ANALISIS RESPONS SISWA SMP KELAS VIII TE

ANALISIS RESPONS SISWA SMP KELAS VIII TERHADAP MODEL
PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI PESAWAT
SEDERHANA
Atik Purwati Wahyuli
Mahasiswa S1 Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA atikpurwati.wahyuli@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian dilatar belakangi dari kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SMP
Negeri 5 Sidoarjo. Diketahui sebagian siswa masih kesulitan dalam mempelajari materi
pesawat sederhana. Hal ini dikarenakan pemilihan metode yang kurang tepat di dalam
proses pembelajaran sehingga pembelajaran kurang bermakna. Penelitian ini bertujuan
mengetahui respons siswa terhadap materi pesawat sederhana. Desain penelitian yang
digunakan metode wawancara dan angket, dengan sasaran penelitian yaitu siswa kelas VIII-2
di SMPN 5 Sidoarjo. Penentuan kelas sampel ini dipilihkan oleh guru bidang studi IPA
sesuai dengan kemampuan rata-rata tiap kelas. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis hasil wawancara guru IPA dan analisis hasil angket respon siswa. Dengan adanya
respons positif dari siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat membantu
permasalahan guru untuk menemukan model pembelajaran yang tidak membosankan dan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kata kunci : Pesawat sederhana, Respon siswa, Metode wawancara dan angket

Abstract


The background research of teaching and learning activities implemented in SMP Negeri
3 Sidoarjo. It is Known to most of the students still have difficulty in learning the material a
simple plane. This is because the selection method is less precise in the learning process so
that the learning is less significant. This study aims to determine the students' learning
outcomes and response to the material a plane simple. The research design used methods of
the survey and questionnaire, the research objectives is class VIII at 5 Sidoarjo Junior High
School. The determination of this sample class is chosen by the teachers of science in
accordance with the average ability of each class. The data analysis technique used is the
analysis of interviews and analysis of the results of a science teacher student questionnaire
responses. With the positive response from the students to the Learning Cycle 5E models can
help the problems of teachers to find a model of learning that is not boring and can increase
student's motivation.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memiliki mutu yang dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh. Pendidikan memegang

peranan yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
senantiasa mengadakan pembaharuan agar anak didik dapat mengembangkan segala
potensi yang ada semaksimal mungkin. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah saat ini
menunjukkan bahwa pendidikan itu tidak bersifat statis melainkan sesuatu yang dinamis.
Usaha tersebut mencakup semua komponen pendidikan seperti perubahan kurikulum dan
proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan sarana dan prasarana
belajar yang memadai, penyempurnaan sistem penilaian, penataan organisasi dan
manajemen pendidikan serta usaha-usaha lain yang berkenaan dengan peningkatan
kualitas pendidikan (Nugraheni, 2012).
Guru berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya
mengarahkan peserta didik saat proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan
belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak
sebagai pusat pembelajaran, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi
juga sebagai subjek belajar (Hamalik, 2008). Suasana kelas yang monoton, membuat
siswa merasa bosan dan mengantuk serta lebih memilih berbicara sendiri dengan
temannya dari pada memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya, siswa menjadi pasif
dan kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di SMPN 5 Sidoarjo, bahwa hasil
belajar siswa khususnya pada materi pesawat sederhana masih tergolong rendah, hal ini
dapat dilihat pada hasil ulangan harian siswa pada materi tersebut di mana rata-rata

ulangan harian siswa yaitu 70,37. Dari 33 orang siswa terdapat 13 siswa yang tuntas dan
20 siswa yang tidak tuntas. Dengan demikian masih banyak siswa yang belum mencapai
KKM di sekolah tersebut yaitu ≥ 75. Hal tersebut didukung dengan angket respons siswa
yang menyatakan bahwa terdapat 61% siswa mengalami kesulitan dalam penghafalan
rumus-rumus fisika dan biologi yang terkadang sulit dipahami, 57% merasa bosan dengan
metode ceramah yang diterapkan di dalam kelas. Dari hasil angket respons siswa terhadap
KD 3.5 membahas tentang kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan
hubungannya dengan kerja otot pada struktur rangka manusia, diperoleh 57% dari total
keseluruhan siswa yang mengalami kesulitan dengan materi tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of
knowledge sehingga pembelajaran cenderung verbal dan berorientasi pada kemampuan
kognitif siswa tanpa mempertimbangkan proses untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar
mengajar menyebabkan keterampilan proses sains siswa belum optimal. Solusi yang
mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa adalah suatu model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga
terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan sumber
maupun media belajar Nugraheni (2012).

Hasil penelitian Apriyani (2010), mengenai Penerapan Model Learning Cycle “5e”

Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMPN
2 Sanden Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Prisma Dan Limas” menyatakan bahwa melalui
penerapan model Learning Cycle 5E, siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri, bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep,
menjelaskan konsep dengan kata-kata mereka sendiri, serta mengaplikasikan konsep yang
telah mereka peroleh untuk memecahkan masalah. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik
materi yang akan digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu yaitu materi pesawat
sederhana. Pada materi tersebut siswa belajar tentang kegunaan pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan kerja otot pada strukrur rangka manusia.
Materi yang diajarkan berisikan tentang pengetahuan yang harus dibangun sendiri oleh
siswa (conctruct), seperti yang diungkapkan Carin (1993) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran Learning Cycle adalah model pembelajaran yang berorientasi pada model
pembelajaran konstruktivis dan menuntut siswa untuk berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Salah satu model yang dimaksud adalah model pembelajaran Learning
Cycle 5E yang terdiri dari 5 tahap yaitu tahap Engagement (pembangkitan minat),
Exploration (membangun konsep), Explanation (penjelasan konsep yang dipahami dengan
kata-katanya sendiri), Elaboration (menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami
dengan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru), dan Evaluation (pemahaman peserta
didik terhadap konsep yang telah dipelajari) (Lorbach, 2002).
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian sebagai salah satu

alternatif untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle. Maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Respons Siswa SMP Kelas VIII Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Pada
Materi Pesawat Sederhana.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Bagaimana respons siswa kelas VIII di SMPN 5 Sidoarjo terhadap model
pembelajaran Learning Cycle 5E pada materi pesawat sederhana?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
b. untuk mengetahui respons siswa terhadap model pembelajaran Learning Cycle 5E
pada materi pesawat sederhana.

BAB II
PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode wawancara dan angket.

Tahap ini merupakan tahap awal dalam pengambilan data yang meliputi: melakukan
wawancara ke sekolah yang akan digunakan untuk menentukan sampel yang akan
digunakan. Kemudian menyusun angket penelitian dan melakukan wawancara dengan
guru mata pelajaran IPA di kelas yang telah ditentukan sebagai obyek penelitian. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-2 di SMPN 5 Sidoarjo. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa. Penentuan kelas sampel ini dipilihkan
oleh guru bidang studi IPA sesuai dengan kemampuan rata-rata tiap kelas. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis hasil wawancara guru IPA dan analisis hasil angket
respons siswa.
Berdasaran hasil wawancara guru IPA di SMPN 5 Sidoarjo mengenai pembelajaran
IPA di sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013, pelaksanaannya sedikit
menyulitkan bagi guru karena jumlah murid yang terlalu banyak tetapi tidak didukung
dengan fasilitas yang memadai seperti kurang lengkapnya buku pegangan siswa serta alat
dan bahan praktikum. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih sering di bawah
KKM yang ditetapkan sekolah tersebut ≥ 75, dikarenakan masih banyak materi yang sulit
dimengerti. Guru lebih suka menggunakan metode ceramah terutama pelajaran fisika yang
membutuhkan penjelasan rumus-rumus.
Dalam mengintegrasikan pembelajaran fisika, biologi dan kimia dalam satu kesatuan
IPA terpadu siswa merasa senang dan tidak terlalu menemui kesulitan dalam
menerimanya, siswa merasa senang jika pembelajaran IPA dikaitkan dengan

fenomena/masalah nyata di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA
pada sekolah tersebut masih berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dan kurang
kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menurut salah satu guru IPA kelas VIII ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII pada
materi pesawat sederhana mencapai 40%, ketidaktuntasan sebesar 60%, hal tersebut
dikarenakan sebagian siswa masih sulit untuk membedakan jenis pengungkit dari
berbagai. Dari perolehan persentase tersebut dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII-2
belum mencapai ketuntasan secara klasikal.

Gambar 2.1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Materi Pesawat Sederhana.

Hasil wawancara ini juga didukung dengan pernyataan siswa pada angket prapenelitian yang telah disebarkan oleh peneliti kepada siswa kelas VIII-2 di SMPN 5
Sidoarjo. Bentuk pernyataan angket respons siswa sebagai berikut.
Tabel 2.1 Angket Respons Siswa Terhadap Model Pembelajaran Learning Cycle
5E
No.
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Pernyataan
Pembelajaran IPA sangat menarik
Kesulitan dalam pembelajaran IPA
Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan
meningkatkan motivasi belajar siswa
Metode ceramah membuat suasana kelas terasa
membosankan
Materi pesawat sederhana sangat menarik
Saya lebih mudah memahami materi pesawat
sederhana dengan melakukan percobaan atau kegiatan

Pembelajaran dengan model pembelajaran Learning
Cycle 5E membangkitkan rasa ingin tahu dan bersifat
konstektual (engage)
Guru membimbing siswa melakukan kegiatan dalam
rangka memecahkan suatu masalah (explore)
Saya mudah menjelaskan suatu konsep berdasarkan
kegiatan yang telah saya lakukan (eksplain)
Saya dapat menerapkan konsep yang ditemukan pada
situasi yang baru (elaborate)
Diskusi dalam kelompok membantu saya untuk
memahami materi pembelajaran dan membuat saya
lebih aktif dan termotivasi untuk belajar
Saya merasa baru terhadap model pembelajaran siklus
belajar (Learning Cycle)
Model pembelajaran Learning Cycle 5E cocok untuk
pokok bahasa IPA selanjutnya

Jawaban
Ya Tidak
28


5

20

13

30

3

19

14

31

2

32


1

33

0

33

0

30

3

32

1

29

4

30

3

33

0

Persentase
28/33 x 100% =
85%
23/33 x 100% =
70%
30/33 x 100% =
91%
19/33 x 100% =
57%
31/33 x 100% =
94%
32/33 x 100% =
97%
33/33 x 100% =
100%
33/33 x 100% =
100%
30/33 x 100% =
91%
32/33 x 100% =
97%
29/33 x 100% =
88%
30/33 x 100% =
91%
33/33 x 100% =
100%

Dapat diketahui dari hasil angket respons siswa, 85% siswa menyatakan bahwa
pembelajaran IPA sangat menarik, hal tersebut menurut para siswa, pelajaran IPA banyak
materi yang di praktikumkan sehingga siswa mempunyai pengalaman langsung mengenai
pembelajaran tersebut serta materinya masih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga pelajaran IPA adalah pelajaran yang menarik. Namun hal tersebut tidak
mengurangi bahwa sebenarnya masih ada 61% siswa yang kesulitan terhadap pelajaran
IPA, hal tersebut dikarenakan penghafalan rumus-rumus fisilka yang terlalu rumit, hafalan
biologi yang terlalu banyak dan pelajaran kimia yang sulit dipahami. Tetapi 39% siswa
memberi respons sebaliknya, siswa menyatakan bahwa tidak menemui kesulitan dalam
pembelajaran IPA karena jika dipelajari dan dipahami lebih dalam, pelajaran IPA itu
menyenangkan.

Dari kesulitan-kesulitan tersebut sebenarnya siswa mengingikan adanya variasi dalam
pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut ditunjukkan dengan 91% siswa menginginkan
model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan motivasi belajar mereka. Hal
tersebut juga didukung dengan pernyataan 57% siswa yang menyatakan bahwa model
pembelajaran dengan metode ceramah membuat suasana kelas menjadi membosankan.
Namun 43% siswa tidak mendukung pernyataan tersebut, mereka beralasan bahwa pada
mata pelajaran IPA dengan metode ceramah sangat dibutuhkan oleh siswa, sebab siswa
masih membutuhkan penjelasan dan arahan dari guru terutama pada penyampaian materi
fisika.
Pada siswa kelas VIII-2, sebesar 94% siswa menyatakan bahwa materi pesawat
sederhana menarik karena cukup membantu dalam pemecahan masalah yang sering
mereka hadapi di dalam kehidupan sehari-hari. Sebesar 97% siswa menyatakan lebih
mudah memahami materi pesawat sederhana dengan melakukan percobaan atau kegiatan
karena dengan diberi pengalaman secara langsung dari kegiatan praktikum, siswa lebih
mudah memgingat kegiatan tersebut. Dari permasalahan-permasalahan tersebut peneliti
menawarkan alternatif model pembelajaran baru yaitu model pembelajaran Learning
Cycle 5E dari beberapa tahapan dari model pembelajaran tersebut menawarkan bahwa
dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan
bersifat konstektual (engage) dan siswa merespons dengan baik pernyataan tersebut
dengan ditunjukkan respons siswa sebesar 97%.
Tahapan kedua dari model pembelajaran Learning Cycle 5E yaitu dengan guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dalam rangka memecahkan suatu masalah
(explore). Dari pernyataan tersebut mendapatkan respons siswa sebesar 100%, hal tersebut
menunjukkan bahwa walaupun siswa mengharapkan model pembelajaran yang baru, siswa
masih membutuhkan bimbingan/arahan dari guru. Pada tahap ketiga, siswa mudah
menjelaskan suatu konsep berdasarkan kegiatan yang telah mereka lakukan (eksplain), hal
tersebut memperoleh respons sebesar 91%, respons positif tersebut menunjukkan bahwa
siswa memang lebih senang bekerja secara aktif dan mendapatkan pengalaman secara
langsung dibandingkan hanya diberi setumpuk teori-teori yang tidak terlalu dipahami
siswa.
Pada tahapan keempat dari model pembelajaran Learning Cycle 5E yaitu menerapkan
konsep yang ditemukan pada situasi yang baru (elaborate), siswa memberikan respons
sebesar 97% , hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih mudah menyerap materi baru
dengan mengaitkan pengetahuan awal/pengalaman terdahulu yang mereka punya. Untuk
tahapan terakhir (evaluation), dalam tahap tersebut melibatkan kerja sama dengan
kelompok dan pengetahuan siswa sendiri dalam menghadapi suatu permasalahan dengan
pernyataan diskusi dalam kelompok dapat membantu siswa untuk memahami materi
pembelajaran dan membuat siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar, pernyataan
tersebut mendapatkan respons sebesar 88%, hal tersebut menunjukkan bahwa siswa saling
terlibat aktif dan saling menyalurkan ide-ide yang mereka miliki untuk memecahkan suatu
permasalahan, sisi positif dari kegiatan tersebut selain memberi pengalaman baru bagi
siswa, juga memberikan daya ingat yang baik kepada siswa untuk menyerap materi yang
baru didapat untuk menambah motivasi mereka dalam mempelajari materi-materi baru.

Dari beberapa pernyataan mengenai model pembelajaran Learning Cycle 5E, 97%
siswa menyatakan bahwa mereka merasa baru terhadap model pembelajaran Learning
Cycle 5E, hal tersebut menunjukkan bahwa pada kegiatan pembelajaran siswa sehari-hari
masih sangat dominan dengan metode ceramah dari guru. Tidak hanya sampai disitu,
100% siswa setuju dan menyarankan model pembelajaran Learning Cycle 5E cocok untuk
pokok bahasa IPA selanjutnya, hal tersebut menunjukkan antusias yang sangat tinggi dari
siswa terhadap model belajar tersebut.
Pernyataan dari keseluruhan angket respons siswa tersebut dicoba diimplementasikan
oleh peneliti dengan memberikan soal pretest kepada siswa dengan materi pesawat
sederhana.
Tabel 2.2 Hasil Pretest Kelas VIII-2 Pada Materi Pesawat Sederhana
No.
1
2
3

Pertanyaan
Contoh dari pesawat sederhana dalam kehidupan
sehari-hari
Prinsip pengungkit dalam kehidupan sehari-hari
Cara kerja otot bisep dan trisep yang dihubungkan
dengan pengungkit

Jawaban
Benar
86%

Salah
14%

12%

88%

0%

100%

Dari tabel 2.2 tersebut dapat diketahui bahwa, Dari hasil pra penelitian mengenai
pertanyaan soal pilihan ganda tentang pesawat sederhana yang diberikan peneliti kepada
siswa yaitu pada pertanyaan nomor 1 mengenai contoh dari pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari ada sekitar 86% siswa dapat menjawab dengan benar dan 14%
siswa menjawab salah, hal tesebut menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang
belum mengetahui penggunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian untuk pertanyaan soal nomor 2 mengenai prinsip pengungkit dalam kehidupan
sehari-hari hanya 12% siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar dan 88% siswa
menjawab salah, hal tersebut menunjukkan bahwa siswa masih bingung membedakan
prinsip pengungkit 1, pengungkit 2 dan pengungkit 3 dalam penerapannya di kehidupan
nyata. Sedangkan untuk pertanyaan soal nomor 3 mengenai cara kerja otot bisep dan trisep
yang dihubungkan dengan pengungkit, tidak ada yang dapat menjawab dengan benar, hal
tersebut menunjukkan bahwa siswa benar-benar tidak tahu bahwa prinsip pesawat
sederhana dapat dikaitkan dengan anggota tubuh manusia. Dari hasil pretest tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa benar-benar membutuhkan inovasi model pembelajaran yang
lebih bervariasi untuk meningkatkan pengetahuannya dalam menangkap hal-hal baru yang
diberikan kepada mereka. Hal tersebut didukung dengan teori konstruktivisme Piaget
(1970) bahwa belajar bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang
lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap
individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan
yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan
memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam
setiap individu (Nur, 2008).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. dari hasil penelitian dengan menggunakan angket respons siswa tersebut, siswa
meunjukkan respons yang positif mengenai model pembelajaran Learning Cycle
5E yang mereka anggap hal baru bagi mereka. Hal tersebut didukung dengan
perolehan persentase antara 88%-100% siswa yang mendukung model
pembelajaran tersebut untuk digunakan untuk mempermudah mereka dalam
pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan baru dengan pemahaman mereka
sendiri dan didukung dengan penerapan secara nyata dengan kegiatan praktikum.
2. menurut teori konstruktivisme Piaget (1970) bahwa belajar bukanlah sekadar
menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi
hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan
hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh
melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan
memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama
tersimpan/diingat dalam setiap individu (Nur, 2008).
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan beberapa saran
agar penelitian berikutnya berjalan lancar dan lebih baik yaitu:
1. agar guru lebih mengaktifkan sikap ilmiah siswa sebagai kelanjutan dari
implementasi model pembelajaran Learning Cycle 5E.
2. selain itu, dengan diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan dapat
menambah pengalaman belajar siswa sehingga lebih bervariasi

DAFTAR ISI

Apriyani. 2010. “Penerapan Model Learning Cycle 5E Dalam Upaya
MeningkatkanKemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dasar Siswa SMPN 2 Saden
Kelas
VIII
Pada
Pokok
Bahasan
Prisma
dan
Limas”.
Tersedia
dihttp://eprints.uny.ac.id/1405/1/SKRIPSI_APRIYANI.pdf, (diakses Selasa, 03 Desember
2013).
Carin, A.A . 1993. Teaching Science Through Discovery . Seventh Edition .New York :
Mcmillan Publishing Company.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung Bumi Aksara.
Lorsbach, A.W. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction.
[Online]. Tersedia di http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htm, (diakses
tanggal 28 Januari 2015).
Nugraheni, Latif Sofiana. 2012. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
5E Terhadap Keterampilan Proses Sains Biologi Siswa Kelas X SMA Al Islam 1
Surakarta ”.
Tersedia
di
http://biologi.fkip.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2012/02/SKRIPSI_LATIF-SOFIANA-NUGRAHENI_K4308096.pdf
diakses pada Selasa, 03 Desember 2013.
Nur, Mohamad, dan Prima Retno W. 2008. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA Pusat Sains dan
Matematika Sekolah.
Sulistyaningrum, Septi. 2013. “Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5e Pada
Tema Stroke Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Smp Negeri 3 Madiun ”. Jurnal.
Tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Surabaya.
Tim Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. 2013. Modul Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2013.