Hubungan Antara Red Blood Cell Count (Rbc) Dan Retinopati Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. DM tipe 2 merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup.1
Di dunia, prevalensi diabetes diperkirakan 2,8 % tahun 2000 dan 4,4 % di tahun
2030. Jumlah total orang dengan diabetes diperkirakan meningkat dari 170 juta orang di
tahun 2000 menjadi 366 juta orang di tahun 2030. Penyebarannya akan lebih tinggi pada
negara berkembang (69%) dibandingkan dengan negara maju (20 %) dimana jumlah
pasien diabetes lebih banyak dengan DM tipe 2.2
Berbagai

penelitian

epidemiologi menunjukkan adanya

kecenderungan


peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. World
Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang
diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3
juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF)
pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada
tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka
prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang
DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. 1
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan
penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan
prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2%, pada daerah rural, maka
diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang DM di daerah
urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan
penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang
berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural

(7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang DM di daerah urban dan 8,1 juta
di daerah rural.1
DM merupakan penyakit metabolik kronik yang kompleks ditandai dengan

hiperglikemia akibat adanya defek pada sekresi dan aksi insulin.

3

Hampir 90% dari

pasien DM menderita retinopati setelah 20 tahun. Pada sekitar 2% penderita DM tipe 2
dijumpai edema makular dan 10,2% menunjukkan tanda lain Retinopati Diabetik (RD)
yang sudah berlangsung saat DM mulai ditegakkan. 12% DM tipe 1 mengalami kebutaan
setelah 30 tahun terdiagnosa diabetes.4 Diperkirakan lebih dari 60 % pasien diabetes
tipe 2 mengalami beberapa derajat retinopati.5 RD dikarakteristikkan dengan kelainan
mikrovaskular, proliferasi pembuluh darah retina dan peningkatan permeabilitas
vaskuler yang akan memicu terjadinya RD non-proliferatif dan proliferative, dan edema
macular. RD berkaitan dengan kontrol gula darah yang buruk, lamanya menderita
diabetes dan hipertensi.4 Durasi dari diabetes merupakan predictor kuat perkembangan
dan progresivitas retinopati. Insiden retinopati berhubungan dengan nilai HbA1c.6
HbA1c (Hemoglobin Glikosilasi) adalah komponen Hb yang terbentuk
dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan
ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi
ketoamin yang stabil dan ireversibel. HbA1c merupakan pemeriksaan darah untuk

mengukur tingkat ikatan glukosa pada hemoglobin sepanjang umur sel darah merah
(120 hari) dan berguna untuk menilai gula darah dalam kurun waktu 3 bulan terakhir. 7
Masih belum jelas apakah HbA1C atau kadar glukosa darah yang lebih baik memprediksi
perkembangan retinopati, tetapi laporan terakhir dari Australia menunjukkan bahwa
model termasuk HbA1C untuk memperkirakan kejadian RD adalah sebaik atau bahkan
lebih baik daripada kadar glukosa puasa. Akan tetapi, HbA1C ini dapat dipengaruhi oleh
variasi genetik, hematologi dan faktor penyakit terkait.8

Hiperglikemia merupakan gambaran penting pada diabetes. Glikasi
abnormal mempengaruhi hemoglobin dan membran protein eritrosit, yang
ditunjukkan berhubungan dengan penurunan cairan membran. Sementara, nilai
tinggi HbA1c berhubungan dengan perburukan deformabilitas dari eritrosit.9
Red Blood Cell count (RBC) adalah jumlah sel darah merah per milimeter kubik
darah. Nilai normalnya bervariasi tergantung umur dan jenis kelamin.10 Adanya
perubahan biokimiawi dan produk jaringan pada darah dan interaksinya dengan

komponen darah, menyebabkan fungsi dari eritrosit dapat berubah.11 Penurunan RBC
berhubungan dengan retinopati diabetik dimana adanya penurunan RBC yang lebih
lanjut menyebabkan menurunnya muatan listrik negatif eritrosit. Asam sialic dari
membran glikoprotein eritrosit menentukan muatan negatif dari permukaan sel.

Penurunan muatan permukaan sel menyebabkan perlekatan kuat antar permukaan.

12

Akibat repulsasi elektrostatik antara sel-sel mengurangi agregasi eritrosit dan
menyebabkan tekanan pada darah,13 karenanya penurunan muatan negatif eritrosit
dapat meningkatkan mikroviskositas, mempengaruhi agregasi, dan adesi eritrosit.
Penurunan muatan permukaan menyebabkan penurunan kolinear dari deformabilitas
membran.14 Pada pembuluh darah kecil penurunan aliran darah sangat penting untuk
mengatur sintesis nitric oxide dan mengendalikan suasana pembuluh dan angiogenesis
dalam rangka adaptasi struktur fungsinya. Sepertinya penurunan aliran darah juga
mempengaruhi fungsi dan aktivitas dari pembuluh darah retina, menyebabkan aksi pada
sel-sel endothelial dan perisit, yang penting untuk mengatur remodeling dan suasana
pembuluh darah. Disfungsi dan kehilangan sel-sel ini dapat menyebabkan perburukan
RD.5
Penelitian oleh Wang dkk (2013) mendapatkan bahwa RBC yang rendah yang
dihitung dengan kuartil merupakan predictor independen resiko terjadinya komplikasi
mikrovaskular pada pasien dengan DM tipe 2.3 Penelitian oleh Yasemin Budak dkk
(2004) mendapatkan pasien DM tipe 2 dengan muatan listrik anionic eritrosit rendah
berhubungan dengan RD.6 Penelitian oleh Jindal S dkk (2011) mendapatkan adanya

hubungan antara indeks platelet (PDW dan MPV) dengan komplikasi mikrovaskular pada
pasien DM tipe 2.

15

Sedangkan penelitian oleh Irace C dkk (2010) mendapatkan

hubungan antara penurunan viskositas darah dengan kejadian RD dimana penurunan
hemoglobin menyebabkan kerusakan organ, viskositas darah yang rendah melalui
pengurangan tegangan dapat menghambat fungsi anti aterogenik dari sel endotel.5

Adanya komplikasi mikrovaskular sebagai penyebab morbiditas penting
diketahui, sehingga diagnosis awal adanya komplikasi ini dapat membantu
mengurangi kejadian kardiovaskular dan biaya perawatan kesehatan.

3

RBC

termasuk dalam pemeriksaan darah rutin yang sederhana, murah, dan tidak

membutuhkan waktu yang lama serta pemeriksaan ini tersedia diseluruh daerah.
Belum pernah dilaporkan hubungan antara RBC dan kejadian retinopati diabetik

pada pasien DM Tipe 2 di Indonesia sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara RBC dan
adanya retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara RBC dan retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2?
1.3 Hipotesa
Dijumpai hubungan antara RBC dan kejadian retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara RBC dan retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2
1.5. Manfaat Penelitian
a. Dapat membantu klinisi dalam menilai kontrol gula darah dari pemeriksaan RBC
yang didapat dari pemeriksaan darah rutin.
b. RBC bisa berguna dalam monitoring progresifitas dan memprediksi komplikasi
RD pada pasien DM Tipe 2 sehingga dapat dilakukan pencegahan.
c. Meringankan biaya pemeriksaan dalam monitoring pengobatan baik bagi pasien
maupun asuransi kesehatan.
d. Dapat digunakan terutama bagi dokter-dokter di daerah jika pemeriksaan

HBA1C dan funduskopi tidak dapat dilakukan.
e. Sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya.

1.6 KERANGKA TEORI

Diabetes Mellitus

Hiperglikemia

⬆ AGEs, ⬆ ROS, ⬆ Free radical damage, ⬆ stress
oksidative, ⬆ endothelial disfunction, 

bioavalabilitas NO

↓membran viscosity of RBCs, ↓ oxigen affinity of RBCs, ↓
activity of Na K ATP Ase , ↓ lifespan of RBCs, ↑ sorbitol
level in RBCs, ↑osmotic fragility of RBCs , ↑ aging process
of RBCs

RBC 


↓deformability of RBCs ,
⬆ aggregation of RBCs .
↑microviscosity,
↑adhesivenes RBCs, 
aliran darah
mikrosirkulasi, ⬆
resistensi aliran vena,
 perfusi ke retina

Retinopati Diabetik