Penerapan Dissenting Opinion Dalam Putusan Tindak Pidana Pencucian Uang“ (Studi Kasus Putusan No.21 Pid.Sus-Tpk 2015 Pn.Mdn.) Chapter III IV

BAB III
PENERAPAN DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN
PENGADILAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
(Studi Putusan No.21/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Mdn.)

A. Ruang Lingkup Perbuatan yang Termasuk Tindak Pidana Pencucian
Uang di Indonesia
Pencucian uang (money laundering) di Indonesiaumumnya diartikan
sebagai

rangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh

seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari
kejahatan, menyamarkan asal-usul uang haram dari pemerintah maupun otoritas
yang berwenang melakukan penindakan terhadap tindak pidana, dengan cara
memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system),
sehingga uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan itu sebagai uang
yang halal.
Praktik korupsi dan pencucian uang di Indonesia seringkali dilakukan
dengan pembayaran atau transaksi keuangan tunai dalam jumlah besar. Pelaku
yang memperoleh uang hasil tindak pidana atau kejahatan tersebut kemudian

melakukan pembelian barang-barang-mewah dengan menggunakan uang tunai. 114
Bentuk kejahatan tindak pidana pencucian uang tidak hanya dilakukan
melalui transaksi keuangan tunai, tetapi juga disembunyikan dalam bentuk steril
investment terhadap harta benda, seperti; properti, kendaraan, perhiasan, dan

114

Yudi Kristiana, Op.Cit, hlm. 306.

73
Universitas Sumatera Utara

74

sebagainya di negara-negara yang mereka anggap aman walaupun dengan
melakukan hal itu hasil yang diperoleh jauh lebih rendah. 115
Ilmu ekonomi dan ilmu hukum memiliki sudut pandang yang berbeda
terhadap pencucian uang. Ilmu ekonomi melihat money laundering hanya dari
asas manfaat saja, yaitu apa dampak dari cara peralihan maupun cara penggunaan
uang dari money laundering terhadap stabilitas eonomi, efisiensi perekonomian,

dan distribusi pendapatan serta kekayaan masyarakat. 116 Legal atau tidak, setiap
uang yang dihasilkan dengan cara mengganggu stabilitas ekonomi makro,
mengurangi efisiensi perkonomian akan menimbulkan dampak redistribusi yang
kurang adil dan menurunkan tingkat kemakmuran masyarakat.
Perbuatan pencucian uang dapat mengacaukan stabilitas perekonomian
nasional dan keamanan negara dan bukan saja merupakan kejahatan nasional
tetapi juga kejahatan transnasional, oleh karena itu harus diberantas, adapun
langkah yang dilakukan antara lain dengan cara melakukan kerja sama regional
atau internasional melalui forum bilateral atau multilateral. Langkah yang sudah
dilakukan pemerintah Indonesia adalah dengan memberlakukan prinsip Know
Your Costumer 117 melalui peraturan Bank Indonesia kepada seluruh bank yang
ada di Indonesia. Di samping itu, tidak kalah pentingnya untuk memperkenalkan
sistem identifikasi personal seperti social security system dan NPWP yang dapat
dipakai sebagai gambaran perilaku nasabah dan sumber pendapatannya.

115

Bismar Nasution, Op.Cit, hlm. 1.
Anwar Nasution, “Sumber, Proses, Mekanisme, dan Dampak Ekonomi Money
Laundering”, Makalah, dalam seminar yang diselenggarakan oleh BPHN, 4 Maret 1997.

117
Anonim, “Program Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme”, diakses
pada
darihttp://www.bi.go.id/id/perbankan/prinsip-mengenal-nasabah/Contents/Default.aspx
tanggal 15 Maret 2016 pukul 12.42 WIB
116

Universitas Sumatera Utara

75

Prinsip Know Your Costumer atau prinsip mengenal nasabah adalah
prinsip yang diterapkan oleh Penyedia Jasa Keuangan untuk mengetahui identitas
nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi
yang mencurigakan. Ketika akan melakukan hubungan dengan calon nasabah,
Penyedia Jasa Keuangan harus mengetahui secara pasti siapa nasabahnya dan apa
tujuan serta bagaimana cara penggunaan produk Penyedia Jasa Keuangan oleh
nasabah

tersebut.


Dengan

demikian

Penyedia

Jasa

Keuangan

dapat

memperkirakan aktivitas normal seta profil calon nasabah sehingga dapat
mengidentifikasi apabila transaksi yang dilakukan nasabah merupakan transaksi
yang normal atau mencurigakan. 118
Jika melihat perkembangan kegiatan money laundering di Indonesia,
kegiatan ini menjadi suatu yang lumrah terjadi pada kalangan korporasi, terutama
mereka yang melakukan kejahatan korporasi. Seperti yang dilakukan Nazarudin
dalam kegiatan money laundering nya dalam pembelian saham maskapai

penerbangan nasional Garuda Indonesia. Sementara itu, aspek hukum yang dinilai
lemah dalam penerapannya menjadi satu permasalahan tersendiri.
Dalam pembuktian tindak pidana pencucian uang nantinya hasil tindakan
pidana merupakan unsur delik yang harus dibuktikan. Pembuktian apakah benar
atau tidaknya harta kekayaan tersebut merupakan hasil tindak pidana adalah
dengan membuktikan adanya tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan
tersebut, bukan dengan membuktikan apakah benar telah terjadi tindak pidana asal
(predicate crime) yang menghasilkan harta kekayaan.

118

Bismar Nasution, Op.Cit, hlm. 45.

Universitas Sumatera Utara

76

Dapat disimpulkan bahwa tindak pidana pencucian uang tidak berdiri
sendiri karena harta kekayaan yang ditempatkan, ditransfer, atau dialihkan dengan
cara integrasi itu telah didahului oleh suatu tindak pidana lainnya. Apabila harta

kekayaan tersebut diperoleh tanpa ada suatu tindak pidana yang mendahuluinya,
tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang.
Dalam kitab undang-undang hukum pidana di Indonesia, kejahatan
pencucian uang berkaitan dengan Pasal 480 KUHP, yakni “Diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak sembilan ratus
rupiah karena penadahan:
1. Barangsiapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima
sebagai hadiah, atau karena ingin mendapatkan keuntungan, menjual,
menyewakan, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan atau
menyembunyikan suatu benda, yang diketahui atau sepatutnya harus
diduga bahwa diperoleh dari kejahatan.
2. Barangsiapa

menarik

keuntungan

dari

hasil


suatu

benda,

yang

diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa diperoleh dari
kejahatan”.
Selain itu terdapat beberapa ketentuan lainnya dalam KUHP yang
berkaitan dengan pencucian uang, yaitu Pasal 481 tentang Penahanan dan Pasal 39
ayat (1) tentang Penyitaan Barang Bukti.
Meskipun terdapat beberapa ketentuan yang terkait dengan tindak pidana
pencucian uang, tindak pidana pencucian uang itu sendiri tidak diatur di dalam
KUHP. Akan tetapi,pembuat KUHP menyadari tidak mungkin membuat suatu

Universitas Sumatera Utara

77


peraturan yang dapat mengakomodir seluruh kegiatan masyarakat dan
perkembangannya seiring berjalannya waktu dan juga sudah memprediksi akan
adanya suatu perbuatan yang di kemudian hari akan dianggap sebagai tindak
pidana. Hal ini tercermin dalam Pasal 103 KUHP, yaitu : “Ketentuan-ketentuan
dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan
yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali
oleh undang-undangan ditentukan lain.Dengan dasar inilah pencucian uang
kemudian dikriminalisasikan.
Undang-Undang No 8 tahun 2010. Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) ,
menyebutkan bahwa pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
tersebut. Dalam pengertian ini didapat ruang lingkup dari suatu tindak pidana
pencucian uang. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Unsur perbuatan melawan hukum
Salah satu unsur penting dari suatu tindak pidana adalah unsur melawan
hukum (wederrechtelijk) yang merupakan suatu penilaian objektif yang diberikan
terhadap suatu perbuatan/tindakan. Secara garis besar, perbuatan melawan hukum
dalam pencucian uang terdiri dari unsur objektif (actus reus) dan unsur subjektif
(mens rea).
Dalam ketentuan sebagaimana yang sebutkan pada Pasal 3 UU No. 8

Tahun 2010, unsur objektif (actus reus) perbuatan melawan hukum dalam tindak
pidana pencucian uang dapat dilihat dengan adanya kegiatan:

Universitas Sumatera Utara

78

1. Menempatkan harta kekayaan ke dalam penyedia jasa keuangan baik
atas nama sendiri atau atas nama orang lain, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa harta tersebut diperoleh melalui tindak pidana.
2. Mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
merupakan hasil dari tindak pidana pencucian uang, dari suatu
penyedia jasa keuangan ke penyedia jasa keuangan yang lain, baik atas
nama sendiri maupun atas nama orang lain.
3. Membelanjakan atau menggunakan harta kekayaan yang diketahui atau
patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari tindak pidana. Baik
atas nama dirinya sendiri atau atas nama pihak lain.
4. Menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang diketahui
atau patut diduga merupakan harta yang diperoleh dari hasil tindak
pidana, baik atas namanya sendiri ataupun atas nama pihak lain.

5. Menitipkan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga
merupakan harta yang diperoleh berdasarkan tindak pidana, baik atas
namanaya sendiri atau atas nama pihak lain.
6. Membawa ke luar negeri harta yang diketahui atau patut diduga
merupakan harta yang diproleh dari tindak pidana.
7. Menukarkan atau perbuatan lainnya terhadap harta kekayaan yang
diketahui atau patut diduga merupakan harta hasil tindak pidana
dengan mata uang atau surat berharga lainnya.
Yang dimaksud dengan “patut diduganya” adalah suatu kondisi yang
memenuhi setidak-tidaknya pengetahuan, keinginan, atau tujuan pada saat

Universitas Sumatera Utara

79

terjadinya transaksi yang diketahuinya mengisyaratkan adanya pelanggaran
hukum.
Sedangkan unsur subjektif (mens rea)dilihat dari perbuatan seseorang
yang dengan sengaja, mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan
berasal dari hasil kejahatan, dengan maksud untuk menyembunyikan atau

menyamarkan harta tersebut.
2. Hasil Tindak Pidana
Dalam Pasal 1 angka 13 disebutkan: “Harta Kekayaan adalah semua benda
bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud, yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung”.
Penelusuran Harta Kekayaan hasil tindak pidana pada umumnya dilakukan oleh
lembaga keuangan melalui mekanisme yang diatur dalam peraturan perundangundangan. Lembaga keuangan memiliki peranan penting khususnya dalam
menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa dan melaporkan Transaksi tertentu
kepada otoritas (financial intelligence unit) sebagai bahan analisis dan untuk
selanjutnya disampaikan kepada penyidik. 119
Kemudian dalam Pasal 2 ayat 1, yang dimaksudkan dengan hasil tindak
pidana adalah semua harta kekayaan yang diperoleh dari:
1. Korupsi.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 31 tahun 1999 Jo.
Undang-Undang No. 20 tahun 2001, korupsi adalah suatu perbuatan
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
119

Penjelasan Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang Pemberantasan dan Pencegahan
Tindak Pidana Pencucian Uang

Universitas Sumatera Utara

80

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.

2. Penyuapan
Penyuapan berbeda dengan gratifikasi. Tindak pidana suap diatur
dalam Undang-Undang No. 3 tahun 1980. Menurut Pasal 3 undangundang ini, Suap diartikan sebagai perbuatan menerima sesuatu atau janji,
sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian
sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan
atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum.

3. Narkotika
Indonesia pertama kali meratifikasi U.N. Convention Against Illicit
Traffic drugs and Psychotropic Substanses1988 dengan Undang-Undang
No. 8 Tahun 1996 tentang Pengesahan Convention on Psychotipoic
Substances 1971. Materi pokok dari konvensi ini adalah 120:
a. Menetapkan benda-benda yang termasuk dalam narkotika dan
psikotropika.
b. Hal-hal yang merupakan tindak pidana yang terdiri dari: memproduksi
dan mengedarkan narkotika , psikoropika, melakukan transfer dan

120

Heru Suprapto, Peranan Sistem Keuangan dalam Pemberantasn Money Laundering,
Makalah, Seminar Money Laundering, BPHN, Jakarta, 4 Maret 1997, hlm. 8-9.

Universitas Sumatera Utara

81

konversi dana yang merupakan hasil transaksi narkotika dan
psikotropika untuk menghilangkan asal-usul dana tersebut.
c. Negara-negara peserta diwajibkan untuk menetapkan ketentuan
peraturan dalam hukum nasional masing-masing yang merupakan
pelaksanaan dari konvensi itu.
d. Ketentuan rahasia bank tidak dapat menjadi penghalang bagi
penegakan hukum dalam melakukan tugasnya.

4. Psikotropika
Psikotropika di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 5
tahun 1997 tentang

Psikotropika. Penggunaan harta kekayaan yang

berasal dari tindak pidana psikotropika dianggap sebagai tindak pidana
pencucian uang.

5. Penyelundupan tenaga kerja
Penyelundupan tenaga kerja diatur dalam Undang-Undang No. 39 tahun
2004

tentang

Tentang

Penempatan

Dan

Perlindungan

Tenaga

KerjaIndonesia Di Luar Negeri.

6. Penyelundupan imigran
Penyelundupan imigran dikategorikan sebagai tindak pidana
penyelundupan mausia yang diatur dalam Undang-Undang No. 6 tahun
2011

tentang

Keimigrasian.

Adapun

maksud

dari

perbuatan

Universitas Sumatera Utara

82

penyelundupan manusia menurut undang-undang ini adalah melakukan
perbuatan yang bertujuan mencari keuntungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung, untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan
membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara terorganisasi
maupun tidak terorganisasi, atau memerintahkan orang lain untuk
membawa seseorang atau kelompok orang, baik secara terorganisasi
maupun tidak terorganisasi, yang tidak memiliki hak secara sah untuk
memasuki Wilayah Indonesia atau keluar dari Wilayah Indonesia dan/atau
masuk wilayah negara lain, yang orang tersebut tidak memiliki hak untuk
memasuki wilayah tersebut secara sah, baik dengan menggunakan
dokumen sah maupun dokumen palsu, atau tanpa menggunakan Dokumen
Perjalanan, baik melalui pemeriksaan imigrasi maupun tidak

7. Di bidang perbankan
Secara garis besar ada dua pengertian yang perlu dibedakan dan
dipahami, yaitu tindak pidana perbankan, dan tindak pidana di bidang
perbankan.
Tindak pidana perbankan adalah pelanggaran terhadap ketentuan
perbankan yang diatur dan diancam dengan pidana berdasarkan undangundang perbankan (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana
telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan) dan undang-undang lainnya yang mengatur atau berhubungan

Universitas Sumatera Utara

83

dengan perbankan. Tindak menjadikan bank sebagai sarana (crimes
through the bank) dan sasaran tindak pidana itu (crimes against the bank).
Adapun yang dimaksud dengan tindak pidana di bidang perbankan
adalah perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan kegiatan dalam
menjalankan usaha pokok bank, yang dapat dipidana berdasarkan
ketentuan pidana di luar undang-undang perbankan atau undang-undang
yang berkaitan dengan perbankan.

8. Di bidang pasar modal
Tindak pidana di pasar modal diatur dalam Pasal 103 sampai Pasal
110 tentang Ketentuan Pidana Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal.

9. Di bidang perasuransian
Tindak pidana di bidang perasuransian diatur dalam Pasal 73
sampai dengan Pasal 82 Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang
Perasuransian.

10. Kepabeanan
Kepabeanan diatur dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1995
tentang Kepabeanan Jo. Undang-Undang No 17 tahun 2006 yang
menyebutkan bahwa kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan

Universitas Sumatera Utara

84

dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah
Pabean dan pemungutan Bea Masuk.

11. Cukai
Cukai diatur dalam Undang-Undang No. 11 tahun 1995 tentang
Cukai Jo. Undang-Undang No. 39 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang
tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang juga ditetapkan
dalam undang-undang tersebut.

12. Perdagangan orang
Perdangangan orang sebagaimana diatur dalam KUHP Pasal 297
dan Pasal 324 serta Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang merupakan suatu
bentuk tindak pidana sehingga pemakaian harta kekayaan dalam segala
bentuknya yang dihasilkan daripadanya dianggap sebagai tindak pidana
pencucian uang.

13. Perdagangan senjata gelap
Tindak pidana perdagangan senjata gelap adalah setiap perbuatan
yang disebutkan dalam Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951
tentang Mengubah "Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen"
(Staatsblad 1948: 17) dan Undang-Undang Republik Indonesia Dahulu

Universitas Sumatera Utara

85

Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Idzin Pemakaian
Senjata Api.

14. Terorisme
Terorisme sebagai salah satu kejahatan kejahatan terhadap
kemanusiaan (crime against humanity) karena sifatnya sangat luas
(widespread) dan sistematik (systematic), yang telah menewaskan ribuan
orang yang tidak bersalah. Seperti tragedy World Trade Center (WTC),
ledakan Bom Bali 1 dan II, ledakan Bom Madrid, Ledakan Bom London,
Ledakan Bom Mumbai, hingga ledakan Bom Oslo.
Tindak pidana terorisme memiliki keterkaitan dengan tindak
pidana pencucian uang, seringkali pembiayaan operasional terorisme
menggunakan uang hasil dari tindak pidana dimana pelaku tindak pidana
pencucian uang tidak memiliki motif untuk mencari keuntungan tetapi
untuk mengacaukan stabilitas dan keamanan suatu negara dengan uang
hasil dari tindak pidana.

15. Penculikan
Penculikan diatur sebagai suatu tindak pidana dalam KUHP Pasal 328
diaman penculikan dianalogikan sebagai perbuatan membawa pergi
seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara
dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di
bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan

Universitas Sumatera Utara

86

dia dalam keadaan sengaja.

16. Pencurian
Tidak ada definisi mengenai pencurian di dalam peraturan
perundang-undangan Indonesia. Namun dalam Pasal 362 KUHP pencurian
digambarkan sebagai perbuatan memindahkan suatu barang.

17. Penggelapan
Penggelapan diatur dalam Pasal 372 KUHP. Yang termasuk
penggelapan adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain
sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan atas barang itu sudah ada
pada pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah.

18. Penipuan
Penipuan menurut Pasal 378 KUHP adalah suatu perbuatan dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakan
orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya
memberi hutang maupun menghapuskan piutang,

19. Pemalsuan uang

Universitas Sumatera Utara

87

Tindak pidana pemalsuan uang diatur dalam Undang-Undang No.7
Tahun 2011 tentang Mata Uang. Dikatakan suatu perbuatan sebagai
pemalsuan uang apabila dengan sengaja meniru Rupiah, kecuali untuk
tujuan pendidikan dan promosi dengan memberi kata spesimen .

20. Perjudian
Pasal 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban
Perjudian menyatakan semua tindak pidana perjudian sebagai kejahatan.
Sehingga semua harta kekayaan yang digunakan sebagai hasil dari
perjudian dapat dijerat dengan tindak pidana pencucian uang.

21. Prostitusi
Prostitusi menurut Pasal 296 KUHP adalah

perbuatan yang

dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh
orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau
kebiasaan. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, prostitusi
dianggap sebagai Eksploitasi Seksual yakni segala bentuk pemanfaatan
organ tubuh seksual atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan
keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran
dan percabulan.

22. Di bidang perpajakan

Universitas Sumatera Utara

88

Penggelapan pajak (tax evasion) adalah tindak pidana karena
merupakan rekayasa subyek (pelaku) dan obyek (transaksi) pajak untuk
memperoleh

penghematan pajak secara melawan hukum ,

dan

penggelapan pajak boleh dikatakan merupakan virus yang melekat
(inherent) pada setiap sistem pajak yang berlaku di hampir setiap
yurisdiksi. Hampir dapat dipastikan bahwa kejahatan di bidang perpajakan
bermula dari penentuan jumlah pajak yang harus di bayar oleh wajib pajak
yang ditentukan bersama antara aparat pajak dan wajib pajak. Dalam
praktik bisa terjadi misalnya wajib pajak hanya membayar 50% dari
kewajibannya. Dari jumlah itu, bisa jadi setengahnya dikantongi oleh
oknum petugas pajak itu sendiri, dan sisanya yang 25% lagi yang
disetorkan ke kas Negara. Dengan modus operandi seperti ini, hilangnya
uang negara bisa mencapai 75%. Menurut Jeffrey P. Owens penggelapan
pajak yang semakin meluas adalah karena difasilitasi oleh pemerintah
negara-negara yang mengunci keterbukaan dan yang tidak siap melawan
penyalahgunaan pajak.

23. Di bidang kehutanan
Modus pencucian uang di bidang kehutanan umumnya berupa
pembayaran yang dilakukan oleh pengusaha kepada oknum pejabat
pemerintah, baik secara langsung maupun melalui broker dengan maksud
transaksi bisnis kayu yang ilegal dan merusak lingkungan dapat dibantu
oleh oknum ini menjadi seolah-olah sebuah transaksi kayu yang legal dan

Universitas Sumatera Utara

89

tidak merusak lingkungan.
Modus pencucian uang di bidang kehutanan lainnya adalah
menerima pengiriman uang dari luar negeri atas transaksi yang tidak jelas
dasarnya. Transaksi ekspor kayu tentunya didasarkan pada adanya letter of
credit (L/C) dan pemberitahuan ekspor barang (PEB) yang secara jelas
menjelaskan jumlah produk kayu yang diekspor, nilainya, serta di mana
dan kapan dikirimkan. Jika penerimaan uang dari luar negeri tidak
dilakukan dengan dasar L/C dan PEB, transaksi keuangan tersebut patut
dicurigai. Bank sebagai ujung tombak rezim antipencucian uang juga
dapat melaporkan transfer uang ke perusahaan kehutanan yang jumlahnya
melebihi nilai transaksi yang dapat dilakukan sesuai dengan izin produksi
kayu yang diperoleh oleh perusahaan tersebut dari Departemen Kehutanan
dan gubernur.

24. Di bidang lingkungan hidup
Undang-undang No. 32 tahun 2009 mengatur bahwa tindak pidana
di bidang lingkungan hidup adalah merupakan kejahatan. Menurut
Sukanda Husintindak pidana yang diperkenalkan dalam UUPPLH dapat
didefensikan sebagai berikut: 121
1.

Delik materil (generic crime) adalah perbuatan melawan hukum
yang menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup
yang tidak perlu memerlukan pembuktian pelanggaran aturanaturan hukum administrasi seperti izin.

121

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, (Sinar Grafika: Jakarta,
2009), hlm. 122.

Universitas Sumatera Utara

90

2.

Delik formil (specific crime) adalah perbuatan yang melanggar
hukum terhadap aturan-aturan hukum administrasi, jadi untuk
pembuktian terjadinya delik formil tidak diperlukan pencemaran
atau perusakan lingkungan hidup seperti delik materil, tetapi cukup
dengan membuktikan pelanggaran hukum administrasi.

25. Di bidang kelautan dan perikanan.
26. Atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)
tahun atau lebih baik dilakukan di Indonesia atau di luar Indonesia.

3. Unsur Pelaku
Sudah menjadi kenyataan bahwa pada saat ini korporasi semakin
memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara. Korporasi tidak dibatasi lagi hanya sekedar badan hukum yang
mensosialisasikan kumpulan orang-orang yang bergerak dalam bidang usaha
tertentu, tetapi lebih luas telah diposisikan uga sebagai subjek hukum.
Diterimanya korporasi dalam pengertian badan hukum merupakan perkembangan
yang sangat maju dengan menggeser doktrin yang mewarnai KUHP yakni
“universitas delinguere non potest” atau (societas delinguere non potest), yaitu
badan hukum tidak dapat melakukan tindak pidana. 122
Undang-Undang

Pemberantasan

dan

Pencegahan

Tindak

Pidana

Pencucian Uang memiliki suatu kekhususan dari tindak pidana umum, yaitu unsur
pelaku. Dalam Pasal 6 Undang-Undang ini, selain perseorangan natuurlijke
persoon) dikenal juga korporasi (recht person) sebagai pelaku tindak pidana. Hal

122

Marwan Effendy, Diskresi, Penemuan Hukum, Korporasi & Tax Amnesty dalam
Penegakan Hukum, (Referensi: Jakarta, 2012), hlm. 83.

Universitas Sumatera Utara

91

ini dikarenakan penggunaan kata “setiap orang” dalam Pasal 3, 4, dan 5 yang
menjadi suatu bentuk kekhususan dari tindak pidana pencucian uang dari tindak
pidana umum. Delik pencucian uang oleh korporasi terpenuhi apabila pencucian
uang dilakukan atau diperintahkan oleh personil pengendali korporasi, dilakukan
dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan korporasi, dilakukan sesuai dengan
tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah, dan dilakukan dengan maksud
memberikan manfaat bagi korporasi.
Selain dalam Pasal 3, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Pemberantasan

dan

Pencegahan

Tindak

Pidana

Pencucian

Uang

juga

mengkriminalisasikan perbuatan-perbuatan sebagai berikut menjadi tindak pidana
pencucian uang. yaitu:
a. Pasal 3
Merupakan tindak pidana pencucian uang bersifat aktif, yaitu setiap orang
yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan uang uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).
b. Pasal 4
Dalam Pasal 4 UU RI No. 8 Tahun 2010, dikenakan pula bagi mereka
yang menikmati hasil tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap
Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi,

Universitas Sumatera Utara

92

peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan
melakukan pencucian uang.
b. Pasal 5
Merupakan tindak pidana pencucian uang bersifat pasif yang dikenakan
kepada setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1. Hal tersebut dianggap juga sama
dengan melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan bagi Pihak Pelapor yang
melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
(Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010).
Kemudian selain hal tersebut diatas, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
juga mengkriminalisasi beberapa perbuatan sebagai tindak pidana yang berkaitan
dengan tindak pidana pencucian uang yang terdapat dalam pasal-pasal sebagai
berikut:
a. Pasal 11
Dalam ayat 2, diatur bahwa setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipidana dengan pidana penjarapaling lama 4
tahun. 123

123

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah Pejabat atau pegawai PPATK,
penyidik, penuntut umum,hakim, dan Setiap Orang yang memperoleh Dokumen atau keterangan
dalam rangka pelaksanaan tugasnyamenurut Undang-Undang ini wajib merahasiakanDokumen
atau keterangan tersebut, kecuali untukmemenuhi kewajiban menurut Undang-Undang ini.

Universitas Sumatera Utara

93

b. Pasal 12
Dalam ayat 1 diatur bahwadireksi, komisaris, pengurus atau pegawai Pihak
Pelapordilarang memberitahukan kepada Pengguna Jasa atau pihak lain, baik
secara langsung maupun tidaklangsung, dengan cara apa pun mengenai laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan yang sedang disusun atau telah disampaikan
kepada PPATK.
Dalam ayat 3, diatur bahwapejabat atau pegawai PPATK atau Lembaga
Pengawas dan Pengatur dilarang memberitahukan laporanTransaksi Keuangan
Mencurigakan yang akan atau telahdilaporkan kepada PPATK secara langsung
atau tidaklangsung dengan cara apa pun kepada Pengguna Jasaatau pihak lain.
Pelanggaran atas ketentuan pada ayat 1 dan 3 dipidana dengan
pidanapenjara paling lama 5 tahun dan pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00.
c. Pasal 14
Perbuatan campur tangan terhadappelaksanaan tugas dan kewenangan
PPATK juga dikriminalisasi dan diancam dengan pidanapenjara paling lama 2
tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00.
d. Pasal 15
Apabila

pejabat

atau

pegawai

PPATK

tidak menolak

dan/atau

mengabaikan segalabentuk campur tangan dari pihak mana pun dalamrangka
pelaksanaan tugas dan kewenangannya dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00.
e. Pasal 16

Universitas Sumatera Utara

94

Dalam hal pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, atau
hakim, yang menangani perkara tindak pidana pencucian uang yang sedang
diperiksa, tidak merahasiakan Pihak Pelapor dan pelapor, menyebutkan nama atau
alamat pelapor, atau hal lain yang memungkinkan dapat terungkapnya identitas
pelapor, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun.
f. Pasal 35
Dalam ayat 1, pasal ini menentukan agar setiap orang yang tidak
memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran
lainsebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1 dikenaisanksi administratif
berupa denda sebesar 10% dari seluruh jumlah uang tunai dan/atauinstrumen
pembayaran lain yang dibawa dengan jumlahpaling banyak Rp300.000.000,00.
Kemudian dalam ayat 2 menentukan setiap orang yang telah
memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran
lainsebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat 1, tetapijumlah uang tunai
dan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa lebih besar dari jumlah yang
diberitahukan, dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 10%dari
kelebihan jumlah uang tunaidan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa
dengan jumlah paling banyak Rp300.000.000,00.
Kebijakan kriminalisasi merupakan penetapan perbuatan yang semula
bukan tindak pidana menjadi suatu tindak pidana dalam suatu aturan perundangundangan. 124 Alasan kriminalisasi pada umumnya meliputi: 125
a. Adanya korban;
124

Teguh Prasetyo, Krminalisasi dalam Hukum Pidana, (Nusa Media: Bandung, 2011),

hlm. 133.
125

Ibid, hlm. 45.

Universitas Sumatera Utara

95

b. Kriminalisasi bukan semata-mata ditujukan untuk pembalasan;
c. Harus berdasarkan asas ratio principle, dan;
d. Adanya kesepakatan sosial.
Kriminalisasi dilakukan tidak semata-mata ditujukan untuk membalas
dendam maksudnya bahwa dalam melihat permasalahan tidak hanya untuk
memberikan suatu sanksi saja, tetapi harus dipikirkan efektifitas pemberian
sanksi. Selain itu, kriminalisasi harus mempunyai tujuan yang lebih luas, seperti
menjaga stabilitas keuangan dan kepercayaan terhadap lembaga keuangan. Alasan
yang menyebutkan adanya korban ini menyiratkan bahwa perbuatan tersebut
harus menimbulkan suatu kerugian atau sesuatu yang buruk. Dari semua hal
terkait pencucian uang, adalah hal yang tepat untuk mengkriminalisasikan
perbuatan pencucian uang karena telah memenuhi semua syarat suatu upaya
kriminalisasi.
Dua pokok pemikiran dalam kebijakan kriminalisasi dengan menggunakan
saran penal ialah masalah penentuan: 126
a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana, dan;
b. Sanski apa yang seharusnya dikenakan kepada si pelanggar.
Kriminalisasi money laundering sebenarnya merupakan kriminalisasi
ganda (double criminalization), 127karena kejahatan perdagangan narkotika,
psikotropika, korupsi, serta penyelundupan sudah merupakan sebuah delik, lalu
hasil delik tersebut yang dipergunakan dalam segala bentuknya (Money
Laundering) di kriminalisasi lagi. Mengingat sifatnya sebagai follow up crimes,
126

Ibid, hlm. 133.
Andi Hamzah, “Penerapan Hukum Nasional dalam Memberantas Money Laundering”,
Makalah, dalam seminar yang diselenggarakan oleh BPHN, 4 Maret 1997, hlm. 2.
127

Universitas Sumatera Utara

96

kriminalisasi pada akhirnya diharapkan untuk menanggulangi tidak saja kejahatan
pencucian uang, tetapi juga menanggulagi kejahatan utamanya.

Selain itu,

sebagaimana disebutkan dalam beberapa konvensi internasional, kriminalisasi
pencucian uang tidak hanya ditujukan untuk menghukum pelaku tetapi juga harus
diupayakan untuk melakukan penyitaan. 128
Penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang merupakan salah satu perwujudan politik hukum nasional,
yakni untuk menciptakan atau membentuk hukum baru, sejalan dengan
kepentingan nasional di bidang hukum berkaitan dengan tuntutan global untuk
memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam konteks kriminalisasi, tindak
pidana pencucian uang pertama kali di formulasikan dalam Pasal 3 Jo. Pasal 2
Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 yang mengatur tentang pebuatan-perbuatan
yang dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang.
Dalam konsep antipencucian uang, pelaku dan hasil tindak pidana dapat
diketahui melalui penelusuran untuk selanjutnya hasil tindak pidana tersebut
dirampas untuk negara atau dikembalikan kepada yang berhak. Apabila Harta
Kekayaan hasil tindak pidana yang dikuasai oleh pelaku atau organisasi kejahatan
dapat disita atau dirampas, dengan sendirinya dapat menurunkan tingkat
kriminalitas. Untuk itu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
Pencucian Uang memerlukan landasan hukum yang kuat untuk menjamin
kepastian hukum, efektivitas penegakan hukum serta penelusuran dan
pengembalian Harta Kekayaan hasil tindak pidana.Maka lahirlah Undang-Undang
128

Muladi, “Pembaharuan Hukum Pidana yang Berkualitas Indonesia”, Makalah, dalam
rangka ulang tahun UNDIP, 11 Januari 1998, hlm. 22-23.

Universitas Sumatera Utara

97

No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uangsebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Karena undang-undang tersebut dirasakan belum optimal, antara lain
karena peraturan perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan
ruang timbulnya penafsiran yang berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang
tepatnya

pemberian

sanksi,

belum

dimanfaatkannya

pergeseran

beban

pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis
laporannya, serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari para pelaksana
Undang-Undang ini, maka diperlukan penyesuaian dengan perkembangan
kebutuhan penegakan hukum, praktik, dan standar internasional yang kemudian
mencabutUndang-Undang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang dan diganti dengan Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

B.Penerapan Dissenting Opinion dalam Putusan Tindak Pidana Pencucian
Uang
B.1. Kasus 129
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan
mengadili perkara dengan Terdakwa Pandapotan Kasmin Sianjuntak selaku
Bupati Toba Samosir dengan dakwaan Tindak Pidana Korupsi dan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
B.1.1. Kronologi
129

Diolah dari Putusan Pengadilan No.21/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Mdn

Universitas Sumatera Utara

98

Pada tanggal 7 juni 2010, Eddy D Ernigpraja selaku Direktur Sumber
Daya Manusia dan Umum PT. PLN menerbitkan Keputusan Direksi mengangkat
Ir. Robert Apriyanto Purba sebagai Manajer Proyek PLTA Asahan III
Pada tanggal 21 Juli 2010, Ir. Bintatar Hutabarat selaku General Manager
PT. PLN PIKITRINGSUAR mengirim surat kepada Bupati Tobasa perihal
Permohonan Ijin Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Masuk dan Fasilitas
Ibadah untuk umum serta Base Camp PLTA Asahan III
Pada 22 Juli 2010, Ir. Bintatar Hutabarat mengirim surat kepada Kepala
Dinas Kehutanan Provsu perihal mohon konfirmasi kawasan hutan lindung
melalui Plotting Koordinat Geografis atas Rencana Lokasi PLTA Asahan III
Terdakwa membeli tanah Marole Siagian atas nama istri terdakwa Nety
Pardosi pada tanggal 15 Agustus 2010 seharga Rp. 20.000,- per meter, namun istri
terdakwa tidak diudang pada saat rapat dan terdakwa tidak menyampaikan kepada
peserta rapat bahwa terdakwa memiliki tanah di areal yang dibutuhkan PLN
Pada tanggal 25 Agustus 2010 General Manager PT. PLN yang dijabat
oleh Ir. Bintatar Hutabarat mengirim surat permohonan rekomendasi perbaikan
jalan dan base camp PLTA Asahan III kepada Bupati Tobasa
Pada Tahun 2010 petugas Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Kab. Toba
Samosir melaksanakan kegiatan berupa pengadaan tanah (ganti rugi tanah) untuk
lokasi pembangunan Base Camp dan Access Road proyek PLTA ASAHAN III di
desa Meranti Utara.
Bupati Tobasa (saksi) pada tanggal 1 September 2010 mengeluarkan Surat
Keputusan Bupati Tobasa mengenai penunjukan petugas P2T

Universitas Sumatera Utara

99

Pada tanggal 1 September 2010 terdakwa mengirim surat kepada Gubernur
Sumatera Utara Cq. Kepala Dinas Jalan dan Jembatan PU Bina Marga Provinsi
Sumatera Utara perihal Rekomendasi Perbaikan dan Pelebaran Jalan
Terdakwa membentuk Tim Penilai Harga pada tanggal 8 November 2010
Pada tanggal 15 November 2010 Terdakwa memerintahkan SAMUEL
A.H. LUMBAN RAJA mengundang semua petugas P2T, Tim Penilai Harga dan
pemilik tanah untuk rapat di ruang mini kantor bupati.
Dalam rapat tersebut, Pihak P2T, PT. PLN, Tim Penilai Harga tidak
pernah meilhat surat alas hak atas tanah dari pemilik yang akan diganti rugi.
Dalam rapat tersebut juga terdakwa menyarankan harga tanah per meter
Rp. 50.000,-, kelapa sawit Rp. 1.000.000/ batang, tanaman lain Rp. 400.000/
batang, dan harga bangunan Rp. 10.000.000 / Unit, lalu mereka sepakat
Dalam rapat tersebut juga, awalnya nama pemiliki tanah yang tercantum
dalam daftar nominatif adalah Bobby Simanjuntak dan Edison P Siagian, SH.
Oleh karena Bobby Simanjuntak adalah putra dari terdakwa, maka diubah menjadi
Marole Siagian yang bersedia namanya dicantumkan dengan alasan menjaga
nama baik Bupati.
Setelah

rapat

dilaksanakan,

Tim

Panitita

Pengadaan

Tanah

menandatangani Daftar Hasil Identifikasi dan Inventarisasi atas Penguasaan,
Penggunaan, dan Kepemilikan Tanah, Tanaman dan Bangunan untuk Keperluan
Pembangunan Base Camp Proyek PLTA Asahan III
Pada tanggal 17 September 2010, Sunardi selaku Plh General Manager PT.
PLN PIKITRINGSUAR menerbitkan surat kepada terdakwa Perihal Penyampaian

Universitas Sumatera Utara

100

Persetujuan AMDAL PLTA Asahan III oleh gubernur Sumatera Utara,
menyampaikan dokumen persetujuan AMDAL sesuai dengan keputusan Gubernur
Sumut tanggal 12 November 2004
Pada tanggal 1 Oktober 2010 Aji Sutrisno selaku Plh. General Manager
PT.

PLN

PIKITRINGSUAR

menerbitkan

surat

Nomor

172.Und/120/PIKITRINGSUAR/2010 Perihal Undangan Sosialisasi Rencana
Kegiatan PLTA Asahan III dan Pekerjaan Access Road dan Base Camp PLTA
Asahan III kepada terdakwa
Pada hari yang sama, Ir. Marapinta Harahap selaku Kepala dinas Bina
Marga Provsu mengirim surat kepada General Manager PT. PLN yang memberi
rekomendasi tentang pelaksanaan jalan dan jembatan
Pada tanggal 5 Oktober 2010, Marole Siagian mengirim surat kepada para
Kepala Desa di Desa Meranti Utara Perihal Undangan Sosialisasi terkait
Pelebaran Jalan pada tanggal 8 Oktober 2010
Pada tanggal 21 Oktober 2010, terdakwa menerbitkan Surat Keputusan
Bupati Tobasa tentang Penetapan Izin Lokasi Pembangunan, yaitu di desa Meranti
Utara
Pada tanggal 19 November 2010 dilakukan pembayaran panjar ganti rugi
tanah, namun ganti rugi untuk Marole Siagian ditransfer ke rekening BNI milik
terdakwa No. 0176981718 sejumlah Rp. 2.000.000.000,- sebagai panjar dari total
Rp. 3.989.539.500,-

Universitas Sumatera Utara

101

Pada tanggal 28 Desember 2010 Pihak PT. PLN bernama KURNIAWAN
TANJUNG mentransfer sisa dana ganti rugi sejumlah Rp. 1.833.342.525,- ke
rekening BNI milik terdakwa
Meskipun terdakwa yang menerima dana ganti rugi, yang menandatangani
kwitansi ganti rugi adalah Marole Siagian
Meskipun pembayaran sudah dilakukan, dokumen pembangunan Base
Camp belum ada dimiliki pihal PT. PLN dan kepemilikan tanah lokasi
pembangunan Base Camp belum beralih ke PT. PLN
Kemudian uang yang diterima Terdakwa telah digunakan untuk :
1. Membeli jam tangan merek CARTIER type Ballon bleu de Cartier Watch
in white gold and diamond dengan kode produksi WE9009z3(08)
300094083QX seharga Rp. 380.000.000,2. Transaksi Penarikan cek di Bni sebesar Rp. 1.000.000.000,- yang
kemudian dikirim ke Rekening Mandiri atas nama Terdakwa
3. Diberikan kepada Mangapul Siahaan S.Si sebagai anggota DPRD sebesar
Rp.200.000.000,00
4. Diberikan kepada Ir. Gustav Adolf Manurung di Jakarta sebesar Rp.
430.000.000,Terdakwa telah menitipkan kerugian keuangan negara atas ganti rugi tanah
kepada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebesar Rp. 2.500.000.000,- dan uang
yang terdapat di rekening BNI milik terdakwa sejumlah Rp. 1.283.037.253,- dan
uang terdakwa di rekening Mandiri sebesar Rp. 81.441,- telah disita oleh penyidik

Universitas Sumatera Utara

102

Berdasarkan surat pembelaan yang diajukan Penasehat Hukum terdakwa
ada melampirkan surat jual beli tanah, namun fakta yuridisnya surat tanah tersebut
tidak pernah diserahkan
Setelah diteliti, ternyata ditemukan kejanggalan dimana batas-batas tanah
diantar kedua tanah yang diganti rugi tersebut ternyata tidak berhubungan /
berkesesuaian
Dalam kasus ini terdapat 2 surat perjanjian jual beli yaitu :
1. Antara Marole Siagian dan Netty Pardosi pada tanggal 15 Agustus 2010
seluas 18.955 M2 dengan harga 20.000.000,2. Antara Edison P Siagian dengan Netty Pardosi pada tanggal 15 Agustus
2010 seluas 43.144 M2 seharga Rp. 40.000.000,Jelas terlihat bahwa harga tanah yang dibeli terdakwa adalah Rp. 1.000 per
meternya namun terdakwa meminta ganti rugi sebesar Rp. 50.000,- per meternya
Berdasarkan laporan hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provsu Nomor 191/PW02/5/2013
tanggal 24 Desember 2013 terdapat kerugian negara atas penyimpangan
pengadaan tanah lokasi pembangunan base camp proyek PLTA Asahan III Tahun
2010 sebesar Rp. 4.439.232.710,-

B.1.2. Dakwaan
Terdakwa dihadapkan ke depan persidangan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan berdasarkan dakwaan Penuntut Umum
sebagaimana termuat dalam surat dakwaan nomor register perkara : PDS –

Universitas Sumatera Utara

103

02/BLG/02/2015 tertanggal 22 Februari 2015 yang dibacaka di depan persidangan
pada tanggal 12 Maret 2015 yang berbunyi sebagai berikut:
KESATU :
PRIMAIR :
Perbuatan terdakwa telah melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang
telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
SUBSIDAIR :
Perbuatan terdakwa telah melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 3 Jis. Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah
diubah menjadi Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Dan :
KEDUA :
PRIMAIR :
Bahwa perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 3 ayat (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.

Universitas Sumatera Utara

104

SUBSIDAIR :
Bahwa perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

B.1.3. Tuntutan
Adapun tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang diajukan pada Kamis, 2 Juli
2015 pada pokoknya adalah meminta kepada Majelis Hakim untuk mengabulkan
tuntutan sebagai berikut :
I. Menyatakan

bahwa

terdakwa

PANDAPOTAN

KASMIN

SIMANJUNTAK terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum
bersalah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana termaksud dalam
Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang telah
diubah menjadi Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, atauPasal 3 Jis. Pasal 18 UndangUndang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP, sesuai dengan Dakwaan Kesatu dari surat dakwaan
Penuntut Umum. Dan;

Universitas Sumatera Utara

105

II. Menyatakan

bahwa

Terdakwa

PANDAPOTAN

KASMIN

SIMANJUNTAK terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum
bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang sebagaimana termaksud
dalam dalam Pasal 3 ayat (1) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, atau
Pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, sesuai
dengan Dakwaan Kedua dari Surat Dakwaan Penuntut Umum
III. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Pandapotan Kasmin Simanjuntak
dengan pidana penjara selama 3 tahun, pidana denda sebesar Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah ), dan membayar uang pengganti
sebesar Rp. 3.833.342.525,- (tiga miliar delapan ratus tiga puluh tiga juta
iga ratus empat puluh dua ribu lima ratus dua puluh lima), dan jika
terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1
bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap,
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi
uang pengganti tersebut, dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda
yang mencukupi maka dipidana penjara selama 1 tahun.
IV. Menyatakan barang bukti berupa:
1. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Slip Setoran Tunai BNI tanggal
19 Nopember 2010 atas penyetoran uang sebesar Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah) oleh penyetor atas nama LASMARIA ke rekening

Universitas Sumatera Utara

106

atas nama PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK dengan
Nomor Rekening 0176981718;
2. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Formulir Pemindahbukuan BNI
tanggal 28 Desember 2010 atas pemindahbukuan uang sebesar Rp
1.833.342.525,00 (satu miliar delapan ratus tiga puluh tiga juta tiga
ratus empat puluh dua ribu lima ratus dua puluh lima rupiah) oleh
pengirim atas nama KURNIAWAN TANJUNG ke rekening atas nama
PANDAPOTAN KASMIN S dengan Nomor Rekening 0176981718;
3. 1 (satu) bundel rekening koran BNI atas nama PANDAPOTAN
KASMIN SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 0176981718
periode tanggal 01 Nopember 2010 sampai dengan tanggal 26
Nopember 2013;
4. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336259 tanggal
02 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 600.000.000,00 (enam
ratus juta rupiah);
5. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336260 tanggal
06 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);
6. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336262 tanggal
13 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);

Universitas Sumatera Utara

107

7. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336263 tanggal
20 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 105.000.000,00 (seratus
lima juta rupiah);
8. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336264 tanggal
29 Desember 2010 dengan nilai sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);
9. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Formulir Kiriman Uang BNI
tanggal 20 Januari 2011 atas pengiriman uang sebesar Rp
380.000.000,00 (tiga ratus delapan puluh juta rupiah) kepada penerima
atas nama PT. Centralindo Perkasa Internasional dengan Nomor
Rekening 458.300.8708 pada BCA Cabang BEJ dari pengirim atas
nama PANDAPOTAN KASMIN SIMANJUNTAK;
10. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336265 tanggal
26 April 2011 dengan nilai sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah);
11. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek BNI No. CN 336267 tanggal
17 Juli 2012 dengan nilai sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah);
12. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Formulir Kiriman Uang BNI
tanggal

26

April

2011

atas

pengiriman

uang

sebesar

Rp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) kepada penerima atas nama K.
SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 107- 00-2202288-5 pada
pada Kantor PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Balige.

Universitas Sumatera Utara

108

13. 1 (satu) bundel rekening koran Bank Mandiri atas nama KASMIN
SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 107-00-2202288-5 periode
tanggal 01 Januari 2011 sampai dengan tanggal 04 Pebruari 2014;
14. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Aplikasi setoran / transfer / kliring
/ inkaso Bank Mandiri tanggal 02 Mei 2011 atas penyetoran uang
sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) kepada penerima atas
nama KASMIN SIMANJUNTAK dengan Nomor Rekening 107-002202288-5 pada Bank Mandiri Cabang Balige dari pengirim atas nama
PT. Balikpapan Bintang Kalimantan;
15. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134642
tanggal 04 Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah);
16. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Aplikasi setoran / transfer / kliring
/ inkaso Bank Mandiri tanggal 04 Agustus 2011 atas penyetoran uang
sebesar Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) kepada penerima
atas nama MANGAPUL SIAHAAN dengan Nomor Rekening
0125852342 pada BNI Cabang Balige dari pengirim atas nama
KASMIN SIMANJUNTAK;
17. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134643
tanggal 08 Agustus 2011 dengan nilai sebesar Rp 20.000.000,00 (dua
puluh juta rupiah);
18. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli Aplikasi setoran / transfer / kliring
/ inkaso Bank Mandiri tanggal 08 Agustus 2011 atas penyetoran uang

Universitas Sumatera Utara

109

sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) kepada penerima
atas nama ANDI M. SITUMORANG dengan Nomor Rekening
125.000.9773854 pada Bank Mandiri dari pengirim atas nama
KASMIN SIMANJUNTAK;
19. 1 (satu) lembar foto copy sesuai asli cek Mandiri No. ED 134644
tanggal 10 Agustus 2011 dengan n