Kajian Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Nias Selatan Dalam Mengembangkan Pariwisata Nias Menjadi Wisata Dunia
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Kesiapan Masyarakat
Menurut Yusnawati, kesiapan merupakan suatu kondisi dimana
seseorang telah mencapai pada tahapan tertentu atau dikonotasikan dengan
kematangan fisik,psikologis, spiritual dan skill. SuharsimiArikunto(2001:54)
mengatakan kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang tersebut
memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu.
Slameto(2010:13) mengatakan bahwa Kesiapan adalah
keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi
respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu
kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidaktidaknya tiga aspek yaitu: (1) kondisi fisik, mental dan emosional,
(2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, (3) keterampilan,
pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.
Sedangkan Oemar Hamalik mengatakan bahwa kesiapan adalah
tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan
perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional.
Penyesuaiankondisi
pada
suatu
saatakanberpengaruh
pada
kecenderunganuntuk memberi respon.
Wahyuni (2015) mengatakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon
atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang
dihadapi. Jadi dengan demikian suatu kesiapan merupakan suatu pondasi
dasar bagi suatu masyarakat atau pemerintah dalam menindaklanjuti terkait
dengan kegiatan yang akan dilakukan kedepannya, tidak terkecuali untuk
kegiatan industri berbasis pertambangan.
22
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat menyimpulkan bahwa
kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu untuk
menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut
memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan
selama melakukan kegiatan tertentu. Kesiapan sangat penting untuk memulai
suatu hal, karena dengan memiliki kesiapan, pekerjaan apapun akan dapat
teratasi dan dapat dikerjakan dengan lancar serta memperoleh hasil yang baik.
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi kesiapan masyarakat terutama
terkait dengan pengembangan industri pariwisata misalnya terkait dengan
keterampilan dan pengetahuan yang merupakan bagian dari kecakapan hidup.
Kecakapan hidup merupakan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk berfungsi dan bertindak secara mandiri dan otonom
dalam kehidupan sehari- hari.
MenurutHartanti(dalamLintjewas, 2015)pengetahuan dan keterampilan
merupakanbekal
yang
diperlukan
untuk
melakukan
tindakan
dan
mencerminkanperwujudan dari kepribadian,sikap, tingkah laku, dan tindakan.
Manusia memiliki potensiberhargasebagaimodaluntuk terlibat dalamproses
pembangunan. Potensitersebut adalahpotensifisik danpotensiinsani.Potensi
fisik
merupakanwujud
fisik
dipahamisebagai
sesuatuyang
insanidiantaranya
adalah
kemampuandan
keterampilan
Perkembanganintelektual
manusia,
tidak
sedangkanpotensiinsani
tampak
kemampuan
secara
fisik.Potensi
intelektualyangmencakup
sebagaikesatuan
akanmenghasilkan
kompetensi.
sesuatuyang
23
Universitas Sumatera Utara
inovatifsebagaihasildariproses pendidikan,pelatihan dan pengalaman,serta
interaksidengan lingkungan.
Edwards,R.W.et.al(2000)
merumuskanmodelkesiapan
masyarakat(Community
ReadinessModel)dibuatuntukmelihatresponmasyarakat
atasintervensikebijakan yang ada.Padaawalnya,model tersebut memasukkan
5(lima)
dimensikesiapanmasyarakat,yakni:(a)Upaya
melaluikebijakan;(b)
antisipatif
Pengetahuanmasyarakatterhadapkebijakan;(c)
Kepemimpinan;(d) Pemahamanakanmasalah; dan(e) Pembiayaanuntukupaya
antisipatif(berupauang,waktu,lahan,
dll.)
hinggakemudianberkembangmenjadi9 (sembilan)tahapan.
MaryAnn
masyarakat
(Edwards
et.al,
kedalam
2000)
tiga
menyederhanakan
tingkatan,
Siap(tiadanyacommunityawarenesssekaligusbelum
kesiapan
yaitu:Belum
memadainya
informasi),DukunganKolektif(mulai disadarinyaperankolektivitas, leadership,
forumkomunitas,sertakearifanlokal,
namunchannel-channel
dannetworkmasihbelum
komunikasi
dioptimalkanuntukmendukung
pembangunan),hinggaProaktif
(dimana
proyek
danmemodifikasikegiatanpembangunandemi
mengevaluasi
masyarakatbersama
pengelola
efektivitasprogram selanjutnya). Setiaptingkatanmemilikistrategi/pendekatan
penanganan yang berbeda, mulai dari:
intensif,
pendekatanpersonal yang cukup
memanfaatkan
mediainformasilokal
untukadvokasisekaligusmenyampaikaninformasi
pembangunan,mengoptimalkansumberdayalokal(baik
darisisikelembagaan,
24
Universitas Sumatera Utara
tokoh,media,dsb)dalamrangkamenjembatanipihakpemerintahsebagaiowner
danmasyarakatsebagaiuser,danlain-lain.
Oetting (2001) menggambarkan kesiapan masyarakat ke dalam lima
dimensi kesiapan masyarakat, yaitu: Upaya yang dilakukan masyarakat,
Pengetahuan masyarakat tentang isu, Kepemimpinan, dan Keterlibatan
masyarakat.
Tahapan kesiapan (Edwards et.al, 2000), yaitu:
1.
Tidak Ada Kesadaran (no awareness). Masyarakat atau pemerintah
pada umumnya belum menyadari atau mengetahui isu/masalah yang
sedang berkembang.
2.
Penyangkalan (denial). Hanya segelintir elemen masyarakat yang
mengenali isu/masalah tersebut dan mengakui bahwa isu/masalah
tersebut sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan.
3.
Kesadaran Samar (vague awareness). Kebanyakan masyarakat sadar
akan potensi lokal dan khawatir akan isu/masalah yang terjadi, namun
masyarakat tidak melakukan suatu tindakan terhadap isu/masalah
tersebut.
Kurangnya
peran
serta
pemerintah
untuk
mengatasi
isu/masalah yang terjadi sehingga menyebabkan masyarakat tidak
melakukan apapun terhadap isu/masalah yang sedang terjadi.
4.
Perencanaan Awal (preplanning). Masyarakat mulai mengorganisasi
diri. Ada pengakuan yang jelas akan perlunya melakukan sesuatu untuk
menangani isu/masalah yang terjadi, namun upaya tersebut tidak fokus
atau rinci. Ada diskusi yang dilakukan, tetapi tidak ada perencanaan dan
tindakan yang nyata untuk mengatasi isu/masalah tersebut.
5.
Persiapan (preparation). Pemimpin mulai aktif melakukan perencanaan
dengan sungguh-sungguh dengan perencanaan yang terfokus dan rinci.
Perencanaan yang dibuat lebih terfokus dan rinci. Pada tahap ini
muncul pro dan kontra di antara masyarakat akan kebijakan yang dibuat
untuk menangani isu/masalah yang terjadi.
25
Universitas Sumatera Utara
6.
Inisiasi (initiation). Informasi yang cukup tersedia untuk membenarkan
upaya (kegiatan, tindakan atau kebijakan). Suatu kegiatan atau tindakan
yang telah dimulai dan sedang berlangsung, tetapi masih dipandang
sebagai upaya baru. Pemerintah mulai melaksanakan pelatihanpelatihan dengan melibatkan masyarakat, namun memiliki keterbatasan
karena kurangnya pengalaman dari pemerintah akan pelatihan tersebut.
Pada tahap ini masyarakat terlibat dalam segala kegiatan yang
dilakukan.
7.
Stabilisasi (stabilization). Satu atau dua program atau kegiatan berjalan,
didukung
oleh
administrator
atau
pembuat
keputusan
dalam
masyarakat. Program, kegiatan atau kebijakan berjalan stabil.
Keterbatasan dapat diketahui, tetapi tidak ada evaluasi yang mendalam.
Ada sedikit kebutuhan yang dirasakan untuk melakukan perubahan atau
perluasan. Masyarakat umumnya mendukung kegiatan yang dilakukan.
8.
Konfirmasi/Ekspansi (confirmation/expansion). Ada upaya standar
(kegiatan dan kebijakan) di tempat dan otoritas atau pengambil
keputusan masyarakat mendukung memperluas atau melakukan upaya
untuk meningkatkan program kebijakan.
9.
Profesionalisasi (professionalization). Pengetahuan rinci dan canggih
dari prevalensi, faktor risiko dan penyebab masalah ada. Beberapa
upaya dapat ditujukan pada populasi umum sementara yang lain
ditargetkan pada faktor risiko tertentu dan / atau kelompok berisiko
tinggi.
2.2 Pengembangan Pariwisata
2.2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu jenis industri yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan
lapangan
kerja,
peningkatan
penghasilan,
standar
hidup
serta
menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Berdasarkan Undang-
26
Universitas Sumatera Utara
Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan
bahwa pariwista adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Menurut Wahab
(1996), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan
lapangan
kerja,
peningkatan
penghasilan,
standar
hidup
serta
menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Selain itu sebagai
sektor yang kompleks dan meliputi industri-industri klasik yang
sebenarnya, yaitu industri kerajinan dan cindera mata, penginapan, dan
transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. soee
A. J Burkart dan S. Medlik (Soekadijo:1997) mengatakan
pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam
jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka
biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama
tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Selanjutnya Robert McIntosh
bersama Shashikant Gupta (Pendit:2002) merumuskan pariwisata
adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah
dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para
pengunjung lainnya.
Sedangmenurut
didefinisikan
Gamal(dalam
Sinurat,
sebagaibentuk.suatuproses
2014),
Pariwisata
kepergiansementaradari
seorang, lebih menuju ke tempat lain di luar tempat tinggalnya.
27
Universitas Sumatera Utara
Dorongan kepergiannyaadalah karena berbagaikepentinganbaikkarena
kepentingan ekonomi, sosial, budaya,politik, agama, kesehatanmaupun
kepentingan lain.
MenurutKuntowijoyo
(Wardiyanta,2006:49),pariwisatamemilikiduaaspek,aspekkelembagaand
an aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi
kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk
sebagaiupaya manusiamemenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai
sebuah
lembaga,
pariwisata
dapatdilihat
darisisimanajemennya,yaknibagaimanaperkembangannya,mulai
daridirencanakan,
dikelola,sampaidipasarkanpadapembeliyakni
wisatawan.
Pengertian wisata sendiri adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau
mempelajari keunikan daya Tarik yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.
2.2.2 Bentuk Pariwisata
MenurutNyomanS.Pendit(2002:37)bentuk pariwisatadapatdibagi
menjadilima kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya
terhadap
neraca
pembayaran,
menurutjangkawaktu,menurutjumlahwisatawan,danmenurutalatangkuty
angdigunakan. Bentuk-bentuk pariwisatatersebut dijelaskan di bawah
28
Universitas Sumatera Utara
ini:
a.
Menurut asal wisatawan, wisatawanituberasaldari dalamatau luar
negeri.
Kalau
asalnya
dari
dalamnegeri
berartisang
wisatawanhanyapindahtempatsementaradidalamlingkunganwilayah
negerinyasendiri dan selama iamengadakan perjalanan.
b.
Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, kedatangan
wisatawan
dari
luar
negeriadalahmembawamatauang
asing.Pemasukanvalutaasing ini berartimemberi dampak positif
terhadapneraca
pembayaranluar
negerisuatunegarayang
dikunjunginya,hal
inidisebutpariwisataaktif.Sedangkankepergianseorang
warga
negarake luar negerimemberikan dampak negatif terhadapneraca
pembayaranluar negerinya, disebut pariwisata pasif.
c.
Menurutjangkawaktu,
kedatanganseorangwisatawandisuatutempatataunegara
diperhitungkanpula
menurutwaktulamanya
iatinggalditempatataunegarayang
bersangkutan.Halini
menimbulkanistilah-istilahpariwisatajangkapendekdan
pariwisatajangkapanjang,yang manatergantung kepadaketentuanketentuanyang
diberlakukanoleh
suatunegarauntukmengukurpendekataupanjangnyawaktuyang
dimaksudkan.
d.
Menurutjumlahwisatawan,
perbedaaninidiperhitungkanatasjumlahwisatawanyang
datang,
29
Universitas Sumatera Utara
apakahwisatawan
datang
sendiriataurombongan.Makatimbullah
istilah-istilah pariwisatatunggal dan pariwisatarombongan.
e.
Menurut alat angkut yang dipergunakan, dilihat dari segi
penggunaan
yang
dipergunakanoleh
sang
wisatawan,makakategoriinidapatdibagimenjadipariwisata
udara,pariwisatalaut,pariwisatakeretaapidanpariwisatamobil,tergant
ung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapallaut,
keretaapi atau mobil.
2.2.3 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan menuju ke
arah yang lebih baik yang berarti mengalami perubahan dan
pertumbuhan, dimana perubahan tersebut bisa dalam arti kualitas
maupun kuantitas.
Menurut Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor18Tahun2002,
pengembanganmerupakankegiatanilmupengetahuandanteknologiyang
bertujuanmemanfaatkankaidahdanteoriilmupengetahuanyang
telahterbukti
kebenarannyauntuk
danaplikasiilmu
meningkatkanfungsi,manfaat,
pengetahuan
danteknologiyang
telahada,ataumenghasilkanteknologibaru.
MenurutSeels&
Richey(dalam
Atmojo,
2012)pengembanganberarti
prosesmenterjemahkanataumenjabarkanspesifikasirancangankedalambe
ntuk
fiturfisik.
Pengembangan
secara
khususberarti
30
Universitas Sumatera Utara
prosesmenghasilkanbahanbahanpembelajaran.SedangkanmenurutTessmerdanRichey
(dalam
Atmojo,2012) pengembanganmemusatkanperhatiannya tidakhanyapada
analisiskebutuhan,tetapijugaisu-isuluastentang
akhir,seperti
menghasilkan
analisi
analisisawal-
kontekstual.Pengembanganbertujuanuntuk
produk
berdasarkan
lapangan.Pengembangansecaraumum
temuan-temuan
berarti
uji
polapertumbuhan,
perubahan secara perlahan(evolution)danperubahan secarabertahap.
Pengembangan pariwisata merupakan pengembangan yang
terencana secara menyeluruh sehingga dapat memberikan manfaat
terhadap kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun
segi budaya. Pengembangan pariwisata yang dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya mampu menarik wisatawan dari berbagai daerah
maupun negara yang pada akhirnya akan menjadi sebuah asset yang
sangat penting dalam pembangunan.
Pengembangan
upaya
pariwisata juga merupakan suatu
untuk
mewujudkan
rangkaian
keterpaduan
dalampenggunaanberbagaisumberdayapariwisatamengintegrasikansegal
abentukaspekdiluar
pariwisatayangberkaitansecaralangsung
maupuntidaklangsungakankelangsunganpengembangan pariwisata.
Konsep pengembangan kepariwisataan yang berorintasi pada
optimalisasi fungsi sumber daya alam, pemberdayaan ekonomi
masyarakat
dengan
pendekatan
kolaboratif
dan
pelestarian
keseimbangan lingkungan.
31
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gunn, hal yang perlu diperhatikan untuk menetapkan
sasaran pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata
adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan
asesibilitas,fasilitasdan
dayatarikpariwisatasedemikian
rupa
sehinggabilawisatawanberkunjungkedaerahtujuanwisata
tersebutmerasapuas,
senangdan
sesuaidenganharapannyamengapaiamelakukanperjalananwisata.
b. Supayaperusahaanperusahaanyangtermasukindustripariwisatamemperolehhasil dari
keuntunganyangberimbangatauproporsional
denganvolumekunjungan
pengusahayang
wisatawan
kedaerahitu,apalagibagi
telahmenginvestasikan
modalnyadalam
sektorpariwisatayangpengembaliannyarelatif cukuplama.
c. Pengembanganyangdilakukanhendaknyasekaligus
dapatmemberikan
perlindunganterhadapkerusakanlingkungan,pencemaran senidan
budaya,
kerusakanmoral
dankepribadianbangsa,kehancurankehidupanberagamadan
terhindardariperdaganganpsikotropika
(obat-
obatterlarang)internasional.
Sunaryo menyatakan bahwa untuk mewujudkan pengembangan
pariwisata
berjalan
dengan
baik
dan
dikelola
dengan
baik
makahalyangpalingmendasardilakukanadalahbagaimanamemfasilitasi
32
Universitas Sumatera Utara
keterlibatanyang
dan
luasdarikomunitaslokaldalamprosespengembangan
memaksimalkan
nilaimanfaatsosialdanekonomidarikegiatan
pariwisata
untukmasyarakatsetempat.Masyarakatlokalmemilikikedudukanyang
sama pentingnyasebagai salah satu pemangkukepentingan(stakeholder)
dalam
pembangunan
kepariwisataan,
selain
pihak
pemerintah
danindustri swasta.
Dengan adanya pengembangan pariwisata saat ini pariwisata
tidak hanya mampu menambah devisa negara ataupun pendapatan
pemerintah daerah, tetapi juga mampu memperluas kesempatan kerja
yang berdampak pada pengurangan pengangguran di Indonesia,
sehingga taraf hidup masyarakat yang berada di sekitar kawasan tujuan
wisata mampu mengalami peningkatan.
2.3 Teori Diferensiasi Struktural: Perspektif Talcott Parsons
Menurut
George
Ritzer,
asumsi
dasar
teori
strukturaladalahsetiapstrukturdalamsistemsosial,juga
fungsionalisme
berlaku
fungsionalterhadapyang lainnya. Sebaliknyakalau tidak fungsionalmaka
struktur itu tidak akanadaatau hilang dengansendirinnya.Teoriini cenderung
melihatsumbangansatusistematauperistiwaterhadapsistem
lain.
Karenaitumengabaikankemungkinanbahwasuatuperistiwaatau
suatusistemdalamberoperasimenentang
fungsi-fungsi
lainnyadalam
suatusistemsosial. Secara ekstrimpenganutteoriiniberanggapanbahwa semua
peristiwadan semuastruktur adalahfungsional bagi masyarakat.
33
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan teori diferensiasi struktural Parson diawali dengan empat
skema penting mengenai fungsi untuk semua sistem tindakan, yang dikenal
dengan sebutan skema AGIL. Teori AGIL ini menjelaskan hierarkhi
pengendalian sibernetika yang dapat dicermati melalui energi dan integrasi,
yang meliputi sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian dan sistem
organisasi, serta sub sistem-sub sistem dalam kesatuan holistik.
Parsons mencetuskan teori fungsional struktural tentang perubahan,
yang menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya
pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons
adalah adanya proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi, berbagai fungsi
dalam suatu sistem membentuk satuan-satuan struktural yang tersendiri.
Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan
subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna
fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah,
umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih
baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Parsons menyampaikan
bahwa harus ada empat fungsi penting agar sebuah sistem mampu bertahan,
yaitu:
1.
Adaptasi (Adaptasi), sebuah sistem harus mampu menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan meyesuaikan diri dengan kebutuhannya.
2.
Pencapaian
Tujuan
(Goal
Attainment),
sebuah
sistem
harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
34
Universitas Sumatera Utara
3.
Integrasi (Integration), sebuah sistem harus mengatur hubungan antar
bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola
hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya (Adaptation, Goal
Attainment, dan Latency).
4.
Pemeliharaan Pola (Latency), sebuah sistem harus melengkapi,
memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun polapola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
DesainskemaAGIL
Parsonsdigunakan
sistemteorinya.Dalambahasantentang
semuatingkatdalam
empatsistemtindakanparsons
menggunakan skemaAGIL, yaitu organisasi perilaku, sistem kepribadian,
sistem sosial, dan sistem struktural. Organisasi perilaku merupakan sistem
tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri
dengan mengubah lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan
fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi
sumber daya yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menanggulangi
fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Terakhir, sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan
pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang
memotivasi mereka untuk bertindak.
AsumsidasardariTeoriFungsionalisme
Struktural,yaitu
bahwa
masyarakatterintegrasiatasdasarkesepakatandaripara anggotanyaakan nilainilai
kemasyarakatan
tertentu
mengatasiperbedaan-perbedaansehingga
sebagaisuatusistemyang
yang
mempunyai
kemampuan
masyarakattersebutdipandang
secarafungsionalterintegrasidalam
suatu
35
Universitas Sumatera Utara
keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistemsistemsosialyang satusamalainberhubungandansaling ketergantungan.
Dalampandangan Parsons, diferensiasiakan memperlihatkan reformasi
struktur sosial, pada awalproses akantampaksuatu sistem dalamkeadaan
seimbang yangterganggu, bukanhanyapada sebagian sistemsaja,melainkan
terhadapkeseluruhan satuan. Namun,padatahapakhir proses tampakbahwa
suatukeseimbangan baru telah terbentuk. Dengan model tersebut akan
memungkinkan melakukan analisis yang dalam batas-batas tertentu dapat
melakukan prediksi terhadap arah beberapa perubahan struktural. Tekanan
Parsons yang sangat kuat adalah terhadap “keteraturan sosial dan
keseimbangan.”
Parsons
(dalam
Abdad,
2015)mengajukan
teorirevolusioneryang
menjelaskan gerakanmasyarakat dari primitif ke modern melalui empat
prosesperubahanstruktural
yangutama,yaitu:(1)
diferensiasi;
(2)
pembaharuanitubersifat penyesuaian (adaptive upgrading); (3) pemasukan
(inklusi);dan (4) generalisasinilai-nilai. Adapun proses diferensiasistruktural
dan
perkembangan
yangberkaitan
dengannya
mempengaruhiproses
evolusi,sepertimunculnya sistem stratifikasi sosial,organisasi birokratis,
sistemuang,jaringan pasar internasional, dan pola-pola asosiasidemokratis,
disebut universal evolusioner yang berperan untukmeningkatkan kemampuan
masyarakat
dalam
dapatdimasukkan
adaptasi
mereka.
kedalamperangkat
Universal
’proses
revolusionertersebut
perkembangan’
yang
dihubungkandengan empat subsistem fungsional AGIL. Adapun proses dan
hubungannya dengan model AGIL dapat digambarkan sebagai berikut:
36
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan adaptif
Pemasaran Pariwisata
A
Adaptation
Sumber Daya Manusia
Diferensiasi
Visi dan Misi
G
Goal attainment
Inklusi
Program/Kebijakan
I
Legal Framework
L
Sosialisasi dan Edukasi
Integration
Generalisasi nilai
Laten patern in maintenance
Diferensiasiadalah proses dari satuan atau subsistem yang memiliki
tempat tertentu dalam masyarakat yang terbagi ke dalam satuan yang berbeda
dalam struktur dan fungsi pada sistem yang lebih luas. Satuan-satuan itu
harus mampu melakukan kegiatan yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhan sistem daripada yang dilakukan oleh subsistem yang belum
mengalami
diferensiasi.
memastikanintegrasidariberbagai
Prosesperkembangan
struktur
ke
dalam
inklusi
suatu
sistem
yanglebihbesar, seperti mengorganisasikan masyarakat atas dasar demokrasi,
memperluashakmilik danturut sertasebagaiwarganya, dan memperbesar
kesetiaan angora masyarakat pada komunitas.
Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons,yaitu bahwa tindakan
individumanusiaitudiarahkanpadatujuan.Disamping
terjadipadasuatukondisiyang
itu,tindakanitu
unsurnyasudahpasti,sedang
unsur-unsur
lainnyadigunakansebagaialatuntukmencapaitujuan. Selainitu,secara normatif
tindakantersebutdiaturberkenaandenganpenentuanalatdan
tujuan.Ataudengankata laindapatdinyatakanbahwa tindakanitu dipandang
37
Universitas Sumatera Utara
sebagaikenyataansosialyang terkecildanmendasar,yang unsur-unsurnyaberupa
alat, tujuan, situasi, dan norma.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan telah mengilhami penelitian
ini, baik sebagai referensi, pembanding maupun sebagai dasar pemilihan
topik penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2015) ini bertujuan untuk
mengkaji dan mengukur tingkat kesiapan masyarakat lereng merapi selatan
dalam pengelolaan lingkungan dan kepariwisataan alam pasca erupsi merapi
tahun 2010, yang didasarkan kepada pendekatan nilai-nilai potensi lokal.
Peneliti mengatakan bahwa pengembangan pariwisata akan berhasil jika
melibatkan dan memberdayakan masyarakat setempat karena kegiatan
pariwisata tidak hanya bergantung pada sektor pemerintah dan swasta saja,
melainkan juga keterlibatan dari masyarakat setempat karena dalam kegiatan
pariwisata memungkinkan terjadinya kontak antara wisatawan dari berbagai
bagian dunia, berbagai Bahasa, ras kepercayaan, paham politik dan tingkat
perekonomian dengan masyarakat sekitar objek wisata secara langsung
maupun tidak langsung hingga akhirnya mengakibatkan pertukaran nilai
sosial dan budaya.
Analisis yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kesiapan dan
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dan kepariwisataan
alam adalah dengan menggunakan metode Importance dan Perfomance
Analysis (IPA) dalam bentuk skala likert. Penelitian tersebut dilakukan
38
Universitas Sumatera Utara
dengan mengolah data angket tentang keterkaitan antara kepentingan suatu
objek/layanan yang diinginkan menurut persepsi masyarakat lokal. Analisis
diperoleh dengan memberikan pertanyaan yang berisi 13 halaman yang dirasa
kepada 50 responden, yaitu masyarakat di Kecamatan Pakembinangun
Merapi lereng selatan. Peneliti kemudian mengukur tingkat kesiapan dan
kepentingan melalui empat kuadran yang telah ditentukan peneliti
sebelumnya dan kemudian menginterpretasikan masing-masing kuadran
tersebut.
Hasil penelitian yang didapat bahwa tingkat kesiapan masyarakat lokal
disuatu wilayah yang terkena kebijakan secara umum melibatkan
pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam pengalaman yang
menghasilkan beberapa variabel tingkat kesiapan dan kepuasan. Tingkat
kesiapan masyarakat tesebut didasarkan pada pendekatan nilai-nilai potensi
lokal yang terdapat di wilayah tersebut melalui proses pengamatan,
pengorganisasian, penginterpretasian dan penilaian terhadap suatu obyek
yang didasari oleh suatu kesan dan pemikiran serta pengetahuan yang
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal di dalam pemanfaatan sumber
daya.
Temuan pencapaian yang sesuai dengan kesiapan masyarakat lokal
yaitu kualitas pelayanan wisata, tingkat kesadaran masyarakat terhadap objek
wisata, wisata sebagai pendidikan, pelestarian lingkungan, dan sarana serta
prasarana pengelolaan lingkungan dan kepariwisataan alam di Yogyakarta
bagian utara pasca erupsi tahun 2010 mempunyai nilai rata-rata dengan
indeks yang tinggi, meskipun tingkat kepuasan masyarakat terhadap capaian
39
Universitas Sumatera Utara
variabel-variabel tersebut masih perlu ditingkatkan, yaitu dianggap mendekati
apa yang diinginkan oleh masyarakat sekitar.
40
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA TEORI
2.1 Kesiapan Masyarakat
Menurut Yusnawati, kesiapan merupakan suatu kondisi dimana
seseorang telah mencapai pada tahapan tertentu atau dikonotasikan dengan
kematangan fisik,psikologis, spiritual dan skill. SuharsimiArikunto(2001:54)
mengatakan kesiapan adalah suatu kompetensi sehingga seseorang tersebut
memiliki kesiapan yang cukup untuk berbuat sesuatu.
Slameto(2010:13) mengatakan bahwa Kesiapan adalah
keseluruhan kondisi yang membuatnya siap untuk memberi
respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu
kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup setidaktidaknya tiga aspek yaitu: (1) kondisi fisik, mental dan emosional,
(2) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, (3) keterampilan,
pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.
Sedangkan Oemar Hamalik mengatakan bahwa kesiapan adalah
tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan
perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional.
Penyesuaiankondisi
pada
suatu
saatakanberpengaruh
pada
kecenderunganuntuk memberi respon.
Wahyuni (2015) mengatakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon
atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang
dihadapi. Jadi dengan demikian suatu kesiapan merupakan suatu pondasi
dasar bagi suatu masyarakat atau pemerintah dalam menindaklanjuti terkait
dengan kegiatan yang akan dilakukan kedepannya, tidak terkecuali untuk
kegiatan industri berbasis pertambangan.
22
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat menyimpulkan bahwa
kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu untuk
menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut
memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan
selama melakukan kegiatan tertentu. Kesiapan sangat penting untuk memulai
suatu hal, karena dengan memiliki kesiapan, pekerjaan apapun akan dapat
teratasi dan dapat dikerjakan dengan lancar serta memperoleh hasil yang baik.
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi kesiapan masyarakat terutama
terkait dengan pengembangan industri pariwisata misalnya terkait dengan
keterampilan dan pengetahuan yang merupakan bagian dari kecakapan hidup.
Kecakapan hidup merupakan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk berfungsi dan bertindak secara mandiri dan otonom
dalam kehidupan sehari- hari.
MenurutHartanti(dalamLintjewas, 2015)pengetahuan dan keterampilan
merupakanbekal
yang
diperlukan
untuk
melakukan
tindakan
dan
mencerminkanperwujudan dari kepribadian,sikap, tingkah laku, dan tindakan.
Manusia memiliki potensiberhargasebagaimodaluntuk terlibat dalamproses
pembangunan. Potensitersebut adalahpotensifisik danpotensiinsani.Potensi
fisik
merupakanwujud
fisik
dipahamisebagai
sesuatuyang
insanidiantaranya
adalah
kemampuandan
keterampilan
Perkembanganintelektual
manusia,
tidak
sedangkanpotensiinsani
tampak
kemampuan
secara
fisik.Potensi
intelektualyangmencakup
sebagaikesatuan
akanmenghasilkan
kompetensi.
sesuatuyang
23
Universitas Sumatera Utara
inovatifsebagaihasildariproses pendidikan,pelatihan dan pengalaman,serta
interaksidengan lingkungan.
Edwards,R.W.et.al(2000)
merumuskanmodelkesiapan
masyarakat(Community
ReadinessModel)dibuatuntukmelihatresponmasyarakat
atasintervensikebijakan yang ada.Padaawalnya,model tersebut memasukkan
5(lima)
dimensikesiapanmasyarakat,yakni:(a)Upaya
melaluikebijakan;(b)
antisipatif
Pengetahuanmasyarakatterhadapkebijakan;(c)
Kepemimpinan;(d) Pemahamanakanmasalah; dan(e) Pembiayaanuntukupaya
antisipatif(berupauang,waktu,lahan,
dll.)
hinggakemudianberkembangmenjadi9 (sembilan)tahapan.
MaryAnn
masyarakat
(Edwards
et.al,
kedalam
2000)
tiga
menyederhanakan
tingkatan,
Siap(tiadanyacommunityawarenesssekaligusbelum
kesiapan
yaitu:Belum
memadainya
informasi),DukunganKolektif(mulai disadarinyaperankolektivitas, leadership,
forumkomunitas,sertakearifanlokal,
namunchannel-channel
dannetworkmasihbelum
komunikasi
dioptimalkanuntukmendukung
pembangunan),hinggaProaktif
(dimana
proyek
danmemodifikasikegiatanpembangunandemi
mengevaluasi
masyarakatbersama
pengelola
efektivitasprogram selanjutnya). Setiaptingkatanmemilikistrategi/pendekatan
penanganan yang berbeda, mulai dari:
intensif,
pendekatanpersonal yang cukup
memanfaatkan
mediainformasilokal
untukadvokasisekaligusmenyampaikaninformasi
pembangunan,mengoptimalkansumberdayalokal(baik
darisisikelembagaan,
24
Universitas Sumatera Utara
tokoh,media,dsb)dalamrangkamenjembatanipihakpemerintahsebagaiowner
danmasyarakatsebagaiuser,danlain-lain.
Oetting (2001) menggambarkan kesiapan masyarakat ke dalam lima
dimensi kesiapan masyarakat, yaitu: Upaya yang dilakukan masyarakat,
Pengetahuan masyarakat tentang isu, Kepemimpinan, dan Keterlibatan
masyarakat.
Tahapan kesiapan (Edwards et.al, 2000), yaitu:
1.
Tidak Ada Kesadaran (no awareness). Masyarakat atau pemerintah
pada umumnya belum menyadari atau mengetahui isu/masalah yang
sedang berkembang.
2.
Penyangkalan (denial). Hanya segelintir elemen masyarakat yang
mengenali isu/masalah tersebut dan mengakui bahwa isu/masalah
tersebut sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan.
3.
Kesadaran Samar (vague awareness). Kebanyakan masyarakat sadar
akan potensi lokal dan khawatir akan isu/masalah yang terjadi, namun
masyarakat tidak melakukan suatu tindakan terhadap isu/masalah
tersebut.
Kurangnya
peran
serta
pemerintah
untuk
mengatasi
isu/masalah yang terjadi sehingga menyebabkan masyarakat tidak
melakukan apapun terhadap isu/masalah yang sedang terjadi.
4.
Perencanaan Awal (preplanning). Masyarakat mulai mengorganisasi
diri. Ada pengakuan yang jelas akan perlunya melakukan sesuatu untuk
menangani isu/masalah yang terjadi, namun upaya tersebut tidak fokus
atau rinci. Ada diskusi yang dilakukan, tetapi tidak ada perencanaan dan
tindakan yang nyata untuk mengatasi isu/masalah tersebut.
5.
Persiapan (preparation). Pemimpin mulai aktif melakukan perencanaan
dengan sungguh-sungguh dengan perencanaan yang terfokus dan rinci.
Perencanaan yang dibuat lebih terfokus dan rinci. Pada tahap ini
muncul pro dan kontra di antara masyarakat akan kebijakan yang dibuat
untuk menangani isu/masalah yang terjadi.
25
Universitas Sumatera Utara
6.
Inisiasi (initiation). Informasi yang cukup tersedia untuk membenarkan
upaya (kegiatan, tindakan atau kebijakan). Suatu kegiatan atau tindakan
yang telah dimulai dan sedang berlangsung, tetapi masih dipandang
sebagai upaya baru. Pemerintah mulai melaksanakan pelatihanpelatihan dengan melibatkan masyarakat, namun memiliki keterbatasan
karena kurangnya pengalaman dari pemerintah akan pelatihan tersebut.
Pada tahap ini masyarakat terlibat dalam segala kegiatan yang
dilakukan.
7.
Stabilisasi (stabilization). Satu atau dua program atau kegiatan berjalan,
didukung
oleh
administrator
atau
pembuat
keputusan
dalam
masyarakat. Program, kegiatan atau kebijakan berjalan stabil.
Keterbatasan dapat diketahui, tetapi tidak ada evaluasi yang mendalam.
Ada sedikit kebutuhan yang dirasakan untuk melakukan perubahan atau
perluasan. Masyarakat umumnya mendukung kegiatan yang dilakukan.
8.
Konfirmasi/Ekspansi (confirmation/expansion). Ada upaya standar
(kegiatan dan kebijakan) di tempat dan otoritas atau pengambil
keputusan masyarakat mendukung memperluas atau melakukan upaya
untuk meningkatkan program kebijakan.
9.
Profesionalisasi (professionalization). Pengetahuan rinci dan canggih
dari prevalensi, faktor risiko dan penyebab masalah ada. Beberapa
upaya dapat ditujukan pada populasi umum sementara yang lain
ditargetkan pada faktor risiko tertentu dan / atau kelompok berisiko
tinggi.
2.2 Pengembangan Pariwisata
2.2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu jenis industri yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan
lapangan
kerja,
peningkatan
penghasilan,
standar
hidup
serta
menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Berdasarkan Undang-
26
Universitas Sumatera Utara
Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menjelaskan
bahwa pariwista adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Menurut Wahab
(1996), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan
lapangan
kerja,
peningkatan
penghasilan,
standar
hidup
serta
menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Selain itu sebagai
sektor yang kompleks dan meliputi industri-industri klasik yang
sebenarnya, yaitu industri kerajinan dan cindera mata, penginapan, dan
transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. soee
A. J Burkart dan S. Medlik (Soekadijo:1997) mengatakan
pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam
jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka
biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama
tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Selanjutnya Robert McIntosh
bersama Shashikant Gupta (Pendit:2002) merumuskan pariwisata
adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah
dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para
pengunjung lainnya.
Sedangmenurut
didefinisikan
Gamal(dalam
Sinurat,
sebagaibentuk.suatuproses
2014),
Pariwisata
kepergiansementaradari
seorang, lebih menuju ke tempat lain di luar tempat tinggalnya.
27
Universitas Sumatera Utara
Dorongan kepergiannyaadalah karena berbagaikepentinganbaikkarena
kepentingan ekonomi, sosial, budaya,politik, agama, kesehatanmaupun
kepentingan lain.
MenurutKuntowijoyo
(Wardiyanta,2006:49),pariwisatamemilikiduaaspek,aspekkelembagaand
an aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi
kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk
sebagaiupaya manusiamemenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai
sebuah
lembaga,
pariwisata
dapatdilihat
darisisimanajemennya,yaknibagaimanaperkembangannya,mulai
daridirencanakan,
dikelola,sampaidipasarkanpadapembeliyakni
wisatawan.
Pengertian wisata sendiri adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau
mempelajari keunikan daya Tarik yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.
2.2.2 Bentuk Pariwisata
MenurutNyomanS.Pendit(2002:37)bentuk pariwisatadapatdibagi
menjadilima kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya
terhadap
neraca
pembayaran,
menurutjangkawaktu,menurutjumlahwisatawan,danmenurutalatangkuty
angdigunakan. Bentuk-bentuk pariwisatatersebut dijelaskan di bawah
28
Universitas Sumatera Utara
ini:
a.
Menurut asal wisatawan, wisatawanituberasaldari dalamatau luar
negeri.
Kalau
asalnya
dari
dalamnegeri
berartisang
wisatawanhanyapindahtempatsementaradidalamlingkunganwilayah
negerinyasendiri dan selama iamengadakan perjalanan.
b.
Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, kedatangan
wisatawan
dari
luar
negeriadalahmembawamatauang
asing.Pemasukanvalutaasing ini berartimemberi dampak positif
terhadapneraca
pembayaranluar
negerisuatunegarayang
dikunjunginya,hal
inidisebutpariwisataaktif.Sedangkankepergianseorang
warga
negarake luar negerimemberikan dampak negatif terhadapneraca
pembayaranluar negerinya, disebut pariwisata pasif.
c.
Menurutjangkawaktu,
kedatanganseorangwisatawandisuatutempatataunegara
diperhitungkanpula
menurutwaktulamanya
iatinggalditempatataunegarayang
bersangkutan.Halini
menimbulkanistilah-istilahpariwisatajangkapendekdan
pariwisatajangkapanjang,yang manatergantung kepadaketentuanketentuanyang
diberlakukanoleh
suatunegarauntukmengukurpendekataupanjangnyawaktuyang
dimaksudkan.
d.
Menurutjumlahwisatawan,
perbedaaninidiperhitungkanatasjumlahwisatawanyang
datang,
29
Universitas Sumatera Utara
apakahwisatawan
datang
sendiriataurombongan.Makatimbullah
istilah-istilah pariwisatatunggal dan pariwisatarombongan.
e.
Menurut alat angkut yang dipergunakan, dilihat dari segi
penggunaan
yang
dipergunakanoleh
sang
wisatawan,makakategoriinidapatdibagimenjadipariwisata
udara,pariwisatalaut,pariwisatakeretaapidanpariwisatamobil,tergant
ung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapallaut,
keretaapi atau mobil.
2.2.3 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan menuju ke
arah yang lebih baik yang berarti mengalami perubahan dan
pertumbuhan, dimana perubahan tersebut bisa dalam arti kualitas
maupun kuantitas.
Menurut Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor18Tahun2002,
pengembanganmerupakankegiatanilmupengetahuandanteknologiyang
bertujuanmemanfaatkankaidahdanteoriilmupengetahuanyang
telahterbukti
kebenarannyauntuk
danaplikasiilmu
meningkatkanfungsi,manfaat,
pengetahuan
danteknologiyang
telahada,ataumenghasilkanteknologibaru.
MenurutSeels&
Richey(dalam
Atmojo,
2012)pengembanganberarti
prosesmenterjemahkanataumenjabarkanspesifikasirancangankedalambe
ntuk
fiturfisik.
Pengembangan
secara
khususberarti
30
Universitas Sumatera Utara
prosesmenghasilkanbahanbahanpembelajaran.SedangkanmenurutTessmerdanRichey
(dalam
Atmojo,2012) pengembanganmemusatkanperhatiannya tidakhanyapada
analisiskebutuhan,tetapijugaisu-isuluastentang
akhir,seperti
menghasilkan
analisi
analisisawal-
kontekstual.Pengembanganbertujuanuntuk
produk
berdasarkan
lapangan.Pengembangansecaraumum
temuan-temuan
berarti
uji
polapertumbuhan,
perubahan secara perlahan(evolution)danperubahan secarabertahap.
Pengembangan pariwisata merupakan pengembangan yang
terencana secara menyeluruh sehingga dapat memberikan manfaat
terhadap kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun
segi budaya. Pengembangan pariwisata yang dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya mampu menarik wisatawan dari berbagai daerah
maupun negara yang pada akhirnya akan menjadi sebuah asset yang
sangat penting dalam pembangunan.
Pengembangan
upaya
pariwisata juga merupakan suatu
untuk
mewujudkan
rangkaian
keterpaduan
dalampenggunaanberbagaisumberdayapariwisatamengintegrasikansegal
abentukaspekdiluar
pariwisatayangberkaitansecaralangsung
maupuntidaklangsungakankelangsunganpengembangan pariwisata.
Konsep pengembangan kepariwisataan yang berorintasi pada
optimalisasi fungsi sumber daya alam, pemberdayaan ekonomi
masyarakat
dengan
pendekatan
kolaboratif
dan
pelestarian
keseimbangan lingkungan.
31
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gunn, hal yang perlu diperhatikan untuk menetapkan
sasaran pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata
adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan
asesibilitas,fasilitasdan
dayatarikpariwisatasedemikian
rupa
sehinggabilawisatawanberkunjungkedaerahtujuanwisata
tersebutmerasapuas,
senangdan
sesuaidenganharapannyamengapaiamelakukanperjalananwisata.
b. Supayaperusahaanperusahaanyangtermasukindustripariwisatamemperolehhasil dari
keuntunganyangberimbangatauproporsional
denganvolumekunjungan
pengusahayang
wisatawan
kedaerahitu,apalagibagi
telahmenginvestasikan
modalnyadalam
sektorpariwisatayangpengembaliannyarelatif cukuplama.
c. Pengembanganyangdilakukanhendaknyasekaligus
dapatmemberikan
perlindunganterhadapkerusakanlingkungan,pencemaran senidan
budaya,
kerusakanmoral
dankepribadianbangsa,kehancurankehidupanberagamadan
terhindardariperdaganganpsikotropika
(obat-
obatterlarang)internasional.
Sunaryo menyatakan bahwa untuk mewujudkan pengembangan
pariwisata
berjalan
dengan
baik
dan
dikelola
dengan
baik
makahalyangpalingmendasardilakukanadalahbagaimanamemfasilitasi
32
Universitas Sumatera Utara
keterlibatanyang
dan
luasdarikomunitaslokaldalamprosespengembangan
memaksimalkan
nilaimanfaatsosialdanekonomidarikegiatan
pariwisata
untukmasyarakatsetempat.Masyarakatlokalmemilikikedudukanyang
sama pentingnyasebagai salah satu pemangkukepentingan(stakeholder)
dalam
pembangunan
kepariwisataan,
selain
pihak
pemerintah
danindustri swasta.
Dengan adanya pengembangan pariwisata saat ini pariwisata
tidak hanya mampu menambah devisa negara ataupun pendapatan
pemerintah daerah, tetapi juga mampu memperluas kesempatan kerja
yang berdampak pada pengurangan pengangguran di Indonesia,
sehingga taraf hidup masyarakat yang berada di sekitar kawasan tujuan
wisata mampu mengalami peningkatan.
2.3 Teori Diferensiasi Struktural: Perspektif Talcott Parsons
Menurut
George
Ritzer,
asumsi
dasar
teori
strukturaladalahsetiapstrukturdalamsistemsosial,juga
fungsionalisme
berlaku
fungsionalterhadapyang lainnya. Sebaliknyakalau tidak fungsionalmaka
struktur itu tidak akanadaatau hilang dengansendirinnya.Teoriini cenderung
melihatsumbangansatusistematauperistiwaterhadapsistem
lain.
Karenaitumengabaikankemungkinanbahwasuatuperistiwaatau
suatusistemdalamberoperasimenentang
fungsi-fungsi
lainnyadalam
suatusistemsosial. Secara ekstrimpenganutteoriiniberanggapanbahwa semua
peristiwadan semuastruktur adalahfungsional bagi masyarakat.
33
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan teori diferensiasi struktural Parson diawali dengan empat
skema penting mengenai fungsi untuk semua sistem tindakan, yang dikenal
dengan sebutan skema AGIL. Teori AGIL ini menjelaskan hierarkhi
pengendalian sibernetika yang dapat dicermati melalui energi dan integrasi,
yang meliputi sistem budaya, sistem sosial, sistem kepribadian dan sistem
organisasi, serta sub sistem-sub sistem dalam kesatuan holistik.
Parsons mencetuskan teori fungsional struktural tentang perubahan,
yang menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya
pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons
adalah adanya proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi, berbagai fungsi
dalam suatu sistem membentuk satuan-satuan struktural yang tersendiri.
Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan
subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna
fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah,
umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih
baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Parsons menyampaikan
bahwa harus ada empat fungsi penting agar sebuah sistem mampu bertahan,
yaitu:
1.
Adaptasi (Adaptasi), sebuah sistem harus mampu menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan meyesuaikan diri dengan kebutuhannya.
2.
Pencapaian
Tujuan
(Goal
Attainment),
sebuah
sistem
harus
mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
34
Universitas Sumatera Utara
3.
Integrasi (Integration), sebuah sistem harus mengatur hubungan antar
bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus dapat mengelola
hubungan antara ketiga fungsi penting lainnya (Adaptation, Goal
Attainment, dan Latency).
4.
Pemeliharaan Pola (Latency), sebuah sistem harus melengkapi,
memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun polapola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
DesainskemaAGIL
Parsonsdigunakan
sistemteorinya.Dalambahasantentang
semuatingkatdalam
empatsistemtindakanparsons
menggunakan skemaAGIL, yaitu organisasi perilaku, sistem kepribadian,
sistem sosial, dan sistem struktural. Organisasi perilaku merupakan sistem
tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri
dengan mengubah lingkungan eksternal. Sistem kepribadian melaksanakan
fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi
sumber daya yang ada untuk mencapainya. Sistem sosial menanggulangi
fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Terakhir, sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan
pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang
memotivasi mereka untuk bertindak.
AsumsidasardariTeoriFungsionalisme
Struktural,yaitu
bahwa
masyarakatterintegrasiatasdasarkesepakatandaripara anggotanyaakan nilainilai
kemasyarakatan
tertentu
mengatasiperbedaan-perbedaansehingga
sebagaisuatusistemyang
yang
mempunyai
kemampuan
masyarakattersebutdipandang
secarafungsionalterintegrasidalam
suatu
35
Universitas Sumatera Utara
keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistemsistemsosialyang satusamalainberhubungandansaling ketergantungan.
Dalampandangan Parsons, diferensiasiakan memperlihatkan reformasi
struktur sosial, pada awalproses akantampaksuatu sistem dalamkeadaan
seimbang yangterganggu, bukanhanyapada sebagian sistemsaja,melainkan
terhadapkeseluruhan satuan. Namun,padatahapakhir proses tampakbahwa
suatukeseimbangan baru telah terbentuk. Dengan model tersebut akan
memungkinkan melakukan analisis yang dalam batas-batas tertentu dapat
melakukan prediksi terhadap arah beberapa perubahan struktural. Tekanan
Parsons yang sangat kuat adalah terhadap “keteraturan sosial dan
keseimbangan.”
Parsons
(dalam
Abdad,
2015)mengajukan
teorirevolusioneryang
menjelaskan gerakanmasyarakat dari primitif ke modern melalui empat
prosesperubahanstruktural
yangutama,yaitu:(1)
diferensiasi;
(2)
pembaharuanitubersifat penyesuaian (adaptive upgrading); (3) pemasukan
(inklusi);dan (4) generalisasinilai-nilai. Adapun proses diferensiasistruktural
dan
perkembangan
yangberkaitan
dengannya
mempengaruhiproses
evolusi,sepertimunculnya sistem stratifikasi sosial,organisasi birokratis,
sistemuang,jaringan pasar internasional, dan pola-pola asosiasidemokratis,
disebut universal evolusioner yang berperan untukmeningkatkan kemampuan
masyarakat
dalam
dapatdimasukkan
adaptasi
mereka.
kedalamperangkat
Universal
’proses
revolusionertersebut
perkembangan’
yang
dihubungkandengan empat subsistem fungsional AGIL. Adapun proses dan
hubungannya dengan model AGIL dapat digambarkan sebagai berikut:
36
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan adaptif
Pemasaran Pariwisata
A
Adaptation
Sumber Daya Manusia
Diferensiasi
Visi dan Misi
G
Goal attainment
Inklusi
Program/Kebijakan
I
Legal Framework
L
Sosialisasi dan Edukasi
Integration
Generalisasi nilai
Laten patern in maintenance
Diferensiasiadalah proses dari satuan atau subsistem yang memiliki
tempat tertentu dalam masyarakat yang terbagi ke dalam satuan yang berbeda
dalam struktur dan fungsi pada sistem yang lebih luas. Satuan-satuan itu
harus mampu melakukan kegiatan yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhan sistem daripada yang dilakukan oleh subsistem yang belum
mengalami
diferensiasi.
memastikanintegrasidariberbagai
Prosesperkembangan
struktur
ke
dalam
inklusi
suatu
sistem
yanglebihbesar, seperti mengorganisasikan masyarakat atas dasar demokrasi,
memperluashakmilik danturut sertasebagaiwarganya, dan memperbesar
kesetiaan angora masyarakat pada komunitas.
Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons,yaitu bahwa tindakan
individumanusiaitudiarahkanpadatujuan.Disamping
terjadipadasuatukondisiyang
itu,tindakanitu
unsurnyasudahpasti,sedang
unsur-unsur
lainnyadigunakansebagaialatuntukmencapaitujuan. Selainitu,secara normatif
tindakantersebutdiaturberkenaandenganpenentuanalatdan
tujuan.Ataudengankata laindapatdinyatakanbahwa tindakanitu dipandang
37
Universitas Sumatera Utara
sebagaikenyataansosialyang terkecildanmendasar,yang unsur-unsurnyaberupa
alat, tujuan, situasi, dan norma.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan telah mengilhami penelitian
ini, baik sebagai referensi, pembanding maupun sebagai dasar pemilihan
topik penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2015) ini bertujuan untuk
mengkaji dan mengukur tingkat kesiapan masyarakat lereng merapi selatan
dalam pengelolaan lingkungan dan kepariwisataan alam pasca erupsi merapi
tahun 2010, yang didasarkan kepada pendekatan nilai-nilai potensi lokal.
Peneliti mengatakan bahwa pengembangan pariwisata akan berhasil jika
melibatkan dan memberdayakan masyarakat setempat karena kegiatan
pariwisata tidak hanya bergantung pada sektor pemerintah dan swasta saja,
melainkan juga keterlibatan dari masyarakat setempat karena dalam kegiatan
pariwisata memungkinkan terjadinya kontak antara wisatawan dari berbagai
bagian dunia, berbagai Bahasa, ras kepercayaan, paham politik dan tingkat
perekonomian dengan masyarakat sekitar objek wisata secara langsung
maupun tidak langsung hingga akhirnya mengakibatkan pertukaran nilai
sosial dan budaya.
Analisis yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kesiapan dan
persepsi masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dan kepariwisataan
alam adalah dengan menggunakan metode Importance dan Perfomance
Analysis (IPA) dalam bentuk skala likert. Penelitian tersebut dilakukan
38
Universitas Sumatera Utara
dengan mengolah data angket tentang keterkaitan antara kepentingan suatu
objek/layanan yang diinginkan menurut persepsi masyarakat lokal. Analisis
diperoleh dengan memberikan pertanyaan yang berisi 13 halaman yang dirasa
kepada 50 responden, yaitu masyarakat di Kecamatan Pakembinangun
Merapi lereng selatan. Peneliti kemudian mengukur tingkat kesiapan dan
kepentingan melalui empat kuadran yang telah ditentukan peneliti
sebelumnya dan kemudian menginterpretasikan masing-masing kuadran
tersebut.
Hasil penelitian yang didapat bahwa tingkat kesiapan masyarakat lokal
disuatu wilayah yang terkena kebijakan secara umum melibatkan
pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam pengalaman yang
menghasilkan beberapa variabel tingkat kesiapan dan kepuasan. Tingkat
kesiapan masyarakat tesebut didasarkan pada pendekatan nilai-nilai potensi
lokal yang terdapat di wilayah tersebut melalui proses pengamatan,
pengorganisasian, penginterpretasian dan penilaian terhadap suatu obyek
yang didasari oleh suatu kesan dan pemikiran serta pengetahuan yang
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal di dalam pemanfaatan sumber
daya.
Temuan pencapaian yang sesuai dengan kesiapan masyarakat lokal
yaitu kualitas pelayanan wisata, tingkat kesadaran masyarakat terhadap objek
wisata, wisata sebagai pendidikan, pelestarian lingkungan, dan sarana serta
prasarana pengelolaan lingkungan dan kepariwisataan alam di Yogyakarta
bagian utara pasca erupsi tahun 2010 mempunyai nilai rata-rata dengan
indeks yang tinggi, meskipun tingkat kepuasan masyarakat terhadap capaian
39
Universitas Sumatera Utara
variabel-variabel tersebut masih perlu ditingkatkan, yaitu dianggap mendekati
apa yang diinginkan oleh masyarakat sekitar.
40
Universitas Sumatera Utara