PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Di Sumatera Utara (1964-1990)

(1)

P.T. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK

DI SUMATERA UTARA (1964-1990)

Skripsi Sarjana

Dikerjakan O L E H

Nama : ANTONI SITORUS Nim : 020706030

Pembimbing

DRS. EDI SUMARNO, M.HUM. NIP 131 837 562

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA TBK. DI SUMATERA UTARA (1964-1990)

Yang diajukan oleh :

Nama : ANTONI SITORUS NIM : 020706030

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian Skripsi oleh:

Pembimbing Tanggal……….

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP 131 837 562

Ketua Departemen Ilmu Sejarah Tanggal……….

Dra. Fitriaty Harahap, S.U. NIP 131 284 309

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DI SUMATERA UTARA (1964-1990)

Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh

Nama : ANTONI SITORUS

Nim : 020706030

Pembimbing

Drs Edi Sumarno, M.Hum. NIP 131 837 562

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan, untuk melangkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur yang teramat besar pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Proses penulisan skripsi ini dilaksanakan penuh dengan kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan tersebut penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Mereka yang telah memberikan dukungan berupa material maupun spritual adalah:

1. Ayahnda Albert Sitorus dan Ibunda Ria Manurung yang telah melahirkan, membesarkan, menyekolahkan, dan memberikan dukungan selama masa pendidikan maupun pada masa penulisan skripsi ini. Jasa kalian yang tak terhingga tidaklah mungkin dapat ananda balas.

2. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menjalani ujian meja hijau demi mendapatkan gelar kesarjanaan.

3. Ketua Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, SU, dan Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Nurhabsyah, MSi, yang juga telah memberikan kesempatan unuk menjalani ujian meja hijau demi mendapatkan gelar kesarjanaan.

4. Dosen Pembimbingku, Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum atas segala masukan dan bimbingan yang telah diberikan. Tanpa kontribusi dari bapak sulit kiranya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

5. Dosen Waliku, Ibu Dra. Peninna Simanjuntak, M.S yang telah bersedia membimbingku selama mengikuti kuliah di Departemen Ilmu Sejarah.

6. Para Staf Pengajar di Departemen Ilmu Sejarah, yang telah memberi ilmu dan pengetahuannya, semoga apa yang sudah didapat berguna dalam kehidupan.

7. Bang Ampera yang begitu banyak memberikan bantuan dan masukan-masukan yang sangat berguna. Bantuan dan jasa yang diberikan tidak akan pernah terlupakan.

8. Seluruh keluargaku, terutama adek-adekku yang paling kusayangi, Andi, Anita, Andra, Afran, dan Alan Sitorus. Semoga kita semua menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, masyarakat, bangsa, dan agama.

9. Seseorang yang selalu mendampinginku dalam keadaan susah dan senang, Cherry Febia Chitra. Terima kasih untuk semua waktu yang telah kamu berikan untukku. I love U forever.

10.Teman-teman angkatan 2002 yang telah banyak membantu dalam masa kuliahku, Tomy, Novri, Biring, Luga, Opit, Edwin, Ocha, Bohal, Dedi, dan teman-teman yang lain. Jasa kalian tak kan kulupakan selamanya.

Medan, Juni 2008

Antoni Sitorus


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ii

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ………. vi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 4

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ……… 4

1.4 Tinjauan Pustaka ……….. 5

1.5 Metode Penelitian ……… 7

BAB II P.T PP LONDON SUMATRA SEBELUM TAHUN 1964 ……… 9

2.1 Harrison Dan CroSsfield Sebagai Pendiri P.T. London Sumatra ……… 9

2.2 Areal Perkebunan ………. 11

2.3 Tanaman Produksi ……… 15

2.4 Sistem Menejemen ………... 17

2.5 Aktivitas Sosial ………. 19

BAB III P.T PP LONDON SUMATRA DI SUMATERA UTARA TAHUN 1964-1990 ………. 21

3.1 Perluasan Areal Perkebunan ……….. 21

3.2 Peralihan Tanaman Produksi ………. 27

3.3 Peningkatan Produksi Dan Pengelolaan Hasil Perkebunan ……… 35

3.4 Sistem Menejemen P.T. London Sumatra ………. 39

3.4.1 Misi, Visi Dan Tujuan Perusahaan ……….. 39


(7)

BAB IV KONTRIBUSI P.T LONDON SUMATRA KEPADA

MASYARAKAT DI SEKITARNYA ……….. 45

4.1 Proses Penyerapan Tenaga Kerja Pada

P.T. London Sumatra ……… 46

A. Proses Penyerapan Tenaga Kerja Karyawan Lapangan ….. 46 B. Proses Penyerapan Tenaga Kerja Karyawan

Perkantoran ……… 49

4.2 Pajak P.T. London Sumatra Indonesia Tbk ……….... 53 4.3 Aktivitas Sosial P.T. London Sumatra Indonesia Tbk …… 55

BAB V KESIMPULAN ……….. 60

DAFTAR PUSTAKA ……… 63


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar ini merupakan kelanjutan dari

onderneming-onderneming yang ada masa kolonial. Onderneming-onderneming-onderneming ini sebagian

besar dimiliki oleh pengusaha Belanda, dan sebagian lainnya milik pengusaha Barat lain seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Belgia. Perkebunan milik

onderneming-onderneming milik pengusaha Belanda kemudian dinasionalisasi.

Sementara itu milik bukan pengusaha Belanda meski tidak dinasionalisasi tetapi banyak yang berganti nama. Onderneming milik Belanda kemudian diambil pemerintah sebagai perkebunan negara, sedangkan milik non pengusaha Belanda menjadi perkebunan swasta. Salah satu perkebunan swasta di Sumatera Utara adalah perusahaan P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk., yang sering disingkat dengan P.T. London Sumatra, atau P.T. Lonsum. Perusahaan perkebunan swasta ini sebelumnya bernama Harrison & Crossfield Ltd1, yang didirikan pengusaha Inggris di tahun 1906 yang membudidayakan kakao, kopi dan teh sebagai tanaman produksi, di wilayah Deli Serdang, Langkat dan Asahan.

Pada tahun 1964, Harrison & Crossfield Ltd berganti nama menjadi P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. yang berpusat di Medan. Sejak saat itu

1

Haluddin Panjaitan, Obtimalisasi Biaya Produksi Miyak Sawit di Pabrik Minyak Nabati P.T London Sumatera Indonesia, Medan: USU. 1991. Hlm.11


(9)

perkembangan areal perkebunan bertambah luas dan mencapai areal baru di Sumatera Selatan dan wilayah Jawa. Beberapa tahun berikutnya P.T. London Sumatera melebarkan wilayah perkebunannya ke Indonesia bagian Timur yaitu Sulawesi dan Kalimantan2.

Di samping berkembangnya luas areal, dan diikuti dengan pertambahan tenaga kerja yang diserap, sejak tahun 1974, khususnya di era 1970-an, P.T London Sumatera tidak lagi mengandalkan tanaman kopi, kakao dan teh, tetapi budidaya tanaman karet. Tanaman ini sebagai tanaman pokok hanya berlangsung beberapa saat saja untuk kemudian beralih ke tanaman kelapa sawit3. Perubahan tanaman utama ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah pangsa pasar hasil perkebunan, di mana tanaman kelapa sawit lebih memberikan peluang apabila dibandingkan dengan tanaman yang lainnya.

Sejak tahun 1980-an P.T. London Sumatra menggeser tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit hingga sampai saat ini. Dari hasil tanaman produksi kelapa sawit, maka P.T. Lonsum menjadi perusahaan perkebunan yang bertaraf internasional4.

Perkembangan P.T. London Sumatera sejak tahun 1964 hingga tahun 1980-an tentu memberikan kontribusi, tidak saja kepada perusahaan sendiri tetapi juga kepada sektor perekonomian di Indonesia umumnya dan Sumatera Utara pada khususnya. Perkembangan ini meliputi beberapa aspek seperti ekosistem

2

Ibid. 12

3

Bakti Tarigan, Penggunaan Metode Produksi Back Ward Memetakan Persamaan Penduga Jumlah Produksi Karet di P.T. London Sumatera, Medan: Lembaga Penelitian USU, 1994. Hal 2

4


(10)

lingkungan, perekrutan tenaga kerja dan kontribusi dalam bentuk pajak perkebunan. Di samping itu P.T Lonsum yang banyak memberikan kontribusi besar di bidang sosial, olah raga, agama dan pendidikan, serta bidang kemasyarakatan lainnya.

Penelitian ini akan membahas perkembangan P.T. London Sumatera, khususnya di Sumatera Utara serta kontribusinya di Sumatera Utara selama periode 1964 sampai 1990. Wilayah penelitian melingkupi wilayah areal perkebunan P.T London Sumatra yang ada di propinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan P.T. London Sumatra memiliki areal yang cukup luas yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Oleh sebab itu penulis lebih memfokuskan pada P.T. London Sumatra yang ada di Sumatera Utara. Lagi pula perusahaan ini berpusat di Medan dan secara historis awal perkembangannya juga berasal dari wilayah ini.

Periode 1964 – 1990 didasarkan pada beberapa alasan. Tahun 1964 sebagai awal periode penelitian didasarkan karena di tahun itulah P.T. London Sumatra berubah nama dari Harrison & Crosfield menjadi PT. London Sumatra. Tahun 1990 sebagai akhir periode penentuan didasarkan pada kenyataan sekitar tahun inilah P.T. London Sumatra mengalami perkembangan yang luar biasa, terutama sesudah beralihnya tanaman dari karet menjadi kelapa sawit yang menempatkannya menjadi perusahaan yang berlevel internasional. Walaupun demikian penelitian ini juga akan mendeskripsikan sejarah P.T. Lonsum sebelum tahun 1964. Tujuannya adalah agar diperoleh gambaran tentang P.T. Lonsum


(11)

sebelum tahun 1964 sehingga dapat menjadi perbandingan dengan perkembangannya di tahun 1964-1990.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan P.T. Lonsum di Sumatera utara sebelum tahun 1964

2. Bagaimana Perkembangan P.T. Lonsum Periode 1964-1990

3. Apa kontribusi P.T. Lonsum di Sumatera utara terhadap pembangunan dan masyarakat sekitar di Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menguraikan perkembangan P.T. Lonsum sebelum tahun 1964. 2. Mengetahui perkembangan P.T. Lonsum di Sumatera utara periode

1964-1990

3. Mengetahui kontribusi P.T. Lonsum di Sumatera Utara terhadap perekonomian di Sumatera utara

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk

1. Menambah referensi tentang sejarah perkebunan swasta, khususnya di Sumatera Utara.


(12)

2. Menjadi masukan bagi P.T. Lonsum sehingga dapat lebih mengembangkan perusahaannya di masa yang akan datang.

3. Menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap subsektor perkebunan swasta, khususnya di Sumatera Utara.

1.4 Tinjauan Pustaka

Kajian tentang Sejarah Perkebunan, tidak terlepas dari segi-segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Untuk itulah seorang penulis yang meneliti Sejarah Perkebunan harus dilengkapi dengan pendekatan berbagai segi yaitu teori ilmu sosial seperti Sosiologi, Antropologi, Politik dan Ekonomi sebagai upaya mengupas peristiwa sejarah lebih dalam lagi.5

Biro Pusat Statistik dalam laporannya yang berjudul Statistik

Perkebunan Besar 1986, menguraikan hasil analisa terhadap

perkebunan-perkebunan besar tahun 1986, menjelaskan bagaimana gambaran keadaan perkebunan-perkebunan besar di Indonesia pada tahun 1986. Hasil analisa ini menjelaskan bahwa perkebunan-perkebunan sangat besar kontribusinya terhadap pendapatan nasional dan kepada masyarakat di sekitarnya. Salah satu peran berdirinya sebuah perusahaan perkebunan adalah menyerap banyak tenaga banyak kerja, sebab perkebunan pada dasarnya menggunakan buruh atau tenaga kerja sebagai tenaga pokok. Dikarenakan usaha perkebunan kurang membutuhkan

5

Sartono Kartodirdjo, Beberapa Kecenderungan Dari Study Sejarah di Indonesia Dalm Sejarah Indonesia Dalam Monograf, Yoyakarta: Jurusan Sejarah Dan Geografi Sosial IKIP Sanata Dharma. 1980. Hlm.9


(13)

pekerjaan mesin, maka secara otomatis ketika perkebunan dibuka akan menyerap tenaga kerja yang besar.6

Penjelasan berikutnya diuraikan tentang arti penting sistem perkebunan terhadap kehidupan sekitar. Perkebunan pada dasarnya adalah penanaman tanaman-tanaman keras, yang umur tanamannya tergolong panjang, bukan seperti tanam non perkebunan lainnya. Penanaman tanaman produksi berarti melakukan penghijauan kembali, walaupun hal ini tidak sebagai tujuan langsung. Tanaman perkebunan akan mempengaruhi ekosistem lingkungan, sebab tanaman perkebunan pada dasarnya sama dengan proses biologis tanaman yang lain.7 Perkebunan sedikit banyaknya turut menjaga kelestarian alam, penjagaan antara kadar air dalam tanah, pertukaran udara dan ekosistem yang lainnya.

Departemen penerangan dalam buku yang diterbitkannya dengan judul,

Peranan Komoditi Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara, menjelaskan,

bagaimana kedaan Indonesia sebagai wilayah yang subur sangat orientik dijadikan sebagai wilayah perkebuanan. Tanah yang subur, dan keadaan alam tetap stabil tanpa musim-musim tertentu yang durasi waktunya sangat lama8.

Kondisi alam ini akan menjadi faktor utama yang mendukung alam Indonesia sangat sesuai dijadikan sebagai budidaya tanaman Perkebunan. Pertumbuhan tanaman tetap terjamin sebab lingkungan sangat mendukung. Untuk itulah, pemerintah memberikan peluang yang besar terhadap pembukaan lahan perkebunan dengan proses yang tidak menyulitkan.

6

Biro Pusat Statistik, Statistik Perkebuanan Besar 1986, Jakarta: BPS. 1986. Hal 3

7

Ibid

8

Departemen Penerangan RI, Peranan Komodity Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara 1979-1980, Jakarta 1982. Hlm.2


(14)

Buku ini menjelaskan, hasil-hasil dari produksi tanaman perkebunan yang pada dasarnya tingkat pemasarannya berlevel internasional. Proses ini berdampak pada meningkatnya taraf perekonomian Indonesia di pasaran internasional, seperti yang terjadi sejak tahun 1968 di Indonesia telah mampu mengekspor produksi perkebunan keluar negeri seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak kelapa sawit, kina, tebu dan komoditi tanaman perkebunan lainnya.

Pada babakan selanjutnya, buku ini menjelaskan bahwa pulau Sumatera menduduki peringkat pertama dalam penyediaan lahan perkebunan baik perkebunan swasta maupun perkebunan yang dikelola oleh pemerintah (PTPN). Sumatera Utara menduduki peringkat pertama dalam hal ini.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat desikriptif naratif, dimana penulis pertama-tama akan menguraikan latar-belakang sejarah perkebunan di Sumatera Utara, terbentuknya perkebunan P.T London Sumatera hingga perusahaan ini menjadi perusahaan yang berlevel internasional.

Metode yamg digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristik atau pengumpulan sumber penelitian, verifikasi, interpretasi dan historiografi9.

Heuristik atau pengumpulan sumber penelitian dilakukan untuk mendapatkan data, baik yang bersifat lisan maupun tulisan. Meskipun demikian dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan sumber-sumber tertulis.


(15)

Sumber-sumber tulisan mencakup buku, artikel, majalah, terbitan berkala serta arsip-arsip P.T. London Sumatra. Sumber-sumber ini terutama diperoleh di perpustakaan P.T. London Sumatera di jalan Perintis Kemerdekaan Medan, BKSPPS jalan Palang Merah Medan dan Perpustakaan PUSLIT kelapa sawit jalan Brigjend Katamso Medan. Sumber-sumber yang diperoleh kemudian diverifikasi dengan kritik sumber yang meliputi kritik intern dan ekstern.

Kritik intern ditujukan untuk memperoleh dokumen yang kredibel dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis. Di sisi lain kritik ekstern ditujukan untuk memperoleh data yang otentik, dengan cara menyesuaikan dengan jiwa jaman.

Langkah yang selanjutnya adalah interpretasi yang bertujuan untuk menganalisis dan menafsirkan data dengan menggunakan metode komparatif (perbandingan) dari sejumlah data yang ada dan penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang perkebunan P.T. London Sumatra. Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan penulisan atau historiografi.

Historiografi yaitu menyusun fakta menjadi hasil penelitian yang bentuknya adalah karya tulis sejarah yang deskriptif analisis. Dari fakta fakta tentang perkebunan P.T London Sumatra di masa lampau yang sudah diuji dengan metode sejarah, akan ditulis berdasarkan kronologi waktu.

9


(16)

BAB II

P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK.

SEBELUM TAHUN 1964

P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. sebelum dinasionalisasi bernama Harrison & Crossfield Ltd. Perusahaan ini berpusat di London, Inggris, dan awalnya bergerak dalam usaha bahan-bahan kimia. Di Indonesia, tepatnya di Sumatera Utara perusahaan ini mengembangkan usaha perkebunan. Dari sini perusahaan ini kemudian mengembangkan diri ke propinsi lain di Indonesia.

2.1 Harrison & Crossfield Sebagai Pendiri P.T London Sumatra

Harrison dan Crossfield merupakan dua orang pengusaha yang memulai karirnya sebagai pengusaha di London, ibukota negara Inggris. Kerjasama yang erat dari keduanya membuat usaha-usaha yang mereka bangun mengalami kesuksesan. Di samping kerjasama yang terlihat sangat erat, kemajuan usahanya juga didorong dengan kejelian melihat peluang di berbagai negara. Di Indonesia sendiri mereka membuka usaha perkebunan10.

Harrison dan Crossfield, pertama kali bergabung pada tahun 1884 di London. Perusahaan-perusahaan yang mereka dirikan pada awalnya belun bertaraf internasional. Usaha yang dilakukan pertama kali oleh kedua pengusaha ini adalah dalam bidang perdagangan, yaitu memperdagangkan bahan-bahan

Hlm. 27

10

Arship Lonsum Bagian Depatemen Sosial Yang Berjudul Masalampau P.T. London Sumatera.


(17)

kimia sebagai hasil produksi dari perusahaan baru mereka.11 Minimnya jumlah perusahaan yang memproduksi bahan-bahan kimia pada era 1880-an, baik di Inggris sendiri maupun di berbagai negara menjadikan produksi perusahaan yang di pimpin oleh Harrison dan Crossfield bayak diperdagangkan ke banyak Negara.

Dengan besarnya hasil yang diperoleh Harrison dan Crossfield, dari penjual hasil produksi bahan kimia selama puluhan tahun, perusahaan ini mendapat untung yang besar, sehingga Harrison dan Crossfield mulai mengembangkan perusahaannya ke dalam bentuk produksi yang lain.

Perusahaan-perusahaan baru yang direncanakan oleh perusahaan Harrison dan Crossfield didirikan di luar Inggris, dengan jenis hasil produksi yang berbeda-beda. Sebagai tahap awal pendirian, pihak perusahaan melakukan kunjungan ke berbagai negara guna melihat peluang usaha. Perjalanan ini pada dasarnya ditujukan ke negara yang sudah dimasuki ataupun dijajah oleh negara-negara barat12. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa negara-negara tersebut memiliki potensi alam untuk dikelola. Di awal tahun 1900-an perusahaan-perusahaan yang direncanakan pun mulai dibuka, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan bahan kimia, perkebunan, Pauls (yang terdiri dari bermacam-macam dagang) dan perdagangan umum internasional, yang prosesnya dilakukan secara bersamaan di masing-masing negara yang sudah ditentukan oleh pemilik perusahaan.

Bentuk-bentuk usaha yang dibangun di luar negara Inggris disesuaikan dengan orientasi daerahnya, di Hindia Belanda sendiri usaha yang dibangun

11


(18)

adalah perusahaan perkebunan. Berdirinya perusahaan-perusahaan yang mengatasnamakan Harrison dan Crossfield, menjadikan taraf perusahaan menjadi perusahaan yang besar dan multi internasional dengan nama baru Harrison & Crossfield Ltd, yang berpusat di London, Inggris.

2.2 Areal Perkebunan

Sistem perkebunan pada dasarnya sudah lama dikenal di Indonesia yang didahului oleh perkebunan swasta. Pada tahun 1857, di Indonesia sendiri yang masih berada di tangan pemeintah Belanda, perkebunan swasta di Indonesia sudah memiliki peraturan keagrariaan. Peraturan tersebut mengatur tentang penggunaan lahan perkebunan dan tanaman produksi13.

Indonesia adalah salah satu negara yang memberikan kesempatan besar kepada pengusaha untuk membuka lahan perkebunan. Tahun 1938, dalam hal ini Indonesia belum merdeka, jumlah perusahaan perkebunan swasta sudah mencapai jumlah 243 perkebunan besar, yang sebagian di antaranya terdapat di pulau Sumatera. Perusahaan tersebut pada dasarnya adalah milik pengusaha Inggris, Belanda, Cina dan negara Eropa lainnya.14

Dalam mendapatkan tanah, cara yang dilakukan oleh para pengusaha-pengusaha asing di Indonesia ada dua cara. Hal ini didasarkan pada kedudukan negara-negara tersebut di Indonesia, misalnya pengusaha Belanda yang negaranya adalah sebagai penjajah proses perolehan tanah didapatkan dengan

12

Arship Lonsum yang berjudul Iktisar keuangan tahunan P.T PP. London Sumatra, Halaman 1.

13

Syamsul Bahri, Bercocok Tanaman Tanaman Perkebunan Tahunan, Malang: Gajah Mada University Press. 1996, Hlm.2


(19)

melanggengkan kekuasaan, sedangkan pengusaha-pengusaha lainnya memperoleh tanah dengan melakukan perjanjian kontrak ataupun melalui kesepakatan kepada pemilik tanah.

Kesempatan berusaha yang didapatkan para pengusaha-pengusaha asing di Indonesia pada dasarnya dilakukan kepada penguasa setempat Di Sumatera Timur, pengusaha asing melakukan pendekatan terhadap Sultan. Hal ini dilakukan adalah sebagai bukti bahwa pengusaha adalah sekaligus pemilik tanah yang mempunyai hak khusus melakukan perjanjian dengan orang asing ataupun kepada para pengusaha Asing di Sumatera Timur.

Tanah yang sering dijadikan sebagai lahan kontrak oleh para penguasa pada umumnya adalah tanah yang penduduknya sangat jarang ataupun wilayah yang ditempati oleh kelompok suku pendatang, yaitu masyarakat yang datang dari Jawa dan masyarakat Asia lainnya. Tanah yang ditempati oleh masyarakat pendatang ataupun masyarakat Asia lainnya pada dasarnya terpisah dari status tanah yang mereka tempati15.

Sultan mempunyai hak penuh dalam mengelola tanah tersebut, sedangkan masyarakat yang menempati tanah Sultan tunduk pada peraturan yang dikeluarkan oleh Sultan. Ketika perusahaan atau perkebunan dibuka di atas areal yang ditempati masyarakat, maka masyakat yang sudah tinggal lama di wilayah tersebut pada umumnya akan menetap di areal itu dan bekerja sebagai buruh dalam perkebunan ataupun perusahaan yang didirikan di sekitarnya.

14

Ibid., Hlm. 3

15


(20)

Proses kontrak tanah oleh Sultan kepada para pengusaha, dilakukan dengan dasar hukum yang jelas. Tujuan pembentukan peraturan agraria ini adalah memperjelas status tanah yang dijadikan sebagai lahan perkebunan oleh para pengusaha.

Permasalahan pertanahan yang akan dikontrak dan dijadikan sebagai lahan perkebunan pada dasarnya diatur dalam peraturan-peraturan agraria yang sudah dibentuk oleh sultan bersama dengan orang Eropa lainnya di Sumatera Timur16.

Harrison dan Crossfield, mendapatkan lahan yang akan dijadikan sebagai areal perkebunan juga diperoleh berdasarkan kesepakatan dengan sultan (

Zelfbestuur ), dengan perjanjian para pengusaha akan memperoleh hak guna usaha

dalam jangka waktu yang disepakati dengan kata lain adalah kesepakatan

Concessie17.

Tanah yang disepakati sebagai wilayah perkebunan adalah wilayah yang tergabung dengan wilayah Sumatera Timur. Harrison dan Crossfield, pertama kali mendapatkan lahan perkebunan di daerah Deli Serdang dengan lama kontrak selama 60 tahun18. Lahan yang didapatkan oleh Harrison dan Crossfield adalah lahan yang masih baru, belum pernah dijadikan sebagai lahan perkebunan oleh masyarakat ataupun kesultanan. Lahan yang diperoleh Harrison dan Crossfield segera ditanami dengan tanaman perkebunan, yakni kakao, teh, kopi, dan terutama karet. Hal ini dilakukan sebagai penyamaan dengan perkebunan-perkebunan lainnya di Sumatera Timur, yang menjadikan karet sebagai tanaman utama perkebunan.

16


(21)

Sesudah kemerdekaan, atau sebelum tahun 1964, lahan-lahan yang dimiliki oleh Harrison dan Crossfield beberapa kali mendapat ancaman penarikan kembali dari pihak pemerintah Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan waktu perolehan tanah yang perkebunan masih didasarkan pada perjanjian kontrak kepada para Sultan di Sumatera Timur, atau dalam hal ini bukan pemerintah Indonesia.

Salah satu babakan yang paling berat dihadapi oleh Harrison dan Crossfield, adalah masa nasionalisasi milik pengusaha Asing di Indonesia tahun 1960, yang difokuskan kepeda perusahaan-perusahaan milik pengusaha dan pemerintah Belanda. Proses pemilikan yang dinilai tidak sesuai dengan proses yang sebenarnya terhadap aset-aset negara oleh Belanda diharuskan ditarik kembali dan dikelola oleh negara Republik Indonesia.

Proses hukum yang jelas terhadap tanah-tanah yang dikontrak oleh Harrison dan Crossfield melepaskan lahan–lahan yang mereka miliki dari penarikan nasionalisasi. Di sisi lain ternyata perusahaan Harrison & Crossfield LTD, memberikan keuntungan kepada pemerintah dan kehidupan sosial yang ada di Sumatera Utara (sesudah Merdeka). Perusahaan Harrison & Crossfield LTD. yang berpusat di London tetap berjalan seperti biasanya. Lahan-lahan perkebunan yang dimiliki oleh Harrison & Crossfield LTD, tetap beroperasi meski hanya mengalami perubahan hukum kontrak.

Hukum kontrak yang baru terhadap lahan-lahan yang dimiliki oleh Harrison & Crossfield LTD didasarkan pada hukum pemerintah Indonesia, bukan

17


(22)

hukum kesultanan. Dasar kontrak terhadap lahan perkebunan Harrison & Crossfield LTD adalah Undang-undang Pokok Agraria (UU No. 5 Thun 1960) yang isinya adalah hak perusahaan dalam mengelola lahan-lahan yang sudah dikontrak sebelumnya, yakni sebelum Indonesia merdeka19.

Lahan perkebunan milik Harrison dan Crossfield sampai akhir tahun 1960-an terdapat pada kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara, seperti kabupaten Asahan, Deli Serdang dan Labuhan Batu, meliputi beberapa kompleks perkebunan seperti, Dolok, Gunung Melayu, Begerpang dan perkebunan lainnya. Luas perkebunan sebelum tahun 1960-an telah mencapai ±14.000 hektar.20

2.3 Tanaman Produksi

Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd adalah perusahaan yang pusat pemasarannya berada di Inggris. Atas dasar pemasaran, maka tanaman produksi yang ditanam di lahan Harrison & Crossfield Ltd adalah tanaman yang produksinya disesuaikan dengan pangsa pasar Internasional21. Di sisi lain penentuan tanaman produksi menurut manejemen Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia. Tanaman yang akan ditanam sebagai tanaman produksi adalah tanaman yang tumbuh di Indonesia khususnya di Sumatera Utara.

18

Arsip P.T. PP London Sumatra, Areal Perkebunan Lonsum, Hlm. 3

19

Arship P.T. PP London Sumatra, yang berjudul Dasar Hukum Penggunaan Lahan PT. PP London Sumatera. Hlm vi.

20

Arsip P.T London Sumatra, yang berjudul Lokasi Perkebunan PT. London Sumatra. Hlm 1

21

Arsip P.T. PP London Sumatra yang berjudul Pemasaran Hasil Produksi Perkebunan. Hlm 1


(23)

Tahun 1906, sebagai periode pertama penanaman, perusahaan Harrison & Crossfield Ltd menanam tanaman karet, kakao, teh dan kopi sebagai tanaman produksi. Tanaman tersebut disamakan dengan tanaman perkebunan milik Belanda. Tanaman produksi pokok adalah tanaman karet. Karet ditanam dengan jumlah lebih besar daripada tanaman-tanaman lainnya. Hasil tanaman karet yang saat itu sangat dibutuhkan pasar internasional mengakibatkan banyak perusahaan perkebunan menjadikan tanaman tersebut sebagai tanaman produksi pokok, sedangkan tanaman yang lainya adalah sebagai tanaman produksi pendukung. Tanaman produksi pendukung ini, ditanam di lahan yang masih baru digunakan sebagai lahan perkebunan.

Perusahaan ban mobil pertama di Inggris bernama Dunlop, mengajak peran pengusaha perkebunan milik pengusaha Inggris yang ada di luar negara tersebut untuk menjadikan tanaman karet sebagai tanaman produksi sebagai upaya mendukung pabrik tersebut. Permintaan perusahaan Dunlop diterima yang dibuktikan dengan penanaman karet pada perusahaan-perusahaan Inggris. Perusahan-perusahaan tersebut tergabung dalam satu organisasi yang dinamakan dengan Rubber Company.

Harrison & Crossfield Ltd menempatkan tanaman karet pada daerah perkebunannya yang ada di Begerpang, Rambong Sialang di Deli Serdang dan Pulo Rambong di Langkat. Sebagian besar wilayahnya ditanami dengan tanaman karet. Penempatan tanaman ini didasarkan pada iklim Deli Serdang dan Langkat yang tergolong sebagai iklim tropis, yaitu wilayah hujan tropis disertai dengan dengan suhu panas dan kelembaban tinggi.


(24)

Hasil yang dicapai semasa tanaman karet sebagai tanaman produksi cukup tinggi. Hal ini tidak terlepas dari tingkat kesuburan tanah yang masih tinggi. Tanaman karet yang baru tanam tersebut tumbuh subur di atas dataran Deli Serdang dan Langkat.

Di samping karet, Harrison & Crossfield Ltd juga menanam tanaman perkebunan untuk minuman dan makanan, seperti kopi, teh, dan terutama coklat atau kakao. Hal ini disebabkan bangsa Eropa sangat menyenangi makanan dan minuman coklat. Beberapa negara di Eropa berusaha mengembangkan tanaman tersebut sebab jumlah masyarakat yang meminatinya sangat besar. Harrison & Crossfield Ltd juga terpengaruh dengan tradisi Eropa tersebut, dan menjadikan kakao sebagai salah satu tanaman produksi perkebunan. Tanaman ini ditempatkan di daerah Rambong Sialang, sebab daerah tersebut sangat sesuai dengan iklim tanaman kakao, yaitu tanaman yang membutuhkan curah hujan yang tinggi dan sinar matahari22. Tanaman kakao tetap menjadi salah satu tanaman yang dibudidayakan oleh Harrison & Crossfield Ltd, sebab permintaan pasar terhadap produksi kakao tetap tinggi di pasaran Eropa.

Tanaman perkebunan karet dan kakao menjadi tanaman produksi paling besar semasa P.T London Sumatra masih dimiliki oleh perusahaan perkebunan Harrison & Crossfield Ltd, sedangkan tanaman lainnya adalah tanaman pelengkap.

2.4 Sistem Manajemen

22


(25)

Harrison & Crossfield Ltd adalah perusahaan Asing yang beroperasi di Indonesia, yaitu milik pengusaha dari Inggris. Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd yang ada di Indonesia merupakan cabang perusahaan yang ada di Inggris, Korea, Singapura, Cina dan negara-negara Eropa lainnya, sedangkan pusat perusahaan tersebut berada di London, Inggris23.

Proses pengelolaan Harrison & Crossfield Ltd langsung dimanajemen dari London, Inggris. Hal ini dilakukan sebab manajemen perusahaan milik Harrison & Crossfield Ltd dikelola secara bersamaan dengan manajemen yang sama.

Pemilik modal, Harrison & Crossfield Ltd adalah pengusaha berkebangsaan Inggris, yaitu Harrison dan Crossfield yang berkedudukan di Inggris sebagai kantor pusat. Harrison & Crossfield pada awalnya masih tergolong sebagai perusahaan yang sederhana, dan tentunya masih bisa dikelola secara keseluruhan dari kantor pusat. Sebelum tahun 1964 perkembangan perusahaan Harrison & Crossfield Ltd tergolong lambat. Faktor yang mempengaruhi perkembangan ini adalah manajeman yang kurang baik dan situasi ekonomi dan politik Indonesia maupun internasional yang memberikan kesulitan terhadap perusahaan.

Dewan Komisaris dan Presiden Direktur sebagai kedudukan tertinggi, berkedudukan di Inggris. Kedudukan tertinggi, yang posisinya ada di Indonesia adalah Presiden Operasi yang bertugas untuk pengorganisasian di lapangan. Jadi kedudukan tertinggi pada P.T. London Sumatra berkedudukan di Inggris.

23

Arsip P.T. PP. London Sumatra yang berjudul Penjelasan Kinerja PT PP London Sumatera TBK, Hlm i


(26)

Manajemen ini segera berubah sesudah tahun 1949, setelah perusahaan mendapat status hukum yang jelas dari pemerintah, tepatnya pemerintah daerah Sumatera Utara. Setelah merdeka, P.T. London Sumatra semakin berorientasi dengan tujuan nasional dan memajukan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Faktor lain yang menyebabkan perubahan tersebut adalah perkembangan perusahaan yaitu lahan perkebunan. Lahan baru milik Harrison & Crossfield Ltd, semakin dikembangkan ke daerah Asahan. Dengan demikian jabatan tinggi pada Harrison & Crossfield Ltd berkedudukan di Indonesia.

Setelah Harrison & Crossfield Ltd mendapat hukum yang jelas dari pemerintah Indonesia, menggantikan pergantian perjanjian yang sebelumnya dengan para sultan di Sumatera Timur, maka perusahaan diupayakan banyak memberikan bantuan sosialnya dan juga pembayaran pajak dan kerja sama dengan pemerintah Indonesia.

2.5 Aktivitas Sosial

Sesuai dengan misi perusahaan yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan penghasil pajak terbesar bagi negara, perusahaan Harrison & Crossfield Ltd berupaya mewujudkan misi tersebut. Wujud dari sikap yang menjunjung misi itu, maka perusahaan Harrison & Crossfield Ltd berupaya melakukan sumbangan sosial dan ketaatan dalam membayar kewajiban bagi negara.

Aktivitas sosial yag dilakukan oleh Harrison & Crossfield Ltd sejak berdiri sampai menjelang kemerdekaan, tergolong minim. Perusahaan Harrison & Crossfield Ltd lebih melakukan hubungan dengan penguasa-penguasa lokal, yaitu


(27)

sultan, sedangkan hubungan dengan masyarakat adalah tugas dari pemerintah, bukan perusahan. Di Sumatera Timur, sebagai wilayah pokok Harrison & Crossfield Ltd, perusahan menjalin hubungan dengan sultan yang berkuasa di Deli dan Serdang.

Kemerdekaan Indonesia dan pengakuan kedaulatan dari Belanda, menjadi babak baru terhadap akivitas sosial perusahaan Harrison & Crossfield Ltd. Hubungan perusahaan dengan masyarakat Indonesia semakin lama semakin dekat. Perusahaan telah diperbolehkan melakukan hubungan langsung dengan masyarakat, tanpa melalui pemerintah. Keadaan ini semakin memberikan kesempatan besar kepada Harrison & Crossfield Ltd untuk memberikan kontribusinya kepada masyarakat.

Aktivitas sosial yang dilakukan oleh Harrison & Crossfield Ltd adalah berupa layanan sosial yang sifatnya sederhana, seperti pelayanan dalam bidang kesehatan, berupa pendirian posko-posko kesehatan di daerah perkebunan milik Harrison & Crossfield Ltd, seperti di daerah Rambong Sialang dan Sibulan, dengan nama posko, Pusat Kesehatan Perkebunan.24

Aktivitas sosial yang lainnya adalah berupa bantuan langsung kepada karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan yang bentuk bantuannya adalah pemberian sandang dan pangan. Proses pemberian bantuan ini dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti hari besar agama dan hari bersejarah nasional. Aktivitas ini dilakukan sebagai upaya kepedulian perusahaan Harrison & Crossfield Ltd kepada masyakat, khususnya masyarakat sekitar perkebunan.

24


(28)

BAB III

P.T. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK DI

SUMATERA UTARA TAHUN 1964-1990

3.1 Perluasan Areal Perkebunan

Usaha perkebunan adalah satu sumber pendapatan usaha besar di Indonesia. Dikarenakan kontribusinya yang sangat besar terhadap keuangan negara, maka perkebunan dijadikan sebagai salah satu usaha yang sangat produktif. Dampak negatif yang ditimbulkan dari perkebunan sangat minim, berbeda dengan dampak yang ditimbulkan jenis usaha yang bergerak dalam bidang industri. Hal ini memberikan ketertarikan dari banyak kalangan terhadap pembukaan usaha perkebunan di Indonesia. Usaha perkebunan yang sejak masa penjajahan Belanda sudah dikembang, hingga Indonesia merdeka sistem ini tetap dipertahankan.

Sejak tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan tentang luas areal perkebunan yang akan dikelola oleh perusahaan perkebunan. Pemerintah melalui menteri perkebunan memberikan jaminan kepada pengusaha tentang kebebasan pengusaha dalam mengusai tanah kosong utuk perkebunan tanpa membatasi luas areal.25

Tindakan ini lakukan oleh pemerintah dengan dilatarbelakangi fungsi dari perkebunan itu sendiri yang tergolong besar. Penggunaan lahan kosong atau lahan

25

Badan Pusat Statistik, Statistik Perkebunan Besar di Indonesia, Jakarta: BPS Perkebunan. 1983, Hlm.iii


(29)

yang tidak menghasilkan menjadi lahan perkebunan memberikan keuntungan yang sangat besar terhadap perkembangan perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Pemberian lahan kosong untuk dikelola oleh pemerintah kepada pihak swasta bertujuan menjadikan lahan yang tidak berproduksi, menjadi daerah perkebunan dalam hal sebagai daerah yang menghasilkan. Kesempatan ini menjadi peluang kepada pengusaha perkebunan, termasuk di antaranya pengusaha P.T. London Sumatra.

Harrison & Crossfield Ltd, yang berubah nama menjadi P.T. London Sumatra melaksanakan kesempatan yang diberikan oleh pemerintah tersebut. Banyak daerah yang tidak berpenduduk menjadi pilihan perusahaan perkebunan tersebut. Daerah daerah yang dikontrak sebagai lahan baru dari P.T. London Sumatra adalah daerah yang baik untuk ditanami dengan tanaman perkebunan karet, kakao, teh dan tanaman produksi perkebunan lainnya.

Sebelum kemerdekaan P.T. London Sumatra hanya menempatkan lokasi perkebunannya di sekitar Sumatera Utara, tepatnya di kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai sekarang, dengan empat daerah yang tidak jauh jaraknya. Perkebunan tersebut adalah perkebunan Bagerpang, perkebunan Rambong Sialang, perkebunan Sei Merah dan perkebunan Si Bulan, dengan jumlah areal keseluruhan kurang lebih 10.000 hektar (sepuluh ribu hektar).26

Luas areal ini bertahan sampai berakhirnya masa proses nasionalisasi perkebunan milik asing di Indonesia, tepatnya tahun 1960. Perkebunan milik

26


(30)

pengusaha Belanda dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia karena dinilai proses perolehan tanah tersebut bukan berdasarkan kesepakatan, sehingga ditarik kembali oleh pemerintah Indonesia.

Proses nasionalisasi tidak memberikan dampak yang merugikan bagi P.T. London Sumatera, sebab tanah yang digunakan oleh perusahaan tersebut mempunyai dasar hukum yang jelas dari sultan-sultan Deli dan juga sultan-sultan yang berkuasa di Serdang. Tanah yang diusahai PT. London Sumatera prosesnya adalah kontrak tanah, dengan mendapat hak guna usaha terhadap tanah tersebut.

Era baru perkebunan di Indonesia, yaitu tahun 1960-an, pemerintah membuka kesempatan kepada pengusaha dan juga kepada masyarakat dalam bidang perkebunan. P.T. London Sumatra menggunakan kesempatan emas tersebut untuk mengembangkan perusahaannya melalui perluasan lahan. Pertambahan areal dari P.T. London Sumatra adalah areal di luar Deli Serdang, tetapi masih di Sumatera Utara, yaitu di kabupaten Langkat, Asahan dan Labuhan Batu.

P.T. London Sumatera membuka 6 wilayah perkebunan wilayah sekaligus di tiga kabupaten yang sudah di sebutkan sebelumnya. Lokasi–lokasi tersebut adalah:

Perkebunan Dolok di Kabupaten Asahan

Perkebunan Gunung Malayu di Kabupaten Asahan Perkebunan Bungara di Kabupaten Langkat

Perkebunan Turangie di Kabupaten Langkat Perkebunan Pulo Rambong di Kabupaten Langkat


(31)

Perkebunan Sei Rumbia di Kabupaten Labuhan Batu.27

Hingga pertengahan tahun 1960-an, areal perkebunan P.T. London Sumatra terus diperluas dengan menambah areal perkebunan. Penambahan areal ini dilatar belakangi semakin meningkatnya permintaan pasar internasional akan produksi karet. Wilayah yang baru dibuka tersebut berada di kabupaten Simalungun dengan nama perkebunan, Bah Bulian dan Bah Lias, yang difokuskan sebagai areal penanaman produksi karet.

Pertambahan perkebunan Bah Lias dan Bah Bulian, menjadikan wilayah perkebunan P.T London Sumatera sudah mencapai luas kurang lebih 30.000 ribu hektar (tiga puluh ribu hektar) yang terdapat di lima kabupaten propinsi di Sumatera Utara, dengan jumlah perkebunan sebanyak 12 perkebunan.

Keduabelas perkebunan tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1: LAHAN PERKEBUNAN P.T. LONDON SUMATRA 1960-1970 No Nama Kebun Daerah Propinsi

1 Dolok Asahan Sumatera Utara

2 Gunung Malayu Asahan Sumatera Utara

3 Begerpang Deli Serdang Sumatera Utara 4 Rambong Sialang Deli Serdang Sumatera Utara 5 Sei Merah Deli Serdang Sumatera Utara

6 Si Bulan Deli Serdang Sumatera Utara

27

Laporan Tahunan P.T. London Sumatera tahun 1980, yang berjudul: Memadukan Dan Memaksimalkan Kemampuan Produksi Primer. Hlm 4


(32)

7 Bungara Langkat Sumatera Utara

8 Turangie Langkat Sumatera Utara

9 Pulo Rambong Langkat Sumatera Utara

10 Sei Rumbiya Labuhan Batu Sumatera Utara 11 Bah Bulian Simalungun Sumatera Utara

12 Bah Lias Simalungun Sumatera Utara

Sumber: Arsip P.T. London Sumatra yang berjudul Penjualan Produksi, Hlm 1.

Pada akhir tahun 1970-an, lahan P.T. London Sumatra telah mencapai 35. 000 hektar, di mana areal kebun mulai dikembangkan di propinsi-propinsi luar Sumatera Utara. Perluasan areal London Sumatra tersebut semakin besar setelah tahun 1980-an.

Keberhasilan yang dicapai di Propinsi Sumatera Utara kemudian diikuti dengan kebijakan membuka lahan-lahan baru di luar propinsi ini, terutama di Sumatera Selatan. Perluasan ini bahkan kemudian diikuti dengan pembukaan diereal-areal baru di pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Perkebunan yang baru terbentuk di Sumatera Selatan pada dasarnya terdapat di wilayah Musi Rawas, yang terdiri dari beberapa kelompok perkebunan, seperti Bukit Hijau, Belani Elok, Batu Cemerlang, Gunung Bais dan Ketapat Bening dengan luas wilayah keseluruhan ±15.000 hektar, dengan tanaman produksi difokuskan pada tanaman karet dan kelapa sawit.28

28


(33)

Tahun 1990, areal perkebunan P.T. London Sumatera telah diperluas hingga sampai ke luar pulau Sumatera, yaitu wilayah Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Pembukaan wilayah ini menjadikan London Sumatra menjadi perkebunan swasta terbesar di Indonesia dan salah satu perkebunan terkemuka di Asia pada tahun 1990-an.29

Setelah P.T. London Sumatra membuka wilayahnya di berbagai propinsi di Indonesia, maka luas areal perkebunan telah mencapai ± 50.000 Hektar (kurang lebih lima puluh ribu hektar), dengan daerah paling luas berada di wilayah Sumatera Selatan.30 Perkebunan P.T. London Sumatra selalu berusaha meningkatkan lahan perkebunannya dengan melipat gandakan keuntungan untuk penambahan areal perkebunan.

Guna mendapat areal yang lebih subur dan sangat sesuai dengan perkembangan tanaman produsi perkebunan, P.T. London Sumatera telah mendirikan penelitian tentang kualitas tanah. Aktivitas ini dilakukan oleh perusahaan bukan semata-mata hanya untuk kepentingan P.T. London Sumatra sendiri, tetapi juga ditujukan untuk kepentingan perusahaan-perusahaan perkebunan lainnya, termasuk masyarakat. Lokasi penelitian tentang kualitas tanah tersebut berada di Sumatera Utara, yang dinamakan dengan Bah Lias Research station. 31

29

Arsip Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara, yang berjudul Analisis Perkebunan-perkebunan Besar di Sumatera Utara. Hlm.2

30

Ibid. Hlm 4

31


(34)

3.2 Peralihan Tanaman Produksi

Sejak dimulainya sistem perkebunan di Sumatera Timur (Deli) pada pertengahan tahun 1800-an, perkebunan ditujukan adalah untuk kegiatan kapitalisme internasional. Terbukti dari penjualan hasil perkebunan pertama ke- Rotterdam, Belanda oleh pengusaha Belanda bernama Nienhuys. Hasil perkebunan pertama tersebut adalah tembakau yang ditanam di atas wilayah Deli.32

Hasil perkebunan milik Belanda di pasarkan di negaranya sendiri yaitu Belanda, sedangkan negara-negara lainnya yang memiliki perusahaan perkebunan di Sumatera Timur, juga memasarkan hasil perkebunannya di negaranya masing-masing. Demikianlah, P.T. London Sumatra, sebagai perusahaan perkebunan milik pengusaha Inggris, hasil produksi perkebunannya dipasarkan di London, Inggris.

Dari latarbelakang pemasaran hasil perkebunan ke London, maka produksi perkebunan disesuaikan dengan pangsa pasar, atau permintaan pasar di London. Sejak tahun 1906, perusahan telah melakukan pengiriman hasil produksi ke London.

Masa era sebelum kemerdekaan fokus tanaman yang ditanam oleh perusahaan P.T. London Sumatra adalah kopi, kakao, teh dan sebagian besar areal perkebunan menanam karet. P.T. London Sumatra sering melakukan peralihan tanaman pokok produksi. Hal ini dilakukan adalah untuk meningkatkan

32


(35)

produktivitas perusahaan agar selalu meningkat dan menjaga keberlangsungan produksi oleh para pelanggannya di pasaran Eropa.

Walaupun melakukan peralihan tanaman pokok produksi, tetapi tanaman yang bukan tanaman pokok tidak dihentikan secara total, tetapi tetap ditanam pada areal yang dinyatakan oleh P.T. Londom Sumatra paling sesuai antara kondisi tanahnya dengan tanamannya. Hal ini terlihat hingga tahun 1990 tanaman-tanaman yang posisinya sebagai tanaman-tanaman pokok produksi pada beberapa tahun sebelumnya tetap ditanam.

Empat tanaman produksi di era sebelum kemerdekaan yang dijadikan tanaman produksi oleh P.T. London Sumatra, yaitu karet, teh, kakao dan kopi. Pemilihan tanaman ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat Eropa, bukan berdasarkan permintaan industri di Inggris. Kecuali karet, hasil produksi P.T. London Sumatra (saat itu masih menggunakan nama Harrison & Crossfield Ltd) memproduksi bahan jadi, bukan bahan mentah.

Tanaman karet bukanlah sebagai tanaman pokok produksi perkebunan oleh P.T. London Sumatra di masa sebelum kemerdekaan,. Tanaman yang paling dominan adalah tanaman kopi, teh dan kakao. Hasil produksi hampir 100% dipasarkan di Eropa, tepatnya Inggris. Kecuali karet, bahan yang dihasilkan oleh P.T. London Sumatra adalah hasil perkebunan yang sifatnya kebutuhan langsung.

Setelah Indonesia melampaui perang mempertahankan kedaulatan yakni tahun 1947-sampai tahun 1950, maka segala aktivitas perkebunan dan juga administrasi lainnya diserahkan kepada Indonesia bukan lagi kepada Belanda. Demikian halnya dengan admistrasi perkebunan dan jenis usaha lainnya yang


(36)

sebelumnya berada di tangan pemerintahan tradisional dan kolonial Belanda. Masa peralihan ini dimanfaatkan oleh P.T. London Sumatra memperjelas status tanah yang digunakannya yang diperoleh sebelum Indonesia merdeka. Tanah didasarkan pada Undang - undang berlaku di Indonesia

Setelah status tanah menjadi hak guna usaha dari pemerintah Indonesia, maka P.T. London Sumatra semakin berani menggunakan tanah untuk penanaman produksi perkebunan. Babakan ini dijadikan P.T. London Sumatra sebagai masa peralihan tanaman, dari tanaman yang bersifat variatif ke sistem tanaman pokok produksi.

Peralihan tanaman ini juga dipengaruhi P.T. London Sumatera yang pusatnya adalah Harrison & Crossfield Ltd di London Inggris, mengarahkan aktivitasnya ke bidang Industri. P.T. London Sumatra sebagai basis yang bergerak dalam bidang perkebunan diarahkan ke dalam penanaman karet. Perobahan ini dimulai sejak tahun 1950, dan akhir tahun 1960-an. Sejak itu produsi pokok yang dihasilkan oleh P.T. London Sumatra adalah getah karet.

Kondisi tanaman perkebunan pada tahun 1970-an, berdasarkan tanaman produksi adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Lahan Perkebunan Dan Tanaman Produsi P.T. London Sumatra Tahun 1970

No Nama Perkebunan

Daerah Propinsi Tanaman Produksi


(37)

2 Gunung Melayu Asahan Sumatera utara Karet 3 Begerpang Deli Serdang Sumatera utara Karet

4 Rambong Sialang Deli Serdang Sumatera utara Karet, Kakao

5 Sei Merah Deli Serdang Sumatera utara Karet

6 Si Bulan Deli Serdang Sumatera Utara Karet

7 Bungara Langkat Sumatera Utara Karet, Kakao

8 Turangie Langkat Sumatera Utara Karet, Kakao

9 Pulo Rambong Langkat Sumatera Utara Karet

10 Sai Rumbia Labuhan Batu Sumatera Utara Karet 11 Bah Balian Simalungun Sumatera Utara Karet, The 12 Bah Lias Simalungun Sumatera Utara Karet, Teh Sumber: Arsip P.T. London Sumatera, yang berjudul: Luas Areal Tertanam 1970

Dari total keseluruhan tabel di atas, areal P.T. London Sumatra yang ditanami karet telah mencapai 20.000 Ha (dua puluh ribu hektar), dengan pola penanaman bertahap. Pola penanaman bertahap ini dilakukan dengan cara mempertahankan perusahaan untuk tetap berproduksi walaupun sudah melakukan konversi (pergantian) tanaman pokok produksi.33

Perkebunan karet milik P.T. London Sumatra yang berpusat di Sumatera Utara menjadi pengkespor utama karet ke Inggris. Hal ini dilakukan sebab sejak awal tahun 1950-an perusahaan ban raksasa di Inggris bernama Dunlop mulai

33


(38)

beroperasi. Perusahaan tersebut sangat membutuhkan bahan mentah dari getah karet dengan jumlah yang sangat besar, untuk pembuatan ban kendaraan.

Tahun 1960-an perusahaan perkebunan P.T. London Sumatra telah memperoleh keuntungan perusahaannya sebanyak 79% dari produksi karet. Hasil yang dicapai oleh perusahaan ini menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan perusahaan semakin berkembang. Perusahaan P.T. London Sumatra mampu menyaingi perusahaan milik pemerintah, yang juga menjadikan karet sebagai produksi utama perkebunannya masa itu.

Perkebunan karet memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan pendapatan di Sumatera Utara. Karet pemerintah dan karet swasta, salah satunya adalah P.T London Sumatra sebagai perusahaan perkebunan karet terbesar telah menyumbang 50,29% dari hasil karet Indonesia pada tahun 1983. Luas areal di Sumatera Utara yang ditanami karet baik milik pemerintah mapun swasta adalah 224.432 Ha.34

Tanaman karet yang ditanam oleh P.T. London Sumatra merupakan tanaman dengan varietas unggul. Hal ini dilatarbelakangi karena perusahaan selalu melakukan penelitian terhadap jenis penyakit, dan juga gejala-gejala yang mengakibatkan tanaman tersebut mengalami gangguan pertumbuhan atau gangguan dalam menghasilkan getah. Proses ini telah dilakukan sejak P.T. London Sumatra menjadikan tanaman karet sebagai tanaman utama perkebunan. Lembaga penelitian tersebut dinamakan dengan Bah Lias Research Station (BLRS), yang terdapat di Simalungun, Sumatera Utara.

34


(39)

Hasil penelitian yang sudah ditemukan oleh departeman milik P.T. London Sumatra tersebut pada dasarnya diumumkan kepada masyarakat juga, sebagai wujud kepedulian terhadap rakyat yang memilki perkebunan karet rakyat. BLRS telah berhasil mengembangkan benih unggul dengan metode penggunaan plasma nutfah dalam kultur jaringan sebagai upaya mengusahakan tanaman dalam menghasilkan produksi tinggi atau yang disebut dalam bahasa biologinya yaitu Klon Dura.35

Bibit-bibit Karet hasil pembibitan dengan metode yang dikembangkan oleh lembaga penelitian P.T. London Sumatera diusahakan dipasarkan kepada umum. Tujuan ini dilakukan supaya mesyarakat ataupun kelompok perkebunan yang lainnya memperoleh hasil yang maksimal dari perkebunannya masing-masing.

Tanaman Karet digunakan oleh P.T London Sumatra menjadi tanaman produksi berakhir tahun 1970. Tanaman karet telah dijadikan sebagai tanaman produksi perkebunan selama 30 tahun, dan sebagian besar tanaman dapat digolongkan telah mencapai umur tua.

Di awal tahun 1980-an perkebunan London Sumatra mulai melakukan pergantian tanaman produksi, yaitu dari tanaman karet ke tanaman produksi kelapa sawit. Selang lima tahun yaitu tahun 1980 hingga tahun 1985 pergantian tanaman produksi dilakukan. Kelapa sawit yang dinilai lebih memberikan peluang baru dari semua tanaman produksi menjadikan P.T. London Sumatra mengkonversi tanaman produksinya.

35


(40)

Lahan P.T. London Sumatra yang tergolong baru, yaitu di Sumatera Selatan adalah wilayah sangat sesuai untuk penanaman tanaman produksi kelapa sawit. Demikian halnya dengan areal yang terdapat di wilayah Sumatera Utara adalah jenis tanah yang sangat sesuai dengan pertumbuhan kelapa sawit. Dalam jangka waktu lima tahun, produksi perkebunan sawit London Sumatra telah tergolong besar.

Sukses dalam mengelola kelapa sawit, maka perusahaan semakin mengurangi tanaman produksi perkebunan yang lain. Bahkan, P.T. London Sumatra melakukan pencarian lahan-lahan baru untuk penanaman tanaman perkebunan yang lain. Lahan-lahan yang diutamakan menjadi lahan baru difokuskan pada daerah-daerah yang sebelumnya adalah bekas perkebunan karet, kelapa sawit, teh, kopi dan coklat. Hal ini dilakukan oleh P.T London Sumatra adalah untuk memastikan suatu daerah adalah baik untuk pertumbuhan tanaman produksi perkebunan.

Awal tahun 1990, P.T London Sumatra berhasil memperoleh beberapa areal perkebunan di berbagai daerah di Indonesia dengan perjanjian kontrak lahan perkebunan. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah:

1. P.T. Nagodang Plantation Company 2. P.T. Saibulan Plantation Company

3. P.T. Perusahaan Perkebunan Bajue Kidoel 4. P.T. Perusahaan Perkebunan Sulawesi36


(41)

Dengan disepakatinya perjanjian tersebut, maka segera P.T. London Sumatra melakukan penanaman pada lahan tersebut, yaitu tanaman karet, kopi, kelapa sawit, teh, dan coklat dengan perincian tanaman produksi pada tahun 1990an adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Lahan Perkebunan Dan Tanaman Produsi P.T. London Sumatera Tahun 1990

No Nama Perkebunan

Daerah Propinsi Tanaman Produksi

1 Dolok Asahan Sumatera utara Kelapa Sawit

2 Gunung Melayu Asahan Sumatera utara Kelapa Sawit

3 Begerpang Deli Serdang Sumatera utara Kelapa Sawit, Karet

4 Rambong Sialang Deli Serdang Sumatera utara Kelapa Sawit, Kakao

5 Sei Merah Deli Serdang Sumatera utara Kelapa Sawit

6 Si Bulan Deli Serdang Sumatera Utara Kelapa Sawit,

Karet

7 Bungara Langkat Sumatera Utara Kelapa Sawit

8 Turangie Langkat Sumatera Utara Kelapa Sawit

9 Pulo Rambong Langkat Sumatera Utara Kelapa Sawit

10 Sai Rumbia Labuhan Batu Sumatera Utara Karet, Kelapa Sawit

11 Bah Balian Simalungun Sumatera Utara Karet, Kelapa Sawit

12 Bah Lias Simalungun Sumatera Utara Karet, Teh

36

P.T. London Sumatera, Profil Perusahaan PT London Sumatra Indonesia Tbk. Sumatera Utara: Lonsum Press. 2005. Hlm. 36


(42)

Sumber: Arsip P.T. London Sumatera yang berjudul: Tanaman Produksi Perkebunan P.T. London Sumatera.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tanaman produksi yang paling dominan adalah kelapa sawit. Hasil produksi sawit yang dominan membuat perusahaan tertarik dalam mengelola sendiri hasil produksi.

3.3 Peningkatan Produksi Dan Pengelolaan Hasil Perkebunan

Sejak perusahaan P.T. London Sumatra memulai menanam kelapa sawit, bagian pengembangan dan penelitian perusahaan melakukan fokus perhatiannya pada masalah-masalah yang sering dihadapi tanaman kelapa sawit. Kelompok peneliti perusahaan memperhatikan pertumbuhan kelapa sawit mulai dari pembibitan hingga berproduksi.

Setelah periode penanaman pertama berakhir, maka untuk periode pananaman kelapa sawit periode kedua merupakan bibit yang dihasilkan dari hasil percobaan lembaga penelitian kepala sawit P.T. London Sumatra. Benih yang dijadikan sebagai bibit merupakan jenis bibit unggul yang dihasilkan dari pembibitan penelitian P.T. London Sumatra. Plasma Nutfah Baru adalah nama benih hasil temuan tersebut.

Selain bertahan tumbuh dan bebas dari serangan penyakit, bibit baru ini juga mampu menghasilkan produksi yang lebih dari benih tanaman lainnya. Benih itu telah dipakai P.T. London Sumatra sebagai bibit pada gelombang kedua. Di pertengahan tahun 1980-an, hasil pembibitan telah mampu membuka proyek baru bagi P.T. London Sumatra dengan metode menjual bibit-bibit tersebut kepada


(43)

perusahaan swasta dan pemerintah. Hampir 90% hasil pembibitan dijual dengan harga tinggi, sedangkan 10% dari jumlah tersebut dipergunakan sebagai bibit pokok.

Tiga lembaga penelitian milik P.T. London Sumatra didirikan di berbagai daerah yang lahan perusahaannya banyak dimiliki oleh P.T. London Sumatra. Cara ini dilakukan untuk membaca permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut di masing-masing daerah perkebunan P.T. London Sumatra. Di antara yang didirikan adalah yang terdapat, di Sumatera Utara dinamakan dengan BLRS Sumatera Utara tepatnya di Simalungun.37

Guna meningkatkan kemampuan peneliti kelapa sawit tersebut, perusahaan sengaja melakukan kerja sama dalam bidang penelitian tanaman dengan akademisi yaitu Universitas Reading di Inggris dan berbagai perguruan tinggi yang ada di dalam negeri. Hasil yang diperoleh dari kerjasama itu menjadikan perusahaan memiliki ciri khas khusus bibit. Bibit-bibit yang dihasilkan P.T. London Sumatra merupakan salah satu bibit terbaik di Indonesia dan bahkan masih diperhitungkan di tingkat Internasional.

P.T. London Sumatra telah menjadi perusahaan besar yang memiliki hak paten tentang bibit perkebunan kelapa sawit yang dinamakan dengan benih Molekuler yang diperdagangkan di Indonesia bahkan di tingkat internasional. Perusahaan memberikan kesempatan besar kepada karyawannya untuk tetap melanjutkan penelitian menuju yang terbaik. P.T. London Sumatra adalah satu-

37


(44)

satunya perusahaan yang melakukan penjualan bibit kepada perusahaan swasta lainnya.38

Di samping telah berhasil menemukan bibit unggul, P.T. London Sumatra juga sukses dalam usaha antisipasi dari serangan hama maupun penyakit kelapa sawit lainnya yang kesemuanya dilakukan di lembaga penelitian milik P.T. London Sumatra. Selain melakukan perawatan tanaman, perusahaan juga mempelajari tingkat kadar tanah areal perkebunan P.T. London Sumatra. Hal ini akan berujung pada pencampuran pupuk yang akan digunakan terhadap tanah areal perkebunan. Penelitian ini dinamakan dengan peningkatan agronomi pada pusat penelitian tanah milik P.T London Sumatra.39 Perpaduan antara penyediaan bibit unggul, perawatan tanaman dan Agronomi ini, memberi hasil produksi terbaik sejak tahun 1990.

Hasil produksi yang maksimal, mendorong perusahaan mendirikan perusahaan pengelolaan sendiri yang disebut dengan pabrik. P.T. London Sumatra mendirikan pabrik sendiri, guna meningkatkan pendapatan tunggal tanpa melakukan kontak langsung dengan perusahaan pemasaran dan pabrik yang ada di Inggris. Perusahaan ini didirikan di lokasi-lokasi perkebunan milik P.T. London Sumatra, guna mengurangi biaya operasi dan pengangkutan menuju London, Inggris.

Perusahaan-perusahaan tersebut dapat dilihat dari tabel 4 berikut:

38


(45)

Tabel 4

Pengelolaan Produksi Tahun 1990

Jenis Industri

Sumatera Utara

Sumatera Selatan

Jawa Sulawesi Jumlah

Pengelolaan kelapa sawit

4 6 - - 10

Karet Remah 1 1 - 1 3

Karet lembaran

1 - - 1 2

Kakao 2 - 1 - 3

Kopi - - 1 - 1

The - - 1 1

Jumlah 8 7 3 2 -

Sumber: Arsip perkebunan P.T. London Sumatra yang berjudul: Fasilitas Pengelolaan

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil-hasil perkebunan telah dapat diolah di pabrik-pabrik pengolahan perusahaan sendiri. Hasil industri yang dikelola di pabrik-pabrik milik P.T London Sumatra ini kemudian diekspor dalam bentuk bahan olahan. Hasil tersebut adalah CPO, Lateks, Kopi, Teh dan Karet, bukan lagi berupa lagi bahan-bahan mentah, tetapi sudah tergolong sebagai bahan jadi.

39

Arsip P.T. London Sumatera Bidang Pengendalian Tanaman, yang berjudul: Laporan Kadar Tanah, Hlm 1


(46)

3.4 Sistem Manajemen P.T. London Sumatra

Sistem manajemen pada dasarnya ditujukan untuk mencerminkan arus, atau garis perintah, kewajiban dan juga proses penggajian karyawan. Demikian juga halnya dengan P.T. London Sumatra yang membentuk sistem manajemen yang beberapa kali telah melakukan perubahan, sesuai dengan keadaan perusahaan dan juga usaha mencapai visi dan misi yang sudah ditentukan oleh perusahaan.

3.3.1 Misi, Visi Dan Tujuan Perusahaan

Perusahaan P.T. London Sumatra didirikan dengan visi, misi dan tujuan yang jelas. Tujuan perusahaan adalah menuju perusahaan terbaik dan menghasilkan keuntungan yang telah ditargetkan. Perusahaan membentuk tujuan pada awal tahun kepengurusan dengan mempertimbangkan kemampuan personal dan juga kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan.

Misi perusahaan P.T. London Sumatra Indonesia Tbk adalah

meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak dengan menyediakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dan menjadi salah satu perusahaan penyumbang pajak terbesar bagi negara. Misi ini sudah dibuktikan oleh perusahaan sejak perusahaan mendapat kepastian hukum yang jelas, khususnya tentang status kepemilikan dan penggunaan lahan, sesudah Indonesia memperoleh kemerdekaannya. Perusahaan P.T. London Sumatra adalah salah satu perusahaan yang cukup banyak menyerap tenaga kerja, sebab mereka bergerak dalam bidang perkebunan yang wajib membutuhkan pekerjaan tangan manusia secara langsung.


(47)

Di samping memiliki tujuan dan misi, perusahaan juga memiliki visi yang jelas. Visi P.T. London Sumatra adalah menuju perusahaan yang paling efisien dengan menggunakan strategi yang dianggap sangat stategis yaitu:

1. Perusahaan perkebunan yang berusaha meningkatkan kapasitas areal perkebunan dan produksi

2. Melakukan efisiensi operasi dan biaya

3. Pengembangan secara terus menerus dalam program penelitian pengembangan serta produksi CPO (Crude Palm Oil) karet dan coklat. Ketiga hasil yang disebutkan ini merupakan produksi yang diutamakan oleh perusahaan P.T. London Sumatera.40

3.3.2 Struktur Organisasi

Sejak perusahaan melakukan perjanjian kontrak kerja sama dengan berbagai perusahaan yang ada di Indonesia, maka sejak saat itu saham perusahaan telah banyak dimiliki pengusaha dan rakyat Indonesia. Proses ini mengakibatkan adanya sebuah rekonstruksi yang baru terhadap struktur organisasi termasuk perubahan dalam bidang visi, misi dan juga tujuan perusahaan.

Untuk menjalankan tujuan, visi dan misi perusahaan, maka perlu anggota yang berkerja dalam birokrasi perusahaan yang bekerja secara bersama-sama walaupun berbeda bidang kerja yang diduduki masing-masing.

Bidang-bidang kerja tersebut masing-masing adalah:


(48)

Dewan komisaris adalah struktur yang paling tinggi dalam perusahaan PT London Sumatra. Mereka yang menduduki jabatan ini adalah para pemegang saham, yang pemilihannya dipilih oleh para pemegang saham. Wewenang dan tanggung jawab yang dilakukannya adalah

a. Mengawasi pekerjaan direksi

b. Berhak memeriksa dokumen kantor, gedung dan kekayaan

c. Meminta keterangan dari direksi yang berkenaan dengan perseroan d. Berhak memeriksa keuangan perusahaan

e. Berhak atas beban perusahaan serta meminta para ahli untuk melakukan pemeriksaan

f. Berhak memerintah presiden direksi untuk melakukan rapat luar biasa.

g. Memberikan pertimbangan terhadap laporan tahunan dan menyetujui program tahunan yang baru

h. Menyetujui program kerja presiden direktur dalam penggunaan kekayaan menurut cara pandang yang baik.

2. Presiden Direktor

Bagian ini berhak dan bertugas mengawasi segala aktivitas perusahaan, yang mana pekerjaan tersebut dilakukan oleh para Direktor, yang terdiri dari Direktor Penelitian, Direktor Produksi, Direktor Keuangan, dan Direktor Pemasaran.

40


(49)

3. Direktor Penelitian

Bertugas dalam mengadakan diskusi dan menemani para ahli dari konsultan perusahaan selama kunjungan perusahaan dan mengontrol produksi bibit kelapa sawit, cokelat, karet dan hasil pemeliharaan bibit unggul

4. Direktor Produksi

Bertugas dan bertanggungjawab atas perencanaan, pengaturan bidang produksi termasuk kelancaran proses produksi baik kualitas mapun kuantitas sekaligus membawahi pekerjaan yang bergerak dalam bidang produksi.

5. Direktor Keuangan

Bertujuan mengawasi masalah keuangan dalam pengeluaran, pemasukan dan berhak mengatasi keborosan pengeluran yang dikeluarkan perusahaan, mengawasi karyawan dalam bidang keuangan, bertanggungjawab dalam menentukan laporan keuangan perusahaan, mengendalikan dan memeriksa uang masuk dan uang keluar.

6. Direktor Pemasaran

Fungsi dari badan ini adalah mengkordinir bidang pemasaran hasil produksi utama, menetapkan dan mengevaluasi upaya-upaya strategi dan kebijakan pemasaran serta mengadakan barang, mencari mitra bisnis dan mitra aliansi, menetapkan sistem persediaan produksi serta bahan baku dan


(50)

perlengkapan, memberikan informasi pasar, mencari dan menentukan pola pemasaran yang baru,

7. Inspektorat

Bertugas memeriksa tanaman secara langsung kelapangan, mengadakan percobaan terhadap tanah serta bibit untuk dijual dan ditanam.

8. Estate Departemen

Berhak untuk membuat laporan bulanan dan tahunan, memperbaiki laporan tahunan, mengajukan hasil panen tahunan dan bulanan, mengatur peredaran uang tunai di lapangan, menyusun perbandingaan harga tiap bulan, mengatur penjualan bibit, mengatur pemakayan modal, mengatur perkembangan daun, dan lain-lain.

9. Bah Lias Research Station

Meneliti dan mengawasi tanaman secara langsung ke lapangan, meneliti dan mengadakan percobaan-percobaan terhadap tanah areal perkebunan, meneliti penyakit bibit dan juga jenis hama tanaman perkebunan.

10. Departemen Manajemen

Merencanakan perencanaan tenaga kerja, pelatihan, mengurusi kenaikan pangkat dan pemberhentian sekaligus pensiun, mengurusi masalah tamu, mengurusi permasalahan pertanahan dan perijinan dan keamanan, serta mengurusi hubungan perusahaan dengan masyarakat.

11.Seksi Taksasi

Berfungsi mempersiapkan serta menghitung besarnya pajak yang ditanggung oleh perusahaan serta pajak penghasilan dan pajak


(51)

pertambahan nilai serta pajak yang ditanggung oleh karyawan dan tenaga kerja, memngajukan karyawan menuju peningkatan jabatan, mengurus JAMSOSTEK karyawan.

12.Manajemen Departeman

Bertugas melakukan evakuasi terehadap tugas yang dilaksanakan oleh inspector, melakukan pengontrolan data perkebunan, bertanggungjawab terhadap kegiantan bidang tanaman, mengevaluasi kerja-kerja karyawan di lapangan dan karyawan pabrik.41

Demikianlah fungsionaris perusahaan P.T. London Sumatra yang mengurusi masalah pokok dalam perusahaan, sedangkan para staf lainnya bekerja pada bidang-bidang lain yang bentuknya bukan fungsionaris dalam perusahaan, tetapi sebagai pendukung kegiatan bidang atupun departeman yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya bagian keamanan atau satuan pengamanan (Satpam), Public Relation yang bergabung ke dalam manajemen departemen.

41


(52)

BAB IV

KONTRIBUSI P.T. PP LONDON SUMATERA INDONESIA

TBK DI SUMATERA UTARA TAHUN 1964-1990

P.T. London Sumatra berkembang sejalan dengan proses sejarah yang terjadi di Indonesia. Perusahaan ini telah melewati Perang Dunia II, masa revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, pembubaran Negara Republik Indonesia Serikat sekitar tahun 1950, serta nasionalisasi perusahaan swasta di Indonesia tahun 1960-an. Perusahaan P.T. London Sumatra tentu mendapat pengaruh dari masa-masa peralihan tersebut.

Berkat kedekatan P.T. London Sumatera kepada rakyat maka masa-masa tersebut tidak membuat perusahaan perkebunan tersebut berhenti. Bahkan, perusahaan selalu mengalami perkembangan seiring dengan semakin membaiknya situasi sosial politik di Indonesia.

P.T. London Sumatra yang pada awalnya dimiliki oleh Harrison & Crossfield Ltd, semakin lama semakin menggeser saham-sahamnya dengan cara menjualnya kepada pengusaha dan masyarakat. Sebagian besar kepemilikan P.T. London Sumatra sudah dimiliki oleh masyarakat Indonesia yaitu sebesar 26,99% sedangkan CS Singapore sebanyak 50,10% dan P.T. London Sumatra sendiri hanya memiliki 21,91 %.42

P.T. London Sumatera tidak lagi dimiliki oleh Harrison & Crossfield Ltd, Oleh sebab itulah proses manajemen P.T. London Sumatra semakin disesuaikan

42

Arsip P.T. London Sumatra yang berjudul: Kepemilikan PT London Sumatra Indonesia Tbk. Hlm 1


(53)

dengan kondisi penyerapan pekerja, pengaturan pajak, dan manajemen P.T. London Sumatra. Proses penyerapan tenaga kerja, pajak kepada daerah dan aktivitas sosial yang sering dilakukan oleh P.T. London Sumatra merupakan sumbangan perusahaan dan juga kepeduliannya kepada masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Aktivitas ini pada dasarnya ada yang sifatnya rutinitas dan ada yang bentuknya insidental, atau hanya pada waktu tertentu.

4.1 Proses Penyerapan Tenaga Kerja Pada P.T. London Sumatra A. Proses Penyerapan Tenaga Kerja Karyawan Lapangan.

Tenaga kerja adalah salah satu pendukung utama kepada perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan, seperti P.T. London Sumatra. Hal ini dikarenakan sebagian besar pekerjaan dari perkebunan membutuhkan pekerjaan tangan secara langsung, mulai dari pembibitan, penanaman, pengurusan atau perawatan, pemanenan hingga penjualan.

Karyawan yang bekerja pada P.T. London Sumatra, sebagai perusahaan yang bernilai lebih di mata masyarakat adalah masyarakat Indonesia. Karyawan luar negeri yang bekerja di P.T. London Sumatra jumlahnya sangat sedikit. Hal ini tidak lepas dari usaha perusahaan yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang ada di sekitarnya. Bagi perusahaan, komunitas di sekitar perkebunan merupakan bagian tak terpisahkan dari operasional dan pengembangan perkebunan maupun kelangsungan perusahaan.

Perusahaan sengaja membentuk kelompok khusus untuk mengamati kesejahteraan kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar daerah perkebunan.


(54)

Aktivitas ini diutamakan kepada kelompok masyarakat di sekitar perkebunan, terutama masyarakat yang beraktivitas di luar perkebunan. Sebagain besar tenaga kerja yang akan bekerja di lapangan diutamakan adalah masyarakat dekat dengan lokasi perkebunan P.T. London Sumatra. Pemilihan ini bertujuan untuk membentuk keluarga plasma (istilah P.T. London Sumatra). Keluarga plasma yang dimaksud adalah keluarga yang orang atau anaknya berkerja sebagai karyawan dalam perusahaan tersebut. P.T. London Sumatra bersedia memberikan tunjangan kepada keluarga yang anggota keluarga ataupun orangtua bekerja dalam perusahaan tersebut.

Keluarga plasma akan bekerja di P.T. London Sumatra secara turun temurun. Mereka akan bekarja di perusahaan tersebut hingga sampai generasi yang keempat Proses ini diutamakan oleh P.T. London Sumatra dalam upaya menghargai para karyawannya. Dalam penerimaan tenaga kerja di lapangan kelompok mantan karyawan akan diprioritaskan apabila mereka bersedia di perusahaan P.T. London Sumatera.43

Sampai tahun 1990, jumlah keluarga yang bekerja di plasma perusahaan P.T. London Sumatra telah mencapai 15. 000 kepala keluarga, dengan perincian, satu keluarga akan menanggung tiga atau empat orang anggota keluarganya masing-masing. Sistem Keluarga Plasma yang turun temurun yang diberlakukan oleh Perusahaan Perkebunan P.T. London Sumatra Indonesia Tbk adalah sebagai upaya penghargaan terhadap para pekerja keras yang sebelumnya bekerja di perusahaan tersebut. Alasan yang lainnya adalah sebagai cara mempertahankan


(55)

ciri khas dari P.T. London Sumatra itu sendiri yaitu karyawan yang profesional dan mengerti keadaan di lapangan pribadi perusahaan itu sendiri.44

Selama hampir satu abad, perusahan telah berhasil memberlakukan strategi ini, dan tidak ada karyawan yang menolak sistem ini, sebab perusahaan tidak mengingkari salah satu komitmennya yaitu mewujudkan karyawan yang sejahtera.

Sama seperti perusahaan perkebunan milik pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas berupa rumah, P.T. London Sumatra juga menyediakan tempat tinggal bagi karyawannya yang tinggal di daerah perkebunan plasma, dilengkapi dengan kebutuhan pokok lainnya, seperti penyediaan air bersih, fasilitas kendaraan dan peralatan rumah tangga lainnya. Dari segi kesejahteraan, perusahaan P.T. London Sumatra memiliki nilai lebih apabila dibandingkan dengan perusahaan perkebunan swasta lainnya. Karyawan P.T. London Sumatra yang bekerja di lapangan juga memiliki fasilitas pendidikan. Dalam hal pendidikan karyawan mendapat tunjangan beasiswa bagi anak yang sedang menjalani pendidikan, di mana P.T. London Sumatra menanggung segala biaya pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Nilai positif yang lainnya dari pelayanan perusahaan kepada karyawan lapangan adalah pendirian klinik kesehatan. Klinik-klinik tersebut ditempatkan di plasma-plasma perkebunan agar lebih mudah dijangkau. Di lain pihak keluarga plasma lebih mudah untuk menjangkaunya, sebab kelompok karyawan yang

43

Laporan Tahunan P.T. London Sumatera1990, yang berjudul, Keluarga Plasma P.T. London Sumatra Indonesia Tbk. Hlm 24

44


(56)

bekerja di lapangan resiko bahaya lebih dominan dibandingkan dengan karyawan yang berkerja di perkantoran.

PT. London Sumatra tidak membedakan karyawannya yang berkerja di lapangan dan karyawan yang bekerja di kantor baik dalam hal pelayanan fasilitas kesehatan, olah raga, pendidikan, perumahan maupun fasilitas yang sifatnya rekreasi. Perbedaan yang paling menyolok dari kedua karyawan tersebut terletak pada proses penyerapannya.

B. Proses Penyerapan Tenaga Kerja Karyawan Perkantoran

Areal Perkebunan yang di kelola olah P.T London Sumatra di Sumatera Utara dikelompokkan ke dalam 12 (dua belas) perkebunan besar. Dengan demikian pihak perkebunan harus menyediakan sebanyak dua belas kantor birokrasi perkebunan di masing-masing lokasi perkebunan. Perkantoran yang dimiliki oleh P.T. London Sumatra tersebut tentunya membutuhkan karyawan yang cukup banyak.

Pada dasarnya orang-orang bekerja dalam birokrasi ini adalah kelompok karyawan yang terampil dalam bidangnya atau karyawan yang profesional, yang diterima dengan proses seleksi yang ketat. Hal ini berhubungan dengan kemajuan perusahaan. Di sisi lain ada resiko negatif yang akan menimpa perusahaan apabila perkerjaan ini dilaksanakan dengan karyawan yang tidak profesional.

Selain tenaga kerja lapangan dan perkantoran, perusahaan juga menerima karyawan yang bekerja pada pabrik, baik karet, CPO, dan coklat. Jumlah


(57)

karyawan yang bekerja dalam sektor industri ini juga besar, sehingga dengan demikian perusahaan harus melakukan perekrutan.

Perusahaan berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya, atau bahkan seluruh Indonesia sebagai upaya mewujudkan pandangan P.T. London Sumatra kepada rakyat Indonesia bahwa sesama orang Indonesia adalah sama di mata P.T. London Sumatra. Untuk itulah pengumuman penerimaan menjadi yang bersifat umum bagi London Sumatra.

Syarat menjadi karyawan di P.T. London Sumatra sama seperti syarat menjadi karyawan lainnya yaitu personal yang mampu bekerja seoptimal mungkin, berdedikasi tinggi, mampu bekerja keras dan bekerja sama dengan komunitasnya demi tercapainya tujuan bersama yaitu tujuan perusahaan.45

Proses penerimaan yang dilalui oleh seorang karyawan P.T. London Sumatra dilakukan dengan beberapa tahapan yang dimulai dari tahapan Tes atau ujian masuk. Mereka yang lolos saat ujian akan diberikan pelatihan kerja dan penyesuaian, yang dinamakan dengan training, selama beberapa bulan. Karyawan akan bekarja sampai umur 60 tahun, apabila karyawan tersebut masih mampu bekarja. Apabila keturunan dari seorang karyawan mempunyai kemampuan yang sama dengan orangtuanya, maka P.T. London Sumatra memberikan kesempatan kepada karyawan tersebut untuk mengganti orangtuanya. P.T. London Sumatra menyarankan agar calon karyawan diberi penjelasan kepada keturunannya tentang perusahaan itu sendiri termasuk bagaimana cara bekerja yang disenangi perusahaan. Dengan pengertian yang demikian perusahaan menilai bahwa calon

45


(58)

karyawan dari proses ini akan lebih mudah menyesuaikan diri saat bekerja di perusahaan.46

Sebagai perusahaan yang meminta keseriusan karyawannya, maka nilai-nilai positif yang didapatkan karyawan sendiri mempunyai nilai-nilai lebih dari karyawan yang bekerja di perusahaan swasta lainnya, yaitu penggajian atau pengupahan. Karyawan P.T. London Sumatra selalu diberikan upah di atas upah yang ditentukan oleh pemerintah secara nasional maupun upah minimum daerah. Karyawan akan mendapat penambahan gaji, apabila

- Harga bahan-bahan kebutuhan dan bahan beker minyak harganya naik - Apabila harga buah atau getah harganya naik,

- Apabila masa bekerja sudah tergolong lama

- Apabila karyawan bekerja dengan professional dan - Apabila perusahaan mengalami untung besar.47

Dalam upaya menjaga terjadinya perpecahan ataupun konflik yang tidak diinginkan oleh perusahaan antara sesama karyawan, maka diwajibkan seluruh karyawan masuk dalam organisasi, yaitu oraganisasi yang dinaungi oleh P.T. London Sumatra Indonesia Tbk. Upaya ini juga berfungsi sebagai cara perusahaan mengetahui kebutuhan ataupun tuntutan yang diinginkan oleh karyawan pada setiap waktu. Dengan adanya organisasi tersebut karyawan akan semakin kompak dan menghapuskan segala perbedaan etnis, agama ataupun unsur-unsur sosial lainnya.48

46

Arsip P.T. London Sumatra Dengan Judul: Bekarja Dengan Komunitas, Hlm. 58

47

Ibid. Hlm 55

48


(59)

Perusahaan memberikan beberapa tunjangan kepada karyawan kantor yang berbeda dari karyawan lapangan, yaitu seperti tunjangan transportasi, tunjangan melanjutkan pendidikan, tunjangan hari tua dan tunjangan kesehatan. Tunjangan ini akan berlaku sampai karyawan mangkat, di mana karyawan akan tetap mendapat gaji yang setiap bulannya dipotong dari gaji sewaktu bekerja ditambah tunjangan dari perusahaan dan pemerintah. Apabila terjadi penurunan kesehatan, karyawan mempunyai hak untuk mengundurkan diri. Walaupun demikian karyawan tersebut masih mandapat tunjangan dari P.T London Sumatra Indonesia Tbk.49

Dari pengalaman P.T. London Sumatra yang sudah berlalu, belum pernah karyawan melakukan tuntutan kenaikan upah, sebab upah yang diberikan perusahaan selalu di atas standar. Karyawan kantor yang diterima menjadi karyawan P.T. London Sumatra akan diperkirakan semua jenis pengeluaran dan dijadikan menjadi beban perusahaan.

Karyawan kantor yang sudah berkeluarga dan sudah lama bekerja akan mendapat fasilitas perumahan yang akan ditempati selama bekerja aktif di perusahaan. Sementara itu karyawan yang berprestasi mendapat bonus dan mutasi jabatan ke tingkat yang lebih tinggi lagi sebagai wujud kepedulian perusahaan kepada karyawan.

Untuk menuju kedudukan karyawan yang lebih tinggi, maka karyawan harus melampaui proses dari kedudukan rendah menuju posisi yang lebih tinggi. Proses ini dilakukan adalah untuk memperdalam pengetahuan karyawan tentang

49


(60)

perusahaan, sehingga segala permasalahan mudah dipahami dan diatasi oleh seorang karyawan. Setiap kali melakukan kenaikan jenjang karir, maka perusahaan melakukan pelatihan kepada karyawan yang lebih senior. Materi pendidikan yang dipelajari adalah masalah-masalah yang sering dialami oleh perusahaan P.T. London Sumatra, dan berbagai cara mengatasi permasalahan tersebut. Calon karyawan beru diupayakan dapat menduduki jabatan yang dimaksud oleh para Instruktur (istilah yang dipakai oleh P.T London Sumatra kepada para pemberi materi). 50

4.2 Pajak P.T. London Sumatra Indonesia Tbk.

Pajak yang diterima negara dari perkebunan jumlahnya sangat besar. Pajak tersebut akan masuk ke kas negara yang dinamakan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Alasan perkebunan menjadi salah satu sumber pendapatan besar negara dilatarbelakangi hasil dari perkebunan itu sendiri merupakan produk yang akan dipasarkan ke pasar internasional, sehingga dengan demikian perdagangan internasional akan melibatkan Indonesia dalam perdagangan tingkat internasional.51

Negara menikmati hasil perkebunan berupa pajak yang maksimal sejak tahun 1957, di mana pendapatan negara dari aktivitas perkebunan mencapai 3,71%, pada beberapa tahun berikutnya yaitu tahun 1983 naik hingga 6,02%.,

Demikian halnya dengan perusahaan perkebunan PT London Sumatra Indonesia Tbk. Hampir setiap tahunnya pajak yang disetor kepada negara semakin

50


(1)

diperoleh data besaran pajak yang disetorkan ke kas negara, tetapi dapatlah dipastikan bahwa perusahaan telah memberikan kontribusi bagi negara Indonesia.

Di sisi lain, perusahaan juga telah menyerap banyak tenaga kerja lokal yang dipekerjakan di perusahaan. Penyerapan tenaga kerja ini tentu telah membantu pemerintah dalam penyediaan tenaga kerja.

Sementara itu sejak tahun 1975, P.T. London Sumatra telah ikut mendorong pertumbuhan pembangunan di Indonesia dengan memberikan bantuan-bantuan kepada masyarakat. Bantuan yang diberikan P.T. London Sumatra semakin bertambah seiring dengan perkembangan yang dicapai perusahaan. Sekitar areal perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan menjadi sasaran utama bantuan sosial P.T. London Sumatra.

Di sekitar perkebunan, perusahaan telah pula mendirikan sekolah yang ditujukan kepada masyarakat dan anak-anak karyawan. Bantuan P.T. London Sumatra dalam bidang pendidikan adalah memberikan dukungan materi saat pendirian sekolah di daerah perkebunan P.T. London Sumatra dan beasiswa kepada anak sekolah. Sementara itu dalam bidang kesehatan P.T. London Sumatra telah mendirikan beberapa klinik di daerah perkebunan.

Selain pendidikan, di bidang yang lainya perusahaan juga membantu masyarakat kurang mampu, berupa pemberian santunan, bantuan kepada korban bencana, pendirian beberapa klinik kesehatan, penyediaan sarana air bersih di sekitar perkebunan dan aktifitas sosial yang lainnya. Dengan demikian P.T. London Sumatra berupaya mewujudkan misinya yaitu meningkatkan


(2)

63

kesejahteraan rakyat dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang luas dan menjadi salah satu panghasil pajak terbesar untuk negara.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logeo Wacana. 1999 Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta:

LP3S. 1979

Asyad, Asmad, Kelompok Perkebuanan Swasta Nasional Karet, Sungai Putih, Balai Penelitian Sungai Putih. 1986

Balai Pusat Statistik, Analisa Perkebuanan Sub-Sektor Perkebunan Besar Sumatera Utara 1986-1990, Medan: BPS Sumatera Utara. 1992

Biro Humas Pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Profil Sumatera Utara. Medan: Pemprop-SU. 1988

Departemen Penerangan, Peranan Komodity Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara 1979-1980, Jakarta: Departemen Peneranga. 1980.

Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara Dan Fakultas Pertanian USU, Pembangunan Perkebunan di Propinsi Sumatera Utara. Medan: Pemerintah Sumatera Utara. 2004

Badan Pusat Statistik, Statistik Perkebunan Besar di Indonesia, Jakarta: BPS Perkebunan. 1983

Biro Pusat Statistik, Statistik Perkebuanan Besar 1986, Jakarta: BPS. 1986.

---, Statistik Perkebuanan Besar Tahun 1984, 1985 Dan 1986 Di Indonesia, Jakarta: BPS. 1986

Gottcschalk, Luis, (terj) Notosusanto, Nugroho: Mengerti Sejarah, Jakara: UII Press. 1985

Karto Dirdjo, Sartono, Beberapa Kecenderunagan Dari Studi Sejarah Di Indonesia Dalam Sejarah Monografy, Yokyakarta: Jurusan Sejarah Dan Geografi Sosial IKIP Sanata Dharma. 1982

Moleong J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 1988

Panjaitan, Haluddin, Obtimalisasi Biaya Produksi Miyak Sawit di Pabrik Minyak Nabati PT London Sumatera Indonesia, Medan: USU. 1991

P.T. London Sumatra, Profil Perusahaan P.T. London Sumatra Indonesia Tbk. Sumatera Utara: Lonsum Press. 2005


(4)

Sinar, Lukman, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Satgas MABMI. 1991

Syamsulbahri, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Malang: Gajahmada Universiti Press, 1985

Tarigan, Baktiar, Penggunaan Metode Produksi Back Ward Memetakan Persamaan Penduga Jumlah Produksi Karet di PT London Sumatera, Medan: Lembaga Penelitian USU, 1994

Majalah

Majalah Aneka P.T. London Sumatera, Edisi Juli, Minggu I, 1988

Majalah Internal Karyawan P.T. London Sumatera.Aneka Peristiwa Edisi Maret. Minggu II 1990

Majalah Internal Karyawan P.T. London Sumatra Indonesia Tbk, Edisi Januari Minggu II, 1995

Arsip

Arsip P.T. London Sumatra Indonesia Tbk dengan judul: Aktivitas Kemasyarakatan P.T. London Sumatra

Arsip Lembaga Penelitian P.T. London Sumatra, yang Berjudul: Bah Lias Research Station P.T. London Sumatera

Arsip P.T. London Sumatra, Pergerarakan Harga Karet

Arsip P.T London Sumatra, Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Jakarta

Arship P.T. Lonsum Bagian Depatemen Sosial Yang Berjudul Masalampau P.T. London Sumatera.

Arship P.T London Sumatra yang berjudul Iktisar keuangan tahunan P.T.P.P. London Sumatera

Arsip P.T. London Sumatra yang berjudul, Sejarah P.T. London Sumatra Arsip P.T. London Sumatra, yang berjudul, Areal Perkebunan Lonsum


(5)

Arsip P.T. London Sumatra, yang berjudul Dasar Hukum Penggunaan Lahan P.T. London Sumatra.

Arsip P.T. London Sumatra yang berjudul: Kepemilikan P.T. London Sumatra Indonesia Tbk

Arsip P.T. London Sumatra yang berjudul Pemasaran Hasil Produksi Perkebunan Arsip P.T. London Sumatra yang berjudul Penjelasan Kinerja P.T PP London

Sumatera TBK

Arsip Pusat Penelitian Kelapa Sasit Sumatera Utara, yang berjudul Analisis Perkebunan-perkebunan Besar di Sumatera Utara

Arsip P.T. London Sumatra Dengan Judul: Manajeman London Sumatera Arsip P.T. London Sumatra Dengan Judul: Tunjangan Hari Tua

Arsip P.T London Sumatera yang berjudul. Peralihan Tanaman Produski

Arsip P.T. London Sumtra Indonesia Tbk. Dengan Judul: Prospek London Sumatera Kedepan.

Laporan Tahunan P.T. London Sumatra tahun 1980 Laporan Tahunan P.T. London Sumatra, Tahun 1990

Laporan Tahunan P.T. London Sumatra 1990, yang berjudul, Keluarga Plasma P.T. London Sumatra Indonesia Tbk

Laporan Tahunan P.T. London Sumatera 1995, pada bagian Kata sambutan presiden direktur.


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Lahan Perkebunan P.T. London Sumatra

Tahun 1960-1970 ……… 24

Tabel 2 Lahan Perkebunan dan Tanaman Produksi

P.T. London Sumatra Tahun 1970 ……… 29 Tabel 3 Lahan Perkebunan dan Tanaman Produksi

P.T. London Sumatra Tahun 1990 ……… 34 Tabel 4 Pengelolaan Produksi Tahun 1990 ……… 38