Pengrajin Batik di Era Modernisasi (Studi Industri Kecil Batik Dewi Brotojoyo di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen) | Sya’diyah | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 2942 6587 1 SM
Pengrajin Batik di Era Modernisasi
(Studi Industri Kecil Batik Dewi Brotojoyo
di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen)
Sarotus Sya’diyah
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak: Pengrajin merupakan salah satu pekerja di sektor ekonomi industri
dengan menghasilkan barang-barang kerajinan tertentu. Batik termasuk salah satu
dari barang kerajinan yang dikembangkan oleh pengrajin batik menjadi industri
batik. Batik menjadi komoditas daerah dan menjadikan masyarakat gemar
terhadap batik, termasuk menjadi pengrajin batik sebagai mata pencaharian dan
tidak sedikit masyarakat yang menekuni usaha industri batik. Masuknya industri
dalam usaha batik adalah dampak dari modernisasi. Terjadinya modernisasi tidak
menghalangi pengrajin batik untuk tetap bertahan menjalankan industri batik.
Alasan masih tetap menjadi pengrajin batik di era modernisasi adalah karena
warisan usaha dari generasi terdahulu yang merupakan usaha turun temurun
sehingga regenerasi usaha batik sekaligus sebagai upaya pelestarian kebudayaan
setempat, untuk bertahan hidup sebagai usaha pemenuhan kebutuhan hidup.
Keberadaan pengrajin batik sangat membantu masyarakat sekitar terutama dalam
memperbaiki ekonomi masyarakat, memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar yang membutuhkan dan meningkatkan pendapatan daerah.
Kata kunci : Pengrajin batik, Industri kecil, Pelestarian, Modernisasi
pedesaan dan masyarakat desa yang
Pendahuluan
akhirnya memilih bekerja sebagai
Perubahan sistem ekonomi
masyarakat
pertanian
yakni
ke
dari
ekonomi
ekonomi
industri
buruh pabrik di industri-industri
karena
dianggap
lebih
cepat
pendapatan
untuk
merupakan dampak dari modernisasi
menghasilkan
yang sedang berkembang. Sistem
mencukupi
ekonomi
berkembang
dibandingkan hanya dengan berada
dengan berarah ke pedesaan karena
di sektor pertanian yang lebih lama
menjadi lahan yang potensial bagi
menunggu hasil pada masa panen.
tumbuh
industri
kembangnya
kebutuhan
Masuknya
industri.
batik
hidup
dalam
industri berawal dari batik yang
Dengan masih luasnya lahan di
1
dianggap sebagai kebudayaan yang
Wisata Batik karena industri batik di
kemudian ditumbuh kembangkan.
desa
Didukung dengan ditetapkannya Hari
bertambah. Berawal dari usaha turun
Batik Nasional pada tanggal 2
temurun
Oktober 2009 oleh Badan PBB yang
penghasilan tetap bagi pengrajin
membidangi
Pendidikan,
batik. Pengrajin batik berperan dalam
Pengetahuan,
dan
Ilmu
Pilang
penting
Kebudayaan
setiap
kemudian
dalam
tahunnya
menjadi
mensejahterakan
(UNESCO) secara resmi mengakui
masyarakat sebab menjadi celah bagi
batik
pengrajin batik memulai usaha yang
Indonesia
budaya
sebagai
dunia.
warisan
dapat
UNESCO
menciptakan
memasukkan batik dalam Daftar
pekerjaan
Representatif
mengurangi
Warisan
Budaya
Manusia.
Takbenda
baru
dan
lapangan
sekaligus
penggangguran
yang
ada.
Pengakuan
terhadap batik merupakan pengakuan
Berpijak dari latar belakang
internasional terhadap mata budaya
yang telah dideskripsikan di atas,
Indonesia.
peneliti memfokuskan permasalahan
Pada era modernisasi batik
pada (1) Bagaimana pertumbuhan
tetap eksis karena minat masyarakat
pengrajin batik di era modernisasi?
terhadap batik tidak luntur oleh
(2) Bagaimana strategi melestarikan
perkembangan zaman. Dapat terlihat
batik pada era modernisasi di industri
dari
batik Dewi Brotojoyo Desa Pilang,
perkembangannya
batik
tradisional mendapat sentuhan dari
Kecamatan
modernisasi, muncul batik modern
Sragen? (3) Bagaimana pengaruh
dan batik tradisional yang tetap
adanya pengrajin batik di Desa
dipertahankan agar dapat dinikmati
Pilang,
generasi yang akan datang.
Kabupaten Sragen?
Tidak
terkenal
hanya
dengan
Solo
batik
yang
tetapi
Kabupaten Sragen juga mempunyai
daerah penghasil batik salah satunya
desa Pilang. Desa Pilang adalah Desa
2
Masaran,
Kecamatan
Kabupaten
Masaran,
Review Literatur
proses
Pengrajin Batik di Era
awalnya mencintai terlebih dahulu
Modernisasi
kemudian
dan
Menurut
batik zaman dahulu, batik sudah
kegiatan
yang
rasa
akhirnya
melestarikannya.
sangat berbeda dengan pengrajin
dalam
batik,
memunculkan
memiliki
Pengrajin batik di era modern
masuk
pelestarian
Imam
Santosa
(2011: 170) “Modernisasi merupakan
industri.
Karena pengrajin adalah orang yang
proses
menyusul
bekerja di bidang kegiatan mengubah
seperti
halnya
barang dasar menjadi barang jadi
tertinggal mencoba menyusul yang
atau barang setengah jadi atau dari
sudah maju. Sebuah perubahan dari
barang yang kurang nilainya menjadi
rural menuju urban, dari feodal
lebih tinggi nilainya dengan maksud
menuju
kapitalis,
dijual
menuju
industrial,
untuk
menghasilkan
ketertinggalan,
kemajuan
dari
yang
pertanian
dari
irasional
keuntungan. Akibat dari masuknya
menuju rasional dan dari tradisional
batik dalam industri modern, maka
ke
batik itu sendiri dituntut mengikuti
dapat terjadi jika terdapat suatu
perkembangan
memenuhi
modern”.
Modernisasi
hanya
zaman
untuk
dorongan. Dorongan-dorongan itu
permintaan
pasar.
menurut David McCleland adalah
Pengrajin juga memiliki ketrampilan
sebagai
produksi dan perdagangan.Pengrajin
memiliki need for achievement, yaitu
batik harus
kebutuhan
mempunyai inovasiyang
berikut:
Pribadi
untuk
yang
berprestasi,
perasaan tanggung jawab terhadap
inovasi
baru
berkembang
dengan
beragam
bentuk.
Dalam
masyarakat, memiliki modal yang
perkembangannya,
batik
yang
cukup agar dapat produktif, memiliki
ilmu pengetahuan yang tinggi.
awalnya hanya sebagai busana atau
Kegiatan
pakaian sekarang disesuaikan dengan
wirausaha
oleh
kreativitas
pengrajin batik di era sekarang
pengrajin dapat memadupadankan
memiliki manajemen yang baik di
barang yang ada menjadi tren baru di
segala
tengah
perumusan
kebutuhan,
dengan
masyarakat.
Inilah
awal
3
bidang,
tujuan,
baik
dengan
pembentukan
usaha, merencanakan strategi dan
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
lainnya. Pengelolaan industri oleh
pengrajin
dengan
kekuatan
yang
kelurahan
kelemahan,
Masaran, kabupaten Sragen dengan
ada,
peluang
dan
dapat
mengatasi
kekurangan
memikirkan
ancaman,
yang
meningkatkan
menggunakan
sehingga
kualitatif.
kekuranganada
Pilang,
metode
Strategi
menggunakan
dan
kecamatan
penelitian
penelitian
pendekatan
studi
kasus. Studi kasus dipilih karena
kemampuan
dalam hal ini untuk memperoleh
berproduksi.
Anailsis SWOT merupakan
kebenaran dalam penelitian yakni
analisis kondisi internal maupun
mengenai pengrajin batik di era
eksternal
modernisasi yang masih bertahan dan
suatu
organisasi
yang
selanjutnya akan digunakan sebagai
mengembangkan
dasar untuk merancang strategi dan
sampai
program
internal
menggunakan studi kasus tunggal
meliputi penilaian terhadap faktor
terpancang. Dan terpancang artinya
kekuatan (strength) dan kelemahan
fokus yaitu penelitian memfokuskan
(weakness).
pada satu
kerja.
Analisis
Sementara
analisis
saat
industri
ini.
batik
Penelitian
masalah yang
ini
sudah
eksternal mencakup faktor peluang
ditetapkan sebelum peneliti terjun ke
(opportunity)
tempat penelitian. Disebut tunggal
dan
tantangan
karena penelitian merupakan secara
(threaths).
rinci aspek-aspek tunggal. Dalam
Penerapan SWOT pada suatu
perusahaan dalam hal ini industri
penelitian
batik bertujuan untuk memberikan
adalah industri kecil pengrajin batik
suatu
dalam mempertahankan batik lokal
menjadi
panduan
fokus.
agar
perusahaan
SWOT
pandang,
baik
dari
aspek
tunggalnya
yaitu Batik Sragen di tengah baik-
sebagai
batik modern.
pembanding pemikiran dari berbagai
sudut
ini
Sumber data diperoleh dari
segi
kekuatan ataupun kelemahan serta
studi
peluang dan ancaman yang mungkin
aktivitas, lokasi, dan informan yaitu
terjadi.
pengrajin batik, tenaga kerja, dan
4
pustaka,
peristiwa
atau
Teknik
kegiatan mengubah barang dasar
pengambilan informan menggunakan
menjadi barang jadi atau barang
kolaborasi dari purposive sampling
setengah jadi atau dari barang yang
dan snowball sampling. Validitas
kurang nilainya menjadi lebih tinggi
data diperoleh melalui triangulasi
nilainya dengan maksud untuk dijual,
data dan metode. Teknik analisis data
yang memiliki ketrampilan produksi
yang
dan perdagangan.
masyarakat
desa
Pilang.
digunakan
adalah
model
Kelompok
ini
memiliki fungsi-fungsi usaha yang
analisis interaktif.
masih sangat sederhana. Termasuk
pengrajin batik, sangat berkaitan
Pembahasan
pelestarian
dengan
mendukung
informal
Terjadinya
kebudayaan
sektor
informal.
dalam
industri
Sektor
kecil
batik
menyebabkan para pengrajin tidak
sekarang ini, kita lihat kembali
bisa mengakses lembaga keuangan
mengenai
formal
pertumbuhan
pengrajin
definisi
kebudayaan
dan
menurut E. B Tylor dalam Soerjono
berhubungan
Soekanto
pinjaman
(2012:
150)
sebagai
dengan
informal.
berikut: “kompleks yang mencakup
pemerintah
pengetahuan,
mempengaruhi
kepercaayaan,
terpaksa
yang
harus
sumber
Kebijakan
ada
dapat
keberlangsungan
kesenian, moral, hukum, adat istiadat
suatu aktifitas industri kecil seperti
dan kemampuan-kemampuan serta
keberadaan industri batik di Pilang
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
dibawah
Business
oleh
Services
(BDS)
manusia
masyarakat”.
terbentuk
sebagai
Bahwa
anggota
kebudayaan
disebabkan
Development
Jaka
Tingkir
Kabupaten Sragen.
Di Era Modern seperti saat
karena
kegiatan atau aktivitas masyarakat
ini,
yang berkembang sampai sekarang
komoditas perdagangan yang luas.
yang tetap dilakukan agar dapat
Masyarakat menggunakan batik tidak
bertahan
dimaksud
hanya dalam upacara adat, acara-
pengrajin dalam penelitian ini adalah
acara resmi tetapi dalam keseharian.
orang
Munculnya tren batik yaitu baju-baju
hidup.
yang
Yang
bekerja
di
bidang
5
batik
kemudian
menjadi
bermotif batik dan berbagai barang
Pilang dengan mewarisi industri
yang dikreasikan dengan batik. Batik
batik akan membantu terjadinya
tidak hanya dapat dijumpai di tempat
perkembangan kebudayaan karena
tertentu atau tempat khusus batik saja
terjadinya
namun di berbagai tempat seperti
ketidaksesuaiannya
pasar-pasar, toko-toko, butik, mall
kebudayaan yang berbeda yang tidak
dan
serasi dan tidak dapat diselaraskan
lain
sebagainya,
masyarakat
sehingga
dengan
pembangunan
fungsinya
mudah
itu
unsur-unsur
dalam
kehidupan
menemukan berbagai produk dari
masyarakat sehingga menjadi khas.
batik.
Begitu juga dengan batik yang ada di
desa
Upaya pembangunan dalam
Pilang
khususnya
Dewi
hal ini kebudayaan adalah untuk
Brotojoyo, pengrajin batik batiknya
dapat
adanya
memiliki kekhasan bahwa corak-
perubahan-
corak lawasanlah yang menjadikan
perubahan masyarakat yang bergerak
khas batik daerah setempat walaupun
dari keadaan yang tradisional atau
Batik Sragen (desa Pilang termasuk
dari masyarakat pra modern menuju
dalam
kepada
begitu memiliki perbedaan dengan
mensejajari
modernisasi
sebagai
suatu
modern.
masyarakat
Desa
Pilang
yang
kabupaten
Sragen)
tidak
Batik Solo.
adalah
Modernisasi tidak menghala-
termasuk desa wisata batik yang
letaknya 13 kilometer dari pusat kota
ngi
Sragen,
yang
tertinggal. Menurut Imam Santosa
dipadati oleh tanah persawahan ini
(2011: 170) “Modernisasi merupakan
namun tidak menjadikan desa Pilang
proses
menyusul
menjadi desa tertinggal karena itu
seperti
halnya
yang
tertinggal mencoba menyusul yang
sebagian
wilayah
menambah
daya
tarik
usaha
batik
warisannya
ketertinggalan,
kemajuan
yang
sudah maju. Sebuah perubahan dari
tersendiri.
rural menuju urban, dari feodal
Pertumbuhan dalam bidang
industri desa Pilang sangat terlihat
menuju
kapitalis,
dengan
yang
menuju
industrial,
desa
menuju rasional dan dari tradisional
semacam
dilakukan oleh
tradisi
masyarakat
6
dari
dari
pertanian
irasional
ke modern”. Perkembangan industri
5 orang (termasuk tenaga kerja
di desa Pilang, disebabkan adanya
yang tidak dibayar)
Dari
sektor yang menambah pendapatan
industri
dalam pemasukan masyarakat desa.
penjabaran
batik
Dewi
termasuk kedalam
Peran penting industri batik
di
Brotojoyo
industri kecil
yang menambah Pendapatan Daerah
karena
Kabupaten Sragen sekitar 32% yang
kurang dari 20 orang, yaitu dengan
merupakan
industri batik berskala
jumlah 18 orang. Dari penggolongan
mikro-kecil yang cukup lumayan
industri tersebut, industri mengalami
menjamur di desa Pilang. Salah
perkembangan di kota maupun di
satunya
desa.
industri
batik
Dewi
mempunyai
atas,
Masuknya
tenaga
sektor
kerja
industri
Brotojoyo yang dikembangkan agar
menambah pendapatan masyarakat
masyarakat lain memperoleh manfaat
maupun pendapatan daerah.
dan
ikut
berkreasi
lagi
Irsan Azhari Saleh (1986: 5)
dalam
menyalurkan bakat berwirausahanya
mengemukakan
ke tempat yang tepat.
sebagai berikut:
Biro
Pusat
manfaat
1) Terpenuhinya
Statistik
kebutuhan
membedakan skala industri menjadi
masyarakat,
empat lapisan berdasarkan jumlah
pangan, dan papan,
pekerjaan
1) Perusahaan / industri besar jika
100
tenaga
memperkerjakan
baru,
semakin
yang
diserap
karya,
3) Dapat
3) Perusahaan / industri kecil
memperkerjakan
meningkatkan
pendapatan perkapita,
5
4) Dapat ikut serta mendukung
sampai 19 orang.
kerajinan
kerja
terutama pada industri padat
20
sampai 99 orang.
4) Industri
lapangan
dibangun maka banyak pula
2) Perusahaan / industri sedang
yang
sandang,
banyak jumlah industri yang
orang
atau lebih.
jika
baik
2) Terciptanya
tenaga kerja per unit usaha, yakni:
memperkerjakan
industri
pembangunan
rumah
tangga jika memperkerjakan <
7
nasional
di
bidang
ekonomi
pengrajin
terutama
kekuatan
sektor industri.
Sehingga industri batik dapat
memberikan
manfaat
perekonomian
di
dengan
bagi
suatu
yang
ada,
peluang
dan
dapat
mengatasi
kelemahan,
ancaman,
kekurangan
negara
memikirkan
sehingga
kekurangan-
yang
ada
dan
dengan meningkatkan kemakmuran,
meningkatkan
kesejahteraan,
berproduksi. Berikut penjelasannya:
pendapatan.
meningkatkan
Masyarakat
kemampuan
Kekuatan yang terdapat di
terbantu
dengan keberadaan industri batik di
pengrajin
desa
berdirinya
adalah besarnya minat warga desa
industri batik di desa Pilang dapat
Pilang untuk menjadi pengrajin batik
mengurangi
secara
atau pengusaha batik terbukti dengan
tidak langsung masyarakat dapat
menjamurnya pengrajin batik yang
terbantu
dengan
jumlahnya mencapai 41 dalam satu
pekerjaan
sebab
Pilang.
tersebut
Dengan
pengangguran
juga
mendapatkan
industri
sekaligus
batik
Dewi
Brotojoyo
batik
kelurahan, pengrajin batik Dewi
dapat
Brotojoyo
masih
sangat
melestarikan kebudayaan setempat,
mempertahankan pakem-pakem batik
generasi muda khususnya pengrajin
khususnya motif dan warna lawasan,
batik sekarang ini yang berprinsip
adminitrasi
need for achievement harus memutar
walaupun belum ada tenaga ahli
otak
ide-ide
karena hampir semua kepentingan
dapat
yang berhubungan dengan batik yang
kalangan
menangani adalah Kr istri dari EW
agar
kreatif
mendapatkan
supaya
diterima
di
batiknya
semua
yang
berjalan
baik
selaku pengrajin batik, industri batik
masyarakat.
oleh
Dewi Brotojoyo adalah salah satu
pengrajin batik di era sekarang
perusahaan batik binaan BDS Jaka
memiliki manajemen yang baik di
Tingkir Kabupaten Sragen, adanya
segala
dengan
kekompakan antar pengrajin batik
pembentukan
dengan bekerjasama jika terdapat
Kegiatan
wirausaha
bidang,
perumusan
tujuan,
baik
usaha, merencanakan strategi dan
pesanan
lainnya. Pengelolaan industri oleh
banyak dan belum dapat dikerjakan
8
batik
yang
jumlahnya
di
perusahaannya
sendiri
Peluangnya
sebab
antara
lain
masih sama-sama menggunakan cara
dengan perekonomian dalam negeri
produksi tradisional.
yang
mendukung
industri
Ancaman yang ada adalah
kreatif
pertumbuhan
pengrajin
batik,
tentang
masyarakat terbuka dengan karya
pemerintah
anak bangsa, dengan pengrajin batik
daerah setempat maupun pemerintah
megutamakan kualitas terbaik maka
pusat, termasuk kurang berminatnya
terdapat
generasi
menjadi
menguasai pasar karena kepercayaan
pembatik karena pembatik-pembatik
konsumen akan barang produksi
yang ada di industri batik berusia
sehingga mengakibatkan permintaan
dewasa sampai usia lanjut sehingga
pasar dalam negeri tinggi, dari
belum
kreativitas
kurangnya
pelatihan
membatik
baik
dari
muda
untuk
terdapat
pembatik,
penerus
keterbatasan
seorang
ide
kesempatan
pengrajin
menarik
konsumen
pakem-pakem pendahulunya, bahan
langsung
membatu
baku
semakin
mahal
dan
pengutamaan kualitas tersebut dan
dari
pengrajin batik karena terpaku pada
pembuatan
untuk
batik
menjadi
pendapatan daerah.
apalagi
setelah
Kelemahan
secara
tidak
meningkatkan
yang
penetapan kenaikan harga BBM
adalah
sejak bulan Juni 2013 yang lalu oleh
pengrajin
pemerintah,
khususnya pengembangan industri
pembuangan
limbah
kurangnya
terjadi
pendalaman
batik di dunia usaha
beberapa industri batik di Pilang
batik
masih
pada
kurangnya jaringan khususnya di luar
pembuangan umum sehingga sedikit
Pulau Jawa untuk mendapatkan order
menganggu kenyamanan lingkungan
yang lebih banyak karena distribusi
sekitar dan juga adanya persaingan
produk batiknya selama ini hanya
antar
merambah kota besar di Jawa dan
ditempatkan
sesama
pengrajin
karena
Bali.
semakin banyaknya pengrajin batik
di desa Pilang.
9
bagaimana
ke
depannya,
Berikut lebih singkatnya dengan matriks SWOT industri batik di Desa Pilang:
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Opportunities (O)
(Peluang)
1. Perekonomian dalam
negeri yang mendukung
pertumbuhan industri
kreatif (batik)
2. Terdapat kesempatan
menguasai pasar dengan
pengutamaan kualitas
terbaik
3. Permintaan pasar dalam
negeri yang masih tinggi
4. Perekonomian terbuka
untuk seseorang yang
mempunyai kreativitas/
keterampilan
5. Pendapatan daerah terus
meningkat
6. Kepercayaan
masyarakat tinggi
Threats (T) (Kelemahan)
1. Kurangnya pendalaman
di dunia usaha ataupun
usahanya yang
dimasukinya.
2. Kurangnya jaringan
(khususnya di luar Pulau
Jawa) untuk
mendapatkan order yang
lebih banyak
Strengths (S) (Kekuatan)
1. Minat warga (khususnya
desa Pilang) yang kuat
untuk membuka usaha
batik.
2. Mempertahankan
pakem motif-motif batik
3. Administrasi yang
dikerjakan dengan baik
walaupun tidak dengan
tenaga ahli.
4. Binaan BDS Jaka
Tingkir Sragen
5. Kekompakan antar
pengrajin batik yang
sangat mendukung.
Weaknesses (W) (Ancaman)
1. Kurangnya pelatihan
tentang membatik
2. Kurangnya minat generasi
muda/penerus untuk
membatik
3. Keterbatasan ide dari
pengrajin batik karena
adanya pakem
4. Mahalnya harga bahan
baku sedangkan penjualan
yang ada di pasaran
murah.
5. Kurangnya pelatihan
pengolahan limbah
6. Persaingan antar sesama
pengrajin batik
Strategi SO
Strategi WO
1. Membuat web online
1. Meningkatkan kreativitas
batik agar dapat
dalam mendesain pakaian
tersebar luas bahkan ke
batik dan juga mengikuti
seluruh dunia
tren yang sedang
2. Menciptakan produk
berkembang
berstandar
2. Pengrajin batik harus
internasional agar dapat
berusaha menjalin
menembus pasar
kerjasama dengan pihal
internasional
luar negeri sebagai usaha
3. Membuat proposal
menembus pasar
usaha agar usahanya
internasional
lebih maju lagi dan
berkembang
Strategi ST
1. Mengadakan sebuah
pelatihan tentang batik
agar diminati
2. Mengadakan pelatihan
membatik bagi anak
muda
Matriks SWOT Industri Batik di Desa Pilang
10
Strategi WT
1. Memanfaatkan
kerjasama yang dijalin
dengan pengrajin batik
lain untuk meningkatkan
produksitivas
2. Peningkatan SDM
karyawan perlu
dilakukan
3. Selalu melakukan
evaluasi
Untuk
dapat
Brotojoyo
menganalisis
khususnya dalan industri batik ini,
terpenting
adalah
hal
yang
serupa dengan faktor internalnya.
secara mendalam mengenai SWOT
yang
mengalami
Penutup
dengan
melihat faktor eksternal dan internal
Berdasarkan temuan-temuan
dalam perusahaan tersebut, Irham
sebagaimana telah dipaparkan dalam
Fahmi
penelitian
ini,
sebagai berikut: “Faktor eksternal ini
kesimpulan
sebagai
mempengaruhi
terbentuknya
Perkembangan industri batik di Desa
opportunities and threats (O and T).
Pilang mengalami kemajuan tiap
Faktor internal ini mempengaruhi
tahunnya dalam kurun tiga tahun
(2012)
terbentuknya
mengemukakannya
strengths
dapat
ditarik
berikut:
(1)
terakhir terhitung tahun 2013, maka
and
weaknesses (S and W)”. Berikut
pertumbuhannya
adalah faktor internal jika kekuatan
kemajuan cukup signifikan. Karena
dari industri batik lebih besar dari
setiap tahunnya bertambah jumlah
kelemahannya
kondisi
pengrajin batik dengan latar belakang
perusahaan dalam keadaan baik,
usaha turun temurun dan juga untuk
sebaliknya jika kekuatan lebih kecil
meningkatkan kehidupan ekonomi.
dari
kondisi
(2) Strategi melestarikan batik pada
perusahaan tidak baik. Sejauh ini
era modernisasi di industri batik
kondisi
Dewi
Dewi Brotojoyo Desa Pilang yakni
Brotojoyo mengalami kondisi yang
dengan regenerasi usaha batik untuk
baik karena kekuatannya lebih besar
mengembangkan
daripada
Faktor
Karena dengan pewarisan kepada
eksternalnya meliputi jika peluang
generasi penerusnya lah secara tidak
lebih besar dari ancaman maka
langsung
kondisi
dan
pelestarian kebudayaan leluhur, dan
sebaliknya jika peluang lebih kecil
generasi muda pengrajin batik juga
ancaman maka perusahaan dalam
yang
kondisi tidak baik. Untuk faktor
untuk dapat memajukan usaha batik.
eksternal di industri batik Dewi
(3) Pengaruh keberadaan pengrajin
kelemahan
maka
maka
industri
batik
kelemahannya.
perusahaan
baik
11
akan
juga
usaha
dapat
mempunyai
mengalami
batiknya.
membantu
ide-ide kreatif
batik
di
Desa
memberikan
Pilang
adalah
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi
bagi
Perubahan Sosial. Jakarta: PT.
manfaat
Raja Grafindo Persada.
perekonomian dengan meningkatkan
kemakmuran,
pendapatan.
Nilawati, E. S. 2011. Pesona Bisnis
kesejahteraan,
Masyarakat
Batik yang Unik dan Eksotik.
sangat
Yogyakarta: Penerbit Andi.
terbantu dengan keberadaan industri
batik
di
desa
Pilang.
Saleh, I.A. 1986. Industri Kecil:
Dengan
berdirinya industri batik di desa
Sebuah
Pilang
mengurangi
Perbandingan. Jakarta: LP3ES.
pengangguran secara tidak langsung
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi
masyarakat dapat terbantu dengan
Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
mendapatkan pekerjaan. (4) Terdapat
Raja Grafindo Persada.
dapat
kekuatan, ancaman, peluang dan
kelemahan di industri batik Dewi
Brotojoyo. Kegiatan wirausaha yang
dilakukan oleh pengrajin dengan
kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, maka dapat mengatasi
kekurangan-kekurangan
dan
meningkatkan
yang
ada
kemampuan
berproduksi.
Daftar Pustaka
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen:
Teori,
Kasus
dan
Solusi.
Bandung: Alfabeta.
Manning, Chris. & Noer Tadjuddin.
Urbanisasi,
1991.
Penggangguran, dan Sektor
Informal
di
Kota.
Jakarta:
Gramedia.
12
Tinjauan
dan
(Studi Industri Kecil Batik Dewi Brotojoyo
di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen)
Sarotus Sya’diyah
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstrak: Pengrajin merupakan salah satu pekerja di sektor ekonomi industri
dengan menghasilkan barang-barang kerajinan tertentu. Batik termasuk salah satu
dari barang kerajinan yang dikembangkan oleh pengrajin batik menjadi industri
batik. Batik menjadi komoditas daerah dan menjadikan masyarakat gemar
terhadap batik, termasuk menjadi pengrajin batik sebagai mata pencaharian dan
tidak sedikit masyarakat yang menekuni usaha industri batik. Masuknya industri
dalam usaha batik adalah dampak dari modernisasi. Terjadinya modernisasi tidak
menghalangi pengrajin batik untuk tetap bertahan menjalankan industri batik.
Alasan masih tetap menjadi pengrajin batik di era modernisasi adalah karena
warisan usaha dari generasi terdahulu yang merupakan usaha turun temurun
sehingga regenerasi usaha batik sekaligus sebagai upaya pelestarian kebudayaan
setempat, untuk bertahan hidup sebagai usaha pemenuhan kebutuhan hidup.
Keberadaan pengrajin batik sangat membantu masyarakat sekitar terutama dalam
memperbaiki ekonomi masyarakat, memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar yang membutuhkan dan meningkatkan pendapatan daerah.
Kata kunci : Pengrajin batik, Industri kecil, Pelestarian, Modernisasi
pedesaan dan masyarakat desa yang
Pendahuluan
akhirnya memilih bekerja sebagai
Perubahan sistem ekonomi
masyarakat
pertanian
yakni
ke
dari
ekonomi
ekonomi
industri
buruh pabrik di industri-industri
karena
dianggap
lebih
cepat
pendapatan
untuk
merupakan dampak dari modernisasi
menghasilkan
yang sedang berkembang. Sistem
mencukupi
ekonomi
berkembang
dibandingkan hanya dengan berada
dengan berarah ke pedesaan karena
di sektor pertanian yang lebih lama
menjadi lahan yang potensial bagi
menunggu hasil pada masa panen.
tumbuh
industri
kembangnya
kebutuhan
Masuknya
industri.
batik
hidup
dalam
industri berawal dari batik yang
Dengan masih luasnya lahan di
1
dianggap sebagai kebudayaan yang
Wisata Batik karena industri batik di
kemudian ditumbuh kembangkan.
desa
Didukung dengan ditetapkannya Hari
bertambah. Berawal dari usaha turun
Batik Nasional pada tanggal 2
temurun
Oktober 2009 oleh Badan PBB yang
penghasilan tetap bagi pengrajin
membidangi
Pendidikan,
batik. Pengrajin batik berperan dalam
Pengetahuan,
dan
Ilmu
Pilang
penting
Kebudayaan
setiap
kemudian
dalam
tahunnya
menjadi
mensejahterakan
(UNESCO) secara resmi mengakui
masyarakat sebab menjadi celah bagi
batik
pengrajin batik memulai usaha yang
Indonesia
budaya
sebagai
dunia.
warisan
dapat
UNESCO
menciptakan
memasukkan batik dalam Daftar
pekerjaan
Representatif
mengurangi
Warisan
Budaya
Manusia.
Takbenda
baru
dan
lapangan
sekaligus
penggangguran
yang
ada.
Pengakuan
terhadap batik merupakan pengakuan
Berpijak dari latar belakang
internasional terhadap mata budaya
yang telah dideskripsikan di atas,
Indonesia.
peneliti memfokuskan permasalahan
Pada era modernisasi batik
pada (1) Bagaimana pertumbuhan
tetap eksis karena minat masyarakat
pengrajin batik di era modernisasi?
terhadap batik tidak luntur oleh
(2) Bagaimana strategi melestarikan
perkembangan zaman. Dapat terlihat
batik pada era modernisasi di industri
dari
batik Dewi Brotojoyo Desa Pilang,
perkembangannya
batik
tradisional mendapat sentuhan dari
Kecamatan
modernisasi, muncul batik modern
Sragen? (3) Bagaimana pengaruh
dan batik tradisional yang tetap
adanya pengrajin batik di Desa
dipertahankan agar dapat dinikmati
Pilang,
generasi yang akan datang.
Kabupaten Sragen?
Tidak
terkenal
hanya
dengan
Solo
batik
yang
tetapi
Kabupaten Sragen juga mempunyai
daerah penghasil batik salah satunya
desa Pilang. Desa Pilang adalah Desa
2
Masaran,
Kecamatan
Kabupaten
Masaran,
Review Literatur
proses
Pengrajin Batik di Era
awalnya mencintai terlebih dahulu
Modernisasi
kemudian
dan
Menurut
batik zaman dahulu, batik sudah
kegiatan
yang
rasa
akhirnya
melestarikannya.
sangat berbeda dengan pengrajin
dalam
batik,
memunculkan
memiliki
Pengrajin batik di era modern
masuk
pelestarian
Imam
Santosa
(2011: 170) “Modernisasi merupakan
industri.
Karena pengrajin adalah orang yang
proses
menyusul
bekerja di bidang kegiatan mengubah
seperti
halnya
barang dasar menjadi barang jadi
tertinggal mencoba menyusul yang
atau barang setengah jadi atau dari
sudah maju. Sebuah perubahan dari
barang yang kurang nilainya menjadi
rural menuju urban, dari feodal
lebih tinggi nilainya dengan maksud
menuju
kapitalis,
dijual
menuju
industrial,
untuk
menghasilkan
ketertinggalan,
kemajuan
dari
yang
pertanian
dari
irasional
keuntungan. Akibat dari masuknya
menuju rasional dan dari tradisional
batik dalam industri modern, maka
ke
batik itu sendiri dituntut mengikuti
dapat terjadi jika terdapat suatu
perkembangan
memenuhi
modern”.
Modernisasi
hanya
zaman
untuk
dorongan. Dorongan-dorongan itu
permintaan
pasar.
menurut David McCleland adalah
Pengrajin juga memiliki ketrampilan
sebagai
produksi dan perdagangan.Pengrajin
memiliki need for achievement, yaitu
batik harus
kebutuhan
mempunyai inovasiyang
berikut:
Pribadi
untuk
yang
berprestasi,
perasaan tanggung jawab terhadap
inovasi
baru
berkembang
dengan
beragam
bentuk.
Dalam
masyarakat, memiliki modal yang
perkembangannya,
batik
yang
cukup agar dapat produktif, memiliki
ilmu pengetahuan yang tinggi.
awalnya hanya sebagai busana atau
Kegiatan
pakaian sekarang disesuaikan dengan
wirausaha
oleh
kreativitas
pengrajin batik di era sekarang
pengrajin dapat memadupadankan
memiliki manajemen yang baik di
barang yang ada menjadi tren baru di
segala
tengah
perumusan
kebutuhan,
dengan
masyarakat.
Inilah
awal
3
bidang,
tujuan,
baik
dengan
pembentukan
usaha, merencanakan strategi dan
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
lainnya. Pengelolaan industri oleh
pengrajin
dengan
kekuatan
yang
kelurahan
kelemahan,
Masaran, kabupaten Sragen dengan
ada,
peluang
dan
dapat
mengatasi
kekurangan
memikirkan
ancaman,
yang
meningkatkan
menggunakan
sehingga
kualitatif.
kekuranganada
Pilang,
metode
Strategi
menggunakan
dan
kecamatan
penelitian
penelitian
pendekatan
studi
kasus. Studi kasus dipilih karena
kemampuan
dalam hal ini untuk memperoleh
berproduksi.
Anailsis SWOT merupakan
kebenaran dalam penelitian yakni
analisis kondisi internal maupun
mengenai pengrajin batik di era
eksternal
modernisasi yang masih bertahan dan
suatu
organisasi
yang
selanjutnya akan digunakan sebagai
mengembangkan
dasar untuk merancang strategi dan
sampai
program
internal
menggunakan studi kasus tunggal
meliputi penilaian terhadap faktor
terpancang. Dan terpancang artinya
kekuatan (strength) dan kelemahan
fokus yaitu penelitian memfokuskan
(weakness).
pada satu
kerja.
Analisis
Sementara
analisis
saat
industri
ini.
batik
Penelitian
masalah yang
ini
sudah
eksternal mencakup faktor peluang
ditetapkan sebelum peneliti terjun ke
(opportunity)
tempat penelitian. Disebut tunggal
dan
tantangan
karena penelitian merupakan secara
(threaths).
rinci aspek-aspek tunggal. Dalam
Penerapan SWOT pada suatu
perusahaan dalam hal ini industri
penelitian
batik bertujuan untuk memberikan
adalah industri kecil pengrajin batik
suatu
dalam mempertahankan batik lokal
menjadi
panduan
fokus.
agar
perusahaan
SWOT
pandang,
baik
dari
aspek
tunggalnya
yaitu Batik Sragen di tengah baik-
sebagai
batik modern.
pembanding pemikiran dari berbagai
sudut
ini
Sumber data diperoleh dari
segi
kekuatan ataupun kelemahan serta
studi
peluang dan ancaman yang mungkin
aktivitas, lokasi, dan informan yaitu
terjadi.
pengrajin batik, tenaga kerja, dan
4
pustaka,
peristiwa
atau
Teknik
kegiatan mengubah barang dasar
pengambilan informan menggunakan
menjadi barang jadi atau barang
kolaborasi dari purposive sampling
setengah jadi atau dari barang yang
dan snowball sampling. Validitas
kurang nilainya menjadi lebih tinggi
data diperoleh melalui triangulasi
nilainya dengan maksud untuk dijual,
data dan metode. Teknik analisis data
yang memiliki ketrampilan produksi
yang
dan perdagangan.
masyarakat
desa
Pilang.
digunakan
adalah
model
Kelompok
ini
memiliki fungsi-fungsi usaha yang
analisis interaktif.
masih sangat sederhana. Termasuk
pengrajin batik, sangat berkaitan
Pembahasan
pelestarian
dengan
mendukung
informal
Terjadinya
kebudayaan
sektor
informal.
dalam
industri
Sektor
kecil
batik
menyebabkan para pengrajin tidak
sekarang ini, kita lihat kembali
bisa mengakses lembaga keuangan
mengenai
formal
pertumbuhan
pengrajin
definisi
kebudayaan
dan
menurut E. B Tylor dalam Soerjono
berhubungan
Soekanto
pinjaman
(2012:
150)
sebagai
dengan
informal.
berikut: “kompleks yang mencakup
pemerintah
pengetahuan,
mempengaruhi
kepercaayaan,
terpaksa
yang
harus
sumber
Kebijakan
ada
dapat
keberlangsungan
kesenian, moral, hukum, adat istiadat
suatu aktifitas industri kecil seperti
dan kemampuan-kemampuan serta
keberadaan industri batik di Pilang
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
dibawah
Business
oleh
Services
(BDS)
manusia
masyarakat”.
terbentuk
sebagai
Bahwa
anggota
kebudayaan
disebabkan
Development
Jaka
Tingkir
Kabupaten Sragen.
Di Era Modern seperti saat
karena
kegiatan atau aktivitas masyarakat
ini,
yang berkembang sampai sekarang
komoditas perdagangan yang luas.
yang tetap dilakukan agar dapat
Masyarakat menggunakan batik tidak
bertahan
dimaksud
hanya dalam upacara adat, acara-
pengrajin dalam penelitian ini adalah
acara resmi tetapi dalam keseharian.
orang
Munculnya tren batik yaitu baju-baju
hidup.
yang
Yang
bekerja
di
bidang
5
batik
kemudian
menjadi
bermotif batik dan berbagai barang
Pilang dengan mewarisi industri
yang dikreasikan dengan batik. Batik
batik akan membantu terjadinya
tidak hanya dapat dijumpai di tempat
perkembangan kebudayaan karena
tertentu atau tempat khusus batik saja
terjadinya
namun di berbagai tempat seperti
ketidaksesuaiannya
pasar-pasar, toko-toko, butik, mall
kebudayaan yang berbeda yang tidak
dan
serasi dan tidak dapat diselaraskan
lain
sebagainya,
masyarakat
sehingga
dengan
pembangunan
fungsinya
mudah
itu
unsur-unsur
dalam
kehidupan
menemukan berbagai produk dari
masyarakat sehingga menjadi khas.
batik.
Begitu juga dengan batik yang ada di
desa
Upaya pembangunan dalam
Pilang
khususnya
Dewi
hal ini kebudayaan adalah untuk
Brotojoyo, pengrajin batik batiknya
dapat
adanya
memiliki kekhasan bahwa corak-
perubahan-
corak lawasanlah yang menjadikan
perubahan masyarakat yang bergerak
khas batik daerah setempat walaupun
dari keadaan yang tradisional atau
Batik Sragen (desa Pilang termasuk
dari masyarakat pra modern menuju
dalam
kepada
begitu memiliki perbedaan dengan
mensejajari
modernisasi
sebagai
suatu
modern.
masyarakat
Desa
Pilang
yang
kabupaten
Sragen)
tidak
Batik Solo.
adalah
Modernisasi tidak menghala-
termasuk desa wisata batik yang
letaknya 13 kilometer dari pusat kota
ngi
Sragen,
yang
tertinggal. Menurut Imam Santosa
dipadati oleh tanah persawahan ini
(2011: 170) “Modernisasi merupakan
namun tidak menjadikan desa Pilang
proses
menyusul
menjadi desa tertinggal karena itu
seperti
halnya
yang
tertinggal mencoba menyusul yang
sebagian
wilayah
menambah
daya
tarik
usaha
batik
warisannya
ketertinggalan,
kemajuan
yang
sudah maju. Sebuah perubahan dari
tersendiri.
rural menuju urban, dari feodal
Pertumbuhan dalam bidang
industri desa Pilang sangat terlihat
menuju
kapitalis,
dengan
yang
menuju
industrial,
desa
menuju rasional dan dari tradisional
semacam
dilakukan oleh
tradisi
masyarakat
6
dari
dari
pertanian
irasional
ke modern”. Perkembangan industri
5 orang (termasuk tenaga kerja
di desa Pilang, disebabkan adanya
yang tidak dibayar)
Dari
sektor yang menambah pendapatan
industri
dalam pemasukan masyarakat desa.
penjabaran
batik
Dewi
termasuk kedalam
Peran penting industri batik
di
Brotojoyo
industri kecil
yang menambah Pendapatan Daerah
karena
Kabupaten Sragen sekitar 32% yang
kurang dari 20 orang, yaitu dengan
merupakan
industri batik berskala
jumlah 18 orang. Dari penggolongan
mikro-kecil yang cukup lumayan
industri tersebut, industri mengalami
menjamur di desa Pilang. Salah
perkembangan di kota maupun di
satunya
desa.
industri
batik
Dewi
mempunyai
atas,
Masuknya
tenaga
sektor
kerja
industri
Brotojoyo yang dikembangkan agar
menambah pendapatan masyarakat
masyarakat lain memperoleh manfaat
maupun pendapatan daerah.
dan
ikut
berkreasi
lagi
Irsan Azhari Saleh (1986: 5)
dalam
menyalurkan bakat berwirausahanya
mengemukakan
ke tempat yang tepat.
sebagai berikut:
Biro
Pusat
manfaat
1) Terpenuhinya
Statistik
kebutuhan
membedakan skala industri menjadi
masyarakat,
empat lapisan berdasarkan jumlah
pangan, dan papan,
pekerjaan
1) Perusahaan / industri besar jika
100
tenaga
memperkerjakan
baru,
semakin
yang
diserap
karya,
3) Dapat
3) Perusahaan / industri kecil
memperkerjakan
meningkatkan
pendapatan perkapita,
5
4) Dapat ikut serta mendukung
sampai 19 orang.
kerajinan
kerja
terutama pada industri padat
20
sampai 99 orang.
4) Industri
lapangan
dibangun maka banyak pula
2) Perusahaan / industri sedang
yang
sandang,
banyak jumlah industri yang
orang
atau lebih.
jika
baik
2) Terciptanya
tenaga kerja per unit usaha, yakni:
memperkerjakan
industri
pembangunan
rumah
tangga jika memperkerjakan <
7
nasional
di
bidang
ekonomi
pengrajin
terutama
kekuatan
sektor industri.
Sehingga industri batik dapat
memberikan
manfaat
perekonomian
di
dengan
bagi
suatu
yang
ada,
peluang
dan
dapat
mengatasi
kelemahan,
ancaman,
kekurangan
negara
memikirkan
sehingga
kekurangan-
yang
ada
dan
dengan meningkatkan kemakmuran,
meningkatkan
kesejahteraan,
berproduksi. Berikut penjelasannya:
pendapatan.
meningkatkan
Masyarakat
kemampuan
Kekuatan yang terdapat di
terbantu
dengan keberadaan industri batik di
pengrajin
desa
berdirinya
adalah besarnya minat warga desa
industri batik di desa Pilang dapat
Pilang untuk menjadi pengrajin batik
mengurangi
secara
atau pengusaha batik terbukti dengan
tidak langsung masyarakat dapat
menjamurnya pengrajin batik yang
terbantu
dengan
jumlahnya mencapai 41 dalam satu
pekerjaan
sebab
Pilang.
tersebut
Dengan
pengangguran
juga
mendapatkan
industri
sekaligus
batik
Dewi
Brotojoyo
batik
kelurahan, pengrajin batik Dewi
dapat
Brotojoyo
masih
sangat
melestarikan kebudayaan setempat,
mempertahankan pakem-pakem batik
generasi muda khususnya pengrajin
khususnya motif dan warna lawasan,
batik sekarang ini yang berprinsip
adminitrasi
need for achievement harus memutar
walaupun belum ada tenaga ahli
otak
ide-ide
karena hampir semua kepentingan
dapat
yang berhubungan dengan batik yang
kalangan
menangani adalah Kr istri dari EW
agar
kreatif
mendapatkan
supaya
diterima
di
batiknya
semua
yang
berjalan
baik
selaku pengrajin batik, industri batik
masyarakat.
oleh
Dewi Brotojoyo adalah salah satu
pengrajin batik di era sekarang
perusahaan batik binaan BDS Jaka
memiliki manajemen yang baik di
Tingkir Kabupaten Sragen, adanya
segala
dengan
kekompakan antar pengrajin batik
pembentukan
dengan bekerjasama jika terdapat
Kegiatan
wirausaha
bidang,
perumusan
tujuan,
baik
usaha, merencanakan strategi dan
pesanan
lainnya. Pengelolaan industri oleh
banyak dan belum dapat dikerjakan
8
batik
yang
jumlahnya
di
perusahaannya
sendiri
Peluangnya
sebab
antara
lain
masih sama-sama menggunakan cara
dengan perekonomian dalam negeri
produksi tradisional.
yang
mendukung
industri
Ancaman yang ada adalah
kreatif
pertumbuhan
pengrajin
batik,
tentang
masyarakat terbuka dengan karya
pemerintah
anak bangsa, dengan pengrajin batik
daerah setempat maupun pemerintah
megutamakan kualitas terbaik maka
pusat, termasuk kurang berminatnya
terdapat
generasi
menjadi
menguasai pasar karena kepercayaan
pembatik karena pembatik-pembatik
konsumen akan barang produksi
yang ada di industri batik berusia
sehingga mengakibatkan permintaan
dewasa sampai usia lanjut sehingga
pasar dalam negeri tinggi, dari
belum
kreativitas
kurangnya
pelatihan
membatik
baik
dari
muda
untuk
terdapat
pembatik,
penerus
keterbatasan
seorang
ide
kesempatan
pengrajin
menarik
konsumen
pakem-pakem pendahulunya, bahan
langsung
membatu
baku
semakin
mahal
dan
pengutamaan kualitas tersebut dan
dari
pengrajin batik karena terpaku pada
pembuatan
untuk
batik
menjadi
pendapatan daerah.
apalagi
setelah
Kelemahan
secara
tidak
meningkatkan
yang
penetapan kenaikan harga BBM
adalah
sejak bulan Juni 2013 yang lalu oleh
pengrajin
pemerintah,
khususnya pengembangan industri
pembuangan
limbah
kurangnya
terjadi
pendalaman
batik di dunia usaha
beberapa industri batik di Pilang
batik
masih
pada
kurangnya jaringan khususnya di luar
pembuangan umum sehingga sedikit
Pulau Jawa untuk mendapatkan order
menganggu kenyamanan lingkungan
yang lebih banyak karena distribusi
sekitar dan juga adanya persaingan
produk batiknya selama ini hanya
antar
merambah kota besar di Jawa dan
ditempatkan
sesama
pengrajin
karena
Bali.
semakin banyaknya pengrajin batik
di desa Pilang.
9
bagaimana
ke
depannya,
Berikut lebih singkatnya dengan matriks SWOT industri batik di Desa Pilang:
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Opportunities (O)
(Peluang)
1. Perekonomian dalam
negeri yang mendukung
pertumbuhan industri
kreatif (batik)
2. Terdapat kesempatan
menguasai pasar dengan
pengutamaan kualitas
terbaik
3. Permintaan pasar dalam
negeri yang masih tinggi
4. Perekonomian terbuka
untuk seseorang yang
mempunyai kreativitas/
keterampilan
5. Pendapatan daerah terus
meningkat
6. Kepercayaan
masyarakat tinggi
Threats (T) (Kelemahan)
1. Kurangnya pendalaman
di dunia usaha ataupun
usahanya yang
dimasukinya.
2. Kurangnya jaringan
(khususnya di luar Pulau
Jawa) untuk
mendapatkan order yang
lebih banyak
Strengths (S) (Kekuatan)
1. Minat warga (khususnya
desa Pilang) yang kuat
untuk membuka usaha
batik.
2. Mempertahankan
pakem motif-motif batik
3. Administrasi yang
dikerjakan dengan baik
walaupun tidak dengan
tenaga ahli.
4. Binaan BDS Jaka
Tingkir Sragen
5. Kekompakan antar
pengrajin batik yang
sangat mendukung.
Weaknesses (W) (Ancaman)
1. Kurangnya pelatihan
tentang membatik
2. Kurangnya minat generasi
muda/penerus untuk
membatik
3. Keterbatasan ide dari
pengrajin batik karena
adanya pakem
4. Mahalnya harga bahan
baku sedangkan penjualan
yang ada di pasaran
murah.
5. Kurangnya pelatihan
pengolahan limbah
6. Persaingan antar sesama
pengrajin batik
Strategi SO
Strategi WO
1. Membuat web online
1. Meningkatkan kreativitas
batik agar dapat
dalam mendesain pakaian
tersebar luas bahkan ke
batik dan juga mengikuti
seluruh dunia
tren yang sedang
2. Menciptakan produk
berkembang
berstandar
2. Pengrajin batik harus
internasional agar dapat
berusaha menjalin
menembus pasar
kerjasama dengan pihal
internasional
luar negeri sebagai usaha
3. Membuat proposal
menembus pasar
usaha agar usahanya
internasional
lebih maju lagi dan
berkembang
Strategi ST
1. Mengadakan sebuah
pelatihan tentang batik
agar diminati
2. Mengadakan pelatihan
membatik bagi anak
muda
Matriks SWOT Industri Batik di Desa Pilang
10
Strategi WT
1. Memanfaatkan
kerjasama yang dijalin
dengan pengrajin batik
lain untuk meningkatkan
produksitivas
2. Peningkatan SDM
karyawan perlu
dilakukan
3. Selalu melakukan
evaluasi
Untuk
dapat
Brotojoyo
menganalisis
khususnya dalan industri batik ini,
terpenting
adalah
hal
yang
serupa dengan faktor internalnya.
secara mendalam mengenai SWOT
yang
mengalami
Penutup
dengan
melihat faktor eksternal dan internal
Berdasarkan temuan-temuan
dalam perusahaan tersebut, Irham
sebagaimana telah dipaparkan dalam
Fahmi
penelitian
ini,
sebagai berikut: “Faktor eksternal ini
kesimpulan
sebagai
mempengaruhi
terbentuknya
Perkembangan industri batik di Desa
opportunities and threats (O and T).
Pilang mengalami kemajuan tiap
Faktor internal ini mempengaruhi
tahunnya dalam kurun tiga tahun
(2012)
terbentuknya
mengemukakannya
strengths
dapat
ditarik
berikut:
(1)
terakhir terhitung tahun 2013, maka
and
weaknesses (S and W)”. Berikut
pertumbuhannya
adalah faktor internal jika kekuatan
kemajuan cukup signifikan. Karena
dari industri batik lebih besar dari
setiap tahunnya bertambah jumlah
kelemahannya
kondisi
pengrajin batik dengan latar belakang
perusahaan dalam keadaan baik,
usaha turun temurun dan juga untuk
sebaliknya jika kekuatan lebih kecil
meningkatkan kehidupan ekonomi.
dari
kondisi
(2) Strategi melestarikan batik pada
perusahaan tidak baik. Sejauh ini
era modernisasi di industri batik
kondisi
Dewi
Dewi Brotojoyo Desa Pilang yakni
Brotojoyo mengalami kondisi yang
dengan regenerasi usaha batik untuk
baik karena kekuatannya lebih besar
mengembangkan
daripada
Faktor
Karena dengan pewarisan kepada
eksternalnya meliputi jika peluang
generasi penerusnya lah secara tidak
lebih besar dari ancaman maka
langsung
kondisi
dan
pelestarian kebudayaan leluhur, dan
sebaliknya jika peluang lebih kecil
generasi muda pengrajin batik juga
ancaman maka perusahaan dalam
yang
kondisi tidak baik. Untuk faktor
untuk dapat memajukan usaha batik.
eksternal di industri batik Dewi
(3) Pengaruh keberadaan pengrajin
kelemahan
maka
maka
industri
batik
kelemahannya.
perusahaan
baik
11
akan
juga
usaha
dapat
mempunyai
mengalami
batiknya.
membantu
ide-ide kreatif
batik
di
Desa
memberikan
Pilang
adalah
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi
bagi
Perubahan Sosial. Jakarta: PT.
manfaat
Raja Grafindo Persada.
perekonomian dengan meningkatkan
kemakmuran,
pendapatan.
Nilawati, E. S. 2011. Pesona Bisnis
kesejahteraan,
Masyarakat
Batik yang Unik dan Eksotik.
sangat
Yogyakarta: Penerbit Andi.
terbantu dengan keberadaan industri
batik
di
desa
Pilang.
Saleh, I.A. 1986. Industri Kecil:
Dengan
berdirinya industri batik di desa
Sebuah
Pilang
mengurangi
Perbandingan. Jakarta: LP3ES.
pengangguran secara tidak langsung
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi
masyarakat dapat terbantu dengan
Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
mendapatkan pekerjaan. (4) Terdapat
Raja Grafindo Persada.
dapat
kekuatan, ancaman, peluang dan
kelemahan di industri batik Dewi
Brotojoyo. Kegiatan wirausaha yang
dilakukan oleh pengrajin dengan
kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, maka dapat mengatasi
kekurangan-kekurangan
dan
meningkatkan
yang
ada
kemampuan
berproduksi.
Daftar Pustaka
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen:
Teori,
Kasus
dan
Solusi.
Bandung: Alfabeta.
Manning, Chris. & Noer Tadjuddin.
Urbanisasi,
1991.
Penggangguran, dan Sektor
Informal
di
Kota.
Jakarta:
Gramedia.
12
Tinjauan
dan