Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, jasa audit sangat diperlukan pada entitas
perusahaan maupun badan hukum baik swasta maupun milik pemerintah.
Mulyadi (2002) mendefinisikan "Auditing adalah suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan”.
Banyak praktik kecurangan akuntansi yang dilakukan manajemen
perusahaan lokal maupun internasional, semuanya mengarah untuk
keuntungan pribadi, mulai dari memanipulasi laba agar mengecilkan beban
pajak dengan cara membebankan penambahan aset tetap yang seharusnya di
investasikan, penyelewengan dana, dan banyak pengaruh lainnya. Setelah
hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia, tepatnya
pada tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
sebagai organisasi Akuntan Publik yang independen dan mandiri dengan
berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa

IAI – Kompartemen Akuntan Publik. Pada tanggal 5 Februari 2008,
Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai organisasi profesi akuntan publik

1
Universitas Sumatera Utara

2

yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi Akuntan Publik, penyusunan
dan penerbitan standar profesional dan etika Akuntan Publik, serta
menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh Akuntan
Publik di Indonesia.
Ketentuan-ketentuan Akuntan Publik diatur dalam UU no. 5 tahun
2011 mengenai Akuntan Publik. Badan usaha tempat Akuntan Publik
memberikan jasanya adalah KAP (Kantor Akuntan Publik). Dijelaskan di
dalam UU No. 5 tahun 2011, pada pasal 12 ayat 1, yaitu “KAP dapat
berbentuk usaha perseorangan, persekutuan perdata, firma, ataupun juga
bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik,
yang diatur dalam undang-undang”.

Dengan perkembangan sejak tahun 1957 sampai dengan saat ini, dunia
Akuntan Publik mengalami banyak kemajuan. Dalam segi jumlah Akuntan
Publik, Indonesia saat ini masih ketinggalan dibanding dengan negara-negara
tetangga.
Tabel 1.1: Jumlah CPA

Negara

Jumlah CPA (Orang)

Indonesia
Thailand
Malaysia
Singapura
Philipina

1.511
52.805
29.654
26.572

21.031

Sumber: Directory IAPI 2013

Bisa kita lihat dari segi jumlah akuntan yang memiliki sertifikat CPA
(Certified Public Accountant), Indonesia berbanding jauh dengan negara-

Universitas Sumatera Utara

3

negara tetangga. Padahal pada tahun 2015 yang akan datang, Asia akan
menghadapi AEC/MEA (ASEAN Economic Community/ Masyarakat
Ekonomi ASEAN). Pergerakan barang, modal, jasa, investasi dan orang yang
telah disepakati akan bebas keluar masuk di antara negara anggota ASEAN,
alias tanpa hambatan baik tarif maupun non-tarif.
Dari tahun ke tahun, perkembangan dunia akuntan di Indonesia, dan
dengan peraturan-peraturan yang tegas dan ketat, menjadi tugas bersama
untuk melawan kecurangan-kecurangan yang dapat merugikan pihak-pihak
tertentu maupun dunia akuntan di negara ini. Tetapi masih banyak saja celahcelah yang dimanfaatkan untuk melakukan kecurangan-kecurangan tersebut.

Pada tahun 2001, dunia akuntan tercoreng akibat kasus Enron Co.
Enron Co. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri energi,
perusahaan tersebut memanipulasi laba hingga mencapai $600 juta. Padahal
perusahaan mengalami kerugian. Dan KAP yang juga terlibat adalah KAP
Arthur Andersen. Akibat kasus tersebut, dunia meragukan jasa akuntan.
Di Indonesia, juga ada terdapat kecurangan–kecurangan yang terjadi.
Misalnya di dunia perbankan. Kredit macet, kredit fiktif, penggelembungan
angka (mark-up) merupakan penyakit perbankan di tanah air. Sudah rahasia
umum, konglomerasi di Indonesia memiliki bank untuk menghimpun dana
dari masyarakat. Dan, biasanya bank itu digunakan sebagai “sapi perah” bagi
perusahaan dalam grup. Hal itu terjadi karena struktur kepemilikan
perusahaan di Indonesia sebagian besar perusahaan keluarga. Berbeda dengan
perusahaan di negara maju, misalnya Amerika Serikat. Disana, struktur
kepemilikan perusahaan sudah terpisah. Jika terpisah akan lebih baik, karena

Universitas Sumatera Utara

4

keadaan itu akan membuat peran Akuntan Publik menjadi penting untuk

menjadi wasit antara manajemen dengan pemilik atau komisaris pemegang
saham. Tapi di Indonesia banyak terjadi penyimpangan.
Sebagai contoh kasus audit failure terjadi pada perusahaan Kimia
Farma dan Bank Lippo (Mayangsari, 2003). Kasus perusahaan Kimia Farma
terjadi mark up terhadap laba tahun 2001 ditulis Rp. 132 milyar padahal
sebenarnya hanya senilai Rp. 99,594 milyar. Sedangkan pada Bank Lippo
terjadi pembukuan ganda pada tahun 2002. Pada tahun tersebut Bapepam
menemukan adanya tiga versi laporan keuangan. Laporan yang berbeda itu,
pertama, yang diberikan kepada publik atau diiklankan melalui media massa
pada tanggal 28 Nopember 2002. Kedua, laporan ke BEJ pada tanggal 27
Desember 2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan Akuntan Publik,
dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko & Sandjaja dengan
auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo
pada tanggal 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut
yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan “opini wajar tanpa
pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada tanggal 6 Januari 2003.
Akibat adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan sanksi denda
sebesar Rp. 500.000.000,- kepada PT. Kimia Farma Tbk dan kepada
auditornya sebesar Rp. 100.000.000,-. Sedangkan untuk


Bank Lippo

dijatuhkan sanksi sebesar Rp. 2,5 Milyar, karena pencantuman kata “diaudit”
dan “opini wajar tanpa pengecualian” di laporan keuangan 30 September
2002 yang dipublikasikan pada tanggal 28 Nopember 2002, dan sanksi denda
sebesar Rp. 3,5 Milyar juta kepada Ruchjat Kosasih selaku Rekan (Partner)

Universitas Sumatera Utara

5

Akuntan Publik KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja karena keterlambatan
penyampaian informasi penting mengenai penurunan agunan yang diambil
alih (AYDA) Bank Lippo selama 35 hari.
Contoh kasus lain adalah keterlibatan 10 KAP di Indonesia dalam
praktik kecurangan keuangan. KAP tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37
bank sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997. Hasil audit
mengungkapkan bahwa laporan keuangan bank tersebut sehat. Saat krisis
menerpa Indonesia, bank tersebut kolaps karena kinerja keuangannya sangat
buruk. Ternyata baru terungkap dalam investigasi yang dilakukan pemerintah

bahwa KAP tersebut terlibat dalam kecurangan akuntansi. 10 KAP yang
dituduh melakukan praktik kecurangan akuntansi adalah Hans Tuanakotta
and Mustofa (Deloitte Touche Tohmatsu’s Affiliatte), Johan Malonda and
Partners (NEXIA International Affiliatte), Hendrawinata and Partners (Grant
Thornton International’s Affiliatte), Prasetyo Utomo and Patners (Arthur
Andersen’s Affiliatte), RB Tanubrata and Partners, Salaki and Salaki, Andi
Iskandar and Partners, Hadi Sutanto (menyatakan tidak bersalah), S.
Darmawan and Partners dan Robert Yogi and Partners. Pemerintah pada
waktu itu hanya melakukan teguran tetapi tidak ada memberikan sanksi. Satusatunya badan yang berhak untuk menjatuhkan sanksi pada waktu itu adalah
BP2AP (Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik) yang di bentuk oleh IAI
(Ikatan Akuntan Indonesia). Pada akhirnya, dengan hasil investigasi, BP2AP
menjatuhkan sanksi terhadap KAP tersebut, tetapi sanksi sanksi yang
diberikan terlalu ringan, yaitu BP2AP hanya melarang 3 KAP melakukan

Universitas Sumatera Utara

6

audit terhadap klien dari bank-bank, sementara 7 KAP lainnya bebas
(Suryana, 2002).

KAP di Medan berjumlah 20 KAP menurut Directory IAPI tahun
2013. Untuk kota seluas Medan jumlah tersebut termasuk sedikit, banyak
auditee yang membutuhkan jasa audit dari KAP tersebut. Mulai dari
perusahaan industri, perkebunan, perusahaan dagang, perusahaan jasa,
koperasi, yayasan, dan lainnya yang banyak berdiri di Medan dan di dalam
wilayah Sumatera Utara ini. Belum lagi pada tahun 2014 ini diselenggarakan
Pemilihan Umum Calon Legislatif yang membutuhkan audit dana kampanye.
Dengan kata lain, setiap KAP harus memiliki staf-staf auditor yang
profesional dan teliti.
Belakangan ini terjadi kecurangan dalam proses audit di pemerintah
kabupaten Langkat. Kepala KAP Hasnil M. Yasin & Rekan, dituntut penjara
8 tahun oleh jaksa penuntut karena terlibat dalam korupsi pengadaan jasa
yang menyalahi prosedur di Pemerintah kabupaten Langkat. Jaksa
menyatakan terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar pasal 2
ayat 1 Jo Pasal 18 UU Pemberantasan Tipikor Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
KAP Hasnil M Yasin & Rekan ditunjuk oleh Kabag Keuangan Pemkab
Langkat pada waktu itu, Surya Djahisa, untuk menyusun perubahan tarif
pajak penghasilan PPH Pasal 21 untuk tahun fiskal 2001 dan 2002 untuk
disesuaikan dengan tarif baru. Selanjutnya, Pemkab Langkat memperoleh
dana kompensasi atau restitusi sebesar Rp 5,9 miliar. Sesuai surat perjanjian,

KAP Hasnil M Yasin & Rekan memperoleh honorium sebesar 20 persen dari
Rp 5,9 yaitu Rp 1,19 miliar.

Universitas Sumatera Utara

7

Masalahnya, penunjukan langsung KAP Hasnil M Yasin & Rekan
melanggar Pasal 17 Keppres No 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pedoman
Pelaksanaan

Pengadaan

Barang/Jasa

Instansi

Pemerintah.

Penetapan


honorarium sebesar 20 persen dari kompensasi atau restitusi pajak dinilai
bertentangan dengan Pasal 28 ayat (7) Keppres No 18 Tahun 2000. Kontrak
persentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi di bidang
konstruksi dan pekerjaan pemborongan tertentu. Jaksa juga meminta majelis
hakim untuk mendenda Hasnil Rp 300 juta subsider 3 bulan dan memberikan
uang pengganti sebanyak Rp 1,193 miliar. Jika tidak mampu, maka aset
terdakwa akan disita atau ditambah hukumannya sebanyak 3 tahun 6 bulan.
KAP tersebut merupakan KAP domisili Jakarta, yang memiliki cabang di
Jambi. Sedangkan kota Medan juga memiliki KAP yang dapat melakukan
jasanya terhadap pemerintah kabupaten langkat tersebut. Jika KAP dari
Jakarta tersebut lebih baik dibandingkan dengan KAP kota Medan, tetapi
berdasarkan kutipan di atas, terjadi kecurangan di dalam proses auditnya.
Apakah kualitas dan pengalaman yang baik tidak menjadi jaminan untuk
tidak terjadi kecurangan? Atau malah sebaliknya, pengalaman membuat
auditor mengetahui celah-celah untuk melakukan kecurangan.
Dari kasus-kasus tersebut bisa kita lihat, masih banyak kecurangankecurangan yang terjadi, bisa kesalahan dari pihak perusahaan maupun pihak
pemeriksa. Auditor sebagai pemberi jasa harus mengikuti syarat maupun
ketentuan yang berlaku, semua sudah diatur. Dan juga dalam melaksanakan
tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang

diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk

Universitas Sumatera Utara

8

memandang Kantor Akuntan Publik sebagai pihak yang independen dan
kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah
diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan
jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga
meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme
tinggi. Kelemahan KAP di indonesia adalah belum terdapat law inforcement
perusahaan wajib audit, kemudian proses regenerasi yang tidak berjalan,
minimnya jumlah Rekan/ Partner yang dimiliki setiap KAP, dan rendahnya
tingkat pendidikan staf auditor di setiap KAP, rendahnya jumlah CPA
Indonesia, rendahnya kelulusan ujian CPA Indonesia serta rendahnya jumlah
AP di Indonesia.
Penelitian

mengenai

pengukuran

kemampuan

auditor

dalam

mendeteksi kecurangan telah dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004)
dengan judul “The effect of professional skepticism on the fraud detection
skills of internal auditors”. Yaitu mengenai pengaruh skeptisme profesional
terhadap kemampuan auditor internal mendeteksi kecurangan. Hasil
penelitian ini menunjukkan Skeptisme profesional berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Penelitian

mengenai

pengukuran

kemampuan

auditor

dalam

mendeteksi kecurangan telah dilakukan oleh Noviyanti (2008). Secara umum,
penelitian Noviyanti meneliti tentang pegaruh dari penaksiran resiko
kecurangan pada berbagai tingkat kepercayaan auditor dan bagaimana
pengaruh tipe kepribadian terhadap skeptisme profesional auditor dalam
mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini yang pertama menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

9

bahwa auditor dengan tingkat kepercayaan berbasis identifikasi jika diberikan
penaksiran risiko kecuragan yang tinggi, akan menunjukkan skeptisme
profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan. Dan yang kedua
bahwa tipe kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor.
Matondang (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional terhadap
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.”
Populasi penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP di DKI
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman audit, independensi, dan
keahlian profesional berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan
pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan.
Berbeda dengan penelitian Hafifah dan Fitriany (2012), melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh beban kerja, pengalaman audit dan tipe
kepribadian terhadap skeptisme profesional dan kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan.” Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa yang
pertama bahwa beban kerja berpengaruh negatif pada skeptisme profesional,
sedangkan pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh positif
terhadap skeptisme profesional. Yang kedua bahwa beban kerja berpengaruh
negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejalagejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional
terbukti berpengaruh positif terhadap

peningkatan

kemampuan

auditor

mendeteksi gejala-gejala kecurangan. Yang ketiga bahwa gender, ukuran
KAP dan posisi auditor terbukti tidak berpengaruh terhadapa skeptisme
profesional auditor. Dan yang terakhir bahwa auditor laki-laki terbukti akan

Universitas Sumatera Utara

10

semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan
gejala-gejala kecurangan dibandingkan auditor wanita.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan penelitian-penelitian
terdahulu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada Kantor Akuntan Publik di
Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

dan

penelitian-penelitian

sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
“Apakah

pendidikan,

pengalaman

audit

dan

kecakapan

profesional

berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan pada Kantor Akuntan Publik di Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah:
“Untuk mengetahui, menganalisis dan mendapatkan bukti empiris pengaruh
pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional terhadap
kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.”
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi

peneliti, diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman,

kemampuan intelektual tentang pendidikan, pengalaman audit dan

Universitas Sumatera Utara

11

kecakapan

profesional

berpengaruh

terhadap

kemampuan

auditor

mendeteksi kecurangan.
2. Bagi

akademisi,

penelitian

ini

diharapkan

memperkaya

hasil

penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti hal
yang sama.
3. Bagi Kantor Akuntan Publik, untuk memberikan masukan dalam
meningkatkan kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
1.5 Originalitas Penelitian
Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini pernah
dilakukan. Penelitian yang peneliti lakukan ini, merupakan pengembangan
ide dari penelitian yang dilakukan oleh Hafifah dan Fitriany (2012) dengan
judul “Pengaruh beban kerja, pengalaman audit dan tipe kepribadian terhadap
skeptisme

profesional

dan

kemampuan

auditor

dalam

mendeteksi

kecurangan” yang telah diseminarkan di Simposium Nasional Akuntansi
(SNA) XV di Banjarmasin.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
1. Variabel independen penelitian terdahulu terdiri dari beban kerja,
pengalaman audit dan tipe kepribadian, sedangkan pada penelitian
ini variabel independennya terdiri dari pendidikan, pengalaman
audit dan kecakapan profesional.
2. Variabel dependen penelitian terdahulu terdiri dari skeptisme
profesional dan kemampuan auditor mendeteksi kecurangan,
sedangkan pada penelitian ini variabel dependennya adalah
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.

Universitas Sumatera Utara

12

3. Populasi pada penelitian terdahulu adalah auditor KAP yang ada di
Jakarta, sedangkan populasi penelitian ini adalah auditor KAP
yang ada di kota Medan.
4. Waktu penelitian terdahulu dilakukan pada tahun 2012, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, INDEPENDENSI, TEKANAN WAKTU, DAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD) (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Semarang)

2 7 171

PENGARUH PENERAPAN KODE ETIK, SKPETISME PROFESIONAL AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN).

1 6 30

PENDAHULUAN Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit, Tipe Kepribadian Dan Skeptisme Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di kota Solo dan Yogyakarta).

0 2 10

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit, Tipe Kepribadian Dan Skeptisme Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di kota Solo dan Yogyakarta).

1 10 4

Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan

0 0 16

Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan

0 0 2

Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan

0 0 12

Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan Chapter III VI

0 0 35

Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan

0 0 4

Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan

0 0 13