Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Delima

2.1.1 Klasifikasi (Materia Medika Indonesia, 1989)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Myrtales Suku : Punicaceae Famili : Lythraceae Marga : Punica

Jenis : Punica granatum L

Buah delima memiliki rasa yang manis, daging buah berair dengan biji buah yang berwarna merah. Buah delima kaya akan vitamin dan mineral, juga senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Delima juga merupakan sumber kelompok vitamin B complex dan vitamin K. Selain itu, delima kaya akan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat merangkal radikal bebas (Oci dan Kurnia, 2014).

2.1.2 Kandungan kimia ekstrak kulit buah delima

Kulit buah delima mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, asam fenolat, yang terdiri dari gallotanin, ellegatanin, punicalagin, punicalin, asam galat, asam ellagic, katekin, kuercetin, flavonol, flavon, dan antocianidin (Madrigal et al, 2009).


(2)

2.1.3 Kegunaan

Pada kulit delima banyak mengandung senyawa fenolik, dimana juga mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi, oleh karena itu disebut delima kaya akan antioksidannya (Madrigal et al, 2009). Kulit buah delima juga dapat menghambat basil typhoid dan dapat mengendalikan penyebaran infeksi virus polio, virus herpes simpleks, diabetes dan virus HIV. Selain yang sudah disebutkan tadi, khasiat tanin yang terdapat pada kulit buah delima berkhasiat untuk peluruh cacing usus, menghambat pertumbuhan bakteri dan mengobati diare (Raquibul dan Sathya, 2009).

2.2 Kosmetika

Kosmetik telah dikenal sejak zaman dahulu kala dan merupakan unsur kebudayaan masyarakat, sebab kecantikan dan kesehatan lahir batin merupakan vitalitas hidup yang harus dimiliki oleh setiap orang, baik wanita maupun pria (Rostamailis, 2005).

Kosmetik yang dalam bahasa Inggris disebut “cosmetics” berasal dari bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti kecakapan dalam menghias, juga dari kata “kosmein” yang berarti menata atau menghias. Kosmetik merupakan sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (Tranggono & Latifah, 2007).


(3)

Tujuan pemakaian kosmetika adalah melindungi tubuh dari alam, panas, sinar matahari, terbakar, dingin, kekeringan, iritasi dan gigitan nyamuk. Akan tetapi perkembangan zaman yang semakin maju kosmetika di tuntut mengikuti hal tersebut di mana pemakaian kosmetika sekarang adalah meningkatkan daya tarik, kepercayaan diri dan ketenangan, melindungi kulit dari sinar UV, polusi dan menghindari penuaan dini (Kurniati, 2011).

2.3 Kulit

Bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan dalam tata kecantikan, yaitu kulit. Kulit sangat berperan dalam pertahanan kita, dalam terpapar sinar matahari, polusi dan berbagai lainnya. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih (Kurniati, 2011).

Kulit adalah berfungsi sebagai barier protektif yang memberikan respon baik terhadap tantangan eksternal maupun internal dan berperan serta dalam pemeliharaan homeostatis. Secara struktural, kulit merupakan kombinasi jaringan kompleks yang terdiri atas dua lapisan, epidermis dan dermis. Epidermis, lapisan permukaan yang tipis, sangat rapat ke dermis, lapisan kulit yang lebih dalam terletak di bawahnya. Selanjutnya dermis, melekat ke seluruh jaringan subkutan. Kulit menjalani fungsi proteksi, regulasi suhu, sensasi stimulus eksterna, pembentukan vitamin D, eliminasi air dan garam (Anderson, 1996).

2.3.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis (subkutan) (Putro, 1997).


(4)

Lapisan epidermis terdiri dari empat lapisan sel, yaitu dari luar ke dalam disebut lapisan tanduk (stratum korneum) yang merupakan stratum terakhir dari sel-sel epidermis yang terkeratinisasi dan bersifat elastis. Lapisan butir (stratum granulosum) lapisan ini terdiri dari satu atau dua lapisan sel-sel mati (sel gepeng), memanjang secara horizontal dan mengandung substansi kecil yang disebut keratohialin. Lapisan tajuk (stratum spinosum) lapisan ini terdiri dari sel-sel poligonal mempunyai ruas-ruas dan menonjol). Lapisan tunas (stratum basale) lapisan ini membatasi epidermis dan dermis, terdiri dari sel-sel hidup yang tersusun seperti pagar, membelah terus-menerus dan merupakan pembaharuan lapisan-lapisan di atasnya. Pada lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yang akan menghasilkan pigmen melanin yang bertugas untuk melindungi kulit dari sinar matahari (Putro, 1997)

Dermis adalah suatu lapisan yang terdiri dari jaringan ikat yang terletak di bawah epidermis dan berfungsi sebagai penompang struktur dan nutrisi. Lapisan ini lebih tebal dari pada lapisan epidermis. Dalam dermis ini terdapat substansia dasar (mukopolisakarida), serabut-serabut otot, serabut-serabut kolagen paling banyak , serabut elastin (terdapat antara serabut-serabut kolagen). Kesemuanya ini fungsi dalam kelenturan kulit dan menentukan penampakan kulit, apakah licin, halus mulus atau berkerut (Putro, 1997).

Hipodermis/subkutan lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang, dan struktur lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh (Putro, 1997).


(5)

2.3.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh, berikut ini adalah fungsi-fungsi dari kulit.

1. Perlindungan atau proteksi, berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan.

2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. Sisa metabolisme dikeluarkan bersama dengan keringat.

3. Mengatur suhu tubuh. Ketika suhu udara panas, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak dan memperlebar pembuluh darah sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit, dan beragam tekstur.

6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Sangat diperlukan tubuh untuk pembentukan tulang.

7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh (Achroni, 2012).

2.3.3 Jenis-jenis kulit

a. Kulit normal : jenis kulit yang baik yakini tidak terlalu berminyak dan tidak terlalu kering, cerah, segar, elastis, berpori-pori kecil, dan memiliki warna rata.


(6)

b. Kulit kering : memiliki aktivitas minyak kurang aktif, teksturnya tipis serta rentan terhadap perubahan suhu dan kelembaban, yakini kering, kusam, pecah-pecah, kaku bersisik, serta mudah mengelupas dan timbul keriput. c. Kulit berminyak : aktivitas kelenjer minyak yang berlebih, teksturnya

kasar, tampak berkilat, dan terjadi pembesaran pori-pori.

d. Kulit kombinasi : kulit ini merupakan gabungan dari dua kombinasi, yaitu kulit kering dan kulit berminyak.

e. Kulit sensitif : kulit jenis ini memberikan respon secara berlebihan terhadap benda-benda atau kondisi tertentu, misalnya perubahan suhu, cuaca, bahan kosmetik, atau bahan kimia lain yang menyebabkan gangguan kesehatan kulit (Setiabudi,2014).

2.4 Penuaan Dini

2.4.1 Pengertian penuaan dini

Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis) adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009).

Penuaan akan terjadi seiring bertambahnya usia, proses degeneratif (penurunan) akan berlangsung pada usia diatas 30 tahun. Sel akan mencapai tingkat matang saat berumur 20-25 tahun (Dian, 2014).


(7)

2.4.2 Tanda-tanda penuaan dini

Berikut ini tanda-tanda penuaan dini: 1. Keriput dan Mengendur

Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elastin kulit semaking berkurang. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.

2. Muncul Noda Hitam

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit Kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori Membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar (Noormindhawati, 2013).

2.4.3 Faktor penyebab penuaan dini

Faktor-faktor yang berperan pada proses penuaan kulit yang umumnya berhubungan satu sama lain:

a. Umur. Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan pasti proses menua terjadi.

b. Genetik. Faktor genetik (keturunan) menentukan kapan mulai proses metabolik dalam tubuh, dan dengan kecepatan kapan proses menua akan terjadi.


(8)

c. Rasial. Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktur dan faal tubuh dalam peranannya terhadap lingkungan sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah dan fungsi pigmen melanin.

d. Hormonal. Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik.

e. Penyakit sistemik. Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya sistem biologik seluler.

f. Lingkungan hidup. Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit yaitu suhu, kelembaban, polusi kimia, dan terutama sinar ultraviolet. g. Lain-lain. Stres pisikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam

makanan, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat penuaan dini (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.4 Proses terjadinya penuaan dini

Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan „photo aging‟. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses „photo aging‟ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV yang berlebihan. Paparan sinar UV yang


(9)

berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis (Suryadi, 2012).

2.5 Anti-aging

Anti-aging produk perawatan kulit yang mengandung bahan-bahan yang dapat memperlambat timbulnya penuaan pada kulit. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Perawatan anti penuaan dini pada kulit merupakan segmen besar dari pasar produk kosmetik. Ketika terpajan radiasi UV, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan inflamasi, penuaan kulit dan berbagai gangguan kulit, seperti kulit menua disertai dengan kerutan, penurunan elastisitas, peningkatan kerapuhan kulit dan penyembuhan luka lebih lambat (Pouillot, et al., 2011).

2.5.1 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Sehingga, senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena


(10)

serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, di mana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak-air dan krim tipe air-minyak (Ditjen POM, 1979).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan dalam kosmetik perawatan (Suriana dan Muliyawan, 2013).

2.7Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging a. Asam stearat

Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam


(11)

formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe, et al., 2009).

b. Setil alkohol

Lilin tidak berwarna, tidak larut dalam air, bersinar mengkilap, bersisik dengan bentuk mikrokristalin. Lumer pada suhu 48o-50oC. Larut dalam kloroform, eter, alkohol panas, tidak larut dalam air (Tano, 2005).

c. Sorbitol

Sorbitol adalah D-glukosa yang merupakan alkohol hexahydric untuk manosa dan isomernya dengan manitol. Sifatnya tidak berbau, putih, kristal, dan bubuk higroskopik. Sorbitol memiliki rasa yang menyenangkan, dingin, rasa manis dan memiliki sekitar 50-60% dari manisnya sukrosa (Rowe et al., 2009).

d. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe, et al., 2009).

e. Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak. TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang


(12)

dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).

f. Nipagin

Nipagin digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari nipagin juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.8Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.1 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture (kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100 Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100 Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100

(Aramo, 2012). Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter


(13)

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).


(1)

c. Rasial. Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktur dan faal tubuh dalam peranannya terhadap lingkungan sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah dan fungsi pigmen melanin.

d. Hormonal. Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik.

e. Penyakit sistemik. Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya sistem biologik seluler.

f. Lingkungan hidup. Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit yaitu suhu, kelembaban, polusi kimia, dan terutama sinar ultraviolet. g. Lain-lain. Stres pisikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam

makanan, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat penuaan dini (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.4 Proses terjadinya penuaan dini

Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan „photo aging‟. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses „photo aging‟ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV yang berlebihan. Paparan sinar UV yang


(2)

berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis (Suryadi, 2012).

2.5 Anti-aging

Anti-aging produk perawatan kulit yang mengandung bahan-bahan yang dapat memperlambat timbulnya penuaan pada kulit. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Perawatan anti penuaan dini pada kulit merupakan segmen besar dari pasar produk kosmetik. Ketika terpajan radiasi UV, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan inflamasi, penuaan kulit dan berbagai gangguan kulit, seperti kulit menua disertai dengan kerutan, penurunan elastisitas, peningkatan kerapuhan kulit dan penyembuhan luka lebih lambat (Pouillot, et al., 2011).

2.5.1 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Sehingga, senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena


(3)

serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, di mana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak-air dan krim tipe air-minyak (Ditjen POM, 1979).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan dalam kosmetik perawatan (Suriana dan Muliyawan, 2013).

2.7Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging a. Asam stearat

Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam


(4)

formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe, et al., 2009).

b. Setil alkohol

Lilin tidak berwarna, tidak larut dalam air, bersinar mengkilap, bersisik dengan bentuk mikrokristalin. Lumer pada suhu 48o-50oC. Larut dalam kloroform, eter, alkohol panas, tidak larut dalam air (Tano, 2005).

c. Sorbitol

Sorbitol adalah D-glukosa yang merupakan alkohol hexahydric untuk manosa dan isomernya dengan manitol. Sifatnya tidak berbau, putih, kristal, dan bubuk higroskopik. Sorbitol memiliki rasa yang menyenangkan, dingin, rasa manis dan memiliki sekitar 50-60% dari manisnya sukrosa (Rowe et al., 2009).

d. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe, et al., 2009).

e. Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak. TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang


(5)

dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).

f. Nipagin

Nipagin digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari nipagin juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.8 Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.1 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture (kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100 Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100 Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100 Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100

(Aramo, 2012). Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter


(6)

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).