalam
meningkatkan kinerja APIP.
Hasil penelitian ini sejalan dengan dilakukan Komang et al. bahwa kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP di Kota Denpasar. Kompetensi
yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan yang
dilakukan APIP adalah pengetahuan dan kemampuan.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono
(2009) bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja Inspektorat
atau dengan kata lain, jika kompetensi baik/tinggi akan berpengaruh terhadap
kinerja Inspektorat. Demikian juga sebaliknya, bila kompetensi rendah/buruk,
kinerja Inspektorat akan rendah/buruk. Kompetensi yang dimiliki APIP di
Pemerintah Kota Medan pada dasarnya telah memadai. Hal ini didukung dengan
upaya Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan kompetensi yaitu seringnya
dilaksanakan bimbingan teknis/diklat di bidang Auditing, Akuntansi dan bidang
Administrasi Pemeritahan. Hal itu terlihat dari hasil jawaban responden yang
menunjukkan rata-rata telah mengikuti pelatihan lebih dari 10 kali dalam
setahun.
Hal itu juga sejalan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Apa

Universitas Sumatera Utara

ratur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP
bahwasanya pemeriksa harus memiliki pengetahuan dan pelatihan auditing,
memiliki kemampuan pengetahuan dan pelatihan akuntansi, dan pemeriksa harus
memiliki pengetahuan dan pelatihan administrasi pemerintahan. Auditor juga
mempunyai jenjang pendidikan formal minimal S-1.

5.6.2 Pengaruh motivasi terhadap kinerja APIP
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial motivasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja APIP. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh
motivasi adalah searah dengan kinerja APIP atau dengan kata lain, motivasi
yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja APIP. Demikian sebaliknya, bila
motivasi rendah, kinerja APIP akan buruk. Pengaruh signifikan menunjukkan
bahwa motivasi mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja
APIP.
Penelitian itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujana
(2012) yang menemukan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap
kinerja APIP. Hal itu sejalan juga dengan Wirawan (2007) yang menyatakan
bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja dalam organisasi,
diantaranya lingkungan kerja, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan.
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri
karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi
perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja
itulah yang memperkuat untuk mencapai kerja maksimal.

Universitas Sumatera Utara

5.6.3 Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kinerja APIP
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, latar belakang pendidikan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja APIP. Pengaruh negatif
menunjukkan bahwa pengaruh latar belakang pendidikan tidak searah dengan
kinerja Inspektorat atau dengan kata lain, latar belakang pendidikan yang baik
akan menurunkan kinerja APIP.
Hal itu disebabkan oleh walaupun tinggi jenjang pendidikan yang
dimiliki seseorang APIP,tetapi tidak menjamin kualitas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki untuk mendukung dalam melakukan pekerjaan yang
dilakukannya.
Hal itu tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono
(2009) yang menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh positif
dan signifikan. Penyebab tidak sejalannya hasil penelitian yang dilakukan
peneliti dengan peneliti sebelumnya dikarenakan banyaknya APIP yang
memiliki pendidikan yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
menduduki jabatan sebagai APIP, mungkin tidak dibarengi dengan upaya
peningkatan yang dibutuhkan.

5.6.4 Pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja APIP
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP. Pengaruh positif
menunjukkan pengaruh pengalaman kerja searah dengan kinerja APIP atau
dengan kata lain pengalaman kerja yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap
kinerja APIP. Demikian sebaliknya, bila pengalaman kerja rendah, kinerja APIP

Universitas Sumatera Utara

akan rendah. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa pengalaman kerja
mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja APIP.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah (2009)
yang menyatakan bahwa pengalaman kerja dan kepatuhan etika auditor
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini juga
sejalan dengan Christiawan (2002) yang menyatakan bahwa pengalaman
akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit
yang dilakukan serta kompleksitas keuangan perusahaan yang diaudit sehingga
akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang Akuntansi dan
Audit.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulan penelitian ini adalah

kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan. Secara parsial,
kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan, sedangkan latar belakang
pendidikan berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja APIP pada
Inspektorat Kota Medan..

6.2

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.

Penelitian ini menggunakan metode survei berupa kuesioner dan tidak
melakukan wawancara secara langsung. Hal itu menyebabkan data yang
diperoleh hanya melalui instrumen tertulis sehingga salah persepsi terhadap
pertanyaan dapat terjadi.

2.

Penelitian ini hanya menggunakan variabel kompetensi, motivasi, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman kerja yang memiliki nilai R square
rendah sebesar 47,2%.

6.3.

Saran
Berdasarkan keterbatasan dan temuan penelitian yang dikemukakan, ada

beberapa saran sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

1.

Peneliti selanjutnya menerapkan metode survei melalui penyebaran
kuesionerdengan menambah kolom tersendiri agar responden