Tinjauan Yuridis Mengenai Pemberian Grasi Terhadap Narapidana Politik Di Indonesia

ABSTRAKSI
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMBERIAN GRASI TERHADAP
NARAPIDANA POLITIK DI INDONESIA
Turedo Sitindaon*

Di Indonesia penangkapan para aktivis politik dan pemimpin oposisi di zaman
Soeharto terdokumentsi dengan baik. Soeharto dengan militernya menjalankan
negara polisi yang jaringannya benar-benar menjangkau ke seluruh pulau dan desa
di nusantara. Para jurnalis sering ditangkap dan majalah-majalah sering dibredel.
Mengeluarkan pernyataan yang dianggap menghina presiden dilarang dan
larangan yang berdasar hukum tentang kebebasan berpendapat dilaksanankan
dengan tegas. Adapun permasalahan yang akan diangkat oleh penulis adalah
bagaimanakah pengertian tindak pidana politik dalam hukum pidana di Indonesia
dan bagaimanakah pengaturan hukum mengenai pemberian grasi terhadap
terpidana dalam hukum positif di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan
yang bersifat yuridis normatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu keadaan
yang menjadi objek penelitian dengan mendasarkan penelitian pada ketentuan
hukum normatif. Sumber penelitian yang dipergunakan bersumber dari data
sekunder.

Grasi sangat dibutuhkan dalam pemerintahan suatu Negara karena dapat
meminimalisasi beberapa resiko yang dikhawatirkan sebagai akibat dari vonis
yang dijatuhkan oleh hakim, khususnya untuk pidana maksimal seperti pidana
mati, yaitu adanya kemungkinan terjadi eksekusi terhadap innocent people.
Selain itu, adanya kekhilafan dalam proses hukum, meliputi proses
penuntutan, penangkapan yang salah, atau keterangan dari saksi yang tidak dapat
dipercaya bisa saja terjadi. Grasi dapat dikatakan merupakan salah satu lembaga
yang bisa mengkoreksi dan mengatasi resiko tersebut.

Kata Kunci: Grasi, Tahanan Politik, dan Narapidana

*Mahasiswa Fakultas Hukum USU

Universitas Sumatera Utara