PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BAS (1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN MEDIA WINDOWS MOVIE
MAKER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA
KELAS XI SMA PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID
Helen, Meliana, Setia, Shintauli, Yoana dan Yohana
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Medan
E-mail : ana_sibarani@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil
belajar kimia siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning yang diintegrasikan dengan media Windows Movie Maker pada materi
sistem koloid. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
IPA 3 SMA Negeri 18, Medan yang terdiri dari 43 siswa. Teknik pengumpulan
data menggunakan lembar observasi, tes, wawancara dan dokumentasi. Nilai ratarata hasil belajar siswa sebelum perlakuan (pre-test) yaitu sebesar 32,35 terjadi
peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa setelah perlakuan (post-test) sebesar
68,93 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 22,5 % pada siklus I dikarenakan
adanya penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Nilai rata-rata
hasil belajar siswa sebelum perlakuan pada siklus II yaitu 52 meningkat setelah
model pembelajaran Problem Based Learning diintegrasikan dengan media
Windows Movie Maker menjadi 82,325 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar

95 %.
Kata Kunci : penelitian tindakan kelas, problem based learning, windows movie
maker , hasil belajar
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aspek penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Begitu pentingnya pendidikan sehingga dapat mempengaruhi maju atau
tidaknya sebuah negara, termasuk Indonesia. Masalah utama dalam pembelajaran
yang masih banyak ditemui adalah tentang rendahnya hasil belajar siswa. Dari
beberapa kajian data diketahui bahwa hasil belajar siswa SMA/ sederajat masih
rendah dalam hal pencapaian nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM 75),
terutama untuk mata pelajaran MIPA. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan guru kimia yang dilakukan di SMA Negeri 18 Medan kelas XI IPA
diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan memahami
pembelajaran kimia. Hal ini sangat berdampak pada hasil belajar siswa yang

diperoleh. Hampir semua siswa mendapatkan nilai di bawah KKM pada saat
ulangan harian.
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa yaitu proses pembelajaran yang
dilakukan lebih cenderung teacher centered. Pembelajaran di kelas diarahkan
kepada kemampan siswa untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal materi

yang disampaikan oleh guru sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir
kritis yang rendah.

Selain itu, kurangnya media pembelajaran menjadikan

pembelajaran kimia kurang menarik dan semakin sulit untuk dipahami siswa.
Untuk mengatasi masalah di atas maka beberapa peneliti menerapkan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu model
yang digunakan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Ada
tiga ciri utama model PBL; (1) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yag harus dilakukan siswa.
Dalam PBL, menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan
daya pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya
sekedar mendengarkan, mencatat atau menghafal materi pelajaran; (2) aktivitas
pembelajaran

diarahkan

untuk


menyelesaikan

masalah.

Tanpa

masalah

pembelajaran tidak akan terjadi; (3) pemecahan masalah dilakukan dengan
pendekatan berpikir ilmiah (Pratiwi, 2014).
Model PBL dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain
adalah: 1) Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan
membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan suatu pengetahuan baru, 2) Pembelajaran dengan modl PBL
dianggap lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa, 3) Model PBL dapat dapat
meningkatkan ativitas siswa dalam proses pembelajaran, dan 4) Model PBL dapat
memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka
miliki ke dalam dunia nyata.
Kimia merupakan salah satu cabang pelajaran MIPA yang masih banyak
dianggap sulit. Mata pelajaran kimia merupakan produk pengetahuan alam yang

berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum dari proses kerja ilmiah. Jadi, dalam
pelaksanaan pembelajaran kimia harus mencakup tiga aspek utama yaitu: produk
proses, dan sikap ilmiah. Siswa seringkali kesulitan memahami materi kimia

karena bersifat abstrak. Kesulitan tersebut dapat membawa dampak yang kurang
baik bagi pemahaman siswa mengenai berbagai konsep kimia, karena pada
dasarnya fakta-fakta yang bersifat abstrak merupakan penjelasan bagi fakta-fakta
dan konsep konkret. Salah satu indikator dari kelemahan kegiatan pembelajaran
berkaitan dengan implementasi belajar, yaitu lemahnya proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran yang selama ini berlangsung kurang
mendorong kegiatan siswa untuk dapat terlibat dan aktif mengembangkan
pengetahuan karena kegiatan masih sering didominasi guru (Wasonowati, 2014).
Salah satu materi pelajaran kimia SMA adalah Sistem Koloid. Sistem
Koloid Sistem koloid merupakan materi pelajaran yang sangat penting diajarkan
kepada siswa karena merupakan pokok bahasan kimia di SMA yang membahas
jenis-jenis campuran. Sistem koloid adalah materi pelajaran yang bersifat teoritis
dan hafalan. Oleh karena itu, selain model pembelajaran, diperlukan media yang
dapat membantu dalam proses pembelajaran. Salah satu program yang bisa
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran itu adalah media animasi dengan
aplikasi Movie Maker. Windows Movie Maker adalah software video editing yang

umumnya mudah ditemukan di setiap komputer Indonesia. Program ini telah
terintegrasi dengan operating system windows.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Yang
Diintegrasikan dengan Media Windows Movie Maker Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) yang diintegrasikan dengan

media Windows

Movie Maker dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

Manfaat penelitian antara lain : (1) Bagi Guru Kimia : mengetahui pola
dan model pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan
mengajar sistem koloid. (2) Bagi Siswa : proses komunikasi lancar karena terjadi
interaksi antara siswa dan siswa dan antara

guru dengan siswa serta


meningkatkan ketertarikan siswa terhadap pelajaran kimia dengan penerapan
model Problem Based Learning (PBL). (3) Bagi Sekolah : hasil penelitian ini
akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan

pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata
pelajaran kimia.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif antara
guru dengan peneliti. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran 2015/2016 yang berlangsung pada bulan April sampai dengan Mei 2016
pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 18 Medan yang terdiri dari 43 siswa.
Penetapan siswa kelas XI IPA 3 sebagai subyek penelitian didasarkan pada hasil
diskusi dengan guru kimia / kolaborator yang menyatakan bahwa di kelas tersebut
siswa memiliki daya serap penguasaan materi kimia yang sangat lamban
dibandingkan dengan kelas lain.
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini berupa tes pilihan
berganda dengan 5 option (A, B, C, D dan E) yang terdiri dari 20 soal yang telah
valid dan telah dianalisis terlebih dahulu reliable, tingkat kesukaran, dan daya
beda. Dan masing-masing soal telah memenuhi indikator.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, dengan tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktorfaktor yang akan diamati. Secara garis besar, prosedur penelitian tindakan kelas
tersebut mengikuti tahapan berikut.
Perencanaan (Planning)
Siklus I
Setelah berkonsultasi dengan guru mata pelajaran kimia, peneliti
melakukan hal-hal sebagai berikut : (1) menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, (2) membuat lembar observasi terhadap siswa untuk memantau
keadaan selama proses belajar mengajar berlangsung, (3) merancang instrument
penelitian beserta kunci jawabannya.
Siklus II
Bertitik tolak dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada siklus I, maka
peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan pada siklus I
akan diperbaiki termasuk merancang alat instrument untuk siklus II, dan

menyusun media pembelajaran yaitu media Windows Movie Maker sehingga
diharapkan proses belajar mengajar dapat lebih baik dari sebelumnya.

Pelaksanaan Tindakan (Action )
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan rencana

pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation )
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan format pengamatan pembelajaran atau lembar observasi
yang telah dirancang sebelumnya serta melakukan evaluasi.
Refleksi (Reflektion )
Pada tahap ini dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan
hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Dari hasil tersebut dilihat apakah telah
memenuhi target yang ditetapkan pada indikator kinerja. Jika belum memenuhi
target, maka penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dan
kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus
sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

Secara khusus dapat digambarkan sebagai berikut :
Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan

Siklus-1

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan

Pengamatan
Siklus-2

Refleksi
Teknik Pengambilan Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data
tersebut diperoleh dari tes hasil belajar, dan lembar observasi. Data mengenai
kondisi pembelajaran menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
diambil dengan menggunakan lembar observasi. Data mengenai peningkatan hasil
belajar kimia diambil dengan menggunakan tes.
Indikator Kerja
Sebagai indikator kerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika

minimal 85% dari jumlah total siswa telah memperoleh nilai minimal 75.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I yaitu :
1. Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu mengambil data awal
siswa. Data ini diambil dari hasil ulangan harian siswa, wawancara dengan
guru kelas.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Membuat instrumen evaluasi kognitif siswa berupa tes pilihan berganda
materi sistem koloid beserta kunci jawaban tes.
4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Hasil tes akhir siklus yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh nilai
rata-rata hasil belajar kimia siswa sebelum tindakan sebesar 32,35 dan nilai ratarata hasil belajar kimia siswa setelah tindakan 68,93 hal ini berarti terjadi
peningkatan hasil belajar dengan persen nilai ketuntasan belajar sebesar 22,5 %
namun hal tersebut belum memenuhi indikator kerja penelitian ini yaitu sebesar
85 % siswa harus mencapai nilai KKM yaitu 75.


Diagram 1. Rata-rata nilai pre-test dan rata-rata nilai post-test pada siklus I.

Nilai
100
50
32.35

68.93

0
pretest

postest

Ketuntasan belajar klasikal siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
P =

�1


x 100%

Nilai

Keterangan:
P= Nilai ketuntasan belajar klasikal
Ʃn1 = Jumlah siswa tuntas belajar individu (nilai ≥ 75)
Ʃn = Jumlah total siswa
Maka :
P=

9
40

x 100%

= 22,5 %

Berpedoman pada hasil analisa data dan observasi siswa di kelas masih
terdapat beberapa kelemahan pada siklus I, yaitu :
1. Siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran Problem Based
Lerning.

2. Kurang menariknya penyajian materi koloid oleh guru karena tidak
didukung dengan media pembelajaran guru hanya berpatokan pada buku
pegangan belajar saja.
3. Anggota setiap kelompok tidak secara keseluruhan melakukan diskusi.

Karena belum tercapainya indikator kerja pada siklus I dan masih terdapat
beberapa kelemahan maka dengan berpedoman pada hasil analisa data dan
observasi siswa di kelas, penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan menerapkan
model pembelajaran Problem Based Learning yang diintegrasikan dengan media
Windows Movie Maker.

Siklus II
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II yaitu :
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Membuat instrumen evaluasi kognitif siswa berupa tes pilihan berganda
materi sistem koloid beserta kunci jawaban tes.
3. Membuat media pembelajaran berupa Windows Movie Maker materi
koloid.
4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Hasil tes yang telah dilakukan pada akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata
hasil belajar sebelum tindakan yaitu 52 dan nilai rata-rata hasil belajar setelah
tindakan yaitu 82,325 dengan persen nilai ketuntasan belajar 95 %. Hal ini berarti,
kelas ini telah dinyatakan tuntas belajar materi koloid karena telah memenuhi
syarat indikator kerja yaitu sebesar 85 % siswa mencapai nilai KKM sebesar 75.
Dengan demikian kelas XI IPA 3 SMA Negeri 18 Medan dinyatakan sudah tuntas
belajar koloid.

Diagram 2. Rata-rata nilai pre-test dan rata-rata nilai post-test pada siklus
II.

100
80
60
40
20
0

82.325
52

nilai pretest

nilai postest

Ketuntasan belajar klasikal siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
P =

�1


x 100%

Keterangan:
P= Nilai ketuntasan belajar klasikal
Ʃn1 = Jumlah siswa tuntas belajar individu (nilai ≥ 75)
Ʃn = Jumlah total siswa
Maka :
P=

38
40

x 100%

= 95 %

Model pembelajaran Problem Based Learning yang dalam pelaksanaan
pembelajarannya memerlukan pemecahan ataupun solusi dari sebuah masalah

menuntut siswa untuk mampu menganalisis masalah, sehingga kemampuan
menganalisis permasalahan siswa lebih berkembang apalagi ditambah dengan
penyajian materi dengan menggunakan media Windows Movie Maker yang
membuat siswa merasa lebih tertarik dengan penyajian materi oleh guru sehingga
siswa lebih fokus dan menyenangi sub pokok bahasan yang diajarkan guru.
Kelebihan dari model pembelajaran Problem Based Learning :
1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah sehingga mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan.
2. Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikan dalam konteks yang
relevan.
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Sama halnya dengan hasil penelitian sebelumnya,

Melinda (2014)

menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan
pembelajaran PBL. Namun dibandingkan hasil penelitian Melinda (2014),
penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang lebih tinggi hal ini
dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Melinda hanya mengintegrasikan
model pembelajaran PBL dengan media peta konsep sehingga tidak lebih menarik
bila dibandingkan dengan media Windows Movie Maker.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengajaran kimia Sistem
Koloid dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) yang diintegrasikan dengan media Windows Movie Maker dapat
meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran
bermakna. Peserta didik dituntut untutk belajar memecahkan suatu masalah
sehingga mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha

mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Sedangkan media Windows Movie
Maker memudahkan siswa memahami konsep dasar kimia karena memberikan

motivasi belajar kepada siswa. Penyampaian materi ajar koloid dengan
menggunakan media Windows Movie Maker memberikan kesan pengajaran lebih
lama diingat dibandingkan pengajaran dengan metode ceramah karena teknik
pengajaran yang lebih menarik. Diharapkan guru kimia hendaknya menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning yang diintegrasikan dengan media
Windows Movie Maker untuk penyampaian materi pelajaran kimia pokok bahasan

Sistem Koloid karena sudah terbukti efekti dalam meningkatkan hasil belajar
kimia siswa.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kami ucapkan kepada guru mata pelajaran kimia SMA Negeri
18, Medan beserta seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A., (2009), Media Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta
Batubara, Rafiqoh., (2013), Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Dengan Media Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Hassil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Laju
Reaksi, Skripsi, Unimed, Medan
Devi, A., Mulyani, S., dan Haryono, (2014), Perbedaan Implementasi
Pembelajaran Kimia Model Problem Based Learning (PBL) Materi
Stoikiiometri Kelas X MIA SMA Negeri Di Kota Surakarta Tahun Ajaran
2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(4)
Djamarah, S.B dan Aswan Zain., (2006), Strategi Belajar Mengajar , PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Hasruddin, (2009), Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui
Pendekatan Kontekstual, Jurnal Tabularasa PPs Unimed, 6 (1)
Johari, dkk., (2006), Kimia SMA dan MA Untuk Kelas XI, Esis, Jakarta
Nur, Annisah., (2014), Pengaruh Penerapan Media Windows Movie Maker Pada
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Direct Instruction Dalam
Pokok Bahasan Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutanterhadap Hasil
Belajar Kimia SMA, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Panjaitan, Gustina., (2012), Pengaruh Penggunaan Media Berbasis Komputer
(Windows Movie Maker) Pada Genius Learning Strategy Terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid , Skripsi,Unimed,Medan
Pratiwi , Y., Tri, R., dan Mohammad, M., (2014), Pelaksanaan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Redoks Kelas
X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 , Jurnal Pendidikan
Kimia, 3(3)
Purba, M., (2006). Kimia Untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta
Purwanto., (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogayakarta
Samsukur, Mohammad, J., Raghel, Y., (2012), Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran Animasi Dengan Windows Movie Maker Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Atmosfer Di Kelas X
MAN Model Gorontalo, F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
Sanjaya, W., (2007), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Media Group, Jakarta
Sidiq, dkk., (2012), Windows Movie Maker, http://dfkhairunnisa. blogspot. co.
id/2012/04/windows-movie-maker-makalah-diajukan.
html
(diakses,
tanggal 13 Februari 2016)
Silitonga, P.M., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA
UNIMED, Medan
Simamora, E. Nora., (2011), Pembelajaran Inkuiri Sebagai Upaya Peningkatan
Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematid Siswa Sekolah Menengah
Pertama , Tesis, Unimed, Medan
Sirait, Teresa., (2015), Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Dengan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
Sma Pada Pokok Bahasan Konsep Redoks, Skripsi, Unimed, Medan
Sudjana, Nana., (2005), Media Pebelajaran, CV. Sinar Baru, Bandung
Suianto, dkk., (2015), Sistem Koloid, http://ancusugianto. blogspot. co.
id/2015/06/makalahfarmasi-fisika-sistemkoloid. html (diakses tanggal 14
Februari 2016)
Surya, H., (2013), Cara Belajar Orang Genius, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta
Sutresna, Nana., (2008), Kimia , Grafindo Media Pratama, Bandung
Suyanti, Retno Dwi., (2010). Strategi Pembelajaran Kimia , Graha Ilmu, Jakarta

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit
Kencana, Surabaya
Trianto, (2011), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktif,
Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta
Wasonowati, R.R.T., Tri, R., dan Sri, R.D.A., Penerapan Model Problem Based
Learning Pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar Kimia Ditinjau Dari
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 surakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(3)
Yoesoef, Achmad., (2015), Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menanya dan Penguasaan Konsep Fisika
Kelas X MIA 1 SMA Negeri 2 Kediri, Jurnal PINUS, 1(2)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62