this PDF file TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN YANG TIDAK DICATATKAN | ANTASARI | Legal Opinion 1 PB

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN YANG
TIDAK DICATATKAN
HARTINI ANTASARI
D101 13 695
Pembimbing I
Pembimbing II

: Hj. Darwati Pakki, S.H., M.H
: Manga’ Patila, S.H., M.H
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kedudukan harta terhadap
perkawinan yang tidak dicatatkan. (2) Akibat hukum terhadap perka winan yang
tidak dicatatkan.
Perka winan yang tidak dicatatkan banyak menimbulkan dampak buruk bagi
kelangsungan rumah tangganya. Akibat hukum bagi perkawinan yang tidak
memiliki akta nikah, secara yuridis suami/istri dan anak yang dilahirkannya tidak
dapat melakukan tindakan hukum keperdataan berkaitan dengan rumah
tangganya. Anak-anak hanya diakui oleh negara sebagai anak luar kawin yang
hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya. Istri
dan anak yang ditelantarkan oleh suami tidak dapat melakukan tuntutan hukum

baik pemenuhan hak ekonomi maupun harta bersama.

Kata Kunci : Perkawinan, Tidak Dicatatkan, Yuridis.

lain yang memiliki hubungan

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

dengan

subyek

Perkawinan

Perkawinan

tersebut.
seharusnya


merupakan suatu perbuatan

menjadi suatu hubungan yang

yang sakral dan membawa

sah karena tidak terlepas dari

dampak

ajaran agama, norma yang

hukum

terhadap

subyek yang terikat dalam

berlaku


perkawinan

peraturan

maupun

pihak

dimasyarakat

serta

perundangan-

1

undangan. Perkawinan tidak

sesuai dengan asas legalitas,


dapat

agar supaya perbuatan hukum

dipandang

hanya

sebagai hubungan lahir dan

yang

batin antara seorang pria dan

kepastian

perempuan

yang


telah

perlindungan

memenuhi

syarat

untuk

melaksanakan

mendapat

hukum

dan

hukum


dari

Negara.
Perkawinan di Negara

perkawinan

Indonesia

diatur

dan

tetapi

perkawinan

dilihat

dari tujuannya yang


diundangkan dalam Undang-

sangat luhur yaitu membentuk

Undang Nomor 1 Tahun 1974

keluarga, rumah tangga yang

tentang Perkawinan membawa

bahagia

legitimasi

dan

harus

dilakukan


kekal

serta

terhadap

mengarah kepada hubungan

perkawinan yang dilakukan

yang

sesama

oleh warga Negara Indonesia

manusia dan hubungan ibadah

serta akibat yang ditimbulkan


kepada Tuhan Yang Maha

dari

Esa.

Lahirnya

baik

antara

Indonesia
Negara

hukum,

perkawinan


Nomor 1 Tahun 1974 tentang

sesuai

Perkawinan merupakan suatu
langkah

Pasal 1 ayat (3) Undang-

membuat

Undang

Republik

hukum

1945

hukum


Indonesia

Tahun

Undang-Undang

sebagai

ketentuan yang terdapat dalam

Dasar

tersebut.

revolusioner
suatu
tentang

kodifikasi
pengaturan

perkawinan

yang

terhadap

semula tersebar dibeberapa

semua perbuatan hukum yang

aturan, aturan yang dimaksud

dilakukan oleh warga Negara

yaitu Buku I tentang Orang

Indonesia harus diatur dalam

Kitab

suatu undang-undang hal ini

Hukum

membawa

akibat

Undang-Undang
Perdata,

aturan

2

terdapat

dengan agama serta kebiasaan

didalam Kitab suci serta yang

dan adat dari subyek yang

diatur dalam hukum adat yang

melaksanakan

pemberlakuannya

Negara

Indonesia

negara

hukum

perkawinan

yang

dipertahankan

oleh

perkawinan.
sebagai
membawa

dampak terhadap pelaksanaan

masyarakat.
Undang-Undang

perkawinan,

artinya

Nomor 1 Tahun 1974 tidak

perkawinan

berarti

meniadakan aturan-

dilaksanakan sesuai dengan

aturan perkawinan yang sudah

agama serta kebiasaan dan

ada

yang

dahulu,

tetapi

adat

wadah

untuk

mengikuti syarat-syarat dan

pelaksanaan aturan tersebut

tata cara perkawinan yang

selama

diamanatkan

lebih

memberikan

tidak

dengan

bertentangan
undang-undang

tersebut

sudah

undang

harus

oleh

pula

undang-

perkawinan

tersebut, hal ini dapat dilihat

perkawinan

dalam ketentuan Pasal 2 ayat

pula melibatkan negara, hal

(1) Undang-Undang Nomor 1

ini sesuai dengan ketentuan

Tahun 1974 yang berbunyi

Pasal

Perkawinan

berbunyi:

apabila

adalah

dilakukan

hukum

sah,

menurut

masing-masing

agamanya

dan

ayat

(2)

harus

yang

Tiap-tiap

perkawinan dicatat menurut
peraturan

perundang-

undangan yang berlaku.
Keterlibatan

kepercayaannya itu.
Sesuai ketentuan Pasal

2

tersebut

serta

dalam

hal

ini

negara
berfungsi

2 ayat (1) tersebut, bukan

melaksanakan tugas eksekutif

berarti perkawinan sudah sah

dalam

jika sudah dilaksanakan sesuai

perkawinan,

hal

ini

mencatat
berfungsi

3

melaksanakan tugas legislatif

masih ada masyarakat yang

yaitu

memiliki pandangan bahwa

pembuat

kebijakan

dibidang perkawinan,

serta

perkawinan sudah sah dan

melaksanakan tugas yudikatif

sempurna jika dilaksanakan

apabila perkawinan tersebut

menurut ajaran agama dan

membawa

adat serta kebiasaan yang

dampak

hukum

terhadap hak dan kewajiban
suami

dan

isteri

perkawinan,

berlaku dalam kelompoknya.

dalam
putusnya

Masyarakat
melaksanakan

yang

perkawinan

perkawinan yang membawa

serta masih menyampingkan

akibat terhadap harta benda

aturan perkawinan yang telah

dalam perkawinan, hubungan

ditetapkan

dengan anak hasil perkawinan

membawa dampak terhadap

serta

perkawinan

pihak

ketiga

berkepentingan

yang

terhadap

putusnya perkawinan tersebut.
Masyarakat Indonesia

oleh

yang

negara

mereka

laksanakan kurang mendapat
kepastian

hukum

perlindungan

dan

hukum

yang melakukan perkawinan

negara,

sebagian

mereka menuntut hak-haknya

besar

telah

sehingga

dari

memahami mengenai dasar

dalam

dan

mereka laksanakan, Negara

tujuan,

perkawinan

syarat-syarat
serta

hukum

yang

apabila

perkawinan

dilaksanakan

akibat

ditimbulkan

tidak

yang
sesuai

perkawinan

ketika

kurang dapat
mereka

tersebut.

memfasilitasi

dalam

memperoleh

yang

hak

Sehingga

rangka
mereka
sudah

dengan aturan yang terdapat

sepatutnya perkawinan yang

dalam

dilaksanakan

Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974, namun

Negara

oleh

warga

Indonesia

selain

4

mengikuti ajaran agama dan

Istilah sirri berasal dari bahasa

kebiasaan serta adat yang

arab sirra, israr yang berarti

berlaku

harus

rahasia. Kawin siri menurut

berpedoman pada Undang-

arti katanya perkawinan yang

Undang Nomor 1 Tahun 1974

dilakukan dengan sembunyi-

tentang Perkawinan.

sembunyi atau rahasia. 1

juga

Pelaksanaan
perkawinan

di

selalu

Perkawinan
Indonesia

dilaksanakan

bervariasi

Negara Indonesia saat ini

dari

masih ada yang melaksanakan

bentuknya.Mulai
perkawinan
Urusan

yang

lewat

Agama

Kantor

perkawinan

(KUA),

berpedoman

oleh

warga

hanya
pada

ajaran

perkawinan bawa lari, sampai

agama atau menurut adat dan

perkawinan yang populer di

kebiasaan saja, kelompok ini

kalangan masyarakat, yaitu

berpendapat

kawin siri. Perkawinan yang

melaporkan atau mencatatkan

tidak dicatatkan atau yang

perkawinannya kepada negara

dikenal

berbagai

dalam hal ini negara diwakili

istilah lain seperti ‘kawin

oleh Kantor Urusan Agama

bawah tangan’, ‘kawin siri’

(KUA) bagi warga Negara

atau

Indonesia

dengan

‘nikah

sirri’

adalah

tidak

yang

perlu

beragama

perkawinan yang dilakukan

Islam dan Kantor Catatan

berdasarkan

Sipil

aturan

agama

bagi

warga

Negara

atau adat istiadat dan tidak

Indonesia yang beragama Non

dicatatkan di kantor pegawai

Islam, asal calon suami dan

pencatat nikah (KUA bagi

calon isteri sepakat, keluarga

yang beragama Islam, Kantor

1

Catatan Sipil bagi non-islam).

Mahmud
Yunus,
Hukum
Perkawinan Dalam Islam, Hidakarya Agung,
Jakarta, 1979, hlm. 176.

5

merestui,

ada

saksi

dan

mereka tersebut maka mereka

dihadiri oleh tokoh agama

memilih

melaksanakan

setempat atau tokoh adat,

perkawinan

tanpa

maka

melaporkan

perkawinan

tersebut

yang

Akibat

lainnya

sering

dimasyarakat

dan

mencatatkannya.

telah sah dan sempurna.
Perkawinan

perlu

dari

terjadi

perkawinan

yang

hanya

adalah

berpedoman

pada

ajaran

penyimpangan terhadap ajaran

agama

agama

kebiasaan yang berlaku tanpa

dan

aturan

yang

dan

adat

serta

terdapat dalam kebiasaan dan

melaporkan

adat yang berlaku, misalnya

mencatatkannya

pada

perkawinan

pihak/instansi

yang

yang

dilaksanakan
perbedaan

agama

kepercayaan

yang

orang

tua,

karena

berwenang membawa dampak

dan

yang sangat berpengaruh pada

dianut,

harta benda yang diperoleh

yang

selama

restu

berlangsung. Dampak yang

perkawinan

timbulkan bagi suami/isteri

perkawinan
dilaksanakan

dan

tanpa

perkawinan

terhadap anak dibawah umur,

yaitu

perkawinan

kepastian

yang

kurang

mendapatkan
hukum

dan

dilaksanakan akibat larangan

perlindungan hukum terhadap

jabatan,

yang

hak-hak mereka atas harta

dilaksanakan akibat pergaulan

benda yang diperoleh selama

bebas

perkawinan berlangsung, bisa

perkawinan

remaja,

akibat

perkawinan
perbuatan

saja

penguasaan

terhadap

zina/selingkuh, maka akibat

harta benda tersebut hanya

dari

ada pada salah satu pihak dan

hubungan

perkawinan

6

mengabaikan hak dari pihak

memudahkan

lainnya,

untuk

melakukan

terjadi

mengumpulkan

maka

mencegah

hal

ini

penulis
penelitian

dan

data-data

perkawinan

yang diperlukan, maka penulis

selain dilaksanakan menurut

merumuskan masalah yang

agama dan kepercayaan serta

akan diteliti, yaitu:

adat

yang

1. Bagaimanakah kedudukan

berlaku harus pula memenuhi

harta terhadap perkawinan

syarat

yang tidak dicatatkan?

sangat

perlu

dan

kebiasaan

dan

tata

cara

perkawinan yang diamanatkan

2. Bagaimanakah

oleh Undang-Undang Nomor

hukum

1

perkawinan

Tahun

1974

tentang

terhadap
yang

tidak

dicatatkan?

Perkawinan.
Melihat
perkawinan

akibat

banyaknya
yang

terjadi

dimasyarakat saat ini, maka

II. PEMBAHASAN
A. Kedudukan Harta

penulis ingin meneliti lebih

Terhadap Perkawinan Yang

lanjut tentang permasalahan

Tidak Dicatatkan

yang menjadi latar belakang

Perkawinan

diatas

dan

tertarik

dilakukan

yang

menurut

hukum

mengangkat judul mengenai

masing-masing

Tinjauan Yuridis Terhadap

adalah sah menurut agama,

Perkawinan

namun

Yang

Tidak

Dicatatkan.

tidak

demikian

menurut

hukum

Negara.Perkawinan

seperti

ini, selama belum dicatatkan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

agamanya

latar

belakang diatas, maka untuk

merupakan

perkawinan

dibawah tangan (sirri) dan

7

tidak memperoleh kepastian

Undang-Undang

hukum dari Negara terhadap

Perkawinan.Demikian dengan

bentuk hubungan perkawinan.

ayat (2) yang membicarakan

Masalah

pencatatan

tentang

pencatatan

perkawinan tidak saja rumit

perkawinan tidak

tetapi

hubungan

seolah-olah

sangat

menjadi

penting.Bahkan

memiliki

dengan

tidaknya

sah
sebuah

pencatatan tersebut jauh lebih

perkawinan.Akan tetapi, ada

lama

daripada

pandangan yang menyatakan

pelaksanaan akad nikah itu

bahwa pencatatan perkawinan

sendiri.Selain

tetap

kesan
menjadi

waktunya

itu

bahwa
hal

terdapat
pencatatan

yang

dalam

mutlak

menjadi

syarat

tambahan

sah

sebuah

perkawinan. 2
Perkawinan

suatu

perkawinan.Berkenaan

mempunyai

dengan masalah pencatatan

tidak

tersebut ada yang menyatakan

pribadi

bahwa pencatatan perkawinan

melangsungkan

tidaklah menjadi syarat sah

hak

sebuah perkawinan dan hanya

mengikat pribadi suami istri,

merupakan

tetapi

administratif
telah

pensyaratan
sebagai

terjadinya

bukti
sebuah

akibat

hanya

terhadap

mereka

dan

lebih

diri
yang

pernikahan,

kewajiban

mempunyai

hukum

dari

akibat

yang

itu
hukum

pula terhadap harta suami istri

perkawinan.Pandangan

tersebut.Hubungan

hukum

sahnya sebuah perkawinan ini

kekeluargaan dan hubungan

hanya didasarkan pada aturanaturan sebagaimana yang telah
disebut dalam Pasal 2 ayat (1)

2

Hartono Mardjono, Menegakkan
Syari’at
Islam
dalam
Konteks
Keindonesiaan, Mizan, Bandung, 1997, hlm.
97.

8

hukum kekayaannya terjalin

kepentingan rumah tangganya

sedemikian eratnya, sehingga

dengan

keduanya

dapat

belah pihak. Hal ini berbeda

dibedakan tetapi tidak dapat

dengan harta bawaan yang

dipisahkan. Hubungan hukum

keduanya

kekeluargaan

mempergunakannya

memang

menentukan

persetujuan

kedua

mempunyai

hak
tanpa

hukum

harus ada persetujuan dari

kekayaannya dan hukum harta

keduanya atau masing-masing

perkawinan

berhak

hubungan

tidak

lainmerupakan

hukum

kekayaan keluarga. 3
Perkawinan
masing-masing

dari

menguasainya

sepanjang para pihak tidak
menentukan lain. 4

setiap
pihak

Dampak hukum yang
timbul

dari

sebuah

suami atau istri mempunyai

perkawinan yang tidak tercatat

harta

akan

yang

diperoleh

dibawa
sebelum

dan

terjadi

kalau

ada

akad

perceraian, istri sulit untuk

nikah.Suami atau istri yang

mendapatkan ha katas harta

telah melakukan perkawinan

bersama mereka apabila suami

mempunyai

tidak memberikan. Selain itu,

harta

yang

diperoleh selama perkawinan

jika

yang

ditinggalkan

disebut

harta

ada

warisan
suami

yang
karena

bersama.Suami maupun istri

suami meninggal dunia, istri

mempunyai

dan anak juga sangat sulit

hak

untuk

mempergunakan

harta

bersama

telah

yang

diperolehnya tersebut untuk
3

J.
Satrio,
Hukum
Harta
Perkawinan,
PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1991, hlm. 5.

4

Hilman
Hadikusuma,
Hukum
Perkawinan Adat, Aditya Bakti, Bandung,
1999, hlm. 155.

9

untuk mendapatkan hak dari

kuat atau hidup dengan pola

harta warisan.5

hukum

Penyelesaian

harta

adat

justru

tidak

mempersoalkan

apakah

bersama dan harta warisan

perkawinan

dicatat

(bila

telah

melalui lembaga pencatatan
negara atau tidak yang penting

suaminya

meninggal)

baik

kepada

perempuan

yang

dinikahi

mereka

keberadaan

mereka

secara hukum agama maupun

menyatu

anak

masyarakat setempat.

yang

mendapat

ditinggalkannya
haknya

masing

masing-

setelah

dan

telah

diakui

Perkawinan

oleh

pada

melalui

dasarnya

mufakat

secara tercatat ataupun tidak

keluarga

tercatat secara hukum Negara

pihak laki-laki, tokoh agama

melainkan hanya dilakukan

dan

menurut

musyawarah
dengan

dan

dihadiri

tokoh

adat

baik

dilakukan

hukum

agamanya

setempat.Selain banyak kasus

saja, akan menimbulkan harta

dampak

kekayaan

negatif

yang

yang

dihasilkan

terungkap, tidak sedikit pula

oleh pihak suami atau pihak

kasus

tidak

istri atau keduanya secara

terpublikasikan

dapat

bersama-sama.

diselesaikan

damai

pernikahan, guna memenuhi

yang

secara

harta bersama dari perkawinan

kebutuhan

yang tidak dicatatkan ini. Bagi

tangga suami

masyarakat

bekerja

yang

sudah

Dalam suatu

hidup

dan

berumah

dan/istri akan
memperoleh

terbiasa hidup dalam garis

penghasilan.

tuntunan agama islam yang

penghasilan salah satu atau

Sehingga dari

kedua belah pihak tersebut
5

www.google.com/Dampak
Siri bagi Perempuan dan Anak.

Nikah

terdapat

hak-hak

10

kebendaan/kepemilikan.Oleh

hukum

karena

secara

itu

baik

dalam

atau

dilakukan
musyawarah

pernikahan pada umumnya

menurut hukum islam dan

maupun

pada

pernikahan

penyelesaian

tercatat,

hendaknya

gugatan nikah sirri hanya

diperhatikan mengenai harta

bisa diselesaikan menurut

bersama

yang

hukum adat. Akibat lain

sebelum

maupun

tidak

diperoleh

dari

semasa

kasus

perkawinan

yang

perkawinan, agar kelak tidak

tidak

dicatatkan

menmbulkan permasalahan.

terhadap istri adalah istri
tidak

bisa

ini

menggugat

suami apabila ditinggalkan

B. Akibat Hukum Terhadap
Perkawinan Yang Tidak

oleh suami, istri tidak

Dicatatkan

dapat

1. Akibat Hukum terhadap

tunjangan apabila suami
meninggal, seperti apabila

Kedudukan Istri
Menurut
islam

memperoleh

perkawinan

hukum

suami

sebagai

pegawai

yang

maka

istri

tidak

tidak dicatat adalah sah

memperoleh

tetapi perkawinan yang

perkawinan

tidak dicatatkan ini hukum

dan

negara tidak mengakuinya

suami. 6

sehingga

berbagai

tunjangan
perkawinan

tunjangan

Secara

pensiun

hukum

persoalan rumah tangga

perempuan yang dinikah

termasuk bila dikemudian

sirri

hari

sebagai istri yang sah.

maka

terjadi

perceraian

hanya

tidak

dianggap

bisa

diselesaikan diluar jalur

6

www.unissula.com / Kajian Yuridis
Sosiologis dan Problematika Nikah Sirri.

11

lain

pelanggaran (Pasal 45 PP

perkawinan itu dianggap

No 9/1975), juga tidak

tidak sah, karena itu istri

memiliki kekuatan hukum

sirri tidak berhak atas

(Pasal

nafkah dan harta warisan

mereka yang melakukan

suami

perkawinan

tidak

meninggal. Istri sirri tidak

dicatatkan,

untuk

berhak atas harta bersama

mendapatkan

jika terjadi perceraian.

hukum dan perlindungan

Dengan

kata

jika

suami

hukum

Mengenai
kedudukan

6

suami

istri

KHI).Bagi

kepastian

maka

dilakukan

harus

itsbat

nikah

menurut UUP dan KHI

seperti yang diatur dalam

bahwa perkawinan sirri

Pasal 7 KHI.

tidak dikenal dan diakui
dalam

hukum

negara

2. Akibat Hukum terhadap
Kedudukan Anak
Menurut Undang-

maka ia tidak mempunyai
hal

undang Nomor 1 Tahun

perlindungan hukum atas

1974 dikatakan, anak yang

perkawinan yang mereka

sah adalah anak

yang

jalani. Hak suami atau istri

dilahirkan

atau

baru

dilindungi

sebagai akibat perkawinan

setelah

yang sah (Pasal 42).Anak

hak

dalam

bisa

undang-undang

dalam

memiliki alat bukti yang

yang

otentik

perkawinan

hanya

mempunyai

hubungan

tentang

perkawinannya.

dilahirkan

diluar

yang

perdata dengan ibunya dan

tidak dicatatkan tersebut

keluarga ibunya (Pasal 42

bahkan

(1)). Seorang suami dapat

Perkawinan

dianggap

suatu

12

menyangkal sahnya anak

Misalnya tentang anak tiri,

yang

anak angkat, anak asuh,

dilahirkan

oleh

istrinya, bilamana ia dapat

anak

membuktikan

sebagainya

bahwa

akuan

dan

yang

ada

istrinya berzina dan anak

kaitannya

itu akibat dari perzinaan

kedudukan orang tua dan

tersebut.

perkawinannya

(Pasal

44

adat.8

keputusan

Hukum positif di

tentang sah/tidaknya anak
atas

permintaan

Indonesia

pihak

yang berkepentingan.7

anak

membedakan

antara keturunan yang sah
dan keturunan yang tidak

Mengenai
kedudukan

yang

berlaku dalam masyarakat

(1)).Pengadilan
memberikan

dengan

sah. Keturunan yang sah

baik

berdasarkan KUH Perdata

didasarkan

maupun

perkawinan

Undang-undang

atas

adanya

yang

sah,

Nomor 1 Tahun 1974

dalam arti bahwa yang

yang

satu

adalah

adalah tentang kedudukan

yang

lain

anak sah dan tidak sah dan

kelahiran

tidak

akibat perkawinan yang

hanya

ditentukan

membicarakan

tentang kedudukan anak

sah,

lainnya

seperti

demikian

dalam

yang

kenyataannya

di

keturunan
berdasarkan

atau

anak-anak
disebut

sebagai

yang
anak

sah.9Sedangkan

keturunan yang tidak sah

kehidupan keluarga/rumah
tangga dalam masyarakat.
8

Ibid.
J. Satrio, Hukum Keluarga Tentang
Kedudukan Anak Dalam Undang-undang, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 5.
9

7

124.

Hilman Hadikusuma, Op.cit, hlm.

13

adalah

keturunan

yang

seperti halnya anak-anak

tidak didasarkan atas suatu

yang

perkawinan

perkawinan

yang

sah,

dilahirkan

dalam

yang

sah

anak

menurut

yang demikian ini adalah

Hak-hak

anak luar kawin.

didapat itu adalah masalah

orang

menyebut

Menurut UUP dan

undang-undang.
yang

keperdataan

tidak

berkaitan

KHI anak yang sah adalah

dengan

status

dan

anak

hubungan

dengan

ayah

Perkawinan

yang

yang

lahir

perkawinan

dari
yang

biologisnya.

sah.Perkawinan yang sah
adalah perkawinan yang

sah

sesuai dengan agama dan

negara adalah perkawinan

kepercayaannya

yang

dicatat

dan

oleh

lembaga

menurut

hukum

dicatatkan

dan

memenuhi ketentuan yang

negara. Dari penjelasan

ditetapkan

itu, anak yang dilahirkan

pemerintah.Perkawinan

dari perkawinan siri meski

siri

memenuhi

yang

ketentuan

agama

dan

mempunyai

hak

dan

kewajiban

menurut

hukum

adalah
tidak

oleh

perkawinan
dicatatkan

sehingga tidak memenuhi
ketentuan tersebut.
Anak-anak

islam

yang

dicatatkan

dilahirkan dari perkawinan

lembaga

tidak dicatatkan dianggap

pencatatan negara maka

sebagai anak luar kawin

dianggap

(dianggap tidak sah) oleh

tetapi

tidak

kepada

sebagai

anak

luar kawin yang tidak

negara

mendapatkan

hanya

hak-hak

sehingga

anak

mempunyai

14

hubungan perdata dengan

warisan berada dibawah

ibu

penguasaan

dan

keluarganya

masing-

sedang hubungan perdata

masing

dengan ayahnya tidak ada

pihak tidak menentukan

(Pasal 42 & 43 UUP dan

lain (Pasal 35 ayat 1 dan

Pasal 100 KHI).

2).

dari

sepanjang

para

Mengenai

harta

Akibat lebih jauh

bersama, suami atau istri

perkawinan

dapat

yang

bertindak

atas

tidak tercatat adalah anak-

persetujuan kedua belah

anak yang dilahirkan dari

pihak.Sedangkan

perkawinan tersebut tidak

bawaan

berhak menuntut nafkah,

suami

biaya

atau

mempunyai

hak

dari

sepenuhnya

untuk

pendidikan

warisan

masing-masing
dan

ayahnya.Kecuali

melalui

melakukan

upaya

kepada

hukum

hukum

istri

perbuatan

mengenai

harta

bendanya (Pasal 36 ayat 1

Pengadilan Agama.
3. Akibat Hukum terhadap

dan 2).Bila perkawinan
putus karena perceraian,

Harta Bersama
Menurut

harta

undang-

harta

bersama

diatur

undang Nomor 1 tahun

menurut

1974 bahwa harta benda

masing-masing.Yang

yang

dimaksud

diperoleh

selama

hukumnya

dengan

perkawinan menjadi harta

‘hukumnya’

bersama. Sedangkan harta

masing

ialah

masinghukum

bawaan dari suami istri
masing-masing

baik

sebagai

atau

hadiah

15

agama, hukum adat dan

perkawinan,

hukum-hukum lainnya. 10

istri

Hukum islam tidak
mengatur

tentang

jika suami

masing-masing

berusaha dalam kehidupan

harta

sehari-hari,

maka

hasil

bersama dan harta bawaan

usaha

kedalam

ikatan

merupakan harta pribadi

ada

yang dimiliki dan dikuasai

perkawinan,

yang

hanya

menerangkan

mereka

oleh

pribadi

tentang adanya hak milik

masing.Dalam

pria atau wanita

suami

maskawin

serta
ketika

itu

masinghal

ini,

mempunyai

kewajiban

memberi

perkawinan berlangsung.

nafkah lahir batin kepada

Setiap pria dan wanita

istrinya

mempunyai
mendapat

memberi

hak

untuk

nafkah kepada anak-anak

bagian

harta

dari perkawinannya. 11

warisan yang ditinggalkan
atau

dan

diberikan

tuanya.Harta
diperoleh
perkawinan

Pada saat terjadi

orang

perceraian,

yang

istri

yang

dinikahi secara sah dalam

sebelum

hukum

agama

dan

merupakan

dicatatkan tentunya akan

milik pribadi dari suami

mendapat hak yang lebih

atau istri dan masing-

pasti atas pembagian harta

masing suami dan istri

bersama serta mendapat

menguasai dan memiliki

hak atas tunjangan nafkah

hartanya

dari

sendiri.Dalam

sendirisuatu

mantan

suaminya.

Dilain pihak istri yang
hanya dinikahi secara sirri,

10

114.

Hilman Hadikusuma, Op.cit, hlm.
11

Ibid, hlm. 117.

16

tidak

dapat

menuntut

nikahnya

diputus

dan

apapun. Selain itu terdapat

dikabulkan baru diajukan

kemungkinan

permohanan

perceraian

akan terjadi secara sirri

untuk

pula

perceraian.

tanpa

dihadapan

dilakukan

baru

keperluan

Pengajuan

pengadilan

yaitu

itsbat

agama. Sehingga dalam

nikah

ini

memberikan

hal ini terdapat itikad tidak

jalan

bagi

kepentingan

baik dari pihak suami,

suami istri yang pernah

maka

menikah

suami

dapat

secara

hukum

meninggalkan istri begitu

agama untuk dicatatkan

saja

secara

hukum

untuk

keperluan

tanpa

pertanggung

jawaban apapun.

telah

Mengatasi
kemungkinan
permasalahan
mengatur
kemungkinan
ajukannya

terjadi
ini,

mengenai
di
permohonan

perceraian.Sehingga bagi
pernikahan yang belum
tercatatkan secara resmi
mengajukan

permohonan itsbat nikah
ke

pengadilan

agama.Kemudian setelah
permohonan

diatur

yang
dalam

Kompilasi Hukum Islam.

KHI

itsbat nikah dalam rangka

dapat

negara

itsbat

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mengenai
harta

pengaturan

bersama

diatur

dalam Pasal 35 ayat (1)
Undang-undang Nomor 1
Tahun

1974.

Permasalahan
harta

mengenai

bersama

perkawinan

dalam

umumnya

muncul dalam hal terjadi
perceraian.

Pada

17

perkawinan
tercatat

resmi

dan

tidak

mengalami

akan
banyak

B. Saran
1. Dalam

melakukan

pernikahan

sebaiknya

kesulitan, karena dalam

pasangan

hal terjadi perceraian akan

menikah

diselesaikan

mempersiapkan

dengan

putusan

Pengadilan

yang

akan
harus

sesuatunya

segala

secara

baik

Agama. Akan tetapi dalam

dan sesuai aturan hukum

perkawinan

agama

yang

tidak

maupun

hukum

tercatat akan mengalami

negara yang ada sehingga

kesulitan

tidak

dalam

menimbulkan

pembagian harta karena

permasalahan dikemudian

tidak ada ikatan hukum

hari

diantara keduanya. Dalam

pemerintah

kasus ini, harta bersama

pejabat

dari

tidak

dengan urusan pernikahan

diselesaikan

lebih aktif memberikan

secara hukum islam dan

penyuluhan mengenai arti

musyawarah

penting pencatatan nikah

kekeluargaan.

kepada masyarakat.

perkawinan

tercatat

2. Akibat hukum dari

dan

2. Sebaiknya

kepada
khususnya

yang

dalam

terkait

hal

perkawinan yang tidak

pengaturan

pernikahan

dicatatkan membawa

dan pencatatannya harus

dampak terhadap

ada ketegasan sehingga

kedudukan istri,

tidak terdapat perbedaan

kedudukan anak dan harta

pendapat dan pengaturan

bersama dalam

yang

perkawinan.

masalah dikemudian hari.

menimbulkan

18

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Hartono Mardjono. 1997. Menegakkan Syari’at Islam dalam Konteks
Keindonesiaan. Mizan. Bandung.
Hilman Hadikusuma. 1991. Hukum Perkawinan Adat. Aditya Bakti. Bandung.
J. Satrio. 1991. Hukum Harta Perkawinan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
----------- 2000. Hukum tentang Kedudukan Anak dalam Undang-undang.PT.
Citra Aditya Bakti. Bandung.
Mahmud Yunus. 1979. Hukum Perkawinan dalam Islam. Hidakarya Agung.
Jakarta.

B. Peraturan Prundang-Undangan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

C. Internet
www.google.com/Dampak Nikah Siri bagi Perempuan dan Anak.
www.unissula.com / Kajian Yuridis Sosiologis dan Problematika Nikah Sirri.

19

BIODATA PENULIS

NAMA

: HARTINI ANTASARI

TEMPAT TANGGAL LAHIR

: SIBOWI, 19 APRIL 1996

ALAMAT

: JL. I GUSTI NGURAHRAI 1 NO. 1

E-MAIL

: hartini.antasari@yahoo.com

NOMOR TELEPON/HP

: 082311817474

20