Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Sejarah Credit Union
Credit Union (lazim disebut CU) merupakan salah satu tiang perekonomian dalam
rangka pengentasan kemiskinan, sebab dalam kegiatan yang terdapat dalam CU
tersebut adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga model
CU sangat cocok dikembangkan. Untuk itu potensi keberadaan CU saat ini harus
dikembangkan dan pemerintah harus melihat keberadaan CU menjadi suatu model
pengentasan kemiskinan (Anoraga dan Widiyanti, 1993).
CU atau yang dikenal juga sebagai koperasi kredit ada di Indonesia sejak tahun
1970an dan mempunyai peran penting dalam hal keuangan, kelembagaan dan
social. Sebagai lembaga keuangan berbentuk koperasi, CU dimiliki dan diawasi
oleh anggota yang memanfaatkan pelayanannya. CU tidak dimaksudkan untuk
memupuk keuntungan dan dirancang sebagai wadah yang aman dan nyaman bagi
anggota untuk menabung dan mendapatkan (WOCCU, 2003).
Koperasi kredit ini muncul pada kelompok orang yang bergabung dalam pra
koperasi, mereka mempunyai ikatan pemersatu (Communion Bond) yang
berdasrkan pada kesamaan kebutuhan yang dirasakan bersama melalui
kesepakatan bersama mengerahkan modal bersama terutama berasal dari

simpanan untuk dipinjamkan diantara sesama mereka dengan tingkatan bunga
yang memadai. Pinjaman yang diberikan dapat bertujuan untuk keperluan darurat,
produktif dan kesejahteraan anggota peminjam (Mutis, 1992).
6

7

2.1.2 Credit Union (Koperai Kredit)
Menurut Firdaus dan Agus, 2004, penjenisan koperasi dapat ditinjau dari berbagai
sudut pendekatan, berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi
sesuai dengan timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal jenis jenis koperasi
sebagai beikut:
a.

Koperasi konsumsi

b.

Koperasi kedit (CU)


c.

Koperasi produksi

d.

Koperasi jasa

e.

Koperasi distribusi

Menurut Tambunan (2004), fungsi dan peran dari koperasi kredit adalah sebagai
berikut
a.

Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi angggota
CU pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan social


b.

Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat

c.

Memperkokoh perekonomian anggota dan masyarakat sebagai usaha dasar
ketahanan perekonomian social.

d.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasrkan azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.

Menurut Ginting, 1999, di tingkat Unit CU, organisasi terdiri dari Dewan
pimpinan / pengurus: Ketua, sekretaris dan Bendahara, badan pemeriksa terdiri

8


dari: ketua, panelis dan anggota. Panitia – panitia (panitia kredit, panitia
pendidikan dll) terdiri dari: ketua, sekretaris dan anggota dan penasehat atau
pelindung, dapat dilihat pada bagan berikut:

Rapat Umum Anggota

Dewan Penasehat

Badan Pemeriksa

Badan Pengurus
Dewan Pimpinan
Panitia Kredit

Panitia Lain lain

Dewan Pendidikan

Manajer / staff
Gambar 1. Struktur Organisasi CU

2.2 Landasan Teori
Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana mengusahakan dan
mengkoodinir faktor produksi seperti lahan dan alam sekitar sebagai modal agar
memberikan manfaat yang baik. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani
merupakan

ilmu

yang

mempelajari

cara-cara

petani

menentukan,

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi


9

selektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan
semaksimal mungkin (Suratiyah, 2009).

2.2.1 Biaya
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Biaya tetap (fixed cost) umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau
sedikit. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak
dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, contohnya pajak
(PBB), sewa tanah, penyusutan alat pertanian, iuran irigasi, dan sebagainya.
b. Biaya variabel (variabel cost) merupakan biaya yang besar - kecilnya
dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Biaya variabel
merupakan biaya operasional dalam suatu usahatani. Contohnya biaya untuk
sarana produksi pertanian seperti biaya tenaga kerja, biaya pupuk, obat-obatan,
dan sebagainya (Soekartawi, 1998).
Modal tetap bukan tidak habis dipakai melainkan menghabiskannya dalam waktu
yang lama atau beberapa kali proses produksi/musim tanam. Pada modal tetap
untuk dapat menggantikannya lagi apabila modal tetap ini tiba waktunya untuk

diganti maka harus diadakan penyusutan atau depresiasi, yaitu petani harus
menyisihkan dari pendapatan-pendapatannya berupa sejumlah uang untuk
ditampung dalam suatu dana depresiasi (Adiwilaga. 1982).
Menurut Gilarso (2003) biaya total merupakan penjumlahan dari seluruh biaya
yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk menghasilkan
output. Biaya produksi usahatani padi organik dihitung dengan rumus berikut ini :

10

TC = FC + VC
Keterangan :

TC

= Total Biaya (Rp)

FC

= Biaya Tetap (Rp)


VC

= Biaya Variabel (Rp)

Pendapatan kotor atau penerimaan ialah seluruh pendapatan yang
diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil
penjualan atau penaksiran kembali yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Pendapatan kotor atau penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
TR = Y . Py
Keterangan

:

TR = Pendapatan kotor / penerimaan usahatani padi organik,
non organik (Rp)
Y = Jumlah produksi padi organik, non organik (Kg)
Py = Harga produksi padi organik, padi non organik (Rp / Kg)
(Suratiyah, 2009).
Meenurut Ahmad (2006), Pendapatan usahatani merupakan selisih antara

penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan
kegiatan usahatani. Pendapatan suatu usahatani dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Pd = TR – TC
Keterangan

: Pd
TR

= Pendapatan bersih usahatani (Rp)
= Total penerimaan usahatani padi organik, non
organik (Rp)

TC

=Total biaya usahatani padi organik, non organik
(Rp)

11


2.2.2 Pengertian Kredit
Dari sudut ekonomi, kredit diartikan sebagai penundaan pembayaran, atau
maksudnya adalah penerimaan uang dan atau barang tidak dilakukan
bersamaan, tetapi pengembaliannya dilakukan pada masa tertentu yang akan
datang (The'aman, 1989).
2.2.3 Pengertian Koperasi Kredit
Koperasi Kredit adalah koperasi yang anggota anggotanya setiap orang yang
mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan. (Firdaus dan Agus,
2004). Koperasi kredit adalah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha
pembentukan modal melalui tabungan tabungan para anggota secara teratur dan
terus

menerus

untuk

kemudian

dipinjamkan


kepada

para

anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan (Ambarita, 2015).
2.2.4 Faktor Faktor yang mempengaruhi
2.2.4.1 Petani Menggunakan Kredit
1.

Umur

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin
berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun
pula preatasi. Dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak
akan berpengaruh karena justru makin berpengalaman (Suratuyah, 2008).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas
manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah menyebabkan

12

kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia
(Kartasapoetra, 1994).
3. Pendapatan
Pendapatan usahatani merupakan sumber motivasi bagi petani dan merupakan
faktor kuat yang mendorong timbulnya kemauan serta terwujudnya kinerja
partisipasi petani (Sahidu, 1998).
4. Jumlah tanggungan
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang
akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi keputusan menggunakan dana kredit. Petani dengan jumlah
tanggungan yang besar harus bisa mengambil keputusan yang tepat agar tidak
mengalami risiko yang fatal (Soekartawi, 1999).
5. Modal
Menurut Von Bohm Bawerk, arti modal atau kapital adalah segala jenis barang
yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat, disebut kekayaan masyarakat. Sebagian
kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi
digunakan untuk memproduksi barang-barang baru dan inilah yang disebut modal
masyarakat atau modal sosial. Jadi, modal adalah setiap hasil atau produk atau
kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya (Daniel, 2004).

13

Modal kerja mempunyai 2 fungsi yaitu:
a.

Menopang kegiatan produksi

b.

Menutup dana pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara
langsung dengan produksi dan penjualan.

2.2.4.2 Petani tidak menggunakan kredit
Sebagai akibat langkanya modal usahatani, kredit menjadi penting. Dalam hal ini
pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan syarat mudah
dicapai.

Alasan

petani

untuk

tidak

menggunakan

fasilitas

kredit

yang

disediakan pemerintah adalah belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta bunganya
dianggap terlalu besar (Anonymoous, 2010).

2.2.5 Teori Risiko
Menurut Siregar dalam Soekartawi (1993), risiko dalam pertanian mencakup
kemungkinan kerugian dan keuntungan dimana tingkat risiko tersebut ditentukan
sebelum suatu tindakan diambil berdasrkan ekspektasi atau perkiraan petani
sebagai pengambilan keptusan.
Menurut Elton and Gruber (2003) risiko adalah: “The existence of risk means that
the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in
any assets”. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa
yang tidak menguntungkan, probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan
yang diharapkan (expected return), kemungkinan return yang diterima (realized
return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return) atau dengan
kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return
yang diharapkan. Menurut Kountur (2008) risiko berhubungan dengan

14

ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurang atau tidak tersedianya
informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Risiko berhubungan dengan
suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau
tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan.
Sedangkan menurut Kountur (2004) risiko adalah sebagai suatu keadaan yang
tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan
dampak yang merugikan.
Ketidakpastian adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, dan
karenanya peluang terjadinya merugi belum diketahui sebelumnya. Sumber
ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah fluktuasi hasil pertanian
dan fluktuasi harga. Ketidakpastian hasil pertanian disebabkan oleh faktor alam
seperti iklim, hama dan penyakit serta kekeringan. Jadi produksi menjadi gagal
dan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk berusahatani berikutnya. Selain
itu, ketidakpastian harga meyebabkan fluktuasi harga dimana keinginan pedagang
memperoleh keuntungan besar dan rantai pemasaran yang panjang sehingga
terjadi turun naiknya harga (Soekartawi dkk, 1993).
Adanya risiko menyebabkan petani yang pada hakekatnya bersifat rasional enggan
menanggung risiko terlebih petani kecil; dengan kata lain, petani sebagai subjek
pengambil keputusan enggan meningkatkan dan memperluas usahataninya
(Mufriantie, 2005). Pada kenyataannya, petani dalam berusahatani ada yang
berani terhadap risiko (risk lover), ada yang enggan terhadap risiko (risk averter),
dan ada yang netral terhadap risiko (risk neutral) (Darmawi, 1996).

15

Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation
merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Hasil keputusan
yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan
perbandingan dengan satuan yang sama. Coefficient variation merupakan ukuran
risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan
mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik
berupa pendapatan, produksi atau harga. Nilai variance dan standard deviation
kurang tepat digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang
dihadapi pada kegiatan usaha.
1. Variance
Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka
semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi
dalam melakukan kegiatan usaha tersebut
2. Standard Deviation
Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko
dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin
kecil standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam
kegiatan usaha.
3. Coefficient Variation
Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan
atau ekspektasi return. Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah
risiko yang dihadapi.

16

Menurut Pappas (2005) risiko dapat diukur dengan menentukan kerapatan
distribusi propabilitas. Salah satu ukurannya adalah engan menggunakan standar
deviasi yang diberi symbol σ (sigma). Semakin kecil deviasi standar, semakin
rapat distribusi propabilitas dan dengan demikian semakin rendah risikonya.
Namun dalam penggunaanna terdapat beberapa masalah ketika stndar deviasi
digunakan sebagai ukuran risiko. Misalnya jika usaha tani memiliki biaya lebih
besar, usahatani tersebut dapat secara normal memiliki standar deviasi yang lebih
besar tanpa perlu menjadi berisiko. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah
dengan menghitung ukuran risiko relative dengan membagi standar deviasi
dengan nilai rata ratanya:

Dimana:
CV

: Koefisisn Variasi

σ

: standar deviasi

E

: Rata rata Hasil (Mean)

�� =

σ


Dengan kata lain, dengan membagi nilai standar deviasi terhadap rata rata
pendapatan kita dapat menemukan rasio antara risiko yang di akan didapat dengan
rata rata pendapatan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Aritonang (2009), dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Keberadaan Credit
Union (CU) Sebagai Lembaga Pembiayaan Di Kelurahan Sarubidolok Kecamatan
Silimakuta Kabupaten Simalungun” menyatakan bahwa faktor yang paling
banyak mempengaruhi petani dalam memilih credit union adalah saran
teman/keluarga yaitu sebanyak 43,24%. Rata rata jumlah pinjaman responden

17

adalah Rp. 5.260.000 dengan rata rata frekuensi peminjaman 1 (satu) kali.
Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia sudah efektif digunakan untuk
kebutuhan usaha tani dengan persentase 56% petani menggunakan untuk kegiatan
usahataninya.
Ambarita (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusn Petani Dalam Menggunakan Credit Union (CU) Sebagai
Sumber Pembiayaan Usahatani (Studi Kasus : CU Sondang Nauli, Kabupaten
Karo Dan Kabupaten Simalungun)” menyatakan bahwa pendidikan, pengeluaran
keluarga, jumlah tanggungan, dan pelayanan tidak mempengaruhi peluang
keputusan petani dalam menggunakan CU Sondang Nauli sebagai sumber
pembiayaan usahatani. Sebaliknya, umur dan pendapatan mempengaruhi peluang
keputusan petani dalam menggunakan CU Sondang Nauli sebagai sumber
pembiayaan usahatani.
Situmeang (2011), dalam penelitian berjudul “Analisis Risiko Produksi Cabai
Merah Keriting Pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan
Ciawi, Bogor.” melakukan pengukuran risiko yang dihadapi petani tanaman cabai
merah keriting yaitu dengan variance, standard deviation dan coefficient variation.
Hasil perhitungan yang akan digunakan adalah hasil perhitungan coefficient
variation karena telah memperhitungkan berdasarkan penerimaan. Dari hasil
perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh petani Pondok
Menteng dalam usahatani cabai merah keriting yaitu 0,5. Artinya untuk setiap satu
kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,5
kg pada saat terjadi risiko produksi.

18

Prastika (2014) dalam penelitian berjudul Analisis Risiko Usahatani Padi di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar diperoleh nilai koefisien variasi
(CV) untuk resiko produksi sebesar 0,53 dan risiko harga 0,05 yang dapat
diartikan usahatani padi di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar
memiliki risiko produksi dan risiko harga yang rendah. Sedangkan nilai koefisien
variasi (CV) untuk risiko pendapatan sebesar 0,73 yang dapat diartikan usahatani
padi di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar memiliki risiko
pendapatan yang tinggi.
2.4 Kerangka Pemikiran

Usahatani
Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi:
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pendapatan
4. Jumlah
tanggungan

Kredit

Tidak menggunakan
kredit

Pendapatan

Alasan:
1. kurang
informasi
2. tidak ada
jaminan
3. bunga besar

Analisis Risiko

Keterangan :
Menyatakan Alur
Menyatakan pengaruh
Gambar 2.

Skema Kerangka Pemikiran Faktor Yang Mempengaruhi Dan
Analisis Resiko Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union

19

Keterbatasan modal yang dimiliki petani dalam melakukan usahatani membuat
petani memilih untuk meminjam pada pihak lain, salah satunya adalah CU, dalam
praktek yang dilakukan petani terbagi menjadi dua bagian, yaitu petani yang
menggunakan kredit dan yang tidak menggunakan kredit
Faktor faktor yang mempengaruhi petani sehingga memilih Menggunkan CU
antra lain adalah Umur, pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan.
Dalam melaksanakan usahataninya, petani angggota CU yang tidak lain adalah
juga penngguna dana yang berasal dari CU memiliki pendapatan, dan dalam
pendapatan yang diterima petani melalui usahataninya mengandung risiko
pendapatan. Untuk itu dilakukan analisis risiko.
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan Kerangka Pemikiran dan permasalahan yang ada, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1.

Risiko pendapatan petani pengguna kredit CU lebih besar daripada yang tidak
menggunakan kredit CU.

2.

Ada Perbedaan pendapatan petani pengguna CU dan bukan pengguna CU.

3.

Faktor faktor umur, pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan
mepengaruhi petani menggunakan kredit.

Dokumen yang terkait

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 11

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 1

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 5

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo) Chapter III VI

0 0 29

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 3

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 2 41

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

0 0 13

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

0 0 1

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

0 0 5

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

0 1 11