Pengaruh Pendidikan, Pengan Audit, dan Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan Pada Kantor Akuntan Publik di Medan Chapter III VI
25
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian
serta tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan suatu kerangka konsep dari
penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen
Pendidikan
(X1)
Variabel Dependen
Kemampuan
Auditor
Mendeteksi
Kecurangan
(Y)
Pengalaman Audit
(X2)
Kecakapan
Profesional
(X3)
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
25
Universitas Sumatera Utara
26
Kerangka Konsep sebagaimana tergambar di atas, variabel pendidikan
merupakan jenjang pendidikan dimulai dari Diploma sampai dengan program
Doktor yang dimiliki oleh staf Kantor Akuntan Publik yang ada di kota Medan.
Selain itu program studi yang ditempuh dari universitas atau institut yang
dimiliki oleh staf KAP yang ada di kota Medan juga menjadi indikator dari
pendidikan yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan.
Untuk variabel pengalaman audit dapat dilihat dari berapa lama auditor
tersebut berkerja sebagai auditor dan pengalaman dari mengikuti PPL (Program
Pendidikan Berkelanjutan), training akuntansi, dan training audit.
Untuk Variabel kecakapan profesional dapat dilihat dari bagaimana cara
auditor tersebut mengambil keputusan, memberikan pertanyaan kepada klien dan
menjawab pertanyaan klien.
3.2.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian
dan teori serta kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis
penelitian ini adalah pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional
berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Menurut Marzuki (1999)
penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian asosiatif merupakan
penelitian dengan tingkatan tertinggi dibanding penelitian deskriptif dan
komparatif. Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori yang berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/fenomena. Didalam
penelitian asosiatif, penelitian ini termasuk penelitian kausal. Sugiyono (2011:57)
menyatakan bahwa metode Asosiatif Kausal adalah rumusan masalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jadi di sini
ada variabel independen (X) yang mempengaruhi dan variabel dependen (Y) yang
dipengaruhi.
Peneliti menggunakan disain penelitian ini untuk memberikan bukti
empiris dan menganalisis pendidikan, pengalaman audit, dan kecakapan
profesional sebagai variabel independen dan kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan sebagai variabel dependen pada Kantor Akuntan Publik
yang ada di kota Medan.
27
Universitas Sumatera Utara
28
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kantor Akuntan Publik yang ada di kota Medan
baik itu KAP pusat maupun KAP cabang dari kota yang lain.
4.3
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik yang ada di Medan. Menurut Arikunto (2006:130) populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian.
Populasi Auditor yang bekerja di 20 (dua puluh) Kantor Akuntan Publik
yang ada di Medan baik itu kantor pusat maupun cabang berdasarkan Directory
IAPI tahun 2013 yaitu:
Tabel 4.1: Daftar Populasi Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama Kantor Akuntan Publik
KAP Drs. Biasa Sitepu
KAP Chatim, Atjeng, Sugeng & Rekan
KAP Dorkas Rosmiaty, SE
KAP Edward L. Tobing, Madilah Bohori
KAP Erwin, Zikri & Togar
KAP Fachrudin & Mahyuddin
KAP Drs. Hadiawan
KAP Hendrawinata Eddy & Siddharta
KAP Joachim Sulistyo & Rekan
KAP Drs. Johan Malonda Mustika & Rekan
KAP Drs. Katio & Rekan
KAP Liasta, Nirwan, Syafruddin & Rekan
KAP Dra. Meilina Pangaribuan, MM
KAP Paul Hadinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
KAP Sabar Setia
KAP Drs. Selamat Sinuraya & Rekan
KAP Drs. Syahelmi
KAP Drs. Syahrun Batubara
KAP Drs. Syamsul Bahri, MM, Ak & Rekan
KAP Drs. Tarmizi Taher
Universitas Sumatera Utara
29
Yang terdiri dari:
1. Rekan AP
=
24 Orang
2.
Rekan Non AP =
3. Staf Auditor
=
2 Orang
80 Orang
106 Orang
Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan Sampel Berstrata
atau Stratified Sample. Menurut Arikunto (2006:138): “Apabila peneliti
berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka
pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata, tidak
boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel”.
Menurut Suryadi dan Purwanto (2009) menghitung sampel (n) dengan
formula:
n = [(zα/2.σ)/ԑ]²
zα/2 untuk α = 5% atau tingkat kepercayaan 95% = 1,96
Standar deviasi (σ)
= 12
Standar error ԑ
=4
n
= [(1,96.12)/4]²
= [(23,52)/4] ²
= [5,88]²
= 34,57 dibulatkan menjadi 35
Rekan Non AP karena tidak terlibat dalam proses audit, maka tidak
diambil sebagai sampel, sehingga distribusi sampel menjadi:
1. Rekan AP
= 24 x 35 =
104
8 Orang
2. Staf Auditor
= 80 x 35 =
104
27 Orang
35 Orang
Universitas Sumatera Utara
30
Metode yang digunakan adalah survei, yaitu pengumpulan data primer
yang diperoleh langsung dari sumber asli.
4.3
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan menggunakan. Menurut Arikunto (2006:151) kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah Auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik yaitu Partner AP, dan Staf Auditor yang ada
di kota Medan yang berjumlah 35 orang. Tahapan dalam pengumpulan terdiri dari
dua tahap. Tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada
seluruh auditor yang menjadi populasi sampel, kemudian menunggu pengisian
kuesioner tersebut. Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah
diisi oleh auditor dari KAP yang ada di kota Medan untuk kemudian dilakukan
pengolahan data dari kuesioner tersebut. Kuesioner akan diberikan langsung ke
KAP tempat responden bekerja.
4.6 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
4.6.1 Definisi Operasional
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel independen dan dependen. Variabel independen (variabel bebas)
adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat dan variabel dependen
(variabel terikat) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti
Universitas Sumatera Utara
31
(Sekaran, 2006). Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen dan 1
variabel dependen yang diukur menggunakan skala Likert. Menurut Ikhsan
dan Ghozali (2006) skala likert merupakan metode untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi
fenomena
sosial.
seseorang
Dalam
atau
sekelompok
orang
tentang
skala likert, variabel yang diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan
profesional. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Berikut ini penjelasan masing-masing variabel, yaitu:
1. Kemampuan auditor mendeteksi kecurangan (Y). Dalam penelitian ini
pengukurannya melalui pernyataan-pernyataan mengenai gejala-gejala
kecurangan (fraud symptoms) yang dikembangkan oleh Fullerton dan
Durtschi (2004) yang terdiri dari gejala kecurangan terkait dengan
lingkungan perusahaan
(corporate environment) dan
gejala
kecurangan terkait catatan keuangan dan praktek akuntansi (financial
records and accounting practice). Pertanyaan terhadap variabel ini pada
kuesioner diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hafifah dan
Fitriany (2012). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skor 1
menunjukkan sama sekali tidak akan mengembangkan pencarian
informasi, skor 2 menunjukkan akan sedikit mengembangkan pencarian
informasi, skor 3 menunjukkan netral, skor 4 menunjukkan akan
banyak mengembangkan pencarian informasi, skor 5 menunjukkan
akan sangat banyak mengembangkan pencarian informasi.
Universitas Sumatera Utara
32
2. Pendidikan (X1) dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan auditor
di KAP kota Medan yang diukur dengan jenjang atau strata pendidikan
dan jurusan (program studi) yang dimiliki oleh auditor KAP kota
Medan. Tingkat pendidikan dimulai dari SMA sampai dengan Doktor.
Indikator
lainnya
yaitu
Program studi, pendidikan profesi dan
sertifikasi yang dimiliki oleh auditor di KAP kota Medan. Pertanyaan
terhadap variabel ini pada kuesioner diadopsi dari penelitian yang
dilakukan oleh Batubara (2008). Pengukuran variabel ini dilakukan
dengan skor 1 menunjukkan kategori sangat tidak baik, skor 2
menunjukkan kategori tidak baik, skor 3 menunjukkan kategori netral,
skor 4 menunjukkan kategori baik, skor 5 menunjukkan kategori sangat
baik.
3. Pengalaman Audit (X2) dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang
dimiliki auditor dimulai dari pengetahuan formal, dilanjutkan dengan
pelatihan teknis yang memadai dan masa tugas yang dimiliki oleh
auditor. Pertanyaan terhadap variabel ini pada kuesioner diadopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2013). Pengukuran variabel
ini dilakukan dengan skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju, skor 2
menunjukkan tidak setuju, skor 3 menunjukkan netral, skor 4
menunjukkan setuju, skor 5 menunjukkan sangat setuju.
4. Kecakapan profesional (X3) dalam penelitian ini adalah auditor
yang telah mengikuti
mengikuti
training
training
audit,
dan
akuntansi,
auditor
pengalaman
dalam
yang
telah
melakukan
pemeriksaan. Pertanyaan terhadap variabel ini pada kuesioner diadopsi
Universitas Sumatera Utara
33
dari penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2008). Pengukuran
variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran
interval, skor 1 menunjukkan tidak pernah sama sekali, skor 2
menunjukkan hampir tidak pernah, skor 3 menunjukkan pernah, skor 4
menunjukkan sering, skor 5 menunjukkan sangat sering.
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi
Operasional
Indikator
Instrumen
Skala
Kuesioner
Interval
Variabel Dependen
Kemampuan
auditor
mendeteksi
kecurangan
(Y)
Kemampuan
seorang - Teliti dalam
bekerja
pemeriksa
untuk
mengetahui
segala - Keakuratan
tindakan yang lakukan
dalam
oleh karyawan, supervisi,
pengambila
manajer atau pun direksi
n keputusan
suatu perusahaan yang
disengaja
untuk
menyembunyikan fakta
dan juga memaksakan
tujuan tetapi mengambil
keuntungan dari orang
lain.
Variabel Independen
Pendidikan
(X1)
Tingkat pendidikan - Tingkat
pendidikan
dan jurusan studi
- Program studi
dari auditor.
Kuesioner
Interval
Pengalaman
Audit
Hal - hal yang - Masa Kerja
diperoleh
oleh - Jumlah
serang
auditor,
Auditee yang
mulai dari apa yang
diaudit
di peroleh selama
pekerjaannya, dari
kejadian-kejadian
yang sudah terjadi
Kuesioner
Interval
(X2)
Universitas Sumatera Utara
34
yang
ada
hubugannya dengan
bidang audit dan
teori-teori
atau
ilmu-ilmu
mengenai auditing
yang di peroleh
selama hidup.
Kecakapan
Profesional
(X3)
Keahlian
yang - Training
dimiliki
seorang
akuntansi
auditor
dalam - Training audit
melakukan
- Pengalaman
audit
tugasnya
dalam
bekerja, ketepatan
dalam pengambilan
keputusan, dan cara
berinteraksi dengan
klien
secara
profesional.
Kuesioner
Interval
4.7 Model dan Teknik Analisis Data
4.7.1 Uji Kualitas Data
Menurut Hair et al (1998), kualitas data yang dihasilkan dari
penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan
realibilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi
dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada dua
prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data,
yaitu:
1. Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung
korelasi antara score masing-masing pertanyaan dengan total score dari
Universitas Sumatera Utara
35
item-item pertanyaan. Ikhsan dan Ghozali (2006) menyatakan validitas
dalam
hal
ini
merupakan
akurasi
temuan
penelitian
yang
mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek
pengujian berbeda. Uji Validitas dihitung dengan menggunakan
korelasi
person
dan
setelah
dilakukan
pengukuran
dengan
menggunakan software SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk
semua pertanyaan.
2. Uji Realibilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha setelah
dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS. Setelah di
dapat hasilnya dengan software SPSS, angka Cronbach Alpha (r) di
bandingkan dengan angka koefisien product moment r, dengan α =
0.01 dan n = 35, maka akan diperoleh r.
3. Tabel. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan dinyatakan signifikan
yang berarti bahwa pernyataan tersebut reliabel.
4.8 Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian
asumsi klasik
sebagai
persyaratan
dalam
analisis
agar
datanya
dapat
bermakna dan bermanfaat. Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskesdastisitas
1. Uji Normalitas, untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data yang
Universitas Sumatera Utara
36
terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Data yang
digunakan adalah model regresi yang telah ada (Santoso, 2001).
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pengujian
data dilakukan dengan menggunakan pengujian Shapiro Wilk dengan
gambar Q-Q Plot.
2. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah Multikolinieritas
(multiko). Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabelvariabel bebas diantara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Santoso,
2001). Data yang dipakai adalah model regresi yang telah ada.
Pengujian dilakukan dengan Colinearity Diagnostoc serta Partial
Correlation.
3. Uji Heteroskedastisitas, menguji apakah dalam suatu model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan
jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2001). Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola
Universitas Sumatera Utara
37
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Data yang digunakan
adalah model regresi yang ada.
4.9 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan
data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti
untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang
utama dan data demografi responden.
4.10 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk menemukan apakah
ada pengaruh pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada Kantor Akuntan
Publik yang ada di Medan. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan
uji parsial dan simultan dengan analisis regresi sederhana dan berganda.
Regresi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh masingmasing variabel bebas terhadap variabel dependen, sedangkan regresi
berganda digunakan untuk menguji pengaruh pendidikan, pengalaman
audit dan kecakapan profesional secara simultan terhadap
kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
38
1. Analisis Regresi Linier Berganda:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ԑ
Dimana:
Y
= Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
X1
= Pendidikan
X2
= Pengalaman Audit
X3
= Kecakapan profesional
α
= Konstanta
b1- b3 = Koefisien Regresi
e
= Error
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%
untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau
ditolak dilakukan dengan cara menguji nilai F. Apabila nilai F positif berarti
hipotesis diterima, jika nilai F negatif berarti hipotesis ditolak. Hal ini
menunjukkan pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional secara
simultan
berpengaruh
terhadap
kemampuan
auditor
dalam
mendeteksi
kecurangan. Untuk menguji masing-masing variabel independen secara parsial
terhadap kemampuan auditor medeteksi kecurangan dilakukan dengan menguji
nilai t dengan uji dua sisi pada tingkat signifikansi (α)
0.05 atau 5% atau
keyakinan 95%. Uji-t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap
variabel independen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah menerima
hipotesis jika nilai t hasil perhitungan adalah positif atau lebih besar dari (0.05),
yang berati hipotesis diterima. Sebaliknya jika nilai t hasil perhitungan lebih kecil
dari (0.05) maka hipotesis ditolak.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan November tahun 2013 dengan tahapan
pengajuan judul, penyusunan proposal dan kemudian tahapan pengumpulan dan
pengolahan data di Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan. Tahapan-tahapan
ini dilakukan selama 4 (empat) bulan. Pada tahapan selanjutnya pengolahan data
yang relatif. Tahapan ini dilanjutkan dengan penyusunan laporan hasil penelitian,
Tahapan ini dapat diselesaikan dengan berbagai tambahan pembahasan.
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan hasil-hasil pengujian
yang dilakukan baik pengujian syarat yang harus dilakukan maupun pengujian
model yang diajukan. Pengujian ini dilakukan dalam proses penerimaan ataupun
penolakan terhadap hipotesis yang diajukan. Berbagai hasil pengujian akan
dirangkumkan sementara detail output pengujian terdapat di dalam lampiran.
5.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KAP yang ada di Medan. Penelitian
ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 35 orang responden yaitu
staf auditor maupun rekan di KAP yang ada di Medan. Staf Auditor yang
bekerja pada KAP yang ada di Medan mayoritas mempunyai pendidikan
sarjana.
39
Universitas Sumatera Utara
40
5.1.2 Pengujian Alat Ukur
Sebelum pengujian data dan pengujian hipotesis dilakukan, terlebih
dahulu dilakukan pengujian atas kualitas data untuk menjamin bahwa data
yang diperoleh sudah dapat digunakan dalam penarikan kesimpulan. Secara
umum pengujian ini diarahkan untuk menguji alat ukur yang digunakan
(kuesioner) serta data yang diperoleh dari responden. Kuesioner yang
diajukan kepada responden berisikan 19 butir pernyataan yang digunakan
untuk mengukur 4 buah variabel penelitian. Tabel 5.1 menunjukkan butir
pernyataan untuk setiap variabel penelitian.
Tabel 5.1: Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner
Variabel
Pendidikan (X₁)
Pengalaman Audit (X₂)
Kecakapan Profesional (Xз)
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan (Y)
Butir Pertanyaan
Butir 1 da n 2
Butir 3,4,5 dan 6
Butir 7,8 dan 9
Butir 10,11,12,13,14,15,16,17,18 dan19
Sumber: Pengolahan Data SPSS
5.1.2.1 Uji Validitas
Pengujian
validitas
dilakukan
untuk
menguji
apakah
instrumen penelitian yaitu kuesioner yang telah disusun benar-benar
akurat. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas
suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan
skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam
kuesioner
melalui metode pearson correlation. Menurut Solimun
(2000), bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor
total seluruh indikator positif dan lebih besar 0.3≥ ( 0.3)
r maka
instrumen dianggap valid. Pengujian validitas dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
41
mahasiswa akuntansi sebagai responden sebanyak 35 orang. Hasil
pengujian validitasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2: Hasil Pengujian Validitas
Variabel
Pendidikan
Pengalaman Audit
Kecakapan Profesional
Kemampuan Auditor
Mendeteksi
Kecurangan
Butir
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
rhitung
.722
.722
.540
.630
.446
.644
.470
.555
.661
.699
.421
.461
.595
.525
.486
.638
.428
.382
.409
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data Pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil output dari uji validitas yang dapat kita lihat
pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa seluruh indikator mempunyai nilai
validitas
lebih besar dari rstandar yaitu (0.3) sehingga seluruh item
dinyatakan valid.
5.1.2.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi
seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan. Pengujian
ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur, sehingga
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Muhidin dan Maman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
42
Metode yang sering digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah
Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel
jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0.6 (Ghozali, 2006).
Tabel 5.3: Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Alpha
0.0 s/d 0.20
0.20 s/d 0.40
0.40 s/d 0.60
0.60 s/d 0.80
0.80 s/d 1.00
Tingkat Reliabel
Kurang Reliabel
Sedikir Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diuji tingkat
reliabilitasnya dengan output dalam lampiran 3 yang ditunjukkan di
dalam tabel 5.3. Pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan
Cronbach’s Alpha menunjukkan kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang konstan. Nilai
Cronbach’s Alpha sebesar (0.816) menyatakan bahwa kuesioner
sangat reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Tabel 5.4: Hasil Pengujian Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N Of Items
.816
19
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Universitas Sumatera Utara
43
5.1.3 Uji Asumsi Klasik
5.1.3.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi,
variabel
terikat,
variabel
bebas
atau
keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan pengujian Kolmogorov- Smirnov.
Tabel 5.5: Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
35
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
1.91074279
Absolute
.166
Positive
.166
Negative
-.142
Kolmogorov-Smirnov Z
.981
Asymp. Sig. (2-tailed)
.291
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 5.5
menunjukkan bahwa signifikansi di atas 5% yang mengindikasikan
bahwa residual data telah terdistribusi secara normal. Pengujian dengan
metode ini menyatakan jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki
probabilitas lebih besar dari (0.05), maka variabel penelitian tersebut
dapat dinyatakan berdistribusi normal (Santoso, 2001).
Universitas Sumatera Utara
44
Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas,
dilampirkan grafik histogram dan grafik normal plot yang dapat dilihat
pada lampiran 4.
5.1.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel bebas
(independen). Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas
yang harus diatasi. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas
pada model regresi di uji dengan menggunakan multikolinearitas yang
dapat diukur dengan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang
dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. hasil
pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 5.6: Hasil Uji Multikolinieritas
Tolerance
VIF (VarianceInflaction Factor)
Pendidikan
.392
2.550
Pengalaman Audit
.569
1.757
Kecakapan
Profesional
.532
1.880
Variabel
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Universitas Sumatera Utara
45
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa nilai Variance Inflation
Factor masih berada di sekitar (1.757) dan (2.550),
nilai tolerance
berkisar (0.392) sampai (0.569), yang berarti nilai Variance Inflation
Factor tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari (0.1).
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa antar variabel-variabel
independen tidak terjadi multikolinearitas.
5.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel penggangu dengan variabel bebasnya.
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan
melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data. Dasar
pengambilan keputusannya adalah:
1)
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2)
Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
atau terjadi homoskedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis
apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan
mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 5.1: Pengujian Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
Adanya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain
dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data
observasi yang lain.
5.1.4 Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif menggambarkan informasi karakteristik variabel
dalam penelitian ini Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan sebagai Y,
Pendidikan sebagai X.1, Pengalaman Audit
sebagai X.2, dan Kecakapan
Profesional sebagai X.3, antara lain meliputi rata-rata/mean dan standar deviasi
yang ditunjukkan oleh Tabel 5.7 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 5.7: Statistik Deskriptif
Variabel
N
Mean
Std. Deviation
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
35
32.4286
3.55863
Pendidikan
35
6.8286
1.38236
Pengalaman Audit
35
13.3714
2.37741
Kecakapan Profesional
35
11.2857
1.67282
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 5.7 Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
memiliki rata-rata (32.4286) dengan standar deviasi (3.55863), Pendidikan
memiliki rata-rata (6.8286) dengan standar deviasi (1.38236), Pengalaman
Audit menunjukkan nilai rata-rata (13.3714) dan standar deviasi (2.37741), dan
Kecakapan Profesional memiliki nilai rata-rata (11.2857) dengan standar deviasi
(1.67282).
5.1.5 Uji Hipotesis
5.1.5.1 Analisis Regeresi Linier Berganda
Penelitian ini mengajukan sebuah model persamaan regresi linier
berganda yang menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y
= Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
X1
= Pendidikan
X2
= Pengalaman Audit
X3
= Kecakapan profesional
α
= Konstanta
Universitas Sumatera Utara
48
b1- b3 = Koefisien Regresi
e
= Error
H0 akan ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari (0.05) atau
5% sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
(0.05) karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara
variabel-variabel yang diuji atau menunjukkan hubungan bahwa korelasi
antara kedua variabel cukup nyata. Disamping itu tingkat signifikansi
(0.05) sering digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu sosial (Levin,
1998). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8: Analisis Hasil Regresi
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
12.358
2.552
Pendidikan
.964
.396
Pengalaman
Audit
.284
Kecakapan
Profesional
.858
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
4.843
.000
.375
2.433
.021
.191
.190
1.486
.147
.281
.403
3.050
.005
a. Dependent Variable: Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan (KAMK)
Berdasarkan tabel di atas, didapatlah persamaan regresi sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
49
KAMK = 0.964X1 + 0.284X2 + 0.858X3 + ε
Keterangan :
1) Konstanta sebesar (12.358) menunjukkan bahwa apabila tidak ada
variabel independen (X1 = 0 dan X2 = 0) maka nilai dari
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan sebesar (12.358);
2) β1 sebesar (0.964) menunjukkan bahwa setiap kenaikan pendidikan
sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan sebesar 96.4% dengan asumsi variabel
lain tetap atau sama dengan nol;
3) β2 sebesar (0.284) menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% pada
Pengalaman Audit akan diikuti oleh kenaikan Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan sebesar (0.284) dengan asumsi variabel
lain tetap.
4) β3 sebesar (0.858) menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% pada
Kecakapan Profesional akan diikuti oleh kenaikan Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan sebesar (0.858) dengan asumsi
variabel lain tetap.
1.
Uji Regresi Secara Parsial (Uji-t)
Uji t digukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel
lain dianggap konstan. Kriteria pengujian uji-t adalah:
a.
Jika signifikansi t < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak.
b.
Jika signifikansi t ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak.
Universitas Sumatera Utara
50
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, dapat disampaikan beberapa
kesimpulan umum sebagai berikut:
1. Variabel pendidikan secara parsial menunjukkan pengaruh yang
signifikan dikarenakan nilai signifikansinya sebesar (0.021) lebih kecil
dari tingkat signifikansi sebesar (0.05), serta uji-t menghasilkan nilai
thitung (2.433) > ttabel (2,03). Koefisien sebesar (0.964), koefisien ini
membuktikan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
2. Variabel pengalaman audit secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan karena jika
dilihat pada tabel 5.8, nilai signifikansi sebesar (0.147), dimana nilai
ini lebih besar dari batas signifikansi model yaitu (0.05) serta uji-t
menghasilkan nilai thitung (1.468) < ttabel (2,03), dimana jika nilai thitung
lebih kecil dari ttabel maka hipotesa penelitian ditolak. Karena variabel
ini tidak signifikan, maka nilai koefisien sebesar (0.284) menjadi
tidak dapat dianalisa dengan baik.
3. Variabel kecakapan profesional secara parsial menunjukkan pengaruh
yang signifikan sama seperti variabel pendidikan dikarenakan nilai
signifikansinya (0.005) jauh lebih kecil dibandingkan batas tingkat
signifikansi sebesar (0.05), dan juga uji-t menghasilkan nilai thitung
(3.050) > ttabel (2,03). Koefisien sebesar (0.858), koefisien ini
membuktikan bahwa kecakapan profesional sama seperti variabel
pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
51
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar
variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square
adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin
mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu
nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Koefisien determinasi memiliki nilai (0.712) atau 71.2%, artinya
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan sebesar 71.2% dipengaruhi
oleh Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional.
Selebihnya sebanyak 28.8% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel
yang digunakan di dalam penelitian ini.
Tabel 5.9: Hasil Analisis Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Model
Change Statistics
R
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1
.844
a
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change
F
Change
df1
.712
.684
2.00106
.712
25.509
3
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Pengalaman Audit, Kecakapan Profesional
b. Dependent Variable: Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
Universitas Sumatera Utara
52
Pada tabel 5.9 yang juga terdapat pada lampiran 7 dapat
dijelaskan angka R sebesar (0.844) menunjukkan bahwa korelasi antara
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan dengan ketiga variabel
independennya adalah kuat. Angka R Square atau Koefisien
determinasi adalah (0.712), hal ini menunjukkan pengaruh Pendidikan,
Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional sebesar 71.2% terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan. Namun untuk jumlah
variabel independen lebih dari dua, lebih baik digunakan adjusted R
square, yang adalah 0.684 (selalu lebih kecil dari R square). Hal ini
berarti
68.4%
variasi
dari
Kemampuan
Auditor
Mendeteksi
Kecurangan dipengaruhi oleh ketiga variabel independen. Sedangkan
sisanya (100% - 68.4% = 31.6%) dipengaruhi oleh variabel-variabel
yang lain. Standard Error of Estimate (SEE) adalah (2.001). Makin
kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen.
3. Uji Regresi Secara Simultan (Uji-F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap
variabel independennya. Kriteria pengujian uji F ini adalah:
a.
Jika signifikansi F < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak.
b.
Jika signifikansi F ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik menggunakan
software SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 5.10: Hasil Uji-F
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
306.440
3
102.147
25.509
.000
Residual
124.132
31
4.004
Total
430.571
34
a
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Pengalaman Audit, Kecakapan Profesional
b. Dependent Variable: Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Dari uji ANOVA atau F-test, diperoleh Fhitung sebesar (25.509)
dengan tingkat signifikansi (0,000) sedangkan Ftabel
sebesar (2.87)
dengan signifikansi (0.05). Karena probabilitas (0.000) jauh lebih kecil
dari (0.05), maka model regresi bisa dipakai untuk menjelaskan
pengaruh kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Dengan kata lain,
pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi
kecurangan.
5.2
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian secara simultan, Pendidikan, Pengalaman Audit dan
Kecakapan Profesional terbukti berpengaruh terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan dengan hasil uji Fhitung lebih besar daripada Ftabel dengan
tingkat signifikansi (0.05) atau 5%. Ini berarti menerima hipotesis yang
menyatakan bahwa pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional
secara simultan berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan
pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan. Besarnya pengaruh pendidikan,
pengalaman audit dan kecakapan profesional (variabel independen) ditunjukkan
Universitas Sumatera Utara
54
oleh nilai adjusted R square sebesar (0.684) atau 68.4%. dengan demikian
besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen sebesar
68.4% dan sisanya 31.6% dijelaskan variabel independen lain di luar model yang
terangkum dalam error. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel
independen yaitu pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional secara
simultan berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan
sebesar 68.4%.
Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:
1.
Pengaruh
Pendidikan
Terhadap
Kemampuan
Auditor
Mendeteksi
Kecurangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa
variabel pendidikan, nilai signifikannya sebesar (0.021), lebih kecil dari 0.05.
variabel pendidikan memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar
(0.964) yang artinya variabel pendidikan berpengaruh positif terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan. Hasil ini mengindikasikan
bahwa antara pendidikan dengan kemampuan auditor mendeteksi kecurangan
menunjukkan pengaruh secara signifikan yang artinya semakin tinggi
pendidikan seorang auditor, semakin tinggi juga tingkat kemampuan seorang
auditor untuk mendeteksi kecurangan. Dan sebaliknya, semakin rendah
pendidikan seorang auditor, semakin turun tingkat kemampuannya. Dapat
dikatakan bahwa jika seorang auditor sudah memenuhi kriteria batas minimal
pendidikannya untuk menjadi seorang staf auditor, auditor tersebut sudah
dapat mendeteksi kecurangan dalam bertugas atau melakukan audit.
Universitas Sumatera Utara
55
2.
Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi
Kecurangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa
variabel pengalaman audit memiliki nilai signifikannya sebesar (0.147), lebih
besar dari (0.05). variabel pengalaman audit memiliki nilai koefisien regresi
yang positif sebesar (0.284) yang berarti bahwa variabel pengalaman audit
tidak berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Hafifah dan Fitriany (2012) yang
menyatakan bahwa secara parsial pengalaman auditor berpengaruh positif
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Ketidakkonsistenan ini
disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu yang pertama objek penelitian yang
berbeda. Hal ini dapat membedakan hasil dikarenakan karakteristik Kantor
Akuntan Publik yang ada di Medan berbeda dengan Kantor Akuntan Publik
yang ada di Jakarta.
Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa seorang auditor tidak
bergantung kepada pengalaman untuk mengetahui kecurangan yang terjadi
pada auditee nya. Lingkungan Akuntan publik di Indonesia, kebanyakan staf
Auditornya memiliki masa kerja yang tidak lama. Sedikit auditor yang
memang benar-benar terjun di dunia Akuntan Publik. Sebagian besar yang
menjadi staf auditor adalah para sarjana muda atau fresh graduate yang
menjadikan Kantor Akuntan Publik sebagai tempat mencari pengalaman.
Dengan demikian, dengan pengalaman yang sedikit auditor juga dapat
mendeteksi kecurangan di dalam melakukan tugas auditnya.
Universitas Sumatera Utara
56
3. Pengaruh Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi
Kecurangan.
Secara parsial, hasil pengujian statistik mengenai pengaruh kecakapan
profesional
terhadap
kemampuan
auditor
mendeteksi
kecurangan
menunjukkan signifikan sebesar (0.005) lebih kecil dari (0.05), sehingga
dapat diartikan bahwa kecakapan profesional berpengaruh terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Variabel kecakapan profesional
memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar (0.858), yang artinya
semakin tinggi tingkat kecakapan profesionalnya, semakin baik pengaruhnya
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Dengan kata lain,
semakin sering seorang auditor mengikuti pelatihan, semakin baik kecakapan
profesionalnya dan semakin baik auditor mendeteksi kecurangan di dalam
melaksanakan tugas auditnya. Di dalam undang-undang Akuntan Publik, juga
mewajibkan seorang Akuntan Publik rutin mengikuti pelatihan-pelatihan
ataupun pendidikan berkelanjutan yang diadakan oleh organisasi akuntan di
Indonesia dengan tujuan menjaga kualitas dan demi perkembangan akuntan
Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa kecakapan profesional berpengaruh
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Pendidikan,
Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan pada
Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan. Hal ini dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan
Profesional maka akan semakin tinggi juga tingkat Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan.
2.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pendidikan dan
Kecakapan Profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan, sedangkan variabel
Pengalaman Audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan.
57
Universitas Sumatera Utara
58
6.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan
tersebut antara lain:
1.
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan dalam penelitian ini diukur
dari variabel Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional.
Variabel lain tidak menjadi indikator.
2.
Kuesioner ini diberikan kepada responden yang menilai diri mereka
sendiri untuk sebuah penelitian yang berkaitan dengan kinerja mereka
sehingga pemberian nilai yang tidak sewajarnya merupakan kemungkinan
yang dapat saja terjadi.
3.
Kuesioner yang diberikan kepada Staf Auditor dan Rekan tidak
dibedakan.
4.
Populasi penelitian hanya Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan.
6.3 Saran
Berdasarkan penelitian ini, peneliti mencoba memberikan beberapa saran
berikut:
1.
Bagi Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan perlu memberikan
training-training mengenai prosedur dan pemahaman-pemahaman terkait
audit terhadap staf-staf Auditornya. Dan juga perlu menyelenggarakan
pendidikan berkelanjutan bagi staf Auditornya untuk memajukan sumber
daya manusia di dunia profesi Akuntan Publik.
2.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar meneliti variabel lain di luar
Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional, atau juga bisa
Universitas Sumatera Utara
59
menambah variabel penelitian yang lain seperti Independensi ataupun Gaji
Auditor.
3.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar memperluas populasi
penelitian di seluruh Kantor Akuntan Publik yang ada di Indonesia agar
hasil penelitian lebih luas dan lebih akurat terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian
serta tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan suatu kerangka konsep dari
penelitian sebagai berikut:
Variabel Independen
Pendidikan
(X1)
Variabel Dependen
Kemampuan
Auditor
Mendeteksi
Kecurangan
(Y)
Pengalaman Audit
(X2)
Kecakapan
Profesional
(X3)
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
25
Universitas Sumatera Utara
26
Kerangka Konsep sebagaimana tergambar di atas, variabel pendidikan
merupakan jenjang pendidikan dimulai dari Diploma sampai dengan program
Doktor yang dimiliki oleh staf Kantor Akuntan Publik yang ada di kota Medan.
Selain itu program studi yang ditempuh dari universitas atau institut yang
dimiliki oleh staf KAP yang ada di kota Medan juga menjadi indikator dari
pendidikan yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan.
Untuk variabel pengalaman audit dapat dilihat dari berapa lama auditor
tersebut berkerja sebagai auditor dan pengalaman dari mengikuti PPL (Program
Pendidikan Berkelanjutan), training akuntansi, dan training audit.
Untuk Variabel kecakapan profesional dapat dilihat dari bagaimana cara
auditor tersebut mengambil keputusan, memberikan pertanyaan kepada klien dan
menjawab pertanyaan klien.
3.2.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian
dan teori serta kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis
penelitian ini adalah pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional
berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Menurut Marzuki (1999)
penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian asosiatif merupakan
penelitian dengan tingkatan tertinggi dibanding penelitian deskriptif dan
komparatif. Dengan penelitian asosiatif dapat dibangun suatu teori yang berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/fenomena. Didalam
penelitian asosiatif, penelitian ini termasuk penelitian kausal. Sugiyono (2011:57)
menyatakan bahwa metode Asosiatif Kausal adalah rumusan masalah penelitian
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jadi di sini
ada variabel independen (X) yang mempengaruhi dan variabel dependen (Y) yang
dipengaruhi.
Peneliti menggunakan disain penelitian ini untuk memberikan bukti
empiris dan menganalisis pendidikan, pengalaman audit, dan kecakapan
profesional sebagai variabel independen dan kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan sebagai variabel dependen pada Kantor Akuntan Publik
yang ada di kota Medan.
27
Universitas Sumatera Utara
28
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kantor Akuntan Publik yang ada di kota Medan
baik itu KAP pusat maupun KAP cabang dari kota yang lain.
4.3
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik yang ada di Medan. Menurut Arikunto (2006:130) populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian.
Populasi Auditor yang bekerja di 20 (dua puluh) Kantor Akuntan Publik
yang ada di Medan baik itu kantor pusat maupun cabang berdasarkan Directory
IAPI tahun 2013 yaitu:
Tabel 4.1: Daftar Populasi Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nama Kantor Akuntan Publik
KAP Drs. Biasa Sitepu
KAP Chatim, Atjeng, Sugeng & Rekan
KAP Dorkas Rosmiaty, SE
KAP Edward L. Tobing, Madilah Bohori
KAP Erwin, Zikri & Togar
KAP Fachrudin & Mahyuddin
KAP Drs. Hadiawan
KAP Hendrawinata Eddy & Siddharta
KAP Joachim Sulistyo & Rekan
KAP Drs. Johan Malonda Mustika & Rekan
KAP Drs. Katio & Rekan
KAP Liasta, Nirwan, Syafruddin & Rekan
KAP Dra. Meilina Pangaribuan, MM
KAP Paul Hadinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan
KAP Sabar Setia
KAP Drs. Selamat Sinuraya & Rekan
KAP Drs. Syahelmi
KAP Drs. Syahrun Batubara
KAP Drs. Syamsul Bahri, MM, Ak & Rekan
KAP Drs. Tarmizi Taher
Universitas Sumatera Utara
29
Yang terdiri dari:
1. Rekan AP
=
24 Orang
2.
Rekan Non AP =
3. Staf Auditor
=
2 Orang
80 Orang
106 Orang
Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan Sampel Berstrata
atau Stratified Sample. Menurut Arikunto (2006:138): “Apabila peneliti
berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata, maka
pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara random. Adanya strata, tidak
boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili sebagai sampel”.
Menurut Suryadi dan Purwanto (2009) menghitung sampel (n) dengan
formula:
n = [(zα/2.σ)/ԑ]²
zα/2 untuk α = 5% atau tingkat kepercayaan 95% = 1,96
Standar deviasi (σ)
= 12
Standar error ԑ
=4
n
= [(1,96.12)/4]²
= [(23,52)/4] ²
= [5,88]²
= 34,57 dibulatkan menjadi 35
Rekan Non AP karena tidak terlibat dalam proses audit, maka tidak
diambil sebagai sampel, sehingga distribusi sampel menjadi:
1. Rekan AP
= 24 x 35 =
104
8 Orang
2. Staf Auditor
= 80 x 35 =
104
27 Orang
35 Orang
Universitas Sumatera Utara
30
Metode yang digunakan adalah survei, yaitu pengumpulan data primer
yang diperoleh langsung dari sumber asli.
4.3
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan menggunakan. Menurut Arikunto (2006:151) kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
4.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner adalah Auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik yaitu Partner AP, dan Staf Auditor yang ada
di kota Medan yang berjumlah 35 orang. Tahapan dalam pengumpulan terdiri dari
dua tahap. Tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada
seluruh auditor yang menjadi populasi sampel, kemudian menunggu pengisian
kuesioner tersebut. Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah
diisi oleh auditor dari KAP yang ada di kota Medan untuk kemudian dilakukan
pengolahan data dari kuesioner tersebut. Kuesioner akan diberikan langsung ke
KAP tempat responden bekerja.
4.6 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
4.6.1 Definisi Operasional
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel independen dan dependen. Variabel independen (variabel bebas)
adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat dan variabel dependen
(variabel terikat) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti
Universitas Sumatera Utara
31
(Sekaran, 2006). Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen dan 1
variabel dependen yang diukur menggunakan skala Likert. Menurut Ikhsan
dan Ghozali (2006) skala likert merupakan metode untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi
fenomena
sosial.
seseorang
Dalam
atau
sekelompok
orang
tentang
skala likert, variabel yang diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan
profesional. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Berikut ini penjelasan masing-masing variabel, yaitu:
1. Kemampuan auditor mendeteksi kecurangan (Y). Dalam penelitian ini
pengukurannya melalui pernyataan-pernyataan mengenai gejala-gejala
kecurangan (fraud symptoms) yang dikembangkan oleh Fullerton dan
Durtschi (2004) yang terdiri dari gejala kecurangan terkait dengan
lingkungan perusahaan
(corporate environment) dan
gejala
kecurangan terkait catatan keuangan dan praktek akuntansi (financial
records and accounting practice). Pertanyaan terhadap variabel ini pada
kuesioner diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hafifah dan
Fitriany (2012). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan skor 1
menunjukkan sama sekali tidak akan mengembangkan pencarian
informasi, skor 2 menunjukkan akan sedikit mengembangkan pencarian
informasi, skor 3 menunjukkan netral, skor 4 menunjukkan akan
banyak mengembangkan pencarian informasi, skor 5 menunjukkan
akan sangat banyak mengembangkan pencarian informasi.
Universitas Sumatera Utara
32
2. Pendidikan (X1) dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan auditor
di KAP kota Medan yang diukur dengan jenjang atau strata pendidikan
dan jurusan (program studi) yang dimiliki oleh auditor KAP kota
Medan. Tingkat pendidikan dimulai dari SMA sampai dengan Doktor.
Indikator
lainnya
yaitu
Program studi, pendidikan profesi dan
sertifikasi yang dimiliki oleh auditor di KAP kota Medan. Pertanyaan
terhadap variabel ini pada kuesioner diadopsi dari penelitian yang
dilakukan oleh Batubara (2008). Pengukuran variabel ini dilakukan
dengan skor 1 menunjukkan kategori sangat tidak baik, skor 2
menunjukkan kategori tidak baik, skor 3 menunjukkan kategori netral,
skor 4 menunjukkan kategori baik, skor 5 menunjukkan kategori sangat
baik.
3. Pengalaman Audit (X2) dalam penelitian ini adalah pengetahuan yang
dimiliki auditor dimulai dari pengetahuan formal, dilanjutkan dengan
pelatihan teknis yang memadai dan masa tugas yang dimiliki oleh
auditor. Pertanyaan terhadap variabel ini pada kuesioner diadopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2013). Pengukuran variabel
ini dilakukan dengan skor 1 menunjukkan sangat tidak setuju, skor 2
menunjukkan tidak setuju, skor 3 menunjukkan netral, skor 4
menunjukkan setuju, skor 5 menunjukkan sangat setuju.
4. Kecakapan profesional (X3) dalam penelitian ini adalah auditor
yang telah mengikuti
mengikuti
training
training
audit,
dan
akuntansi,
auditor
pengalaman
dalam
yang
telah
melakukan
pemeriksaan. Pertanyaan terhadap variabel ini pada kuesioner diadopsi
Universitas Sumatera Utara
33
dari penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2008). Pengukuran
variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala pengukuran
interval, skor 1 menunjukkan tidak pernah sama sekali, skor 2
menunjukkan hampir tidak pernah, skor 3 menunjukkan pernah, skor 4
menunjukkan sering, skor 5 menunjukkan sangat sering.
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Definisi
Operasional
Indikator
Instrumen
Skala
Kuesioner
Interval
Variabel Dependen
Kemampuan
auditor
mendeteksi
kecurangan
(Y)
Kemampuan
seorang - Teliti dalam
bekerja
pemeriksa
untuk
mengetahui
segala - Keakuratan
tindakan yang lakukan
dalam
oleh karyawan, supervisi,
pengambila
manajer atau pun direksi
n keputusan
suatu perusahaan yang
disengaja
untuk
menyembunyikan fakta
dan juga memaksakan
tujuan tetapi mengambil
keuntungan dari orang
lain.
Variabel Independen
Pendidikan
(X1)
Tingkat pendidikan - Tingkat
pendidikan
dan jurusan studi
- Program studi
dari auditor.
Kuesioner
Interval
Pengalaman
Audit
Hal - hal yang - Masa Kerja
diperoleh
oleh - Jumlah
serang
auditor,
Auditee yang
mulai dari apa yang
diaudit
di peroleh selama
pekerjaannya, dari
kejadian-kejadian
yang sudah terjadi
Kuesioner
Interval
(X2)
Universitas Sumatera Utara
34
yang
ada
hubugannya dengan
bidang audit dan
teori-teori
atau
ilmu-ilmu
mengenai auditing
yang di peroleh
selama hidup.
Kecakapan
Profesional
(X3)
Keahlian
yang - Training
dimiliki
seorang
akuntansi
auditor
dalam - Training audit
melakukan
- Pengalaman
audit
tugasnya
dalam
bekerja, ketepatan
dalam pengambilan
keputusan, dan cara
berinteraksi dengan
klien
secara
profesional.
Kuesioner
Interval
4.7 Model dan Teknik Analisis Data
4.7.1 Uji Kualitas Data
Menurut Hair et al (1998), kualitas data yang dihasilkan dari
penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan
realibilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi
dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada dua
prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data,
yaitu:
1. Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung
korelasi antara score masing-masing pertanyaan dengan total score dari
Universitas Sumatera Utara
35
item-item pertanyaan. Ikhsan dan Ghozali (2006) menyatakan validitas
dalam
hal
ini
merupakan
akurasi
temuan
penelitian
yang
mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek
pengujian berbeda. Uji Validitas dihitung dengan menggunakan
korelasi
person
dan
setelah
dilakukan
pengukuran
dengan
menggunakan software SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk
semua pertanyaan.
2. Uji Realibilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha setelah
dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS. Setelah di
dapat hasilnya dengan software SPSS, angka Cronbach Alpha (r) di
bandingkan dengan angka koefisien product moment r, dengan α =
0.01 dan n = 35, maka akan diperoleh r.
3. Tabel. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan dinyatakan signifikan
yang berarti bahwa pernyataan tersebut reliabel.
4.8 Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian
asumsi klasik
sebagai
persyaratan
dalam
analisis
agar
datanya
dapat
bermakna dan bermanfaat. Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskesdastisitas
1. Uji Normalitas, untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data yang
Universitas Sumatera Utara
36
terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Data yang
digunakan adalah model regresi yang telah ada (Santoso, 2001).
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pengujian
data dilakukan dengan menggunakan pengujian Shapiro Wilk dengan
gambar Q-Q Plot.
2. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah Multikolinieritas
(multiko). Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabelvariabel bebas diantara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Santoso,
2001). Data yang dipakai adalah model regresi yang telah ada.
Pengujian dilakukan dengan Colinearity Diagnostoc serta Partial
Correlation.
3. Uji Heteroskedastisitas, menguji apakah dalam suatu model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan
jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2001). Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola
Universitas Sumatera Utara
37
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Data yang digunakan
adalah model regresi yang ada.
4.9 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan
data dalam bentuk tabel numerik. Statistik deskriptif umumnya digunakan peneliti
untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang
utama dan data demografi responden.
4.10 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk menemukan apakah
ada pengaruh pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan pada Kantor Akuntan
Publik yang ada di Medan. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan
uji parsial dan simultan dengan analisis regresi sederhana dan berganda.
Regresi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh masingmasing variabel bebas terhadap variabel dependen, sedangkan regresi
berganda digunakan untuk menguji pengaruh pendidikan, pengalaman
audit dan kecakapan profesional secara simultan terhadap
kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
38
1. Analisis Regresi Linier Berganda:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ԑ
Dimana:
Y
= Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
X1
= Pendidikan
X2
= Pengalaman Audit
X3
= Kecakapan profesional
α
= Konstanta
b1- b3 = Koefisien Regresi
e
= Error
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%
untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau
ditolak dilakukan dengan cara menguji nilai F. Apabila nilai F positif berarti
hipotesis diterima, jika nilai F negatif berarti hipotesis ditolak. Hal ini
menunjukkan pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional secara
simultan
berpengaruh
terhadap
kemampuan
auditor
dalam
mendeteksi
kecurangan. Untuk menguji masing-masing variabel independen secara parsial
terhadap kemampuan auditor medeteksi kecurangan dilakukan dengan menguji
nilai t dengan uji dua sisi pada tingkat signifikansi (α)
0.05 atau 5% atau
keyakinan 95%. Uji-t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap
variabel independen. Kriteria pengujian yang digunakan adalah menerima
hipotesis jika nilai t hasil perhitungan adalah positif atau lebih besar dari (0.05),
yang berati hipotesis diterima. Sebaliknya jika nilai t hasil perhitungan lebih kecil
dari (0.05) maka hipotesis ditolak.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan November tahun 2013 dengan tahapan
pengajuan judul, penyusunan proposal dan kemudian tahapan pengumpulan dan
pengolahan data di Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan. Tahapan-tahapan
ini dilakukan selama 4 (empat) bulan. Pada tahapan selanjutnya pengolahan data
yang relatif. Tahapan ini dilanjutkan dengan penyusunan laporan hasil penelitian,
Tahapan ini dapat diselesaikan dengan berbagai tambahan pembahasan.
Dalam bab ini akan dilakukan pembahasan hasil-hasil pengujian
yang dilakukan baik pengujian syarat yang harus dilakukan maupun pengujian
model yang diajukan. Pengujian ini dilakukan dalam proses penerimaan ataupun
penolakan terhadap hipotesis yang diajukan. Berbagai hasil pengujian akan
dirangkumkan sementara detail output pengujian terdapat di dalam lampiran.
5.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KAP yang ada di Medan. Penelitian
ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 35 orang responden yaitu
staf auditor maupun rekan di KAP yang ada di Medan. Staf Auditor yang
bekerja pada KAP yang ada di Medan mayoritas mempunyai pendidikan
sarjana.
39
Universitas Sumatera Utara
40
5.1.2 Pengujian Alat Ukur
Sebelum pengujian data dan pengujian hipotesis dilakukan, terlebih
dahulu dilakukan pengujian atas kualitas data untuk menjamin bahwa data
yang diperoleh sudah dapat digunakan dalam penarikan kesimpulan. Secara
umum pengujian ini diarahkan untuk menguji alat ukur yang digunakan
(kuesioner) serta data yang diperoleh dari responden. Kuesioner yang
diajukan kepada responden berisikan 19 butir pernyataan yang digunakan
untuk mengukur 4 buah variabel penelitian. Tabel 5.1 menunjukkan butir
pernyataan untuk setiap variabel penelitian.
Tabel 5.1: Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner
Variabel
Pendidikan (X₁)
Pengalaman Audit (X₂)
Kecakapan Profesional (Xз)
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan (Y)
Butir Pertanyaan
Butir 1 da n 2
Butir 3,4,5 dan 6
Butir 7,8 dan 9
Butir 10,11,12,13,14,15,16,17,18 dan19
Sumber: Pengolahan Data SPSS
5.1.2.1 Uji Validitas
Pengujian
validitas
dilakukan
untuk
menguji
apakah
instrumen penelitian yaitu kuesioner yang telah disusun benar-benar
akurat. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas
suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan
skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam
kuesioner
melalui metode pearson correlation. Menurut Solimun
(2000), bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor
total seluruh indikator positif dan lebih besar 0.3≥ ( 0.3)
r maka
instrumen dianggap valid. Pengujian validitas dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
41
mahasiswa akuntansi sebagai responden sebanyak 35 orang. Hasil
pengujian validitasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2: Hasil Pengujian Validitas
Variabel
Pendidikan
Pengalaman Audit
Kecakapan Profesional
Kemampuan Auditor
Mendeteksi
Kecurangan
Butir
Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
rhitung
.722
.722
.540
.630
.446
.644
.470
.555
.661
.699
.421
.461
.595
.525
.486
.638
.428
.382
.409
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Data Pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil output dari uji validitas yang dapat kita lihat
pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa seluruh indikator mempunyai nilai
validitas
lebih besar dari rstandar yaitu (0.3) sehingga seluruh item
dinyatakan valid.
5.1.2.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi
seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan. Pengujian
ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari alat ukur, sehingga
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Muhidin dan Maman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
42
Metode yang sering digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah
Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel
jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0.6 (Ghozali, 2006).
Tabel 5.3: Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Alpha
0.0 s/d 0.20
0.20 s/d 0.40
0.40 s/d 0.60
0.60 s/d 0.80
0.80 s/d 1.00
Tingkat Reliabel
Kurang Reliabel
Sedikir Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diuji tingkat
reliabilitasnya dengan output dalam lampiran 3 yang ditunjukkan di
dalam tabel 5.3. Pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan
Cronbach’s Alpha menunjukkan kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang konstan. Nilai
Cronbach’s Alpha sebesar (0.816) menyatakan bahwa kuesioner
sangat reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Tabel 5.4: Hasil Pengujian Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N Of Items
.816
19
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Universitas Sumatera Utara
43
5.1.3 Uji Asumsi Klasik
5.1.3.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi,
variabel
terikat,
variabel
bebas
atau
keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan pengujian Kolmogorov- Smirnov.
Tabel 5.5: Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
35
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
1.91074279
Absolute
.166
Positive
.166
Negative
-.142
Kolmogorov-Smirnov Z
.981
Asymp. Sig. (2-tailed)
.291
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 5.5
menunjukkan bahwa signifikansi di atas 5% yang mengindikasikan
bahwa residual data telah terdistribusi secara normal. Pengujian dengan
metode ini menyatakan jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki
probabilitas lebih besar dari (0.05), maka variabel penelitian tersebut
dapat dinyatakan berdistribusi normal (Santoso, 2001).
Universitas Sumatera Utara
44
Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas,
dilampirkan grafik histogram dan grafik normal plot yang dapat dilihat
pada lampiran 4.
5.1.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel bebas
(independen). Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinieritas
yang harus diatasi. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas
pada model regresi di uji dengan menggunakan multikolinearitas yang
dapat diukur dengan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Variance
Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang
dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. hasil
pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 5.6: Hasil Uji Multikolinieritas
Tolerance
VIF (VarianceInflaction Factor)
Pendidikan
.392
2.550
Pengalaman Audit
.569
1.757
Kecakapan
Profesional
.532
1.880
Variabel
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Universitas Sumatera Utara
45
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa nilai Variance Inflation
Factor masih berada di sekitar (1.757) dan (2.550),
nilai tolerance
berkisar (0.392) sampai (0.569), yang berarti nilai Variance Inflation
Factor tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari (0.1).
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa antar variabel-variabel
independen tidak terjadi multikolinearitas.
5.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel penggangu dengan variabel bebasnya.
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan
melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data. Dasar
pengambilan keputusannya adalah:
1)
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2)
Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
atau terjadi homoskedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis
apakah terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan
mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 5.1: Pengujian Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
Adanya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain
dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data
observasi yang lain.
5.1.4 Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif menggambarkan informasi karakteristik variabel
dalam penelitian ini Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan sebagai Y,
Pendidikan sebagai X.1, Pengalaman Audit
sebagai X.2, dan Kecakapan
Profesional sebagai X.3, antara lain meliputi rata-rata/mean dan standar deviasi
yang ditunjukkan oleh Tabel 5.7 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 5.7: Statistik Deskriptif
Variabel
N
Mean
Std. Deviation
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
35
32.4286
3.55863
Pendidikan
35
6.8286
1.38236
Pengalaman Audit
35
13.3714
2.37741
Kecakapan Profesional
35
11.2857
1.67282
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Berdasarkan tabel 5.7 Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
memiliki rata-rata (32.4286) dengan standar deviasi (3.55863), Pendidikan
memiliki rata-rata (6.8286) dengan standar deviasi (1.38236), Pengalaman
Audit menunjukkan nilai rata-rata (13.3714) dan standar deviasi (2.37741), dan
Kecakapan Profesional memiliki nilai rata-rata (11.2857) dengan standar deviasi
(1.67282).
5.1.5 Uji Hipotesis
5.1.5.1 Analisis Regeresi Linier Berganda
Penelitian ini mengajukan sebuah model persamaan regresi linier
berganda yang menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
Y
= Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
X1
= Pendidikan
X2
= Pengalaman Audit
X3
= Kecakapan profesional
α
= Konstanta
Universitas Sumatera Utara
48
b1- b3 = Koefisien Regresi
e
= Error
H0 akan ditolak jika nilai signifikansi lebih kecil dari (0.05) atau
5% sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
(0.05) karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara
variabel-variabel yang diuji atau menunjukkan hubungan bahwa korelasi
antara kedua variabel cukup nyata. Disamping itu tingkat signifikansi
(0.05) sering digunakan dalam penelitian-penelitian ilmu sosial (Levin,
1998). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8: Analisis Hasil Regresi
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
12.358
2.552
Pendidikan
.964
.396
Pengalaman
Audit
.284
Kecakapan
Profesional
.858
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
4.843
.000
.375
2.433
.021
.191
.190
1.486
.147
.281
.403
3.050
.005
a. Dependent Variable: Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan (KAMK)
Berdasarkan tabel di atas, didapatlah persamaan regresi sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
49
KAMK = 0.964X1 + 0.284X2 + 0.858X3 + ε
Keterangan :
1) Konstanta sebesar (12.358) menunjukkan bahwa apabila tidak ada
variabel independen (X1 = 0 dan X2 = 0) maka nilai dari
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan sebesar (12.358);
2) β1 sebesar (0.964) menunjukkan bahwa setiap kenaikan pendidikan
sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan sebesar 96.4% dengan asumsi variabel
lain tetap atau sama dengan nol;
3) β2 sebesar (0.284) menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% pada
Pengalaman Audit akan diikuti oleh kenaikan Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan sebesar (0.284) dengan asumsi variabel
lain tetap.
4) β3 sebesar (0.858) menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% pada
Kecakapan Profesional akan diikuti oleh kenaikan Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan sebesar (0.858) dengan asumsi
variabel lain tetap.
1.
Uji Regresi Secara Parsial (Uji-t)
Uji t digukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen, dengan asumsi bahwa variabel
lain dianggap konstan. Kriteria pengujian uji-t adalah:
a.
Jika signifikansi t < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak.
b.
Jika signifikansi t ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak.
Universitas Sumatera Utara
50
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, dapat disampaikan beberapa
kesimpulan umum sebagai berikut:
1. Variabel pendidikan secara parsial menunjukkan pengaruh yang
signifikan dikarenakan nilai signifikansinya sebesar (0.021) lebih kecil
dari tingkat signifikansi sebesar (0.05), serta uji-t menghasilkan nilai
thitung (2.433) > ttabel (2,03). Koefisien sebesar (0.964), koefisien ini
membuktikan bahwa pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.
2. Variabel pengalaman audit secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan karena jika
dilihat pada tabel 5.8, nilai signifikansi sebesar (0.147), dimana nilai
ini lebih besar dari batas signifikansi model yaitu (0.05) serta uji-t
menghasilkan nilai thitung (1.468) < ttabel (2,03), dimana jika nilai thitung
lebih kecil dari ttabel maka hipotesa penelitian ditolak. Karena variabel
ini tidak signifikan, maka nilai koefisien sebesar (0.284) menjadi
tidak dapat dianalisa dengan baik.
3. Variabel kecakapan profesional secara parsial menunjukkan pengaruh
yang signifikan sama seperti variabel pendidikan dikarenakan nilai
signifikansinya (0.005) jauh lebih kecil dibandingkan batas tingkat
signifikansi sebesar (0.05), dan juga uji-t menghasilkan nilai thitung
(3.050) > ttabel (2,03). Koefisien sebesar (0.858), koefisien ini
membuktikan bahwa kecakapan profesional sama seperti variabel
pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
51
2. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar
variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square
adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin
mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu
nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Koefisien determinasi memiliki nilai (0.712) atau 71.2%, artinya
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan sebesar 71.2% dipengaruhi
oleh Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional.
Selebihnya sebanyak 28.8% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel
yang digunakan di dalam penelitian ini.
Tabel 5.9: Hasil Analisis Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Model
Change Statistics
R
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1
.844
a
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change
F
Change
df1
.712
.684
2.00106
.712
25.509
3
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Pengalaman Audit, Kecakapan Profesional
b. Dependent Variable: Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
Universitas Sumatera Utara
52
Pada tabel 5.9 yang juga terdapat pada lampiran 7 dapat
dijelaskan angka R sebesar (0.844) menunjukkan bahwa korelasi antara
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan dengan ketiga variabel
independennya adalah kuat. Angka R Square atau Koefisien
determinasi adalah (0.712), hal ini menunjukkan pengaruh Pendidikan,
Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional sebesar 71.2% terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan. Namun untuk jumlah
variabel independen lebih dari dua, lebih baik digunakan adjusted R
square, yang adalah 0.684 (selalu lebih kecil dari R square). Hal ini
berarti
68.4%
variasi
dari
Kemampuan
Auditor
Mendeteksi
Kecurangan dipengaruhi oleh ketiga variabel independen. Sedangkan
sisanya (100% - 68.4% = 31.6%) dipengaruhi oleh variabel-variabel
yang lain. Standard Error of Estimate (SEE) adalah (2.001). Makin
kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam
memprediksi variabel dependen.
3. Uji Regresi Secara Simultan (Uji-F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap
variabel independennya. Kriteria pengujian uji F ini adalah:
a.
Jika signifikansi F < α, maka Ho ditolak dan Ha tidak ditolak.
b.
Jika signifikansi F ≥ α, maka Ho tidak ditolak dan Ha ditolak.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik menggunakan
software SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
53
Tabel 5.10: Hasil Uji-F
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
306.440
3
102.147
25.509
.000
Residual
124.132
31
4.004
Total
430.571
34
a
a. Predictors: (Constant), Pendidikan, Pengalaman Audit, Kecakapan Profesional
b. Dependent Variable: Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
Sumber: Pengolahan Data SPSS
Dari uji ANOVA atau F-test, diperoleh Fhitung sebesar (25.509)
dengan tingkat signifikansi (0,000) sedangkan Ftabel
sebesar (2.87)
dengan signifikansi (0.05). Karena probabilitas (0.000) jauh lebih kecil
dari (0.05), maka model regresi bisa dipakai untuk menjelaskan
pengaruh kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Dengan kata lain,
pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi
kecurangan.
5.2
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian secara simultan, Pendidikan, Pengalaman Audit dan
Kecakapan Profesional terbukti berpengaruh terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan dengan hasil uji Fhitung lebih besar daripada Ftabel dengan
tingkat signifikansi (0.05) atau 5%. Ini berarti menerima hipotesis yang
menyatakan bahwa pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional
secara simultan berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan
pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan. Besarnya pengaruh pendidikan,
pengalaman audit dan kecakapan profesional (variabel independen) ditunjukkan
Universitas Sumatera Utara
54
oleh nilai adjusted R square sebesar (0.684) atau 68.4%. dengan demikian
besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen sebesar
68.4% dan sisanya 31.6% dijelaskan variabel independen lain di luar model yang
terangkum dalam error. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel
independen yaitu pendidikan, pengalaman audit dan kecakapan profesional secara
simultan berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan
sebesar 68.4%.
Dari hasil pengujian secara parsial, diketahui pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:
1.
Pengaruh
Pendidikan
Terhadap
Kemampuan
Auditor
Mendeteksi
Kecurangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa
variabel pendidikan, nilai signifikannya sebesar (0.021), lebih kecil dari 0.05.
variabel pendidikan memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar
(0.964) yang artinya variabel pendidikan berpengaruh positif terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan. Hasil ini mengindikasikan
bahwa antara pendidikan dengan kemampuan auditor mendeteksi kecurangan
menunjukkan pengaruh secara signifikan yang artinya semakin tinggi
pendidikan seorang auditor, semakin tinggi juga tingkat kemampuan seorang
auditor untuk mendeteksi kecurangan. Dan sebaliknya, semakin rendah
pendidikan seorang auditor, semakin turun tingkat kemampuannya. Dapat
dikatakan bahwa jika seorang auditor sudah memenuhi kriteria batas minimal
pendidikannya untuk menjadi seorang staf auditor, auditor tersebut sudah
dapat mendeteksi kecurangan dalam bertugas atau melakukan audit.
Universitas Sumatera Utara
55
2.
Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi
Kecurangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial, diketahui bahwa
variabel pengalaman audit memiliki nilai signifikannya sebesar (0.147), lebih
besar dari (0.05). variabel pengalaman audit memiliki nilai koefisien regresi
yang positif sebesar (0.284) yang berarti bahwa variabel pengalaman audit
tidak berpengaruh terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Hafifah dan Fitriany (2012) yang
menyatakan bahwa secara parsial pengalaman auditor berpengaruh positif
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Ketidakkonsistenan ini
disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu yang pertama objek penelitian yang
berbeda. Hal ini dapat membedakan hasil dikarenakan karakteristik Kantor
Akuntan Publik yang ada di Medan berbeda dengan Kantor Akuntan Publik
yang ada di Jakarta.
Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa seorang auditor tidak
bergantung kepada pengalaman untuk mengetahui kecurangan yang terjadi
pada auditee nya. Lingkungan Akuntan publik di Indonesia, kebanyakan staf
Auditornya memiliki masa kerja yang tidak lama. Sedikit auditor yang
memang benar-benar terjun di dunia Akuntan Publik. Sebagian besar yang
menjadi staf auditor adalah para sarjana muda atau fresh graduate yang
menjadikan Kantor Akuntan Publik sebagai tempat mencari pengalaman.
Dengan demikian, dengan pengalaman yang sedikit auditor juga dapat
mendeteksi kecurangan di dalam melakukan tugas auditnya.
Universitas Sumatera Utara
56
3. Pengaruh Kecakapan Profesional Terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi
Kecurangan.
Secara parsial, hasil pengujian statistik mengenai pengaruh kecakapan
profesional
terhadap
kemampuan
auditor
mendeteksi
kecurangan
menunjukkan signifikan sebesar (0.005) lebih kecil dari (0.05), sehingga
dapat diartikan bahwa kecakapan profesional berpengaruh terhadap
kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Variabel kecakapan profesional
memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar (0.858), yang artinya
semakin tinggi tingkat kecakapan profesionalnya, semakin baik pengaruhnya
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan. Dengan kata lain,
semakin sering seorang auditor mengikuti pelatihan, semakin baik kecakapan
profesionalnya dan semakin baik auditor mendeteksi kecurangan di dalam
melaksanakan tugas auditnya. Di dalam undang-undang Akuntan Publik, juga
mewajibkan seorang Akuntan Publik rutin mengikuti pelatihan-pelatihan
ataupun pendidikan berkelanjutan yang diadakan oleh organisasi akuntan di
Indonesia dengan tujuan menjaga kualitas dan demi perkembangan akuntan
Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa kecakapan profesional berpengaruh
terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Pendidikan,
Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan pada
Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan. Hal ini dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan
Profesional maka akan semakin tinggi juga tingkat Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan.
2.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pendidikan dan
Kecakapan Profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan, sedangkan variabel
Pengalaman Audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kemampuan
Auditor Mendeteksi Kecurangan.
57
Universitas Sumatera Utara
58
6.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan
tersebut antara lain:
1.
Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan dalam penelitian ini diukur
dari variabel Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional.
Variabel lain tidak menjadi indikator.
2.
Kuesioner ini diberikan kepada responden yang menilai diri mereka
sendiri untuk sebuah penelitian yang berkaitan dengan kinerja mereka
sehingga pemberian nilai yang tidak sewajarnya merupakan kemungkinan
yang dapat saja terjadi.
3.
Kuesioner yang diberikan kepada Staf Auditor dan Rekan tidak
dibedakan.
4.
Populasi penelitian hanya Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan.
6.3 Saran
Berdasarkan penelitian ini, peneliti mencoba memberikan beberapa saran
berikut:
1.
Bagi Kantor Akuntan Publik yang ada di Medan perlu memberikan
training-training mengenai prosedur dan pemahaman-pemahaman terkait
audit terhadap staf-staf Auditornya. Dan juga perlu menyelenggarakan
pendidikan berkelanjutan bagi staf Auditornya untuk memajukan sumber
daya manusia di dunia profesi Akuntan Publik.
2.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar meneliti variabel lain di luar
Pendidikan, Pengalaman Audit dan Kecakapan Profesional, atau juga bisa
Universitas Sumatera Utara
59
menambah variabel penelitian yang lain seperti Independensi ataupun Gaji
Auditor.
3.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar memperluas populasi
penelitian di seluruh Kantor Akuntan Publik yang ada di Indonesia agar
hasil penelitian lebih luas dan lebih akurat terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan.
Universitas Sumatera Utara