PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY L

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS X.1 DI SMA N 1 BANYUASIN III
Oleh:
Westy Aqmarcellia Rizky
(Guru Biologi SMA N 1 Banyuasin III)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga Pendidikan Sekolah melanjutkan, melengkapi dan mengembangkan
pendidikan yang sudah dan belum diberikan di keluarga. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan mengemban tugas transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta
seni kepada generasi penerus (siswa atau subyek didik), membantu perkembangan
siswa secara optimal untuk menemukan jati dirinya, mengemban tugas negara
dalam bidang pendidikan sebagaimana digariskan dalam GBHN, dan merupakan
pusat kebudayaan dan atau nilai-nilai (Kusumah, 2007:3).
Komponen yang berkaitan dengan sekolah dalam rangka peningkatan kualitas
pembelajaran antara lain adalah pembelajar, peserta didik, pembina sekolah
sarana/prasarana, dan proses pembelajaran (Yamin, 2013). Guru sebagai
pembelajar berusaha menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila
diketahui faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan

dalam proses pembelajaran, mengenali masalah yang diperkirakan dan biasanya
timbul dan dapat merusak iklim pembelajaran, dan menguasai berbagai
pendekatan dalam mengelola kelas dan dapat menggunakannya pada waktu dan
masalah yang tepat (Yamin, 2013:41). Dalam dunia pendidikan, keterampilan
pembelajar untuk dapat membaca situasi kelas sangat penting. Kondisi yang
menguntungkan dalam kelas merupakan prasyarat utama bagi terjadinya proses
pembelajaran yang efektif.
Di SMA N 1 Banyuasin III, gurunya memiliki cara mengajar yang berbeda
antar mata pelajaran. Guru yang mengampu mata pelajaran biologi cenderung
menuntut siswa yang lebih aktif dan guru hanya memberi penjelasan sedikit,

namun tidak diimbangi dengan metode yang digunakan. Metode mengajar yang
monoton dan tidak bervariasi, serta media pembelajaran yang digunakan juga
kurang menarik, menyebabkan tingkat antusiasme siswa rendah. Siswa tidak
antusias mengikuti pelajaran karena siswa sendiri yang maju ke depan atau
menjelaskan dan guru tidak begitu merespon ataupun memberikan umpan balik
sebagai konfirmasi dari penjelasan siswanya. Siswa merasa tidak dibimbing dan
belajar sebatas pengetahuan mereka karena penyampaian materi oleh teman
sebayanya dianggap


tidak jauh berbeda dengan yang telah mereka ketahui

sehingga mereka tidak begitu memperhatikan. Kelengkapan dan suasana
pembelajaran yang tidak menarik tidak sejalan dengan tuntutan kurikulum 2013
yang menuntut aktif dan kontekstual tidak tercapai. Hal ini menyebabkan
konsentrasi siswa terganggu, motivasi belajar yang rendah dan berpengaruh pada
proses dan hasil belajar siswa yang rendah. Hasil belajar siswa yang rendah
dengan ketercapaian siswa yang berhasil melewati KKM hanya 60% dan 40%
siswanya remidial.
Oleh karena itu, perlu diadakan kajian berupa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sangat

diperlukan sekali untuk mengatasi dan memperbaiki proses

pembelajaran yang kurang menghasilkan nilai dan proses pembelajaran yang
kurang kondusif. Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan ulangan
yaitu hasil belajar biologi yang hanya mencapai batas tuntas 60% dan keinginan
hasil belajar supaya meningkat maka perlu adanya upaya perbaikan. Berdasarkan
hal tersebut, penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan hasil dan proses
belajar siswa biologi kelas X.1 SMA N 1 Banyuasin III dengan menerapkan

model pembelajaran Discovery Learning. Harapannya jika hasil dan proses belajar
siswa meningkat, maka prestasi siswa juga meningkat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka rumusan masalahnya :
Apakah dengan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dapat
Meningkatkan Hasil dan Proses Belajar Biologi Siswa Kelas X.1 di SMA N 1
Banyuasin III?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil dan proses belajar biologi siswa Kelas X.1 di
SMA N 1 Banyuasin III
2. Untuk memperbaiki kinerja guru biologi di SMA N 1 Banyuasin III
3. Untuk meningkatkan kualitas siswa pada pembelajaran biologi di SMA N
1 Banyuasin III
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan :
1. Dapat meningkatkan hasil dan proses belajar biologi siswa Kelas X.1 di
SMA N 1 Banyuasin III
2. Dapat memperbaiki kinerja guru biologi di SMA N 1 Banyuasin III

3. Dapat meningkatkan kualitas siswa pada pembelajaran biologi di SMA N
1 Banyuasin III
E. Kajian Pustaka
1.

Siswa
Menurut PP No 32 Tahun 2013,, “Peserta didik adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”. Peserta didik atau
siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespons
dengan tindak belajar. Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai
dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama (Sanjaya, 2009). Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di
samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek
siswa meliputi aspek latar belakang siswa dan sifat yang dimiliki siswa. Aspek


latar belakang meliputi jenis kelamin siswa dan tingkat sosial ekonomi siswa;
sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar,
pengetahuan dan sikap.
2.

Pembelajaran Biologi
Menurut PP No 32 Tahun 2013, “Pembelajaran adalah proses interaksi antar

Peserta Didik, antara Peserta Didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”. Smith dan Ragan (Yamin 2013) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah desain dan pengembangan penyajian informasi dan aktifitasaktifitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu. Jadi, pembelajaran menitik
berat pada bagaimana membuat pembelajar mengalami proses belajar, yaitu caracara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara
pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola
pembelajaran.
Pembelajaran diartikan sebagai suatu konsep yang bisa berkembang seirama
dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas
sumber daya manusia. Pembelajaran merupakan kemampuan dalam mengelola
secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan

dengan pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut standar yang berlaku (Yamin, 2013).

Komponen tersebut

meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi yang harus diperhatikan dalam
memilih dan menetukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran (Rusman, 2010).
Biologi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata “bio” yang artinya hidup, dan
“logos” yang artinya ilmu. Jadi, biologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang makhluk hidup (Sitorus,dkk., 2005:1). Menurut Permen 22 Tahun 2006
tentang standar isi, biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan
proses ini meliputi
menggunakan

alat

keterampilan
dan


bahan

secara

mengamati, mengajukan hipotesis,
baik

dan

benar

dengan

selalu

mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,

menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan
secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan

untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Mata
pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif,
dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan
pengetahuan pendukung lainnya.
Pembelajaran biologi merupakan

proses

interaksi

antar

komponen

pembelajaran dalam upaya pengembangan, penyampaian dan penerimaan
informasi dalam memahami konsep dan proses sains yang terjadi dalam lingkup
pembelajaran tentang makhluk hidup serta hasilnya dapat diimplementasiannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terjadi interaksi yang berkesinambungan

antar makhluk hidup demi menjaga keberlangsungan hidupnya.
3.

Proses Belajar
Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses tersebut, siswa

menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mempelajari
bahan belajar. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan,
adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan
kemampuan dirinya, sehingga akan mendorong keingintahuan dan kebutuhan
siswa dalam belajar (Dimyati, dkk., 2009).
Menurut Bruner (Nasution, 2005:9-10) dalam proses belajar dapat dibedakan
tiga fase atau episode, yakni (1) informasi, (2) transformasi, (3) evaluasi.
Informasi diperoleh dalam tiap pelajaran, ada yang menambah pengetahuan yang
telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula
informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya,
misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap. Informasi yang didapat harus
dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau
konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini
bantuan guru sangat diperlukan. Kemudian dilakukan Evaluasi untuk menilai


manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar, ketiga episode ini selalu terdapat. Yang menjadi
masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi.
Lama tiap episode tidak selalu sama. Hal ini antara lain bergantung pada hasil
yang diharapkan, motivasi belajar siswa, minat, keinginan untuk mengetahui dan
dorongan untuk menemukan sendiri (Nasution, 2005:9-10).
4.

Hasil Belajar
Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Bila kita

mengajarkan sesuatu, maka siswa harus dapat mengingat dan menjawab bila ia
ditanya tentang it, walaupun dalam jnagka waktu yang pendek sekali setelah
diajarkan. Jadi, belajar terjadi hanya dapat diketahui bila ada sesuatu yang diingat
dari apa yang dipelajari itu. Suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat dengan
baik segera setelah diajarkan. Akan tetapi dalam jangka waktu tertentu dapat
terjadi perubahan, karena yang diingat itu dapat dilupakan sebagian atau
seluruhnya. Faktornya : jumlah hal yang dipelajari dalam waktu tertentu, adanya

kegiatan-kegiatan lain sesudah belajar yang merupakan “interference” yang
mengganggu apa yang diingat itu, waktu yang lewat setelah berlangsungnya
belajar itu, yang juga dapat mengandung kegiatan yang mengganggu (Nasution,
2005:141-142).
Perilaku siswa merupakan hasil dari proses belajar. Perilaku tersebut dapat
berupa perilaku yang dikehendaki ataupun tidak. Hanya perilaku yang
dikehendaki diperkuat dengan latihan atau aplikasi. Hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.
Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua
dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa (Dimyati, dkk., 2009).
5.

Discovery Learning
Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan

Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada

Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip
yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta
didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2014).
Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa
yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan
mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Penggunaan Discovery Learning, ingin
merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah
pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus
Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru
ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri (Kemendikbud,
2014). Metode yang digunakan untuk mendukung model ini addalah observasi
lapangan dan diskusi.
Langkah-langkah pembelajaran model Discovery Learning adalah :
perencanaan, pelaksanaan, dan sistem penilaian. Perencanaan pada model ini
meliputi hal-hal sebagai berikut: menentukan tujuan pembelajaran, melakukan
identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya), memilih materi pelajaran, menentukan topik-topik yang harus
dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) ,
mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik, mengatur topik-topik pelajaran dari
yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik, melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta
didik (Kemendikbud, 2014).
Menurut Syah (2004)

dalam

Kemendikbud

(2014)

bahwa

dalam

mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur

yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai
berikut.
(1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Pertama-tama pada tahap
ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan.Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam
memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik
untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
(2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), Setelah dilakukan
stimulation

guru

memberi

kesempatan

kepada

peserta

didik

untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
(3) Data collection (pengumpulan data), pada saat peserta didik melakukan
eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh melalui
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan
uji coba sendiri dan sebagainya.
(4) Data processing (pengolahan data), kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan.
(5) Verification (pembuktian), pada tahap ini peserta didik melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.

(6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), tahap generalisasi/
menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa penilaian
pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Jika
bentuk penialaiannya berupa penilaian pengetahuan, maka dapat menggunakan tes
tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan format penilaian sikap, penilaian proses dan hasil belajar
(Kemendikbud, 2014).
6.

Pengajuan Hipotesis Tindakan
Dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning maka hasil dan

proses belajar biologi siswa meningkat.
F.

Metode Penelitian

1.

Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016.

Direncanakan PTK ini akan berlangsung di SMA Negeri 1 Banyuasin III pada jam
pembelajaran biologi sebayak 6 JP dalam setiap minggu yang terangkum dalam 2
kali pertemuan dalam seminggu selama rentang waktu 3 bulan.
Subjek yang digunakan dalam penelitian tentang penerapan model
pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan hasil dan proses belajar
biologi adalah siswa kelas X.1 di SMA N 1 Banyuasin III yang berjumlah 32
siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. PTK ini
dilakukan oleh peneliti dan kolabolator (teman sejawat) yaitu Sella Wahidah
sebagai observer ketika proses pembelajaran berlangsung.
JADWAL PELAKSANAAN TINDAKAN KELAS

N

KEGIATAN

O
1

Juli
1

2

Agustus
3

4

5

1

2

3

September
4

1

2

3

4

Oktober
5

1

2

3

November
4

5

1

2

3

4

Desember
5

1

2

X

X

Persiapan

Pengajuan
proposal
PTK
Penyusuna
n

x

konsep

pelaksanaa
n
Menyusun

x x

instrument
2

Pelaksanaa
n
Menyiapka

X

n kelas dan
alat
Siklus I
Siklus II

x x x x x x x x
x X X x x x x x x x

Siklus III

Analisis
data
Pembahasa
n
/Diskusi
3

Penyusuna
n Laporan
Menyusun
konsep
laporan

3

4

5

Seminar

X

hasil
penelitian
Perbaikan

X

lapran

Alokasi Waktu Penelitian
2.

Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model penelitian Kemmis & Mc.

Taggart, yakni siklus sistem yang dilakukan berulang-ulang sampai masalah
terselesaikan (Sanjaya, 2010). Model Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti
gunakan karena model ini sederhana dan dapat dilaksanakan oleh peneliti. Siklus
sistem yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap kegiatan,
yaitu: (1) tahap kegiatan perencanaan tindakan; (2) tahap kegiatan pelaksanaan
tindakan; (3) tahap kegiatan observasi tindakan; dan (4) tahap kegiatan refleksi
tindakan. Keempat tahap tersebut merupakan rangkaian kegiatan sebagai satu
siklus.
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan 3 siklus sampai permasalahan
terpecahkan (Sanjaya, 2010). Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus
penelitian, karena diharpkan setelah siklus ketiga selesai dilaksanakan,
permasalahan yang menjadi sasaran dari penelitian ini telah dapat terpecahkan
dengan hasil yang cukup baik. Setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri
dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan
tahap refleksi tindakan. Rangkaian alur siklus beserta tahapan-tahapannya seperti
tergambar pada Gambar di bawah ini, yang diadaptasi dari Spiral System Kemmis
& Mc. Taggart:

Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, guru sebagai peneliti
melakukan kegiatan-kegiatan dari awal sampai akhir secara sistematis. Hal itu
dilakukan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah secara tuntas dan baik.
Rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: Perencanaan penelitian (planing),
Pelaksanaan tindakan (action), Observasi tindakan (observation), dan Kegiatan
refleksi tindakan (reflection). Berikut akan peneliti uraikan masing-masing tiap
langkah kegiatan dari Penelitian Tindakan Kelas ini. Prosedur penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat kegiatan
pokok dalam setiap siklus atau putaran, yaitu perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi yang dilaksanankan hingga 3 siklus
a. Perencanaan
Dalam perencanaan ini dibuat skenario pembelajaran untuk mata pelajaran
Biologi dengan alokasi waktu pembelajaran 3 x 45 menit. Rumusan skenario
pembelajaran tiap siklus dapat dilihat pada lembar lampiran berupa RPP dan
lembar pengamatan oleh observer. Dalam tahap perencanaan ini dibuat pula
format-format

observasi,

lembar

kerja

siswa,

serta

menyediakan

dan

mempersiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang berhubungan dan
diperlukan dalam penelitian. Dilakukan juga konsultasi serta membuat

kesepakatan dengan guru yang akan membantu (kolaborator) tentang sasaran
observasi, teknik observasi, dan alat observasi yang akan dipakai pada waktu
observasi pelaksanaan tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Persiapan-persiapan yang telah dilakukan secara matang pada tahap
perencanaan, selanjutnya dilakukan pelaksanaan tindakan penelitian di kelas X.1
SMA N 1 Banyuasin III sesuai dengan perencanaannya. Pada tahap pelaksanaan
tindakan ini, dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran
yang telah dibuat pada tahap perencanaan, yakni setiap siklus dilakukan 2
tindakan proses pembelajaran atau pertemuan yang berjumlah 6 JP setiap minggu
dalam 3 siklus penelitian. Secara garis besar proses pembelajaran pada setiap
pertemuan meliputi kegiatan orientasi umum secara individual, belajar kelompok,
presentasi kelompok, tes kelompok, serta tes individual.
Model yang digunakan adalah Discovery Learning dalam setiap kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung sekaligus merencanakan perbaikan
pembelajaran pada tindakan selanjutnya. Untuk setiap tahap pembelajran
dilakukan tindakan-tindakan bimbingan agar siswa dapat melakukan setiap tahap
pembelajaran tersebut dengan baik.
c. Observasi dan Monitoring
Kegiatan observasi dan monitoring akan dilakukan ketika pelaksanaan
tindakan dilakukan. Jadi, ketika tatap muka pembelajaran biologi berlangsung,
maka kegiatan observasi dan monitoring ini dilakukan. Adapun yang melakukan
kegiatan observasi dan monitoring ini adalah peneliti sendiri dan teman sejawat
(guru) sebagai kolabolator.

Adapun yang menjadi bahan observasi adalah

kegiatan pembelajaran biologi dengan penerapan model pembelajaran Discovery
Learning di kelas. Dengan demikian, sikap, perilaku, dan hasil belajar siswa serta
kegiatan guru dalam mengajar menjadi bahan untuk diobservasi. Alat yang
digunakan untuk kegiatan observasi dan monitoring PTK ini adalah pedoman
observasi dan catatan lapangan atau catatan harian.
d. Analisis dan Refleksi

Kegiatan analisis dan refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan kolabolator
setelah pelaksanaan tindakan dilakukan. Adapun bahan yang dianalisis adalah
data-data hasil observasi dan monitoring. Jadi, data-data dari observasi dan
catatan lapangan atau catatan harian akan dianalisis untuk disimpulkan.
Berdasarkan analisis inilah peneliti dan kolabolator akan menyimpulkan: apakah
tindakan yang diterapkan sudah atau belum berhasil. Jika belum berhasil, dengan
mengetahui sebab ketidakberhasilan pada

siklus I yang telah dianalisis

pemecahannya maka harus dilakukan siklus selanjutnya (siklus II), hingga selesai
siklus III.
Ketidakberhasilan suatu siklus dapat terjadi pada waktu pembelajaran yang
tidak efisien, pengelompokkan yang besar, perombakan model oleh guru yang
belum maksimal menerapkannya, interaksi sosial dan media yang belum
terintegrasi secara maksimal. Oleh karena itu penelitian akan dilakukan hingga
siklus 3 dengan perbaikan sebab pada siklus 1 dan siklus II hingga
permasalahannya terselesaikan.
3.

Teknik Pengumpulan Data
Sebagai bahan pertimbangan bagi penentu berhasil atau tidak berhasilnya

penelitian ini diperlukan data yang cukup. Data-data tersebut diperoleh melalui
teknik-teknik observasi dan kemampuan siswa. Berikut diuraikan teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan tersebut secara pokok.
a. Observasi
Observasi ialah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi
ketika tindakan pembelajaran berlangsung, untuk kemudian ditindaklanjuti
dengan interpretasi. Observasi ini menggunakan alat bantu yaitu format
pengamatan. Format pengamatan dilakukan oleh guru peneliti ketika pelaksanaan
tindakan dan atau setelahnya untuk mencatat hal-hal penting yang terjadi di kelas.
Observasi dengan menggunakan format pengamatan dilakukan oleh rekan
guru sebagai partisipan serta rekan konsultatif. Pelaksanaannya dilakukan ketika
proses pembelajaran berlangsung dari sejak awal sampai akhir pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan observasi, dilakukan dahulu konsultasi antara peneliti

dengan observer untuk membuat kesepakatan tentang arah dan sasaran observasi.
Setelah pelaksanaan observasi, dilakukan lagi konsultasi antara peneliti dengan
observer tentang hasil observasi yang dilakukannya. Kegiatan tersebut dilakukan
15 menit setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.
b. Tes Prestasi Siswa
Tes prestasi siswa yang dimaksud ialah tes untuk mengukur hasil belajar siswa
dengan menggunakan metode pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal-soal
Biologi sebagai prestasi atau kecakapan nyata yang dimiliki siswa setelah
melaksanakan pembelajaran. Tes prestasi ini dilakukan dengan cara diberikan
lembar kerja peserta didik dan soal untuk diselesaikan siswa. Tes yang diberikan
merupakan tes formatif perorangan dalam setiap akhir pembelajaran. Acuan
penilaian hasil belajar yang diukur dalam tes prestasi siswa tersebut meliputi
tahap-tahap proses pemecahan masalah.
4.

Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam PTK ini adalah teknik analisis

deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
menganalisis data-data yang berupa proses kegiatan pembelajaran. Sementara itu,
teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis skor minat
belajar biologi siswa sesudah implementasi tindakan dilakukan. Sebagai bahan
dasar untuk menentukan hasil penelitian, maka selanjutnya dilakukanlah analisis
terhadap data yang diperolehnya.
5.

Data Hasil Observasi
Data yang diperoleh melalui tes kemampuan bersifat kualittaif yaitu hasil

pengamatan yang dilakukan oleh observer tentang

pelaksanana proses

pembelajaran.
6.

Data Hasil Tes Prestasi Siswa
Data yang diperoleh melalui tes prestasi siswa bersifat kuantitatif, dimana

nilai kemampuan tiap siswa diperoleh dari penghitungan skor berdasarkan nilai

rata-rata siswa. Adapun untuk menghitung nilai kemampuan menyelesaikan soal
tiap siswa dengan menggunakan rumus :

N=

∑S
∑ max

x 100
Keterangan:
N
= Nilai dengan rentangan 1 – 100
∑S
= Jumlah skor yang diperoleh siswa
∑max = Jumlah skor maksimum yang akan diperoleh
Nilai hasil belajar yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam bentuk kategori
kualitatif. Kategori kualitatif yang digunakan diadaptasi dari Depdiknas (2002)
dalam Putra (2009), yaitu dengan ketentuan sebagai berikut di bawah ini,
- 0– 55
= Kurang (D)
- 56 – 70 = Cukup (C)
- 71 – 85 = Baik (B)
- 86 – 100 = Amat baik (A)
Selanjutnya data nilai kemampuan menyelesaikan soal perorangan yang telah
dihasilkan dari tes prestasi siswa secara formatif tersebut diinterpretasikan dan
dideskripsikan dalam bentuk tabel.
Daftar nilai prestasi siswa kemudian diinterpretasikan secara umum, yaitu
melihat kategori umum nilai hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal dalam
mata pelajaran Biologi di kelas X.1 tersebut. Kategori umum nilai kemampuan
siswa didapat dengan menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa tersebut. Nilai
rata-rata yang didapat kemudian diinterpretasikan apakah ada peningkatan dari
kondisi awal atau tidak. Hasil interpretasi ini selanjutnya dikorelasikan dengan
data observasi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru dan
aktivitas siswa yang kemudian dapat diputuskan berlanjut atau tidaknya sebuah
siklus penelitian. Bila ada peningkatan yang signifikan dalam arti bahwa
permasalahan penelitian telah terselesaikan dengan baik, maka kegiatan siklus
penelitian diakhiri sampai siklus tersebut. Tetapi bila permasalahan belum
terselesaikan dengan baik dalam arti belum ada peningkatan hasil belajar siswa,
maka kegiatan siklus penelitian dilanjutkan dengan kegiatan siklus berikutnya.
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Modul Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: PSDMPK-PMP.
Kusumah, Y, S. 2007. Reformasi Sekolah dalam Membentuk Learning
Community. Makalah disampaikan dalam kegiatan Seminar Lesson Study
bagi Guru-Guru Sekolah Menengah, pada tanggal 4 Desember 2007 di
Majalengka.
Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Salim. Habib. 2012. Sistematika Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
http://peteka-guru.blogspot.com/2012/04/sistematika-proposal-ptkpenelitian.html. Diakses pada 09 Oktober 2014.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Sitorus, R, H dan Nunung N. 2005. Ringkasan Biologi. Bandung: Yrama Widya.
Yamin, Martinis. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62