Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L)

(1)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-

AGING

DARI KRIM

MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(

Punica granatum

L)

SKRIPSI

t untuk memperolehgelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utar

OLEH:

NAILUL RAMADHILLA

NIM 121524103

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-

AGING

DARI KRIM

MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(

Punica granatum

L)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

t untuk memperolehgelar Sa Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utar

OLEH:

NAILUL RAMADHILLA

NIM 121524103

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Dari Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L)” Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra Djendakita Purba, M.Si., Apt. dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Dra Djendakita Purba, M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., sebagai penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik dan memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama


(5)

masa perkuliahan. Pimpinan dan semua staf tata usaha Fakultas Farmasi USU yang telah membantu penulis dalam semua proses administrasi.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Bapak Alm Ariyadi dan Ibu Azizah S.Pd, kedua abang dan kakak tercinta Rinaldi Setiawan, Dodi Arisman, Bella Netasya, juga kepada saudara, teman-teman serta semua orang yang tidak dapat dituliskan satu persatu untuk semua doa, dorongan dan semangat baik moril maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan dan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015 Penulis,

Nailul Ramadhilla NIM 121524103


(6)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI KRIM MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(Punica granatum L) ABSTRAK

Anti-aging merupakan suatu sediaan yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan. Kulit delima kaya akan flavonoid, asam fenolat, dan tanin diantaranya katekin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan krim anti-aging dengan menggunakan ekstrak kulit buah delima dan mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak kulit buah delima untuk memberikan efek

anti-aging.

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Kulit buah delima diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kulit buah delima diformulasi dalam bentuk sediaan krim dengan tipe minyak dalam air dengan konsentrasi 2,5, 5, 7,5, dan 10%, sebagai blanko digunakan dasar krim yang mengandung asam stearat, setil alkohol, TEA dan sebagai pembanding digunakan krim olay

anti-aging dipasaran. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, pengukuran pH, uji tipe emulsi, uji iritasi dan uji stabilitas sediaan dengan parameter seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 1 minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan dengan parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama perawatan 4 minggu.

Hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen, memiliki pH 5,0-5,7 dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yang mampu memulihkan kulit setelah 4 minggu. Semua sediaan krim ekstrak kulit buah delima tidak mengiritasi kulit. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging, dan penggunaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% setelah 4 minggu perawatan mampu memberikan efek anti-aging.

Kata kunci: Ekstrak kulit buah delima, krim anti-aging, skin analyzer.


(7)

FORMULATION AND TEST OF ANTI-AGING OF EFFECT SKIN CREAM CONTAINING POMEGRANATE PEEL EXTRACT

(Punica granatum L)

ABSTRACT

Anti-aging is a process that useful to prevent or slow down the effects of aging. Pomegranate peel is rich with flavonoids, phenolic acids, catechins and tannins which are using as an antioxidant. The objective of this study is to prepare an anti-aging cream using pomegranate peel extract and determine how long its to provide an anti-aging effects.

This study was carried out experimentally. Pomegranate peel extracted by maceration using ethanol 70% and concentrated by using rotary evaporator. Pomegranate peel extracts formulated into a cream dosage form with oil in water type with a concentration 2.5, 5, 7.5, and 10%, base cream as a blank which was containing stearic acid, cetyl alcohol, TEA and olay anti-aging cream on the market as a comparison. Cream preparation test includes homogeneity test, measurement of pH, emulsion type test, test and test the stability of the preparation irritation with its parameters like flavor, color and pH during 12 weeks in storage and measurements every 1 week. An anti-aging test activity done by volunteers with parameters like moisture, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles using a skin analyzer on the initial conditions and each week for 4 weeks treatment.

The results of the study showed that all cream preparations were homogeneous, it had a pH of 5,0 to 5,7 and stable during 12 week in a storage. The preparation of pomegranate peel extract in concentration 10% showed the best result. Which were able to restore a healthy skin after 4 weeks. All preparations did not irritate the skin. Conclusion pomegranate peel extracts can be formulated into anti-aging cream and the using of anti-aging cream of pomegranate peel extract in concentration 10% can provide an anti-aging effect after 4 weeks.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Uraian Delima ... 4

2.1.1 Klasifikasi ... 4

2.1.2 Kandungan kimia ekstrak kulit buah delima ... 4

2.1.3 Kegunaan ... 5


(9)

2.3 Kulit ... 6

2.3.1 Struktur kulit ... 6

2.3.2 Fungsi kulit ... 8

2.3.3 Jenis-jenis kulit ... 8

2.4 Penuaan Dini ... 9

2.4.1 Pengertian penuaan dini ... 9

2.4.2 Tanda-tanda penuaan dini ... 10

2.4.3 Faktor penyebab penuaan dini ... 10

2.4.4 Proses terjadinya penuaan dini ... 11

2.5 Anti-Aging ... 12

2.5.1 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging .. 12

2.6 Krim ... 13

2.6 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-aging ... 13

2.6 Skin Analyzer ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Alat-alat ... 17

3.2 Bahan-bahan ... 17

3.3 Sukarelawan ... 17

3.4 Pengumpulan Dan Pengolahan Sampel ... 18

3.4.1 Teknik pengumpulan sampel ... 18

3.4.2 Identifikasi tumbuhan ... 18

3.4.3 Pengolahan sampel ... 18

3.4.4 Pembuatan ekstrak kulit buah delima ... 18


(10)

3.5.1 Formula krim ... 19

3.5.2 Formula modifikasi ... 19

3.5.3 Pembuatan sediaan krim ... 20

3.6 Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 21

3.6.1 Pemeriksaan homogenitas ... 21

3.6.2 Penentuan pH sediaan ... 21

3.6.3 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 21

3.6.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 21

3.6.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 22

3.7 Pengujian Aktivitas Anti-Aging ... 22

3.8 Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Ekstraksi Kulit Buah Delima ... 24

4.2 Hasil Formulasi Sediaan ... 24

4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 24

4.3.1 Pemeriksaan homogenitas ... 24

4.3.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim ... 24

4.3.3 Penentuan pH sediaan ... 25

4.3.4 Pengamatan stabilitas sediaan ... 26

4.3.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan ... 27

4.4 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging ... 28

4.4.1 Kadar air (Moisture) ... 28

4.4.2 Kehalusan (Evenness) ... 31


(11)

4.4.4 Banyaknya noda (Spot) ... 35

4.4.5 Keriput (Wrinkle) ... 37

4.4.6 Kedalaman keriput (wrinkle‟s depth) ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 15

3.1 Komposisi bahan dalam krim ... 20

4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru 25

4.2 Data pengukuran pH sediaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima setelah penyimpanan selama 12 minggu ... 26

4.3 Data pengamatan terhadap kestabilan krim blanko, krim ekstrak kulit buah delima 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu ... 27

4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan ... 28

4.5 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 30

4.6 Hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 32

4.7 Hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 34

4.8 Hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 36

4.9 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 38


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) ... 29

4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evenness) ... 31

4.3 Grafik hasil pengukuran besar pori (Pore) ... 33

4.4 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (Spot) ... 35

4.5 Grafik hasil pengukuran keriput (Wrinkle) ... 37


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat hasil identifikasi/determinasi tumbuhan ... 44

2 Contoh surat pernyataan ikut serta dalam penelitian ... 45

3 Gambar sampel ... 46

4 Gambar alat ... 48

5 Gambar sediaan krim ... 49

6 Gambar hasil uji evaluasi sediaan krim ... 50

7 Gambar sediaan krim yang dibuat pada awal pembuatan ... 51

8 Bagan alir proses ekstraksi kulit buah delima ... 52

9 Bagan alir proses pembuatan sediaan krim anti-aging ... 53

10 Gambar hasil pengukuran menggunakan skin analyzer ... 54


(15)

FORMULASI DAN UJI EFEK ANTI-AGING DARI KRIM MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA

(Punica granatum L) ABSTRAK

Anti-aging merupakan suatu sediaan yang berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan. Kulit delima kaya akan flavonoid, asam fenolat, dan tanin diantaranya katekin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan krim anti-aging dengan menggunakan ekstrak kulit buah delima dan mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak kulit buah delima untuk memberikan efek

anti-aging.

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Kulit buah delima diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kulit buah delima diformulasi dalam bentuk sediaan krim dengan tipe minyak dalam air dengan konsentrasi 2,5, 5, 7,5, dan 10%, sebagai blanko digunakan dasar krim yang mengandung asam stearat, setil alkohol, TEA dan sebagai pembanding digunakan krim olay

anti-aging dipasaran. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, pengukuran pH, uji tipe emulsi, uji iritasi dan uji stabilitas sediaan dengan parameter seperti bau, warna dan pH selama penyimpanan 12 minggu dengan pengukuran setiap 1 minggu. Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan dengan parameter kadar air, kehalusan kulit, besar pori, banyaknya noda, keriput dan kedalaman keriput menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama perawatan 4 minggu.

Hasil penelitian diperoleh bahwa semua sediaan krim homogen, memiliki pH 5,0-5,7 dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% dapat memberikan efek anti-aging paling baik yang mampu memulihkan kulit setelah 4 minggu. Semua sediaan krim ekstrak kulit buah delima tidak mengiritasi kulit. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai anti-aging, dan penggunaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 10% setelah 4 minggu perawatan mampu memberikan efek anti-aging.

Kata kunci: Ekstrak kulit buah delima, krim anti-aging, skin analyzer.


(16)

FORMULATION AND TEST OF ANTI-AGING OF EFFECT SKIN CREAM CONTAINING POMEGRANATE PEEL EXTRACT

(Punica granatum L)

ABSTRACT

Anti-aging is a process that useful to prevent or slow down the effects of aging. Pomegranate peel is rich with flavonoids, phenolic acids, catechins and tannins which are using as an antioxidant. The objective of this study is to prepare an anti-aging cream using pomegranate peel extract and determine how long its to provide an anti-aging effects.

This study was carried out experimentally. Pomegranate peel extracted by maceration using ethanol 70% and concentrated by using rotary evaporator. Pomegranate peel extracts formulated into a cream dosage form with oil in water type with a concentration 2.5, 5, 7.5, and 10%, base cream as a blank which was containing stearic acid, cetyl alcohol, TEA and olay anti-aging cream on the market as a comparison. Cream preparation test includes homogeneity test, measurement of pH, emulsion type test, test and test the stability of the preparation irritation with its parameters like flavor, color and pH during 12 weeks in storage and measurements every 1 week. An anti-aging test activity done by volunteers with parameters like moisture, smoothness of skin, large pores, many stains, wrinkles and depth of wrinkles using a skin analyzer on the initial conditions and each week for 4 weeks treatment.

The results of the study showed that all cream preparations were homogeneous, it had a pH of 5,0 to 5,7 and stable during 12 week in a storage. The preparation of pomegranate peel extract in concentration 10% showed the best result. Which were able to restore a healthy skin after 4 weeks. All preparations did not irritate the skin. Conclusion pomegranate peel extracts can be formulated into anti-aging cream and the using of anti-aging cream of pomegranate peel extract in concentration 10% can provide an anti-aging effect after 4 weeks.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan pelindung utama tubuh dari dunia luar. Upaya untuk membuat kulit menjadi sehat dan terawat, salah satu dengan menggunakan produk perawatan kulit yaitu sediaan anti-aging (Prianto, 2014). Proses menua merupakan suatu proses fisiologis dan terjadi pada semua organ tubuh manusia, termasuk kulit. Proses menua pada kulit dapat dibedakan atas dua, yaitu proses menua intrinsik (proses menua sejalan dengan waktu) dan proses menua ekstrinsik (proses menua yang dipengaruhi proses eksternal, seperti pajanan sinar matahari yang berlebihan, polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi yang tidak seimbang). Pada penuaan ekstrinsik gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpapar matahari (Ardhie, 2011).

Anti-aging berguna untuk mencegah atau memperlambat efek penuaan sehingga terlihat segar, lebih cantik, dan awet muda. Terapi anti-aging akan lebih baik apabila dilakukan sedini mungkin, yakni disaat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Akhir-akhir ini banyak produk krim mengandung bahan anti-aging, namun kebenaran dari produk-produk tersebut untuk mencegah penuaan dini sering menjadi bahan untuk diperbincangkan dan diteliti. Menurut hasil penelitian para pakar, krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini terutama jika diaplikasikan pada malam hari (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Produk kosmetik memiliki salah satu manfaat untuk melindungi kulit karena bahan yang dikandungnya, sehingga dapat mempengaruhi fungsi biologis


(18)

kulit. Beberapa ekstrak tumbuhan dan antioksidan yang diperoleh dari sumber alami mampu mencegah penuaan dan dapat meningkatkan kesehatan kulit (Pareetha dan Karthika, 2009).

Kulit buah delima kaya akan flavonoid, asam fenolat, dan tanin diantaranya gallotannin, ellagitannin, antosianidin, asam ellagic, kuersetin, asam galat, katekin yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Kulit delima tidak hanya bermanfaat untuk mengatasi berbagai gangguan atau keluhan kesehatan, tetapi juga memiliki manfaat untuk merawat kecantikan kulit (Oci dan Kurnia, 2014).

Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemakaian produk yang mengandung antioksidan dapat menghambat dan mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit degeneratif. Bila ketersediaan antioksidan dalam tubuh tidak memadai, maka daya tahan tubuh akan menurun dan proses penuaan dini akan terjadi. Oleh sebab itu, ketersediaan antioksidan dalam tubuh harus dipertahankan dan ditingkatkan untuk dapat menangkal radikal bebas (Kurniati, 2011).

Dalam penelitian ini dibuat ekstrak kulit buah delima yang akan digunakan dalam bentuk sediaan setengah padat yaitu krim. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang formulasi dan uji efek anti-aging dari ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L).


(19)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian

adalah:

1. Apakah ekstrak kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim.

2. Apakah sediaan krim yang mengandung ekstrak kulit buah delima dapat digunakan sebagai anti-aging.

1.3Hipotesa Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah:

1. Ekstrak Kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim.

2. Sediaan krim yang mengandung ekstrak kulit buah delima dapat memberikan efek anti-aging.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Memformulasi sediaan krim anti-aging denganmenggunakan ekstrak kulit buah delima.

2. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan krim ekstrak kulit buah delima untuk memberikan efek anti-aging.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi khasiat kulit buah delima di bidang kosmetik dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk-produk perawatan kulit.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Delima

2.1.1 Klasifikasi (Materia Medika Indonesia, 1989)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Myrtales Suku : Punicaceae Famili : Lythraceae Marga : Punica

Jenis : Punica granatum L

Buah delima memiliki rasa yang manis, daging buah berair dengan biji buah yang berwarna merah. Buah delima kaya akan vitamin dan mineral, juga senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Delima juga merupakan sumber kelompok vitamin B complex dan vitamin K. Selain itu, delima kaya akan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat merangkal radikal bebas (Oci dan Kurnia, 2014).

2.1.2 Kandungan kimia ekstrak kulit buah delima

Kulit buah delima mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, asam fenolat, yang terdiri dari gallotanin, ellegatanin, punicalagin, punicalin, asam galat, asam ellagic, katekin, kuercetin, flavonol, flavon, dan antocianidin (Madrigal et al, 2009).


(21)

2.1.3 Kegunaan

Pada kulit delima banyak mengandung senyawa fenolik, dimana juga mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi, oleh karena itu disebut delima kaya akan antioksidannya (Madrigal et al, 2009). Kulit buah delima juga dapat menghambat basil typhoid dan dapat mengendalikan penyebaran infeksi virus polio, virus herpes simpleks, diabetes dan virus HIV. Selain yang sudah disebutkan tadi, khasiat tanin yang terdapat pada kulit buah delima berkhasiat untuk peluruh cacing usus, menghambat pertumbuhan bakteri dan mengobati diare (Raquibul dan Sathya, 2009).

2.2 Kosmetika

Kosmetik telah dikenal sejak zaman dahulu kala dan merupakan unsur kebudayaan masyarakat, sebab kecantikan dan kesehatan lahir batin merupakan vitalitas hidup yang harus dimiliki oleh setiap orang, baik wanita maupun pria (Rostamailis, 2005).

Kosmetik yang dalam bahasa Inggris disebut “cosmetics” berasal dari

bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti kecakapan dalam menghias, juga dari kata “kosmein” yang berarti menata atau menghias. Kosmetik merupakan

sediaan/paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit (Tranggono & Latifah, 2007).


(22)

Tujuan pemakaian kosmetika adalah melindungi tubuh dari alam, panas, sinar matahari, terbakar, dingin, kekeringan, iritasi dan gigitan nyamuk. Akan tetapi perkembangan zaman yang semakin maju kosmetika di tuntut mengikuti hal tersebut di mana pemakaian kosmetika sekarang adalah meningkatkan daya tarik, kepercayaan diri dan ketenangan, melindungi kulit dari sinar UV, polusi dan menghindari penuaan dini (Kurniati, 2011).

2.3 Kulit

Bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan dalam tata kecantikan, yaitu kulit. Kulit sangat berperan dalam pertahanan kita, dalam terpapar sinar matahari, polusi dan berbagai lainnya. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit yang segar, lembab, halus, lentur dan bersih (Kurniati, 2011).

Kulit adalah berfungsi sebagai barier protektif yang memberikan respon baik terhadap tantangan eksternal maupun internal dan berperan serta dalam pemeliharaan homeostatis. Secara struktural, kulit merupakan kombinasi jaringan kompleks yang terdiri atas dua lapisan, epidermis dan dermis. Epidermis, lapisan permukaan yang tipis, sangat rapat ke dermis, lapisan kulit yang lebih dalam terletak di bawahnya. Selanjutnya dermis, melekat ke seluruh jaringan subkutan. Kulit menjalani fungsi proteksi, regulasi suhu, sensasi stimulus eksterna, pembentukan vitamin D, eliminasi air dan garam (Anderson, 1996).

2.3.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis (subkutan) (Putro, 1997).


(23)

Lapisan epidermis terdiri dari empat lapisan sel, yaitu dari luar ke dalam disebut lapisan tanduk (stratum korneum) yang merupakan stratum terakhir dari sel-sel epidermis yang terkeratinisasi dan bersifat elastis. Lapisan butir (stratum granulosum) lapisan ini terdiri dari satu atau dua lapisan sel-sel mati (sel gepeng), memanjang secara horizontal dan mengandung substansi kecil yang disebut keratohialin. Lapisan tajuk (stratum spinosum) lapisan ini terdiri dari sel-sel poligonal mempunyai ruas-ruas dan menonjol). Lapisan tunas (stratum basale) lapisan ini membatasi epidermis dan dermis, terdiri dari sel-sel hidup yang tersusun seperti pagar, membelah terus-menerus dan merupakan pembaharuan lapisan-lapisan di atasnya. Pada lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yang akan menghasilkan pigmen melanin yang bertugas untuk melindungi kulit dari sinar matahari (Putro, 1997)

Dermis adalah suatu lapisan yang terdiri dari jaringan ikat yang terletak di bawah epidermis dan berfungsi sebagai penompang struktur dan nutrisi. Lapisan ini lebih tebal dari pada lapisan epidermis. Dalam dermis ini terdapat substansia dasar (mukopolisakarida), serabut-serabut otot, serabut-serabut kolagen paling banyak , serabut elastin (terdapat antara serabut-serabut kolagen). Kesemuanya ini fungsi dalam kelenturan kulit dan menentukan penampakan kulit, apakah licin, halus mulus atau berkerut (Putro, 1997).

Hipodermis/subkutan lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang, dan struktur lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh (Putro, 1997).


(24)

2.3.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh, berikut ini adalah fungsi-fungsi dari kulit.

1. Perlindungan atau proteksi, berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan.

2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. Sisa metabolisme dikeluarkan bersama dengan keringat.

3. Mengatur suhu tubuh. Ketika suhu udara panas, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak dan memperlebar pembuluh darah sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit, dan beragam tekstur.

6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Sangat diperlukan tubuh untuk pembentukan tulang.

7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh (Achroni, 2012).

2.3.3 Jenis-jenis kulit

a. Kulit normal : jenis kulit yang baik yakini tidak terlalu berminyak dan tidak terlalu kering, cerah, segar, elastis, berpori-pori kecil, dan memiliki warna rata.


(25)

b. Kulit kering : memiliki aktivitas minyak kurang aktif, teksturnya tipis serta rentan terhadap perubahan suhu dan kelembaban, yakini kering, kusam, pecah-pecah, kaku bersisik, serta mudah mengelupas dan timbul keriput. c. Kulit berminyak : aktivitas kelenjer minyak yang berlebih, teksturnya

kasar, tampak berkilat, dan terjadi pembesaran pori-pori.

d. Kulit kombinasi : kulit ini merupakan gabungan dari dua kombinasi, yaitu kulit kering dan kulit berminyak.

e. Kulit sensitif : kulit jenis ini memberikan respon secara berlebihan terhadap benda-benda atau kondisi tertentu, misalnya perubahan suhu, cuaca, bahan kosmetik, atau bahan kimia lain yang menyebabkan gangguan kesehatan kulit (Setiabudi,2014).

2.4 Penuaan Dini

2.4.1 Pengertian penuaan dini

Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan

photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis) adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009).

Penuaan akan terjadi seiring bertambahnya usia, proses degeneratif (penurunan) akan berlangsung pada usia diatas 30 tahun. Sel akan mencapai tingkat matang saat berumur 20-25 tahun (Dian, 2014).


(26)

2.4.2 Tanda-tanda penuaan dini

Berikut ini tanda-tanda penuaan dini: 1. Keriput dan Mengendur

Seiring bertambahnya usia, jumlah kolagen dan elastin kulit semaking berkurang. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.

2. Muncul Noda Hitam

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit Kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori Membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar (Noormindhawati, 2013).

2.4.3 Faktor penyebab penuaan dini

Faktor-faktor yang berperan pada proses penuaan kulit yang umumnya berhubungan satu sama lain:

a. Umur. Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan pasti proses menua terjadi.

b. Genetik. Faktor genetik (keturunan) menentukan kapan mulai proses metabolik dalam tubuh, dan dengan kecepatan kapan proses menua akan terjadi.


(27)

c. Rasial. Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktur dan faal tubuh dalam peranannya terhadap lingkungan sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah dan fungsi pigmen melanin.

d. Hormonal. Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik.

e. Penyakit sistemik. Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya sistem biologik seluler.

f. Lingkungan hidup. Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit yaitu suhu, kelembaban, polusi kimia, dan terutama sinar ultraviolet. g. Lain-lain. Stres pisikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam

makanan, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat penuaan dini (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.4 Proses terjadinya penuaan dini

Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan „photo aging‟. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses

„photo aging‟ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat


(28)

berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis (Suryadi, 2012).

2.5 Anti-aging

Anti-aging produk perawatan kulit yang mengandung bahan-bahan yang dapat memperlambat timbulnya penuaan pada kulit. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi mencegah proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu mencegah timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Perawatan anti penuaan dini pada kulit merupakan segmen besar dari pasar produk kosmetik. Ketika terpajan radiasi UV, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan inflamasi, penuaan kulit dan berbagai gangguan kulit, seperti kulit menua disertai dengan kerutan, penurunan elastisitas, peningkatan kerapuhan kulit dan penyembuhan luka lebih lambat (Pouillot, et al., 2011).

2.5.1 Antioksidan sebagai bahan aktif pada produk anti-aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Sehingga, senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena


(29)

serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, di mana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim tipe minyak-air dan krim tipe air-minyak (Ditjen POM, 1979).

Secara garis besar krim terdiri dari 3 komponen yaitu bahan aktif, bahan dasar dan bahan pembantu. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dalam fase air yang dicampur dengan penambahan bahan pengemulsi (emulgator) kemudian akan membentuk basis krim. Menurut kegunaannya krim anti-aging digolongkan dalam kosmetik perawatan (Suriana dan Muliyawan, 2013).

2.7 Bahan-bahan Dalam Krim Anti-Aging

a. Asam stearat

Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam


(30)

formulasi krim berkisar antara 1 – 20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe, et al., 2009).

b. Setil alkohol

Lilin tidak berwarna, tidak larut dalam air, bersinar mengkilap, bersisik dengan bentuk mikrokristalin. Lumer pada suhu 48o-50oC. Larut dalam kloroform, eter, alkohol panas, tidak larut dalam air (Tano, 2005).

c. Sorbitol

Sorbitol adalah D-glukosa yang merupakan alkohol hexahydric untuk manosa dan isomernya dengan manitol. Sifatnya tidak berbau, putih, kristal, dan bubuk higroskopik. Sorbitol memiliki rasa yang menyenangkan, dingin, rasa manis dan memiliki sekitar 50-60% dari manisnya sukrosa (Rowe et al., 2009).

d. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dengan rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer, dan pelarut pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe, et al., 2009).

e. Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak. TEA digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang


(31)

dapat berfungsi sebagai pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil (Rowe, et al., 2009).

f. Nipagin

Nipagin digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari nipagin juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2 – 5%. Konsentrasi nipagin yang biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar antara 0,02 – 0,3% (Rowe, et al., 2009).

2.8 Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan

skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput juga terdeteksi dengan alat ini. Tabel 2.1 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer.

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture

(kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100

Evenness

(Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore

(Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100

(Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter


(32)

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer

menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini meliputi pembuatan sediaan krim anti-aging menggunakan ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan, uji iritasi), pengelompokan sukarelawan, dan pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan

moisture checker (Aramo-SG), lumpang porselin, stamfer, cawan porselin, alat-alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna Instrument), dan neraca analitik (Dickson), blender.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, nipagin, air suling, pewangi, ekstrak kulit buah delima, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan pH netral (7,01), etanol 70%.

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan adalah wanita sebanyak 18 orang berumur 20-30 tahun memiliki kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering terpapar sinar matahari.


(34)

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Teknik pengumpulan sampel

Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan tumbuhan yang sama dengan daerah lain. Bahan tumbuhan yang digunakan adalah kulit buah delima yang diambil dari daerah Lampoh Daya, Banda Aceh, Kecamatan Jaya Baru, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

3.4.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 46.

3.4.3 Pengolahan sampel

Buah delima segar sebanyak 5 kg, disortasi, dikumpulkan, dicuci, lalu ditiriskan, kemudiaan pisahkan kulitnya dengan isinya, ditimbang kulit buah delima 2 kg sebagai berat basah. Kemudian diiris dikeringkan dilemari pengering (suhu 40-500C) hingga kering dan diperoleh berat kering sebanyak 1 kg. Lalu dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk, disimpan dalam wadah yang terlindung dari sinar matahari.

3.4.4 Pembuatan ekstrak kulit buah delima

Cara pembuatan ekstrak kulit buah delima adalah dengan metode maserasi. Prosedur pembuatan ekstrak: sebanyak 500 g kulit buah delima, yang telah dihaluskan dimasukkan dalam bejana. Simplisia direndam dengan penyari etanol 70% sebanyak 3,75 liter. Biarkan 5 hari, diaduk sehari sekali. Setelah 5 hari, disaring, serkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari 1,25 liter,


(35)

aduk serkai hingga keseluruhan sari yang diperoleh 5 liter. Hasil maserat diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kulit buah delima yang kental.

3.5 Formulasi Sediaan Krim 3.5.1 Formula krim (Young, 1972)

Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar yang menggunakan tipe dasar krim minyak dalam air (Young, 1972) :

R/ Asam stearat 12 Setil alkohol 0,5 Sorbitol 5 Propilen glikol 3 Trietanolamin 1

Gliserin 1-5 tetes Nipagin q.s

Air suling ad 100 Parfum 1-3 tetes

3.5.2 Formulasi modifikasi

Formulasi krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena fungsinya sama dengan propilen glikol dan sorbital dan fungsinya sebagai humektan lebih baik. Formulasi dasar krim sebagai berikut:

R/ Asam stearat 12 Setil alkohol 0,5

Sorbitol 5

Propilen glikol 3

Trietanolamin 1

Nipagin 0,2

Air suling ad 100

Parfum 1-3 tetes

Konsentrasi ekstrak kulit buah delima yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 2,5%, 5%, 7,5%, dan, 10% b/b.

Formulasi dasar krim tanpa ekstrak kulit buah delima dibuat sebagai blanko. Rancangan formulasi dijelaskan sebagai berikut Tabel 3.1 di bawah ini.


(36)

Tabel 3.1 Komposisi bahan dalam krim

Bahan

Konsentrasi (gram)

Krim A Krim B Krim C Krim D Krim E

Asam stearat 12 12 12 12 12

Setil alkohol 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Sorbitol 5 5 5 5 5

Trietanolamin 1 1 1 1 1

Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Propilen glikol 3 3 3 3 3

Ekstrak 0 2,5 5 7,5 10

Air suling Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Pewangi 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes Keterangan:

Krim A : Blanko (tanpa ekstrak kulit buah delima) Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%

3.5.3 Pembuatan sediaan krim

Cara pembuatan krim : Asam stearat, setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air pada suhu 70°C (massa I). Sorbitol, TEA, nipagin dilarutkan di dalam air panas yang telah ditakar pada suhu 70°C (massa II). Dimasukkan air panas ke dalam lumpang. Kemudian keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang dan kemudian tambahkan massa II ke dalamnya, gerus sampai terbentuk massa krim. Digerus ekstrak kulit buah delima dan propilen glikol, kemudian tambahkan dasar krim gerus sampai homogen lalu ditambahkan 3 tetes pewangi. Pembuatan dilakukan dengan cara yang sama untuk semua formula dengan konsentrasi ekstrak kulit buah delima yang berbeda.


(37)

3.6 Pemeriksaan Terhadap Sediaan 3.6.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.6.2 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

3.6.3 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (m/a), tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi air dalam minyak (a/m) (Ditjen POM, 1985).

3.6.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Masing-masing sediaan krim dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna, dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan pengamatan setiap 1 minggu (National Health Surveillance Agency, 2005).


(38)

3.6.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 10 orang sukarelawan. Sediaan yang digunakan dengan konsentrasi tertinggi yaitu 10%, sediaan dioleskan di belakang telinga membentuk lingkaran, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi iritasi kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985). Eritema: tidak eritema 0, sangat sedikit eritema 1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4. Edema: tidak edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2, edema sedang 3, edema sangat parah 4 (Barel dkk., 2009).

3.7 Pengujian Aktivitas Anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 18 orang dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:

Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim A (blanko) Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim B

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5%) Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim C

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5%) Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim D

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5%) Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim E

(konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%) Kelompok VI : 3 orang sukarelawan untuk krim F

(krim anti-aging produk pasaran)

Semua sukarelawan ditandai lingkaran pada punggung tangan berdiameter 3 cm, diukur kondisi kulit awal meliputi: kadar air (moisture), kehalusan (evenness), besar pori (pore), banyaknya noda (spot), keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput dengan menggunakan skin analyzer sesuai dengan parameter


(39)

pengukuran. Setelah pengukuran kondisi kulit awal, perawatan mulai dilakukan dengan pengolesan krim hingga merata seluas area yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.

3.8 Analisis Data

Data hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Smirnov) 17. Pertama data dianalisis menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudiaan dilanjutkan dianalisis menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbadaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey LSD untuk melihat perbedaan nyata antara perlakuan.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Kulit Buah Delima

Hasil ekstraksi dari 500 g kulit buah delima dengan menggunakan pelarut etanol 5 L secara maserasi, kemudiaan maserat dipekatkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental yaitu sebanyak 111,88 g berwarna hijau kehitaman.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan

Sediaan krim dengan penambahan ekstrak kulit buah delima masing-masing 2,5%, 5%, 7,5% dan 10% berwarna coklat. Semakin tinggi konsentrasi kulit buah delima semakin coklat warna krim yang dihasilkan. Krim blanko berwarna putih dan krim pembanding olay berwarna putih kekuningan.

4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.3.1 Pemeriksaan homogenitas

Dari uji homogenitas yang dilakukan pada sediaan krim dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% semua sediaan krim tidak terdapat butiran-butiran kasar pada objek gelas, maka sediaan krim dikatakan homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 50.

4.3.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim

Menurut Ditjen POM (1985) penentuan tipe krim sediaan dapat ditentukan dengan pewarnaan biru metilen, bila biru metilen tersebar merata berarti sediaan tipe minyak dalam air, tetapi jika warna hanya berupa bintik-bintik biru, berarti tipe sediaan adalah air dalam minyak.


(41)

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, bahwa krim anti-aging

ekstrak kulit buah delima mempunyai tipe m/a karena biru metilen dapat terlarut dan memberikan warna yang homogen. Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 6 halaman 50.

Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim menggunakan metil biru

No Krim Kelarutan Biru Metil pada Sediaan

Ya Tidak

1 A -

2 B -

3 C -

4 D -

5 E -

Keterangan:Krim A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%

4.3.3 Penentuan pH sediaan

Hasil penentuan pH sediaan krim ekstrak kulit buah delima dilakukan dengan menggunakan pH meter dapat dilihat pada Tabel 4.2 Nilai pH sediaan krim diperoleh antara 5,0-5,7.

Dari hasil pengamatan nilai pH sediaan pada saat selesai dibuat, diperoleh bahwa pada krim A: 5,7; krim B: 5,5; krim C: 5,4; krim D: 5,4; dan krim E:5,2, sedangkan setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan pH pada setiap sediaan yaitu A: 5,6; krim B: 5,4; krim C: 5,3; krim D: 5,2; dan krim E:5,0 sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pH saat selesai dibuat. Pada semua sediaan mengalami penurunan tetapi masih dalam batas pH normal, pH kulit yaitu 4,5-6,5, jika pH krim terlalu basa akan menyebabkan kulit bersisik sedangkan pH terlalu asam dapat menimbulkan iritasi kulit.


(42)

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim anti-aging ekstrak kulit buah delima

setelah penyimpanan selama 12 minggu

No Krim

Nilai pH rata-rata selama 12 minggu

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 1 A 5,7 5,7 5,7 5,7 5,7 5,7 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6 5,6 2 B 5,5 5,5 5,5 5,5 5,5 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 3 C 5,4 5,4 5,4 5,4 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 5,3 4 D 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,3 5,3 5,3 5,3 5,2 5,2 5,2 5 E 5,2 5,2 5,2 5,2 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0

Keterangan : Krim A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10%

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa semakin banyak konsentrasi ekstrak kulit buah delima yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka pH semakin menurun. Hal ini disebabkan karena pH ekstrak adalah asam yaitu 3,0-3,2.

4.3.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan warna, rasa dan bau selama penyimpanan. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan tersebut teroksidasi. Sediaan tidak mengalami perubahan secara fisik dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 51.

Hasil percobaan untuk pengamatan stabilitas sediaan krim anti-aging


(43)

Tabel 4.3 Data pengamatan terhadap kestabilan krim blanko, krim ekstrak kulit

buah delima 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu.

No Krim

Lama pengamatan (minggu)

0 3 6 9 12

X Y X Y X Y X Y X Y

1 A - - - -

2 B - - - -

3 C - - - -

4 D - - - -

5 E - - - -

Keterangan : Krim A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Krim B : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Konsentrasi ekstrak kulit buah delima 10% X : Perubahan warna

Y : Perubahan bau

- : Tidak terjadi perubahan

4.3.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan

Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat baik untuk digunakan.

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis seperti pada belakang telinga dibiarkan selama 24 jam. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.4


(44)

Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan

Reaksi iritasi Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X

Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Index iritasi primer: 0/24 = 0,00

Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel dkk, 2009).

Eritema Edema

tidak eritema 0 tidak edema 0

sangat sedikit eritema 1 sangat sedikit edema 1 sedikit eritema 2 sedikit edema 2

eritema sedang 3 edema sedang 3

eritema sangat parah 4 edema sangat parah 4

4.4Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging dengan menggunakan skin analyzer Aramo, di mana parameter uji meliputi: pengukuran kadar air (moisture), pengukuran kehalusan kulit (evenness) dan besar pori (pore), pengukuran banyaknya noda (spot), pengukuran keriput (wrinkle) dan kedalaman keriput. Pengukuran aktivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi kulit awal sebelum dilakukan perawatan, hal ini bertujuan untuk bisa melihat seberapa besar pengaruh krim yang digunakan dalam memulihkan kulit yang telah mengalami penuaan tersebut. Hasil pengukuran aktivitas anti-aging akan dibahas per parameter.

4.4.1 Kadar air (Moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil pengukuran yang terdapat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.5 menunjukkan kondisi awal kadar air kulit semua kelompok sukarelawan terjadi dehidrasi pada kulit. Perawatan 1 minggu kondisi kadar air kulit menjadi normal untuk kulit yang dirawat dengan


(45)

krim ekstrak kulit delima dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan krim anti-aging dipasaran. Krim blanko dapat melembabkan kulit setelah perawatan selama 4 minggu. Pemulihan kulit yang baik pada krim ekstrak 7,5%, 10% dan krim anti-aging dipasaran terlihat tidak jauh berbeda pada saat proses pemulihan, karena mampu meningkatkan kadar air lebih baik dibandingkan dengan formula lain. Perawatan dengan pengolesan berbagai konsentrasi menyebabkan peningkatan grafik yang menunjukkan kondisi kulit mengalami perubahan, yaitu kondisi kulit dehidrasi menjadi kondisi kulit normal setelah dilakukan selama 4 minggu pada semua kelompok.

Data statistik parameter kehalusan kulit yang diperoleh dengan uji parametrik One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD. Setelah 4

minggu data diuji secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p≤0,05)

pada 1 minggu hingga 4 minggu, semua sediaan krim ekstrak kulit buah delima mampu memberikan efek meningkatkan kadar air pada kulit punggung tangan.

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

Nilai P en gu k u ran

Waktu perawatan (minggu)

Krim blanko Krim ekstrak 2,5% Krim ekstrak 5% Krim ekstrak 7,5% Krim ekstrak 10%

Krim anti aging dipasaran N or m al D ehi dr as i


(46)

Tabel 4.5 Hasil pengukuran kadar air (Moisture) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

Persentase kadar air (%) Kondisi

awal

Perawatan (minggu)

I II III IV

A

1 30 30 30 30 30

2 29 30 30 30 30

3 29 29 29 29 30

29,3±0,57 29,7±0,57 29,7±0,57 29,7±0,57 30,0±0,00

B

1 29 30 32 32 32

2 27 30 30 31 31

3 27 31 31 32 33

27,6±1,15 30,3±1,00 31,0±1,00 31,6±0,57 32,0±1,00

C

1 28 29 31 33 34

2 26 27 32 32 33

3 29 29 31 33 33

27,6±1,53 28,3±1,15 31,3±0,57 32,6±0,57 33,3±0,57

D

1 28 31 33 35 35

2 25 32 33 34 36

3 26 32 34 34 36

26,3±1,52 31,6±0,57 33,3±0,57 34,3±0,57 35,6±0,57

E

1 26 31 33 33 36

2 27 32 34 34 36

3 29 32 35 37 37

27,3±1,53 31,7±0,58 34,0±1,00 34,6±2,08 36,3±0,57 F

1 28 28 32 36 38

2 29 30 35 37 37

3 29 33 34 36 37

28,7±0,58 30,3±2,52 33,7±1,53 36,3±0,58 37,3±0,57 Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-29 : Dehidrasi 30-50 : Normal


(47)

4.4.2 Kehalusan (Evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (Evenness) dengan menggunakan perangkat

skin analyzer lensa perbesaran 60x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru. Hasil pengukuran kehalusan kulit seperti yang terlihat dalam Gambar 4.2 dan Tabel 4.6 pada perawatan 1 minggu krim blanko dan krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10% dan krim anti-aging dipasaran memberikan hasil kehalusan kulit yang normal. Demikian juga pada perawatan 2 minggu kondisi kehalusan kulit masih menunjukkan hasil kehalusan yang normal. Kondisi kehalusan kulit menjadi lebih halus dibandingkan kondisi sebelumnya sampai pada perawatan 4 minggu, krim dengan konsentrasi 10% dan krim sebagai pembanding mempunyai efektifitas yang sama yang dapat memulihkan kulit menjadi lebih halus.

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (Evennes) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Data statistik parameter kehalusan kulit yang diperoleh dengan uji parametrik One Way Anova dilanjutkan dengan Turkey dan LSD. Data diuji secara statistik tidak ada perbedaan kehalusan kulit yang signifikan antara formula

0 10 20 30 40 50

0 1 2 3 4

Nilai P en gu k u ran

Waktu perawatan (minggu)

Krim blanko Krim ekstrak 2,5%

Krim ekstrak 5% Krim ekstrak 7,5%

Krim ekstrak 10% Produk pasaran H al us N or m al


(48)

karena diperoleh nilai (p≥0,05). Pada pemulihan minggu ke 4 setelah perawatan diperoleh nilai (p≤0,05) di mana ada perbedaan yang signifikan antara formula.

Tabel 4.6 Hasil pengukurankehalusan (Evenness) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

Kehalusan Kulit Kondisi

awal

Perawatan (minggu)

I II III IV

A

1 41 41 40 40 40

2 40 40 40 40 40

3 42 42 42 42 42

41,0±1,00 41,0±1,00 40,7±1,15 40,7±1,15 40,7±1,15

B

1 38 34 34 34 34

2 44 34 34 33 32

3 44 43 43 39 39

42,0±3,46 37,0±5,20 37,0±5,20 35,3±3,21 35,0±3,60

C

1 39 39 39 39 39

2 38 37 37 35 31

3 34 34 34 34 34

37,0±2,65 36,6±2,51 36,6±2,51 36,0±2,64 34,0±4,04

D

1 33 33 33 32 31

2 34 33 31 31 26

3 39 39 36 33 33

35,3±3,21 35,0±3,46 33,3±2,51 32,0±1,00 30,0±3,60

E

1 38 34 33 31 31

2 44 40 36 34 34

3 44 42 35 31 27

42,0±3,46 38,7±4,16 34,7±1,52 32,0±1,73 30,6±3,51 F

1 39 38 37 37 32

2 34 33 30 26 26

3 37 37 33 33 32

36,6±2,51 36,0±2,65 33,3±3,51 32,0±5,57 30,0±3,46 Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-31 : Halus 32-51 : Normal


(49)

4.4.3 Besar pori (pore)

Analisa besar pori pada kulit pada kulit punggung tangan menggunakan perangkat skin analyzer yang sama dengan pengukuran kehalusan yakni dengan lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru, pada waktu melakukan analisa kehalusan kulit, secara otomatis analisa besar pori ikut terbaca (Aramo, 2012). Hasil pengukuran besar pori ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.7. Besar pori kulit semua sukarelawan pada kondisi awal yaitu beberapa besar hingga sangat besar, setelah perawatan selama 4 minggu hasil pengukuran besar pori menjadi lebih kecil dibandingkan kondisi awal, krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 7,5%, 10% dan krim anti-aging dipasaran menunjukkan tingkat kepulihan yang lebih baik dibandingkan dengan krim lainnya. Pemulihan kulit yang paling baik pada krim anti-aging dipasaran, karena dapat menurunkan kondisi pori menjadi lebih kecil. Setelah empat minggu data diuji secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p≥0,05) pada minggu pertama hingga

ketiga. Pada minggu keempat setelah perawatan diperoleh nilai (p≤0,05) di mana

ada perbedaan yang signifikan antar formula.

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran besar pori (pori) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 1 2 3 4

Nilai P en gu k u ran

Waktu perawatan (minggu)

Krim blanko Krim ekstrak 2,5% Krim ekstrak 5% Krim ekstrak 7,5% Krim ekstrak 10% Produk pasaran B eber apa bes ar k ec il Sang at bes ar


(50)

Tabel 4.7 Hasil pengukuranbesar pori (Pore) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

Besar Pori Kondisi

awal

Perawatan (minggu)

I II III IV

A

1 16 16 16 16 16

2 22 22 22 22 22

3 24 24 24 24 24

20,7±4,17 20,7±4,17 20,7±4,17 20,7±4,17 20,7±4,17

B

1 27 25 24 24 24

2 24 24 22 20 20

3 29 24 24 24 20

26,6±2,51 24,3±0,57 23,3±1,15 22,6±2,30 21,3±2,30

C

1 27 27 20 20 16

2 29 24 20 16 16

3 29 29 20 20 12

28,3±1,15 26,6±2,51 20,0±0,00 18,6±2,30 14,6±2,30

D

1 29 25 24 24 16

2 35 27 18 12 12

3 24 24 24 20 12

29,3±5,50 25,3±1,52 22,0±3,46 18,7±6,11 13,3±2,30

E

1 20 20 20 16 12

2 35 27 20 12 8

3 24 24 20 8 8

26,3±7,76 23,7±3,51 20,0±0,00 12,0±4,00 9,33±2,30 F

1 22 20 20 20 8

2 35 33 22 22 8

3 28 25 16 5 5

28,3±18,9 26,0±6,56 19,3±3,05 15,6±9,20 7,00±1,73 Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-19 : Kecil

20-39 : Beberapa besar


(51)

4.4.4 Banyaknya noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda pada kulit sukarelawan dilakukan dengan perangkat skin analyzer lensa pembesaran 60x dan mode pembacaan polarisasi dengan warna lampu sensor jingga. Hasil pengukuran banyaknya noda dapat dilihat dalam Gambar 4.4 dan Tabel 4.8 menunjukkan kondisi awal banyaknya noda pada kulit punggung tangan sukarelawan, setelah perawatan 1 minngu hasil pengukuran banyaknya noda yang didapat menjadi lebih kecil dibandingkan kondisi awal sebelum perawatan. Krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 7,5% dan 10% mampu menunjukkan tingkat kepulihan yang baik diantara krim lainnya. Sedangkan krim anti-aging dipasaran mampu menurunkan banyaknya noda menjadi lebih kecil, sehingga tingkat kepulihannya dapat terlihat dengan jelas.

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuranbanyaknya noda (Spot) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Setelah 4 minggu data diperoleh, dilakukan uji secara statistik maka

terdapat perbedaan yang signifikan (p≤0,05) pada 1 minggu hingga 2 minggu. Hal

ini menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak kulit buah delima mempunyai efek dalam mengurangi noda pada kulit punggung tangan. Semua sediaan krim ekstrak

0 10 20 30 40 50 60

0 1 2 3 4

Nilai P en gu k u ran

Waktu perawatan (minggu)

Krim blanko Krim ekstrak 2,5% Krim ekstrak 5% Krim ekstrak 7,5% Krim ekstrak 10% Produk pasaran Sedi k it B e b e rap a noda B any ak n o d a


(52)

kulit buah delima dapat mengurangi noda pada kulit namun masih dalam rentang beberapa noda.

Tabel 4.8 Hasil pengukuranbanyaknya noda (Spot) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

Banyaknya Noda Kondisi

awal

Perawatan (minggu)

I II III IV

A

1 37 37 37 37 37

2 39 39 39 39 39

3 40 40 40 40 39

38,7±1,52 38,7±1,52 38,7±1,52 38,7±1,52 38,7±1,52

B

1 43 39 33 32 31

2 44 42 38 32 25

3 46 39 36 30 28

44,3±1,52 40,0±1,73 35,7±2,51 31,3±1,15 28,0±3,00

C

1 44 40 30 30 27

2 44 40 36 29 25

3 49 42 40 37 33

45,7±2,89 40,7±1,15 35,3±5,03 32,0±4,36 28,3±4,16

D

1 32 29 24 23 20

2 42 33 27 23 16

3 41 40 38 37 36

38,3±5,50 34,0±5,57 29,7±7,37 27,7±8,08 24,0±10,6

E

1 38 28 25 23 16

2 44 35 29 24 20

3 46 39 33 28 26

42,6±4,16 34,0±5,57 29,0±4,00 25,0±2,64 20,6±5,03 F

1 49 42 36 30 24

2 45 44 34 29 26

3 44 40 38 24 21

46,0±2,64 42,0±2,00 36,0±2,00 27,6±3,21 23,6±2,51 Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-19 : Sedikit

20-39 : Beberapa noda


(53)

4.4.5 Keriput (wrinkle)

Hasil pengukuran keriput (wrinkle) dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Tabel 4.9.

Gambar 4.5 Grafik hasil pengukurankeriput (Wrinkle) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Pengukuran keriput punggung tangan sukarelawan dilakukan dengan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru. Setelah perawatan selama 1 minggu hasil pengukuran keriput yang didapat menjadi lebih kecil dibandingkan sebelum perawatan. Pada sediaan krim yang mempunyai efek yang paling cepat dalam mengurangi efek keriput yaitu pada sediaan krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%, ketiga krim ini dapat mengurangi keriput pada 3 minggu dibandingkan dengan kondisi awal masih dalam rentang berkeriput. Pada sediaan krim anti-aging dipasaran mampu menurunkan skor keriput lebih baik dibandingkan krim lain. Setelah 4 minggu data diperoleh

dilakukan uji statistik terdapat perbedaan yang signifikan (p≤0,05) kondisi keriput

0 10 20 30 40 50

0 1 2 3 4

Nilai P en gu k u ran

Waktu perawatan (minggu)

Krim blanko Krim ekstrak2,5% Krim ekstrak 5% Krim ekstrak 7,5% Krim ekstrak 10% Produk pasaran B e rk e ri p u t T id a k ber k er iput


(54)

pada kulit menjadi lebih sedikit dari kondisi awal sebelum perawatan yaitu pada 1 minggu hingga keempat.

Tabel 4.9 Hasil pengukuran keriput (Wrinkle) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

Keriput Kondisi

awal

Perawatan (minggu)

I II III IV

A

1 39 39 39 39 39

2 39 39 39 39 39

3 47 47 47 47 47

41,7±4,62 41,7±4,62 41,7±4,62 41,7±4,62 41,7±4,62

B

1 34 34 28 23 20

2 40 40 39 39 39

3 41 40 40 29 29

38,3±3,78 38,0±3,46 35,7±6,65 30,3±8,08 29,3±9,50

C

1 40 39 28 24 18

2 39 29 22 19 19

3 27 27 25 19 18

35,3±7,23 31,7±6,42 25,0±3,00 20,7±2,89 18,3±0,56

D

1 28 23 17 16 16

2 31 26 23 22 17

3 27 24 23 20 18

28,6±2,08 24,3±1,52 21,0±3,46 19,3±3,05 17,0±1,00

E

1 29 19 19 14 14

2 46 29 29 18 14

3 26 24 18 16 16

33,7±10,8 24,0±5,00 22,0±6,09 16,0±2,00 14,6±1,15 F

1 44 39 27 23 16

2 28 24 23 22 11

3 26 24 22 11 5

32,6±9,86 29,0±8,67 24,0±2,65 18,7±6,65 10,7±5,50 Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran Parameter hasil pengukuran:

0-19 : Tidak berkeriput 20-39 : Berkeriput


(55)

4.4.6 Kedalaman keriput (Wrinkle’s Depth)

Pengukuran kedalaman keriput dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor biru. Hasil pengukuran kedalaman keriput dapat dilihat dalam Gambar 4.6 dan Tabel 4.10 masing-masing keriput memiliki kedalaman yang berbeda. Pengukuran kedalaman keriput ini merupakan lanjutan dari pengukuran ada atau tidak adanya keriput maka dapat diteruskan dengan mengukur beberapa kedalaman keriput tersebut. Selama empat minggu data yang diperoleh dilakukan uji statistik tidak dapat perbedaan yang signifikan (p≥0,05).

Pengujian Post Hoc Tukey LSD dilakukan untuk melihat kelompok formula mana yang memiliki efek sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai terbesar atara satu dengan yang lainnya. Pengujian ini dilakukan terhadap semua perlakuan dari 1 minggu sampai 4 minggu. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 11.

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran kedalaman keriput (Wrinkle‟s Depth) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

0 10 20 30 40 50 60

0 1 2 3 4

Nilai P en gu k u ran

Waktu perawatan (minggu)

Krim blanko Krim ekstrak 2,5% Krim ekstrak 5% Krim ekstrak 7,5% Krim ekstrak 10% Produk pasaran


(56)

Tabel 4.10 Hasil pengukuran kedalaman keriput (Wrinkle‟s Depth) pada kulit mulai kondisi awal dan setelah perawatan selama 4 minggu

Krim Sukarelawan

Kedalaman keriput Kondisi

awal

Perawatan (minggu)

I II III IV

A

1 34 34 34 34 34

2 30 30 30 30 30

3 30 30 30 30 30

31,3±2,30 31,3±2,30 31,3±2,30 31,3±2,30 31,3±2,30

B

1 36 34 33 30 30

2 59 34 35 30 28

3 51 35 29 29 29

48,7±11,6 34,3±0,57 32,3±3,05 29,7±0,57 29,0±1,00

C

1 35 34 33 33 21

2 38 32 18 37 37

3 42 42 38 36 21

38,3±3,51 36,0±5,29 29,7±10,4 35,3±2,08 26,3±9,23

D

1 49 46 42 41 38

2 42 35 34 31 26

3 42 33 33 30 21

44,3±4,04 38,0±7,00 36,3±4,93 34,0±6,08 28,3±8,73

E

1 42 35 35 34 21

2 51 43 42 21 21

3 29 29 25 17 17

40,6±11,0 35,7±7,02 34,0±8,54 24,0±8,89 19,7±2,30 F

1 49 49 42 42 24

2 46 33 33 30 27

3 46 42 30 27 25

47,0±1,73 41,3±8,02 35,0±6,24 33,0±7,93 25,3±1,52 Keterangan:

Krim A : Dasar krim (blanko)

Krim B : Krim ekstrak kulit buah delima 2,5% Krim C : Krim ekstrak kulit buah delima 5% Krim D : Krim ekstrak kulit buah delima 7,5% Krim E : Krim ekstrak kulit buah delima 10% Krim F : Krim anti-aging produk pasaran


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak kulit buah delima dapat diformulasikan dalam sediaan krim

sebagai anti-aging.

2. Setelah 4 minggu pemakaian krim dengan konsentrasi 10% yang mengandung ekstrak kulit buah delima mampu menunjukkan efektivitas sebagai anti-aging dengan kadar air kulit menjadi meningkat, kulit semakin halus, pori semakin kecil, noda semakin berkurang, keriput dan kedalaman keriput juga berkurang.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut menggunakan ekstrak kulit buah delima dalam sediaan gel, atau lotion.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik & Sehat Ada di Sini. Jogjakarta: Javalitera. Halaman 16-17.

Anderson, P.D. (1996). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 473.

Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1 - 10.

Ardhie, M.A (2011). Radikal Bebas Dan Peran Antioksidan Dalam Mencegah Penuaan. Jakarta: Scientific Journal Of Pharmaceutical Development and Medical Application. 24(1) : 4.

Barel, A.O., Paye, M., dan Howard I.M. (2009). Handbook of Cosmetic Science and Technology. Edisi Ketiga. New York: Informa Healthcare. Halaman. 473, 514, 774-775.

Dian D.A. (2014). Rahasia Cantik Langsing Sehat Awet Muda. Yogyakarta: CV Solusi Distribusi. Halaman 2.

Depkes. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 29.

Fauzi, A.R., dan Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 60, 171-173.

Kurniati, N. (2011). Uji Stabilitas Fisik Dan Aktivitas Antioksidan Formula Krim Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L). Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Madrigal, S., Carballo, G., Rodriguez, C.G., Krueger, M., Dreher, J., Dreed. (2009). Pomegranate (Punicagranatum) supplements: Authenticity, antioxindant and polyphenol composition. Journal of Functional Foods.

Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013). A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Halaman 21-22.

National Health Surveillance Agency. (2005). Cosmetic Products Stability. Guide Brazil: ANVISA. Halaman 19.


(59)

Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: PT Elex Komputindo. Halaman 5.

Oci., dan Kurnia, K. D. (2014). Khasiat Ajaib Delima. Jakarta: Padi. Halaman 1, 23.

Pareetha, J.P., dan Karthika, K. (2009). Cosmeceuticals-An Evolution.

International Journal of ChemTech Research. 1(4) : 0974-4290.

Pouillot, A., Polla, L., Thacchini, P., Neequaya, A., Polla, A., dan Polla, B., (2011). Natural Antioxidants and Their Effect On The Skin. Edisi I. Washington, DC: John Willey & Sons, Inc. Halaman 239.

Prianto. (2014). Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 15.

Putro, D.S. (1997). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Halaman 3-5. Raquibul, H., dan Sathya, K. (2009). Antioxidant, Antidiarrhoeal and Cytotoxic

Properties of Punica granatum Linn. Latin American Journal of Pharmacy (formerly Acta Farmaceutica Bonarense). Lat. Am. J. Pharm. (28) :783-788.

Rawlins, E.A. (2002). Bentley‟s Textbook of Pharmacetical. Edisi Delapan belas. London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.

Rostamailis. (2005). Penggunaan Kosmetik Dasar Kecantikan & Berbusana Yang Serasi. Jakarta: Renika Cipta. Halaman 3.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Halaman 75, 155, 243, 290, 441 – 442, 482, 592, 697, 754.

Setiabudi, H. (2014). Rahasia Kecantikan Kulit Alami.Yogyakarta: Media Pressindo. Halaman 6-8.

Tano, E. (2005). Teknik Membuat Kosmetik Dan Tip Kecantikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 153.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 6.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 196-197.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited. Halaman 51.


(60)

(1)

Keriput (

Wrinkle)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Sebelum Between Groups 551.611 5 110.322 3.162 .047

Within Groups 418.667 12 34.889

Total 970.278 17

MingguI Between Groups 850.944 5 170.189 6.176 .005

Within Groups 330.667 12 27.556

Total 1181.611 17

MingguII Between Groups 1065.778 5 213.156 9.788 .001

Within Groups 261.333 12 21.778

Total 1327.111 17

MingguIII Between Groups 1429.111 5 285.822 11.233 .000

Within Groups 305.333 12 25.444

Total 1734.444 17

MingguIV Between Groups 1983.611 5 396.722 16.454 .000

Within Groups 289.333 12 24.111

Total 2272.944 17

Sebelum

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa Formula F 3 26.00

Formula E 3 33.67

Formula D 3 35.33

Formula C 3 40.67

Formula B 3 41.00

Formula A 3 41.67

Sig. .060


(2)

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguI

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Tukey HSDa Formula F 3 24.00

Formula E 3 24.33

Formula D 3 29.00 29.00

Formula C 3 31.67 31.67

Formula B 3 39.67

Formula A 3 41.67

Sig. .506 .097

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa Formula F 3 21.00

Formula E 3 22.00

Formula D 3 24.00 24.00

Formula C 3 25.00 25.00

Formula B 3 35.67 35.67

Formula A 3 41.67

Sig. .892 .082 .628

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(3)

MingguIII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa Formula F 3 16.00

Formula E 3 18.67 18.67

Formula D 3 19.33 19.33

Formula C 3 20.67 20.67

Formula B 3 30.33 30.33

Formula A 3 41.67

Sig. .859 .119 .135

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIV

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa Formula F 3 10.67

Formula E 3 14.67

Formula D 3 17.00 17.00

Formula C 3 18.33 18.33

Formula B 3 29.33 29.33

Formula A 3 41.67

Sig. .440 .080 .080

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(4)

Kedalaman keriput

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Sebelum Between Groups 610.278 5 122.056 2.477 .092

Within Groups 591.333 12 49.278

Total 1201.611 17

MingguI Between Groups 171.111 5 34.222 1.046 .435

Within Groups 392.667 12 32.722

Total 563.778 17

MingguII Between Groups 91.111 5 18.222 .422 .825

Within Groups 518.667 12 43.222

Total 609.778 17

MingguIII Between Groups 248.944 5 49.789 1.624 .228

Within Groups 368.000 12 30.667

Total 616.944 17

MingguIV Between Groups 190.944 5 38.189 1.322 .319

Within Groups 346.667 12 28.889

Total 537.611 17

Sebelum

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa Formula F 3 31.33

Formula E 3 38.33

Formula D 3 40.67

Formula C 3 44.33


(5)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguI

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa Formula F 3 31.33

Formula E 3 34.33

Formula D 3 35.67

Formula C 3 36.00

Formula B 3 38.00

Formula A 3 41.33

Sig. .330

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa Formula F 3 29.67

Formula E 3 31.33

Formula D 3 32.33

Formula C 3 34.00

Formula B 3 35.00

Formula A 3 36.33

Sig. .809

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.


(6)

MingguIII

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa Formula F 3 24.00

Formula E 3 29.67

Formula D 3 30.33

Formula C 3 33.00

Formula B 3 34.00

Formula A 3 35.33

Sig. .197

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

MingguIV

PEMULIHAN N

Subset for alpha = 0.05

1

Tukey HSDa Formula F 3 19.67

Formula E 3 25.33

Formula D 3 26.33

Formula C 3 28.33

Formula B 3 29.00

Formula A 3 29.00

Sig. .336

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.