T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Video Sebagai Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK Mengenai Menu dan Ikon Ms. Excel Untuk Siswa Kelas VIII (StudiKasus: SMPN 0

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIAPEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
MENGENAI MENU DAN IKON MS. EXCEL UNTUK SISWA
KELAS VIII
(StudiKasus: SMPN 07 SALATIGA)
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh :
HerniYanti
702010091

Program Studi Pendidikan Teknologi Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Salatiga
Oktober2014


i

ii

iii

iv

v

vi

PEMANFAATAN VIDEO SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
TIK MENGENAI MENU DAN IKON MS. EXCEL UNTUK
SISWA KELAS VIII
(Studi Kasus: SMPN 07 SALATIGA)
1)


Herni Yanti

2)

Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1) 702010091@student.uksw.edu 2) adriyanto.gundo@staff.uksw.edu
Abstract
The purpose of this research is to know about student’s activities and student
achievement using video as learning media on the subjects of ICT. Using textbook as a
media learning makes student’s lack of activities and the achievement for the subject
under the score set by the school. Based on the existing problems from the observation
and interview with the teacher and the students afterwards this study using video as a
learning media. This experimental research is conducted on a Pretest–Posttest
Nonequivalent Control Group Design. The analysis result indicates that the influence of
the use of video as learning media is higher than the influence of the use of textbook
towards student’s learning outcome and learning activities.

Keyword : Instructional media, Activities , Video lessons, learning outcomes
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap
pemanfaatan video sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Penggunaan
media pembelajaran menggunakan buku paket, membuat kurangnya aktivitas dan
rendahnya nilai TIK dibawah rata-rata yang ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan
permasalahan yang ada dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada guru
dan siswa, maka dilakukan penelitian dengan pemanfaatan video sebagai media
pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan
desain Pretest – Posttest Nonequivalent Control Group Design. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pengaruh pemanfaatan video sebagai media pembelajaran lebih tinggi
dibandingkan dengan media pembelajaran menggunakan buku paket terhadap aktivitas
dan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Media pembelajaran, Aktivitas, Video pembelajaran , Hasil belajar
1)

2)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika
Dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga

1

1. Pendahuluan
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru TIK di
SMPN 7 Salatiga pada hari senin 26 mei 2014, masih banyak nilai siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 72.
Pencapaian hasil ketuntasan belajar dalam pelajaran TIK khususnya mengenai
menu dan ikon pada microsoft excel mengalami permasalahan dalam pencapaian
hasil belajar, dimana pencapaian hasil belajar tersebut 40 % mencapai KKM dan
60 % tidak mencapai KKM. Proses kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi
dengan pemilihan metode dan media yang di pakai dalam kegiatan belajar
mengajar didalam kelas. Menurut guru TIK di SMPN 07 Salatiga, media yang
saat ini di gunakan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas hanya berupa
buku paket dan PPT, dimana media ini membuat siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran dikelas sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan guru TIK salah satu

hal yang menyebabkan kurangnya aktivitas dan rendahnya hasil belajar siswa
pada pelajaran TIK mengenai menu dan icon pada MS.Excel adalah penggunaan
media pembelajaran yang digunakan dalam belajar TIK dikelas kurang
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Maka, diterapkan proses
pembelajaran didalam kelas dengan pemanfaatan video sebagai media
pembelajaran untuk melihat aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII di SMPN
7 Salatiga, yang sebelumnya belajar hanya menggunakan buku paket dan PPT .
Penggunaan video sebagai media pembelajaran yang akan digunakan
dalam pelajaran TIK mengenai menu dan icon pada MS.Excel di SMPN 7
Salatiga ini merupakan suatu media untuk mengolah dan membuat suatu bahan
pembelajaran. Tampilan media video pembelajaran berupa gambar, suara dan
gerak yang dibuat diharapkan bisa membuat siswa lebih aktif dalam belajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penyajian dan penyampaian
materi pembelajaran yang dibuat menggunakan video sebagai media pembelajaran
ini juga diharapkan bisa memancing siswa agar lebih fokus saat proses belajar
mengajar berlangsung di dalam kelas, karena pengunaan media video
pembalajaran yang digunakan berbeda dengan media yang di gunakan
sebelumnya dalam proses belajar.

2


2. Kajian pustaka
Penelitian mengenai pemanfaataan media video pembelajaran yang
dilakukan Linaksita [1], menunjukan bahwa media video dapat dijadikan sebagai
penunjang penyampaian materi. Dimana media audio visual ini berisi gambar atau
video yang dapat membangkitkan atau menarik perhatian siswa dalam belajar
sehingga membuat siswa bersemangat dalam belajar dan akan memberikan hasil
belajar yang baik. Hasil dari peneltian ini menunjukan bahwa media video
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Widya [2], mengenai Penggunaan Media
Pembelajaran Video untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Dimana
media pembelajaran video digunakan sebagai alat belajar untuk dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, dapat menyampaikan informasi
dalam bentuk gambar dan suara. Hasil dari peneltian ini menunjukan bahwa
media pembelajaran video dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
Berdasarkan penjelasan penelitian, terdapat perbedaan antara penelitian yang
sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaannya adalah
pemanfaatan video sebagai media pembelajaran tidak digunakan hanya untuk
mengukur hasil belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas belajar siswa.
Selain itu, media video pembelajaran menggunakan gambar, gerak dan suara

yang jelas serta menggunakan animasi dan dilengkapi dengan soal-soal.
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar,
istilah media merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar [3]. Media pembelajaran segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
yang disengaja, bertujuan dan terkendali [4]. Media pembelajaran yang baik
digunakan mempunyai kriteria seperti jelas dan rapi, cocok dengan sasaran,
relevan dengan topik yang diajarkan, sesuai dengan tujuan pembelajaran, praktis,
berkualitas baik dan ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar [3]. Dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri media pembelajaran yang baik adalah media
pembelajaran yang berupa alat bantu belajar yang dapat berupa suara, gambar,
rekaman, film/video yang ditransformasikan dalam bentuk objek . Bagi peserta
didik media pemebelajaran yang baik itu apabila mampu memberikan manfaat
yang maksimal bagi para peserta didik. Artinya, media pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran sasaran utamanya adalah peserta didik.
Siswa belajar aktif ditandai bukan hanya aktif secara fisik tetapi juga aktif
secara mental dan biasanya aktif secara mental inilah yang sangat penting dan
utama dalam pembelajaran, karena dengan aktivitas pembelajaran dapat
termemori sampai siswa dewasa, prinsip aktivitas didasarkan pada pandangan

psikologi yang menyatakan bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui
pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman [5].
Aktivitas adalah kegiatan atau perilaku siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Aktivitas belajar adalah prinsip atau asas yang sangat penting di
dalam interaksi belajar mengajar baik yang bersifat fisik maupun mental,

3

aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan siswa untuk belajar [11].
Video pembelajaran merupakan media yang menyajikan audio dan visual
yang berisi pesan-pesan pembelajaran untuk membantu pemahaman terhadap
suatu materi pembelajaran, video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar
(audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan / materi
pelajaran [6]. Video pembelajaran dalam penelitian ini yaitu berupa video audio
visual yang mengandung unsur suara, gerak, dan gambar yang bisa dilihat dan di
dengar.
Contextual teaching learning (CTL) merupakan konsep belajar mengajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dikelas dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai
individu, anggota keluarga, dan masyarakat [13]. pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat, pendekatan kontekstual sebenarnya berakar dari pendekatan
konstruktivistik yang menyatakan bahwa seseorang atau siswa melakukan
kegiatan belajar tidak lain adalah membangun pengetahuan melalui interaksi dan
interpretasi di lingkungannya, pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan
konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan oleh guru [14].
Kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan
tujuh komponen utama contextual teaching and learning yaitu, pertama
konstruktivistik (constructivism) mengembangkan pemikiran siswa dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan dalam proses pembelajaran siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif, kedua
menemukan (inquiry) dimana guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkan, ketiga bertanya
(questioning) dalam segala aktivitas belajar questioning dapat diterapkan antara

siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru dan lain sebagainya, keempat
masyarakat belajar (learning community) konsep learning comunity ialah hasil
pembelajaran yang diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain, kelima
pemodelan (modeling) dimana guru bukan satu-satunya model, model dapat
dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi
contoh temannya, keenam refleksi (reflection) refleksi merupakan respon terhadap
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima siswa dalam proses pembelajaran,
dan yang ketujuh penilaian yang riil (authentic assessment) assessment adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa, gambaran perkembangan belajar siswa perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar karena gambaran tentang kemajuan belajar itu
diperlukan disepanjang proses pembelajaran [17].

4

Hasil belajar adalah suatu kecakapan nyata (actual ability) yang
menunjukkan kepada aspek-aspek yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji
sekarang juga, karena merupakan hasil usaha dalam belajar yang bersangkutan
dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dialaminya [7]. Hasil

belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya adalah perubahan-perubahan yang
diharapkan dari tingkah lakunya. Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor [8]. Hasil belajar dalam penelitian ini yaitu terdiri dari
aspek kognitif dan afektif.

3. Metode penelitian
Penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah quasi experimental
yang merupakan pengembangan dari metode true experimental. Penelitian
eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan
(treatment) tertentu terhadap subjek penelitian yang bersangkutan dengan
menggunakan desain eksperimen Pretest – Posttest Nonequivalent Control Group
Design. Kelompok eksperimen diberikan pengaruh pemanfaatan video sebagai
media pembelajaran dan pada kelompok kontrol tidak diberikan pengaruh
pemanfaatan video sebagai media pembelajaran [9]. Bentuk desain penelitian
dapat dilihat pada tabel 1.

Kelompok
KE
KK

Tabel. 1. Desain Penelitian
Pretest
Perlakuan
01
X
03
-

Posttest
02
04

Keterangan :
KE : Kelas eksperimen
KK : Kelas kontrol
O1 : Pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan
O2 : Posttest kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan
O3 : Pretestpengukuran kemampuan awal kelompok kontrol
O4 : Posttest pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol
X : Perlakuan (treatment) untuk kelompok eksperimen dengan menggunakan
video sebagai media pembelajaran
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN O7
Salatiga. Sampel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua kelas yaitu
kelas VIIIC dan Kelas VIIIH. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan
seperti pada gambar 1.

5

Tahap Persiapan
Penentuan Materi, Pembuatan
Media,Instrumen dan Perencanaan
Pelaksanaan Tindakan

Pengolahan Data dan Analisa

Penulisan Laporan
Gambar 1. Tahap penelitian [15]
Tahap pertama yang dilakukan yaitu tahap persiapan, dalam tahap
persiapan ini yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah dengan cara
melakukan observasi lapangan, dan wawancara. Observasi yang diteliti adalah
kondisi sekolah tersebut, melihat media dan model pembelajaran yang digunakan
guru, melihat perilaku dan pemahaman siswa mengenai materi yang di ajarkan.
Tahap selanjutnya yaitu tahap wawancara yang dilakukan kepada guru dan
siswa,wawancara kepada guru mengenai media dan metode yang digunakan pada
saat pembelajaran dikelas, tingkat ketuntasan siswa dalam belajar dan bagaimana
aktivitas siswa saat pembelajaran. Wawancara yang dilakukan kepada siswa yaitu
mengenai tanggapan siswa terhadap media dan metode yang digunakan.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan maka dapat
mengidentifikasi masalah yang ada di SMPN 07 salatiga. Teknik pengambilan
sampel yang dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol
berdasarkan rekomendasi dari guru serta hasil pretes yang dilakukan. Dari hasi
pretes yang dilakukan, maka yang menjadi kelas ekperimen adalah kelas H
dengan jumlah siswa 26 orang dan kelas kontrol yaitu kelas C dengan jumlah
siswa 26 orang.
Tahap kedua yaitu tahap penentuan materi, pembuatan media, instrument
dan perencanaan. Penentuan materi ditentukan oleh guru TIK. Media yang dipilih
adalah media video. Pembuatan media video dievaluasikan sebelumnya dengan
guru TIK agar sesuai dengan materi yang diajarkan. Instrumen dalam penelitian
ini adalah soal pretes dan posttest, lembar observasi keaktivan siswa, dan angket /
kuisioner.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa tes, lembar
observasi, dan angket / kuisioner. Metode tes digunakan untuk menilai dan
mengukur pencapaian penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes yang
diberikan terdiri dari pretest dan posttest. Pretes ini digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran dilakukan sedangkan
Posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan
pembelajaran. Instrumen tes disusun dengan kisi-kisi pada tabel 2 berikut ini.

6

Tabel. 2. Indikator soal tes
No
Indikator
1. Dapat mengetahui letak menu dan ikon
pada menu bar
2. Dapat mengetahui fungsi menu dan ikon
pada menu bar

No soal
1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11,12, 13
14, 15, 16, 18, 19, 20
2, 4, 6, 10, 17

Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk melihat aktivitas
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dikelas. Penilaian aktivitas
belajar siswa dilakukan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut
indikator penilaian aktivitas belajar siswa.

No

Tabel. 3. Indikator penilaian aktivitas belajar siswa [8]
Indikator
Skor
01234
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2. Terlibat dalam pemecahan soal
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru
apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru
6. Menilai kemampuan diri dalam memecahkan soal atau
masalah sejenis
indikator ini diadaptasi dari Sudjana (dalam Anggraini, 2009 )
Jumlah skor

Rumus menghitung kriteria dalam % =

x 100
Skor maksimum

Kriteria penilaian aktivitas belajar siswa :
0 : Tidak aktif
3 : Aktif
1 : Kurang aktif
4 : Sangat aktif
2 : Cukup aktif
Kriteria nilai untuk semua indikator adalah nilai 0 untuk kriteria tidak aktif
apabila siswa tidak memahami, mendengarkan dan memperhatikan materi yang
disampaikan guru. Nilai 1 untuk kriteria kurang aktif apabila siswa medengarkan,
memperhatikan saat proses belajar tetapi tidak mencatat. Nilai 2 untuk kriteria
cukup aktif apabila siswa mendengarkan, mencatat tetapi tidak mengerjakan tugas
dari guru. Nilai 3 untuk kriteria aktif apabila siswa mulai mendengarkan,
mencatat, bertanya pada guru dan mengerjakan tugas yang diberikan guru dan
memahami materi yang dipelajari. Nilai 4 untuk kriteria sangat aktif apabila siswa

7

mengikuti proses pembelajaran dengan baik yaitu dengan mendengarkan,
mencatat, bertanya dengan guru, menjawab semua pertanyaan guru, mengerjakan
tugas yang diberikan guru, memahami materi pelajaran, mencari informasi,
bekerja sama dengan baik dalam kelompok dan mengikuti semua kegiatan
pembelajaran di kelas.
Tabel . 4. Kriteria Persentase Keaktifan Siswa [16]
Persentase
75% - 100 %
50 % - 74,99 %
50 % - 49,99 %
0% - 24,99 %

Skor
54 – 72
36 – 53
18 – 35
≤ 17

Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
Kurang

Angket atau kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang memuat
sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh subjek penelitian.
Kuesioner dapat mengungkap banyak hal sehingga dalam waktu singkat diperoleh
banyak data/keterangan. Berdasarkan bentuknya, angket dapat berbentuk terbuka
dan tertutup. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah angket tertutup dengan
jenis skala jawaban yaitu rating scale. Angket tertutup memiliki jawaban yang
sudah disediakan dan tidak memberi peluang kepada responden untuk menambah
keterangan lain [10]. Metode angket berupa pernyataan – pernyataan kemudian
diisi oleh siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelayakan video sebagai
media pembelajaran. Berikut indikator video pembelajaran.

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tabel. 5. Indikator video pembelajaran [7]
Indikator
Clarity of Message (kejalasan pesan)
Stand Alone (materi yang terkait)
User Friendly (mudah difahami oleh pengguna)
Representasi isi
Visualisasi dengan media
Tampilan resolusi video
Dapat digunakan secara umum

No pernyataan
1, 4, 7, 9
2
10, 3
5, 6, 8
12, 14
13
11, 15

Indikator ini diadaptasi dari Riyana (dalam Ayuningrum, 2012)
Jawaban setiap item soal mempunyai kriteria :
1 : Sangat tidak setuju (STS)
3 : Setuju (S)
2 : Tidak setuju (TS)
4 : Sangat setuju (SS)
Kriteria nilai untuk semua indikator adalah nilai 1 untuk kriteria sangat tidak
setuju apabila bahasa, gambar, materi yang ada didalam video tidak bisa difahami.
Nilai 2 untuk kriteria tidak setuju apabila gambar, materi, suara pada video tidak
jelas. Nilai 3 untuk kriteria setuju apabila bahasa, gambar, materi, dan suara pada
video jelasa dan bisa difahami. Nilai 4 untuk kriteria sangat setuju apabila

8

tampilan, bahasa, gambar, materi, suara, teks dalam video pembelajaran mudah
difahami, jelas, terstruktur, menarik dan materi hanya terkait pelajaran TIK.
Berikut kategori penilaian kelayakan media video pembelajaran [12].
0

20%

Sangat Lemah

40%

60%

Lemah Cukup

80%

100%

Kuat

Sangat kuat

Tahap ketiga yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan
sesuai dengan desain penelitian yaitu kelas eksperimen dan kontrol. Sebelum
melakukan pembelajaran, kedua kelas diberikan pretes untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP yang
telah dirancang, pada kelas eksperimen proses pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan video sebagai media pembelajaran dengan model pembelajaran
contextual teaching learning (CTL), sedangkan pada kelas kontrol proses
pembelajaran dilakukan dengan media dan model sebelumnya yaitu menggunakan
media ppt dengan metode ceramah. Selama proses pembelajaran berlangsung,
guru mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran
dikelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Setelah proses pembelajaran
selesai, maka masing – masing kelas akan diberikan posttest yang bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Selanjutnya akan diberikan angket kepada kelas
eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap media yang telah digunakan.
Tahap keempat yaitu tahap pengolahan data dan analisa. Pada tahap ini,
pengolahan data berupa data tes siswa, lembar observasi aktivitas siswa, dan
angket. Hasil tes digunakan untuk melihat perbandingan antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan untuk melihat peningkatan nilai kedua kelas,
selanjutnya pengolahan data lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat
perbandingan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen maupun kontrol,
kemudian pengolahan data angket untuk mengetahui respon siswa terhadap video
sebagai media pembelajaran dikelas. Analisa dalam penelitian ini berupa uji t(ttest) dengan syarat nilai harus bernilai normal dan homogen. Analisis data dalam
penelitian ini dibantu menggunakan program pengolahan data statistik. Langkah
terakhir dalam tahap ini yaitu penulisan laporan penelitian berdasarkan hasil yang
di peroleh selama penelitian.

9

4. Hasil Dan Pembahasan
asan
Pada bagian ini, dipaparkan
dipa
hasil penelitian pemanfaatan video
vide sebagai
media pembelajaran padaa pembelajaran TIK di kelas VIII SMPN 07 Salatiga.
pada
Proses pembelajaran yang
ng dilakukan pertama yaitu memberikan pretest
pre
semua kelas yang akan dijadikan
di
subjek penelitian. Hasil pretest yang
ya sudah
dilakukan digunakan untuk
tuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
eks
Berdasarkan hasil pretest yang
ya ada, rata – rata nilai yaitu 66.73 untuk
uk ke
kelas C dan
65.58 untuk kelas H, sehingg
ingga yang menjadi kelas eksperimen yaituu kelas
ke H dan
untuk kontrol kelas C, masing
m
– masing kelas berjumlah 26 siswa
wa. Setelah
menentukan pembagiann kelas, maka diterapkan proses pembelajaran
pem
menggunakan video sebaga
agai media pembelajaran dengan model pembelajaran
pem
CTL pada kelas eksperime
men, dan pembelajaran sebelumnya yaitu dengan
denga media
ppt dan metode ceramah pada kelas kontrol. Pembelajaran dikelas eks
eksperimen
maupun kontrol dilakukann sebanyak
s
dua kali pertemuan. Pada pertemua
uan pertama
dikelas eksperimen maupun
pun kelas kontrol materi yang dipelajari adal
dalah materi
yang sudah diberikan dan dijelaskan oleh guru sebelumnya, sehin
hingga pada
pertemuan pertama siswaa akan
a
mengulas kembali materi yang telahh dipelajari.
Pertemuan kedua yaitu ma
materi yang telah dipelajari adalah lanjutann ddari materi
yang telah diberikan sebelum
lumnya pada pertemuan pertama.
Kegiatan pembelajara
jaran dimulai dengan pengenalan media pembelajaran
pem
yang dipakai. Tujuannyaa agar siswa mengetahui bahwa media pem
embelajaran
bukan hanya menggunakan
an powerpoint dan buku paket saja tetapi media
dia lain juga
bisa digunakan dalam prose
oses pembelajaran salah satunya adalah mediaa video.
vi

Gam
ambar 2. Tampilan media pembelajaran
enjelaskan secara singkat materi yang akann dipelajari,
Selanjutnya guru menj
kemudian guru membagi
gi kelompok menjadi 4 kelompok. Masing
ng – masing
kelompok beranggotakann aada yang 6 orang ada yang 7 orang untuk
uk m
melakukan
diskusi menjawab pertanya
nyaan – pertanyaan yang telah dirangkum pada
pa media
video pembelajaran, kemudian
ke
guru menyajikan materi pembelajaran
pem
menggunakan video sebaga
agai media pembelajaran. Selama proses pem
pembelajaran
dilakukan menggunakan media
m
video, terdapat soal yang harus dkerja
rjakan siswa
dalam kelompoknya dimaana soal tersebut terdiri dari dua bagian soal, soal

10

pertama dalam proses pembelajaran dengan model pendekatan contextual
teaching learning (CTL), dalam tahap pertama yaitu constructivism siswa
diberikan tugas dimana tugas yang diberikan dikerjakan oleh kelompok masingmasing yang sudah dibagi , saat pengisian siswa diberikan durasi waktu untuk
menyelesaikan soal yang ada, jika waktu pengerjaan soal telah selesai, maka
siswa tidak boleh lagi mengerjakan soal yang ada, siswa wajib mengumpulkan
lembar jawaban kepada guru, dalam hal ini baik kelompok yang selesai maupun
yang belum selesai harus mengumpulkan jawabannya selama proses pengisian
soal, siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi atau jawaban melalui
media lain seperti buku.

Gambar. 3. Proses pembelajaran siswa
Selanjutnya, setelah semua kelompok sudah selesai mengumpulkan jawaban
soal, maka guru akan mengacak dan menunjuk perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi. Tujuannya adalah untuk melihat apakah siswa
benar – benar berperan dalam diskusi atau tidak. Selain itu, untuk melihat siswa
apakah memahami dan menghafal hasil diskusi. Saat perwakilan kelompok selesai
mengemukakan hasil diskusi, kelompok lain bisa menyanggah jawaban yang
diberikan apabila tidak sesuai dengan pendapat kelompok tersebut, dengan catatan
masih mengenai topik yang dibahas. Kegiatan ini dilakukan agar setiap siswa
berperan aktif saat proses pembelajaran.
Setelah proses presentasi kelompok selesai, guru melanjutkan lagi
menjelaskan materi yang ada di dalam video pembelajaran, selama video
pembelajaran ditampilkan sebelum materi pembelajaran dilanjutkan pada
penjelasan materi berikutnya, terdapat soal kedua dimana soal tersebut terlebih
dahulu harus di kerjakan siswa. Tahap kedua yaitu inquiry dimana dalam tahap ini
siswa diberikan tugas untuk membuat tabel, setiap kelompok satu orang maju
kedepan untuk mewakili kelompoknya masing – masing dalam pembuatan tabel
siswa tidak diberikan contoh terlebih dahulu cara pembuatan tabel, tetapi siswa
menemukan sendiri cara membuat tabel dengan materi yang sudah mereka
dapatkan. Tahap selanjutnya yaitu questioning dalam tahap ini siswa dilibatkan
dalam proses aktif saat pembelajaran terutama pada saat proses kerja kelompok,
siswa tidak hanya diam saat kelompok lain mempresentasikan hasil kerja

11

kelompok nya, tetapi kelompok lain secara aktif bertanya dan menyanggah
menurut pendapat mereka sendiri, dalam proses pembelajaran guru juga tidak
hanya menjelaskan materi saja tapi guru aktif bertanya kepada siswa tentang
materi yang dipelajari. Tahap keempat yaitu learning community dalam tahap ini
maka akan dilihat hasil pembelajaran kerja kelompok masing – masing apakah
setiap kelompok itu bisa kerja sama dengan baik dengan temannya dan bisa
berperan aktif dalam kelompok, tahap ini berkaitan dengan tahap constructivism,
dimana tahap konstruktivisme dimulai dengan pembelajaran kelompok sehingga
untuk melihat hasil pembelajaran tahap learning community pada saat siswa
mengerjakan tugas kelompok.
Selanjutnya yaitu modeling pada tahap ini siswa dijadikan sebagai contoh
untuk mewakili teman – temanya dikelas dengan cara menemukan membuat tabel
yang diminta oleh guru, dimana siswa tersebut memberikan pandangan kepada
teman – temanya cara membuat tabel. Tahap selanjutnya yaitu reflection pada
tahap ini, siswa bisa mendapatkan pengetahuan yang baru diterima siswa dalam
proses pembelajaran, serta siswa dan guru sama – sama memberikan kesimpulan
tentang materi yang sudah dipelajari. Tahap terakhir yaitu authentic assessment
posttest untuk melihat gambaran
pada tahap ini siswa akan diberikan
perkembangan proses belajar siswa yang telah dilakukan serta untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar selama proses pembelajaran setelah diberikan perlakuan
atau treatment dan angket video pembelajaran untuk melihat respon siswa
terhadap media yang digunakan.
Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena proses pembelajaran aktivitas
siswa tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Interaksi antara guru dan siswa
mulai meningkat, siswa yang kurang memahami materi yang biasa diajarkan
mulai memahami materi dengan baik, siswa yang biasanya asik mengobrol
dengan temannya mulai berkonsentrasi dan fokus terhadap pembelajaran, siswa
yang mengantuk saat pembelajaran mulai memperhatikan proses pembelajaran,
siswa yang biasanya pasif mulai aktif dan berani mengungkapkan pendapatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa peanfaatan video sebagai media pembelajaran
memberikan pengaruh positif terhadapa aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Hasil lembar observasi aktivitas selama proses
pembelajaran berlangsung dikelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat
pada tabel 5.

12

Tabel. 5. Persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
No
Indikator
Persentase kelas
Eksperimen Kontrol
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 66.67 %
2. Terlibat dalam pemecahan soal
62.5 %
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru
66.67 %
apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
4. Berusaha mencari berbagai informasi
62.5 %
yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai
75 %
dengan petunjuk guru
6. Menilai kemampuan diri dalam memecahkan
62.5 %
soal atau masalah sejenis
Persentase rata-rata nilai
65.97 %

41.66 %
50 %
41.66 %

37.5 %
50 %
50 %
45.13 %

Berdasarkan tabel 5, hasil persentase kelas eksperimen untuk indikator
nomor satu yaitu siswa mendengarkan dan mencatat materi pelajaran dengan nilai
66.67 % berada pada kriteria sedang dan 41.66 % untuk kelas kontrol yaitu siswa
tidak memperhatikan, tidak mencatat dan tidak mendengarkan berada pada
kriteria rendah. Nilai indikator nomor dua untuk kelas eksperimen berada pada
kriteria sedang, siswa bisa bekerja sama dengan baik dengan kelompoknya, untuk
kelas kontrol siswa tidak bisa bekerja sama dengan baik dengan kelompoknya
berada pada kriteria rendah. Nilai indikator nomor tiga untuk kelas eksperimen
berada pada kriteria sedang, siswa memahami materi yang diajarkan sedangkan
kriteria rendah untuk kelas kontrol yaitu siswa kurang memahami materi yang
diajarkan. Nilai indikator untuk nomor tiga untuk kelas eksperimen berada pada
kriteria sedang dimana siswa berusaha mencari informasi untuk memecahkan soal
yang diberikan, kriteria rendah untuk kelas kontrol dimana siswa tidak berusaha
mencari informasi untuk memecahkan soal yang diberikan. Indikator nomor lima
pada kelas eksperimen berada pada kriteria sedang dimana siswa melaksanakan
diskusi kelompok dengan baik, kriteria rendah untuk kelas kontrol dimana siswa
melaksanakan diskusi tidak sesuai dengan petunjuk guru. Indikator nomor enam
pada kelas eksperimen berada pada kriteria sedang, dimana siswa mengerjakan
sendiri soal yang diberikan, kelas kontrol berada pada kriteria rendah dimana
siswa tidak mengerjakan soal hanya dirinya sendiri.
Dari keseluruhan hasil persentase yang ada, hal tersebut menunjukkan
bahwa pemanfaatan video sebagai media pembelajaran dapat membuat siswa
cukup aktif. Terbukti dengan hasil perhitungan lembar observasi aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk keseluruhan semua
indikator lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.
Hasil persentase rata – rata kelas eksperimen juga lebih tinggi yaitu sebesar
65,97%, untuk keseluruhan skor total indikator yang artinya berada di kriteria
penilaian sedang. Hasil persentase rata – rata kelas kontrol yaitu 45.13% untuk
keseluruhan skor total indikator dan berada pada kriteria penilaian rendah. Proses

13

perhitungan untuk mendapatkan persentase setiap indikator yaitu nilai setiap
pernyataan dibagi nilai maksimal setiap indikator dikalikan 100%.
Indikator melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
mendapatkan nilai paling tinggi yaitu 75 %, hasil persentase ini sesuai dengan
jawaban yang telah diberikan observer selama proses pembelajaran berlangsung,
cara mendapatkan nilai persentase untuk indikator tersebut yaitu dengan
menjumlahkan hasil nilai pernyataan yang terdiri dari tiga pernyataan dibagi
dengan nilai maksimal indikator yaitu duabelas dikalikan 100 %. Contoh
perhitunganya yaitu indikator melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru mendapatkan skor sembilan dari tiga pernyataan jadi, 9 : 12 x 100
% = 75 %. Perhitungan ini dilakukan juga untuk setiap indikator – indikator yang
lainnya. Pernyataan setiap indikator terdiri dari dua dan tiga pernyataan, untuk
tiga pernyataan skor maksimalnya yaitu duabelas terdiri dari indikator 1, 3, dan 5 .
Sedangkan untuk dua pernyataan skor maksimalnya delapan terdiri dari indikator
2, 4, dan 6. Cara perhitungan untuk mendapatkan jumlah rata – rata persentase
yaitu dengan menambahkan hasil perhitungan jumlah semua indikator dibagi 600
dikalikan dengan 100 %.
Data Angket video pembelajaran diberikan kepada kelas eksperimen
dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang dalam kelas. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar kelayakan video yang digunakan untuk proses
pembelajaran didalam kelas pada mata pelajaran TIK mengenai menu dan ikon
MS.excel. Soal yang diberikan berjumlah 15 soal. Pengisian angket dilakukan
pada pertemuan terakhir setelah mengerjakan soal Posttest, angket / kuisoner ini
menggunakan perhitungan dengan skala Rating Scale.

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tabel. 6. Persentase kelayakan media video pembelajaran
Indikator
Kelas Eksperimen
Clarity of message ( kejelasan pesan)
Stand alone ( Materi yang terkait)
User friendly (mudah difahami oleh pengguna)
Represntasi isi
Visualisasi dengan media
Tampilan resolusi video
Dapat digunakan secara umum

72.59 %
67.30 %
70.19 %
69.23 %
69.71 %
68.26 %
70.19 %

Berdasarkan tabel 6, hasil persentase perhitungan angket untuk indikator
nomor satu sebesar 72.59 %, nilai tersebut berada pada kriteria cukup dimana
materi yang ada didalam video dapat difahami siswa. Indikator nomor dua berada
pada kriteria cukup dimana video hanya terkait materi yang di ajarkan. Kriteria
cukup untuk indikator nomor tiga dimana video menggunakan bahasa yang bisa
dimengerti siswa. Indikator nomor empat berada pada kriteria cukup dimana isi
video terstruktur dengan baik. Indikator nomor lima berada pada kriteria cukup
dimana media video terdapat teks, animasi dan suara yang jelas. Indikator nomor
enam berada pada kriteria cukup dimana tampilan video jelas untuk digunakan
dalam proses pembelajaran. Indikator nomor tujuh berada pada kriteria cukup

14

dimana video pembelajaran digunakan dalam proses pembelajaran dikelas.
Berdasarkan keseluruhan hasil nilai persentase yang ada, hal tersebut
menunjukkan bahwa media video cukup layak digunakan dalam proses
pembelajaran. Terbukti dengan perhitungan angket kelayakan media video untuk
keseluruhan indikator berada pada kriteria cukup.
Sebelum mendapatkan nilai persentase setiap indikator, terlebih dahulu
mencari skor maksimal untuk setiap indikator. Cara perhitungan untuk
mendapatkan skor maksimal untuk setiap indikator yaitu total maksimal skor
pernyataan setiap indikator dikalikan dengan jumlah responden. Indikator clarity
of message ( kejelasan pesan) mendapatkan persentase paling tinggi yaitu 72.59
%. Hasil persentase ini sesuai dengan jawaban yang telah diberikan responden
dalam mengisi angket yang telah diberikan. Contoh perhitungan untuk
mendapatkan nilai maksimal dan persentase indikator clarity of message (
kejelasan pesan) adalah jumlah skor maksimal pernyataan empat dikalikan 26
responden hasilnya 104, karena dalam indikator ada empat pernyataan maka,
empat dikalikan 104 hasilnya 416. Jadi, total skor maksimal untuk satu indikator
yang terdiri dari empat pernyataan 416, sedangkan perhitungan untuk
mendapatkan nilai persentasenya adalah total skor setiap pernyataan dibagi nilai
maksimal dikalikan 100 %, indikator clarity of message ( kejelasan pesan)
mendapatkan skor 302 : 416 x 100 = 72.59 %. Perhitungan ini dilakukan juga
untuk setiap indikator – indikator yang lainnya. Pernyataan setiap indikator terdiri
dari satu, dua, tiga dan empat pernyataan, untuk satu pernyataan skor
maksimalnya yaitu 104 terdiri dari indikator nomor 2 dan 6, untuk dua
pernyataan skor maksimalnya 208 terdiri dari indikator nomor 3, 5 dan 7,
sedangkan tiga pernyataan skor maksimalnya 312 terdiri dari indikator nomor 4
serta empat pernyataan untuk indikator nomor 1 dengan skor maksimalnya 416.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest. Nilai
hasil rata – rata untuk membandingkan dua populasi atau dua sampel dalam
menjawab hipotesis dilakukan dengan uji independent sample t –test. Syarat uji t
yaitu nilai harus bernilai normal dan homogen. Hasil perhitungan keduan kelas
bernilai normal dan homogen, artinya syarat uji independent sample t –test
terpenuhi.
Tabel. 7. Hasil Uji Independent sample t-test Prestest dan Posttest
Mean df Sig(P) α
thitung Ttabel
Keterangan Kelas
Pretest

Eksperimen

65.58

50

0.225

0.05

1.230

2.00856

Posttest

Kontrol
Eksperimen

66.73
81.35

50

0.000

0.05

10.366

2.00856

Kontrol

71.15

15

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil pretest kelas eksperimen maupun
kontrol yaitu P = 0,225 dan thitung 1.230. Membandingkan p(0,225) > α(0,05)
dan thitung ttabel (2.00856), sehingga dapat disimpulkan rata – rata kelas
eksperimen lebih tinggi dari dari pada kelas kontrol. Sesuai kriteria pengujian,
Jika thitung >ttabel dan p < 0,05, maka hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan
video sebagai media pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian ini, pemanfaatan video sebagai media
pembelajaran pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol memperlihatkan bahwa hasil belajar kedua kelompok mengalami
perbedaan. Hal tersebut ditunjukan pada hasil belajar nilai rata – rata kelas
eksperimen dari nilai 65.58 menjadi 81.35, sedangkan nilai rata – rata kelas
kontrol dari 66.73 menjadi 71.15. Berdasarkan nilai rata – rata posttest
disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen meningkat lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol.

5. Simpulan
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, hasil analisis data, dan
pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan video
sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran TIK dapat membuat siswa cukup
aktif, dilihat dari hasil persentase aktivitas siswa di kelas eksperimen dengan nilai
65.97 % berada pada kriteria sedang dan kelas kontrol hanya 45.13 % berada
pada kriteria rendah. Selain itu, pemanfaatan video sebagai media pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran CTL berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Terbukti pada nilai rata – rata kelas eksperimen dari 65.58
meningkat menjadi 81.35. Media video juga cukup layak digunakan dalam proses
pembelajaran dilihat dari hasil persentase untuk semua indikator berada pada
kriteria cukup.
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, saran bagi penelitian selanjutnya
yaitu perlu ada penelitian lanjutan untuk populasi yang lebih besar dengan kondisi
kelas yang beragam sehingga simpulan penelitian dapat berlaku untuk lingkup
yang lebih luas. Selain itu, kepada para pengajar disarankan untuk menerapkan
pembelajaran dengan menggunakan video sebagai media pembelajaran pada
waktu membahas materi pembelajaran TIK, mengingat pemanfaatan video
sebagai media pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

16

6. Daftar Pustaka
[1] Anindyawati, Linaksita, 2013. Pemanfaatan Media Video Pembelajaran
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Iv SDN Babatan
I/456 Surabaya, No. 1 Vol.1.
[2] Sari, Widya, 2012. Penggunaan Media Pembelajaran Video Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas II SD Negeri 3 Nampu
Karangrayung Grobogan Tahun Pelajaran 2010/2013, No. 2 Vol. 14 , Pp.
146-17`2.
[3] Rayandra, Asyhar, 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta: Referensi.
[4] Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media.
[5] Rohani , Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
[6] Sukjaya dan Suherman, 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan.
[7] Sudjana , Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Sinar Baru Algesindo.
[8] Ade, Erik M. 2010. Efektivitas Peningkatan Hasil Belajar Dengan
Menggunakan Multimedia Interaktif Model Drill And Practice Dalam
Pembelajaran Tik.
[9] Ramadhani, Mawar. 2012. Efektivitas Penggunaan Media Pembelajaran ELearning Berbasis Web Pada Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Kalasan.
[10] Rahmatika, Annissa. 2008. Meningkatkan Kreativitas Dan Efektivitas Dalam
Pembelajaran Matematika Denagan Pendekatan Konstruktivis Di Kelas VIII
MTS AL – MA’HAD AN - NUR BANTUL.
[11] Sardiman, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grapindo Persada. Yogyakarta: UNY Press.
[12] Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian. Bandung
: Alfabeta 2010.
[13] Mundilarto, 2004. Cakrawala Pendidikan: Pendekatan kontekstual dalam
PembelajaranSains. Yogyakarta: Lembaga Pengambdian Masyarakat UNY.
[14] Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat
Pendidikan LanjutanPertama.
[15] Sugiyono, 2012 Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R &D, Bandung
: Alfabeta.
[16] Sugiyono, 2001. Metode penelitian administrasi.Bandung : Alfabeta.
[17] Nurhadi, (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama.

17

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24