Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, dengan tujuan sesuai dengan
alasan pertimbangan jumlah populasi yang ada dan lokasi yang dianggap peneliti
memiliki akses yang cukup mudah dijangkau. Penelitian dilakukan di kopdit / CU
Merdeka Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Unit CU ini
dipilih karena memiliki populasi petani yang merupakan anggota CU terbanyak
diantara Unit unit lainnya disekitarnya dengan jumlah asset yang cukup banyak.
Selain itu, untuk skala CU Merdeka secara keseluruhan dari tahun ketahun tetap
mengalami peningkatan jumlah anggota. Berikut data perkembangan anggota CU:
Tabel 2. Pertambahan Anggota CU Merdeka
PERIODE
JUMLAH
PERTUMBUHAN
ANGGOTA
ANGGOTA
1643
169
31 DES 2006

2036
393
31 DES 2007
2403
367
31 DES 2008
3936
1533
31 DES 2009
5914
1978
31 DES 2010
9298
3506
31 DES 2011
10114
2750
31 DES 2012
12868
2684

31 DES 2013
15552
2166
31 DES 2014
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Kopdit Merdeka 2014

20

21

Tabel 3. Jumlah Anggota CU Merdeka Berdasarkan Unit Pada Tahun 2014
No
Unit CU
Jumlah Anggota
(orang)
1
Gajah
392
2
Deram

307
3
Lingga
483
4
Sempajaya
572
5
Raya
410
6
Temburun
168
7
Gamber
172
8
Jandi meriah
104
9

Kuta Mbaru
214
10
GuruKinayan
67
11
Simpang Perbesi
161
12
Kuta Perbesi
165
13
Sampun
37
14
Limang
84
15
Rumah Kabanjahe
132

16
Susuk
71
17
Juhar
40
18
Sari Nembah
29
21
Rih Tengah
31
22
Tanjung gunung
41
23
Lau Kapur
51
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Kopdit Merdeka 2014
3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel di daerah penelitian dilakukan secara acak sederhana
(simple random sampling) terhadap petani yang menggunakan kredit dan yang
yang tidak menggunakan kredit. Total populasi yang menggunakan kredit di
daerah peneltian adalah sebanyak 572 petani (Tabel 2). Data diambil secara acak
sederhana atas jumlah populasi yang ada di daerah penelitian. Mengingat cukup
besarnya populasi yang terdapat di lapangan maka jumlah sampel yang digunakan
adalah 30 sampel yang merupakan petani sayur sayuran. Jumlah sampel ini adalah
jumlah sampel minimal yang sudah dapat memenuhi kriteria dalam melakukan uji
statistik. Hal ini sesuai dengan teori balley yang menyatakan bahwa untuk

22

penentuan yang menggunakan analisis statistik ukuran responden minimal adalah
30 sampel (Hasan, 2002).
Ada beberapa alasan sehingga peneliti harus menggunakan sampe, diantaranya:
1. Jumlah populasi sangat banyak sehingga membutuhkan biaya, waktu dan
tenaga yang sangat banyak pula.
2. Kendala waktu, dana, dan sumber daya lain yang terbatas jumlahnya.
Penggunaan sampel akan menghemat sumber daya tersebut
3. Pengambilan sampel merupakan satu satunya cara yang harus dipilih

(tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) (Anonymous2, 2011).
3.3 Metode Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung
kepada tiap petani dan beberapa lembaga terkait di desa Sempajaya dan kantor
CU Merdeka menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data
pelengkap yang diperoleh melalui instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini,
hasil studi pustaka baik berupa buku ataupun data statistic yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan.
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data data dikumpulkan dengan lengkap. Untuk
mennjawab identifikasi masalah 1 digunakan analisis Analisis Risiko.. Dan untuk
identifikasi masalah 2 digunakan metode analisis deskriptif. Sedangkan untuk

23

menjawab identifikasi masalah 3 digunakan Regresi Linier Berganda dan uji
statistic.
3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Sarwono (2006) analisis regresi linear berganda mengestimasikan

besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkanoleh yang bersifat linear yang
melibatkan dua variabel bebas untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya
nilai variabel tergantung. Analisis regresi berganda merupakan analisis data
kuantitatif yang digunakan untuk mencari besar hubungan secara linear
antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel
dependen (Y). Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X1,X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Y).
Persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3+ b4X4+ b5X5+b6X6
Keterangan:
Y
X1
X2
X3
X4
X5
X6
a
b1, b2, b3, b4, b5, b6


: frekuensi peminjaman
: usia petani
: tingkat pendidikan
: jumlah tanggungan
: lamanya menjadi anggota
: modal
: pendapatan
: Konstanta
: Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

24

3.4.2 Uji Statistik
1. Uji F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variable independe yang dimasukkan
dalam model memliki pengaruh secara bersama sama terhadap variabel
independen (Ghozali, 2005). Pada uji F jika tingkat signifikansi 5% (>0,05) maka variabel independen secara serempak ridak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Perumusannya adalah sebagai berikut :

H0 :

seluruh variabel indenpenden tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen

H1 :

seluruh variabel indenpenden berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen

2. Uji T
Uji t digunakan untuk menunjukksn seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2006). Ini berarti uji t digunakan untuk menguji signifikasi
hubungan antara variabel X dan Y, apakah X1, X2, X3, X4, X5 (faktor umur,
pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan tengkulak) benar benar
berpengaruh terhadap variabel Y (keputusan petani menggunakan Kredit) secara
terpisah atau parsial. Hipotesis yang digunakan adalah:

25


H0 :

Variabel variabel bebas tidak mempunyai pengatuh signifikan terhadap
variabel terikat

H1 :

Variabel variabel bebas mempunyai pengatuh signifikan terhadap variabel
terikat

3.4.3 Uji Beda Rata Rata
Uji hipotesis dua rata-rata digunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
perbedaan (kesamaan) rata antara dua buah data. Salah satu teknik analisis
statistik untuk menguji hipotesis dua rata-rata. Pengujian ini merupakan uji
statistik parametrik yang tentu saja harrus memenuhi asumsi.
1.

Data berdistribusi normal

2.

Data diplih secara acak

3.

Data yang digunakan merupakan dat numerik (skala & interval)

Berikut uji t yang digunakan:
�=

dimana

�1 − �2

2
��1 �2 �


1
��1 �2 = � ���21 + ��22 �
2

Namun dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan pengujian perbedaan
pendapatan petani pengguna CU dan bukan pengguna CU menggunakan bantuan
tools spss.
Setelah mendapatkan hasil dari pendapatan rata – rata, dilakukan uji beda rata-rata
independen (independent sample t-test). Karena uji ini dianggap paling sesuai

26

untuk membandingkan dua kelompok mean dari dua sampel yang berbeda
(independent), yang bertujuan untuk mengetahui apakah Ada Perbedaan
pendapatan petani pengguna CU dan bukan pengguna CU.
Kriteria uji :
H0 diterima bila sig. t > α 0,05
H1 diterima bila sig. t < α 0,05
3.4.4 Analisis Risiko
1.

Standar Deviasi (simpangan baku)

Risiko dapat diukur dengan menentukan kerapatan distribusi propabilitas. Salah
satu ukurannya adalah dengan menggunakan standar deviasi. Semakin kecil
deviasi standar, semakin rapat distribusi propabilitas dan dengan demikian
semakin rendah risikonya (Pappas, 2005).
Menurut Hermanto (1993) untuk mengukur risiko secara statistic dipakai ukuran
ragam (variance) atau simpangan baku (standard deviation). Ragam dapat
dihitung dengan rumus:

��2 =
Keterangan :

∑(� − ��)2
�−1

Va2

: ragam (variance)

Q

: pendapatan petani pengguna CU dan bukan

Qi

: pendapatan rata rata petani pengguna CU

n

: jumlah sampel petani

Simpangan baku (standard deviation) dapat dihitung dengan rumus

27

�� = ���2

Semakin tinggi ragam (Va2) dan simpangan baku (Va), maka semakin tinggi
tingkat risiko.
2.

Koefisien Variasi

Menurut Hermanto (1993), koefisien Variasi merupakan rasio dari risiko yang
harus ditanggung dengan besarnya pendapatan. Merupakan ukuran risiko yang
dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan mempertimbangkan
risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik berupa pendapatan,
produksi atau harga.
�� =
Atau

��
��

Va = KV x Qi
Keterangan:
KV

: Koefisien Variasi

Va

: simpangan baku (standard deviation)

Qi

: pendapatan petani pengguna CU dan bukan

Semakin tinggi nilai KV maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nila Va atau nilai
Risiko tinggi. Kriteria yang dipakai adalah apabila nilai KV < 1 maka usatani
yang dianalisis memiliki risiko kecil dan sebaliknya jika KV > 1 maka ushatani
yang dianalisi memiliki risiko yang besar.
Kaidah keputusan :

28

1.

Bila Va2 dan Va petani pengguna CU > Va2 dan Va petani bukan pengguna
CU. Maka risiko pendapatan dari petani pengguna CU lebih tinggi dibanding
yang bukan.

2.

Bila Va2 dan Va petani pengguna CU < Va2 dan Va petani bukan pengguna
CU. Maka risiko pendapatan dari petani pengguna CU lebih rendah
disbanding yang bukan.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi
Definisi dalam penelitian ini untuk menghindari kesalahpahaman dalam
penafsiran dan pengertian dari beberapa istilah yang dipakau dalam penelitian.
Berikut definisi dari istilah yang digunakan dalam operasional penelitian ini :
1.

Credit Union (CU) atau koperasi kredit adalah koperasi yang didirikan untuk
memberikan kesempatan kepada anggota anggotanya memperoleh pinjaman
dengan mudah dan dengan ongkos yang ringan

2.

Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari
pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh keuntungan,
kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap
kecakapan dan kejujuran si peminjam (Rp).

3.

Petani adalah seseorang yang mengusahakan tanaman sebagai pekerjaan
utamanya (Orang).

4.

Usahatani adalah suatu penataan dimana petani mengolah usahataninya
berdaskan tanggapan terhadap faktor lingkungan fisik, biologis dan social
ekonomi sesuai dengan kemampuan.

29

5.

Faktor yang mempengaruhi petani menggunakan CU adalah faktor penyebab
petani tetap bertahan menggunakan dana dari CU dinyatakan dalam tahun.

6.

Faktor faktor yang mempengaruhi lamanya petani dalam menggunakan kredit
adalah umur, pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan.

7.

Umur adalah lamanya petani hidup mulai dari lahir sampai penelitian
dilakukan (tahun).

8.

Pendidikan adalah lamanya petani mengenyam pendidikan di bangku sekolah
(tahun)

9.

Pendapatan adalah jumlah yang didapat petani dari hasil usahataninya
dikurangi biaya biaya usahatani (Rp).

10. Jumlah tangggungan adalah jumlah orang yang ditanggung hidupnya oleh
seorang kepala rumah tangga tani (Orang).
11. Risiko adalah suatu kondisi tidak pasti dengan peluang kejadian tertentu yang
menimbulkan konsekuensi yang tidak menguntungkan atau mengalami
krugian pada pengambilan keputusan yang dapat dihitung perbedaan risiko
produksi, harga, penerimaan dan pendapatan yang diterima petani pengguna
CU dan yang bukan. Yang dalam penelitian ini dilakukan penghitungan risiko
pendapatan saja.
3.5.2 Batasan Operasional
1.

Penelitian ini dilakukan di CU / Kopdit Merdeka Desa Sempajaya Kecamatan
Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

2.

Sampel dalam penlitian ini adalah petani pengguna CU di Desa Sempajaya
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan yang bukan

3.

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2016

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian
Desa Sempajaya di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara
berada pada ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata
20º C. Luas wilayah Desa Sempajaya 703 ha dengan luas dataran 633 ha dan
perbukitan/pegunungan 70 ha dan berjarak ±15 Km dari kantor Bupati.
Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat di bawah ini :
Sebelah Utara

: Hutan Negara

Sebelah Selatan

: Desa Rumah Berastagi

Sebelah Barat

: Kelurahan Gundaling

Sebelah Timur

: Desa Dolat Rakyat

4.2 Keadaan penduduk
4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur
Jumlah penduduk di Desa Sempajaya tahun 2012 adalah 8097 jiwa dengan rincian
laki-laki 3965 jiwa (49%) dan perempuan 4132 jiwa (51%). Data ini diperoleh dari
Data Monografi Desa Sempajaya Tahun 2011. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 di
bawah ini :

30

31

Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
No
Golongan Umur (Tahun)
Jumlah (jiwa)
1
0-6
1083
2
7-15
1254
3
16-25
1610
4
26-45
2065
5
46-60
1265
6
61-75
470
7
>75
353
Jumlah
8097
Sumber : Data Monografi Desa 2010

Persentase (%)
13,4
15,48
19,88
25,5
15,59
5,8
4,35
100

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada
golongan umur 26-45 tahun yaitu sebesar 2.065 jiwa (25,50%), dan jumlah
golongan paling sedikit adalah pada golongan umur≥76 tahun yaitu sebesar 353
jiwa (4,35%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian
dominan berada pada usia produktif.
4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Sempajaya berjumlah 8097 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 1830 KK. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah (jiwa)
1
Laki-laki
3965
2
Perempuan
4132
Jumlah
8097
Sumber : Data Monografi Desa 2010

Persentase (%)
48,9
51,1
100

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yaitu laki-laki sebanyak 3965
jiwa dengan persentase 48,9% sedangkan perempuan sebanyak 4132 Jiwa dengan
persentase 51,1%.

32

4.2.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sempajaya tersedia dengan baik,
seperti sarana pendidikan sebanyak 6 unit, sarana kesehatan sebanyak 6 unit, dan
sarana peribadatan sebanyak 13 unit. Kondisi jalan yang ada di Desa Sempajaya
cukup baik sehingga memudahkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
sehari-harinya.
4.3 Credit Union (CU) Merdeka
4.3.1 Profil Credit Union (CU) Merdeka
Salah satu CU yang ada di Sumut adalah CU Merdeka. CU Merdeka berdiri atas
inspirasi gereja Katolik Merdeka dan petani-petani yang ada di desa Merdeka.
Mereka membutuhkan modal untuk keberlangsungan usahatani. CU Merdeka
terbentuk pada tanggal 27 Juli 1989 dengan alamat Kantor Pusat CU Merdeka,
Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. CU Merdeka sudah
memiliki Badan Hukum No. 129/BH/KDK/2.2/XII/2002.
Visi CU Merdeka adalah menjadi salah satu lembaga keuangan yang tangguh dan
terpercaya dan dikelola secara professional dengan menganut nilainilai dan prinsip
koperasi. Sedangkan misi CU Merdeka adalah mewujudkan taraf hidup
perekonomian anggota yang menerapkan prinsip-prinsip koperasi untuk
memenuhi kebutuhan dana anggota dalam bentuk simpan pinjam. Visi dan misi
CU Merdeka telah dituliskan ke dalam setiap laporan dan brosur profil CU
Merdeka.

33

Selain itu CU Merdeka memiliki motto yang diberikan kepada seluruh anggota
CU yaitu “CU hadir dari kita dan untuk kita bersatu dalam keberagaman”. Artinya
CU terlahir dari anggota dari anggota dan dikelola oleh anggota (SDM) yang
handal dan hasilnya untuk anggota serta komunitas anggotanya bersatu dalam
keberagaman. Berdasarkan visi dan misi tersebut, CU Merdeka telah mempunyai
tujuan yang jelas khususnya di bidang kredit yaitu sebagai penyedia kredit bagi
anggota yang merupakan masyarakat kalangan menengah kebawah. CU Merdeka
menjalin hubungan yang erat dengan anggota sehingga tercipta kerjasama yang
saling menguntungkan.
4.3.2 Perkembangan dari CU Merdeka
Pengembangan pelayanan CU Merdeka kepada masyarakat diwujudkan dengan
membuka Tempat Pelayanan Kopdit (TPK) atau dapat juga disebut Unit unit
diluar desa merdeka itu sendiri termasuk di desa Sempajaya dengan tujuan untuk
mengembangkan, meningkatkan serta mendekatkan pelayanan Kopdit CU
Merdekaa kepada anggota.
4.3.3 Susunan Kepengurusan Kopdit CU Merdeka
Struktur organisasi dibentuk dengan membedakan tugas, wewenang dan tanggung
jawab dari masing-masing unit organisasi yang telah ditetapkan dan disusun
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Struktur organisasi memegang
peranan penting dalam menentukan dan memperjelas tentang pembagian fungsi
dan tugas masing-masing dari tiap-tiap bagian untuk menciptakan suasana kerja
yang baik. Kerjasama antara orang-orang yang ada didalamnya juga dibutuhkan,
sehingga apa yang menjadi tujuan utama dari perusahaan itu tercapai.

34

Struktur organisasi CU Merdeka adalah berbentuk garis dimana dewan pimpinan
dan badan pengawas memiliki jenjang atau kedudukan sederajat. Kemudian
dibawah ketua terdapat wakil ketua, sekretaris, bendahara dan lini di bawahnya.
Dalam kegiatan operasional CU sehari-hari dipimpin oleh manager operasional
yang dibantu oleh lima orang yaitu bendahara harian, administrasi, teller dan
karyawan harian.

Rapat Anggota Tahunan
(RAT)

Dewan Pimpinan

Ketua

Wakil

Badan Pengawas

Sekretaris

Panitia

Bendahara

Ketua

Wakil

Panitia Kredit

Manajer

Bendahara

Karyawan

Teller

Anggota
Gambar 3. Susunan Kepengurusan Kopdit CU Merdeka

Sekretaris

35

4.3.4 Kegiatan Operasional CU Merdeka
Secara umum kegiatan operasional CU Merdeka meliputi dua kegiatan yaitu
kegiatan mengumpulkan dana dari anggota dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan dana ke anggota dalam bentuk kredit.
Jenis kredit yang pada umumnya digunakan oleh anggota CU Merdeka adalah
kredit produktif. Kredit produktif tersebut digunakan untuk biaya usahatani seperti
pembelian pupuk, penyewaan lahan, biaya tenaga kerja, pembukaan lahan baru
dan biaya usahatani lainnya. Seiring bertambahnya anggota, wilayah kerja CU
Merdeka juga bertambah. Pada saat ini, CU Merdeka telah memiliki 17 unit yaitu
Merdeka, Sada Perarih, Surbakti, Sukandebi, Gurusinga, Doulu, Sempajaya,
Naman Teran, Perteguhen, Simacem, Kuta Mbelin, Beganding, Sukatepu, Kuta
Rayat Umum, Kutarayat Stasi, Lingga Julu, Ujung Teran, Cinta Rakyat, Payung
dan Gajah.
Seiring bertambahnya anggota, tetap saja ada anggota yang keluar dari CU
Merdeka. Hal yang menyebabkan anggota keluar adalah anggota pindah ke daerah
lain, anggota tidak sanggup membayar kredit dan bunganya sehingga memilih
keluar dari CU Merdeka. Pada umumnya anggota keluar karena pindah ke daerah
lain yang tidak terjangkau oleh CU Merdeka. Anggota CU Merdeka bekerja
sebagai petani karena faktor keturunan.
Pada awalnya pertanian yang dilakukan adalah petani jagung dan padi, tetapi
dengan masuknya suku Tionghoa ke daerah pertanian Tanah Karo sistem
pertanian berubah menjadi petani holtikultura. Petani Karo mulai mengenal
tanaman yang berumur pendek dan tanaman palawija. Dalam satu lahan pertanian

36

terdapat berbagai jenis tanaman. Modal untuk pertanian ini sangat tinggi sehingga
modal dari keluarga tidak mencukupi dan anggota pada saat ini mengalami
masalah dalam pemasaran produk pertanian mereka. Hal ini terjadi karena
tanaman pertanian mereka memiliki harga yang tidak stabil dan terjadi
penumpukan produk dipasaran. Pemasaran produk pertanian mereka yaitu di
wilayah Kabupaten Karo, Medan, Dumai, Kisaran, Pekan Baru, Aceh dan daerah
Sumatera Utara. Oleh karena itu CU Merdeka sangat membantu mereka dalam
penyediaan modal pertanian.
Anggota CU Merdeka memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Masih
banyak anggota yang tidak lulus sekolah dasar dan tidak sekolah menengah
pertama.

Sehingga

banyak

anggota

yang

belum

mampu

mengadopsi

perkembangan teknologi dan penggunaan peralatan pertanian modern. Petani
hanya bergantung dengan keadaan alam dalam mengusahakan pertanian mereka.
Untuk hal ini diharapkan CU Merdeka membantu mereka dalam mengembangkan
pengetahuan tentang pertanian modern dan menggunakan kredit yang tepat guna.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Risiko Pendapatan Petani Pengguna CU dan tidak Pengguna CU
Pengukuran risiko pendapatan yang dilakukan pada usahatani Petani pengguna
CU dan bukan pengguna CU. Pengukuran risiko pendapatan dilakukan pada
usahatani di desa Sempajaya yang menggunakan CU dan yang tidak
menggunakan CU. Risiko pendapatan dapat dihitung menggunakan variance,
standard deviation, coefficient variation.
Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya
adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien
variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan
nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya.
Menurut Situmeang (2011), untuk melihat hasil pengukuran risiko yang tepat
adalah dengan menggunakan koefisien variasi. Dengan ukuran coefficient
variation, hasil penilaian risiko produksi budidaya usahatani petani hortikultura
petani yang menggunakan CU dan yang tidak dapat dilihat pada Tabel 8 dan
untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Risiko Pendapatan Petani Pengguna CU Dan Yang
Tidak Menggunakan CU
Pengguna CU

Bukan Pengguna CU

5.389.747
Rataan
10.419.166.673.346
Ragam (V2)
3.227.873
Simpangan Baku (V)
0,598891
Koefisien Variasi (KV)
Sumber: Analisis data primer lampiran 5 dan 6

10.146.421
39.479.770.822.178
6.283.292
0,619262

37

38

Risiko usahatani petani pengguna CU dan yang tidak menggunakan CU ditinjau
dari segi pendapatan sebagai berikut :
1.

Nilai ragam (V2) pendapatan petani non CU lebih tinggi daripada petani CU
(39.479.770.822.178> 10.419.166.673.34),

sehingga

risiko

pendapatan

usahatani petani non CU lebih tinggi daripada petani CU.
2.

Nilai simpangan baku (V) petani non CU lebih tinggi lebih tinggi daripada
petani CU (6.283.292 > 3.227.873), sehingga risiko pendapatan usahatani
padi non organik lebih tinggi daripada padi organik.

Hasil perhitungan pada Tabel 8 menunjukkan koefisien variasi (KV) risiko
pendapatan pada usahatani petani yang tidak menggunakan CU lebih besar
dibandingkan usahatani yang menggunakan CU (0,61 > 0,59) yang berarti bahwa
pendapatan usahatani petani tidak pengguna CU lebih bervariasi atau berfluktuatif.
Menurut teori Pappas (2005) risiko dapat diukur dengan menentukan kerapatan
distribusi propabilitas. Salah satu ukurannya adalah dengan menggunakan standar
deviasi. Semakin kecil deviasi standar, semakin rapat distribusi propabilitas dan
dengan demikian semakin rendah risikonya. Namun dalam penggunaanna terdapat
beberapa masalah ketika stndar deviasi digunakan sebagai ukuran risiko. Misalnya
jika usaha tani memiliki biaya lebih besar, usahatani tersebut dapat secara normal
memiliki standar deviasi yang lebih besar tanpa perlu menjadi berisiko. Untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan menghitung ukuran risiko relative
dengan membagi standar deviasi dengan nilai rata ratanya.
Pada dasarnya ukuran yang tepat untuk melihat besar risiko pada usahatani adalah
menggunakan koefisien variasi. Dari hasil pengukuran risiko di dapat hasil

39

koefisien variasi sebesar 0,59 dan 0,61. Berdasarkan kiriteria yang telah
ditetapkan apabila nilai KV < 1 maka usahatani yang diteliti memiliki risiko yang
kecil baik dari segi petani pengguna CU dan yang bukan. Angka 0,59yang artinya
untuk setiap satu satuan hasil yang diperoleh dari usahatani petani pengguna CU,
maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,59. Dapat juga diartikan jika setiap
Rp. 1.000.000 pendapatan makan akan terjadi kehilangan atau penyimpangan
pendapatan sebesar Rp. 590.000.
Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan risiko pendapatan petani
pengguna kredit CU lebih besar daripada yang tidak menggunakan kredit CU
ditolak.
Menurut hasil penelitian, petani yang tidak menggunakan CU memiliki risiko
pendapatan yang lebih besar karena pada petani yang tidak menggunakan CU
tidak memiliki tempat untuk mendapatkan bantuan dana. Semua kebutuhan biaya
harus dapat dipenuhi dari usahatani saja.
5.2 Perbedaan Pendapatan Petani Pennguna CU dan Yang Bukan
Pengguna CU
Selanjutnya hasil analisis uji beda rata-rata independen (independent sample ttest) pada pendapatan Petani Pengguna CU dan Petani bukan pengguna CUdapat
dilihat pada

Tabel 5.3 berikut.

Tabel 7 Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Usahatani Petani Pengguna CU
dengan Usahatani Non CU
Pendapatan
No.
Uraian
Thitung
Ttabel
Sig.
Kesimpulan
Rata – Rata
1.
2.

Petani
Pengguna CU
Petani bukan
pengguna CU

5.38E7
3,466
10.1E7

2,000

.001

H1 diterima

40

Dari Tabel terlihat bahwa pendapatan rata - rata dari Petani pengguna CU lebih
tinggi yakni sebesar Rp 10.1 juta sedangkan pendapatan rata - rata dari Petani
bukan pengguna CU adalah Rp 5.38 juta dengan signifikansi 0,001. Karena nilai
signifikansi 0,001 < 0,05

dan nilai Thitung > Ttabel (3,466 > 2,000) maka

H0 ditolak dan H1 diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Artinya ada perbedaan
pendapatan antara Petani pengguna CU Petani bukan pengguna CU. Dengan
demikian, hipotesis ada perbedaan pendapatan antara Petani pengguna CU Petani
bukan pengguna CU diterima.
5.3 Alasan Petani dalam pengambilan keputusan menggunakan CU
Dasar

pengambilan

keputusan

itu

bermacam

macam

tergantung

dari

permasalahannnya. Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan semata, dalam
prakteknya, pengambilan keputusan itu sangat tergantung dari jenis permasalahan
yang dihadapi, namun juga sangan tergantung pada individu yang membuat
keputusan.
Petani di desa Sempajaya pada umumnya menanam lebih dari satu jenis komoditi
hortikultura (tumpang sari). Hal ini lah yang membuat modal yang dibutuhkan
menjadi lebih besar dibanding menanam hanya 1 jenis tanaman saja.
Adapun beberapa alasan yang muncul mempengaruhi pengambilan keputusna
dalam memilih CU sebagai tambahan pembiayaan dapat di lihat pada Tabel 7
berikut ini :

41

Tabel 8. Alasan Petani Memilih Menggunakan Kredit Dari CU
Jumlah
No.
Alasan Petani
Persentase
responden (Jiwa)
1
saran teman / keluarga
14
46,6
kemudahan memperoleh
2
8
26,6
pinjaman
3
pelayanan yang memuaskan
2
6.6
4
hubungan baik dengan pengelola
2
6,6
5
kerahasiaan lebih terjamin
0
0
kemudahan dalam membayar
6
4
13.3
cicilan
Total
30
100
Sumber : data diolah dari lempiran 7.
Alasan yang paling banyak muncul ketika dihadapkan pada pilihan untuk
menggunakan dana dari CU adalah saran teman / keluarga yaitu sebanyak 46,6 %.
Hal ini sesuai dengan penelitian Aritonang (2009) yang menemukan fakta bahwa
alasan saran teman / keluarga lah yang menempati posisi pertama yaitu sebesar
43,24% sebagai alasan petani menggunakan dana CU. Menurut Terry dalam
Syamsi (1989), keputusan ini diambil berdasarkan pengalaman orang lain.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan
praktis.
Pada awalnya responden tidak mengetahui Credit Union dan pelayanannya.
Namun ada teman responden yang sudah menjadi anggota CU dan sudah
merasakan pelayanannya dan menyarankan responden untuk menjadi anggota CU.
Dan ada pula yang menjadi anggota CU karena orang tuanya lah yang sudah lebih
dulu menjadi anggota CU.

42

Alasan yang kedua adalah kemudahan memperoleh pinjaman yaitu sebanyak
26,6 %. Menurut Terry dalam Syamsi (1989), keputusan diambil berdasarkan
rasional. Keputusan rasional banyak berkaitan dengan pertimbangan dari segi
daya guna, yaitu perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan pengorbanan
yang harus diberikan. Keputusan yang dibuat berdasarkan rasionalotas itu lebih
bersifat objektif. Salah seorang responden yang memilih CU karena kemudahan
memperoleh pinjaman dilihat dari penyelesaian administrasi, yaitu melapor
dengan pihak CU, mengisi formulir peminjaman, membawa Kartu Kelurga dan
KTP suami dan istri, membawa buku anggota CU. Lama pencairan pinjaman
adalah 1 minggu hingga 2 minggu tergantung keadaan kas unit CU, tapi bila ada
kebutuhan sangat mendesak dana dapat dijeput sendiri oleh anggota ke kantor
pusat CU Merdeka yang ada di Kecamatan Merdeka setelah syarat syarat dipenuhi
oleh anggota. Hal ini berbeda dengan lembaga lainnya seperti bank yang
mewajibkan adanya jaminan.
Alasan ketiga yang muncul adalah kemudahan dalam membayar cicilan yaitu
sebesar 13,3% yang memilih alasan ini. Pembayaran cicilan yang tetap dilakukan
dapat dilakukan per minggu atau pun perbulan asalkan nominal cicilan pinjaman
dan bunganya terpenuhi. Meskipun dalam kebutuhan mendesak namun kas di unit
sedang tidak mencukupi anggota dapat mengambil di kantor pusat, tapi berbeda
halnya dengan pembayaran cicilannya. Setiap anggota hanya perlu membayarkan
cicilannya di unit yang berada di desa Sempajaya pada hari minggu sore.
Alasan keempat yang muncul adalah hubungan baik dengan pengelola dan
pelayanan yang memuaskan yaitu sebesar 6,6%. Hubungan baik dengan
penegelola dipilih oleh 2 orang responden. Responden inilah yang sudah

43

bergabung dengan CU yang pengelolanya adalah kerabat dekat responden.
Pengaruh kekeluargaan inilah yang menjadi alasan responden bergabung. Alasan
pelayanan yang memuaskan juga memiliki persentase sebesar 6,6 %. Dari petani
diperoleh pelayanan yang memuaskan mencakup pemberian pinjaman yang cepat
dimana paling singkat dalan satu atau dua hari dapat memperoleh pinjaman, tepat
jumlahnya dan tepat waktunya, mudah yaitu administrasi yang tidak berbelit belit
atau tidak perlu meohon pengurus untuk mendapatkan pinjaman, hanya dilihat
dari riwayat kerajinan anggota menabung.
5.4 Alasan Petani tidak menggunakan CU
Dalam bagian hipotesis penulis mengangkat bahwa alasan petani tidak
menggunakan CU adalah kurangnya informasi, tidak ada jaminan, serta bunga
besar. Namun dalam perjalanan penelitian ini, setelah mewawancarai responden di
daerah penelitian ternyata bukan lah itu yang menjadi alasan petani di daerah
penelitian.
Kurangnya informasi tidak mungkin menjadi alasan yang pilih karena lokasi unit
CU yang berada sangat berdekatan dengan kegiatan para petani di daerah
penelitian. Maka tidak mungkin berita tentang apa apa yang menyangkut
informasi tentang CU sampai ke setiap orang mengingat eratnya budaya bergaul
di daerah penelitian.
Faktor tidaknya jaminan benar benar tidak cocok dengan kondisi daerah panelitian,
karena pihak CU sendiri tidak mewajibkan adana jaminan untuk mendapatkan
dana. Sedangkan faktor bunga besar juga bukanlah faktor yang memberatkan

44

petani dalam memilih CU karean mereka semua telah mengetahui bahwa CU
mematok besaran bunga yang kecil bagi para anggota.
Selama masa penelitian penulis menemukan bahwa 23 (76%) orang petani yang
tidak menggunakan CU merasa belum perlu dana tambahan yang menjadi alasan
petani responden yang sampai saat ini belum bergabung dengan CU. Para
responden tidak mau mengambil resiko dengan membebani usahatani dengan
biaya untuk membayar ke CU disamping biaya usahatani yang sudak cukup besar
di bidang pupuk dan pestisida. Sedangkan 7 orang petani memiliki alasan yaitu
kekhawatiran tidak akan mampu membayar cicilan pinjaman dengan mengingat
harga komoditi yang diproduksi mereka selalu berfluktuasi. Sebagian besar
responden ini adalah petani berusia muda yang baru terjun dalam usahatani karena
merasa modal yang dimiliki yang tidak lain adalah modal yang berasal dari orang
tua masih cukup untuk menjalankan usahatani, ditambah lagi tidak adanya
tanggunan yang harus dibiayai hidupnya karena petani responden tersebut belum
berumahtangga.
5.5 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Pengguna CU Terhadap
Frekuensi Peminjaman Kredit
Untuk melihat faktor faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah seorang
mengambil dana di CU (atau bisa juga disebut frekuensi peminjaman kredit)
Penelitian ini memaparkan bahwa karakteristik Sosial Ekonomi yang digunakan
adalah Umur

petani, jumlah tanggungan, pendapatan, tingkat pendidikan,

pendapatan, dan juga penulis menambahkan variabel modal dan lamanya menjadi
anggota CU untuk menambah variasi penggunaan variabel pada penlitian ini
disbanding penelitian terdahulu untuk diuji.

45

Hasil analisis pengaruh karakteristik umur, jumlah tanggungan, tingkat
pendidikan, pendapatan, modal dan lamanya menjadi anggota terhadap petani
pengguna CU :
Tabel 9. Pengaruh Karakterisktik Sosial Ekonomi Petani Pengguna CU
F
Sig.
R
R Square
Regression
5,179
,002
,758
,575
Sumber: Lampiran 8
Dari Tabel 5 di atas

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002 (

Dokumen yang terkait

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 11

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 1

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 5

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 14

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 0 3

Analisis Besarnya Risiko Pendapatan Petani Dalam Penggunaan Dana Credit Union (Studi Kasus: Kopdit Merdeka Desa Sempajaya, Kec. Brastagi, Kab. Karo)

0 2 41

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

0 0 13

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

0 0 1

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

0 0 5

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Pelayanan Credit Union (CU) (Studi Kasus : CU Merdeka, Desa Sempajaya , Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo) Chapter III VI

0 0 29