PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOORPERATIF. docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Pada Penelitian ini penulis mengambil judul : “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Learning Together (LT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok
Bahasan Trigonometri”.

B. MASALAH
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan
manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui
pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai
dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup
memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena
matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis
dan sistematis. Oleh karena itu, maka perlu adanya peningkatan mutu pendidikan
matematika.
Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang
bervariasi. Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama untuk
semua pokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu
cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain.

1

Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi matematika
masih tergolong rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain.
Kondisi seperti ini terjadi pula pada SMA PGRI 1 Tulungagung.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru matematika yang mengajar di
kelas XI bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa masih tergolong
rendah. Salah satu materi matematika yang penguasaan siswa rendah adalah pada
pokok bahasan Trigonometri, di mana pada materi tersebut banyak siswa yang
belum bisa menentukan cara yang mudah dalam menyelesaikan suatu persoalan
Trigonometri, siswa juga kurang bisa menyatakan suatu bentuk persamaan
trigonometri. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar dari ulangan harian
matematika bab trigonometri hanya sebesar 5,0 pada tahun ajaran 2013/2014,
kemudian pada tahun ajaran 2014/2015 rata-rata hasil belajar dari ulangan

matematika bab trigonometri hanya menunjukkan angka 5,25 , pada tahun ajaran
2015/2016-pun rat-rata hasil ujiannyapun hanya menunjukkan angka 5,50.
Meskipun jika dilihat hail tersebut selalu menunjukkan kenaikan dari tahun ke
tahun tetapi kenaikaannya masih rendah serta nilai rata-rata masih dibawah KKM.
Rendahnya hasil belajar matematika bab trigonometri siswa dipengaruhi
oleh berbagai faktor, di antaranya adalah model pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada SMA PGRI 1
Tulungagung menunjukan bahwa pembelajaran matematika di sekolah tersebut
masih menggunakan model pembelajaran konvensional yakni suatu model
pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara
pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini diduga
merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian siswa
sehingga hasil prestasi belajar matematika bab trigonometri siswa menjadi rendah.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem
pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara
aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika karena dalam
mempelajari matematika tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-


2

konsep matematika tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan
menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar. Melalui model
pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar
pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang
mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji
dan

menguasai

materi

pelajaran

matematika

sehingga

nantinya


akan

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif
terdiri dari empat pendekatan yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division),
Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan pendekatan struktural. Pendekatan
struktural terdiri dari beberapa tipe yaitu tipe Think Pair Share, tipe Numbered
Heads Together (NHT) serta tipe Learning Together (LT).
Melihat penguasaan siswa terhadap materi matematika khususnya
Trigonometri masih kurang, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang
dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe LT (Learning Together) karena
pada model pembelajaran ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam
proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok dengan ciri
utamanya adanya pengelompokan siswa yang dipilih secara acak (heterogen) oleh
guru sehingga semua siswa dapat bekerja sama tanpa pilih-pilih teman serta
berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab
kelompoknya masing-masing. Dengan pemilihan model pembelajaran ini,
diharapkan proses pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi
kesan yang kuat kepada siswa.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

suatu penelitian yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Learning Together (LT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA
PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan
Trigonometri”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah diatas maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah :

3

a. Apakah Peserta didik kurang antusias untuk belajar dan lebih cenderung
menerima apa saja yang disampaikan oleh guru ?
b. Apakah Guru masih menggunakan Model pembelajaran yang bersifat
konvensional ?

c. Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi minat
belajar siswa?


d. Apakah

model

pembelajaran

Learning

Together

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
3. Pembatasan masalah
Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Minat

belajar

siswa


dengan

penerapan

model

pembelajaran Learning Together pada siswa kelas XI SMA
PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 pada bab
Trigonometri.
b. Hasil

belajar

matematika

dengan

penerapan


model

pembelajaran Learning Together pada siswa kelas XI SMA
PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 pada bab
Trigonometri.
c. Pengaruh

penerapan

model

pembelajaran

Learning

Together pada siswa kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung
Tahun Ajaran 2015/2016 pada bab Trigonometri.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut :

a. Apakah ada minat belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran Learning Together pada siswa kelas XI SMA PGRI 1
Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 pada bab Trigonometri ?

b. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada Trigonometri di SMA
PGRI 1 Tulungagung Kelas XI Semester I Tahun Ajaran 2015/2016
dengan penerapan Model Pembelajaran Learning Together (LT) ?

4

c. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Learning
Together (LT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA PGRI 1
Tulungagung Kelas XI Semester 1 tahun Ajaran 2015/2016 ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Ada minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran
Learning Together pada siswa kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung
Tahun Ajaran 2015/2016 pada bab Trigonometri.

b. Ada peningkatan hasil belajar siswa pada Trigonometri di SMA PGRI 1

Tulungagung Kelas XI Semester I Tahun Ajaran 2015/2016 dengan
penerapan Model Pembelajaran Learning Together (LT).
c. Melalui penggunaan model pembelajaran Learning Together dapat
mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa kelas XI Semester 1 di
SMA PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan
dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu
memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika,
terutama terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa
pada bab Trigonometri. Serta secara khusus penelitian ini
memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran matematika
yang berupa pergeseran dari pembelajaran yang tidak hanya
mementingkan

hasil


menuju

mementingkan prosesnya.
b. Manfaat Praktis

5

pembelajaran

tetapi

juga

-

Memberi
strategi

masukan
mengajar

kepada
yang

guru

tepat,

dalam
yang

menentukan

dapat

menjadi

alternatif lain dalam mata pelajaran matematika.
-

Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Sekolah Menengah.

-

Memberi masukan kepada siswa untuk meningkatkan
kreativitas belajarnya, megoptimalkan kemampuan berfikir
positif dalam mengembangkan diri di tengah – tengah
lingkungan dalam meraih keberhasilan belajar.

-

Bahan

pertimbangan,

masukan

penelitian lebih lanjut.

6

atau

referensi

untuk

BAB II
DESKRIPSI TEORITIS
A. HAKIKAT DARI VARIABEL Y
1. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah
merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut
merupakan hasil dari pengalaman. Dengan pengembangan
tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu
tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang
mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka.
Beberapa

definisi

belajar

sebagai

suatu

perubahan

menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
-

Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa
belajar merupakan suatu proses karena adanya usaha
untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang
melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam
dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun
sikap.

-

Sedangkan menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan serangkaian
kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.Slameto
(1989:2) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses
usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

7

suatu

perubahan

tingkah

laku

yang

baru

secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam lingkungannya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar
dapat disimpulkan sebagai berikut :
-

Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja

-

Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan
jasmani, kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir,
sikap terhadap nilainilai dan inhibisi serta lain-lain fungsi
jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan
fisik)

2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley
(dalam Sudjana, 2001:22) membagi tiga macam hasil belajar,
yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan
pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan
dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Beberapa ciri untuk melihat hasil belajar yang diperoleh
siswa setelah melakukan proses belajar adalah sebagai berikut:
-

Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah
dipelajarinya dalam kurun waktu yang cukup lama.

-

Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip
yang telah dipelajarinya.

-

Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep
dan prinsip yang telah dipelajarinya.

-

Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari
bahan pelajaran lebih lanjut.

8

-

Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja
sama dengan siswa lain, berkomunikasi dengan orang lain,
dan lain-lain.

-

Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai
kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas belajar.

3. Pengertian matematika
Dalam

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

matematika

diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara
bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Tim Penyusun
KBBI,

2007:723).

Sitanggang

Sedangkan

(2003:158)

menurut

mengartikan

Djati

Kerami

matematika

dan

adalah:

“pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berkaitan “.
Matematika dikelompokan kedalam tiga bidang, yakni:
-

Aljabar, pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan
pengabstrakannya.

-

Analisis, melibatkan kekontinuan dan limit.

-

Geometri, membahas bentuk-bentuk dan konsep-konsep
yang berkaitan (Djati Kerami dan Sitanggang, 2003:158).

B. HAKIKAT DARI VARIABEL X
1. Model Pembelajaran
Akhmad Sudrajat (2008:1) pendekatan pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode

pembelajaran

dengan

cakupan

teoretis

tertentu.

Dilihat

dari

pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered

9

approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
guru (teacher centered approach).
Pembelajaran atau pengajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134- 135)
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pembelajaran
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapa hasil pembelajaran yang memliki hakikat perencanaan atau perancangan
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Dari beberapa pendapat di atas dapat
diambil kesimpilan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi peserta didik
dengan pendidik dengan menggunakan media pembelajaran.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran
adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap–tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian
kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran
tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan–kegiatan apa yang
harus dilakukan guru atau siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Dalam kegiatan belajar mengajar guru dapat menerapkan beberapa model
pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas dan materi yang diajarkan. Model
Pembelajaran yang efektif untuk diterapkan di kelas adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning mengacu pada
metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam satu kelompok kecil,
saling membantu dalam belajar. Dalam Pembelajaran kooperatif siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda
satu sama lain.
Pengertian Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
menurut Holubec (dalam Nurhadi dkk, 2004:60) mengatakan
bahwa:

“Pembelajaran

memerlukan

pendekatan

kooperatif
pengajaran

10

(cooperative
melalui

learning)

penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar”.
Sedangkan
mengatakan

Abdurrahman

bahwa:

pembelajaran

yang

dan

“pembelajaran
secara

Bintoro

(2000:78)

kooperatif

sadar

dan

adalah
sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih
asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam
masyarakat nyata”.
Dari

penjelasan

para

ahli

di

atas,

maka

penulis

menyimpulkan bahwa pembelajar kooperatif adalah pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar

guna

mencapai tujuan belajar yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih
asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam
masyarakat nyata.
b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Selanjutnya Nurhadi dkk. (2004:61-62)

menyebutkan

unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
a. Saling

ketergatungan

positif,

Dalam

pembelajaran

kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong
agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif.
b. Interaksi tatap muka, Interaksi tatap muka menuntut
siswa

dalam

kelompok

dapat

saling

bertatap

muka

sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.

11

c. Akuntabilitas

individual,

menampilkakan
Meskipun

wujudnya

demikian,

Pembelajaran
dalam

penilaian

kooperatif

belajar

kelompok.

ditunjukkan

untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
secara individual.
d. Keterampilan

menjalin

hubungan

antar

pribadi,

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik
ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai

sifat

lain

yang

bermafaat

dalam

menjalin

hubungan antar pribadi (interpersonal relationshi) tidak
hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
c. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif
Masih

menurut

pendapat

Nurhadi

dkk.

(2004:68-72)

pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan aktif
berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru
dalam pembelajaran kooperatif tersebut dikemukakan sebagai
berikut ini :
-

Merumuskan tujuan pembelajaran.

-

Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar.

-

Menentukan tempat duduk siswa.

-

Merancang

bahan

untuk

meningkatkan

saling

ketergantungan positif.
-

Menentukan

peran

siswa

untuk

menunjang

saling

ketergantungan positif.
-

Menjelaskan tugas akademik.
Menjelaskan

kepada

siswa

keharusan bekerja sama.
-

Menyusun akuntabilitas individual.

12

mengenai

tujuan

dan

-

Menyusun kerja sama antar kelompok.

-

Menjelaskan kriteria keberhasilan.

-

Menjelaskan perilaku yang diharap.

-

Memantau perilaku siswa.

-

Memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan
tugas.

-

Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan
bekerja sama.

-

Menutup pelajaran.

-

Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa.

-

Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.

d. Model Pembelajaran Learning Together
Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari
Universitas

Minnesota

mengembangkan

model

Learning

Together

dari

pembelajaran kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson &
Smith, 1991). Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam
kelompok yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda
mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas,
menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini
menekankan pada empat unsur yakni :
-

Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
yang beranggotakan empat sampai lima siswa.

-

Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai
tujuan kelompok.

-

Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa
mereka secara individual telah menguasai materinya.

-

Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para
siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan
mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai
tujuan mereka. Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran
heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta tanggung

13

jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan
tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan
menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan
penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya
(Slavin, 2008).
Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa
membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing
kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok
yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap
anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika
hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka
harus meningkatkan kinerja kelompoknya.
Adapun sintaks dari Learning Together (LT) adalah:


Guru menyajikan pelajaran.



Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara
heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).



Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan
menyelesaikannya.



Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.



Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada

pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan
pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan
(Slavin, 2008).
C. KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1. Hubungan Antara Variabel X dengan Y
Di dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik
instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi menurut

14

Rooijakkers (1991 : 14) merupakan faktor internal yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk
menumbuhkan motivasi adalah dengan model pembelajaran
yang

bervariatif

dan

tidak

monoton.

Model

pembelajaran

Learning Together adalah salah satu model pembelajaran yang
bercirikan kerjasama antar siswa, berpikir, dan tanggung jawab
sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dengan sungguhsungguh. Dan pada akhirnya hasil belajar siswa pun akan
meningkat.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis kerja H1
Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Learnig
Together dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 pada
pokok bahasan Trigonometri.
b. Hipotesis Nihil H0
Tidak

Terdapat

pengaruh

pada

penerapan

model

pembelajaran Learnig Together dalam meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran
2015/2016 pada pokok bahasan Trigonometri.

15

BAB III
METODE PENELITIAN, TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN,
ANALISIS DATA
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penulis memilih subyek penelitian ini adalah siswa SMA
PGRI 1 Tulungagung, sedangkan waktu penelitian direncanakan
akan dilaksanakan selama 1 bulan yakni dari pertengahan Juli
hingga pertengahan Agustus 2016.
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 yang
memiliki tiga jurusan yaitu XI IPA dengan jumlah kelas sebanyak
4 Kelas yaitu kelas A-D dan setiap kelas berisi 40 siswa sehingga
jumlah seluruh siswa kelas XI IPA yaitu sebanyak 160 siswa,
untuk XI IPS dengan jumlah kelas sebanyak 4 Kelas yaitu A-D
dengan jumlah siswa setiap kelas yaitu 40 siswa sehingga jumlah
seluruh siswa kelas XI IPS yaitu 160 siswa, kemudian untuk XI
Bahasa dengan jumlah kelas sebanyak 2 kelas yaitu A-B untuk
setiap kelas juga berisi 40 siswa sehingga jumlah seluruh siswa
kelas XI Bahasa yaitu 80 siswa. Demikian populasi dalam
penelitian ini berjumlah sebanyak 400 siswa.
b. Sampel

16

Dengan populasi dalam penelitian ini berjumlah sebanyak
400 siswa dan ini berarti subyeknya lebih dari 100, maka peneliti
menggunakan teknik Random Sampling (Pengambilan Acak).
Keputusan ini berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Arikunto
(1996:120) bahwa, “Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil

semua

hingga

penelitiannya

merupakan

penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
antara 10-15 %, atau 20-25% atau lebih”.
Pengambilan dilakukan secara random (acak), karena setiap kelas
mempunyai karakteristik yang sama. Sampel diambil sebanyak 3 kelas, dengan
cara membuat gulungan kertas sebanyak kelas dalam populasi. Dua kelas yaitu
kelas XI IPA A dan XI IPA C sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan
pembelajaran Learning Together (LT) dan satu kelas lagi yaitu kelas XI Bahasa B
sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung.

B. METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model
pembelajaran Learning Together (LT) dalam meningkatkan hasil
belajar

matematika

khususnya

pada

pokok

bahasan

Trigonometri, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode eksperimen dengan cara membandingkan hasil belajar
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Dalam
mendapatkan

pelaksanaannya
treatment

berupa

kelompok

eksperimen

penggunaan

model

pembelajaran koorperative tipe Learning Together dan post tes
sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, dalam

17

arti pembelajarannya menggunakan metode tradisional dan
hanya mendapatkan post tes.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penerapan

model

pembelajaran

Learning

Together

dalam

penelitian ini membutuhkan data-data yang dapat dianalisis
sehingga dapat ditarik kesimpulan yang akurat dari hasil
eksperimen yang dilakukan. Prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode :

1. Tes

alat

Tes

adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta

lain

yang

digunakan

untuk

mengukur

keterampilan,

pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 1996:150). Tes
ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaran
matematika siswa sesudah diberikan perlakuan pada pokok
bahasan Trigonometri. Tes yang digunakan berupa tes obyektif.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini yaitu mengumpulkan data melalui
peninggalan

tertulis

seperti

arsip-arsip

yang

berhubungan

dengan masalah penelitian ini. Dokumentasi yang diperlukan
adalah data mengenai nama siswa dan nilai ulangan matematika
pada

tahun

ajaran

sebelumnya.

Hal

ini

bertujuan

mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar
siswa sebelum diberikan perlakuan.

18

untuk

matematika

3. Metode Observasi
Metode

ini

pelaksanaan

digunakan

pembelajaran

untuk
dengan

mendapatkan
model

informasi

pembelajaran

Learning Together dilaksanakan.

D. TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam menganalisis data ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Analisis Uji Instrumen Penelitian
Dalam analisis uji coba tes langkah-langkah yang ditempuh
adalah:
1)

Analisis Validitas Tes
Analisis validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah

butir soal sebagai instrumen penelitian valid atau tidak valid.
Untuk menghitung koefisien validitasnya, peneliti menggunakan
rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Rumus 1 : Dengan nilai Simpangan

r xy =
Keterangan :

x=X −X

∑ xy
√( ∑ x 2 )(∑ y 2 )

y=Y −Y
X =skor rata−ratadari X
Y =skor rata−rata dari Y

Rumus 2 : Dengan angka kasar

r xy =

Keterangan :

N ∑ XY − ( ∑ X )

(∑ Y )
√ {N ∑ X 2−( ∑ X 2 )} { N ∑ Y 2−(∑ Y 2)}
r xy =koefisien validitas butir soal
19

N=Banyak siswa peserta tes

X =skor rata−ratadari X

Y =skor rata−rata dari Y
Dari nilai rxy

yang diperoleh tersebut kemudian dibandingkan

dengan tabel harga kritis produk moment. Butir Soal dikatakan
valid jika rhitung ≤ rtabel.
2) Analisis Reabilitas Tes
Reliabel artinya dapat dipercaya sehingga dapat diandalkan. Menurut
Arikunto Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu Instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
Instrumen tersebut sudah cukup baik (2010:221). Dalam penelitian ini, tehnik
analisis reabilitas yang digunakan yaitu tehnik belah dua oleh Rulon dengan
Rumus :

r 11 =1−
Untuk mencari

V d atau

S

2

d

Vt

dengan rumus :
2

V d=

Vd

∑d −

(∑ d )

2

N

N

Keterangan : r 11 =reabilitasinstrumen

V t =var ianstotal atau var ians skor total
V d =var ians
d=skor belahan awal−skor belahan akhir

N= jumlahsiswa
20

Dari nilai

r 11 yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai tabel

Product Moment. Instrumen dikatakan reliabel jika

r

r hitung ≤r tabel .

b. Analisis Uji Data Hasil Penelitian
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji

prasyarat

analisis

bertujuan

untuk

mengetahui

normalitas dan homogenitasnya sebelum data tersebut dianalisis
dengan menggunakan rumus uji komparasi atau uji-t.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data
berdistribusi

normal

atau

tidak

(Budiyono,

2004:168).

Uji

normalitas ini diberikan kepada kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol setelah diberikan pos tes. Peneliti menggukan
statistik uji chi kuadrat untuk menghitung normalitas penelitian
ini. Rumus statistic uji Chi-Kuadrat :
k

χ =∑
2

( oij −e ij )

i =1

Untuk mencari

e ij

~ χ 2 ( k−3 )

e ij dengan rumus :
e ij=

Nilai

2

( Ni .. N j.)
N ..

e ij diperoleh dari tabel Kontingensi 2 arah.

Keterangan :

2

χ =Chi−Kuadrat

Oij=Frekuensi yang diperolehberdasarkan data
Eij =Frekuensi yang diharapkan

K−3=Derajat Kebebasan

21

χ2 hitung yang telah diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya
dibandingkan dengan χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = K
– 3 dan taraf signifikansi α = 5%. Data dikatakan normal apabila
χ2hitung < χ2tabel.

Tabel 1. Tabel Kontingensi 2 arah
Variabel
1
X1

Xm
Total

Variabel 2
Y2


Yk

O12
….
Om2
N.2

O1k

Omk
N.k

Y1
O11

Om11
N.1






Total
N1.

Nm.
N..

b. Uji Homogenitas.
Uji

homogenitas

ini

dimaksudkan

untuk

mengetahui

apakah varians populasi homogen atau tidak. Peneliti melakukan
pengujian dengan uji Fisher (uji F). Rumus Statistik uji-F :

F ο=
Keterangan :

MK k
~ dengan F ( nb−1, nk−1 )
MK d

F ο= Homogenitas yang dicari

MK k = Mean kuadrat kelompok
MK d = Mean kuadrat dalam
Hasil yang diperoleh dari Fhitung selanjutnya dibandingkan
dengan Ftabel yang mempunyai dk pembilang sebesar (nb – 1)
dan dk penyebut (nk – 1) serta taraf signifikansi α = 5%.

22

Dikatakan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol berasal
dari populasi yang memiliki variansi yang relative sama apabila
Fhitung < Ftabel .

2. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah
berikutnya adalah melakukan analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh penerapan
model pembelajaran Learning Together terhadap hasil belajar matematika siswa.
Peneliti menggunakan uji statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan).
Hipotesis yang akan diujikan adalah:


H 0 : μ1 ≤μ2

Nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari

pada nilai rata-rata kelompok kontrol.


H 1 : μ1 > μ2

Nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada

nilai rata-rata kelompok kontrol.
Dengan Tingkat Kesalahan (α) = 5%
Keterangan :




H0 = Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Learning
Togeter dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI
SMA PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 pada pokok
bahasan Trigonometri.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Learning
Togeter
dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA
PGRI 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan
Trigonometri.

Rumus uji-t yang digunakan yaitu sebagai berikut:

23

t=

( X 1 −X 2 )−d 0
Sp



1 1
+
n1 n2

≈db=n1 +n2 −2

Dengan
S 2=

( n1−1 ) . S 12 + ( n2 −1 ) . S 22

p

n1 +n2 −2

t=Statistik Uji

Keterangan :

X 1 =Mean Kelompok Eksperimen
X 2 =Mean Kelompok Kontrol
n1=Jumlah Anggota Kelompok Eksperimen
n2=Jumlah Anggota Kelompok Kontrol
S 2 =S tan dar Deviasi Kelompok Eksperimen
1

S 2 = S tan dar Deviasi Kelompok Kontrol
2

S p=Variansi Gabungan
d 0=0(sebab tidak membicarakan selisihrataan)
(Budiono, 2004:151)
Hasil yang diperoleh dari thitung selanjutnya dibandingkan
dengan ttabel yang memiliki derajat kebebasan dk = N1 + N2 - 2
dan taraf signifikansi α = 5%. Dalam hal ini tolak hipotesis nol
jika thitung > ttabel. Dengan demikian dapat dikatakan terdapat
pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Together
terhadap hasil belajar matematika siswa.

24

3. Statistik Hipotesis Penelitian (Secara Matematika)
Hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ho : μ1 ≤ μ2

: nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih

rendah dari pada nilai ratarata kelompok kontrol.
H1 : μ1 > μ2 : nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi
dari pada nilai ratarata kelompok kontrol.
α

= 5%

Keterangan:


H0

=

Tidak terdapat pengaruh penerapan model

pembelajaran penerapan
model pembelajaran Learning Together dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung
Tahun


Ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan Trigonometri.
H1 = Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
penerapan model
pembelajaran Learning Together dalam meningkatkan hasil
belajar
matematika siswa kelas XI SMA PGRI 1 Tulungagung Tahun
Ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan Trigonometri.

E. INDIKATOR KEBERHASILAN
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi
peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas XI SMA PGRI 1
Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan Trigonometri dengan

25

penerapan model pembelajaran penerapan model pembelajaran Learning
Together.

26

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62