Intervensi PT PP London Sumatera dalam Pembuatan Kebijakan Desa

(1)

BAB II

PROFIL PT PP LONDON SUMATERA, DESA PERKEBUNAN SEI RUMBIA DAN DESA PERKEBUNAN NAGODANG.

II.1. Profil Desa Perkebunan Sei Rumbia

II.1.1. Sejarah Desa Perkebunan Sei Rumbia

Desa Perkebunan Sei Rumbia yang terletak di Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan adalah sebuah desa yang berdiri di areal Hak Guna Usaha ( HGU ) sebuah perusahaan perkebunan PT PP London Sumatera dan terbentuk pada tahun 1965. Pada awalnya desa perkebunan sei rumbia hanya merupakan sebuah komplek perumahan yang dipruntukkan untuk pekerja perusahaan, Desa ini akhirnya dapat terbentuk dikarenakan pada saat itu jumlah penduduk yang bermukim di areal perumahan perusahaan telah memenuhi syarat untuk ditetapkan menjadi sebuah desa.27

• Periode 1965 – 1972 dipimpin oleh : Wargo

Adapun sejak berdirinya Desa Perkebunan Sei Rumbia telah beberapa kali berganti Kepala Desa seperti dibawah ini :

• Periode 1972 – 1977 dipimpin oleh : P. Hasibuan • Periode 1977 – 2004 dipimpin oleh : Zainuddin Rambe

27

Sejarah Desa Perkebunan Sei Rumbia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ( RPJM ) Desa Perkebunan Sei Rumbia, Tahun 2010 – 2015, hal. 4-5.


(2)

• Periode 2004 – 2009 dipimpin oleh : Aman Soleh • Periode 2009 – sekarang dipimpin oleh : Katmin28

II.1.2. Demografi Desa Perkebunan Sei Rumbia

Desa Perkebunan Sei Rumbia terletak di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara dengan total jumlah penduduk 2545 jiwa memiliki wilayah yang berbatasan dengan :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sisumut Kecamatan Kotapinang. • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sosopan Kecamatan Kotapinang. • Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kotapinang Kecamatan

Kotapinang.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Perkebunan Nagodang Kecamatan Kotapinang.29

II.1.3. Luas Wilayah

Adapun luas wilayah dari Desa Perkebunan Sei Rumbia mencakup area seluas 3000 Ha dengan rincian luas area tanah seperti dalam tabel berikut :

28

Ibid

29


(3)

Tabel 1

Rincian Luas Area Tanah

Jenis Peruntukan Area Luas Area

Pekarangan / Bangunan 56 Ha

Persawahan -

Tegalan / Perladangan -

Rawa 24 Ha

Perkebunan Swasta 2020 Ha

Sumber : Rencana Kerja Pembangunan Desa Perkebunan Sei Rumbia Tahun 2014

II.1.4. Status Kepemilikan Lahan

Adapun letak Desa Perkebunan Sei Rumbia yang berada didalam area HGU PT PP London Sumatera ( Lonsum ) membuat desa ini hanya sedikit memiliki lahan dengan status milik desa. Adapun status kepemilikan lahan di Desa Perkebunan Sei Rumbia terbagi kedalam dua bagian yakni :


(4)

b.Milik Desa : 2 Rante30

II.1.5. Kondisi Sarana dan Prasarana Desa

Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Perkebunan Sei Rumbia pada dasarnya telah ada disediakan oleh pihak PT PP London Sumatera sehingga desa tidak banyak melakukan penyediaan sarana dan prasarana. Secara garis besar Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Perkebunan Sei Rumbia adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Perkebunan Sei Rumbia

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Kantor Kepala Desa 1 Unit

2 SD Negeri 2 Unit

3 SLTP -Unit

4 SMA -Unit

5 Taman Kanak – Kanak 2 Unit

6 Madrasah 2 Unit

7 BKIA / Klinik 3 Unit

8 POLINDES 1 Unit

9 Dokter/ Mantri 1 Orang

10 Bidan / Perawat 5 Orang

30


(5)

11 Dukun Bersalin 7 Orang

12 Kendaraan Dinas Desa 2 Unit Sepeda Motor Sumber : Profil Desa Perkebunan Sei Rumbia 2013

II.1.6. Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Perkebunan Sei Rumbia adalah merupakan Desa Perkebunan. Maka hasil ekonomi dan mata pencaharian warga sebagian besar adalah karyawan perkebunan. Dari jumlah Kepala Keluarga ( KK ) yakni sejumlah 658 KK, mayoritas KK atau sejumlah 638 KK ( 97% ) merupakan karyawan perkebunan PT PP Lonsum. Sedangkan selebihnya yakni sejumlah 20 KK memiliki pekerjaan sebagai PNS, TNI / POLRI, dan lain – lain..

Jika dilhat dari tingkat penghasilan rata – rata masyarakat Desa Perkebunan Sei Rumbia tergolong ke dalam kategori miskin. Dari luas area Desa 3000 Ha dimiliki oleh Perusahaan Perkebunan PT PP Lonsum.

II.1.7 Kondisi Pemerintahan Desa

II.1.7.1. Pembagian Wilayah Desa

Secara umum wilayah Desa Perkebunan Sei Rumbia terbagi menjadi 9 dusun yang dipimpin oleh seorang kepala dusun. Adapun rincian pembagian wilayah Desa Perkebunan Sei Rumbia seperti berikut :


(6)

• Dusun Divisi 01 dengan Kepala Dusun : Tumiran Harioto • Dusun Divisi 01A dengan Kepala Dusun : Sapon

• Dusun Divisi 02 dengan Kepala Dusun : Riadi • Dusun Divisi 02A dengan Kepala Dusun : Tohir • Dusun Divisi 03 dengan Kepala Dusun : Saodar • Dusun Divisi 03A dengan Kepala Dusun : Sujono • Dusun Divisi 04 dengan Kepala Dusun : Panut • Dusun Divisi 04A dengan Kepala Dusun : Surahman • Dusun Emplasment dengan Kepala Dusun : Sarto

II.1.7.2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

Dalam menjalankan segala program kerja serta tugas dan fungsinya, Desa Perkebunan Sei Rumbia memiliki Struktur Organisasi Pemerintahan Desa sebagai alat kelengkapannya, dimana setiap alat kelengkapan tersebut memiliki peran dan fungsinya masing – masing seperti berikut ini :

A. Struktur Pemerintahan Desa Perkebunan Sei Rumbia

• Kepala Desa : Katmin

• Sekretaris Desa : Mirna Wati • Kepala Urusan Pemerintahan : Kusmanto • Kepala Urusan Umum : Kasiono • Kepala Urusan Pembangunan : Waluyo • Kepala Urusan Kesra : Suyoto


(7)

• Kepala Urusan Keuangan : Karimin B. Struktur Badan Permusyawaratan Desa ( BPD )

• Ketua : Sudirman • Wakil Ketua : Edi Sarwo • Sekretaris : Suani • Anggota : Said Alwi • Anggota : Paidi • Anggota : Alianto • Anggota : R. Sibatubara

C. Struktur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa ( LPMD )

• Ketua : Misnar

• Seksi Pemerintahan : Suyono • Seksi Agama : Saridi • Seksi Kemanan : Supiyat • Seksi P 4 : Rumanto

II.1.8. Visi dan Misi Desa

II.1.8.1. Visi Desa Perkebunan Sei Rumbia

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan Visi Desa Perkebunan Sei Rumbia ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif,


(8)

melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di Desa Perkebunan Sei Rumbia seperti Pemerintahan Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga Masyarakat Desa dan Masyarakat Desa pada umumnya. Dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal di desa sebagai satu satuan kerja wilayah pembangunan kecamatan, maka visi Desa Perkebunan Sei Rumbia adalah “ Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Desa Perkebunan Sei Rumbia yang didukung pelayanan pemerintahan yang baik serta pengembangan kualitas

sumber daya manusia dan pendidikan agama yang berkelanjutan “31

• Misi Bersih

.

II.1.8.2. Misi Desa Perkebunan Sei Rumbia

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut. Visi berada diatas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkan kedalam misi agar dapat di operasionalkan atau dikerjakan. Adapun misi Desa Perkebunan Sei Rumbia adalah :

a. Melaksanakan tugas pemerintahan secara transparan

b. Membudayakan masyarakat agar menganut pola hidup bersih c. Memberi penyuluhan tentang bahaya narkoba

• Misi Sejahtera

a. Meningkatkan pendapatan warga

31


(9)

b. Melancarkan roda perekonomian c. Menciptakan lapangan kerja • Visi Mandiri

a. Melestarikan tradisi gotong royong

b. Mendorong masyarakat berpartisipasi dalam setiap pembangunan c. Membiasakan masyarakat untuk menanggulangi segala keperluan

dan kebutuhannya sendiri.

d. Menggunakan dana dari pemerintah secara efektif dan seefisien mungkin.

II.2. Profil Desa Perkebunan Nagodang

II.2.1. Sejarah Desa Perkebunan Nagodang

Desa Perkebunan Nagodang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa Perkebunan Nagodang awalnya merupakan sebuah areal hutan yang didalamnya terdapat sebuah desa kecil dibawah naungan perusahaan PT PP Horison. Pada tahun 1965 didirikan sebuah Desa bernama Nagodang yang dipimpin oleh Bapak Masban. Karena berada dalam naungan perusahaan, maka hutan tersebut dibuka oleh perusahaan menjadi areal perkebunan karet. Karena perusahaan membutuhkan tambahan karyawan untuk perkebunan karetnya, maka dibangun sebuah dusun lagi yakni dusun 2 dan tahun 1986 dibangun dusun 3 dan menyusul berikutnya pembangunan dusun 4. Pada tahun 1997 Bapak Masban


(10)

sebagai kepala desa pertama meninggal dunia, hingga diangkat lah PJS kepala desa pada tahun 1998 yakni Bapak Suwoyo untuk menggantikannya. Pada tahun 1999 dilakukan pemilihan kepala desa yang dimenangkan oleh Bapak Suwoyo yang menjabat selama 8 tahun sebelum adanya UU otonomi daerah. Dan pasca terbitnya UU otonomi daerah dan dilakukan pemilihan kepala desa kembali pada tahun 2009, Bapak Suwoyo kembali terpilih untuk periode kedua dan menjabat hingga sekarang.32

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Silangkitang Kecamatan Kotapinang.

II.2.2. Demografi Desa Perkebunan Nagodang

Desa Perkebunan Nagodang terletak di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara dengan total jumlah penduduk 1680 jiwa memiliki wilayah yang berbatasan dengan :

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bangun Jadi Kecamatan Kotapinang.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kotapinang.

II.2.3. Luas Wilayah

32


(11)

Adapun luas wilayah dari Desa Perkebunan Nagodang mencakup area seluas 3000 Ha dengan rincian luas area tanah 95% berupa daratan yang bertopografi datar dan berbukit – bukit, dan 5% berupa rawa tadah hujan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai persediaan cadangan air.33

33

Ibid., hal 7 – 9.

II.2.4. Kondisi Sarana dan Prasarana Desa

Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Perkebunan Nagodang pada dasarnya telah ada disediakan oleh pihak PT PP London Sumatera sehingga desa tidak banyak melakukan penyediaan sarana dan prasarana. Secara garis besar Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Perkebunan Nagodang adalah seperti yang terlihat pada tabel berikut.


(12)

Tabel 3

Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Perkebunan Nagodang

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Kantor Kepala Desa 1 Unit

2 Balai Desa 1 Unit

3 Pos Kamling 4 Unit

4 Masjid 1 Unit

5 Taman Kanak – Kanak 1 Unit

6 Cek Dam 1 Unit

7 BKIA / Klinik 4 Unit

8 Sumur Bor 4 Unit

9 Dokter/ Mantri 1 Orang

10 Bidan / Perawat 5 Orang

12 Kendaraan Dinas Desa 2 Unit Sepeda Motor Sumber : RPJMl Desa Perkebunan Nagodang 2013

II.2.5. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Perkebunan Nagodang secara kasat mata terlihat jelas hampir sama antara satu rumah tangga dengan rumah tangga yang


(13)

lainnya. Hal ini disebabkan karena mata pencaharian sebagian besar warga adalah sebagai karyawan di perusahaan PT PP London Sumatera.

II.2.6. Kondisi Pemerintahan Desa

II.2.6.1. Pembagian Wilayah Desa

Secara umum wilayah Desa Perkebunan Nagodang terbagi menjadi 6 dusun yang dipimpin oleh seorang kepala dusun. Adapun rincian pembagian wilayah Desa Perkebunan Nagodang seperti berikut :

• Dusun I dengan Kepala Dusun : Suwarno • Dusun II dengan Kepala Dusun : M. Syafi’i • Dusun III dengan Kepala Dusun : Sugiman • Dusun IV dengan Kepala Dusun : Ariyanto • Dusun V dengan Kepala Dusun : Apriyanto • Dusun VI dengan Kepala Dusun : ( Belum Ada )

II.2.6.2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa

Dalam menjalankan segala program kerja serta tugas dan fungsinya, Desa Perkebunan Nagodang memiliki Struktur Organisasi Pemerintahan Desa sebagai alat kelengkapannya, dimana setiap alat kelengkapan tersebut memiliki peran dan fungsinya masing – masing seperti berikut ini :


(14)

D. Struktur Pemerintahan Desa Perkebunan Nagodang

• Kepala Desa : Suwoyo

• Sekretaris Desa : Indrawaty

• Kepala Urusan Pemerintahan : Segar F • Kepala Urusan Umum : Sofyan • Kepala Urusan Pembangunan : Juni • Kepala Urusan Keuangan : Suharti E. Struktur Badan Permusyawaratan Desa ( BPD )

• Ketua : Suharto • Bendahara : Suyono • Sekretaris : Jumadi • Anggota : Dani Priono • Anggota : L. Ginting • Anggota : Agus Ridwan34

II.2.7. Visi dan Misi Desa

II.2.7.1. Visi Desa Perkebunan Nagodang

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyusunan Visi Desa Perkebunan Nagodang ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif,

34


(15)

melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di Desa Perkebunan Nagodang seperti Pemerintahan Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Masyarakat Desa pada umumnya. Dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal di desa sebagai satu satuan kerja wilayah pembangunan kecamatan, maka visi Desa PerkebunanNagodang adalah “ Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Desa Perkebunan Nagodang yang didukung pelayanan pemerintahan yang baik serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dan pendidikan agama yang berkelanjutan “.35

1. Mengembangkan dan meningkatkan hasil pertanian masyarakat. II.2.7.2. Misi Desa Perkebunan Sei Rumbia

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut. Visi berada diatas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkan kedalam misi agar dapat di operasionalkan atau dikerjakan. Adapun misi Desa Perkebunan Nagodang adalah :

2. Pembuatan sarana jalan usaha tani dan peningkatan jalan lingkungan. 3. Peningkatan sarana air bersih bagi masyarakat.

4. Perbaikan dan peningkatan layanan sarana kesehatan dan umum. 5. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan.

6. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat.

35


(16)

7. Pengadaan permodalan untuk usaha kecil, memperluas lapangan kerja dan manajemen usaha rakyat.

8. Peningkatan kapasitas aparat desa dan BPD.

9. Peningkatan sarana dan prasarana kerja aparat desa dan BPD. 10.Peningkatan dibidang keagamaan.

II.3. Sejarah Perusahaan PT. PP London Sumatra Medan

Sejalan dengan perkembangan sejarah bangsa Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan reformasi hingga masa pembangunan sekarang, perusahaan di Indonesia khususnya di kawasan Sumatera Utara mengalami perkembangan. Perusahaan yang berkembang umumnya adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan yang mengalami kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Sumatera Utara.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Horrison & Crossfield Ltd yang berdiri sejak tahun 1884 di London dan beroperasi di Indonesia pada tahun 1906. Mulanya perusahaan ini bekas hak Concessie (hak konsensi) berdasarkan perjanjian antara Zelfbestuur Deli dengan beberapa perusahaan Rubber Company Ltd, yang disahkan Resident Sumatra Timur dalam rangka Konferensi Undang-Undang pokok Agraria tanggal 1 Maret 1962 No. Ka. 13/7/1. Pada tahun 1962 perusahaan ini memperluas bidang usahanya dengan mengadakan penggabungan diantara perusahaan perkebunan Inggris yang memiliki beberapa kebun di


(17)

Sumatera Utara. Dengan adanya penggabungan ini di bentuklah PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk didirikan dengan akte pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962 di hadapan notaris Raden Kardiman di Jakarta dengan naskah No. 20 tanggal 9 September 1963 yang dibuat di hadapan notaris yang sama. Situasi negara yang saat itu mengalami pergolakan dengan Inggris turut menimbulkan dampak pada perusahaan. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan perusahaan dan menyerahkannya kepada bangsa Indonesia. Pengambil alihan ini segera dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 1964 yang pengurusannya berada dalam penguasaan dan pengawasan suatu badan pemerintah dengan nama Badan Pengawasan Perkebunan Asing Republik Indonesia (BPPARI) dan perkebunan ini diganti namanya menjadi PT. PP Dwikora I & II.

Seiring perjalanannya pada tahun 1967 diadakanlah suatu perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Horrison & Crossfield Ltd dan anak perusahaannya berdasarkan ketetapan Presiden No.6 tahun 1967. Persetujuan perjanjian ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968. maksud dan tujuan dari persetujuan ini adalah :

a) Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik Indonesia kepada Horrison & Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang pernah di kelolanya.


(18)

b) Melakukan kerja sama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan karet dan kelapa sawit dan proyek-proyek pangan yang mungkin dilaksanakan oleh perusahaan.

c) Terwujudnya perjanjian ini juga didasarkan atas pertimbangan.

d) Instruksi Presiden Kabinet No. 28/U/1996 tertanggal 12 Desember 1996 dan semua pengaturan lain yang bertalian dengan pengembalian perusahaan-perusahaan asing di Indonesia.

e) Undang-undang No.1 tahun 1967 mengenai penanaman modal asing dan semua peraturan lain mengenai penanaman modal asing di Indonesia.

Dengan hadirnya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan perusahaan tersebut oleh pemerintah Indonesia dikembalikan kepada pemiliknya semula yaitu Horrison & Crossfield Ltd pada tanggal 1 April 1968 dan terjadi penggantian nama menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk melakukan merger dengan beberapa perusahaan di bawah ini :

a) PT. Nagodang Plantation Company b) PT. Seibulan Plantation Company

c) PT. Perusahaan Perkebunan Bajue Kidoel d) PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi

Keempat perusahaan ini menggabungkan diri dan menamakannya menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Perusahaan ini adalah jenis perusahaan


(19)

Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan surat Ketua Badan Penanaman Modal tanggal 12 November 1991 No.794/III/PMA/1991. Pada tanggal 27 Juli 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama. Jumlah kepemilikan saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk pada saat itu adalah dengan komposisi saham sebesar 47, 23 % Commerzbank (SEA) Ltd. Singapura sebesar 5, 83 % dan sisanya sebesar 46, 94 % dimiliki oleh masyarakat.36

DRP adalah tahapan selanjutnya, singkatan dari Daily Rate Personal yang sudah termasuk kedalam bagian karyawan Lonsum. Selanjutnya adalah MRP atau II.3.1. Kategori Karyawan atau Staf

Dalam Lonsum, dikenal ada beberapa tahapan dalam pengklasifikasian orang yang bekerja didalamnya. Tahap pertama adalah orang yang bekerja jika sedang banyak dibutuhkan tenaga kerja. Orang ini biasa disebut dengan istilah buruh harian lepas, namun Lonsum sendiri menyebutnya PW (Piece Work). Pekerja jenis ini sering ditemukan dikebun dan Pabrik Lonsum yang biasanya masa kerjanya tidak sampai tiga bulan. Sering terjadi juga pekerja yang berawal dari PW kemudian naik pangkat menjadi DRP.

36

Sejarah Perkebunan PT PP London Sumatera dalam Laporan Tahunan PT PP London Sumatera Tahun

2013. Tersedia di


(20)

Monthly Rate Personal yang juga dapat dikategorikan sebagai karyawan Lonsum. Selain karyawan, dalam MRP juga ada yang disebut staf. Yang membedakan MRP dan DRP adalah gaji (salary) yang diberikan pada karyawan. Perusahaan membayar gaji karyawan DRP perhari, sedangkan karyawan/staf MRP dibayar perbulan. Kemudian di dalam DRP tidak dikenal adanya jenjang (grade) sementara dalam MRP ada. Jenjang tersebut diawali dari G1 – G7 (jenjang paling bawah) lalu beranjak naik hingga A5 yang berarti itu adalah jenjang tertinggi untuk kategori staf.

II.3.2. Bidang Bisnis Lonsum

Dimulai pada 1906 dengan sebuah perkebunan kecil tembakau dan kopi dekat Medan. Terus berkembang menjadi salah satu perusahaan agribisnis terkemuka, memiliki lebih kurang 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh dan kakao yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia.

Bidang bisnis Lonsum mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao, teh dan bibit. Lonsum memiliki banyak kebun, pabrik dan juga berfokus pada penelitian dan pengembangan tanaman yang menjadi andalan Lonsum dalam berbisnis.

a. Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit Lonsum tersebar di tiga lokasi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas total perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara adalah 35.623 hektar, dan terdapat 4 pabrik pengolah


(21)

minyak sawit. Perseroan memproduksi minyak ini sawit dan prosuk inti sawit dalam jumlah terbatas di Sumatera Utara. Sedangkan Sumatera Selatan memiliki perkebunan kelapa sawit plasma menghasilkan seluas 31.726 hektar. Jumlah pabrik pengolah minyak sawit di daerah ini ada enam. Kalimantan Timur memiliki 5.100 hektar perkebunan kelapa sawit inti. Sebuah pabrik pengolah sawit baru sedang dibangun di daerah ini siap beroperasi pada bulan Juli 2009. b. Karet

Lonsum memiliki tujuh pabrik yang memproduksi sheet rubber dan crumb rubber untuk penjualan domestic maupun ekspor. Saat ini Lonsm memiliki lahan perkebunan karet seluas 17.394 hektar, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan, yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma. c. Kakao

Lonsum telah mengurangi kawasan tanam kakao hingga lebih dari 40% selama beberapa tahun terakhir dan memiliki kawasan tanam seluas 2.748 hektar. Perkebunan kakao terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

d. Teh

Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569 hektar.


(22)

e. Bibit

Bibit yang diproduksi Lonsum sebagian besar dijual ke pihak luar, dan sisanya digunakan untuk perkebunan sendiri serta ditanam di kebun pembibitan untuk dijual sebagai bibit siap tanam.

II.3.3. Kebun-Kebun Perusahaan

Lonsum memiliki Lonsum memiliki 38 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Perseroan saat ini memiliki 20 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut

adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.37

37


(1)

Sumatera Utara. Dengan adanya penggabungan ini di bentuklah PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk didirikan dengan akte pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962 di hadapan notaris Raden Kardiman di Jakarta dengan naskah No. 20 tanggal 9 September 1963 yang dibuat di hadapan notaris yang sama. Situasi negara yang saat itu mengalami pergolakan dengan Inggris turut menimbulkan dampak pada perusahaan. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan perusahaan dan menyerahkannya kepada bangsa Indonesia. Pengambil alihan ini segera dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 1964 yang pengurusannya berada dalam penguasaan dan pengawasan suatu badan pemerintah dengan nama Badan Pengawasan Perkebunan Asing Republik Indonesia (BPPARI) dan perkebunan ini diganti namanya menjadi PT. PP Dwikora I & II.

Seiring perjalanannya pada tahun 1967 diadakanlah suatu perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia dengan Horrison & Crossfield Ltd dan anak perusahaannya berdasarkan ketetapan Presiden No.6 tahun 1967. Persetujuan perjanjian ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968. maksud dan tujuan dari persetujuan ini adalah :

a) Pengembangan hak milik penguasaan dari pemerintah Republik Indonesia kepada Horrison & Crossfield Ltd terhadap perkebunan yang pernah di kelolanya.


(2)

b) Melakukan kerja sama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan karet dan kelapa sawit dan proyek-proyek pangan yang mungkin dilaksanakan oleh perusahaan.

c) Terwujudnya perjanjian ini juga didasarkan atas pertimbangan.

d) Instruksi Presiden Kabinet No. 28/U/1996 tertanggal 12 Desember 1996 dan semua pengaturan lain yang bertalian dengan pengembalian perusahaan-perusahaan asing di Indonesia.

e) Undang-undang No.1 tahun 1967 mengenai penanaman modal asing dan semua peraturan lain mengenai penanaman modal asing di Indonesia.

Dengan hadirnya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan perusahaan tersebut oleh pemerintah Indonesia dikembalikan kepada pemiliknya semula yaitu Horrison & Crossfield Ltd pada tanggal 1 April 1968 dan terjadi penggantian nama menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk melakukan merger dengan beberapa perusahaan di bawah ini :

a) PT. Nagodang Plantation Company b) PT. Seibulan Plantation Company

c) PT. Perusahaan Perkebunan Bajue Kidoel d) PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi

Keempat perusahaan ini menggabungkan diri dan menamakannya menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Perusahaan ini adalah jenis perusahaan


(3)

Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan surat Ketua Badan Penanaman Modal tanggal 12 November 1991 No.794/III/PMA/1991. Pada tanggal 27 Juli 1994, Harrisons & Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT Pan London Sumatra Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1996. Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd, anak perusahan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama. Jumlah kepemilikan saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk pada saat itu adalah dengan komposisi saham sebesar 47, 23 % Commerzbank (SEA) Ltd. Singapura sebesar 5, 83 % dan sisanya sebesar 46, 94 % dimiliki oleh masyarakat.36

DRP adalah tahapan selanjutnya, singkatan dari Daily Rate Personal yang sudah termasuk kedalam bagian karyawan Lonsum. Selanjutnya adalah MRP atau II.3.1. Kategori Karyawan atau Staf

Dalam Lonsum, dikenal ada beberapa tahapan dalam pengklasifikasian orang yang bekerja didalamnya. Tahap pertama adalah orang yang bekerja jika sedang banyak dibutuhkan tenaga kerja. Orang ini biasa disebut dengan istilah buruh harian lepas, namun Lonsum sendiri menyebutnya PW (Piece Work). Pekerja jenis ini sering ditemukan dikebun dan Pabrik Lonsum yang biasanya masa kerjanya tidak sampai tiga bulan. Sering terjadi juga pekerja yang berawal dari PW kemudian naik pangkat menjadi DRP.

36

Sejarah Perkebunan PT PP London Sumatera dalam Laporan Tahunan PT PP London Sumatera Tahun

2013. Tersedia di


(4)

Monthly Rate Personal yang juga dapat dikategorikan sebagai karyawan Lonsum. Selain karyawan, dalam MRP juga ada yang disebut staf. Yang membedakan MRP dan DRP adalah gaji (salary) yang diberikan pada karyawan. Perusahaan membayar gaji karyawan DRP perhari, sedangkan karyawan/staf MRP dibayar perbulan. Kemudian di dalam DRP tidak dikenal adanya jenjang (grade) sementara dalam MRP ada. Jenjang tersebut diawali dari G1 – G7 (jenjang paling bawah) lalu beranjak naik hingga A5 yang berarti itu adalah jenjang tertinggi untuk kategori staf.

II.3.2. Bidang Bisnis Lonsum

Dimulai pada 1906 dengan sebuah perkebunan kecil tembakau dan kopi dekat Medan. Terus berkembang menjadi salah satu perusahaan agribisnis terkemuka, memiliki lebih kurang 100.000 hektar perkebunan kelapa sawit, karet, teh dan kakao yang tertanam di empat pulau terbesar di Indonesia.

Bidang bisnis Lonsum mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao, teh dan bibit. Lonsum memiliki banyak kebun, pabrik dan juga berfokus pada penelitian dan pengembangan tanaman yang menjadi andalan Lonsum dalam berbisnis.

a. Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit Lonsum tersebar di tiga lokasi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Luas total perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara adalah 35.623 hektar, dan terdapat 4 pabrik pengolah


(5)

minyak sawit. Perseroan memproduksi minyak ini sawit dan prosuk inti sawit dalam jumlah terbatas di Sumatera Utara. Sedangkan Sumatera Selatan memiliki perkebunan kelapa sawit plasma menghasilkan seluas 31.726 hektar. Jumlah pabrik pengolah minyak sawit di daerah ini ada enam. Kalimantan Timur memiliki 5.100 hektar perkebunan kelapa sawit inti. Sebuah pabrik pengolah sawit baru sedang dibangun di daerah ini siap beroperasi pada bulan Juli 2009. b. Karet

Lonsum memiliki tujuh pabrik yang memproduksi sheet rubber dan crumb rubber untuk penjualan domestic maupun ekspor. Saat ini Lonsm memiliki lahan perkebunan karet seluas 17.394 hektar, yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan, yang terdiri dari perkebunan inti dan plasma. c. Kakao

Lonsum telah mengurangi kawasan tanam kakao hingga lebih dari 40% selama beberapa tahun terakhir dan memiliki kawasan tanam seluas 2.748 hektar. Perkebunan kakao terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.

d. Teh

Teh dihasilkan di perkebunan Kertasarie, Jawa Barat, yang luasnya sekitar 569 hektar.


(6)

e. Bibit

Bibit yang diproduksi Lonsum sebagian besar dijual ke pihak luar, dan sisanya digunakan untuk perkebunan sendiri serta ditanam di kebun pembibitan untuk dijual sebagai bibit siap tanam.

II.3.3. Kebun-Kebun Perusahaan

Lonsum memiliki Lonsum memiliki 38 perkebunan inti dan 14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Perseroan saat ini memiliki 20 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan.37

37