Kajian Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan Lahomi Kabupaten Nias Barat Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah administratif ibukota Kabupaten Nias Barat
yaitu wilayah perkotaan Lahomi. Lokasi penelitian yaitu di Desa Onolimbu yang
merupakan ibukota dari Kabupaten Nias Barat. Ruang lingkup lokasi penelitian
yaitu rumah tangga dan non rumah tangga. Penelitian akan dilaksanakan pada
bulan April sampai dengan bulan Juni 2016.
3.2. Jenis Penelitian
Penelitian deskripsi merupakan jenis penelitian yang berdasarkan tujuannya
adalah menggambarkan (to description) atau menerangkan kondisi berbagai
peristiwa, menyusun teori untuk menjelaskan hubungan antar peristiwa hingga
memiliki seperangkat klasifikasi kemudian mengukur besarnya distribusi sifat sifat diantara anggota kelompok yang selanjutnya akan dikaitkan dengan kaidah
hukum yang relevan (Silalahi, 2012).
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan secara kuantitatif yaitu akan dilakukan pengukuran untuk menghitung
besaran timbulan sampah secara organik dan non organik, kemudian data hasil
kuisioner akan diolah secara statistik untuk mengetahui hubungan antara variabel
demografi terhadap perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Data-data tersebut selanjutnya dianalisa sehingga diperoleh suatu
rekomendasi kebijakan pengelolaan sampah yang tepat di Kabupaten Nias Barat.
32
Universitas Sumatera Utara
33
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).
Pada penelitian ini, populasi yang akan diteliti adalah kepala keluarga/
rumah tangga yang terdapat di Desa Onolimbu. Populasi terdiri dari rumah tangga
dengan pendapatan tinggi, pendapatan menengah, dan pendapatan rendah.
Selanjutnya sampel dipilih secara purposive sampling pada setiap rumah tangga
menurut tingkat pendapatannya.
1.
Sampel Sampah Rumah Tangga
Lokasi penelitian adalah Desa Onolimbu dengan populasi 1.670 jiwa pada
tahun 2014. Berdasarkan pada klasifikasi SNI 19-3964-1994 tidak termasuk
dalam klasifikasi kota sedang/kecil karena jumlah penduduknya dibawah 3.000
jiwa. Oleh karena itu untuk menghindari ketidakterwakilan populasi, maka
peneliti mengambil jumlah sampel 20 rumah tangga (K) secara purposive.
Tabel 3.1. Jumlah Contoh Jiwa dan Kepala Keluarga (KK)
Klasifikasi
Kota
No.
1.
Metropolitan
2.
Besar
3. Sedang, Kecil, IKK
Sumber : SNI 19-3964-1994
1.000.000 - 2.500.000
Jumlah
Contoh Jiwa
(S)
1.000 - 1.500
Jumlah
KK
(K)
200 – 300
500.000 - 1.000.000
700 - 1.000
140 – 200
3.000 - 500.000
150 - 350
30 – 70
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Selanjutnya sampel 20 rumah tangga dibagi menurut proporsional
persentase sampel rumah tangga yang dibedakan menurut tingkat pendapatan,
yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Sampah Rumah Tangga
No.
1
2
3
Perumahan/
Tingkat Pendapatan
Proporsi jumlah KK rumah
permanen/pendapatan tinggi (S1)
Proporsi jumlah KK rumah semi
permanen/pendapatan sedang (S2)
Proporsi jumlah KK rumah non
permanen/pendapatan rendah (S3)
Pendapatan
Persentase
Jumlah
Sampel
> Rp. 4.000.000
25 %
5
Rp. 1.000.000 Rp. 4.000.000
40 %
8
< Rp. 1.000.000
35 %
7
100%
20
Sumber : Olah data, 2016
2.
Sampel sampah non perumahan/non rumah tangga :
Sumber sampel sampah perumahan/non rumah tangga diperoleh dari 3
sampel toko, 3 sampel kantor, 3 sampel sekolah, 1 sampel pasar, 1 sampel rumah
makan, 1 sampel hotel. Sehingga jumlah sampel sampah non perumahan/non
rumah tangga yaitu 12 sampel.
3.
Kuisioner
Untuk menentukan jumlah responden pengisian kuesioner ditentukan
dengan menggunakan Rumus Slovin (Sevilla, 1993), yaitu:
n=
N
1+Ne 2
n
= Jumlah sampel (responden) yang diperlukan
N
= Jumlah populasi = 1.670 jiwa
e
= Sample error
(3)
= 10 %
Berdasarkan persaman (3) diatas dilakukan perhitungan sehingga diperoleh
jumlah responden
n=
N
1 + Ne2
n = 97 responden
Pada pengumpulan data, peneliti mengumpulkan 110 responden sehingga data
dianggap dapat mewakili populasi.
Universitas Sumatera Utara
35
4.
Wawancara
Metode pengambilan sampel untuk responden wawancara dilakukan secara
purposive yaitu kepada orang-orang yang dianggap memahami lingkungan hidup
dan pengelolan sampah pada instansi terkait. Responden yang telah ditetapkan
yaitu berasal dari instansi :
a.
Bappeda Kabupaten Nias Barat.
b.
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Nias Barat.
c.
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nias Barat.
d.
Pemerintahan desa.
3.4. Peralatan dan Bahan
Penelitian menggunakan peralatan antara lain kamera digital, alat tulis,
perangkat komputer dan printer untuk pengolahan data, serta alam perekam suara
untuk wawancara. Sedangkan peralatan untuk pengukuran timbulan sampah
antara lain plastik ukuran 40 liter dan timbangan.
3.5. Sumber Data
Sumber data penelitian dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa
terjadi. Individu, kelompok fokus, sekelompok responden secara khusus
merupakan sumber data primer. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan
dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber data
sekunder meliputi interpretasi, pembahasan tentang materi original, jurnal ilmiah,
buletin statistik, publikasi pemerintah, hasil survei terdahulu yang dipublikasikan
atau belum dipublikasikan, dan database yang ada pada penelitian terdahulu
(Silalahi, 2012).
Universitas Sumatera Utara
36
Data primer penelitian diperoleh dari kuesioner dan wawancara baik dari
pemerintahan maupun dari masyarakat. Observasi lapangan terhadap pengukuran
volume timbulan sampah juga merupakan data primer yang mendukung dalam
analisis data perumusan kebijakan pengelolaan sampah. Data - data sekunder yang
diperlukan diperoleh dari publikasi pemerintah dan publikasi statistik dan hasil
survei maupun penelitian terdahulu.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan secara :
1.
Studi kepustakaan terhadap data hasil publikasi pemerintah, publikasi
statistik, hasil survei maupun penelitian terdahulu baik, dan jurnal ilmiah
yang mendukung pengelolaan sampah.
2.
Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dan informasi secara
lisan
melalui
percakapan
yang
berlangsung
secara
sistematis
dan
terorganisasi. Metode wawancara tak terstruktur dilakukan untuk isu
pendahuluan yang selanjutnya dapat memformulasikan satu ide yang baik
untuk variabel yang memerlukan penyelidikan yang mendalam (in depth
investigation) sehingga diperoleh masalah utama penelitian secara rinci dan
mendalam. Teknik wawancara tak terstruktur akan memotivasi responden
untuk menjelaskan alasan atas jawaban sehingga dapat fokus terhadap topik
wawancara (Silalahi, 2012). Pada penelitian ini diharapkan melalui
wawancara yang tak terstruktur akan mampu memberikan informasi yang
sebenarnya tentang sistem pengelolaan sampah yang sedang dilaksanakan dan
kebijakan - kebijakan pemerintah terkait kebersihan dan pengelolaan sampah
di daerah kawasan ibukota.
Universitas Sumatera Utara
37
3.
Kuesioner merupakan satu set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasikan
supaya responden mencatat jawabannya, biasanya secara terbuka alternatif
jawaban ditentukan. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner merupakan
indikator - indikator dari konsep yang telah ditetapkan (Silalahi, 2012).
Materi kuesioner adalah berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap
pengelolaan sampah.
4.
Observasi dilakukan langsung di lokasi penelitian dengan tujuan mengamati
secara faktual fenomena pengelolaan sampah. Informasi yang diperoleh
berkaitan dengan pengelolaan sampah yang dimulai dari tempat dihasilkan
hingga tempat pembuangan serta ketersediaan sarana/prasarana kebersihan.
5.
Pengukuran jumlah timbulan sampah dilakukan dengan tujuan mengetahui
jumlah sampah menurut besarannya dan karakteristiknya. Pengukuran
timbulan sampah perkotaan dilakukan pada sumber sampah yaitu rumah
tangga dan non rumah tangga. Timbulan sampah pada rumah tangga diukur
dari 20 sampel rumah tangga. Pengukuran timbulan sampah dari non rumah
tangga yang dari pasar, rumah makan, hotel, toko, sekolah, dan kantor.
Data - data yang digunakan selama penelitian dibedakan berdasarkan
jenisnya, teknik pengumpulan data, dan sumber datanya. Tabel 3.1 akan
menguraikan data primer menurut teknik pengambilan data dan sumber datanya.
Tabel 3.2 menguraikan data sekunder menurut teknik pengambilan data dan
sumber datanya yang digunakan selama penelitian.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 3.3. Jenis dan Sumber Data Primer
No
Data Primer
1.
Timbulan sampah
2.
Sarana dan prasarana
kebersihan
Kondisi pengelolaan
sampah
Perilaku masyarakat
3.
4.
5.
Penganggaran dana untuk
lingkungan hidup dan
persampahan.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengukuran berat
sampah menurut
komposisinya yang
mudah membusuk
(garbage) dan tidak
membusuk (rubbish)
Observasi
Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan
Kuesioner
Wawancara
Sumber
Data
Rumah tangga dan non
rumah tangga
Rumah tangga dan non
rumah tangga
Pemerintah daerah dan
masyarakat
Masyarakat
Pemerintah daerah
Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data Sekunder
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Teknik
Pengumpulan Data
Peta administrasi wilayah
Studi kepustakaan
Jurnal ilmiah dan laporan Studi kepustakaan
studi
Data kependudukan
Studi kepustakaan
Data Sekunder
RTRW Kab. Nias Barat,
dan RDTR Ibukota Kab.
Nias Barat
Kajian perencanaan
lingkungan dan
pengelolaan sampah
Pedoman pengelolaan
sampah perkotaan
Regulasi terkait
lingkungan hidup dan
pengelolaan sampah.
Sumber
Data
Bappeda Kab. Nias Barat
Perpustakaan USU
Studi kepustakaan
Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kab. Nias
Barat
Bappeda Kab. Nias Barat
Studi kepustakaan
Bappeda Kab. Nias Barat
Studi kepustakaan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Bappeda Kab. Nias Barat,
Kementerian Pekerjaan
Umum
Studi kepustakaan
3.7. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengikuti tahapan penelitian yaitu :
3.7.1. Perhitungan Timbulan Sampah
Perhitungan timbulan sampah pada rumah tangga yaitu :
Universitas Sumatera Utara
39
1.
Membagikan kantong plastik sesuai menurut komposisinya yaitu sampah
yang mudah membusuk (garbage) dan yang tidak membusuk (rubbish).
Sampah yang mudah membusuk (garbage) yaitu sisa makanan, sisa sayuran,
kulit buah sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu kertas,
karton, kain, logam, kaleng, dan kaca.
2.
Menimbang berat sampah yang terkumpul dan mencatat beratnya.
3.
Menghitung rata - rata timbulan sampah setiap keluarga per hari.
Perhitungan berat timbulan sampah pada non rumah tangga pada dasarnya
sama dengan perhitungan timbulan sampah pada rumah tangga yaitu :
1.
Membagikan kantong plastik sesuai menurut komposisinya yaitu sampah
yang mudah membusuk (garbage) dan yang tidak membusuk (rubbish).
Sampah yang mudah membusuk (garbage) yaitu sisa makanan, sisa sayuran,
kulit buah sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu kertas,
karton, kain, logam, kaleng, dan kaca. Sampel sampah diambil di pasar,
rumah makan, hotel, toko, sekolah, dan kantor.
2.
Menimbang berat sampah yang terkumpul dan mencatat beratnya.
3.
Menghitung rata - rata timbulan sampah dari setiap sumber sampah per hari.
4.
Menghitung total timbulan sampah yang dihasilkan dari non rumah tangga.
5.
Menghitung timbulan sampah non rumah tangga per jumlah penduduk.
Timbulan sampah perkotaan merupakan hasil penjumlahan timbulan
sampah dari rumah tangga dan non rumah tangga. Frekuensi pengambilan sampel
sebaiknya dilakukan 8 hari berturut-turut untuk menggambarkan fluktasi harian.
Pada pelaksanaannya telah disederhanakan yaitu dilakukan dalam seminggu
namun sampel diambil setiap 2 atau 3 hari (Damanhuri, 2010).
Universitas Sumatera Utara
40
3.7.2. Pengkategorian Variabel
Pengkategorian variabel menggunakan skala Guttman. Teknik pengskalaan
Guttman digunakan jika ingin mendapatkan jawaban yang tegas yang selanjutnya
akan disusun dalam nilai atau kategori respons dikotomis, yaitu ya dan tidak atau
setuju dan tidak setuju (Silalahi, 2012).
Perilaku dan pengetahuan dibedakan atas baik dan buruk. Responden akan
menjawab setiap opsi jawaban yaitu Ya atau Tidak. Setiap opsi jawaban kuisioner
yang dianggap sebagai perilaku dan pengetahuan yang baik dikategorikan Ya dan
diberi skor 1, sehingga jika responden menjawab Ya maka akan diberi skor 1 dan
setiap jawaban Tidak diberi skor 0. Jawaban kuisioner yang dianggap sebagai
perilaku dan pengetahuan yang buruk dikategorikan Tidak dan diberi skor 1,
sehingga jika responden menjawab Ya diberi skor 0 dan setiap jawaban Tidak
akan diberi skor 1.
3.7.3. Variabel Penelitian
Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena
memiliki nilai atau kategori. Variabel berdasarkan Berdasarkan hubungannya
antara variabel lainnya, maka secara umum variabel dibedakan atas variabel
independen, variabel dependen, variabel antara (intervening variable), dan
variabel kontingensi (contingency variable) (Silalahi, 2012). Variabel independen
merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan pada variabel
lainnya. Variabel independen sering juga disebut sebagai variabel bebas, variabel
stimulus, input atau prediktor. Variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen sering juga disebut variabel terikat, respon, output, kriteria dan
Universitas Sumatera Utara
41
konsekuen. Variabel intervening merupakan variabel yang secara teoritis
mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel
independen dan dependen, namun tidak terukur. Sedangkan variabel kontingensi
adalah variabel yang menentukan kuat dan lemahnya hubungan antara variabel
independen dan dependen (Sugiyono, 2006).
Pengolahan data secara statistik dilakukan terhadap data hasil kuisioner
yaitu dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara demografi
terhadap perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Variabel yang digunakan untuk mengetahui hubungan demografi terhadap
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah :
1.
Demografi sebagai variabel independen (X), yang terdiri dari variabel
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur, dan jenis kelamin.
2.
Perilaku masyarakat sebagai variabel dependen (Y), yang terdiri dari variabel
perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Hipotesis
penelitian untuk mengetahui hubungan demografi terhadap
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah :
a.
Variabel pendidikan terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendidikan terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara pendidikan terhadap perilaku.
b.
Variabel pendidikan terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendidikan terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara pendidikan terhadap pengetahuan.
c.
Variabel pekerjaan terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pekerjaan terhadap perilaku.
Universitas Sumatera Utara
42
H1 : Terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap perilaku.
d.
Variabel pekerjaan terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pekerjaan terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap pengetahuan.
e.
Variabel pendapatan terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendapatan terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara pendapatan terhadap perilaku.
f.
Variabel pendapatan terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendapatan terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara pendapatan terhadap pengetahuan.
g.
Variabel umur terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara umur terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara umur terhadap perilaku.
h.
Variabel umur terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara umur terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara umur terhadap pengetahuan.
i.
Variabel jenis kelamin terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku.
j.
Variabel jenis kelamin terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap pengetahuan.
Skor dari setiap opsi jawaban responden tersebut dijumlahkan sehingga
menghasilkan total skor untuk setiap responden, dan total skor inilah yang
Universitas Sumatera Utara
43
kemudian ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala Guttman. Hasil ukur
berupa total skor agar dapat diinterpretasi dan mempunyai makna, maka perlu
dilakukan pengkategorian skor untuk keperluan analisis deskriptif dan
memudahkan untuk menginterpretasikan. Dalam penelitian ini pengkategorian
menggunakan nilai median dari instrumen (teoritis), yang mana batasan skor (cut
of point) variabel perilaku dan pengetahuan adalah nilai median dari skala
Guttman tersebut. Adapun rincian dari hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.5. berikut :
Tabel 3.5. Pengkategorian Variabel
Variabel
Perilaku
Pengetahuan
Baik
Batasan Total
Skor
≥ 11
Buruk
< 11
Kategori
Baik
≥4
Buruk
������
; db = (r - 1) (k - 1) atau p - value < α , dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Lokasi Penelitian
Kabupaten Nias Barat merupakan daerah otonom baru yang terbentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias Barat adalah
salah satu daerah Kepulauan Nias yang secara geografis terletak pada 0012-0032’
Lintang Utara dan 970-980 Bujur Timur dengan luas wilayah yaitu 544,09 km2.
Secara administratif Kabupaten Nias Barat terdiri dari 8 kecamatan dan 105 desa
dengan ibukota terletak di Kecamatan Lahomi. Kabupaten Nias Barat terdapat 11
pulau kecil yang terdiri dari 5 pulau yang didiami dan 6 pulau tanpa penghuni.
Secara umum kondisi topografis Kabupaten Nias Barat adalah berbukitbukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan ketinggian dari permukaan air
laut bervariasi antara 0-800 m. Terdapat juga dataran rendah sampai tanah
bergelombang sampai berbukit-bukit 35 % dan dari berbukit-bukit sampai
pegunungan 16 % dari keseluruhan luas daratan. Kondisi topografi yang demikian
menyebabkan konstruksi jalan yang berbelok-belok dan kota-kota utama terletak
pada daerah perbukitan. Peta Kabupaten Nias Barat terdapat pada Gambar 4.1.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Barat Nomor 12 Tahun
2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat Tahun 20142034 bahwa Kecamatan Lahomi termasuk dalam rencana struktur ruang wilayah
yaitu sistem perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Wilayah perkotaan
Lahomi mencakup 3 desa yaitu Desa Onolimbu dan Desa Sisobambowo yang
45
Universitas Sumatera Utara
46
pada proses nya dalam tahap konsultasi publik untuk kemudian dapat ditetapkan
menjadi peraturan daerah. Desa Onolimbu dimana Ibukota Kabupaten Nias Barat
berada merupakan pusat pemerintahan. Kantor instansi pemerintahan seperti
Kantor Bupati dan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terletak pada
suatu kawasan terpadu. Wilayah administratif Kabupaten Nias Barat dan lokasi
penelitian lebih jelasnya pada Gambr. 4.1 dan Gambar 4.2.
4.2. Demografis
Wilayah administratif Kecamatan Lahomi terbagi 11 desa yang mempunyai
luas sekitar 88,39 km2. Lokasi penelitian berada pada wilayah administratif
Kecamatan Lahomi yaitu di Desa Onolimbu. Luas wilayah Desa Onolimbu yaitu
9,33 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak 1.670 jiwa
berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
Barat.
Jumlah penduduk Kabupaten Nias Barat pada tahun 2014 adalah 90.459
jiwa dimana 10,50 % nya adalah penduduk Kecamatan Lahomi (9.500 jiwa).
Sedangkan Desa Onolimbu sebagai lokasi penelitian merupakan desa dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 17,58 % (1.670 jiwa), terdiri dari 771 jiwa lakilaki dan 899 jiwa perempuan.
Penduduk di wilayah perkotaan Lahomi khususnya di Desa Onolimbu telah
menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi yaitu 224 orang, telah menyelesaikan
pendidikan menengah yaitu 467 orang, dan yang telah menyelesaikan pendidikan
dasar yaitu 247 orang. Disamping itu masih terdapat yang belum menyelesaikan
pendidikan dasar yaitu 327 orang dan yang belum bersekolah yaitu 405 orang.
Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Onolimbu diuraikan pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
di Desa Onolimbu Tahun 2014
Tingkat
Pendidikan
1. Tidak/Belum Sekolah
2. Belum Tamat SD/Sederajat
3. Tamat SD/Sederajat
4. SLTP/Sederajat
5. SLTA/Sederajat
6. Akademi/Diploma III/Sarjana Muda
7. Diploma I/II
8. Diploma IV/Strata I
Jumlah
Sumber : Disdukcapil, 2015
No.
Jumlah Penduduk
(orang)
405
327
247
185
282
63
35
126
1.670
Tingkat pendapatan penduduk didominasi oleh yang pendapatan dibawah
Rp. 500.000 yaitu 395 orang dan yang pendapatan diatas Rp. 4.000.000 lebih
sedikit yaitu 76 orang. Pendapatan masyarakat di Desa Onolimbu diuraikan pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Pendapatan
di Desa Onolimbu Tahun 2014
Tingkat
Pendapatan
1. Dibawah Rp. 500.000
2. Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
3. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000
4. Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000
5. Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000
6. Diatas Rp. 4.000.000
Jumlah
Sumber : Disdukcapil, 2015
No
Jumlah Penduduk
(orang)
395
243
334
319
304
76
1.670
Masyarakat di Desa Onolimbu lebih banyak bekerja sebagai petani/pekebun yaitu
500 orang, sedangkan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 151 orang, bekerja
sebagai pegawai negeri sipil yaitu 60 orang dan sebagai karyawan yaitu 20 orang.
Penduduk yang berstatus sebagai pelajar/mahasiswa adalah sebanyak 459 orang.
Disamping itu masih terdapat penduduk yang tidak bekerja yaitu 459 orang. Desa
Universitas Sumatera Utara
48
Onolimbu sebagai ibukota Kabupaten Nias Barat merupakan pusat pemerintahan
sehingga banyak pegawai yang datang dari luar Kabupaten Nias Barat. Jumlah penduduk
Desa Onolimbu menurut pekerjaan diuraikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
di Desa Onolimbu Tahun 2014
Jenis
Pekerjaan
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2 Petani/pekebun
3 Pelajar/mahasiswa
4 Belum/tidak Bekerja
5 Wiraswasta
6 Karyawan
7 Pensiunan
8 Pendeta
10 Tukang kayu
11 Buruh tani/perkebunan
12 Tukang jahit
13 Biarawan/biarawati
14 Perdagangan
15 Bidan
17 Jumlah
Sumber : Disdukcapil, 2015
No.
Jumlah Penduduk
(orang)
60
500
455
459
151
20
5
6
2
2
2
2
4
2
1670
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Nias Barat (Bappeda Nias Barat, 2016)
49
Universitas Sumatera Utara
50
Gambar 4.2. Peta Wilayah Penelitian (Bappeda Nias Barat, 2016)
4.3. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah
Sistem pengelolaan sampah yang sedang dilakukan di Kabupaten Nias Barat
masih menerapkan konsep tradisional. Sampah non organik maupun organik
Universitas Sumatera Utara
51
dibuang pada tempat yang sama yaitu pada tempat-tempat yang belum
termanfaatkan yang selanjutnya akan dibakar. Pada beberapa tempat tertentu,
sampah-sampah organik maupun non organik dibiarkan dan tidak dibakar
sehingga tumpukan sampah mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Sampahsampah non organik yang berasal dari rumah tangga biasanya dikumpulkan pada
suatu tempat dibelakang rumah, sedangkan sampah organik yang berasal dari sisa
makanan dan sayuran digunakan kembali sebagai makanan ternak. Demikian juga
halnya sampah yang berasal dari toko-toko maupun kantor pemerintahan lebih
didominasi jenis non organik sehingga penanganannya langsung dibakar.
Gambar 4.3. Timbulan Sampah pada Kantor Pemerintahan (2016)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Desa
Onolimbu mengatakan bahwa penanganan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga maupun kantor. Sampah non organik biasanya akan
langsung dibakar sehingga mengakibatkan kesehatan dan keyamanan masyarakat
terganggu. Program pemerintah daerah untuk membangun tempat pembuangan
akhir sampah terkendala oleh masyarakat yang tidak bersedia menghibahkan
tanahnya.
Universitas Sumatera Utara
52
Kabupaten Nias Barat masih belum mempunyai sistem pengelolaan sampah
yang berwawasan lingkungan. Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan
sampah tidak tersedia seperti truk pengangkut sampah bahkan tempat
penampungan sampah sementara hingga tempat pembuangan akhir sampah tidak
tersedia. Pemerintah Kabupaten Nias Barat melalui Kantor Lingkungan Hidup
telah melaksanakan program pemberian tong sampah yang ditujukan untuk
kantor-kantor pemerintahan dan beberapa rumah tangga. Program tersebut
merupakan langkah positif bagi pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang
bersih. Pada pelaksanaannya tidak efektif karena secara tidak langsung
menumpuk sampah pada tong sampah tersebut karena tidak adanya lokasi tempat
pembuangan sampah sementara dan petugas yang akan mengangkatnya sehingga
sampah menumpuk pada tong sampah tersebut.
Gambar 4.4. Penggunaan Tong Sampah (2016)
Payung hukum tentang pelaksanaan pengelolaan sampah di daerah baik
dalam bentuk peraturan daerah maupun peraturan kepala daerah tidak tersedia.
Pemerintah daerah belum melaksanakan amanat pada Undang-Undang Nomor 18
Universitas Sumatera Utara
53
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah untuk merumuskan peraturan daerah
sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Sekretaris Bappeda Kabupaten
Nias Barat bahwa pedoman tentang arahan pelaksanaan pengelolaan sampah di
daerah secara umum telah dirumuskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Nias Barat yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten
Nias Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Nias Barat Tahun 2014 - 2034. Selanjutnya, penerapan pengelolaan
sampah terkendala oleh anggaran yang terbatas serta kurangnya sumber daya
manusia. Usulan anggaran pengadaan tong sampah maupun angkutan sampah
untuk tahun berikutnya terkendala pada tidak tersedianya tempat penampungan
sampah sementara dan tempat pembuangan akhir sampah. Oleh karena itu
pemerintah daerah perlu melakukan kajian terlebih dahulu untuk kelayakan lokasi
pembangunan TPS/TPA.
4.4. Timbulan Sampah Kawasan Perkotaan
Pengukuran berat sampah dilakukan pada rumah tangga/perumahan dan non
rumah tangga/non perumahaan. Pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan pengumpulan dan pemilahan jenis sampah organik dan non organik
yang selanjutnya akan ditimbang beratnya sehingga diperoleh berat rata - rata
timbulan sampah.
1.
Timbulan Sampah Rumah Tangga
Sumber penghasil sampah perumahan/rumah tangga dibagi menurut tingkat
pendapatan yaitu pendapatan tinggi, sedang, dan pendapatan rendah. Rumah
permanen dengan jumlah pendapatan tinggi yaitu lebih dari Rp. 4.000.000, rumah
Universitas Sumatera Utara
54
semi permanen dengan pendapatan sedang yaitu Rp. 1.000.000 - Rp. 4.000.000,
sedangkan rumah non permanen dengan pendapatan rendah yaitu kurang dari Rp.
1.000.000. Perhitungan timbulan sampah rumah tangga selengkapnya pada Tabel
4.4 dan Lampiran 3.
Tabel 4.4. Timbulan Sampah Rumah Tangga Perkapita
No
1.
Sumber
Sampah
Rumah tangga pendapatan tinggi
(> Rp. 4.000.000)
2. Rumah tangga pendapatan sedang
(Rp. 1.000.000 - Rp. 4.000.000)
3. Rumah tangga pendapatan rendah
(< Rp. 1.000.000)
Rata-rata timbulan sampah rumah
tangga
Jumlah timbulan sampah rumah
tangga
Sumber : Olah data, 2016
Rata-Rata Timbulan
Sampah (kg/o/hari)
Sampah
Sampah
Mudah
Tidak
Membusuk Membusuk
(garbage)
(rubbish)
Persentase Rata-Rata
Timbulan Sampah
Sampah
Sampah
Mudah
Tidak
Membusuk Membusuk
(garbage)
(rubbish)
0,34
0,21
61 %
39 %
0,24
0,17
58%
42 %
0,20
0,15
57 %
43 %
0,25
0,18
59 %
41 %
0,42
Jumlah sampel pada rumah tangga pendapatan tinggi adalah 5 rumah yang
dipilh secara acak dan dilakukan 2 kali. Rata - rata timbulan sampah yang mudah
membusuk (garbage) hasil pengukuran adalah 0,34 kg/orang/hari (61 %) dan
sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 0,21 kg/orang/hari (39 %). Pada
rumah tangga pendapatan sedang, sampel yang terkumpul yaitu 8 rumah dengan
komposisi jenis sampah yang mudah membusuk (garbage) rata-rata yaitu 0,24
kg/orang/hari (58 %) sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu
0,17 kg/orang/hari (42 %). Jumlah sampel sampah untuk rumah tangga
pendapatan rendah yaitu 7 rumah. Komposisi jenis sampah yang mudah
membusuk (garbage) rata-rata yaitu 0,20 kg/orang/hari (57 %) sedangkan sampah
yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 0,15 kg/orang/hari (43 %).
Universitas Sumatera Utara
55
Jumlah timbulan sampah perkapita yang bersumber dari rumah tangga
merupakan jumlah dari timbulan sampah yang mudah membusuk (garbage) dan
sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 0, 42 kg/orang/hari.
2.
Timbulan Sampah Non Rumah Tangga
Sumber sampah non rumah tangga diperoleh dari pasar, rumah makan,
hotel, toko, sekolah, dan kantor. Pengukuran sampah menurut komposisi organik
dan non organik dilakukan 2 kali sehingga diperoleh rata - rata timbulan sampah
yang dihasilkan. Hasil pengukuran timbulan sampah organik dan non organik
seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Timbulan Sampah Non Rumah Tangga Perkapita
Sumber
Sampah
No
Rata-Rata Timbulan
Persentase Rata-Rata
Sampah (kg/hari)
Timbulan Sampah (%)
Sampah
Sampah
Sampah
Sampah
Mudah
Tidak
Mudah
Tidak
Membusuk Membusuk Membusuk Membusuk
(garbage) (rubbish)
(garbage) (rubbish)
16,25
9,20
64 %
36 %
1
Pasar
2
Rumah makan
131,40
49,95
72 %
28 %
3
Hotel
3,00
3,95
43 %
57 %
4
Toko
0,00
6,60
0%
100 %
5
Sekolah
9,95
8,25
55 %
45 %
0,00
13,55
0%
100 %
160,60
91,50
64 %
36 %
6
Kantor
Jumlah rata-rata timbulan sampah non
rumah tangga (kg/hari)
Jumlah timbulan sampah non rumah tangga
(kg/hari)
Jumlah timbulan sampah non rumah
tangga perkapita (kg/orang/hari)
Sumber : Olah data, 2016
252,10
0,15
Pengambilan sampel dilakukan pada 1 unit pasar yang beroperasi 1 kali
dalam seminggu. Sampah pasar didominasi oleh jenis sampah yang mudah
membusuk (garbage) yaitu 16,25 kg/hari (64 %) yang terdiri sisa makanan
maupun sayuran. Sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 9,20
kg/hari (36 %) yang lebih banyak adalah plastik kemasan.
Universitas Sumatera Utara
56
Pengukuran berat sampah yang berasal dari rumah makan dilakukan pada 1
unit rumah makan. Sampah yang berasal dari rumah makan lebih banyak
merupakan sampah yang mudah membusuk (garbage) yaitu 14,6 kg/hari dan
sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 5,6 kg/hari. Wilayah perkotaan
Lahomi terdapat 9 unit rumah makan, sehingga total sampah yang mudah
membusuk (garbage) yang dihasilkan dari rumah makan adalah 131,4 kg/hari (72
%) dan total sampah yang tidak membusuk (rubbish) adalah 49,95 kg/hari (28 %).
Timbulan sampah yang berasal dari hotel bergantung pada intensitas orang
yang menginap. Hotel yang terdapat di wilayah perkotaan Lahomi berjumlah 1
unit yang terletak di Desa Onolimbu. Hotel akan ramai dikunjungi jika ada tamu
yang berkunjung dan menginap di hotel tersebut. Rata - rata sampah yang mudah
membusuk adalah 3 kg/hari (43 %) dan sampah yang tidak membusuk yaitu 4
kg/hari (57 %). Perlakuan pengelola hotel terhadap sampah yang mudah
membusuk dan tidak membusuk adalah langsung membuangnya ke jurang.
Timbulan sampah yang berasal dari toko diukur dari 3 unit toko. Sampah
yang lebih banyak adalah sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 6,60
kg/hari yaitu jenis kertas dan plastik kemasan pembungkus. Timbulan sampah
dari kantor juga merupakan sampah yang tidak membusuk sebanyak 13,55 kg/hari
yang lebih banyak adalah jenis sampah kertas.
Pengukuran sampah yang berasal sekolah diambil dari 3 unit sekolah. Rata rata timbulan sampah yang mudah membusuk perharinya adalah 9,95 kg/hari (55
%) yang terdiri daun - daunan, material bahan kayu, maupun kayu ranting pohon,
terdapat juga sisa makanan. Sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish)
perharinya rata - rata sebanyak 8,25 kg/hari (45 %), yang terdiri dari kertas,
Universitas Sumatera Utara
57
kardus, bahan plastik dan kain. Jika jumlah penduduk adalah 1.670 orang, maka
timbulan sampah yang berasal dari non rumah tangga adalah sebanyak 0,15
kg/orang/hari. Rincian berat sampah yang berasal dari non rumah tangga
selengkapnya pada Lampiran 4.
Jumlah timbulan sampah hasil penelitian yang berasal dari rumah tangga
adalah 0,42 kg/orang/hari dan timbulan sampah yang berasal dari non rumah
tangga adalah 0,15 kg/orang/hari, maka timbulan sampah wilayah perkotaan
Lahomi di Desa Onolimbu adalah 0,58 kg/orang/hari. Secara keseluruhan
komposisi sampah perkotaan Lahomi terdiri dari 64 % sampah yang mudah
membusuk (garbage) dan 36 % sampah yang tidak membusuk (rubbish).
Wilayah perkotaan Lahomi terdiri dari 3 Desa yaitu Desa Onolimbu yang
merupakan lokasi penelitian dengan jumlah penduduk 1.670 orang, Desa
Sisobambowo yang jumlah penduduk nya 283 orang, dan Desa Simaeasi 1.617
orang, sehingga total jumlah penduduk wilayah perkotaan Lahomi adalah 3.570
jiwa. Jika penduduk Kota Lahomi adalah 3.570 jiwa maka timbulan sampah di
wilayah perkotaan Lahomi adalah 3.570 jiwa x 0,58 kg/orang/hari sehingga
timbulan sampah perkapita adalah 2.056,06 kg/hari atau 2,1 ton/hari.
4.5.
Hubungan Demografi dan Perilaku Masyarakat
Jumlah sampel untuk mengetahui hubungan antara komponen demografi
terhadap perilaku dan pengetahuan masyarakat adalah 110 responden. Komponen
demografi dibagi atas variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur, dan jenis
kelamin. Seluruh komponen demografi tersebut akan dihitung untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan terhadap perilaku masyarakat dalam membuang sampah
dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Universitas Sumatera Utara
58
1.
Pendidikan dan Perilaku Masyarakat
Responden yang dengan latar pendidikan dibagi atas perguruan tinggi,
SMA, SMP, SD, dan yang belum bersekolah. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui bahwa responden yang berpendidikan perguruan tinggi lebih berperilaku
baik dalam membuang sampah, demikian juga yang berpendidikan SMA.
Sedangkan yang berpendidikan SMP, SD, dan yang belum bersekolah adalah
yang berperilaku buruk. Jumlah perilaku responden menurut pendidikan pada
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendidikan
No.
Pendidikan
1
2
3
4
5
Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
Belum Sekolah
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berperilaku
Buruk
12
13
17
7
1
50
Baik
33
22
5
0
0
60
Persentase
Jumlah Responden
Berperilaku
Buruk
Baik
27 %
73 %
37 %
63 %
77 %
23 %
100 %
0%
100 %
0%
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan aplikasi
SPSS 16.0. Pembuktian hipotesis menggunakan metode statistik Chi Square (χ 2)
untuk menetapkan signifikansi perbedaan-perbedaan antara dua kelompok
independen dengan nilai α = 0,1. Pada perhitungan diperoleh nilai signifikasi p =
0,000 dan lebih kecil dari nilai α . Berdasarkan p - value < α maka Ho ditolak dan
H1 diterima, bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap perilaku
masyarakat membuang sampah. Berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
maka perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah akan semakin baik. Hasil
data statistik pada Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 4.7. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendidikan Terhadap Perilaku
Value
Chi-Square Tests
25.965a
29.628
23.571
110
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Df
4
4
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .45.
Sumber : Olah data, 2016
2.
Pekerjaan dan Perilaku Masyarakat
Responden dengan jenis pekerjaan wiraswasta memiliki perilaku yang baik
dalam pengelolaan sampah yaitu 71 %, demikian juga dengan responden yang
bekerja sebagai pegawai (70 %) dan PNS (68 %). Sedangkan yang bekerja sebagai
petani berperilaku buruk (91 %), sebagai pedagang (60 %) dan yang belum
bekerja atau masih SMA dan SMP (58 %) juga berperilaku buruk dalam
pengelolaan sampah. Jumlah responden yang berperilaku menurut pekerjaannya
seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pekerjaan
No.
1
2
3
4
5
6
Pekerjaan
PNS
Pegawai
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Lainnya
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berperilaku
Buruk
Baik
9
19
6
14
10
1
9
6
5
12
11
8
50
60
Persentase Jumlah
Responden
Buruk
Baik
32 %
68 %
30 %
70 %
91 %
9%
60 %
40 %
29 %
71 %
58 %
42 %
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan metode Chi Square diperoleh
bahwa p = 0,004 dan lebih kecil dari α = 0,1. Oleh karena itu H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Berarti bahwa semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
60
tingkat pekerjaan maka akan berperilaku baik dalam pengelolaan sampah. Hasil
tabulasi perhitungan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Chi Square Variabel Pekerjaan Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.004
.002
.140
Pearson Chi-Square
17.325a
5
Likelihood Ratio
18.629
5
Linear-by-Linear Association
2.182
1
N of Valid Cases
110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
Sumber : Olah data, 2016
3.
Pendapatan dan Perilaku Masyarakat
Responden yang pendapatannya diatas Rp. 4.000.000 berperilaku baik
dalam pengelolaan sampah yaitu sebanyak 80 %, demikian juga yang
berpendapatan Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000 yaitu 75 %, dan yang pendapatan
Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 yaitu 71 %. Sedangkan yang pendapatannya Rp.
500.000 - Rp. 1.000.000 (75 %) berperilaku buruk. Tabel perilaku masyarakat
menurut tingkat pendapatan terdapat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendapatan
No.
1
2
3
4
5
6
Pendapatan
< Rp. 500.000
Rp. 500.00 - Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 - 2.000.000
Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000
> Rp. 4.000.000
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
18
12
8
6
5
1
50
Baik
8
4
14
15
15
4
60
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan (%)
Buruk
Baik
69%
31%
75%
25%
36%
64%
29%
71%
25%
75%
20%
80%
Pengujian hipotesis menggunakan metode Chi Square dengan α
= 0,1
diperoleh nilai p = 0.002. Dengan demikian bahwa nilai p - value < α sehingga
hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
61
dan perilaku masyarakat membuang sampah. Berarti bahwa tingkat pendapatan
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Masyarakat yang
mempunyai penghasilan tinggi akan berperilaku baik terhadap pengelolaan
sampah. Hasil pengolahan data statistik pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendapatan Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.002
.001
.000
Pearson Chi-Square
19.391a
5
Likelihood Ratio
20.025
5
Linear-by-Linear Association
16.039
1
N of Valid Cases
110
a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.27.
Sumber : Olah data, 2016
4.
Umur dan Perilaku Masyarakat
Responden yang berperilaku baik adalah yang berumur 15 - 30 tahun yaitu
62 %, berumur 30 - 45 tahun yaitu 52 %. Selanjutnya, responden yang berumur
dibawah 15 tahun adalah berperilaku buruk. Sedangkan responden yang berumur
diatas 45 tahun ada yang berperilaku baik dan juga berperilaku buruk yaitu 50 %.
Masyarakat yang berumur dibawah 15 tahun berperilaku buruk, responden ratarata merupakan yang berpendidikan SMP. Selengkapnya pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Umur
No.
1
2
3
4
Umur
< 15 thn
15-30 thn
30-45 thn
> 45 thn
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Perilaku
Buruk
Baik
3
1
16
26
22
24
9
9
50
60
Persentase
Jumlah Responden
Buruk
Baik
75 %
25 %
38 %
62 %
48 %
52 %
50 %
50 %
Perhitungan metode Chi Square diperoleh bahwa p = 0,461. Dengan
demikian nilai p lebih besar dari nilai α , sehingga hipotesis H0 diterima dan H1
Universitas Sumatera Utara
62
ditolak. Hipotesis H0 yaitu bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dan
perilaku masyarakat mengelola sampah, yang berarti bahwa peningkatan umur
tidak akan menambah jumlah yang berperilaku baik. Hasil perhitungan Chi
Square terdapat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hasil Uji Chi Square Variabel Umur Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.461
.453
.705
Pearson Chi-Square
2.580a
3
Likelihood Ratio
2.627
3
Linear-by-Linear Association
.143
1
N of Valid Cases
110
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.82.
Sumber : Olah data, 2016
5.
Jenis Kelamin dan Perilaku Masyarakat
Responden laki-laki yang berperilaku baik sebanyak 58 % dibandingkan
perempuan 51 %. Selengkapnya terdapat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Jenis Kelamin
No.
1
2
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Perilaku
Buruk
Baik
25
34
25
26
50
60
Persentase
Jumlah Responden
Buruk
Baik
42%
58%
49%
51%
Pembuktian hipotesis dengan metode Chi Square diperoleh bahwa nilai
signifikasi p = 0,485. Nilai tersebut adalah lebih besar dari nilai α = 0,1. Oleh
karena itu hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dan perilaku. Perilaku baik maupun buruk dalam
membuang sampah dapat dilakukan oleh laki - laki dan perempuan. Perhitungan
statistik pada Tabel 4.15.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.15. Hasil Uji Chi Square Variabel Jenis Kelamin Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
1
.485
1
.613
1
.485
.566
.306
1
.487
Pearson Chi-Square
.487a
Continuity Correctionb
.256
Likelihood Ratio
.488
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
.483
b
N of Valid Cases
110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.18.
b. Computed only for a 2x2 table
Sumber : Olah data, 2016
4.6.
1.
Hubungan Demografi dan Pengetahuan Masyarakat
Pendidikan dan Pengetahuan Masyarakat
Responden dengan latar belakang perguruan tinggi mempunyai pengetahuan
yang baik tentang pengelolaan sampah yaitu 82 %. Responden dengan latar
belakang pendidikan SD dan yang belum bersekolah memiliki pengetahuan yang
buruk tentang pengelolaan sampah yaitu 100 % Jumlah responden yang memiliki
pengetahuan yang baik menurut latar belakang pendidikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendidikan
No.
1
2
3
4
5
Pendidikan
Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
Belum Sekolah
Jumlah
Sum ber : Olah data, 2016
Jumlah
Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
8
37
13
22
16
6
7
0
1
0
45
65
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan (%)
Buruk
Baik
18 %
82 %
37 %
63 %
73 %
27 %
100 %
0%
100 %
0%
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan aplikasi
SPSS 16.0. Pembuktian hipotesis menggunakan metode statistik Chi Square (χ 2)
untuk menetapkan signifikansi perbedaan-perbedaan antara dua kelompok
Universitas Sumatera Utara
64
independen dengan nilai α = 0,1. Pada perhitungan diperoleh nilai signifikasi p =
0,000 dan lebih kecil dari nilai α . Berdasarkan p - value < α maka Ho ditolak dan
H1 diterima, bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap
pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Hubungan tersebut berarti bahwa tingkat pendidikan yang semakin tinggi
akan menambah wawasan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah
yang baik. Hasil data statistik pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendidikan Terhadap Pengetahuan
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000
Pearson Chi-Square
30.935a
4
Likelihood Ratio
34.753
4
Linear-by-Linear Association
29.803
1
N of Valid Cases
110
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .41.
Sumber : Olah data, 2016
2.
Pekerjaan dan Pengetahuan Masyarakat
Responden dengan latar belakang pegawai memiliki pengetahuan yang baik
tentang pengelolaan sampah yaitu 80 %, demikian juga dengan yang bekerja
sebagai wiraswasta yaitu 76 % dan sebagai PNS yaitu 75 %. Sedangkan yang
bekerja sebagai petani, tidak memiliki pengetahuan yang baik. Responden yang
berperilaku baik menurut pekerjaan seperti pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pekerjaan
No.
1
2
3
4
5
Pekerjaan
PNS
Pegawai
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
7
4
11
9
4
Baik
21
16
0
6
13
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
25 %
75 %
20 %
80 %
100 %
0%
60 %
40 %
24 %
76 %
Universitas Sumatera Utara
65
No.
Pekerjaan
6
Lainnya
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
53 %
47 %
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
10
45
Baik
9
65
Pengujian hipotesis dengan metode Chi Square diketahui bahwa p = 0,000 dan
α = 0,1. Dengan demikian p - value < α sehingga hipotesis H0 ditolak dan H1
diterima. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan antara
pekerjaan terhadap pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Jenis
pekerjaan yang semakin baik akan memberikan pengetahuan yang baik tentang
pengelolaan sampah. Tabulasi perhitungan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Hasil Uji Chi Square Variabel Pekerjaan Terhadap Pengetahuan
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.081
Pearson Chi-Square
27.903a
5
Likelihood Ratio
32.301
5
Linear-by-Linear Association
3.036
1
N of Valid Cases
110
a. 1 cells (8.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
Sumber : Olah data, 2016
3.
Pendapatan dan Pengetahuan Masyarakat
Masyarakat yang pendapatannya Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 memiliki
pengetahuan baik tentang pengelolaan sampah yaitu 86 %, demikian juga yang
pendapatannya diatas Rp. 4.000.000 yaitu 80 %, dan yang pendapatan Rp.
3.000.000 - Rp. 4.000.000 yaitu 65 %. Sedangkan masyarakat yang
pendapatannya dibawah Rp. 1.000.000 memiliki pengetahuan yang buruk tentang
pengelolaan sampah. Tabulasi perilaku masyarakat menurut tingkat pendapatan
pada Tabel 4.20.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 4.20. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendapatan
No.
Pendapatan
1
2
3
4
5
6
< Rp. 500.000
Rp. 500.00 - Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 - 2.000.000
Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000
> Rp. 4.000.000
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
69 %
31 %
69 %
31 %
23 %
77 %
14 %
86 %
35 %
65 %
20 %
80 %
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
18
11
5
3
7
1
45
Baik
8
5
17
18
13
4
65
Pengujian hipotesis menggunakan metode Chi Square dengan α
= 0,1
diperoleh nilai p = 0.000. Dengan demikian bahwa nilai p - value < α sehingga
hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan
dan
pengetahuan
masyarakat
membuang
sampah.
Tingkat
pendapatan
mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Hasil
pengolahan data metode Chi Square seperti pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendapatan Terhadap Pengetahuan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Value
24.117a
25.155
14.154
110
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
5
.000
5
.000
1
.000
a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.05.
Sumber : Olah data, 2016
4.
Umur dan Pengetahuan Masyarakat
Masyarakat yang berumur 15 - 30 tahun memiliki pengetahuan yang baik
tentang pengelolaan sampah yaitu 67 %., demikian juga yang berumur 30 - 45
tahun yaitu 65 % dan yang berumur diatas 45 tahun yaitu 33 %. Namun yang
Universitas Sumatera Utara
67
berumur dibawah 15 tahun sama sekali tidak ada yang berbuat baik. Seperti pada
Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Umur
No.
Umur
1
2
3
4
< 15 thn
15-30 thn
30-45 thn
> 45 thn
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
3
14
16
12
45
Baik
1
28
30
6
65
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan (%)
Buruk
Baik
75 %
25 %
33 %
67 %
35 %
65 %
67 %
33 %
41 %
59 %
Perhitungan metode Chi Square
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah administratif ibukota Kabupaten Nias Barat
yaitu wilayah perkotaan Lahomi. Lokasi penelitian yaitu di Desa Onolimbu yang
merupakan ibukota dari Kabupaten Nias Barat. Ruang lingkup lokasi penelitian
yaitu rumah tangga dan non rumah tangga. Penelitian akan dilaksanakan pada
bulan April sampai dengan bulan Juni 2016.
3.2. Jenis Penelitian
Penelitian deskripsi merupakan jenis penelitian yang berdasarkan tujuannya
adalah menggambarkan (to description) atau menerangkan kondisi berbagai
peristiwa, menyusun teori untuk menjelaskan hubungan antar peristiwa hingga
memiliki seperangkat klasifikasi kemudian mengukur besarnya distribusi sifat sifat diantara anggota kelompok yang selanjutnya akan dikaitkan dengan kaidah
hukum yang relevan (Silalahi, 2012).
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan secara kuantitatif yaitu akan dilakukan pengukuran untuk menghitung
besaran timbulan sampah secara organik dan non organik, kemudian data hasil
kuisioner akan diolah secara statistik untuk mengetahui hubungan antara variabel
demografi terhadap perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Data-data tersebut selanjutnya dianalisa sehingga diperoleh suatu
rekomendasi kebijakan pengelolaan sampah yang tepat di Kabupaten Nias Barat.
32
Universitas Sumatera Utara
33
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006).
Pada penelitian ini, populasi yang akan diteliti adalah kepala keluarga/
rumah tangga yang terdapat di Desa Onolimbu. Populasi terdiri dari rumah tangga
dengan pendapatan tinggi, pendapatan menengah, dan pendapatan rendah.
Selanjutnya sampel dipilih secara purposive sampling pada setiap rumah tangga
menurut tingkat pendapatannya.
1.
Sampel Sampah Rumah Tangga
Lokasi penelitian adalah Desa Onolimbu dengan populasi 1.670 jiwa pada
tahun 2014. Berdasarkan pada klasifikasi SNI 19-3964-1994 tidak termasuk
dalam klasifikasi kota sedang/kecil karena jumlah penduduknya dibawah 3.000
jiwa. Oleh karena itu untuk menghindari ketidakterwakilan populasi, maka
peneliti mengambil jumlah sampel 20 rumah tangga (K) secara purposive.
Tabel 3.1. Jumlah Contoh Jiwa dan Kepala Keluarga (KK)
Klasifikasi
Kota
No.
1.
Metropolitan
2.
Besar
3. Sedang, Kecil, IKK
Sumber : SNI 19-3964-1994
1.000.000 - 2.500.000
Jumlah
Contoh Jiwa
(S)
1.000 - 1.500
Jumlah
KK
(K)
200 – 300
500.000 - 1.000.000
700 - 1.000
140 – 200
3.000 - 500.000
150 - 350
30 – 70
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Selanjutnya sampel 20 rumah tangga dibagi menurut proporsional
persentase sampel rumah tangga yang dibedakan menurut tingkat pendapatan,
yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Sampah Rumah Tangga
No.
1
2
3
Perumahan/
Tingkat Pendapatan
Proporsi jumlah KK rumah
permanen/pendapatan tinggi (S1)
Proporsi jumlah KK rumah semi
permanen/pendapatan sedang (S2)
Proporsi jumlah KK rumah non
permanen/pendapatan rendah (S3)
Pendapatan
Persentase
Jumlah
Sampel
> Rp. 4.000.000
25 %
5
Rp. 1.000.000 Rp. 4.000.000
40 %
8
< Rp. 1.000.000
35 %
7
100%
20
Sumber : Olah data, 2016
2.
Sampel sampah non perumahan/non rumah tangga :
Sumber sampel sampah perumahan/non rumah tangga diperoleh dari 3
sampel toko, 3 sampel kantor, 3 sampel sekolah, 1 sampel pasar, 1 sampel rumah
makan, 1 sampel hotel. Sehingga jumlah sampel sampah non perumahan/non
rumah tangga yaitu 12 sampel.
3.
Kuisioner
Untuk menentukan jumlah responden pengisian kuesioner ditentukan
dengan menggunakan Rumus Slovin (Sevilla, 1993), yaitu:
n=
N
1+Ne 2
n
= Jumlah sampel (responden) yang diperlukan
N
= Jumlah populasi = 1.670 jiwa
e
= Sample error
(3)
= 10 %
Berdasarkan persaman (3) diatas dilakukan perhitungan sehingga diperoleh
jumlah responden
n=
N
1 + Ne2
n = 97 responden
Pada pengumpulan data, peneliti mengumpulkan 110 responden sehingga data
dianggap dapat mewakili populasi.
Universitas Sumatera Utara
35
4.
Wawancara
Metode pengambilan sampel untuk responden wawancara dilakukan secara
purposive yaitu kepada orang-orang yang dianggap memahami lingkungan hidup
dan pengelolan sampah pada instansi terkait. Responden yang telah ditetapkan
yaitu berasal dari instansi :
a.
Bappeda Kabupaten Nias Barat.
b.
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Nias Barat.
c.
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nias Barat.
d.
Pemerintahan desa.
3.4. Peralatan dan Bahan
Penelitian menggunakan peralatan antara lain kamera digital, alat tulis,
perangkat komputer dan printer untuk pengolahan data, serta alam perekam suara
untuk wawancara. Sedangkan peralatan untuk pengukuran timbulan sampah
antara lain plastik ukuran 40 liter dan timbangan.
3.5. Sumber Data
Sumber data penelitian dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa
terjadi. Individu, kelompok fokus, sekelompok responden secara khusus
merupakan sumber data primer. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan
dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber data
sekunder meliputi interpretasi, pembahasan tentang materi original, jurnal ilmiah,
buletin statistik, publikasi pemerintah, hasil survei terdahulu yang dipublikasikan
atau belum dipublikasikan, dan database yang ada pada penelitian terdahulu
(Silalahi, 2012).
Universitas Sumatera Utara
36
Data primer penelitian diperoleh dari kuesioner dan wawancara baik dari
pemerintahan maupun dari masyarakat. Observasi lapangan terhadap pengukuran
volume timbulan sampah juga merupakan data primer yang mendukung dalam
analisis data perumusan kebijakan pengelolaan sampah. Data - data sekunder yang
diperlukan diperoleh dari publikasi pemerintah dan publikasi statistik dan hasil
survei maupun penelitian terdahulu.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan secara :
1.
Studi kepustakaan terhadap data hasil publikasi pemerintah, publikasi
statistik, hasil survei maupun penelitian terdahulu baik, dan jurnal ilmiah
yang mendukung pengelolaan sampah.
2.
Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data dan informasi secara
lisan
melalui
percakapan
yang
berlangsung
secara
sistematis
dan
terorganisasi. Metode wawancara tak terstruktur dilakukan untuk isu
pendahuluan yang selanjutnya dapat memformulasikan satu ide yang baik
untuk variabel yang memerlukan penyelidikan yang mendalam (in depth
investigation) sehingga diperoleh masalah utama penelitian secara rinci dan
mendalam. Teknik wawancara tak terstruktur akan memotivasi responden
untuk menjelaskan alasan atas jawaban sehingga dapat fokus terhadap topik
wawancara (Silalahi, 2012). Pada penelitian ini diharapkan melalui
wawancara yang tak terstruktur akan mampu memberikan informasi yang
sebenarnya tentang sistem pengelolaan sampah yang sedang dilaksanakan dan
kebijakan - kebijakan pemerintah terkait kebersihan dan pengelolaan sampah
di daerah kawasan ibukota.
Universitas Sumatera Utara
37
3.
Kuesioner merupakan satu set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasikan
supaya responden mencatat jawabannya, biasanya secara terbuka alternatif
jawaban ditentukan. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner merupakan
indikator - indikator dari konsep yang telah ditetapkan (Silalahi, 2012).
Materi kuesioner adalah berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap
pengelolaan sampah.
4.
Observasi dilakukan langsung di lokasi penelitian dengan tujuan mengamati
secara faktual fenomena pengelolaan sampah. Informasi yang diperoleh
berkaitan dengan pengelolaan sampah yang dimulai dari tempat dihasilkan
hingga tempat pembuangan serta ketersediaan sarana/prasarana kebersihan.
5.
Pengukuran jumlah timbulan sampah dilakukan dengan tujuan mengetahui
jumlah sampah menurut besarannya dan karakteristiknya. Pengukuran
timbulan sampah perkotaan dilakukan pada sumber sampah yaitu rumah
tangga dan non rumah tangga. Timbulan sampah pada rumah tangga diukur
dari 20 sampel rumah tangga. Pengukuran timbulan sampah dari non rumah
tangga yang dari pasar, rumah makan, hotel, toko, sekolah, dan kantor.
Data - data yang digunakan selama penelitian dibedakan berdasarkan
jenisnya, teknik pengumpulan data, dan sumber datanya. Tabel 3.1 akan
menguraikan data primer menurut teknik pengambilan data dan sumber datanya.
Tabel 3.2 menguraikan data sekunder menurut teknik pengambilan data dan
sumber datanya yang digunakan selama penelitian.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 3.3. Jenis dan Sumber Data Primer
No
Data Primer
1.
Timbulan sampah
2.
Sarana dan prasarana
kebersihan
Kondisi pengelolaan
sampah
Perilaku masyarakat
3.
4.
5.
Penganggaran dana untuk
lingkungan hidup dan
persampahan.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengukuran berat
sampah menurut
komposisinya yang
mudah membusuk
(garbage) dan tidak
membusuk (rubbish)
Observasi
Wawancara dan
kuesioner
Wawancara dan
Kuesioner
Wawancara
Sumber
Data
Rumah tangga dan non
rumah tangga
Rumah tangga dan non
rumah tangga
Pemerintah daerah dan
masyarakat
Masyarakat
Pemerintah daerah
Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data Sekunder
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Teknik
Pengumpulan Data
Peta administrasi wilayah
Studi kepustakaan
Jurnal ilmiah dan laporan Studi kepustakaan
studi
Data kependudukan
Studi kepustakaan
Data Sekunder
RTRW Kab. Nias Barat,
dan RDTR Ibukota Kab.
Nias Barat
Kajian perencanaan
lingkungan dan
pengelolaan sampah
Pedoman pengelolaan
sampah perkotaan
Regulasi terkait
lingkungan hidup dan
pengelolaan sampah.
Sumber
Data
Bappeda Kab. Nias Barat
Perpustakaan USU
Studi kepustakaan
Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kab. Nias
Barat
Bappeda Kab. Nias Barat
Studi kepustakaan
Bappeda Kab. Nias Barat
Studi kepustakaan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Bappeda Kab. Nias Barat,
Kementerian Pekerjaan
Umum
Studi kepustakaan
3.7. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengikuti tahapan penelitian yaitu :
3.7.1. Perhitungan Timbulan Sampah
Perhitungan timbulan sampah pada rumah tangga yaitu :
Universitas Sumatera Utara
39
1.
Membagikan kantong plastik sesuai menurut komposisinya yaitu sampah
yang mudah membusuk (garbage) dan yang tidak membusuk (rubbish).
Sampah yang mudah membusuk (garbage) yaitu sisa makanan, sisa sayuran,
kulit buah sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu kertas,
karton, kain, logam, kaleng, dan kaca.
2.
Menimbang berat sampah yang terkumpul dan mencatat beratnya.
3.
Menghitung rata - rata timbulan sampah setiap keluarga per hari.
Perhitungan berat timbulan sampah pada non rumah tangga pada dasarnya
sama dengan perhitungan timbulan sampah pada rumah tangga yaitu :
1.
Membagikan kantong plastik sesuai menurut komposisinya yaitu sampah
yang mudah membusuk (garbage) dan yang tidak membusuk (rubbish).
Sampah yang mudah membusuk (garbage) yaitu sisa makanan, sisa sayuran,
kulit buah sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu kertas,
karton, kain, logam, kaleng, dan kaca. Sampel sampah diambil di pasar,
rumah makan, hotel, toko, sekolah, dan kantor.
2.
Menimbang berat sampah yang terkumpul dan mencatat beratnya.
3.
Menghitung rata - rata timbulan sampah dari setiap sumber sampah per hari.
4.
Menghitung total timbulan sampah yang dihasilkan dari non rumah tangga.
5.
Menghitung timbulan sampah non rumah tangga per jumlah penduduk.
Timbulan sampah perkotaan merupakan hasil penjumlahan timbulan
sampah dari rumah tangga dan non rumah tangga. Frekuensi pengambilan sampel
sebaiknya dilakukan 8 hari berturut-turut untuk menggambarkan fluktasi harian.
Pada pelaksanaannya telah disederhanakan yaitu dilakukan dalam seminggu
namun sampel diambil setiap 2 atau 3 hari (Damanhuri, 2010).
Universitas Sumatera Utara
40
3.7.2. Pengkategorian Variabel
Pengkategorian variabel menggunakan skala Guttman. Teknik pengskalaan
Guttman digunakan jika ingin mendapatkan jawaban yang tegas yang selanjutnya
akan disusun dalam nilai atau kategori respons dikotomis, yaitu ya dan tidak atau
setuju dan tidak setuju (Silalahi, 2012).
Perilaku dan pengetahuan dibedakan atas baik dan buruk. Responden akan
menjawab setiap opsi jawaban yaitu Ya atau Tidak. Setiap opsi jawaban kuisioner
yang dianggap sebagai perilaku dan pengetahuan yang baik dikategorikan Ya dan
diberi skor 1, sehingga jika responden menjawab Ya maka akan diberi skor 1 dan
setiap jawaban Tidak diberi skor 0. Jawaban kuisioner yang dianggap sebagai
perilaku dan pengetahuan yang buruk dikategorikan Tidak dan diberi skor 1,
sehingga jika responden menjawab Ya diberi skor 0 dan setiap jawaban Tidak
akan diberi skor 1.
3.7.3. Variabel Penelitian
Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena
memiliki nilai atau kategori. Variabel berdasarkan Berdasarkan hubungannya
antara variabel lainnya, maka secara umum variabel dibedakan atas variabel
independen, variabel dependen, variabel antara (intervening variable), dan
variabel kontingensi (contingency variable) (Silalahi, 2012). Variabel independen
merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan pada variabel
lainnya. Variabel independen sering juga disebut sebagai variabel bebas, variabel
stimulus, input atau prediktor. Variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen sering juga disebut variabel terikat, respon, output, kriteria dan
Universitas Sumatera Utara
41
konsekuen. Variabel intervening merupakan variabel yang secara teoritis
mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel
independen dan dependen, namun tidak terukur. Sedangkan variabel kontingensi
adalah variabel yang menentukan kuat dan lemahnya hubungan antara variabel
independen dan dependen (Sugiyono, 2006).
Pengolahan data secara statistik dilakukan terhadap data hasil kuisioner
yaitu dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara demografi
terhadap perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Variabel yang digunakan untuk mengetahui hubungan demografi terhadap
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah :
1.
Demografi sebagai variabel independen (X), yang terdiri dari variabel
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur, dan jenis kelamin.
2.
Perilaku masyarakat sebagai variabel dependen (Y), yang terdiri dari variabel
perilaku dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Hipotesis
penelitian untuk mengetahui hubungan demografi terhadap
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah :
a.
Variabel pendidikan terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendidikan terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara pendidikan terhadap perilaku.
b.
Variabel pendidikan terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendidikan terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara pendidikan terhadap pengetahuan.
c.
Variabel pekerjaan terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pekerjaan terhadap perilaku.
Universitas Sumatera Utara
42
H1 : Terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap perilaku.
d.
Variabel pekerjaan terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pekerjaan terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara pekerjaan terhadap pengetahuan.
e.
Variabel pendapatan terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendapatan terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara pendapatan terhadap perilaku.
f.
Variabel pendapatan terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara pendapatan terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara pendapatan terhadap pengetahuan.
g.
Variabel umur terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara umur terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara umur terhadap perilaku.
h.
Variabel umur terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara umur terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara umur terhadap pengetahuan.
i.
Variabel jenis kelamin terhadap perilaku masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku.
H1 : Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku.
j.
Variabel jenis kelamin terhadap pengetahuan masyarakat.
H0 : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin terhadap pengetahuan.
H1 : Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap pengetahuan.
Skor dari setiap opsi jawaban responden tersebut dijumlahkan sehingga
menghasilkan total skor untuk setiap responden, dan total skor inilah yang
Universitas Sumatera Utara
43
kemudian ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala Guttman. Hasil ukur
berupa total skor agar dapat diinterpretasi dan mempunyai makna, maka perlu
dilakukan pengkategorian skor untuk keperluan analisis deskriptif dan
memudahkan untuk menginterpretasikan. Dalam penelitian ini pengkategorian
menggunakan nilai median dari instrumen (teoritis), yang mana batasan skor (cut
of point) variabel perilaku dan pengetahuan adalah nilai median dari skala
Guttman tersebut. Adapun rincian dari hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat
pada Tabel 3.5. berikut :
Tabel 3.5. Pengkategorian Variabel
Variabel
Perilaku
Pengetahuan
Baik
Batasan Total
Skor
≥ 11
Buruk
< 11
Kategori
Baik
≥4
Buruk
������
; db = (r - 1) (k - 1) atau p - value < α , dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Lokasi Penelitian
Kabupaten Nias Barat merupakan daerah otonom baru yang terbentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Barat di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias Barat adalah
salah satu daerah Kepulauan Nias yang secara geografis terletak pada 0012-0032’
Lintang Utara dan 970-980 Bujur Timur dengan luas wilayah yaitu 544,09 km2.
Secara administratif Kabupaten Nias Barat terdiri dari 8 kecamatan dan 105 desa
dengan ibukota terletak di Kecamatan Lahomi. Kabupaten Nias Barat terdapat 11
pulau kecil yang terdiri dari 5 pulau yang didiami dan 6 pulau tanpa penghuni.
Secara umum kondisi topografis Kabupaten Nias Barat adalah berbukitbukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan ketinggian dari permukaan air
laut bervariasi antara 0-800 m. Terdapat juga dataran rendah sampai tanah
bergelombang sampai berbukit-bukit 35 % dan dari berbukit-bukit sampai
pegunungan 16 % dari keseluruhan luas daratan. Kondisi topografi yang demikian
menyebabkan konstruksi jalan yang berbelok-belok dan kota-kota utama terletak
pada daerah perbukitan. Peta Kabupaten Nias Barat terdapat pada Gambar 4.1.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Nias Barat Nomor 12 Tahun
2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nias Barat Tahun 20142034 bahwa Kecamatan Lahomi termasuk dalam rencana struktur ruang wilayah
yaitu sistem perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Wilayah perkotaan
Lahomi mencakup 3 desa yaitu Desa Onolimbu dan Desa Sisobambowo yang
45
Universitas Sumatera Utara
46
pada proses nya dalam tahap konsultasi publik untuk kemudian dapat ditetapkan
menjadi peraturan daerah. Desa Onolimbu dimana Ibukota Kabupaten Nias Barat
berada merupakan pusat pemerintahan. Kantor instansi pemerintahan seperti
Kantor Bupati dan beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terletak pada
suatu kawasan terpadu. Wilayah administratif Kabupaten Nias Barat dan lokasi
penelitian lebih jelasnya pada Gambr. 4.1 dan Gambar 4.2.
4.2. Demografis
Wilayah administratif Kecamatan Lahomi terbagi 11 desa yang mempunyai
luas sekitar 88,39 km2. Lokasi penelitian berada pada wilayah administratif
Kecamatan Lahomi yaitu di Desa Onolimbu. Luas wilayah Desa Onolimbu yaitu
9,33 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak 1.670 jiwa
berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nias
Barat.
Jumlah penduduk Kabupaten Nias Barat pada tahun 2014 adalah 90.459
jiwa dimana 10,50 % nya adalah penduduk Kecamatan Lahomi (9.500 jiwa).
Sedangkan Desa Onolimbu sebagai lokasi penelitian merupakan desa dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 17,58 % (1.670 jiwa), terdiri dari 771 jiwa lakilaki dan 899 jiwa perempuan.
Penduduk di wilayah perkotaan Lahomi khususnya di Desa Onolimbu telah
menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi yaitu 224 orang, telah menyelesaikan
pendidikan menengah yaitu 467 orang, dan yang telah menyelesaikan pendidikan
dasar yaitu 247 orang. Disamping itu masih terdapat yang belum menyelesaikan
pendidikan dasar yaitu 327 orang dan yang belum bersekolah yaitu 405 orang.
Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Onolimbu diuraikan pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
di Desa Onolimbu Tahun 2014
Tingkat
Pendidikan
1. Tidak/Belum Sekolah
2. Belum Tamat SD/Sederajat
3. Tamat SD/Sederajat
4. SLTP/Sederajat
5. SLTA/Sederajat
6. Akademi/Diploma III/Sarjana Muda
7. Diploma I/II
8. Diploma IV/Strata I
Jumlah
Sumber : Disdukcapil, 2015
No.
Jumlah Penduduk
(orang)
405
327
247
185
282
63
35
126
1.670
Tingkat pendapatan penduduk didominasi oleh yang pendapatan dibawah
Rp. 500.000 yaitu 395 orang dan yang pendapatan diatas Rp. 4.000.000 lebih
sedikit yaitu 76 orang. Pendapatan masyarakat di Desa Onolimbu diuraikan pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Pendapatan
di Desa Onolimbu Tahun 2014
Tingkat
Pendapatan
1. Dibawah Rp. 500.000
2. Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000
3. Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000
4. Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000
5. Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000
6. Diatas Rp. 4.000.000
Jumlah
Sumber : Disdukcapil, 2015
No
Jumlah Penduduk
(orang)
395
243
334
319
304
76
1.670
Masyarakat di Desa Onolimbu lebih banyak bekerja sebagai petani/pekebun yaitu
500 orang, sedangkan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 151 orang, bekerja
sebagai pegawai negeri sipil yaitu 60 orang dan sebagai karyawan yaitu 20 orang.
Penduduk yang berstatus sebagai pelajar/mahasiswa adalah sebanyak 459 orang.
Disamping itu masih terdapat penduduk yang tidak bekerja yaitu 459 orang. Desa
Universitas Sumatera Utara
48
Onolimbu sebagai ibukota Kabupaten Nias Barat merupakan pusat pemerintahan
sehingga banyak pegawai yang datang dari luar Kabupaten Nias Barat. Jumlah penduduk
Desa Onolimbu menurut pekerjaan diuraikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
di Desa Onolimbu Tahun 2014
Jenis
Pekerjaan
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS)
2 Petani/pekebun
3 Pelajar/mahasiswa
4 Belum/tidak Bekerja
5 Wiraswasta
6 Karyawan
7 Pensiunan
8 Pendeta
10 Tukang kayu
11 Buruh tani/perkebunan
12 Tukang jahit
13 Biarawan/biarawati
14 Perdagangan
15 Bidan
17 Jumlah
Sumber : Disdukcapil, 2015
No.
Jumlah Penduduk
(orang)
60
500
455
459
151
20
5
6
2
2
2
2
4
2
1670
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Nias Barat (Bappeda Nias Barat, 2016)
49
Universitas Sumatera Utara
50
Gambar 4.2. Peta Wilayah Penelitian (Bappeda Nias Barat, 2016)
4.3. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah
Sistem pengelolaan sampah yang sedang dilakukan di Kabupaten Nias Barat
masih menerapkan konsep tradisional. Sampah non organik maupun organik
Universitas Sumatera Utara
51
dibuang pada tempat yang sama yaitu pada tempat-tempat yang belum
termanfaatkan yang selanjutnya akan dibakar. Pada beberapa tempat tertentu,
sampah-sampah organik maupun non organik dibiarkan dan tidak dibakar
sehingga tumpukan sampah mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Sampahsampah non organik yang berasal dari rumah tangga biasanya dikumpulkan pada
suatu tempat dibelakang rumah, sedangkan sampah organik yang berasal dari sisa
makanan dan sayuran digunakan kembali sebagai makanan ternak. Demikian juga
halnya sampah yang berasal dari toko-toko maupun kantor pemerintahan lebih
didominasi jenis non organik sehingga penanganannya langsung dibakar.
Gambar 4.3. Timbulan Sampah pada Kantor Pemerintahan (2016)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Desa
Onolimbu mengatakan bahwa penanganan sampah dilakukan oleh masing masing rumah tangga maupun kantor. Sampah non organik biasanya akan
langsung dibakar sehingga mengakibatkan kesehatan dan keyamanan masyarakat
terganggu. Program pemerintah daerah untuk membangun tempat pembuangan
akhir sampah terkendala oleh masyarakat yang tidak bersedia menghibahkan
tanahnya.
Universitas Sumatera Utara
52
Kabupaten Nias Barat masih belum mempunyai sistem pengelolaan sampah
yang berwawasan lingkungan. Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan
sampah tidak tersedia seperti truk pengangkut sampah bahkan tempat
penampungan sampah sementara hingga tempat pembuangan akhir sampah tidak
tersedia. Pemerintah Kabupaten Nias Barat melalui Kantor Lingkungan Hidup
telah melaksanakan program pemberian tong sampah yang ditujukan untuk
kantor-kantor pemerintahan dan beberapa rumah tangga. Program tersebut
merupakan langkah positif bagi pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang
bersih. Pada pelaksanaannya tidak efektif karena secara tidak langsung
menumpuk sampah pada tong sampah tersebut karena tidak adanya lokasi tempat
pembuangan sampah sementara dan petugas yang akan mengangkatnya sehingga
sampah menumpuk pada tong sampah tersebut.
Gambar 4.4. Penggunaan Tong Sampah (2016)
Payung hukum tentang pelaksanaan pengelolaan sampah di daerah baik
dalam bentuk peraturan daerah maupun peraturan kepala daerah tidak tersedia.
Pemerintah daerah belum melaksanakan amanat pada Undang-Undang Nomor 18
Universitas Sumatera Utara
53
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah untuk merumuskan peraturan daerah
sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Sekretaris Bappeda Kabupaten
Nias Barat bahwa pedoman tentang arahan pelaksanaan pengelolaan sampah di
daerah secara umum telah dirumuskan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Nias Barat yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten
Nias Barat Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Nias Barat Tahun 2014 - 2034. Selanjutnya, penerapan pengelolaan
sampah terkendala oleh anggaran yang terbatas serta kurangnya sumber daya
manusia. Usulan anggaran pengadaan tong sampah maupun angkutan sampah
untuk tahun berikutnya terkendala pada tidak tersedianya tempat penampungan
sampah sementara dan tempat pembuangan akhir sampah. Oleh karena itu
pemerintah daerah perlu melakukan kajian terlebih dahulu untuk kelayakan lokasi
pembangunan TPS/TPA.
4.4. Timbulan Sampah Kawasan Perkotaan
Pengukuran berat sampah dilakukan pada rumah tangga/perumahan dan non
rumah tangga/non perumahaan. Pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan pengumpulan dan pemilahan jenis sampah organik dan non organik
yang selanjutnya akan ditimbang beratnya sehingga diperoleh berat rata - rata
timbulan sampah.
1.
Timbulan Sampah Rumah Tangga
Sumber penghasil sampah perumahan/rumah tangga dibagi menurut tingkat
pendapatan yaitu pendapatan tinggi, sedang, dan pendapatan rendah. Rumah
permanen dengan jumlah pendapatan tinggi yaitu lebih dari Rp. 4.000.000, rumah
Universitas Sumatera Utara
54
semi permanen dengan pendapatan sedang yaitu Rp. 1.000.000 - Rp. 4.000.000,
sedangkan rumah non permanen dengan pendapatan rendah yaitu kurang dari Rp.
1.000.000. Perhitungan timbulan sampah rumah tangga selengkapnya pada Tabel
4.4 dan Lampiran 3.
Tabel 4.4. Timbulan Sampah Rumah Tangga Perkapita
No
1.
Sumber
Sampah
Rumah tangga pendapatan tinggi
(> Rp. 4.000.000)
2. Rumah tangga pendapatan sedang
(Rp. 1.000.000 - Rp. 4.000.000)
3. Rumah tangga pendapatan rendah
(< Rp. 1.000.000)
Rata-rata timbulan sampah rumah
tangga
Jumlah timbulan sampah rumah
tangga
Sumber : Olah data, 2016
Rata-Rata Timbulan
Sampah (kg/o/hari)
Sampah
Sampah
Mudah
Tidak
Membusuk Membusuk
(garbage)
(rubbish)
Persentase Rata-Rata
Timbulan Sampah
Sampah
Sampah
Mudah
Tidak
Membusuk Membusuk
(garbage)
(rubbish)
0,34
0,21
61 %
39 %
0,24
0,17
58%
42 %
0,20
0,15
57 %
43 %
0,25
0,18
59 %
41 %
0,42
Jumlah sampel pada rumah tangga pendapatan tinggi adalah 5 rumah yang
dipilh secara acak dan dilakukan 2 kali. Rata - rata timbulan sampah yang mudah
membusuk (garbage) hasil pengukuran adalah 0,34 kg/orang/hari (61 %) dan
sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 0,21 kg/orang/hari (39 %). Pada
rumah tangga pendapatan sedang, sampel yang terkumpul yaitu 8 rumah dengan
komposisi jenis sampah yang mudah membusuk (garbage) rata-rata yaitu 0,24
kg/orang/hari (58 %) sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu
0,17 kg/orang/hari (42 %). Jumlah sampel sampah untuk rumah tangga
pendapatan rendah yaitu 7 rumah. Komposisi jenis sampah yang mudah
membusuk (garbage) rata-rata yaitu 0,20 kg/orang/hari (57 %) sedangkan sampah
yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 0,15 kg/orang/hari (43 %).
Universitas Sumatera Utara
55
Jumlah timbulan sampah perkapita yang bersumber dari rumah tangga
merupakan jumlah dari timbulan sampah yang mudah membusuk (garbage) dan
sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 0, 42 kg/orang/hari.
2.
Timbulan Sampah Non Rumah Tangga
Sumber sampah non rumah tangga diperoleh dari pasar, rumah makan,
hotel, toko, sekolah, dan kantor. Pengukuran sampah menurut komposisi organik
dan non organik dilakukan 2 kali sehingga diperoleh rata - rata timbulan sampah
yang dihasilkan. Hasil pengukuran timbulan sampah organik dan non organik
seperti pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Timbulan Sampah Non Rumah Tangga Perkapita
Sumber
Sampah
No
Rata-Rata Timbulan
Persentase Rata-Rata
Sampah (kg/hari)
Timbulan Sampah (%)
Sampah
Sampah
Sampah
Sampah
Mudah
Tidak
Mudah
Tidak
Membusuk Membusuk Membusuk Membusuk
(garbage) (rubbish)
(garbage) (rubbish)
16,25
9,20
64 %
36 %
1
Pasar
2
Rumah makan
131,40
49,95
72 %
28 %
3
Hotel
3,00
3,95
43 %
57 %
4
Toko
0,00
6,60
0%
100 %
5
Sekolah
9,95
8,25
55 %
45 %
0,00
13,55
0%
100 %
160,60
91,50
64 %
36 %
6
Kantor
Jumlah rata-rata timbulan sampah non
rumah tangga (kg/hari)
Jumlah timbulan sampah non rumah tangga
(kg/hari)
Jumlah timbulan sampah non rumah
tangga perkapita (kg/orang/hari)
Sumber : Olah data, 2016
252,10
0,15
Pengambilan sampel dilakukan pada 1 unit pasar yang beroperasi 1 kali
dalam seminggu. Sampah pasar didominasi oleh jenis sampah yang mudah
membusuk (garbage) yaitu 16,25 kg/hari (64 %) yang terdiri sisa makanan
maupun sayuran. Sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 9,20
kg/hari (36 %) yang lebih banyak adalah plastik kemasan.
Universitas Sumatera Utara
56
Pengukuran berat sampah yang berasal dari rumah makan dilakukan pada 1
unit rumah makan. Sampah yang berasal dari rumah makan lebih banyak
merupakan sampah yang mudah membusuk (garbage) yaitu 14,6 kg/hari dan
sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 5,6 kg/hari. Wilayah perkotaan
Lahomi terdapat 9 unit rumah makan, sehingga total sampah yang mudah
membusuk (garbage) yang dihasilkan dari rumah makan adalah 131,4 kg/hari (72
%) dan total sampah yang tidak membusuk (rubbish) adalah 49,95 kg/hari (28 %).
Timbulan sampah yang berasal dari hotel bergantung pada intensitas orang
yang menginap. Hotel yang terdapat di wilayah perkotaan Lahomi berjumlah 1
unit yang terletak di Desa Onolimbu. Hotel akan ramai dikunjungi jika ada tamu
yang berkunjung dan menginap di hotel tersebut. Rata - rata sampah yang mudah
membusuk adalah 3 kg/hari (43 %) dan sampah yang tidak membusuk yaitu 4
kg/hari (57 %). Perlakuan pengelola hotel terhadap sampah yang mudah
membusuk dan tidak membusuk adalah langsung membuangnya ke jurang.
Timbulan sampah yang berasal dari toko diukur dari 3 unit toko. Sampah
yang lebih banyak adalah sampah yang tidak membusuk (rubbish) yaitu 6,60
kg/hari yaitu jenis kertas dan plastik kemasan pembungkus. Timbulan sampah
dari kantor juga merupakan sampah yang tidak membusuk sebanyak 13,55 kg/hari
yang lebih banyak adalah jenis sampah kertas.
Pengukuran sampah yang berasal sekolah diambil dari 3 unit sekolah. Rata rata timbulan sampah yang mudah membusuk perharinya adalah 9,95 kg/hari (55
%) yang terdiri daun - daunan, material bahan kayu, maupun kayu ranting pohon,
terdapat juga sisa makanan. Sedangkan sampah yang tidak membusuk (rubbish)
perharinya rata - rata sebanyak 8,25 kg/hari (45 %), yang terdiri dari kertas,
Universitas Sumatera Utara
57
kardus, bahan plastik dan kain. Jika jumlah penduduk adalah 1.670 orang, maka
timbulan sampah yang berasal dari non rumah tangga adalah sebanyak 0,15
kg/orang/hari. Rincian berat sampah yang berasal dari non rumah tangga
selengkapnya pada Lampiran 4.
Jumlah timbulan sampah hasil penelitian yang berasal dari rumah tangga
adalah 0,42 kg/orang/hari dan timbulan sampah yang berasal dari non rumah
tangga adalah 0,15 kg/orang/hari, maka timbulan sampah wilayah perkotaan
Lahomi di Desa Onolimbu adalah 0,58 kg/orang/hari. Secara keseluruhan
komposisi sampah perkotaan Lahomi terdiri dari 64 % sampah yang mudah
membusuk (garbage) dan 36 % sampah yang tidak membusuk (rubbish).
Wilayah perkotaan Lahomi terdiri dari 3 Desa yaitu Desa Onolimbu yang
merupakan lokasi penelitian dengan jumlah penduduk 1.670 orang, Desa
Sisobambowo yang jumlah penduduk nya 283 orang, dan Desa Simaeasi 1.617
orang, sehingga total jumlah penduduk wilayah perkotaan Lahomi adalah 3.570
jiwa. Jika penduduk Kota Lahomi adalah 3.570 jiwa maka timbulan sampah di
wilayah perkotaan Lahomi adalah 3.570 jiwa x 0,58 kg/orang/hari sehingga
timbulan sampah perkapita adalah 2.056,06 kg/hari atau 2,1 ton/hari.
4.5.
Hubungan Demografi dan Perilaku Masyarakat
Jumlah sampel untuk mengetahui hubungan antara komponen demografi
terhadap perilaku dan pengetahuan masyarakat adalah 110 responden. Komponen
demografi dibagi atas variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur, dan jenis
kelamin. Seluruh komponen demografi tersebut akan dihitung untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan terhadap perilaku masyarakat dalam membuang sampah
dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Universitas Sumatera Utara
58
1.
Pendidikan dan Perilaku Masyarakat
Responden yang dengan latar pendidikan dibagi atas perguruan tinggi,
SMA, SMP, SD, dan yang belum bersekolah. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui bahwa responden yang berpendidikan perguruan tinggi lebih berperilaku
baik dalam membuang sampah, demikian juga yang berpendidikan SMA.
Sedangkan yang berpendidikan SMP, SD, dan yang belum bersekolah adalah
yang berperilaku buruk. Jumlah perilaku responden menurut pendidikan pada
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendidikan
No.
Pendidikan
1
2
3
4
5
Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
Belum Sekolah
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berperilaku
Buruk
12
13
17
7
1
50
Baik
33
22
5
0
0
60
Persentase
Jumlah Responden
Berperilaku
Buruk
Baik
27 %
73 %
37 %
63 %
77 %
23 %
100 %
0%
100 %
0%
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan aplikasi
SPSS 16.0. Pembuktian hipotesis menggunakan metode statistik Chi Square (χ 2)
untuk menetapkan signifikansi perbedaan-perbedaan antara dua kelompok
independen dengan nilai α = 0,1. Pada perhitungan diperoleh nilai signifikasi p =
0,000 dan lebih kecil dari nilai α . Berdasarkan p - value < α maka Ho ditolak dan
H1 diterima, bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap perilaku
masyarakat membuang sampah. Berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
maka perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah akan semakin baik. Hasil
data statistik pada Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 4.7. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendidikan Terhadap Perilaku
Value
Chi-Square Tests
25.965a
29.628
23.571
110
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Df
4
4
1
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .45.
Sumber : Olah data, 2016
2.
Pekerjaan dan Perilaku Masyarakat
Responden dengan jenis pekerjaan wiraswasta memiliki perilaku yang baik
dalam pengelolaan sampah yaitu 71 %, demikian juga dengan responden yang
bekerja sebagai pegawai (70 %) dan PNS (68 %). Sedangkan yang bekerja sebagai
petani berperilaku buruk (91 %), sebagai pedagang (60 %) dan yang belum
bekerja atau masih SMA dan SMP (58 %) juga berperilaku buruk dalam
pengelolaan sampah. Jumlah responden yang berperilaku menurut pekerjaannya
seperti pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pekerjaan
No.
1
2
3
4
5
6
Pekerjaan
PNS
Pegawai
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Lainnya
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berperilaku
Buruk
Baik
9
19
6
14
10
1
9
6
5
12
11
8
50
60
Persentase Jumlah
Responden
Buruk
Baik
32 %
68 %
30 %
70 %
91 %
9%
60 %
40 %
29 %
71 %
58 %
42 %
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan metode Chi Square diperoleh
bahwa p = 0,004 dan lebih kecil dari α = 0,1. Oleh karena itu H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Berarti bahwa semakin tinggi
Universitas Sumatera Utara
60
tingkat pekerjaan maka akan berperilaku baik dalam pengelolaan sampah. Hasil
tabulasi perhitungan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hasil Uji Chi Square Variabel Pekerjaan Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.004
.002
.140
Pearson Chi-Square
17.325a
5
Likelihood Ratio
18.629
5
Linear-by-Linear Association
2.182
1
N of Valid Cases
110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
Sumber : Olah data, 2016
3.
Pendapatan dan Perilaku Masyarakat
Responden yang pendapatannya diatas Rp. 4.000.000 berperilaku baik
dalam pengelolaan sampah yaitu sebanyak 80 %, demikian juga yang
berpendapatan Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000 yaitu 75 %, dan yang pendapatan
Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 yaitu 71 %. Sedangkan yang pendapatannya Rp.
500.000 - Rp. 1.000.000 (75 %) berperilaku buruk. Tabel perilaku masyarakat
menurut tingkat pendapatan terdapat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendapatan
No.
1
2
3
4
5
6
Pendapatan
< Rp. 500.000
Rp. 500.00 - Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 - 2.000.000
Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000
> Rp. 4.000.000
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
18
12
8
6
5
1
50
Baik
8
4
14
15
15
4
60
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan (%)
Buruk
Baik
69%
31%
75%
25%
36%
64%
29%
71%
25%
75%
20%
80%
Pengujian hipotesis menggunakan metode Chi Square dengan α
= 0,1
diperoleh nilai p = 0.002. Dengan demikian bahwa nilai p - value < α sehingga
hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
61
dan perilaku masyarakat membuang sampah. Berarti bahwa tingkat pendapatan
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah. Masyarakat yang
mempunyai penghasilan tinggi akan berperilaku baik terhadap pengelolaan
sampah. Hasil pengolahan data statistik pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendapatan Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.002
.001
.000
Pearson Chi-Square
19.391a
5
Likelihood Ratio
20.025
5
Linear-by-Linear Association
16.039
1
N of Valid Cases
110
a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.27.
Sumber : Olah data, 2016
4.
Umur dan Perilaku Masyarakat
Responden yang berperilaku baik adalah yang berumur 15 - 30 tahun yaitu
62 %, berumur 30 - 45 tahun yaitu 52 %. Selanjutnya, responden yang berumur
dibawah 15 tahun adalah berperilaku buruk. Sedangkan responden yang berumur
diatas 45 tahun ada yang berperilaku baik dan juga berperilaku buruk yaitu 50 %.
Masyarakat yang berumur dibawah 15 tahun berperilaku buruk, responden ratarata merupakan yang berpendidikan SMP. Selengkapnya pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Umur
No.
1
2
3
4
Umur
< 15 thn
15-30 thn
30-45 thn
> 45 thn
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Perilaku
Buruk
Baik
3
1
16
26
22
24
9
9
50
60
Persentase
Jumlah Responden
Buruk
Baik
75 %
25 %
38 %
62 %
48 %
52 %
50 %
50 %
Perhitungan metode Chi Square diperoleh bahwa p = 0,461. Dengan
demikian nilai p lebih besar dari nilai α , sehingga hipotesis H0 diterima dan H1
Universitas Sumatera Utara
62
ditolak. Hipotesis H0 yaitu bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dan
perilaku masyarakat mengelola sampah, yang berarti bahwa peningkatan umur
tidak akan menambah jumlah yang berperilaku baik. Hasil perhitungan Chi
Square terdapat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hasil Uji Chi Square Variabel Umur Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.461
.453
.705
Pearson Chi-Square
2.580a
3
Likelihood Ratio
2.627
3
Linear-by-Linear Association
.143
1
N of Valid Cases
110
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.82.
Sumber : Olah data, 2016
5.
Jenis Kelamin dan Perilaku Masyarakat
Responden laki-laki yang berperilaku baik sebanyak 58 % dibandingkan
perempuan 51 %. Selengkapnya terdapat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Jenis Kelamin
No.
1
2
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Perilaku
Buruk
Baik
25
34
25
26
50
60
Persentase
Jumlah Responden
Buruk
Baik
42%
58%
49%
51%
Pembuktian hipotesis dengan metode Chi Square diperoleh bahwa nilai
signifikasi p = 0,485. Nilai tersebut adalah lebih besar dari nilai α = 0,1. Oleh
karena itu hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dan perilaku. Perilaku baik maupun buruk dalam
membuang sampah dapat dilakukan oleh laki - laki dan perempuan. Perhitungan
statistik pada Tabel 4.15.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 4.15. Hasil Uji Chi Square Variabel Jenis Kelamin Terhadap Perilaku
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
1
.485
1
.613
1
.485
.566
.306
1
.487
Pearson Chi-Square
.487a
Continuity Correctionb
.256
Likelihood Ratio
.488
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
.483
b
N of Valid Cases
110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.18.
b. Computed only for a 2x2 table
Sumber : Olah data, 2016
4.6.
1.
Hubungan Demografi dan Pengetahuan Masyarakat
Pendidikan dan Pengetahuan Masyarakat
Responden dengan latar belakang perguruan tinggi mempunyai pengetahuan
yang baik tentang pengelolaan sampah yaitu 82 %. Responden dengan latar
belakang pendidikan SD dan yang belum bersekolah memiliki pengetahuan yang
buruk tentang pengelolaan sampah yaitu 100 % Jumlah responden yang memiliki
pengetahuan yang baik menurut latar belakang pendidikan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendidikan
No.
1
2
3
4
5
Pendidikan
Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
Belum Sekolah
Jumlah
Sum ber : Olah data, 2016
Jumlah
Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
8
37
13
22
16
6
7
0
1
0
45
65
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan (%)
Buruk
Baik
18 %
82 %
37 %
63 %
73 %
27 %
100 %
0%
100 %
0%
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan aplikasi
SPSS 16.0. Pembuktian hipotesis menggunakan metode statistik Chi Square (χ 2)
untuk menetapkan signifikansi perbedaan-perbedaan antara dua kelompok
Universitas Sumatera Utara
64
independen dengan nilai α = 0,1. Pada perhitungan diperoleh nilai signifikasi p =
0,000 dan lebih kecil dari nilai α . Berdasarkan p - value < α maka Ho ditolak dan
H1 diterima, bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan terhadap
pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Hubungan tersebut berarti bahwa tingkat pendidikan yang semakin tinggi
akan menambah wawasan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah
yang baik. Hasil data statistik pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendidikan Terhadap Pengetahuan
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000
Pearson Chi-Square
30.935a
4
Likelihood Ratio
34.753
4
Linear-by-Linear Association
29.803
1
N of Valid Cases
110
a. 4 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .41.
Sumber : Olah data, 2016
2.
Pekerjaan dan Pengetahuan Masyarakat
Responden dengan latar belakang pegawai memiliki pengetahuan yang baik
tentang pengelolaan sampah yaitu 80 %, demikian juga dengan yang bekerja
sebagai wiraswasta yaitu 76 % dan sebagai PNS yaitu 75 %. Sedangkan yang
bekerja sebagai petani, tidak memiliki pengetahuan yang baik. Responden yang
berperilaku baik menurut pekerjaan seperti pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pekerjaan
No.
1
2
3
4
5
Pekerjaan
PNS
Pegawai
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
7
4
11
9
4
Baik
21
16
0
6
13
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
25 %
75 %
20 %
80 %
100 %
0%
60 %
40 %
24 %
76 %
Universitas Sumatera Utara
65
No.
Pekerjaan
6
Lainnya
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
53 %
47 %
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
10
45
Baik
9
65
Pengujian hipotesis dengan metode Chi Square diketahui bahwa p = 0,000 dan
α = 0,1. Dengan demikian p - value < α sehingga hipotesis H0 ditolak dan H1
diterima. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan antara
pekerjaan terhadap pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Jenis
pekerjaan yang semakin baik akan memberikan pengetahuan yang baik tentang
pengelolaan sampah. Tabulasi perhitungan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Hasil Uji Chi Square Variabel Pekerjaan Terhadap Pengetahuan
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.081
Pearson Chi-Square
27.903a
5
Likelihood Ratio
32.301
5
Linear-by-Linear Association
3.036
1
N of Valid Cases
110
a. 1 cells (8.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
Sumber : Olah data, 2016
3.
Pendapatan dan Pengetahuan Masyarakat
Masyarakat yang pendapatannya Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000 memiliki
pengetahuan baik tentang pengelolaan sampah yaitu 86 %, demikian juga yang
pendapatannya diatas Rp. 4.000.000 yaitu 80 %, dan yang pendapatan Rp.
3.000.000 - Rp. 4.000.000 yaitu 65 %. Sedangkan masyarakat yang
pendapatannya dibawah Rp. 1.000.000 memiliki pengetahuan yang buruk tentang
pengelolaan sampah. Tabulasi perilaku masyarakat menurut tingkat pendapatan
pada Tabel 4.20.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 4.20. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Pendapatan
No.
Pendapatan
1
2
3
4
5
6
< Rp. 500.000
Rp. 500.00 - Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 - 2.000.000
Rp. 2.000.000 - Rp. 3.000.000
Rp. 3.000.000 - Rp. 4.000.000
> Rp. 4.000.000
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
Baik
69 %
31 %
69 %
31 %
23 %
77 %
14 %
86 %
35 %
65 %
20 %
80 %
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
18
11
5
3
7
1
45
Baik
8
5
17
18
13
4
65
Pengujian hipotesis menggunakan metode Chi Square dengan α
= 0,1
diperoleh nilai p = 0.000. Dengan demikian bahwa nilai p - value < α sehingga
hipotesis H0 ditolak dan hipotesis H1 bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan
dan
pengetahuan
masyarakat
membuang
sampah.
Tingkat
pendapatan
mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Hasil
pengolahan data metode Chi Square seperti pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21. Hasil Uji Chi Square Variabel Pendapatan Terhadap Pengetahuan
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Value
24.117a
25.155
14.154
110
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
5
.000
5
.000
1
.000
a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.05.
Sumber : Olah data, 2016
4.
Umur dan Pengetahuan Masyarakat
Masyarakat yang berumur 15 - 30 tahun memiliki pengetahuan yang baik
tentang pengelolaan sampah yaitu 67 %., demikian juga yang berumur 30 - 45
tahun yaitu 65 % dan yang berumur diatas 45 tahun yaitu 33 %. Namun yang
Universitas Sumatera Utara
67
berumur dibawah 15 tahun sama sekali tidak ada yang berbuat baik. Seperti pada
Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Pengetahuan Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Umur
No.
Umur
1
2
3
4
< 15 thn
15-30 thn
30-45 thn
> 45 thn
Jumlah
Sumber : Olah data, 2016
Jumlah Responden
Berpengetahuan
Buruk
3
14
16
12
45
Baik
1
28
30
6
65
Persentase
Jumlah Responden
Berpengetahuan (%)
Buruk
Baik
75 %
25 %
33 %
67 %
35 %
65 %
67 %
33 %
41 %
59 %
Perhitungan metode Chi Square