Pengaruh Mutu Pelayanan KIA Terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Secara Normal di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2016

9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mutu Pelayanan Kesehatan
2.1.1. Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat
atau perorangan terhadap asuhan kesehatan sesuai dengan standar profesi yang baik
dengan pemanfaatan sumber dayasecara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan
kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta diselenggarakan secara aman dan
memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik (Bustami, 2011).
Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepuasan
pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dari kegiatan jaminan mutu
layanan kesehatan. Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pengukuran mutu layanan kesehatan.
Konsekuensi dari pola pikir yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien menjadi
salah satu dimensi mutu layanan kesehatan yang penting (Pohan, 2006)
2.1.2. Dimensi Mutu Pelayanan
Pelayanan kesehatan akan dirasakan berkualitas oleh para pelanggannya jika
penyampaiannya dirasakan melebihi harapan para pengguna jasa layanan Penilaian

para pengguna jasa pelayanan ditujukan kepada penyampaian jasa, kualitas
pelayanan, atau cara penyampaian jasa tersebut kepada para pemakai jasa.

9
Universitas Sumatera Utara

10

Menurut

Muninjaya

(2004)

Dimensi

pelayanan

kesehatan


yang

mempengaruhi kepuasan pasien meliputi Tangibles (Bukti Fisik), Responsiveness
(Daya tanggap), Reliability (Kehandalan), Assurance (Jaminan) dan Empathy
(Perhatian pribadi), Biaya, Konseling, Dimensi mutu meliputi:
1. Bukti langsung/ tangibles
Merupakan bagian dari penampilan pelayanan, (Unit/ruangan), perlengkapan alat
(kelengkapan dan kebersihan alat), pegawai (kerapian, kebersihan petugas dan
sarana komunikasi).
2. Daya tanggap/ responsiveness

Yaitu kemauan untuk membantu pasien dan memenuhi harapan pasien, misalnya
waktu yang diperlukan petugas kesehatan untuk memberikan informasi yang
jelas, menyelesaikan keluhan pasien dan tindakan yang cepat pada saat pasien
membutuhkan.
3. Keandalan/ reliability
Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat
dan memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan dengan prosedur pelayanan, misalnya
bagaimana cara penerimaan pasien yang dilakukan oleh bidan, pemeriksaan dan
jadwal pelayanan asuhan persalinan.

4. Jaminan/ assurance
Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki para staf, bebas dari segala bahaya, resiko atau keragu-raguan dan

Universitas Sumatera Utara

11

merupakan bagian dari profesionalisme pelayanan, misalnya pengetahuan bidan
dalam memberikan konseling sehingga memberikan rasa nyaman.
5. Perhatian pribadi/ emphaty
Merupakan bentuk perhatian pelayanan yaitu kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan
pasien. Hal ini menunjukkan adanya perhatian petugas kesehatan dengan setiap
keluhan pasien dan keluarganya.
6. Biaya
Merupakan sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
7. Konseling
Merupakan pemberian bimbingan oleh yang petugas kesehatan kepada

paien/klien dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya.
2.1.3. Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan terhadap Kepusan Pasien
Kemampuan pihak rumah sakit dalam membuktikan eksistensinya kepada
pihak eksternal yang dapat dipersepsikan oleh pasien berupa penampilan fisik yaitu
ruang rawat inap yang rapi, nyaman dan bersih dan tempat tidur yang rapi, peralatan
medis yang lengkap seperti adanya stetoskop, tensi meter, jarum suntik,
termometer, pinset dan gunting, dan penampilan perawat yang bersih dan rapi. Hasil
stimulus dari panca indera pasien terhadap pelayanan yang diterima akan dapat
dipersepsikan sehingga nantinya akan dapat menilai mutu pelayanan, jika apa yang

Universitas Sumatera Utara

12

mereka harapkan sesuai dengan kenyataan yang mereka dapatkan, maka akan dapat
memberikan kepuasan kepada pasien terhadap bukti fisik (Asmuji, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Ayu (2014), dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara persepsi kehandalan, persepsi empati dan persepsi
daya tanggap dengan kepuasan pasien, hal ini dinyatakan bahwa kehandalan asuhan
keperawatan sangat penting dalam membantu proses kesembuhan pasien dengan tepat

dan terpercaya sehingga dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan.
Pada dasarnya setiap pasien ingin diperlakukan secara individu atau khusus, dengan
demikian rasa empati perawat dalam memberikan asuhan keperawatan merupakan
alat utama dalam memenuhi harapan pasien akan perlakuan istimewa, sehingga
terwujudlah kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperwatan yang mereka
terima. Kepuasan maupun ketidak puasan pasien sangat berhubungan dengan persepsi
daya tanggap pasien karena pasien dapat merasakan secara langsung pelayanan daya
tanggap yang perawat berikan dari awal pelayanan yang diterima pasien sampai akhir
pelayanan di ruang rawat inap.
Dari hasil penelitian Like (2014) terdapat hubungan antara jaminan dan
kepuasan pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Prof Dr R.D.
Kandou Manado. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien merasa aman dengan
perilaku dokter, perawat terampil dan mampu melayani pasien, kerahasiaan pasien
terjaga, pasien merasa aman dengan tindakan, pengobatan tindakan dokter yang
diyakini bebas dari bahaya dan keragu-raguan yang sesuai dengan kebutuhan, petugas
yang ramah, sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Universitas Sumatera Utara

13


Mutu pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan kepuasan pada pasien.
Dimensi mutu yang berkaitan yaitu unsur proses karena dalam unsur proses terbagi
menjadi dua tindakan yaitu tindakan medis yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, tindakan medis, dan tidak lanjut serta non medis yang terdiri dari informasi,
penyaringan, konseling, dan rujukan (Wijono, 1991).
2.1.4. Karakteristik Pelayanan
Pelayanan merupakan aktivitas manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan itu merupakan suatu aktivitas yang
ditawarkan dan menghasilkan sesuatu yang tidak berwujud namun dapat dinikmati
atau dirasakan. Kottler (2003) dalam Tjiptono dkk (2005), menjelaskan karakteristik
dari pelayanan sebagai berikut:
1) Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak
berwujud, tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan
dicium sebelum dibeli oleh konsumen, misalnya pasien dalam rumah sakit akan
merasakan bagaimana pelayanan keperawatan yang diterimanya menjadi pasien
rumah sakit.
2) Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang yang dihasilkan dan
dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk
serahkan kepada pihak lainnya. Akan tetapi merupakan bagian dari pelayanan

tersebut kepada pihak lainnya akan tetapi merupakan bagian dari pelayanan
tersebut, dengan kata lain, pelayanan dapat diproduksi dan dikonsumsi/dirasakan

Universitas Sumatera Utara

14

secara bersamaan, misalnya pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.
3) Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena
merupakan non-standard dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari
pemberi pelayanan, penerima pelayanan dan kondisi dimana serta kapan
pelayanan tersebut diberikan kepada pasien hemodialisa dirumah sakit swasta
mungkin ada berbeda dengan rumah sakit pemerintah.
4) Perihability (tidak tahan lama), dimana pelayanan ini merupakan komoditas yang
tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, misalnya jam tertentu tanpa ada pasien
diruang perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja
karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu.
Selain itu kottler (2003) dalam supranto (2006) juga menjelaskan mengenai
karakteristik dari pelayanan dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis

pelayanan sebagai berikut:
1) Pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment based)
atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang berbeda dari
segi penyediaanya, yaitu pekerja tidak terlatih atau professional.
2) Beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s prencese)
3) Pelayanan juga dibedakan dalam dalam memenuhi kebutuhan perorangan
(personal need) atau kebutuhan bisnis (business need)
4) Pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba ( profit non
profit) dan kepemilikannya, yaitu swasta atau publik (private or public).

Universitas Sumatera Utara

15

2.2 Rumah Sakit
2.2.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No.147 Tahun 2010).
Perkembangan rumah sakit awalnya hanya memberi pelayanan yang

bersetifikat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Selanjutnya,
rumah sakit karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran,
peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan dirumah
sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif).
Kedua pelayanan tersebut secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan ( promotif)
dan pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan rumah
sakitt bukan hanya individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien
dan masyarakat umum (Herlambang, 2014).
2.2.2. Klasifikasi Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 340 tahun 2010
tentang klasifikasi rumah sakit mengatur klasifikasi rumah sakit lebih detail
berdasarkan pelayanan sumber daya manusia, peralatan, sarana prasarana dan
administrasi manajemen.
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima)

Universitas Sumatera Utara

16


pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) pelayanan medik spesialis
lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub spesialis. Kriteria fasilitas dan dan
kemampuan pelayanan medik meliputi pelayanan medik pelayanan medik spesialis
lain, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan medik subspesialis,
pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan
penunjang non klinik.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) pelayan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan
penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua)
pelayanan medik subspesialis dasar. Kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit
umum kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan
medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan medik
subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan medik subspesialis,
pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan
penunjang non klinik.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medic paling sedikit 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik. Kriteria,
fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas C meliputi pelayanan medik
umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan

Universitas Sumatera Utara

17

spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, pelayanan
keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang
non klinik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar. Kriteria, fasilitas dan
kemampuan rumah sakit umum kelas D meliputi pelayanan medik umum,
pelayanan gawat darurat, pelayanan medic spesialis dasar, pelayanan keperawatan
dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan penunjang non klinik.
e. Rumah Sakit Umum Kelas E
Jenis rumah sakit khusus antara lain rumah sakit ibu dan anak, jantung kanker,
orthopedi, paru, jiwa, kusta, mata, ketergantungan obat stroke, penyakit infeksi,
bersalin, gigi dan mulut, rehabilitasi medik, telinga hidung tenggorokan, bedah,
ginjal, kulit dan kelamin. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah
sakit khusus diklasifikasikan menjadi rumah sakit khusus kelas A, Rumah sakit
khusus kelas B, rumah sakit khusus kelas C. Klasifikasi rumah sakit khusus
ditetapkan berdasarkan pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan
prasarana dan administrasi manajemen.
2.2.3. Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Pasal 4 UU No.44 Tahun 2009, rumah sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pasal 5 UU No.44

Universitas Sumatera Utara

18

tahun 2009 disebutkan bahwa untuk menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai
fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihn kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan perorangan melalui pelayanan kesehatan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.2.4. Kewajiban Rumah Sakit
Kewajiban Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit diatur dalam Undang-Undang
No 69. Tahun 2014 Tentang kewajiban rumah sakit, dalam Undang-Undang tersebut
menyebutkan bahwa:
1. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya.
2. Menyediakan sarana dan oelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin.
3. Melakukan fungsi sosial
4. Menyediakan sarana dan prasana umum yang layak anatara lain sarana ibadah,
parker, ruang tunggu, sarang untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,
lanjut usia.

Universitas Sumatera Utara

19

5. Melaksanakan etika rumah sakit
6. Memiliki sistem pencegahan, kecelakaan dan penanggulangan bencana
7. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional
8. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit
9. Mengupayakan keamanan pasien, pengunjung dan petugas di rumah sakit
10. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok
11. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada
masyarakat
12. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standart pelayanan
rumah sakit
13. Memberikan pelayanan gawat daruruat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya
14. Membuat, melaksanakan dan menjaga standart mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien
15. Menyelenggarakan rekam medis
16. Menolak kenginan pasien yang bertentangan dengan standart profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan
17. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien
18. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien

Universitas Sumatera Utara

20

19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit
dan melaksanakan tugas
20. Menjamin hak petugas dan bekerja di rumah sakit
2.3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2.3.1 Pelayanan Antenatal
a. Pengertian Antenatal
Pelayanan antenatal adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal yang lengkap mencakup banyak hal, seperti anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi,
serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada). Penerapan operasionalnya
dikenal standar, minimal “5T” untuk pelayanan antenatal (timbang berat badan dan
tinggi badan, ukuran tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toksoid secara
lengkap, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan (Syarifuddin, 2007).
Menurut Manuaba (2001) pelayanan antenatal mencakup, mempersiapkan
kondisi optimal menghadapi kehamilan, persalinan puerperium dan laktasi serta
kembalinya reproduksi normal, menegakkan diagnosa dini komplikasi dan penyulit
yang menyertai kehamilan, memilah kehamilan, persalinan dan purineum dengan
pertimbangan resiko rendah meragukan dan resiko tinggi, kehamilan resiko tinggi
memerlukan antenatal care yang intensif.

Universitas Sumatera Utara

21

b. Tujuan Pelayanan Antenatal.
Antenatal Care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Tujuan Antenatal
Care (ANC) yaitu:
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, serta proses kelahiran
2) Mendeteksi dan menatalaksanaan komplikasi medis, bedah, dan obstetric selama
kehamilan
3) Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan tumbuh
kembang janin
4) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi
5) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas
normal, serta merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial
6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam memelihara
bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Jannah, 2012).
c. Lingkup Asuhan Kehamilan
Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan
pelayanan secara komprehensif/menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada
ibu hamil meliputi:
1) Mengumpulkan data dan riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa tiap
kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
2) Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap

Universitas Sumatera Utara

22

3) Melakukan

pemeriksaan

abdomen

termasuk

tinggi

fundus

uteri

(TFU)/posisi/presentasi dan penurunan janin
4) Melakukan penilaian pelvic dan struktur panggul
5) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dengan
fetoskope dan gerakan janin dengan palpasi
6) Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL)
7) Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin
8) Mengkaji berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi
9) Memberikan penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan
10) Melakukan penatalksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemisis
gravidarum tingkat I, abortus iminens, dan preeklamsia ringan
11) Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan dalam
kehamilan
12) Memberikan imunisasi
13) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penaganannya termasuk
rujukan tepat pada kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB, dan
hipertensi, perdarahan pervaginam, kehamilan ganda, oedema, kematian janin,
sakit kepala berat, gangguan pandangan, nyeri epigastrium karena hipertensi,
KPSW,

persangkaan

polihidramnion,

DM,

kelainan

congenital,

hasil

laboratorium abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu hamil seperti infeksi
menular seksual, vaginitis, dan infeksi saluran kencing.

Universitas Sumatera Utara

23

14) Memberikan bimbingan pasien persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi
orang tua
15) Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil, seperti
nutrisi, latihan, keamanan, merokok
16) Pengunaan secara aman atau obat-obatan tradisional yang tersedia (Kusmiyati,
2008).
2.3.2. Pelayanan Asuhan Persalinan
Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan dalam persalinan yang
mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang optimal. Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa upaya
Asuhan Persalinan Normal harus didukung oleh adanya alasan yang kuat dan
berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya manfaat apabila diaplikasikan
pada setiap proses persalinan (Affandi, 2007).
2.3.2.1. Proses Persalinan dengan 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
1.

Kala I
Fase laten sebelum kala satu aktif dan dapat berlangsung 6-8 jam pada ibu

primigravida untuk dilatasi serviks dari 0 cm hingga 3-4 cm dan kanal serviks
memendek dari 3 cm menjadi kurang dari 0,5cm. Kala satu aktif adalah saat ketika
serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat. Saat ini dimulai ketika serviks
berdilatasi 3-4cm dan jika terdapat kontraksi ritmik, kala satu aktif ini akan selesai

Universitas Sumatera Utara

24

jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh (10 cm). Fase transisional adalah kala
persalinan ketika serviks berdilatasi dari sekitar 8 cm sampai dilatasi penuh (atau
hingga kontraksi ekspulsif yang terjadi pada kala dua mulai dirasakan oleh ibu).
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses
ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase
aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
selama
a.

fase

aktif.

Proses

ini

terbagi

dalam

dua

fase,

yaitu

:

Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap, serviks membuka kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung
kurang lebih 8 jam, kontraksi mulai teratur mulainya masih diantara 20-30 detik.
Pencatatan selama kala I fase laten persalinan selama fase laten, pengamatan dan
pemeriksaanharusdicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik dicatatan
kemajuan persalinan maupun di buku KIA atau Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu
hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan fase laten
persalinan, semua asuhan dan intervensi harus dicatat. (JNPK-KR, 2008).
b.

Fase Aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap

adekuat) memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih, serviks membuka dari 4 ke 10 biasanya
dengan kecepatan 1 cm/jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2 cm (multipara), dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. (Depkes RI, 2007).

Universitas Sumatera Utara

25

Fase aktif dibagi menjadi tiga :
1.

Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

2. Fase dilatesi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 cm menjadi 9 cm.
3.

Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Tanda Kala II
1. Mengenali dan melihat adanya tanda persalinan kala II yang dilakukan adalah:
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan

vaginanya.
c. Perineum menonjol .
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau
kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm diatas tubuh bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu

bayi.

b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.

Universitas Sumatera Utara

26

3. Pakai celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk pribadi yang kering dan bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan
dalam.
6. Masukan oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.
7.

Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air
disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam
dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput
ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

Universitas Sumatera Utara

27

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk membantu
proses pimpinan meneran.
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu
ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa
nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk
bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.

Universitas Sumatera Utara

28

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi
lilitan tali pusat.
a.

Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan
potong diantara kedua klem tersebut.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masingmasing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga
bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut
menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir
memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran
kaki.

Universitas Sumatera Utara

29

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara
muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan
memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
b.

Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.

c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.

Universitas Sumatera Utara

30

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap
didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu.
Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis,
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara
hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera berkontraksi,
minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 510 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

Universitas Sumatera Utara

31

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan
ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus,
meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau
tempat khusus.

Universitas Sumatera Utara

32

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan

pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15
menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep
mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu
bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1)

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

2)

Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.

3)

Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan

Universitas Sumatera Utara

33

4)

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai
untuk menatalaksanaan atonia uteri.

47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska
persalinan.
a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska
persalinan
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk
kerumah sakit. Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk. Jika kaki teraba
dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya
dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih
dan kering.

Universitas Sumatera Utara

34

54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan
bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir.
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan
kala IV) (JNPK-KR, 2008).
2.3.2.2. Konseling Pasca Persalinan
1. Gizi
Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi
tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3
liter air setiap hari, tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan
minum kapsul vitamin A (200.000 unit).
2. Kebersihan diri
Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain:
menganjurkan kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah
kelamin, menyarankan ibu untuk mengganti pembalut, menyarankan ibu untuk cuci
tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin, jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka.
3.Istirahat / tidur

Universitas Sumatera Utara

35

Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi:
menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan
rumah secara perlahan-lahan, menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan
pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan
untuk merawat bayi serta diri sendiri.
4. Pemberian ASI
Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat
bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi.
Oleh karena itu, berikan KIE tentang proses laktasi dan ASI, mengajarkan cara
perawatan payudara.
5. Latihan/ senam nifas
Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi mendiskusikan
pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal, menjelaskan
bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat
pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal.
6. Hubungan seks dan Keluarga Berencana
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu hubungan
seks dan KB dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu sudah merasa
nyaman; keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada
pasangan yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB.

Universitas Sumatera Utara

36

7. Tanda-tanda bahaya masa nifas
Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi memberikan
pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama
masa nifas. Tanda bahaya berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit daerah
abdomen/punggung, sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati,
bengkak pada ekstremitas, demam/muntah/sakit saat BAK, perubahan pada payudara,
nyeri/kemerahan pada betis, depresi postpartum (Bahiyadatun, 2009).
2.3.3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru lahir
Masa perinatal dan neonatal merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi. Dua
pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan, dan 60% kematian
bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Faktor yang dapat
menyebabkan kematian perinatal anatara lain perdarahan, hipertensi, infeksi,
kelahiran preterm, atau bayi berat lahir rendah, asfiksia, dan hipotermi.
Penagananan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan hipotermi,
cold stress, yang selanjutnya dapat menyeabkan hipoksemia, hipoglikemia, dan

menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, shock, dan
keterlambatan tumbuh kembang.
1. Pelayanan kesehatan perinatal terhadap bayi baru lahir
1) Pemeriksaan kesehatan bayi
2) Pemantauan tanda-tanda vital
3) Peneganalan bayi baru lahir tidak sehat

Universitas Sumatera Utara

37

4) Penanganan gawat darurat
5) Pemberian kolostrum dan ASI ekslusif
6) Pengaturan suhu tubuh
7) Perawatan luka tali pusat
8) Pelaksanaan rawat gabung
9) Pelaksanaan rujukan (Eka, 2014).
2. Pelaksanaan kelainan-kelainan perinatal seperti asfiksia neonaturum, tetanus
neonaturum, dan bayi berat lahir rendah (BBLR) (Eka, 2014).
3. Pelayanan kesehatan pada bayi
Kesehatan bayi dan balita harus selalu dipantau untuk memastikan kesehatan
mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu
dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan
kesehatan bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29
hari sampai dengan 11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter,
bidan, dan perawat) minimal empat kali, yaitu pada usia 29 hari–2 bulan, usia 3–5
bulan, usia 6–8 bulan dan usia 9–12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi
dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

38

perawatan kesehatan bayi serta penyuluhan ASI Eksklusif dan pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) (Profil Kesehatan, 2014).
2.3.4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang
anak, yaitu:
a. Faktor dalam, yaitu dari dalam diri anak itu sendiri, baikbawaan maupun diperoleh
yang merupakan modal dasar dalam mencapai hasi akhir proses tumbuh kembang
anak.
b. Faktor luar (lingkungan), yang secara garis besar bagi menjadi:
1) Lingkungan sebelum anak lahir (prenatal), meliputi gizi ibu hamil, obat-obatan,
penyakit ibu (infeksi TORCH), stress, posisi janin, gangguan hormone, dan
lain-lain
2) Lingkungan pada saat anak lahir (perinatal), meliputi persalinan lama,
persalinan macet, persalinan dengan pertolongan (vakum ekstraksi, forsep,
seksio sesaria, dan lain-lain).
3) Lingkungan setelah anak lahir (postnatal), meliputi gizi anak, penyakit (infeksi),
gangguan hormone, lingkungan rumah, kebersihan, stress, kasih sayang,
stimulasi, adat istiadat, agama, dan stabilitas rumah tangga (Eka, 2014).
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana
terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan
mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini

Universitas Sumatera Utara

39

stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan
rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini
mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat (Kemenkes RI,
2010).
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.
Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu
dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan
atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan
untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi
anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya. KMS
berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak,
pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak
dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

40

kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI,
2000).
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak,
disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi
dari luar tubuh.
Manfaat vitamin A diantaranya:
a. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan
diare.
b. Membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap.
c. Mencegah kelainan pada sel–sel epitel termasuk selaput lendir mata.
d. Mencegah terjadinya proses metaplasi sel–sel epitel sehingga kelenjar tidak
memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata
e. Mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan.
f. Vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan (Profil Kesehatan,
2014).
3. Pelayanan Posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan
bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.

Universitas Sumatera Utara

41

Kegiatan

Posyandu

terdiri

dari

kegiatan

utama

dan

kegiatan

pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup :
a. kesehatan ibu dan anak
b. keluarga berencana
c. imunisasi
d. gizi
e. pencegahan dan penanggulangan diare (Kemenkes RI, 2012).
2.3.5. Keluarga Berencana
Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, sejak dari mulai terjadi
pembuahan sampai tumbuh menjadi dewasa haruslah dilakukan pemeliharaan dan
penjagaan yang seksama agar tidak terjadi kegagalan dalam proses tumbuh
kembangnya. Faktor anak selama dalam kandungan akan sangat mempengaruhi
dalam proses tumbuh kembang anak dikemudian hari.
Angka kematian bayi dan anak lebih rendah apabila kelahiran bayi tersebut
mempunyai jarak yang wajar. Seorang bayi yang dilahirkan dengan jarak kurang dari
2 tahun akan mempunyai kemungkinan meninggal 76% lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang mempunyai jarak kelahiran 2-3 tahun. Kemungkinan resiko
kematian ibu menjadi 200% lebih tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang
mempunyai jarak kelahiran lebih dari 4 tahun (Eka, 2014).

Universitas Sumatera Utara

42

2.4. Kebijakan Pemerintah Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolonganpersalinan, pelayanan nifas termasuk
pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah Ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), bayi baru lahir (sampai dengan usia 28
hari). Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat
pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan danpersalinan baik normal
maupun dengan komplikasi atau resiko tinggiuntuk mencegah AKI dan AKB dari
suatu proses persalinan.
Adapun ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:
a. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh
dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan
pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk
pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama.
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali
2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir

Universitas Sumatera Utara

43

3. Pertolongan persalinan normal
4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang
merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan
KIA dengan frekuensi 4 kali
6. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya
7. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya.
b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada
ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan
komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)
2. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di
pelayanan tingkat pertama.
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat
persalinan.
4. Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti).
5. Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.

Universitas Sumatera Utara

44

c. Pelayanan Persiapan Rujukan
Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaandimana
terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan
tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut
dengan memperhatikan hal-halsebagai berikut:
1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena
keterbatasan SDM dan keterbatasan peralatan dan obat-obatan
2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang
lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan
3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan untuk memastikan bahwa
pasien yang dirujuk dalam kondisi aman sampai dengan penanganannya di
tingkat lanjutan.
Manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
Pemeriksaan Kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada
buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali
disertai konseling KB dengan frekuensi:
a. 1 kali pada triwulan pertama
b. 1 kali pada triwulan kedua
c. 2 kali pada triwulan ketiga
2. Penatalaksanaan Persalinan
a. Persalinan per vaginam

Universitas Sumatera Utara

45

1) Persalinan per vaginam normal
2) Persalinan per vaginam melalui induksi
3) Persalinan per vaginam dengan tindakan
4) Persalinan per vaginam dengan komplikasi
5) Persalinan per vaginam dengan kondisi bayi kembar.
b. Persalinan per abdominam
1) Seksio sesarea elektif (terencana), atas indikasi medis
2) Seksio