Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Hayati Cair di Pre Nursery
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35
tahun terakhir ini, sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani pekebun serta
transmigran Indonesia (Lubis, 2008).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan luas lahan perkebunan
kelapa sawit di Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan selama tiga
tahun terakhir. Pada tahun 2013 luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai
1.340.348 Ha , sedangkan pada tahun 2014 luas lahan perkebunan kelapa sawit
mencapai 1.392.532 Ha dan pada tahun 2015 luas lahan perkebunan kelapa sawit
mengalami peningkatan yaitu pada total luas lahan 1.444.687 Ha (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2014).
Karena semakin bertambahnya luas perkebunan kelapa sawit, maka
permintaan akan bibit kelapa sawit semakin tinggi. Bibit kelapa sawit
memerlukan air dan media tanam yang baik untuk mendukung pertumbuhan bibit
kelapa sawit. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang dapat menghasilkan bibit
kelapa sawit yang berkualitas. Salah satu nya adalah penggunaan media tanam
dengan memanfaatkan limbah dari industry kelapa sawit.
Limbah dari pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber bahan
organik
setelah mengalami dekomposisi. Limbah padat pabrik kelapa sawit
dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan
yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari
proses pengolahan berupa Tandan Kompos Kelapa Sawit, Cangkang atau
Universitas Sumatera Utara
2
tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur dan bungkil. Kompos Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit.
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dari hasil penelitian mempunyai
beberapa keuntungan antara lain: kualitas tidak bervariasi, bobot lebih ringan,
tidak mengandung inokulum penyakit dan lebih bersih
(Wahyono et al. 2003).
Limbah perkebunan tersebut berpotensi sebagai pembenah tanah yang
dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Perbaikan kesuburan tanah
ini akan memberikan kontribusi positif untuk pertumbuhan dan perkembangan
kelapa sawit. Limbah pabrik kelapa sawit juga mengandung sejumlah hara
terutama Nitrogen(N), kandungan kimia yang didominasi oleh glucan, dan limbah
dari pabrik kelapa sawit ini, memiliki sifat yang tidak mudah tercuci sehingga
baik digunakan sebagai media tanam.
Untuk menunjang pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berkualitas, juga
diperlukan pemupukan, salah satunya karena bibit kelapa sawit memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan cukup banyak pupuk. Dalam
pengaplikasian pupuk pada bibit kelapa sawit, ternyata memiliki hambatan yang
dihadapi, Selain jumlah pupuk majemuk yang diperlukan banyak juga sulit diperoleh
dan mahal.
Penggunaan pupuk anorganik yang relatif tinggi dapat merusak
lingkungan dan juga mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah
yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Lapisan tanah
yang saat ini ada sudah parah kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian pupuk
kimia yang terus menerus dan berlangsung lama, sehingga mengakibatkan:
Universitas Sumatera Utara
3
Kondisi tanah menjadi keras, tanah semakin lapar dan haus pupuk, banyak residu
pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah, mikroorganisme tanah
semakin menipis, banyak mikroorganisme yang merugikan berkembang biak
dengan baik, tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro, tidak
semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.
Pemupukan yang sesuai dengan unsur hara tanah dapat meningkatkan
kesuburan kimiawi tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan
bisa dilakukan dengan pemberian pupuk buatan dan pupuk alam atau pupuk
organik. Pupuk organic lebih besar manfaatnya daripada jenis pupuk buatan oleh
karena dapat meningkatkan kesuburan kimiawi, juga dapat meningkatkan
kesuburan fisik dan biologis tanah (Sarief, 1986).
Salah satu alternatif untuk mengurangi dampak kerusakan akibat pupuk
anorganik adalah penggunaan pupuk hayati cair. Pupuk hayati cair sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Selain itu pupuk hayati cair juga memiliki bahan pengikat,
sehingga larutan pupuk yang diberikan dapat langsung digunakan oleh tanaman
(Hadisuwito, 2007).
Pupuk hayati cair juga berguna untuk memanfaatkan mikroorganisme
tertentu dalam jumlah yang banyak untuk menyediakan hara serta membantu
pertumbuhan tanaman yaitu dengan cara menambat nitrogen yang cukup besar
dari udara dan membantu tersedianya fosfor dalam tanah.
Universitas Sumatera Utara
4
Dari berbagai permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui respons pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
terhadap pemberian pupuk hayati cair dan komposisi media tanam di pre nursery.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respons pertumbuhan bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada beberapa komposisi media tanam dan
pemberian pupuk hayati cair di pre nursery.
Hipotesis Penelitian
Komposisi media tanam dan pemberian pupuk hayati cair pada dosis
tertentu serta interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan informasi
mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi yang
membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35
tahun terakhir ini, sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani pekebun serta
transmigran Indonesia (Lubis, 2008).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan luas lahan perkebunan
kelapa sawit di Sumatera Utara cenderung mengalami peningkatan selama tiga
tahun terakhir. Pada tahun 2013 luas lahan perkebunan kelapa sawit mencapai
1.340.348 Ha , sedangkan pada tahun 2014 luas lahan perkebunan kelapa sawit
mencapai 1.392.532 Ha dan pada tahun 2015 luas lahan perkebunan kelapa sawit
mengalami peningkatan yaitu pada total luas lahan 1.444.687 Ha (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2014).
Karena semakin bertambahnya luas perkebunan kelapa sawit, maka
permintaan akan bibit kelapa sawit semakin tinggi. Bibit kelapa sawit
memerlukan air dan media tanam yang baik untuk mendukung pertumbuhan bibit
kelapa sawit. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang dapat menghasilkan bibit
kelapa sawit yang berkualitas. Salah satu nya adalah penggunaan media tanam
dengan memanfaatkan limbah dari industry kelapa sawit.
Limbah dari pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber bahan
organik
setelah mengalami dekomposisi. Limbah padat pabrik kelapa sawit
dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan
yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari
proses pengolahan berupa Tandan Kompos Kelapa Sawit, Cangkang atau
Universitas Sumatera Utara
2
tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur dan bungkil. Kompos Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit.
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dari hasil penelitian mempunyai
beberapa keuntungan antara lain: kualitas tidak bervariasi, bobot lebih ringan,
tidak mengandung inokulum penyakit dan lebih bersih
(Wahyono et al. 2003).
Limbah perkebunan tersebut berpotensi sebagai pembenah tanah yang
dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Perbaikan kesuburan tanah
ini akan memberikan kontribusi positif untuk pertumbuhan dan perkembangan
kelapa sawit. Limbah pabrik kelapa sawit juga mengandung sejumlah hara
terutama Nitrogen(N), kandungan kimia yang didominasi oleh glucan, dan limbah
dari pabrik kelapa sawit ini, memiliki sifat yang tidak mudah tercuci sehingga
baik digunakan sebagai media tanam.
Untuk menunjang pertumbuhan bibit kelapa sawit yang berkualitas, juga
diperlukan pemupukan, salah satunya karena bibit kelapa sawit memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan cukup banyak pupuk. Dalam
pengaplikasian pupuk pada bibit kelapa sawit, ternyata memiliki hambatan yang
dihadapi, Selain jumlah pupuk majemuk yang diperlukan banyak juga sulit diperoleh
dan mahal.
Penggunaan pupuk anorganik yang relatif tinggi dapat merusak
lingkungan dan juga mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah
yang bermanfaat bagi tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Lapisan tanah
yang saat ini ada sudah parah kondisi kerusakannya oleh karena pemakaian pupuk
kimia yang terus menerus dan berlangsung lama, sehingga mengakibatkan:
Universitas Sumatera Utara
3
Kondisi tanah menjadi keras, tanah semakin lapar dan haus pupuk, banyak residu
pestisida dan insektisida yang tertinggal dalam tanah, mikroorganisme tanah
semakin menipis, banyak mikroorganisme yang merugikan berkembang biak
dengan baik, tanah semakin miskin unsur hara baik makro maupun mikro, tidak
semua pupuk dapat diserap oleh tanaman.
Pemupukan yang sesuai dengan unsur hara tanah dapat meningkatkan
kesuburan kimiawi tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan
bisa dilakukan dengan pemberian pupuk buatan dan pupuk alam atau pupuk
organik. Pupuk organic lebih besar manfaatnya daripada jenis pupuk buatan oleh
karena dapat meningkatkan kesuburan kimiawi, juga dapat meningkatkan
kesuburan fisik dan biologis tanah (Sarief, 1986).
Salah satu alternatif untuk mengurangi dampak kerusakan akibat pupuk
anorganik adalah penggunaan pupuk hayati cair. Pupuk hayati cair sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Selain itu pupuk hayati cair juga memiliki bahan pengikat,
sehingga larutan pupuk yang diberikan dapat langsung digunakan oleh tanaman
(Hadisuwito, 2007).
Pupuk hayati cair juga berguna untuk memanfaatkan mikroorganisme
tertentu dalam jumlah yang banyak untuk menyediakan hara serta membantu
pertumbuhan tanaman yaitu dengan cara menambat nitrogen yang cukup besar
dari udara dan membantu tersedianya fosfor dalam tanah.
Universitas Sumatera Utara
4
Dari berbagai permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui respons pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
terhadap pemberian pupuk hayati cair dan komposisi media tanam di pre nursery.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respons pertumbuhan bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada beberapa komposisi media tanam dan
pemberian pupuk hayati cair di pre nursery.
Hipotesis Penelitian
Komposisi media tanam dan pemberian pupuk hayati cair pada dosis
tertentu serta interaksi keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan informasi
mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi yang
membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara