Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Incest (Studi Putusan Nomor : 1349 Pid.Sus 2015 PN.Mdn) Chapter III V

BAB III
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT DARI
TERJADINYAHUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DAN
UPAYA PENANGGULANGGANNYA

1. Faktor-faktor Penyebab Incest
Di masa sekarang ini, sangatlah sulit untuk menggeneralisir penyebab
terjadinya kasus incest. Setiap kasus memiliki latar belakang yang berbeda-beda,
dan penyebab yang berbeda pula. Dalam skripsi ini akan mencoba digolongkan
penyebab terjadinya kasus incest ini menjadi dua golongan utama yaitu Faktor
penyebab yang sifatnya ekstern dan faktor penyebab yang sifatnya intern.
Penyebab terjadinya incest sangat beragam. Ada karena faktor internal ada
juga karena faktor eksternal. Namun sangat disayangkan karena banyak kasus
incest yang tidak dilaporkan atau lama terungkap karena adanya prinsip atau
pandangan bahwa jika melaporkan sama halnya dengan membuka aib keluarga
dan menimbulkan rasa malu dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Sebagian
besar pelaku incest adalah seorang ayah dan korbannya adalah anak perempuan.
Alasan seorang ayah melakukan incest bisa saja karena pelaku mengalami masa
kecil yang kurang menyenangkan, latar beakang keluarga yang kurang harmonis,
bahkan mungkin saja pelaku merupakan korban penganiayaan seksual di masa
kecilnya. Pelaku cenderung memiliki kepribadian yang tidak matang, pasif dan

cenderung tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat mengendalikan
diri/hasratnya, kurang dapat berpikir secara realistis, cenderung pasif-agresif
dalam mengekspresikan emosinya, kurang memiliki rasa percaya diri. Selain itu,
kemugkinan pelaku adalah pengguna alcohol atau obat-obatan terlarang lainnya.
Tindak pidana incest ini sendiri dikategorikan tindakan tidak bermoral sehingga

52

Universitas Sumatera Utara

dituntut adanya penghukuman terhadap pelaku yang seberatberatnya karena
dampak yang ditimbulkan dapat merugikan si korban baik secara fisik dan psikis.
Hal ini akan menghambat tumbuh kembang si anak korban. Sehingga telah
melanggar

hak-hak

anak.

Sudah


sepatutnya

setiap

anak

mendapatkan

perlindungan sebagai bentuk nyata penghargaan kita terhadap hak anak
Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya tindak pidana incest
adalah sebagai berikut: 51
1. Faktor rendahnya pendidikan dan ekonomi.
Rendahnya tingkat pendidikan formal dalam diri seseorang dapat
menimbulkan dampak terhadap masyarakat dan yang bersangkutan mudah
terpengaruh

melakukan

suatu


kejahatan

tanpa memikirkan

akibat

dari

perbuatannya. Salah satu delik yang berhubungan karena pelakunya memiliki
pendidikan formal yang rendah adalah tindak pidana kesusilaan terutama incest.
pelaku tindak pidana incest pada anak pada umumnya mempunyai pendidikan
yang rendah, bahkan ada pelaku yang tidak merasakan bangku sekolah, dan
pendidikan yang paling tinggi hanya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama.
Karena memiliki tingkat pendidikan yang rendah para pelaku tidak berpikir bahwa
dengan melakukan perbuatan tersebut dapat merusak keluarga dari pelaku tersebut
dan watak anak yang menjadi korban.Karena pendidikan yang rendah maka
berhubungan dengan taraf ekonomi, dimana ekonomi juga merupakan salah satu
penyebab seseorang melakukan suatu perbuatan yang melanggar norma hukum.
Menurut


Aristotelesbahwa

:

“kemiskinan

menimbulkan

kejahatan

dari

pemberontakan, kejahatan yang besar tidak diperbuat untuk memperoleh apa yang
51

https://www.kaskus.co.id/thread/513ffa92db9248c37900000b/edukasi-sejarahpenyebab-dan-solusi-hubungan-incest/ (di akses pada tanggal 10 oktober 2016 pukul 21.03

Universitas Sumatera Utara


perlu untuk hidup, tetapi untuk kemawahan” Lebih lanjut Thomas Aquino
mengemukakan bahwa: Pengaruh kemiskinan atas kejahatan yaitu orang kaya
yang hidup untuk kesenangan dan memboros-boroskan kekayaanya, jika suatu
kali jatuh miskin, maka mudah menjadi pencuri. Dari pendapat para ahli di atas
dilihat bahwa faktor ekonomi juga ikut berpengaruh terjadinya kejahatan
termasuk tindak pidana incest, bahwa terdapat pelaku yang tidak mempunyai
pekerjaan dan lainnya bekerja sebagai petani dan wirausaha. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa faktor pendidikan yang rendah dan ekonomi mempengaruhi
keadaan jiwa, tingkah laku terutama intelegensinya sehingga mereka dapat
melakukan kejahatan dalam hal ini tindak pidana incest pada anak.
2. Faktor lingkungan atau Tempat tinggal.
Kejahatan asusila adalah merupakan tindak manusia terhadap
manusia lainnya didalam masyarakat. Oleh karena itu manusia adalah anggota
dari masyarakat, maka kejahatan asusila tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
setempat. Lingkungan sosial tempat hidup seseorang banyak berpengaruh dalam
membentuk tingkah laku kriminal, sebab pengaruh sosialisasi seseorang tidak
akan lepas dari pengaruh lingkungan. Dari hasil penelitian penulis, bahwa bukan
hanya pengaruh faktor lingkungan sosial yang ikut berperan akan timbulnya
kejehatan tetapi faktor tempat tinggal pun ikut juga mempengaruhi kejahatan
seperti tindak pidana asusila terutama tindak pidana incest , dimana rumah hanya

memiiki 1 kamar sehingga untuk tidur biasanya akan bersama orang tua dengan
anaknya.

Universitas Sumatera Utara

3. Faktor alkohol.
Kasus incest juga terjadi karena adanya stimulasi diantaranya karena
dampak alkohol. Orang yang dibawah pengaruh alkohol sangat berbahaya karena
ia menyebabkan hilangnya dengan sekonyong-konyong daya menahan diri dari si
peminum. Diluar beberapa hal yang terjadi, dimana si peminum justru untuk
menimbulkan kehilangan daya menahan diri, bahwa alkohol jika dipergunakan
akan membahayakan manusia pertama jiwanya paling lemah. Begitu seseorang
yang mempunyai gangguan-gangguan dalam seksualitasnya, dimana minuman
alkohol melampui batas yang menyebabkan dirinya tak dapat menahan nafsunya
lagi, dan akan mencari kepuasan seksualnya, bahkan dengan memperkosa
anaknya sendiri atau keluarganya.
4. Faktor kurangnya pemahaman terhadap agama.
Penyebab terjadinya suatu kejahatan ditentukan pada persoalan
keharmonisan, agama atau hubungan antara manusia dengan tuhan. Menurut teori
ini semakin jauh hubungan seseorang dengan tuhannya melalui perantara agama

yang dianutnya maka semakin dekat pula maksud seseorang untuk melakukan
kejahatan. Jika seseorang tidak memahami betul agamanya, akan menyebabkan
imannya menjadi lemah. Kalau sudah demikian keadaannya, maka seseorang
mudah sekali untuk melakukan hal yang buruk. Berdasarkan hasil penelitian
penulis, bahwa salah satu penyebab terjadinya tindak pidana incest terhadap anak
karena kurangnya pemahaman pelaku terhadap agama. Mereka mengaku
beragama islam akan tetapi jarang melaksanakan shalat lima waktu, puasa dan
lain-lain. Mereka beralasan karena jarak rumah dan rumah ibadah yang cukup
jauh. Karena kurangnya pemahaman mereka terhadap agama maka anak

Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan dia tidak mampu membedakan mana yang baik dan buruk, serta
mana yang halal dan haram, jadi kurangnya pemahaman seseorang terhadap
agama akan mengakibatkan control sosialnya tidak kuat sehingga mudah
melakukan kejahatan.
5. Peranan Korban.
Peranan korban atau sikap korban sangat menentukan seseorang untuk
melakukan kejahatan terhadapnya termasuk kejahatan asusila. pelaku tindak
pidana incest bahwa si korban masuk kedalam kamar mandi disaat si pelaku

sedang buang air kecil dan si korban memakaipakaian yang kurang sopan,
sehingga muncul keinginan si pelaku untuk mencabuli si korban.Jadi, pada
dasarnya dapat dikatakan bahwa korban adalah pihak yang dapat membuat orang
menjadi penjahat dan melakukan kejahatan.
Sawitri Supardi Sadarjoen menyatakan terdapat lima kondisi gangguan
keluarga yang memungkinkan terjadinya inses, yaitu: 52
1. Keadaan terjepit, dimana anak perempuan menjadi figure perempuan utama
yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu.
2. Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan
seksualnya.
3. Ketidakmampuan ayah untuk mencari pasangan seksual di luar rumah karena
kebutuhan untuk mempertahankan kestabilan sifat seksualnya.
4. Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan beberapa anggota
keluarga untuk lebih memilih desintegrasi struktur daripada pecah sama sekali.

52

Sawitri Supardi Sadarjoen Op.cit hal. 74-75

Universitas Sumatera Utara


5. Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan
peranan seksual sebagai istri.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, penulis dapat mengambil faktor-faktor
utama yang mempengaruhi terjadinya kejahatan incest di atas meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Keadaan terjepit;
2.Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi
dorongan seksualnya.
3.Pengawasan dan didikan salah satu orang tua yang kurang karena
kesibukan bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan
oleh orang tua bisa terjad incest.
Selain penyebab incest ada juga alasan mengapa keluarga melakukan
incest, alasannya berupa: 53
(1)

Ayah sebagai pelaku. Kemungkinan pelaku mengalami masa kecil yang

kurang menyenangkan, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bahkan
mungkin saja pelaku merupakan korban penganiayaan seksual di masa kecilnya.

Pelaku cenderung memiliki kepribadian yang tidak matang, pasif, dan cenderung
tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat mengendalikan diri/hasratnya, kurang
dapat berfikir secara realistis, cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan
emosinya, kurang memiliki rasa percaya diri. Selain itu, kemungkinan pelaku
adalah pengguna alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya.
(2) Ibu sebagai pelaku.

53

Praevia Volume 5 No.2 Juli-Desember 2011

Universitas Sumatera Utara

Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat
kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang
melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong oleh keinginan
adanya figur ‘pria lain’ dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik
maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat
memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang
didapati, terutama karena secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat

mengasuh

dan

melindungi

anak..

(3) Saudara kandung sebagai pelaku.
Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya menirukan
perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan mendominasi/menghukum
adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual mungkin pula dilakukan oleh orang tua
angkat/tiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara
angkat.
2. Akibat dari Terjadinya Incest
Akibat yang ditimbulkan kekerasan seksual hubungan sedarah (incest)
bagi korban secara umum, pada kasus kekerasan seksual pada perempuan dan
anak-anak, korban akan mengalami dampak jangka pendek (short term effect) dan
dampak jangka panjang (long term effect).Dampak jangka pendek biasanya
dialami sesaat hingga beberapa hari setelah kejadian. Dampak jangka pendek ini
termasuk segi fisik korban, seperti ada gangguan pada organ reproduksi (infeksi,
kerusakan selaput dara, robek dan sebagainya) dan luka-luka pada bagian tubuh
yang lain, akibat perlawanan atau penganiayaan fisik.Dampak jangkapanjang itu

Universitas Sumatera Utara

dapat berupa sikap atau persepsi yang negatif terhadap laki-laki atau terhadap
seks.
Dampak yang terjadi akibat Perkawinan Sedarah (Incest) yang terdiri dari
: 54
a.

Dampak psikologis Incest dapat menimbulkan tekanan psikologis.

Masalah konstruksi social tentang keluarga, misalnya masyarakat mengenal ayah
dan anak sebagai satu kesatuan keluarga.Tetapi jika terjadi kasus Incest, maka
status ayahnya tersebut menjadi ganda, ayah sekaligus kakek.
b.

Dampak terhadap fisik
Dari segi medis tidak setiap pernikahan Incest akan melahirkan keturunan

yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan. Incest memiliki alasan besar
yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis.
Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat menyebabkan rusaknya alat
reproduksi anak dan resiko tertular penyakit menular seksual. Korban dan pelaku
menjadi stress yang akan merusak kesehatan kejiwaan mereka. Dampak lainnya
dari hubungan incest adalah kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih
banyak membawa gen homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui
gen homozigot resesif yang dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal
anemia, gangguan penglihatan pada anak umur 4 – 7 tahun yang bias berakibat
buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada perkawinan sepupu yang
mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino lebih besar 13,4
kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih berpeluang muncul

54

Ibid Hal.8

Universitas Sumatera Utara

dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul
ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan.
Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih besar pada anak
yang dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit genetika yang berpeluang
muncul lebih besar, contoh :
a.

Skizoprenia : kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Penyakit

ini merupakan suatu gangguan psikologis fungsional berupa gangguan mental
berulang yang ditandai dengan gejala – gejala psikotik yang khas dan oleh
kemunduran fungsi social, fungsi kerja, dan perawatan diri.penyakit ini
mempunyai beberapa tipe yaitu: Skizofrenia tipe I ditandai dengan menonjolnya
gejala – gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan
pada skizofrenia tipe II ditemukan gejala – gejala negative seperti penarikan diri,
apati, dan perawatan diri yang buruk. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi yang
sangat mirip di seluruh dunia, penyakit ini terjadi pada pria dan wanita dengan
frekuensi yang Sama.Gejala – gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja awal
atau dua puluhan.Pada pria sering mengalami penyakit ini lebih awal di
bandingkan dengan wanita.
b. Leukodystrophine atau kelainan pada bagian syaraf yang disebut milin, yang
merupakan lemak yang meliputi insulates serat saraf yang menyebabkan proses
pembentukan enzim terganggu. Tanda – tanda gejala penyakit ini biasanya di
mulai pada awal bayi, namun tentu saja kondisi bias sangat bervariasi. Bayi yang
mempunyai penyakit ini biasanya normal untuk beberapa bulan pertama lahir
akan tetapi pada bulan – bulan berikutnya akan terlihat kelainannya

Universitas Sumatera Utara

c. Idiot : keterlambatan mental serta perkembangan otak yang lemah. Kelainan
yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama
kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down.Karena cirri – cirri
yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil,
hidung yang datar menyerupai orang mongoloid maka sering juga di kenal
dengan mongolisme.
d.

Kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu mengandung

dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu. Gangguan emosional yang
dialami si ibu akibat kehamilan yang tidak di harapakan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janian pra dan pasca kelahiran dan pada
akhirrnya bayi yang ada dalam rahim ibupun akan mengalami kelainan – kelainan
genetic yang nantinya akan berdampak buruk pada bayi tersebut.
e. Hemophilia : penyakit sel darah merah yang pecah yang mengakibatkan anak
harus menerus mendapatkan transfuse darah. Penyakit ini merupakan gangguan
perdarahan yang bersifat herediter akibat kekurangan factor pembekuan. 55
c.

Dampak dari segi kemanusiaan

Nurani kemanusiaan universal ( secara umum ) yang beradab sampai hari ini,
detik ini mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai – nilai kemanusiaan.
Meskipun dilakukan secara suka sama suka ( sukarela ) dan tidak ada yang merasa
menjadi korban, incest telah mengorbankan persaan moral public. Dengan
terjadinya incest ini moral – moral kemanusiaan akan hilang dan masa depan
bangsa kita ( indonesia) akan terpuruk apabila generasi masa depannya saja

55

http://ketut-sariat-sulsel.blogspot.co.id/2013/10/pengaruh-perkawinan-sedarahincest.html (di akses pada tanggal 11 oktober pukul 21.53)

Universitas Sumatera Utara

mempunyai moral – moral yang tidak manusiawi dan tidak melihat pada kaca
mata agama.
d.

Dampak dari segi sosial
peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan

menyebabkan hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga
tersebut dapat di kucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di
tengah masyarakat.Masalah yang lebih penting di cermati dalam kasus anak hasil
incest, dimana anak menghamili anak perempuannya, maka bila janin yang di
kandung oleh anak perempuan tersebut maka status ayah itu menjadi ganda yaitu
ayah sekaligus kakek. Hal inilah yang nantinya akan berdampak sosial dari
hubungan incest.
3. Upaya-upaya Penanggulangan dari Hubungan Seksual Sedarah
UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Definisi
korban menurut Undang-undang No.13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Pengertian korban
adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan
orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang
bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. 56
a. Upaya Preventif
Penanggulangan kejahatan incest terhadap anak di bawah umur dapat
dilakukan dengan cara yang bersifat preventif maksudnya adalah upaya
penanggulangan yang lebih dititikberatkan pada pencegahan kejahatan yang

56

Incest Sebagai Bentuk Manifestasi Kekerasan Terhadap PerempuanVol 9 No.1 januari
2008 Hal.2

Universitas Sumatera Utara

bertujuan agar kejahatan itu tidak sampai terjadi. Kejahatan dapat dikurangi
dengan melenyapkan faktor-faktor penyebab kejahatan itu sebab bagaimanapun
kejahatan tidak akan pernah habis. Dalam hal ini usaha pencegahan kejahatan
tersebut lebih diutamakan, karena biar bagaimanapun usaha pencegahan jelas
lebih baik dan lebih ekonomis daripada tindakan represif. Disamping itu usaha
pencegahan dapat mempererat kerukunan dan meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap sesama anggota masyarakat. Dalam usaha pencegahan kriminalitas, kata
pencegahan dapat berarti antara lai mengadakan usaha perubahan yang positif,
dalam hal perkosaan khususnya perkosaan terhadap anak dibawah umur, seperti
memberikan perlindungan terhadap anak karena anak merupakan orang yang
paling mudah dibujuk dan selain itu anak belum dapat memberontak seperti yang
dilakukan oleh orang-orang dewasa. Penanggulangan secara non penal kejahatan
perkosaan terhadap anak di bawah umur adalah dengan meningkatkan kesadaran
hukum bagi anggota keluarga untuk lebih memahami kepentingan anak di masa
depan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
terhadap terjadinya kasus incest ini, yaitu : 57
1. Meningkatkan Pemahaman tentang Agama
Semua hal di atas berpulang pada kemampuan memahami dan
melaksanakan ajaran agama. Penanaman nilai-nilai agama sejak dini akan sangat
membantu proses pencegahan incest ini ajaran agama selalu menanamkan kasih
sayang, welas asih, kesabaran dan ketaatan, maka bila tiap individu dibekali

57

Ibid Hal.9-10

Universitas Sumatera Utara

ajaran agama ini seutuhnya, tidak akan ada lagi penyelewengan-penyelewengan
tingkah laku.
2. Perbaiki Masalah Ekonomi
Sungguh tepat ungkapan yang menyebutkan bahwa kemiskinan
membawa kepada kekufuran. Masalah ekonomi, seperti yang telah disebutkan
dalam faktor penyebab incest memang merupakan faktor utama dalam terjadinya
kasus incest. Untuk itu sebagai upaya pencegahan; bila seseorang merasa belum
mempunyai kemampuan untuk mensejahterahkan keluarga, janganlah berumah
tangga atau kawin. Masih menurut bahwa Islam mendorong umatnya, terutama
kepala keluarga untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Itu dimaksudkan agar bisa
lebih tenang beribadah kepada Allah SWT. Sebelum calon suami-istri
melangsungkan pernikahan, terlebih dahulu ditanyakan kesanggupan baik moril,
maupun materiil. Dan bila tidak sanggup, Islam mengajarkan agar berpuasa.
3. Menyediakan Tempat Tinggal Yang Layak
Masalah tempat tinggal atau rumah yang layak ini juga perlu
dikedepankan, dengan tersedianya tempat tinggal yang layak huni bagi anggota
keluarga, akan dapat menjadi pencegah sebelum terjadinya incest.
b.UpayaRepresif
Selain upaya preventif diatas, juga diperlukan upaya represif sebagai
bentuk

dari

upaya

penanggulangan

kejahatan

asusila

termasuk

incest.

Penanggulangan yang dilakukan secara represif adalah upaya yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum, berupa penjatuhan atau pemberian sanksi pidana kepada
pelaku kejahatan, dalam hal ini dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan, pengadilan
dan Lembaga permasyarakatan. Selain tindakan preventif yang dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara

oleh kepolisian, kepolisian juga dapat melakukan tindakan-tindakan represif.
Tindakan represif yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dan atas perintah atasan tertinggi kepolisian tersebut. Tindakan tersebut
harus mendapat perintah dari atasan dikarenakan jika terjadi kesalahan prosuder
dan lain sebagainya yang mengakibatkan kerugian bagi pelaku ataupun
masyarakat, hal tersebut menjadi tanggung jawab atasan. Sehingga aparat yang
bekerja dilapangan dalam melakukan tindakan tidak sewenang-wenang. Tindakan
tersebut dapat berupa pelumpuhan terhadap pelaku, melakukan penangkapan,
penyelidikan, penyidikan dan lain sebagainya. Sementara bagi pihak kejaksaan
adalah meneruskan penyidikan dari kepolisian dan melakukan penuntutan
dihadapan majelis hakim pengadilan negeri. Sementara di pihak hakim adalah
pemberian pidana maksimal kepada pelaku diharapkan agar pelaku dan calon
pelaku mempertimbangkan kembali untuk melakukan dan menjadi takut dan jera
untuk mengulangi kembali. Sementara bagi pihak Lembaga Permasyarakatan
memberikan pembinaan terhadap narapidana yang berada di Lembaga
Permasyarakatan berupa pembinaan mental agama, penyuluhan hukum serta
berbagai macam keterampilan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU HUBUNGAN
SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DAN UPAYA
PENANGGULANGAN DARI TERJADINYA KASUS INCEST
A. Kasus
1.Kronologis
Pada waktu dan tempat tersebut yaitu pada hari senin jam 08.30 Wib
sekitar bulan maret tahun 2015, korban SRI WAHYUNI (anak kandung terdakwa)
bersama dengan 3 (tiga) orang saudara saksi korban sedang tidur bersama
terdakwa sedangkan istri terdakwa (saksi KATIYEM) sedang pergi kepasar untuk
berjualan sate, ketika sedang tidur saksi korban dibangunkan oleh terdakwa untuk
pergi ke sekolah, namun pada saat itu saksi korban malas untuk bangun pergi ke
sekolah, kemudian terdakwa langsung membuka celana dalam saksi korban tetapi
pada saat itu saksi korban menahan tangan terdakwa dan berkata “jangan pak…”
namun terdakwa tetap membuka celana dalam saksi korban kemudian terdakwa
menarik ke arah atas baju yang saksi korban pakai, lalu meremas dan mencium
buah dada saksi korban, kemudian terdakwa membuka celananya dan membuka
selangkangan saksi korban dan memasukkan jari dan batang kemaluan terdakwa
ke dalam vagina milik saksi korban, perbuatan tersebut disaksikan oleh saksi
ISMAWATI dan saksi DASMI dan terdakwa sebelumnya sudah pernah
melakukan perbuatan yang sama terhadap saksi korban sebanyak 2 kali yaitu pada
tanggal 23 februari 2015 sekitar pukul 08.00 Wib dan tanggal 2 maret 2015
sekitar pukul 08.00 Wib. Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban
mengalami pada bagian Genitalia: Hymen robek jam 3 (tiga), jam 9 (Sembilan)
sampai ke dasar, tidak berdarah sesuai dengan Visum Et Repertum Rumah Sakit

66

Universitas Sumatera Utara

Umum Daerah dr. Pirngadi Nomor: 52/OBG/2015 dengan kesimpulan Hymen
tidak utuh.
Dakwaan
Pertama Primer
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 81 ayat (2) jo pasal
76 huruf (d) undang-undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undangundang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Subsider
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 81 ayat (3) jo pasal
76 huruf (d) undang-undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undangundang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Atau Kedua
Primer
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 82 ayat (1) jo pasal
76 huruf (e) undang-undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undangundang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Sekunder
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 82 ayat (2) jo pasal
76 huruf (e) undang-undang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undangundang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

Universitas Sumatera Utara

Tuntutan
1. Menyatakan terdakwa SAMSURI Alias SURI terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ dengan sengaja
memaksa, anak untuk melakukan perbuatan persetubuhan oleh orangtua”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 81 ayat (3) Pasal 76
huruf (d) Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas
undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 12
(dua belas) tahun dan denda Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
subsidair selama 2(dua) bulan penjara
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa
4. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan
Menetapkan supaya Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
Rp. 1.000,- (seribu rupiah)
Fakta Hukum
1.

Bahwa terdakwa telah melakukan persetubuhan terhadap saksi korban
yang merupakan anak kandung terdakwa pada hari senin tanggal 16 maret
2015 sekitar pukul 08.30 Wib di rumah terdakwa di jalan sehati No.76
Medan Timur;

2.

Bahwa terdakwa melakukan perbuatan tersebut pada saat membangunkan
saksi korban untuk bersiap-siap ke sekolah namun terdakwa melorotkan
celana saksi korban dan meremas-remas buah dada korban dan saat itu
saksi korban menolak perbuatran terdakwa namun terdakwa tidak peduli

Universitas Sumatera Utara

dan selanjutnya terdakwa tetap melakukan perbuatannya dengan
memasukkan jari terdakwa ke alat kelamin korban kemudian memasukkan
alat

kelamin

terdakwa kea

lat

kelamin

korban

dan

kemudian

mengeluarkannya kembali;
3.

Bahwa setelah melakukan persetubuhan dengan korban lalu terdakwa
memakaikan kembali celana korban;

4.

Bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan tersebut terhadap korban
sebanyaqk 3 (tiga) kali;

5.

Bahwa berdasarkan Visum Et Repertum ternyata keperawanan saksi
korban telah rusak;

6.

Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi korban mengalami trauma;

7.

Bahwa terdakwa merasa bersalah dan menyesal dan berjanji tidak akan
mengulangi lagi dan terdakwa belum pernah di hukum;
Bahwa terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan

yang berbentuk alternative dan subsidaritas, maka Majelis Hakim dengan
memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas harus membuktikan dakwaan
pertama Primer sebagaimana diatur dalam Pidana dalam Pasal 81 ayat (2) pasal 76
huruf (d) Undang-undang No.35 Tahun 2014 tentang perubahan atas undangundang no. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang unsur-unsurnya
adalah sebagai berikut :
1. Unsur Barang Siapa
2. Unsur Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan
atau membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannnya atau
orang lain

Universitas Sumatera Utara

Bahwaterhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut:
Unsur Barang Siapa
Bahwa yang dimaksud barang siapa adalah semua manusia yang
mempunyai kemampuan untuk mempertanggung jawabkan atas suatu
tindakan pidana yang dilakukan.
Bahwa dalam persidangan terdakwa telah membenarkan seluruh identitas
dirinya dalam surat dakwaan jaksa penuntut umum dan apabila
dihubungkan denagan keterangan saksi-saksi, maka yang dimaksud setiap
orang dalam unsur ini adalah SAMSURI ALIAS SURI
Bahwa selama pemeriksaan

dipersidangan terdakwa dapat mngikuti

persidangan dengan baik dan tenang serta dapat menjawab semua
pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan lancar, oleh karenanya
Majelis Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa adalah orang yang sehat
jasmani dan rohani, sehingga terdakwa dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya
Bahwa dengan demikian maka unsur setiap orang telah terpenuhi menurut
hukum
Unsur Dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan
atau membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya atau
orang lain
Bahwa berdsarkan keterangan saksi-saksi yang bersesuaian dengan
keterangan terdakwa dipersidangan didapat kenyataan bahwa terdakwa
SAMSURI ALIAS SURI pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015 sekitar
pukul 08.30 Wib bertempat di rumah terdakwa di Jln.Sehati No 76 Medan

Universitas Sumatera Utara

Timur dimana saksi korban merupakan anak kandung terdakwa bersama
dengan 3 (tiga) saudara saksi korban sedang tidur bersama terdakwa
sedangkan istri terdakwa sedang pergi kepasar untuk berjualan sate, ketika
sedang tidur saksi korban dibangunkan oleh terdakwa untuk pergi ke
sekolah, namun pda saat itu saksi korban malas untuk bangun pergi ke
sekolah kemudian terdakwa langsung membuka celana dalam saya tetapi
pda saat itu saksi korban menahan tangan terdakwa dan berkata “Jangan
Pak...”namun terdakwa tetap membuka celana dalam saksi korban lalu
meremas dan mencium buah dada saksi korban, kemudian terdakwa
membuka celananya dan membuka selangkangan saksi korban dan
memasukkan jari dan batang kemaluan terdakwa ke dalam vagina saksi
korban
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi yang bersesuaian dengan
keterangan terdakwa dipersidangan, didapat kenyataan bahwa perbuatan
tersebut disaksikan oleh saksi ISMAWATI dan saksi DASMI dan
terdakwa sebelumnya sudah pernah melakukan perbuatan yang sama
terhadap saksi korban sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 23 Februari 2015
sekitat pukul 08.00 Wib
Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban melami trauma
Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka unsur dengan
sengaja

melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau

membujuk anak untuk melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain
tidak terpenuhi menurut hukum

Universitas Sumatera Utara

Bahwa oleh karena salah satu unsur dari dakwaan Pertama Primer tidak
terpenuhi menurt hukum,maka dakwaan Pertama primer harus dinyatakan
tidak terbukti dan oleh karenanya terdakwa harus dibebaskan dari
dakwaan Pertama primer tersebut
Bahwa oleh karena dakwaan pertama primer tidajk terbukti maka
selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan pertama
subsider yaitu melanggar Pasal 81 ayat (3) jo Pasal 76 huruh (d) Undangundang No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang No 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang usnur-unsurnya adalah
sebagai berikut:
1. Unsur Barang Siapa
2. Unsur dengan sengaja memaksa anak untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan

persetubuhan oleh orang tua

Bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan
sebagai berikut:
Ad.1 Unsur Barang Siapa
Bahwa yang dimaksud barang siapa adalah semua manusia yang
mempunyai kemampuan untuk mempertanggung jawabkan atas suatu
tindakan pidana yang dilakukan.
Bahwa dalam persidangan terdakwa telah membenarkan seluruh identitas
dirinya dalam surat dakwaan jaksa penuntut umum dan apabila
dihubungkan denagan keterangan saksi-saksi, maka yang dimaksud setiap
orang dalam unsur ini adalah SAMSURI ALIAS SURI

Universitas Sumatera Utara

Bahwa selama pemeriksaan

dipersidangan terdakwa dapat mngikuti

persidangan dengan baik dan tenang serta dapat menjawab semua
pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan lancar, oleh karenanya
Majelis Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa adalah orang yang sehat
jasmani dan rohani, sehingga terdakwa dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya
Bahwa dengan demikian maka unsur setiap orang telah terpenuhi menurut
hukum
Unsur Dengan sengaja memaksa anak untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan persetubuhan oleh orang tua
Bahwa berdsarkan keterangan saksi-saksi yang bersesuaian dengan
keterangan terdakwa dipersidangan didapat kenyataan bahwa terdakwa
SAMSURI ALIAS SURI pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015 sekitar
pukul 08.30 Wib bertempat di rumah terdakwa di Jln.Sehati No 76 Medan
Timur dimana saksi korban merupakan anak kandung terdakwa bersama
dengan 3 (tiga) saudara saksi korban sedang tidur bersama terdakwa
sedangkan istri terdakwa sedang pergi kepasar untuk berjualan sate, ketika
sedang tidur saksi korban dibangunkan oleh terdakwa untuk pergi ke
sekolah, namun pda saat itu saksi korban malas untuk bangun pergi ke
sekolah kemudian terdakwa langsung membuka celana dalam saya tetapi
pda saat itu saksi korban menahan tangan terdakwa dan berkata “Jangan
Pak...”namun terdakwa tetap membuka celana dalam saksi korban lalu
meremas dan mencium buah dada saksi korban, kemudian terdakwa
membuka celananya dan membuka selangkangan saksi korban dan

Universitas Sumatera Utara

memasukkan jari dan batang kemaluan terdakwa ke dalam vagina saksi
korban
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi yang bersesuaian dengan
keterangan terdakwa dipersidangan, didapat kenyataan bahwa perbuatan
tersebut disaksikan oleh saksi ISMAWATI dan saksi DASMI dan
terdakwa sebelumnya sudah pernah melakukan perbuatan yang sama
terhadap saksi korban sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 23 Februari 2015
sekitat pukul 08.00 Wib
Bahwa akibat perbuatan terdakwa saksi korban melami trauma
Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka dengan sengaja
memaksa, anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
persetubuhan oleh orang tua telah terpenuhi menurut hukum
Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka
semua unsur-unsur dakwaan pertama subsider telah terpenuhi menurut
hukum
E. Putusan Hakim
Pengadilan

Negeri

Medan

dalam

Petikan

Putusan

Nomor

:

1349/PID.B/2015/PN.Mdn “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa” Pengadilan Negeri Mataram yang memeriksa dan mengadili perkara pidana
dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara Terdakwa : SAMSURI ALIAS SURI, lahir di Medan, umur 35
tahun, jenis kelamin laki-laki, kebangsaan Indonesia, tempat tinggal jalan Sehati
gang buntu No 76 kelurahan Tegal Rejo kecamatan Medan Perjuangan, agama
Islam, pekerjaan buruh bangunan; Pengadilan Negeri tersebut; menimbang dst;

Universitas Sumatera Utara

mengingat Pasal 81 ayat (3) No. 23 Tahun 2002 jo Pasal 76huruf (d) Undangundang No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 8 tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan mengadili :
1. Menyatakan terdakawa SAMSURI ALIAS SURI telah terbukti bersalah
melakukan tindak pidana “Dengan sengaja memaksa anak untuk melakukan
perbuatan persetubuhan oleh orang tua”
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana
penjara selama : 10 (sepuluh) tahun dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) dengan apabila denda tidak dibayar, diganti dengan pidana penjara
selama 2 (dua) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah lama dijalani
terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan terdakwa tetap ditahan;
5. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.
1000 (seribu rupiah)
Maka diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Medan pada hari : Senin tanggal 03Agustus 2015, oleh Haji
Yuliusman, SH sebagai Ketua Majelis, I.B. Putu Madeg, SH.MH dan Dewa
PutuWanten, SH masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut pada
hari itu juga diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh Majelis
Hakim tersebut, dengan dibantu oleh : Made Subrata, SH Panitera Pengganti
Pengadilan Negeri tersebut serta dihadiri oleh : M. Rusdi, SH, Penuntut Umum

Universitas Sumatera Utara

pada Kejaksaan Negeri Mataram dan Terdakwa tanpa dihadiri oleh Penasihat
Hukumnya.
Analisis Putusan
A. Dakwaan
Dakwaan merupakan dasar penting dalam hukum acara pidana, karena
berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu.
Pemeriksaan didasarkan kepada surat dakwaan dan pemeriksaan tidak batal jika
batasan-batasan nya dilampaui, namun putusan hakim hanya boleh mengenai
peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batasan-batasan itu, dalam hal ini ada
beberapa pengertian surat dakwaan menurut para ahli sebagai berikut:
1) M. Yahya Harahap
Surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan
ditarik kesimpulan dari hasil penyidikan, dan merupakan dasar
serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang
pengadilan.
2) Harum H Husein
Surat dakwaan adalah surat yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh penuntut
umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap terdakwa, perumusan tindak
pidana yang didakwakan dengan unsur-unsur tindak pidana sebagaimana
dirumuskan dalam ketentuan pidana yang bersangkutan, disertai uraian tentang
waktu dan tempat tindak pidana dilakukan oleh terdakwa, surat yang menjadi
dasar dan batas ruang pemeriksaan disamping pengadilan.

Universitas Sumatera Utara

Surat dakwaan menempati posisi sentral dan strategis dalam
pemeriksaan perkara pidana di pengadilan, karena itu surat dakwaan sangat
dominan bagi keberhasilan pelaksanaan tugas penututan. Ditinjau dari berbagai
kepentingan yang berkaitan dengan pemeriksaan perkara pidana, maka fungsi
surat dakwaan dapat dikategorikan:
- Bagi pengadilan/ hakim, surat dakwaan merupakan dasar dan
sekaligus

membatasi

ruang

lingkup

pemeriksaan,

dasar

merupakan

dasar

pertimbangan dalam penjatuhan keputusan;
- Bagi

penuntut

umum,

surat

dakwaan

pembuktian/analisis yuridis, tuntutan pidana dan penggunaan upaya
hukum;
- Bagi terdakwa/ penasihat hukum, surat dakwaan merupakan dasar
untuk mempersiapkan pembelaan.
Berdasarkan Putusan Nomor 1349/Pid.Sus/2015/PN.MDN, Dakwaan yang
digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum adalah Dakwaan Alternatif. Dalam surat
dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan
yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan
lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang
Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan
alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan
saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu
telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Dalam bentuk Surat Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya
menggunakan kata sambung atau.

Universitas Sumatera Utara

B. Tuntutan
Tuntutan merupakan sebuah permintaan oleh jaksa penuntut umum
untuk menjatuhkan hukuman kepada terdakwa berdasarkan surat dakwaan dan
hasil dari pada pemeriksaan di muka persidangan.
Tuntutan adalah sebuah dakwaan yang di anggap jaksa penuntut umum
memenuhi unsur untuk dijatuhkannya hukuman berdasarkan pemeriksaan di muka
persidangan, oleh jaksa penuntut umum tuntutan dibacakan di muka persidangan
setelah pemeriksaan saksi dan alat bukti selesai.
Berdasarkan surat tuntutan jaksa penuntut umum yang memeriksa
berkas perkara yang penulis jadikan bahan untuk penulisan skripsi ini adalah
dakwaan alternatif, yakni terdakwa melanggar pasal 81 ayat (3) No. 23 Tahun
2002 jo pasal 76 huruf (d) Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 sudah tepat, hal ini perlu diperhatikan
oleh Jaksa Penuntut Umum, bahwasannya dakwaan alternatif adalah dakwaan
yang sudah tepat agara terdakwa tidak dapat bebas dari tuntutan.
C. Putusan Hakim
Putusan ialah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis
dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai hasil dari
pemeriksaan perkara. Putusan dijatuhkan kepada pelaku yang terbukti bersalah,
putusan yang dijatuhkan berupa pemidanaan sebagaimana yang di atur dalam
pasal 10 KUHP, yaitu
8. Pidana Pokok
a. Hukuman mati
b. Pidana Penjara

Universitas Sumatera Utara

c. Pidana Kurungan
d. Pidana Denda
9. Pidana Tambahan
a.

Pencabutan Hak Tertentu

b.

Perampasan Hak Tertentu

c.

Pengumuman Putusan Hakim

Berdasarkan Putusan Nomor 1349/Pid.Sus/2015/PN.Mdn, Terdakwa
Samsuri Alias Suri dijatuhi pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan denda
sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Andi Hamzah menegaskan
bahwasannya penjara merupakan bentuk pidana yang berupa kehilangan
kemerdekaan. Pada umumnya hukuman penjara dijalani dalam suatu ruangan
tertentu. Pada masa lalu, pidana penjara dipersoalkan di dunia barat, apakah si
terhukum ditempatkan secara terpisah, yakni terasing dari si pelaku laiinya,
ataukah tidak karena penjara tersebut terbuat dari beton yang kokoh dan kuat,
sehingga para pelaku terasing dari pergaulan masyarakat luas. Jika melihat
putusan tersebut diatas, bahwa perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur
perbuatan pidana sebagaimana tuntutan yang telah dibacakan oleh Jaksa Penuntut
Umum baik dari unsur kesalahan, kemampuan bertanggung jawab. Unsur
kesalahan dalam perbuatan terdakwa telah melanggar pasal 81 ayat (3) No. 23
Tahun 2002 jo pasal 76 huruf (d) Undang-undang No 35 tahun 2015 tentang
perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002. Sedangkan dari unsur
kemampuan bertanggung jawab terdakwa sehat jasmani dan rohani dan perbuatan
yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan kepadanya. Majelis hakim yang
memeriksa dan mengadili terdakwa menjatuhkan hukuman pidana penjara 10

Universitas Sumatera Utara

(sepuluh) tahun dan denda

RP. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), menurut

analisis penulis berdasarkan tindak pidana yang dilakukan terdakwa sudah tepat.
Berdasarkan fakta-fakta hukum yang diperoleh dalam persidangan, hakim sudah
mempertimbangkan perbuatan terdakwa, penulis sependapat dengan hakim karna
dalam perbuatan terdakwa mengetahui bahwa korban adalah anaknya, maka
dalam putusan hakim terhadap terdakwa sudah memenuhi rasa keadilan.
Berdasarkan ancaman hukuman pasal-pasal 81 ayat (3) Undang-undang
No. 23 Tahun 2002 jo Pasal 76 huruf (d) Undang-undang No. 35 tahun 2014
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 yang mengancam
selama-lamanya dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, menurut
penulis ini sudah tepat karna terdakwa sebelumnya tidak pernah di hukum.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari berbagai permasalahan yang terdapat
dalam tulisan ini adalah :
Untuk pasal 287 KUHP kurang tepat untuk pengaturan incest. Sedangkan
bagi pasal 294 ayat (1) dan pasal 295 ayat (1) butir (1) masih relevan mengatur
incest. Kasus incest bukanlah kasus perkosaan biasa, melainkan juga menyangkut
kepercayaan, kelangsungan sebuah keluarga, masa depan anak, dan kondisi
psikologi yang terbentuk. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika Undangundang Indonesia memperlakukan pelaku incest sama dengan korban perkosaan
biasa. Pertanggungjawaban pidananya terhadap pelaku incest, menurut KUHP
hanya relevan dengan pasal 294 ayat (1) dan pasal 295 ayat (1) butir (1). Dalam
kedua pasal ini tidak dikenal pidana penjara dan denda paling sedikit/
minimalnya, hanya mengenal pidana penjara paling banyak /maksimal saja, yaitu:
7 (tujuh) tahun pada pasal 294 ayat (1) dan 5 (lima) tahun pada pasal 295 ayat (1)
butir (1)
1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya incest dapat dibagi ke
dalam dua faktor utama, yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor
ekstern maksudnya adalah faktor-faktor yang bersifat umum dan bukan
berasal dari diri pelaku maupun korban, sedangkan faktor intern adalah
faktor yang bersifat khusus dan terdapat pada diri korban dan pelaku.

81

Universitas Sumatera Utara

2. Akibat dari incest
Akibat yang ditimbulkan kekerasan seksual hubungan sedarah (incest)
bagi korban secara umum, pada kasus kekerasan seksual pada perempuan
dan anak-anak, korban akan mengalami dampak jangka pendek (short term
effect) dan dampak jangka panjang (long term effect).Dampak jangka
pendek biasanya dialami sesaat hingga beberapa hari setelah kejadian.
Dampak jangka pendek ini termasuk segi fisik korban, seperti ada
gangguan pada organ reproduksi (infeksi, kerusakan selaput dara, robek
dan sebagainya) dan luka-luka pada bagian tubuh yang lain, akibat
perlawanan atau penganiayaan fisik.Dampak jangkapanjang itu dapat
berupa sikap atau persepsi yang negatif terhadap laki-laki atau terhadap
seks.
3.

Upaya pencegahan kasus incest,
upaya yang bersifat preventif dapat dilakukan dengan memperbaiki
masalah ekonomi, dengan terciptanya keadaan ekonomi yang lebih baik
niscaya peristiwa asusila seperti incest akan dapat dihalangi. Menyediakan
tempat tinggal yang layak bagi keluarga, banyak kasus incest yang terjadi
karena para anggota keluarga disatukan ke dalam satu kamar. Untuk upaya
yang bersifat represif, dapat melakukan terapi seperti terapi individu,
bahwa korban diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang
dirasakannya secara pribadi dengan psikolog, terapi berkelompok, korban
menerima bimbingan dengan beberapa korban lain yang mempunyai nasib
yang sama dengannya dengan tujuan agar ia mengetahui bahwa masih
banyak orang lain yang bernasib sama dengan dirinya dan dengan harapan

Universitas Sumatera Utara

ia dapat menerima kenyataan serta melupakan hal yang pernah dialaminya
untuk menuju masa depannya yang lebih baik, dan terapi keluarga, incest
yang terjadi menunjukkan adanya ketidaksesuaian fungsi keluarga, jadi
sepantasnya keluargapun mengalami perbaikan. Upaya pemindahan
korban dari lingkungannya juga pantas untuk dilakukan sebagai upaya
pemulihan mental yang bersangkutan.
Perlindungan hukum terhadap anak korban incest, upaya perlindungan hukum
terhadap anak korban incest dimulai dari kepolisian, tersedianya RPK (Ruang
Pelayanan Khusus) sangat dirasakan manfaatnya, korban dapat mengadukan
masalah yang dihadapinya secara bebas, kepolisian juga dapat segera melakukan
penanganan kasus dengan sistem jemput bola, yaitu melakukan upaya hukum
tanpa menunggu adanya laporan dari korban, Posyandu atau Pusat Pelayanan
Terpadu, memberikan kemungkinan terciptanya kemudahan dan terjaminnya
kelangsungan penanganan kasus-kasus susila umumnya dan incest pada
khususnya.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah :
1. Untuk mencegah terjadinya tindak pidana incest sangat diperlukan
peran aparat penegak hukum agar jika terjadi suatu tindak pidana incest
hendaknya masyarakat harus tanggap dan berusaha mengambil tindakan dan
melaporkan kepada pihak yang berwajib serta diperlukan professionalism dalam
menangani tindaka pidana incest yang terjadi ditengah masyarakat. Harus
dilakukan upaya untuk menumbuhkan kesadaran hukum posotif dalam
masyarakat dengan cara melakukan penyuluhan hukum, Dalam hal ini juga sangat
diperlukan peran aktif masyarakat, tokoh masyarakat serta ulama memberikan

Universitas Sumatera Utara

pemahaman mengenai dampak kejahatan dari sudut pandang agama, moral etika
dan juga menganai dampak yang ditimbulkan.
2.

Selain

upaya

represif,

aparat

kepolisian

juga

harus

lebih

mengintensifkan upaya tindakan preventif agar dapat menekan jumlah kejahatan.
3. Aturan hukum yang telah dibuat, harus betul-betul diterapkan sebaik
mungkin sesuai dengan fungsinya.

Universitas Sumatera Utara