Open BTS sebagai Teknologi Telekomunikasi

OpenBTS sebagai Teknologi Telekomunikasi
Alternatif di Wilayah USO
Erwin Gunawan - 55415120006
Post-Graduate Program of Electrical Engineering Department, Mercua Buana University
E-mail : ewyn@outlook.com // 55415120006@student.mercubuana.ac.id
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA
Abstrak— Salah satu tantangan negara kepulauan adalah
terpenuhinya hak seluruh warga negara untuk bisa
menggunakan layanan telekomunikasi. Wilayah USO menjadi
tanggung jawab pemerintah untuk memberikan layanan
telekomunikasi yang terjangkau. Dalam bidang telekomunikasi,
OpenBTS merupakan kombinasi teknologi open source yang
memungkinkan
masyarakat
membangun
infrastruktur
telekomunikasi secara mandiri. Pemerintah Republik Indonesia
pada tanggal 08 April 2016 menetapkan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika No.5 Tahun 2016 tentang “Uji
Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika, dan Penyiaran”
yang mengizinkan penerapan teknologi seperti OpenBTS dapat

dilakukan secara legal.

I. PENDAHULUAN
Berbentuk sebagai negara kepulauan menjadikan Indonesia
sebagai negara yang diberkahi dengan potensi sumber daya
alam yang melimpah, namun disaat bersamaan tantangantantangan pembangunan juga menjadi pekerjaan rumah
tersendiri. Salah satu tantangan negara kepulauan adalah
terpenuhinya hak seluruh warga negara untuk bisa
menggunakan layanan telekomunikasi.
Dalam rangka mendorong peningkatan teledensitas,
pemerintah telah mengambil langkah strategis dengan
melakukan deregulasi di bidang telekomunikasi yang memberi
kesempatan kepada swasta untuk turut serta memberikan
pelayanan di bidang telekomunikasi, seperti tertuang dalam
Undang-undang No. 36/1999 tentang Telekomunikasi dan
Peraturan Pemerintah No. 52/2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi. Karena selama ini penyelenggaraan
telekomunikasi masih terfokus pada daerah komersial sehingga
daerah non komersial kurang mendapat perhatian meskipun
penyelenggara telekomunikasi masih mempunyai kewajiban

untuk memberikan kontribusi pelayanan universal dalam
bentuk penyediaan sarana dan prasarana telekomunikasi di
daerah non komersial. Kewajiban para penyelenggara
telekomunikasi tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor
52 tahun
2000
tentang
Penyelenggaraan
Telekomunikasi. Dalam pelaksanaannya, disebutkan bahwa
definisi (Kewajiban Pelayanan Universal) KPU/ (Universal
Service Obligation) USO disektor telekomunikasi merupakan
“pemenuhan aksesibilitas bagi wilayah atau sebagian
masyarakat yang belum terjangkau oleh penyelenggaraan
jaringan dan atau jasa telekomunikasi”. [1]
Dengan dasar tidak efektifnya realisasi anggaran, beragam
program yang telah dilakukan pemerintah melalui Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akhirnya berujung

pada penghentian sementara program KPU/USO pada 05

Maret 2015. Program dihentikan untuk mencegah munculnya
potensi kerugian dari berbagai aspek. [2]
Imbas dari apapun kebijakan yang diambil oleh pemerintah
adalah masyarakat. Dalam konteks telekomunikasi, ini berarti
ada jutaan rakyat Indonesia yang tinggal di daerah tertinggal
dan daerah perbatasan, yang kehilangan kesempatan untuk
mencicipi layanan telekomunikasi. Berdasarkan daftar yang
dikeluarkan oleh BAPPENAS pada 21 April 2015, ada 122
kabupaten yang masuk dalam kategori kabupaten daerah
tertinggal dan 43 daerah perbatasan [3]. Masyarakat yang
hidup di daerah-daerah ini tentu membutuhkan akses
telekomunikasi untuk dapat terhubung satu sama lain.
Perkembangan teknologi informasi memberikan harapan
baru kepada setiap warga dunia yang menginginkan perubahan
dalam hidup mereka. Pendekatan pengembangan perangkat
lunak sumber terbuka (open source) memberikan kesempatan
kepada siapapun untuk dapat menggunakan teknologi
informasi yang lebih terjangkau. Dalam bidang telekomunikasi,
OpenBTS merupakan kombinasi teknologi open source yang
memungkinkan

masyarakat
membangun
infrastruktur
telekomunikasi secara mandiri.
OpenBTS adalah teknologi dengan pendekatan open source
dan open hardware. Ini berarti OpenBTS sangat dimungkinkan
untuk dikembangkan di dalam negeri, baik dari sisi software
maupun hardware. Teknologi ini melengkapi evolusi
ekosistem jaringan seluler tradisional dengan mengusung
sistem berbasiskan Internet Protocol (IP) dan fleksibilitas
arsitektur software. Arsitektur OpenBTS terbuka bagi
siapapun yang ingin melakukan inovasi. [4]
II. PENELITIAN TERKAIT
Sejumlah penelitian, baik implementasi langsung di
lapangan ataupun pengujian laboratorium, telah dilakukan
untuk menguji kemampuan dari OpenBTS sebagai teknologi
jaringan seluler. Cabral,dkk [5] melalui proyek yang
dinamakan LOCCUS, mencoba menyediakan layanan telepon
berbiaya rendah untuk wilayah pedalaman di Amazon, Brasil
Utara. OpenBTS digunakan bersama dengan teknologi open

source lainnya seperti, Openmoko, IP04, Asterisk dan USRP.
Hatorangan dan Juhana [6] melihat bahwa, pada saat terjadi
bencana alam yang cukup besar seperti Tsunami Aceh pada
tahun 2004, infrastruktur telekomunikasi turut hancur dan
tidak bisa memberikan layanannya. Korban bencana yang

masih hidup biasanya memiliki telepon seluler yang telah
terhubung otomatis dengan jaringan provider. Simulasi pada
penelitian ini menunjukan bahwa OpenBTS yang mudah
dalam instalasi awalnya, dapat menjadi solusi sementara
infrastruktur jaringan seluler di wilayah bencana. Simulasi
juga menunjukan telepon seluler korban bencana dapat
terhubungan secara otomatis dengan jaringan seluler
OpenBTS tanpa perlu pengaturan apapun.
Heimerl dan Eric Brewer [7] pada tahun 2012 mencoba
melakukan uji coba instalasi OpenBTS di Wamena Provinsi
Papua. Bekerjasama dengan warga lokal, implementasi
OpenBTS berhasil dilakukan. Melibatkan warga lokal
bertujuan untuk menjamin keberlanjutan implementasi
OpenBTS.


Gambar 1. Instalasi OpenBTS di Wamena, Papua

III. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT OPENBTS
Frekuensi sebagai sumber daya terbatas haruslah diatur
secara bijak oleh pemerintah untuk membawa manfaat untuk
seluruh masyarakat. Keterbatasan frekuensi ini menjadikan
penerapan teknologi OpenBTS oleh masyarakat menjadi
kendala tersendiri.
Dalam konteks regulasi, implementasi teknologi OpenBTS
dapat dijabarkan sebagai berikut:
 RPJMN 2015 – 2019
Dalam Buku II Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2016 Bab 9 halaman 38 disebutkan
bahwa indikator keberhasilan layanan komunikasi di wilayah
USO “Jangkauan layanan akses telekomunikasi universal dan
internet mencapai 100 persen di wilayah USO”[8]

Adapun yang dimaksud dengan “netralitas teknologi”
(Technology Neutrality), pada intinya adalah mengharuskan

suatu regulasi haruslah dapat diterapkan pula pada teknologi
alternatif yang ada, tidak boleh hanya berlaku bagi jenis
teknologi yang telah/sedang digunakan saja atau yang
dianggap primadona/unggulan saja. [9]


PERMEN KOMINFO No.5 Tahun 2016
Setelah melalui diskusi dan konsultasi publik yang
dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika,
pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 08 April 2016
menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
No.5 Tahun 2016 tentang “Uji Coba Teknologi
Telekomunikasi, Informatika, dan Penyiaran”.
Beberapa poin utama dari peraturan ini yang
memungkinkan implementasi teknologi OpenBTS di wilayah
USO diantaranya:
1. Pasal 1 Ayat 1 “Uji coba diselenggarakan dengan
tujuan untuk melakukan penelitian aspek teknis dan
aspek
nonteknis

terkait
penyelenggaraan
telekomunikasi, informatika, dan penyiaran”
2. Pasal 3 Ayat 1 “Pemangku kepentingan dapat
mengusulkan uji coba kepada Menteri Komunikasi
dan Informatika”
3. Pasal 5 “Uji coba bersifat tidak komersial dan
berbatas waktu”
4. Pasal 6 “Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi
Radio dalam rangka uji coba sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri ini sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
keperluan penelitian nonkomersial”. [10]
IV. MODEL PENGEMBANGAN SISTEM
Dari penelitian [7] dapat dilihat bahwa implementasi
OpenBTS di wilayah USO tidak selalu diinisiasi oleh
pemerintah. Pengembangan berbasis komunitas dapat menjadi
alternatif
solusi
penerapan

teknologi
OpenBTS.
Pengembangan berbasis komunitas memberi peluang bagi
keberlanjutan program.
Model pengembangan sistem implementasi OpenBTS di
wilayah USO dapat dijabarkan dengan Network Development
Life Cycle (NDLC) Model.

 NETRALITAS TEKNOLOGI
Masih dalam Buku II RPJMN 2015-2019 Bab 9 halaman 64
poin 7 disebutkan “memfasilitasi netralitas teknologi agar
industri dapat menggunakan teknologi nirkabel yang paling
efisien dengan ekosistem yang mendukung”[8]
Gambar 2. NDLC Model

1. Analysis
Pada tahapan ini dilakukan analisa kebutuhan di daerah USO
yang akan dilakukan penerapan program OpenBTS. Dengan
wawancara dan survey lapangan, dapat diperoleh kebutuhan
masyarakat serta diperoleh juga kondisi pasti wilayah.

Kendala berupa geografis dan sumber listrik dapat diketahui
melalui proses ini.
2. Design
Seluruh data yang diperoleh pada tahapan sebelumnya akan
sangat membantu tahapan desain. Proses ini melibatkan
pembuatan topologi jaringan, kebutuhan USRP, tower
OpenBTS, server Asterisk, dan sumber daya manusia.
3. Simulation Protyping
Sebelum melakukan penerapan langsung dilapangan, proses
simulasi perlu dilakukan untuk mengetahui proses apa saja
yang telah bekerja dengan baik dan bagian mana yang belum
berfungsi maksimal. Tahapan ini dilakukan dalam lingkup
kecil.
4. Implementation
Dari hasil simulasi sebelumnya, tahapan berikutnya adalah
proses implementasi atau instalasi OpenBTS di lapangan.
Tahapan ini biasanya akan memakan waktu yang cukup lama.
Tahap ini membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat
setempat dan stakeholder lainnya.
5. Monitoring

Setelah seluruh perangkat pendukung OpenBTS terpasang dan
dapat berfungsi dengan baik, tahap monitoring menjadi proses
yang sangat penting. Tahap ini memantau seluruh fungsi
perangkat jaringan dan apabila ditemukan gejala kegagalan
alat, dapat diantisipasi lebih dini.
6. Management
Tahap ini menjadi kunci keberhasilan penerapan OpenBTS di
wilayah USO. Selain transfer pengetahuan kepada masyarakat
setempat, kebijakan-kebijakan perlu dibuat untuk menjamin
keberlangsung program. Kebijakan terkait pembiayaan
pemeliharaan adalah salah satu contoh kebijakan penting yang
harus disepakati oleh segenap pengguna jaringan seluler
berbasis OpenBTS.
V. KESIMPULAN
Penelitian ini berupaya memaparkan model pengembangan
solusi alternatif komunikasi seluler berbiaya rendah yang
dapat diterapkan di wilayah USO di Indonesia, terutama pada
daerah tertinggal dan di daerah perbatasan. Dengan dukungan
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, teknologi
OpenBTS menjadi teknologi legal yang dapat diberdayakan.
Berbasis open source dan open hardware, memungkinkan
OpenBTS
dapat
dikembangkan
oleh
masyarakat.
Pemberdayaan komunitas masyarakat menjadi kunci
suksesnya penerapan program OpenBTS.
DAFTAR PUSTAKA

[1]

F. T. UI, “(Universal service obligation),” pp. 34–58,
2010.

[2]

“Siaran
Pers,”
2016.
[Online].
Available:
https://kominfo.go.id/content/detail/4532/siaran-persno11pihkominfo32015-tentang-suspensi-penghentiansementara-layanan-kewajiban-pelayanan-universaluniversal-service-obligation-kpuuso/0/siaran_pers.
[Accessed: 23-Jun-2016].

[3]

BAPPENAS, Daftar
Perbatasan, 2015.

[4]

ICT Watch, “Usulan Kebijakan OpenBTS ,” pp. 1–4,
2016.

[5]

M. Cabral, I. Almeida, C. Melo, and A. Klautau,
“Low-cost GSM telephony in the Amazon region
based on open-source / open-hardware projects,” 2009
IEEE Latin-American Conf. Commun. LATINCOM
’09 - Conf. Proc., 2009.

[6]

E. Hatorangan and T. Juhana, “Mobile phone auto
registration to OpenBTS-based cellular network in
disaster situation,” 2014 8th Int. Conf. Telecommun.
Syst. Serv. Appl., pp. 1–3, 2014.

[7]

Shaddi, “Deploying the Village Base Station in Papua |
Technology and Infrastructure for Emerging Regions.”
[Online].
Available:
http://tier.cs.berkeley.edu/drupal/deploying-thevillage-base-station-in-papua. [Accessed: 23-Jun2016].

[8]

BAPPENAS, “ Buku II Rancangan awal rencana
pembangunan jangka menengah nasional 2015-2019,”
2015.

[9]

ICT Watch, “Siaran Pers: RPJMN Syaratkan Netralitas
Teknologi, OpenBTS Harus Diperkenankan Pakai 900
MHz,”
2015.
[Online].
Available:
http://internetsehat.id/2015/10/siaran-pers-rpjmnsyaratkan-netralitas-teknologi-openbts-harusdiperkenankan-pakai-900-mhz/. [Accessed: 24-Jun2016].

Daerah

Tertinggal

dan

[10] KEMKOMINFO, “PERMEN No.5 Tahun 2016,”
2016.