Pengaruh mutu pelaynan kia terhadap kepuasan ibu bersalin secara normal di rumah sakit umum daerah kabupaten aceh tamiang tahun 2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh seorang
wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau menyatunya spematozoa
dan ovum yang dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi yang berlangsung
selama 40 minggu. Meskipun kehamilan merupakan suatu proses fisiologis banyak
sekali penyulit yang biasanya menyertai kehamilan yang dapat mengakibatkan
tingginya angka kematian maternal (Amiruddim,2007).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan
ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾
risiko jumlah kematian ibu. Tinggi rendahnya AKI di suatu wilayah dijadikan sebagai
indikator yang menggambarkan besarnya masalah kesehatan, kualitas pelayanan
kesehatan dan sumber daya di suatu wilayah (Kementerian Kesehatan RI, 2011).Hasil
survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu,
namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. United Nations
International Children’s Emergency Found (UNICEF) (2012) menyatakan bahwa


1
Universitas Sumatera Utara

2

setiap tahun hampir 10.000 wanita meninggal karena masalah kehamilan dan
persalinan ( Lestari, 2013 ).
Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization ) lebih dari 585.000
ibu pertahunnya meninggal saat hamil. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran yang dirujuk terjadi di negara berkembang. Angka kematian
ibu di dunia mencapai 529.000 per tahun, dengan rasio 400 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup dimana 12 % dari kematian ibu disebabkan oleh preeklamsia
(WHO, 2010).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan masalah kesehatan yang memerlukan
perhatian khusus karena preeklamsi merupakan penyebab kematian ibu hamil dan
perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Sampai saat ini preeklamsia
dan eklamsia masih merupakan “the disease of theories” karena angka kejadian
preeklamsia-eklamsia tetap tinggi dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
maternal yang tinggi (Manuaba, 2011).

Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa hipertensi dalam kehamilan
merupakan penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita yang
sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bayi yang akan
dilahirkan. Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.
Hipertensi dalam kehamilan atau yang disebut dengan preeklamsia , kejadian ini
persentasenya 12 % dari kematian ibu diseluruh dunia (Kemenkes, 2013).

Universitas Sumatera Utara

3

Preeklamsia merupakan penyebab kedua setelah perdarahan sebagai penyebab
langsung yang spesifik terhadap kematian maternal, pada sisi lain insiden dari
eklamsia pada Negara berkembang sekitar 1 kasus per 100 kehamilan sampai 1 kasus
per 1700 kehamilan. Pada Negara Afrika kejadian preeklamsia sekitar 1,8 % sampai
dengan 7,1 %, di Nigeria prevalensinya sekitar 2 % sampai dengan 16,7 (Osungbade,
2011).
Hasil dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
menyatakan bahwa sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak naik.
Pada tahun 2012 AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup atau meningkat

sekitar 57 % bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yaitu sebesar 228
per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini disebabkan karena terjadinya bumil risti (ibu
hamil dengan risiko tinggi), prioritas penyebab langsung kematian ibu adalah
perdarahan (28%),Pre-Eklamsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%),dan partus lama
(5%)(SDKI, 2012).
Angka Kematian Ibu di Sumatera Utara mencapai 40% contohnya di Rumah
Sakit Pirngadi Medan ditemui kasus sebanyak 375 kasus diantaranya 75 orang (20%)
mengalami preeklamsia berat atau eklamsi. Pada tahun 2007-2008 kasus preeklamsia
sebanyak 3,45 %, pada tahun 2008-2009 kasus preeklamsia sebanyak 2,1 %, pada
tahun 2009-2010 kasus preeklamsia adalah 4,65 % (Dinkes Sumut, 2011). Pada
penelitian Wati (2009) yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 1
Maret 2001 – 31 Januari 2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklamsia berat.

Universitas Sumatera Utara

4

Menurut Wirakusuma (2010) preeklamsia merupakan salah satu penyebab
kematian pada ibu hamil yang dapat berkembang menjadi eklamsia (keracunan
kehamilan). Preeklamsia ditandai oleh timbulnya hipertensi dengan proteinuria,

edema atau dengan keduanya akibatsuatu kehamilan atau pengaruh suatu kehamilan
yang timbul pada usia kehamilan >20 minggu. Preeklamsia merupakan suatu
keadaaan patologi yang belum diketahui secara pasti penyebabnya walaupun telah
ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang penyebab preeklamsi.
Penyebab terjadinya preeklamsia tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja,
melainkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia dan eklamsia
( multiple caution ).

Faktor risiko preeklampsia antara lain umur, paritas, penambahan berat badan
selama masa kehamilan, aktivitas fisik, sosial ekonomi. Pengendalian terhadap faktor
risiko berperan penting sehubungan dengan pencegahan preeklampsia. Diagnosis dini
preeklampsia dengan penanganan yang cermat memberikan prognosis yang baik.
Preeklampsia yang terlambat ditangani dapat memberi dampak terburuk yaitu
kematian bagi ibu dan janinnya (Chobanian, 2004).
Dalam penelitian Sari (2009) ibu hamil yang berumur < 20 atau >35 tahun
berisiko 11,5 kali mengalami preeklampsia dibanding ibu hamil yang berusia 20–35
tahun. Begitu pula dalam penelitian Rozikhan (2007) faktor yang mendukung
terjadinya preeklamsia diantaranya usia Ibu hamil dengan usia 17
kg terdapat 17% menderita preeklampsia. Menurut Luealon, et al (2010) risiko
preeklampsia bertambah seiring bertambahnya berat badan ibu sewaktu hamil, terdapat

16,3% kasus.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Poli Kebidanan RSUD
Rantauprapat kepada tiga orang ibu hamil yang mengalami preeklampsia. Dua ibu
berusia

>35

tahun

multigravida

dan

ibu

yang

satu

berusia


27

tahun

primigravida.Pekerjaan sehari-harinya adalah ibu rumah tangga dan wiraswasta.Ketiga
ibu menyatakan tidak pernah melakukan senam hamil, olahraga dan

juga

jarang

berjalan kaki santai. Dua Ibu diantaranya mengatakan melakukan kegiatan rumah sperti
biasa saat sebelum hamil.

Universitas Sumatera Utara

7

Data di atas memberikan gambaran bahwa masalah preeklamsia perlu

mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang
tinggi dan komplikasi yang cukup berat. Agar mendapatkan gambaran yang lebih
tepat maka diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor mana dari karakteristik
(umur, paritas, pendapatan) aktifitas fisik dan penambahan berat badan tersebut yang
paling berpengaruh terhadap kejadian preeklamsia.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Rantauprapat
Labuhan batu, diperoleh data pada bulan Januari-April sebanyak 86 kasus, bulan
Mei-Agustus sebanyak 99 kasus, bulan September-Desember sebanyak 101 kasus,
total kasus preeklamsia-eklamsia sebanyak 286 di tahun 2015.
Berdasarkan hal uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh karakteristik, aktifitas fisik dan penambahan berat badan Ibu
hamil terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Rantau prapat tahun 2016.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui apakah
ada pengaruh karakteristik, aktifitas fisik dan penambahan berat badan terhadap
kejadian preeklamsia di RSUD Rantau prapat Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

8


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh karakteristik (umur, paritas, pendapatan), aktifitas fisik
dan penambahan berat badan ibu hamil terhadap kejadian preeklamsia di RSUD
Rantau Prapat Tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh umur terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Rantau
Prapat Tahun 2016.
2. Mengetahui pengaruh paritas terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Rantau
Prapat Tahun 2016.
3. Mengetahui pengaruh pendapatan terhadap kejadian preeklamsia di RSUD
Rantau Prapat Tahun 2016.
4. Mengetahui pengaruh aktifitas fisik trehadap kejadian preeklamsia di RSUD
Rantau Prapat Tahun 2016.
5. Mengetahui pengaruh penambahan berat badan terhadap kejadian preeklamsia di
RSUD Rantau Prapat Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


9

1.4 Hipotesis
1. Ada pengaruh umur terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Rantau Prapat
Tahun 2016.
2. Ada pengaruh paritas terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Rantau Prapat
Tahun 2016.
3. Ada pengaruh pendapatan terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Rantau Prapat
Tahun 2016.
4. Ada pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian preeklamsia di RSUD Rantau
Prapat Tahun 2016.
5. Ada pengaruh penambahan berat badan terhadap kejadian preeklamsia di RSUD
Rantau Prapat Tahun 2016.

1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Rantau Prapat dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit dalam
dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya
preeklamsi dan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang faktor resiko
selama kehamilan sehingga dapat mencegah terjadinya preeklamsia.
2. Bagi Dinas Kesehatan sebagai informasi dan dokumentasi laporan mengenai

kejadian preeklamsia di RSUD Rantauprapat tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara