Pengaruh mutu pelaynan kia terhadap kepuasan ibu bersalin secara normal di rumah sakit umum daerah kabupaten aceh tamiang tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preeklamsia
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah
meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini
juga

disebut

sebagai

toxemia

atau

pregnancy

induced


hypertension

(PIH).Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga
muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki
kemungkinan untuk mengalami preeklampsia,sering tidak diketahui atau diperhatikan
oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singgat
preeklamsia berat bahkan dapat menjadi eklamsia yaitu dengan tambahan gejala
kejang – kejang atau koma (Sarwono, 2010).
Pre-eklampsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi
kehamilan. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan pre-eklampsia ini
adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida,
terkait dengan geografis/demografis/ etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian
sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan
derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini
preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi

10
Universitas Sumatera Utara


11

penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010).
Perkataan “ eklamsia “ berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “
Karena gejala eklamsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian
preeklamsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan prevenif.
a. Etiologi Preeklamsia
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan
tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima
harus dapat menerangkan hal-halberikut :
1. Sebab

bertambahnya

frekuensi

pada


primigraviditas,

kehamilanganda,

hidramnion dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3. Sebab terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya dan
5.

Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia

rahim

dan

plascenta


(ischemaemia

uteroplacentae) .Selamakehamilan

uterus

memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa,hydramnion, kehamilan ganda,
multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah

Universitas Sumatera Utara

12

ibu, diabetes , peredaran darahdalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat
dari placenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi , tetapi
dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit
tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan
eklampsia (Wiknyosastro,1994 ).
Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkata nangiotensin,

renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme
dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia daneklampsia, terjadi penurunan angiotensin,
renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan
teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi,
yangdapat

meningkatkan

sensitivitas

terhadap

angiotensin

II,

renin,

dan


aldosteron,spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air. Teori
iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida,hamil ganda,
dan mola hidatidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan
3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin (Manuaba, 1998).
Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadivasospasmus yang
menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralisdeciduae dengan akibat
menurunya aliran darah ke placenta.Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi
fetoplacentair yang berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada
gangguan yang kronis akan menyebabakan gangguan pertumbuhan janin didalam

Universitas Sumatera Utara

13

kandungan disebabkan olehmengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan
faktor-faktor pertumbuhanlainnya yang seharusnya diterima oleh janin

( Sibai,


1981).
b. Manifestasi Klinis
Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami preeklamsia meliputi
: Kenaikan tekanan darah, proteinuria dan edema. Pre-eklampsia dibagi dalam
golongan ringan dan berat. Tanda /gejala preeklampsia ringan adalah:Tekanan darah
sistol 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam dan
Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.Berat badan meningkat 1 kilo atau lebih dalam seminggu.
Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin
kateter atau urin aliran pertengahan.
Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu ataulebih
tanda / gejala dibawah ini ditemukan: tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih,
atau tekanan diastole 110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24
jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif.Terjadi gangguan penglihatan atau
nyeri epigastrium dan edema paru-paru atau sianosis.
Disamping terdapat preeklampsia ringan dan berat/eklampsia, dapat pula
ditemukan hipertensi cronis yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah
yang menetap. Kebanyakan wanita dengan hipertensi kronik (hipertensi esensial)
telah didiognose sebelum kehamilan; kebanyakan wanita didapat menderita hipertensi


Universitas Sumatera Utara

14

pada kunjungan antenatal pertama yang dideteksi sebelum kehamilan minggu ke 20,
diagnosis hipertensi esensial dapat ditegakkan (Prawirohardjo, 2006).
c. Faktor Predisposisi Preeklamsia
Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:
1) Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko
meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4
tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003)
Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi
bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Rozikhan,
2007). Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap
kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang
paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada
kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7% dan

kehamilan ketiga 1,8%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merviell (2008) yang
dikutip oleh Langelo (2012), menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko
terhadap kejadian preeklampsia. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Rozikhan
(2007) menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian
preeklampsia.

Universitas Sumatera Utara

15

2) Usia
Usia 20 – 35 tahun adalah periode paling aman untuk hamil / melahirkan,
akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja
yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal daru suatu penelitian ditemukan
bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin
mencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7 % dan tinggi badan 1 %. Dampak dari
usia yang kurang, dari hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai
angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20-24 tahun (Harrison,
1985).

Dari hasil penelitian Rozikhan (2007), ibu yang hamil pada usia < 20 tahun
dan mempunyai resiko terjadinya preeklamsia berat 3,58 kali dibandingkan ibu hamil
yang berusia 20-35 tahun. Sedangkan pada ibu hamil dengan usia > 35 tahun juga
memiliki resiko 3,97 kali dibandingkan ibu hamil pada usia 20-35 tahun.Selain itu ibu
hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi
preeklamsi (Rochjati, 2003).
Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita nullipara. Wanita
yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan
insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita
hipertensi karena kehamilan atau superimposed pre-eclampsia . Jadi wanita yang
berada pada awal atau akhir usia reproduksi, dahulu dianggap rentan. Misalnya,
Duenhoelter dkk. (1975) mengamati bahwa setiap remaja nulligravida yang masih

Universitas Sumatera Utara

16

sangat muda, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsia.
Spellacy dkk. (1986) melaporkan bahwa pada wanita diatas usia 40 tahun, insiden

hipertensi kerena kehamilan meningkat tiga kali lipat ( 2,7% ) dibandingkan dengan
wanita kontrol yang berusia 20-30 tahun. Hansen (1986) meninjau beberapa
penelitian danmelaporkan peningkatan insiden preeklampsia sebesar 2-3 kali lipat
pada nullipara yang berusia di atas 40 tahun bila dibandingkan dengan yang berusia
25– 29 tahun (Cuningham, 1995).
3) Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah
adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau
hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung
normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara parawanita penderita
tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kirakira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala
preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium,
muntah, gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul
eklampsia dan perdarahanotak ( Benzion, 1994)
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum
hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat
hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas
dan mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsia ditegakkan

Universitas Sumatera Utara

17

berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema
anasarka (Cunningham, 2006).
4) Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya
lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi
dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi
yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang
seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham,
2006).
Penelitian Zamli (2007) menyatakan bahwa dari 94 responden ditemukan ada
hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dikaitkan dengan
tingkat pendapatan yang rendah sehingga mereka tidak mampu membeli makanan
dengan gizi yang baik

Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2015
oleh Badan Pusat Statistik, berdasarkan UMR ( Upah Minimum Regional ) provinsi
Sumatera Utara, maka UMK (Upah Minimum Kabupaten) untuk wilayah Labuhan
Batu pada tahun 2016 sebesar Rp 1.870.000,-.
5) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi
terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan perfusi
uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat
mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi

Universitas Sumatera Utara

18

preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes
melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008 )
6) Genetik
Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan,
penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita preeklampsia atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga
(Manuaba,1998)
Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena mendukung
insiden hipertensi kronis yang mendasari. Kami menganalisa kehamilan pada 5.622
nullipara yang melahirkan di Rumah Sakit Parkland dalam tahun 1986 dan 18%
wanita kulit putih, 20% wanita Hispanik serta 22% wanita kulit hitam menderita
hipertensi yang memperberat kehamilan (Cuningham ,1995). Insiden hipertensi
dalam kehamilan untuk multipara adalah 6,2% pada kulit putih, 6,6% pada Hispanik,
dan8,5% pada kulit hitam, yang menunjukkan bahwa wanita kulit hitam lebih sering
terkena penyakit hipertensi yang mendasari. Separuh lebih dari multipara dengan
hipertensi juga menderita proteinuria dan karena menderita superimposed
preeclampsia .

Kecenderungan untuk preekalmpsia-eklampsia akan diwariskan. Chesley dan
Cooper (1986) mempelajari saudara, anak, cucu dan menantu perempuan dari wanita
penderita eklampsia yang melahirkan di Margareth Hague Maternity Hospital selam
jangka waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984. Mereka menyimpulkan
bahwa preeklampsi-eklampsia bersifat sangat diturunkan, dan bahwa model gen-

Universitas Sumatera Utara

19

tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik untuk menerangkan hasil pengamatan ini;
namun

demikian,

pewarisan

multifaktorial

juga

dipandang

mungkin

(Cuningham,1995).
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang
mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi pula,
sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan
genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang
merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008;
Cunningham, 2008).
7) Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya disertai kelebihan
lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan
faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker)
dan gangguan kesehatan lain. Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko
preeklamsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks
massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk
mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006).

Universitas Sumatera Utara

20

8) Kehamilan ganda
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena
eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal dan sebagai faktor penyebabnya ialah
distensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan
menyebutkan bahwa 8 (4,0%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin
lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah
janin lebih dari satu (Rozikhan, 2007).
9) Riwayat preeklampsia
Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan
bahwa terdapat 83 (50,9%) kasus preeklamsia mempunyai riwayat preeklapmsia,
sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 12 (7,3%) mempunyia riwayat
preeklampsia berat.
10)Riwayat penderita diabetus militus
Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan menyebutkan
bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg % terdapat 23
(14,1%)

kasus

preeklampsia,

sedangkan

pada

kelompok

kontrol

(bukan

preeklampsia) terdapat 9 (5,3%).
11). Status gizi
Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat
pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh

Universitas Sumatera Utara

21

tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ
tubuh.Cara penilaian status gizi wanita hamil meliputi, evaluasi terhadap faktor
resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Antropometri sebagai
indicator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter dari tubuh
antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada,
lingkar kepala, lingkar pinggul dan tebal lemak (Arisman, 2002).
Dalam penelitian Rozikhan (2007) ukuran status gizi responden pada saat
dilakukan pendataan dengan melihat indek masa tubuh dengan penilaian : IMT 25 adalah overweight, atau dengan mengukur Lingkar lengan
atas ( LILA ), ukuran normal lingkar lengan atas (LILA) 23,5 cm-25 cm dan Obesitas
dengan ukuran LILA > 25 cm.
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga
menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam
badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula
jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi
pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia
(Rozikhan, 2007 ).
12). Pemeriksaan Antenatal
Preeklapmsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan,
oleh karena itu melalui antenatal care yang bertujuan untuk mencegah perkembangan
preeklampsia, atau setidaknya dapat mendeteksi diagnosa dini sehingga dapat
mengurangi kejadian kesakitan. Pada tingkat permulaan preeklampsia tidak

Universitas Sumatera Utara

22

memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa
dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika calon ibu melakukan kunjungan
setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada
kesempatan untuk melekukan tes proteinuri, mengukur tekanan darah, dan memeriksa
tanda-tanda udema. Setelah diketahui diagnosa dini perlu segera dilakukan
penanganan untuk mencegah masuk kedalam eklampsia. Disamping faktor-faktor
yang sudah diakui, jelek tidaknya kondisi ditentukan juga oleh baik tidaknya
antenatal care. Dari 70% pasien primigrafida yang menderita preeklampsia, 90% nya
mereka tidak melaksanakan atenatal care.
13) Pekerjaan
Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran
darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil, dimana peredaran darah dalam
tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat
adanya tekanan dari pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan
akanberdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah dalam
rangka memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan. Oleh karenanya pekerjaan
tetap dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai kantor,
administrasi perusahaan atau mengajar. Semuanya untuk kelancaran peredaran darah
dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsia
(Rozikhan, 2007)

Universitas Sumatera Utara

23

d. Pencegahan kejadian pre-eklampsia dan eklampsia
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan
ataudiagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil
yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan,kenaikan tekanan darah,
dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria (Wiknjosastro, 1994).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda
dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganansemestinya. Karena
para wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tandatanda preeklampsia yang sudah terjadi, maka deteksi dini keadaan ini memerlukan
pengamatan yang cermat dengan masa-masa interval yang tepat. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi
seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat
dicegahsepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil,
antara lain:
a.

Diet makanan.
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.

Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema.Makanan berorientasi pada
empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan protein dengan tambahan satu butir
telus setiap hari.

Universitas Sumatera Utara

24

b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya
dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah
punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c.

Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke

tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1). Uji kemungkinan pre-eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein urin
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,gambaran
darah umum dan pemeriksaan retina mata.
2). Penilainan kondisi janin dalam rahim
a) Pemantauan tingi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantungjanin,
pemantauan air ketuban
c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (Manuaba, 1998).
Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi
dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan
pengawasan yang baik pada wanita hamil. Berikan penerangan tentang :

Universitas Sumatera Utara

25

1. Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring
di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan
lebih banyak duduk dan berbaring.
2. Minum 6-8 gelas air sehari
3. Olahraga yang cukup
4. Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan
tinggi protein
5. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein,
juga
6. Menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
7. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen
nutrisi.
8. Mengkonsumsi makanan berserat.
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tandatanda dini pre-eklamsia lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak
menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya dan dalam waktu itu
harus dilakukan penanganan semestinya. Tujuan utama penanganan ialah mencegah
terjadinya pre-eklampsia berat, mencegah terjadinya eklampsia maupun komplikasi
yang dapat terjadi, melahirkan janin hidup dengan trauma yang sekecil-kecilnya.

Universitas Sumatera Utara

26

e. Penanganan pre-eklampsia
Eklampsia merupakan komplikasi obstetri kedua yang menyebabkan 20-30%
kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa
kehamilan (preeklampsia). Preeklampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang
adekuat (dirujuk ke dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di
rumah sakit) dapat menyebabkan terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang
dapat berakhit dengan kematian ibu danjanin.Penanganan pre-eklampsia bertujuan
untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan
melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma
minimal.

Pengobatan

hanya

dilakukan

secara

simtomatis

karena

etiologi

preeklampsia dan faktor-faktor apa dalam kahamilan yang menyebabkannya,belum
diketahui. Tujuan utama penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia
berat dan eklampsia; (2) melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma
sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obtetrik. Pada pre-eklampsia ringan (tekanan darah140/90 mmHg samoai
160/100 mmHg) penanganan simtomatis dan berobat jalan masih mungkin ditangani
di puskesmas dan dibawah pengawasan dokter,dengan tindakan yang diberikan:
1.

Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti), danmenjelaskan
kemungkinan adanya bahaya.

2. Sedativa ringan.
-

Phenobarbital 3 x 30 mg

Universitas Sumatera Utara

27

-

Valium 3 x 10 mg

3. Obat penunjang
-

Vitamin B kompleks

-

Vitamin C atau vitamin E

-

Zat besi

4. Nasehat
-

Garam dalam makan dukurangi

-

Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin

-

Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala,mata kabur,
edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin sesak, nyeri
epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang,
pengeluaran urin berkurang

5. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk
penderita perlu memperhatikan hal berikut:
a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih
c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu
d) Edema bertambah dengan mendadak
e) Terdapat gejala dan keluhan subyektif.
Seorang bidan diperkenankan merawat penderita preeklampsia beratbersifat
sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan.Penanganan abstetri

Universitas Sumatera Utara

28

ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati
dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Setelah
persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia, dan janin yang sudah cukup matur lebih
baik hidup diluar kandungan dari pada dalam uterus (Manuaba, 1998).
f. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya
adalah :
1. Berkurangnya aliran darah menuju plasenta
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah
menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan
mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat
atau lahir dengan berat kurang.
2. Lepasnya plasenta
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim
sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun
ibunya.
3. Sindrom HELLP
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah),
Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati
dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan
muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.

Universitas Sumatera Utara

29

4. Eklamsia
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat
mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal.
Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung
pada kematian janin maupun ibunya.
5. Komplikasi lainnya
-

Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.

-

Hipofibrinogenemia.

-

Hemolisis.

-

Perdarahan otak, merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.

-

Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina,
hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

-

Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.

-

Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol
umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.

-

Kelainan

ginjal.

kelainan

ini

berupa

endoteliosis

glomerulus

yaitu

pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

Universitas Sumatera Utara

30

-

Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejangkejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).

-

Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin (Cuningham, 1995).

2.2 Aktifitas Fisik
Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian
banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas
fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan
melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab
mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada
masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai
fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik
mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah.
Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih
kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin
ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga
tekanan darah akan menurun (Marliani, 2007)
Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap
penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi
berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita
hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang

Universitas Sumatera Utara

31

terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilakukan adalah aerobik.
Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika
dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani,
2007).
Dalam penelitian Kosnayani ( 2007 ) aktivitas fisik juga dapat dilihat dari
kebutuhan energi untuk aktivitas yang dilakukan sehari-hari dengan cara mencatat
semua waktu kegiatan dalam satuan jam dan selanjutnya dikalikan dengan kebutuhan
energi untuk tiap jenis aktivitas dalam satuan kalori/kg berat badan/jam.Kebutuhan
energi untuk berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kebutuhan Energi untuk Berbagai Aktivitas
Aktivitas
Bersepeda (cepat)
Bersepeda (sedang)
Bertukang/kayu (berat)
Menyulam
Berdansa (cepat)
Berdansa (lambat)
Mencuci piring
Mengganti baju
Menyetir mobil
Makan
Mencuci pakaian
Tiduran
Mengupas kentang
Main pingpong
Menulis
Mengecat kursi

kal/kg/jam
7,6
2,5
2,3
0,4
3,8
3,0
1,0
0,7
0,9
0,4
1,3
0,1
0,6
4,4
0,4
1,5

Aktivitas
Main piano (sedang)
Membaca keras
Berlari
Menjahit, tangan
Menjahit mesin jahit tangan
Menjahit mesin jahit motor
Menyanyi, keras
Duduk diam
Berdiri tegap
Berdiri relaks
Menyapu lantai
Berenang 3 ½ km/jam
Mengetik, cepat
Berjalan 3 km/jam
Berjalan 6,8 km/jam (cepat)
Berjalan 10 km/jam (sangat cepat)

kal/kg/jam
1,4
0,4
7,0
0,4
0,6
0,4
0,8
0,4
0,6
0,5
1,4
7,9
1,0
2,0
3,4
9,3

Sumber : Guthrie (1986)

Universitas Sumatera Utara

32

Menurut FAO/WHO/UNU (2005) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan
seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat
aktifitas fisik ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
PAL

= ∑ (PAR x alokasi waktu tiap aktifitas)
24 jam

Keterangan :
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity ratio ( Jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas
per satuan waktu tertentu.
Tabel 2.2 Hitungan PAL untuk Setiap Aktivitas
Orang Dewasa

PAL

Bergantung pada kursi atau temat tidur
Pekerjaan duduk dengan sedikit atau tanpa pilihan untuk
bergerak dan dengan sedikit atau tanpa aktivitas reaksi
Pekerjaan duduk dengan keharusan bergerak dan dengan
sedikit atau tanpa aktivitas reaksi.
Pekerjaan berdiri
Aktivitas reaksi yang intensif dengan jumlah yang signifikan
(>3 kali seminggu)
Pekerjaan manual yang berat atau aktivitas reaksi yang sangat
aktif.

1,2
1,4 – 1,5
1,6 -1,7
1,8
+ 0,3
2,0-2,4

Aktivitas fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Ringan (jenis kegiatan 25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,75 %
untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 1,40 – 1,69
2. Sedang (jenis kegiatan 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,60 %
untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 1,70 – 1,99

Universitas Sumatera Utara

33

3. Berat (jenis kegiatan 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,25 % untuk
berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 2,00 – 2,40
Agar ibu hamil tetap bugar dan dapat mempertahankan berat badan ideal sesuai
kondisi kehamilannya, pola makan ibu hamil harus bergizi seimbang yang
disesuaikan dengan aktivitas fisiknya.

Jenis aktivitas yang dilakukan ibu hamil

adalah :
1. Senam hamil
Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil
secara fisik ataupun mental untuk menghadapi persalinan yang cepat aman dan
spontan. Senam hamil biasanya dilakukan saat memasuki trimester ketiga yaitu
sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain unruk menjaga kebugaran, senam hamil
juga diperlukan untuk mempersiapkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama
proses persalinan.
Dengan gerakan yang ringan dan disesuaikan dengan kondisi tubuh ibu,
senam hamil memiliki banyak manfaat yaitu :
-

Memperkuat kelenturan otot
Senam hamil akan memperkuat elastisitas beberapa otot pada dinding perut.
Sehingga akan mengurangi nyeri pada perut dan bokong.

-

Melatih tekhnik pernapasan
Dengan melakukan senam hamil secara rutin maka ibu akan mendapatkan
oksigen secara optimal yang dapat membantu selama proses persalinan.

-

Melatih relaksasi

Universitas Sumatera Utara

34

Relaksasi sangant dibutuhkan saat proses persalinan, senam hamil sangat
membantu ibu untuk mengatasi rasa sakit maupun ketegangan selam proses
persalinan.
-

Mengurangi keluhan
Senam hamil juga dapat mengurangi keluhan terhadap perubahan bentuk tubuh.

-

Melancarkan persalinan
Lakukan senam hamil secara teratu

setidaknya 3x dalam seminggu, selama

trimester kedua dan ketiga. Hindari berbaring telentang karena akan mengurangi
aliran darah ke janin.
Hindari latihan yang menguras tenaga hingga ibu terengah-engah, ini adalah
tanda bahwa ibu dan janin kekurangan oksigen hindari juga gerakan atau latihan yang
dapat menimbulkan trauma atau desakan pada perut ibu.Minumlah banyak cairan
sebelum dan saat latihan untuk mengurangi resiko terjadinya dehidrasi.
2. Jalan santai
Jalan kaki santai adalah olahraga yang paling aman yang bisa dilakukn menjelang
persalinan, namun ibu tetap harus memperhatikan hal – hal berikut :
Trimester pertama
Jalan kaki dilakukan lebih santai, tidak terlalu cepat seperti sebelum hamil,
kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman.
Trimester kedua

Universitas Sumatera Utara

35

Bagi ibu hamil yang meras tubuhnya lebih berat dan kaku, perlu melakukan
penyesuaian gerakan saat jalan kaki. Posisi dagu harus tegak, gerakan panggul
lebih perlahan, ayunan kaki harus memperhatikan betul keseimbangan tubuh.
Trimester ketiga
Pada masa ini ini, saat berjalan kaki hindari medan berat seperti menanjak atau
tidak rata karena dapat mengganggu keseimbangan tubuh ibu hamil, pada saat
mendekati persalinan ibu boleh berjalan kaki sebagai bentuk olah raga ringan
namun sebaiknya perlu hati-hati.
Bila sebelum hamil ibu jarang berolahraga, maka cara terbaik untuk memulainya
adalah berjalan sejauh yang ibu mampu, dengan kecepatan yang dirasa paling
aman, frekuensinya tergantung kemampuan ibu, missal 5 – 10 menit setiap pagi
dan 5 – 10 menit di sore hari. Secara bertahap , tambahkan 1-2 menit setiap
minggu hingga mencapai 30 menit, termasuk pemanasan dan pendinginan dengan
frekuensi 3 kali seminggu.
3. Berenang
Berenang bisa dilakukan sejak trimester pertama hingga trimester ketiga
kehamilan, namun sebaiknya tetap berhati-hati saat usia kandungan sudah lebih
besar, dikarenakan keseimbangan (Manuaba, 2008 )
4. Olahraga statis
Apabila bersepeda diluar rumah sudah merasa tidak nyaman, atau khawatir akan
terjadi kecelakaan, ibu hamil dianjurkan dengan menggunakan sepeda statis
didalam rumah dengan perlahan.

Universitas Sumatera Utara

36

5. Relaksasi menggunakan aroma terapi
Aktifitas relaksasi menggunakan aroma terapi boleh dilakukan ibu hamil, aroma
terapi ini dapat meringankan keluhan-keluhan seperti emosi tidak stabil, stree,
pegal, mual, nyeri punggung dan memperlancar persalinan.
6. Berbelanja
Melalui aktivitas ini ibu dapat merasa tenang dan nyaman untuk menghilangkan
penat, meredakan stress dan juga menjaga kebugaran.
7. Melakukan pekerjaan rumah
Ibu hamil terkadang khawatir ketika melakukan aktivitas rumah,

seperti

menyapu, membersihkan lantai, mencuci, memasak, akan mempengaruhi
kehamilannya, padahal beberapa kegiatan tersebut dapat dilakukan asalkan ibu
tidak mengalami kelelahan dan membuat ibu merasa tertekan.
8. Membaca
Dengan membaca ibu hamil akan mengetahui fisiologi kehamilannya, sehingga
dapat mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan.Selain itu, dengan membaca
ibu hamil dapat mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus
dihindarkan.
Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak fisik
yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar
pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan
selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. Latihan fisik secara
teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan

Universitas Sumatera Utara

37

penyakit jantung, hipertensi yang dialami ibu saat hamil merupakan pemicu
terjadinya preeklamsia – eklamsia (Sunita, 2003).
Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak
boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi
sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal
itu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008).

2.3 Penambahan Berat Badan
Ibu hamil biasanya mengalami penambahan berat badan, hal tersebut
merupakan peristiwa alami yang disebabkan adanya fetus atau janin dalam
kandungan ibu. Oleh karena itu, ibu membutuhkan nutrisi yang banyak, baik
kuantitas dan kualitasnya. Makanan yang bernutrisi tinggi sangatlah diperlukan untuk
kebutuhan ibu hamil dan janinnya, makanan yang di makan ibu hamil harus cukup
mengandung sumber energi, karbohidrat, lemak dan protein. Ibu hamil membutuhkan
energi kalori yang lebih dari pada ibu yang tidak hamil. Penambahan ekstra kalori
untuk ibu hamil Trimester I 150-200 kal/hari, Trimester II 250-350 kal/hari,
Trimester III 400 kal/hari dan jumlah cairan yang dibutuhkan minimal 1500 ml/hari.
Ibu hamil memerlukan makan yang mempunyai kelengkapan gizi hal ini penting
terutama pada kehamilan berusia 20 minggu, pada masa ini sebaiknya ibu hamil tidak
mengkonsumsi nutrisi yang tinggi natrium dan rendah protein karena dapat
menyebabkan gangguan kehamilan seperti preeklamsi (Almatsier, 2004).

Universitas Sumatera Utara

38

Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada
kondisi ideal dan tetap menjaga pola makan dengan gizi cukup dan seimbang.
Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau
bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat
terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantauan ekstra
terhadap berat badan. Kenaikan total berat badan selama kehamilan, normalnya
berkisar antara 12-15 kg, sedangkan memasuki trimester 2 janin tumbuh pesat dengan
pertumbuhan kurang lebih 10 gr per hari/minggu ke 16 sekitar 90 gr, minggu ke 20
sekitar 256 gr, minggu ke 24 sekitar 680 gr, minggu ke 27 sekitar 900 gr) (Herawati,
2011).
Pada penelitian yang dilaukan Roberts et al (2011) menunjukkan apabila pada
ada ibu hamil dengan penambahan berat badan berlebih akan menghasilkan lemak
berlebih pula. Lemak tersebut akan menghasilkan CRP (Protein C-Reactif) dan
sitokin inflamasi (IL 6) yang lebih pula. CRP merupakan reaktan fase akut yang
dibuat di jaringan adiposa dan akan meningkat pada awal kehamilan. Sedangkan IL 6
(Interleukin 6), merupakan stimulator utama dari reaktan fase akut yang berefek pada
dinding pembuluh darah dan sistem koagulasi, mediator inflamasi ini diproduksi di
jaringan adiposa. Kenaikan CRP dan IL 6 akan memberikan kontribusi lebih tehadap
kejadian oksidatif stress.
Oksidatif stress bersama dengan zat toksik yang berasal dari lemak berlebih
akan merangsang terjadinya kerusakan endotel pada pembuluh darah yang disebut
dengan disfungsi endotel. Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan zat-zat

Universitas Sumatera Utara

39

gizi yang bertindak sebagai vasodilatator dengan vasokonstriktor (Endotelin I,
tromboksan, Angiotensi II) sehingga akan terjadi vasokontriksi yang luas dan
terjadilah hipertensi (Hillary et al, 2007). Dampak vasospasme yang berkelanjutan
akan menyebabkan kegagalan pada organ seperti ginjal (proteinuria, gagal ginjal),
iskemi hepar, dan akan menyebabkan preeklampsia (Lindheimer et al, 2008).

2.4 Landasan Teori
Preeklamsi merupakan penyebab langsung kematian ibu setelah perdarahan,
teori yang mngungkap terjadinya preeklamsia, ischemia uterolasenta, Selama
kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion,
kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada
penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding rahim kurang,
maka keluarlah zat-zat dari placenta atau decidua yang/menyebabkan vasospasmus
dan hipertensi.Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Faktor predisposisi berperan dalam
mendukung terjadinya preeklampsia aadalah: nullipara, kehamilan ganda, Usia < 20
atau > 35 tahun, riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya,
riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsiapenyakit ginjal, hipertensi
dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan obesitas. Penyebab
preeklamsia pada kehamilan mempunyai pra kondisi sejak kehamilan trimester I yang
diperberat oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti aktifitas fisik yang tidak baik.

Universitas Sumatera Utara

40

Bila digambarkan maka alur pikir faktor risiko preeklamsia adalah sebagai
berikut :
Riwayat
hipertensi

Paritas

Genetik

Sosial
ekonomi
ANC tidak
baik

Hiperplasentosi

Penurunan perfusi
uterruteroplasenta

Aktivasi
Endotel

Vasospasme

Preeklamsia

umur

Aktifitas
Fisik

Obesitas

Penambahan Berat
Badan

Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Faktor Predisposisi yang Menyebabkan Preeklamsi Modifikasi Teori
(Cunningham, 1995 dan Wiknjosastro, 1994)

Universitas Sumatera Utara

41

2.5

Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka konsep yang digunakan dalam

penelitian ini mengadopsi dari Teori Cunningham (1995) dan Wiknjosastro (1994).
Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan variabel umur, paritas, pendapatan,
aktifitas fisik dan penambahan berat badan yang diduga berpengaruh terhadap
kejadian preeklamsia (Gambar 2.2).
Variabel Independen

Variabel Dependen

Karakteristik :
- Umur
- Paritas
- Pendapatan

Aktifitas Fisik

Kejadian Preeklamsia

Penambahan Berat Badan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara