Intervensi PT PP London Sumatera dalam Pembuatan Kebijakan Desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK

RIO GIANT PRAYOGI ( 110906038 )

INTERVENSI PT PP LONDON SUMATERA DALAM PEMBUATAN
KEBIJAKAN DESA ( Kasus Intervensi PT PP London Sumatera dalam
Pembuatan Kebijakan di Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan
Nagodang ).
Rincian isi Skripsi, 107 halaman,

ABSTRAK

Semakin besarnya tuntutan untuk memberikan kewenangan lebih terhadap
desa untuk mengelola dan menjalankan secara mandiri pmerintahannya dengan
keleluasaan pengelolaan anggaran dan kebijakan, pada akhirnya menjadi landasan
untuk pembuatan regulasi khusus yang mengatur tentang desa yakni dengan
penerbitan UU No. 6 Tahun 2014 yang khusus mengatur tentang hak dan
kewajiban desa serta yang terpenting adalah pelimpahan wewenang secara luas
kepada Pemerintahan Desa untuk dapat mengatur dan mengelola pemrintahan

desa untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
Secara klasifikasi umum desa perkebunan juga termasuk dalam kategori
Desa, yang membedakan desa perkebunan dengan Desa konvensional adalah dari
asal – usul terbentuknya desa, wilayah teritori, dan homogenitas jenis pekerjaan
penduduknya. Secara umum dapat dilihat bahwa desa perkebunan adalah desa
dimana pembentukannya berdasarkan keinginan perusahaan perkebunan agar

iii

pekerja yang bekerja diperusahaan tersebut tidak perlu jauh keluar dari wilayah
perusahaan untuk berkumim, sehingga perusahaan perkebunan membuat
pemukiman untuk para pekerja. Semakin bertambahnya jumlah pekerja dan
pemukiman yang dibangun perusahaan dan terpenuhinya syarat – syarat
pembentukan desa maka pemukiman pekerja perkebunan tadi berubah menjadi
Desa Perkebunan.
Penelitian ini akan menguraikan bagaimana PT PP London Sumatera
sebagai perusahaan perkebunan, memanfaatkan kekuasaannya untuk melakukan
intervensi terhadap pembuatan kebijakan PAM Swakarsa di Desa Perkebunan Sei
Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang. Perusahaan memaksa perangkat desa
yang merupakan pekerja perkebunan untuk membuat kebijakan PAM Swakarsa

demi kepentingan pengamanan perusahaan dan kebijakan ini ternyata berdampak
buruk terhadap masyarakat desa yang juga bekerja sebagai karyawan perkebunan.
Pada penelitian ini teori – teori yang digunakan sebagai pisau analisis
diantaranya adalah teori kebijakan publik dan teori intervensi. Teori kebijakan
publik digunakan untuk menganalisis bagaimana prosedur dan mekanisme
pembuatan kebijakan yang ada di Desa Perkebunan Sei Rumbia dan Desa
Perkebunan Nagodang. beberapa pendapat ahli digunakan untuk menganalisis
pembuatan kebijakan tersebut, seperti William Dunn, Chander dan Plano, Heglo,
dan R. Dye. Sementara teori intervensi digunakan untuk menganalisa bagaimana
campur tangan PT PP London Sumatera dalam pembuatan kebijakan di Desa
Perkebunan Sei Rumbia dan Desa Perkebunan Nagodang. Dalam hal ini pendapat
ahli yang digunakan sebagai rujukan adalah pendapat dari Lauterpach.

iv

ABSTRACT

The growing demands to give more powers to the village to manage and run
independently of government with the flexibility of budget management and
policy, eventually became the foundation for the creation of a special regulation

governing the village with the issuance of Law No. 6 2014 which specifically
regulates the rights and obligations of the village and the most important is the
delegation of authority widely to the village government to be able to organize
and manage the government villages to achieve rural welfare.
In the general classification plantation village is also included in the
category of village, which distinguishes plantation village with conventional
village is of origin - the origin of the formation of villages, territories, and the
homogeneity of the type of work people. In general it can be seen that the
plantation village is the village where the formation is based on the desire that the
plantation company workers working in these companies do not have to go far out
of the region for the company settle, so that plantation companies make
settlements for workers. The increasing number of workers and settlements built
the company and the fulfillment of the terms - the village establishment of the
settlement terms of plantation workers had been transformed into the Village
Plantation.
This study will describe how PT PP London Sumatra as a plantation
company, utilizing its power to intervene against PAM Swakarsa policy-making
in the village of Sei Rumbia Plantation and Plantation Village Nagodang.
Company forced the village which is the plantation workers to make Swakarsa
PAM policy for the sake of security companies and the policy turned out to have a

negative impact on the rural communities that also works as an employee of the
estate.
In this study the theory - a theory that is used as the blade of which is the
analysis of public policy theory and the theory of intervention. Public policy

v

theory is used to analyze how the policy-making procedures and
mechanisms that exist in the village of Sei Rumbia Plantation and Plantation
Village Nagodang. some expert opinion is used to analyze the policy-making,
such as William Dunn, Chander and Plano, Heglo, and R. Dye. While the
intervention theory is used to analyze how interference PT PP London Sumatra in
policy-making in the village of Sei Rumbia Plantation and Plantation Village
Nagodang. In this case the expert opinion is used as a reference is the opinion of
Lauterpach.

vi