Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

ABSTRAK
Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn tidak
ditentukan jumlah besaran nafkah yang harus diberi oleh ayah kedua anak hanya
sebatas hak asuh anak berada ditangan ibunya. Bahkan didalam Putusan Pengadilan
Negeri Medan No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn tidak tercantum mengenai nafkah yang
wajib diberikan kepada mantan istri. Ini membawa kepada perlu dikaji mengenai
Pengaturan dan tanggung jawab suami terhadap nafkah anak serta istri pasca
perceraian bagi warga negara Indonesia yang non muslim, Upaya hukum bagi anak
dan istri terhadap nafkah yang tidak diberikan oleh suami pasca perceraian bagi
warga negara Indonesia yang non muslim dan Pertimbangan hukum hakim dalam
menjatuhkan putusan terhadap pemberian nafkah istri dan anak di dalam putusan
Pengadilan Negeri Medan No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn.
Penelitian ini merupakan penelitian normatif, dan bersifat deskriptif analitis
yang memaparkan sekaligus menganalisis suatu fenomena yang berhubungan dengan
tanggung jawab suami terhadap nafkah istri dan anak pasca putusan perceraian bagi
warga negara Indonesia yang beragama non muslim (kajian putusan Pengadilan
Negeri Medan No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn).
Hasil penelitian menunjukkan, perihal Pengaturan dan Tanggung jawab suami
terhadap nafkah kepada anak dan istri pasca perceraian bagi warga negara Indonesia
yang non muslim tercantum dalam Peraturan perundang-undangan Pasal 45 dan Pasal
47 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo Pasal 8 Peraturan

Pemerintah No. 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil jo Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan
Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. Namun, pengaturan dalam peraturan
perundang-undangan itu tidak termuat besarnya jumlah nafkah dan jenis-jenis nafkah
yang harus dibebankan kepada suami kecuali untuk anak tercantum jelas tentang
biaya pendidikan dan pemeliharaan sedangkan kepada istri hanya diatur hak istri dari
seorang suami yang berprofesi sebagai PNS yang mendapat ½ dari gaji dan jika ada
anak maka akan dibagi 1/3 atas masing-masing pihak sampai istri menikah lagi
dengan laki-laki lain akan tetapi untuk anak tetap diberi nafkah. Perihal Upaya hukum
jika suami tidak memberikan nafkah kepada istri dan anak pasca perceraian bagi
warga negara Indonesia yang non muslim ialah melakukan permohonan eksekusi ke
pengadilan negeri karena putusan perceraian disertai nafkah didalamnya termasuk
kedalam putusan comdemnatoir yang mana jelas bahwa objek eksekusi yang
dimaksud ialah nafkah yang tidak dibayar oleh mantan suami. Perihal Pertimbangan
hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pemberian nafkah istri dan anak di dalam
putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn dimana hakim
dalam pertimbangannya tidak memasukkan unsur nafkah dan tidak memutus
persoalan nafkah disebabkan penggugat dalam gugatannya tidak menguraikan
persoalan tuntutan nafkah hanya perceraian dan hak penguasaan anak sehingga sesuai

dengan asas ultra ne petita, hakim hanya memutus berdasarkan tuntutan dalam
i

Universitas Sumatera Utara

petitum gugatan. Namun, seharusnya hakim tetap memutus persoalan nafkah juga
karena sesuai dengan konsep keadilan yaitu perihal kewajiban suami memberi nafkah
kepadan mantan istri dan anak sesuai dengan keputusan yang terdapat didalam pasal
41 huruf C Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Diharapkan lembaga legislatif melakukan perubahan terhadap UndangUndang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan sehingga persoalan nafkah bagi
mantan istri jelas pengaturannya terutama jenis-jenis nafkah yang dapat diberikan
kepada mantan istri seperti yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam.
Diharapkan agar lebih mempertegas persoalan nafkah yang tidak ingin dibayarkan
oleh mantan suami terhadap anak dan mantan istrinya selain upaya eksekusi disusun
klausula atau aturan pidana sehingga tidak ada lagi mantan suami yang enggan
memenuhi nafkah kepada mantan istri dan anak dan Diharapkan para pihak yang
ingin melakukan gugatan perceraian dan benar-benar ingin bercerai secara khusus
istri harus melakukan tuntutan nafkah dalam petitum surat gugatan dikarena hakim
peradilan belum berani untuk memutus keluar dari asas ultra ne petita dimana hakim
hanya memutus berdasarkan tuntutan dari para pihak bukan diluar tuntutan para

pihak.
Kata Kunci : Perkawinan, Perceraian Dan Nafkah

ii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Medan District Court No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn not determined the
amount of their income should be given by the father of the two children was limited
to child custody in the hands of his mother. Even in the Medan District Court No.
182/Pdt.G/2014/PN.Mdn not listed on the living that must be given to the ex-wife.
This led to the need to be assessed on the setting and the husband's responsibility
towards living children and wife after divorce for Indonesian citizens are nonMuslims, remedy for children and a wife to make a living is not given by the husband
after the divorce for Indonesian citizens that non-Muslims and Considerations law
judges in decisions about the delivery of my wife and child living in the Medan
District Court No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn.
This study is normative, descriptive and analytical explained as well as
analyzing a phenomenon associated with the husband's responsibility to make a
living wife and children after the divorce ruling for Indonesian citizens who are nonMuslims (the study of the Medan District Court decision No.

182/Pdt.G/2014/PN.Mdn).
The results showed, on Regulation and responsibility of the husband to the
wife and child maintenance to post-divorce for Indonesian citizens that non-Muslims
are listed in the legislation of Article 45 and Article 47 of Law No. 1 Year 1974 About
Marriage in conjunction with Article 8 of Government Regulation No. 10 1983 About
Licensed Marriage And Divorce For Civil Servants in conjunction with Article 8 of
Government Regulation No. 45 of 1990 on Amendment of Government Regulation
No. 10 of 1983 About Licensed Marriage And Divorce For Civil Servants. However,
the setting in legislation was not included the large number of providers and the types
of income that must be charged to the husband except for children listed clearly on
the cost of education and maintenance, while the wife is only regulated the right of
the wife of a husband who is a civil servant who gets ½ of salary and if children will
be divided 1/3 on each side until his wife remarried with another man's child but still
be living. Regarding legal action if the husband does not give maintenance to his wife
and children after divorce for Indonesian citizens that non-Muslims are doing the
petition to the district court for the verdict of divorce is accompanied living in it
belongs to the ruling comdemnatoir that where it is clear that the object of execution
which mean that the living are not paid for by ex-husband. Considerations regarding
judges in decisions about the delivery of my wife and child living in the Medan
District Court No. 182/Pdt.G/2014/PN.Mdn which the judge in the judgment did not

include elements of a living and did not decide the issue of living due to the plaintiff
in the lawsuit did not elaborate on the issue of divorce and the demands of living is
only right to control the child so in accordance with the principle of ne ultra petita,
judges only decide based on the demands in the lawsuit petition.
It is expected the legislature to amend Act No. 1 Year 1974 On the issue of
living for the marriage so that the former wife of clear regulation, especially the
types of income that can be given to ex-wife as listed in the Compilation of Islamic
iii

Universitas Sumatera Utara

Law. It is hoped that further reinforce the issue of living that do not wish to be paid
by the former husband to her children and ex-wife in addition to the efforts of
execution drafted clauses or rules of criminal so that no ex-husband who was
reluctant to fulfill the maintenance to ex-wives and children and expected the parties
who wish to pursue a lawsuit of divorce and really wanted a divorce specifically the
wife must do the demands of living in the lawsuit petition dikarena judicial
magistrate has not dared to break out of the principle of ne ultra petita where judges
only decide based on the demands of the parties is not beyond the demands of the
parties.

Keywords: Marriage, Divorce And Livelihoods

iv

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 0 13

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 0 1

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 1 38

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 1 29

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam Chapter III V

0 0 44

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Nafkah Anak Pasca Putusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Islam

0 1 6

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

0 0 16

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

0 3 21

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN)

0 2 37

Tanggung Jawab Suami Terhadap Nafkah Istri dan Anak Pasca Keputusan Perceraian Bagi Warga Negara Indonesia yang Beragama Nonmuslim (Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 182 PDT.G 2014 PN.MDN) Chapter III V

0 0 48