Mekanisme Pelaksanaan Dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Pengguna Bpjs Kesehatan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua
terpenuhi oleh pemerintah berkaitan dengan masalah kebutuhan primer dan
sekunder. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan
tuntutan masyarakat yang semakin berkembang untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang bermutu, maka seharusnya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat juga harus meningkat, agar kebutuhan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi. Kesehatan merupakan
hal yang sangat penting agar manusia dapat bertahan hidup dan melakukan
aktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan
layanan kesehatan agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan.
Layanan kesehatan merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan
masyarakat, oleh karena itu mendapatkan layanan kesehatan adalah hak setiap
warga negara Indonesia.
Jaminan

Kesehatan


Nasional

(selanjutnya

disebut

JKN),

dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan pemerintah bertanggung jawab atas
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui JKN bagi kesehatan
perorangan. Pemerintah memberikan jaminan untuk masyarakat miskin dan tidak
mampu melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan

1
Universitas Sumatera Utara

2


Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih
terfragmentasi atau terbagi-bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi
sulit terkendali. Sehingga pada tahun 2004, dikeluarkan Undang-Undang Nomor
40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut SJSN) yang
mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk
JKN. JKN ini dikelola melalui suatu badan pemerintah yang disebut Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS) yang dinaungi oleh
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (selanjutnya disebut UU BPJS). Program JKN diselenggarakan oleh BPJS
kesehatan yang implementasinya di mulai sejak 1 Januari 2014.
BPJS

kesehatan

merupakan

program

kesehatan


baru

yang

menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Adapun progam BPJS kesehatan
berupa

perlindungan

kesehatan agar peserta

jaminan

kesehatan

dapat

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan juga manfaat perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan pokok yang diberikan kepada tiap masyarakat yang

sudah membayarkan iuran atau pun yang sudah dibayarkan oleh pemerintah, hal
ini disebabkan tidak adanya kemampuan secara ekonomi untuk membayar biaya
pelayanan kesehatan yang semakin mahal. Walaupun selama ini pemerintah telah
membentuk beberapa program jaminan kesehatan bagi masyarakat khususnya
masyarakat miskin, namun sebagian besar masyarakat belum memperoleh
perlindungan yang memadai dengan program sebelumnya. Untuk itu perlu adanya
sasaran yang lebih luas lagi dan manfaat yang lebih besar pada setiap peserta.
Oleh karena itu, dibentuklah BPJS yang diharapkan menjadi penyempurna dari

Universitas Sumatera Utara

3

program-program jaminan sosial sebelumnya.2 Penyebab buruknya aspek
kesehatan di Indonesia adalah tidak meratanya pelayanan kesehatan yang
berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerataan dalam aspek kesehatan
sangat sulit dicapai di Indonesia mengingat kondisi geografis Indonesia yang
berpulau-pulau yang membuat pembangunan fasilitas kesehatan pada daerahdaerah tertentu masih sangat kurang. Hal tersebut diperparah dengan kesenjangan
ekonomi rakyat Indonesia membuat hanya masyarakat berpenghasilan tinggi yang
mampu menjangkau biaya kesehatan yang cenderung mahal, sedangkan,

masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau biaya layanan
kesehatan sehingga muncul diskriminasi pelayanan kesehatan (memperoleh
keadilan dalam pelayanan kesehatan). Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
pemerintah pada tahun 2004 mengeluarkan Undang-Undang Sisten Jaminan
Sosial Nasional (selanjutnya disebut UU SJSN). UU SJSN ini mengamanatkan
bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh rakyat Indonesia salah satu program dari
SJSN adalah JKN melalui suatu BPJS. 3 Namun usaha pemerintah sampai saat ini
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan belum dapat memenuhi
harapan masyarakat, masih banyak masyarakat yang mengeluh dan tidak puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh BPJS kesehatan baik dari peraturan
perundang-undanganya

maupun

dalam

pelaksanaannya.

Ketidakjelasan


pembagian wewenang, pembagian kerja serta sikap pimpinan kantor yang
sewenang-wenang

memberikan

tugas

kepada

aparat

bawahan

tanpa

2

Rismawati, Pelayanan BPJS Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Karan Asam
Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda, eJournal llmu Administrasi Negara, Jurnal 3 Vol
(5), 2015, hal 1668-1682.

3
http://docplayer.info/201480-Faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kepuasan-penggunabpjs-terhadap-pelayanan-bpjs-abstrak.html, diakses tanggal 15 Januari 2017.

Universitas Sumatera Utara

4

mempertimbangkan aspek sifat pekerjaan, urgensi pekerjaan dan dampak
pemberian tugas terhadap kualitas pemberian pelayanan kepada masyarakat.
Kondisi tersebut membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi terganggu. 4
Mekanisme pelayanan BPJS kesehatan menggunakan sistem rujukan
berjenjang sebagai berikut Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK
1) atau di sebut juga provider tingkat pertama adalah rujukan pertama yang
mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar, Pemberi Pelayanan Kesehatan
Tingkat Dua (PPK 2) atau disebut juga provider tingkat dua adalah rujukan kedua
yang mampu memberikan pelayanan kesehatan spesialistik dan Pemberi
Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga (PPK 3) atau disebut juga provider tingkat tiga
adalah rujukan ketiga yang mampu memberikan pelayanan kesehatan sub
spesialistik.5 Beberapa permasalahan di BPJS kesehatan


yang muncul

diantaranya; pertama, sistem pelayanan kesehatan, yang masih adanya penolakan
pasien tidak mampu. Hal ini dikarenakan Peraturan Pemerintah (PP) No. 101
Tahun 2012 tentang PBI jo. Peraturan Presiden (Perpres) 111 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan, hanya mengakomodasi 86,4 juta rakyat miskin sebagai
Penerima Bantuan Iuran Kesehatan (PBI) fakir miskin dan orang tidak mampu
BPS (2011) Indonesia ± 96,7 juta jiwa.6 Kedua, sistem pembayaran. Belum
tercukupinya dana yang ditetapkan BPJS dengan real cost, terkait dengan
pembiayaan dengan skema Indonesia Case Base Groups (INA CBGs), yaitu
4

Agus Dwiyanto, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. (Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, 2006), hal 70.
5
Hubaib Alif Khariza, Program Jaminan Kesehatan Nasional: Studi Deskriptif Tentang
Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, Volume 3, Nomor 1, Januari – April
2015, ISSN 2303 - 341X.
6

http://www.kabarbangsa.com/2015/08/mencermati-problematika-hukum-bpjs.html?m=1,
diakses tanggal 15 Januari 2017.

Universitas Sumatera Utara

5

sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada
pemerintah dan kapitasi yang dikebiri oleh Permenkes No. 69 Tahun 2013.
Dikeluarkannya Surat Edaran No. 31 dan 32 tahun 2014 oleh Menteri Kesehatan
untuk memperkuat Permenkes No.69 ternyata belum dapat mengurangi masalah
di lapangan tersebut. Selain itu kejelasan area pengawasan masih lemah baik dari
segi internal maupun eksternal. Ketiga, sistem mutu pelayanan kesehatan.
Keharusan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta nasional,
menengah dan kecil masuk menjadi peserta BPJS kesehatan belum terealisasi
mengingat manfaat tambahan yang diterima pekerja BUMN atau swasta lainnya
melalui regulasi turunan belum selesai dibuat. Hal ini belum sesuai dengan
amanat Perpres No. 111 Tahun 2013 (Pasal 24 dan 27) mengenai keharusan
pekerja BUMN dan swasta menjadi peserta BPJS kesehatan paling lambat 1
Januari 2015.7 Permasalahan lain terkait implementasi payung hukum, perlu

dilakukan

upaya

sinergis

dan

harmonisasi

antar

pemangku

kebijakan

(stakeholder), dalam merumuskan kebijakan yang komprehensif. Sehingga
diperlukan revisi regulasi turunan BPJS kesehatan seperti dalam penetapan cost
BPJS kesehatan dan pengaturan penyaluran dana ke fasilitas kesehatan
penyelenggara, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia (dokter, perawat,

administrasi rumah sakit), sehingga memudahkan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan serta fasilitas kesehatan yang dimiliki dapat menunjang
pelaksanaan secara efisien dan efektif.

7

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

6

BPJS kesehatan tidak hanya soal administrasi yang rumit dan berbelitbelit, layanan rumah sakit yang kacau balau, banyaknya kasus penolakan terhadap
pasien miskin, tetapi sebenarnya berpangkal pada fondasi hukum sistem ini, yakni
UU SJSN dan UU BPJS. Program JKN yang pelaksanaannya dipercayakan pada
BPJS kesehatan masih jauh dari makna keadilan. Penerapan BPJS kesehatan
masih memiliki persoalan dalam banyak hal, diantaranya persoalan BPJS
kesehatan sudah muncul sejak proses aktivasi kartu. BPJS menerapkan aturan
bahwa kartu pengguna BPJS baru bisa aktif sepekan setelah pendaftaran diterima.
Padahal sakit menimpa tanpa terduga dan tak mungkin dapat di tunda. Rujukan
lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS kesehatan juga terbatas dan tidak
fleksibel. Peserta BPJS hanya boleh memilih satu fasilitas kesehatan untuk
memperoleh rujukan dan tak bisa ke faskes lain meski sama-sama bekerja sama
dengan BPJS. Keterbatasan itu, menyulitkan orang yang sering bepergian dan
bekerja di tempat jauh. Masalah lain, rumitnya alur pelayanan BPJS kesehatan
karena menerapkan alur pelayanan berjenjang. Sebelum ke rumah sakit, peserta
wajib terlebih dulu ke faskes tingkat pertama, yaitu puskesmas. Banyak peserta
BPJS mengeluhkan pembayaran biaya pengobatan yang tak ditanggung
sepenuhnya oleh BPJS, sesuai dengan Pasal 2 UU BPJS seharusnya
menyelenggarakan sistem jaminan sosial berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat,
dan keadilan sosial bagi semua rakyat Indonesia.8
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas penulis memilih judul
Mekanisme Pelaksanaan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Pengguna
8

https://m.tempo.co/read/news/2015/08/09/173690357/4-masalah-paling-dikeluhkandalam-pelayanan-bpjs-kesehatan, 11 Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara

7

BPJS Kesehatan di tinjau dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang
BPJS.

B. Permasalahan
Bertitik tolak pada latar belakang penelitian di atas, maka penulis
mengangkat permasalahan, sebagai berikut :
4. Bagaimana mekanisme klaim BPJS kesehatan dan sanksi bagi para pihak jika
terjadi pelanggaran berdasarkan peraturan yang berlaku?
5. Apakah iuran anggota BPJS kesehatan sudah cukup menangani kebutuhan
dari sudut hukum kesehatan?
6. Faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pelayanan terhadap pengguna
BPJS kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini :
1. Untuk mengetahui mekanisme klaim BPJS kesehatan dan sanksi bagi para
pihak jika terjadi pelanggaran berdasarkan peraturan yang berlaku.
2. Untuk mengetahui iuran anggota BPJS kesehatan sudah cukup menangani
kebutuhan dari sudut hukum kesehatan.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pelayanan
terhadap pengguna BPJS kesehatan.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

8

1. Manfaat teoritis
Diharapkan hasil penelitian memberikan kontribusi guna pengembangan
keilmuan

terutama

yang berkaitan

langsung dengan

mekanisme

pelaksanaan dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pengguna BPJS
kesehatan.
2. Manfaat praktis
Menambah pengetahuan dan untuk meringankan beban dalam pemenuhan
kebutuhan terkait kesehatan dan lebih mengenal BPJS kesehatan agar
dapat dimanfaatkan secara bijaksana.

E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran kepustakan yang dilakukan khususnya di
lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi terkait
dengan judul Mekanisme Pelaksanaan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap
Pengguna BPJS Kesehatan di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
Tentang BPJS, belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Namun ada
beberapa peneltian yang membahas tentang BPJS, yaitu:
1. Nurul Dwi Oktari STP (2014), dengan judul penelitian Perbedaan
Perlindungan Hukum Tenaga Kerja melalui Asuransi Jamsostek dengan
Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) berdasarkan UndangUndang No. 24 tahun 2011 (Studi pada PT. Jamsostek Cabang Medan),
adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Tata cara penanganan dalam mengatasi masalah ketidak sesuaian data para
pekerja dilihat dari sudut pandang Jamsostek dan sudut pandang BPJS

Universitas Sumatera Utara

9

b. Perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan
oleh Jamsostek dan BPJS akibat hukum terhadap perusahaan yang telat
membayar iuran kepada Jamsostek dan BPJS.
2. Ernanda Ihutan (2015), dengan judul penelitian Analisa Yuridis Mengenai
Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS
Ketenagakerjaan Cabang Binjai), adapun yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
a. Alasan hukum peralihan jaminan sosial tenaga kerja menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
b. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS
Ketenagakerjaan
c. Hambatan pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
ketenagakerjaan pada BPJS ketenagakerjaan di Binjai
3. Muhammad Akbar Siregar (2015), dengan judul penelitian Pelaksanaan
Sistem Jaminan Sosial Bagi Pekerja/Buruh Setelah Berlakunya UndangUndang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS), adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Ruang

lingkup

Badan

Penyelenggara

Jaminan

Sosial

(BPJS)

ketenagakerjaan.
b. Prosedur dan mekanisme kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) ketenagakerjaan.

Universitas Sumatera Utara

10

c. Sanksi bagi pengusaha yang tidak mendaftarkan pekerja/buruh ke Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan.

F. Metode Penelitian
Guna menghasilkan karya tulis ilmiah ini agar tujuan dapat lebih terarah
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka harus didukung dengan
fakta-fakta/dalil-dalil yang akurat diperoleh dari penelitian, maka metode
penelitian yang digunakan, yaitu:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian
ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
normatifnya.9 Metode pendekatan hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma
hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum,
kaedah hukum, dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundangundangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya. 10 Penelitian normatif
merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.11

9

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Jakarta, Pustaka
Pelajar, 2006), hal. 57.
10
Ibid, hal.36
11
Ibid

Universitas Sumatera Utara

11

2. Sifat penelitian
Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Penelitian bersifat deskriptif
adalah suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan
menganalisis suatu peraturan hukum.12
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau
doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan objek penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundangundangan, buku-buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah dan jurnal serta
makalah yang berkaitan dengan penelitian.13
4. Analisa data
Guna menganalisis data penelitian digunakan analisis normatif kualitatif,
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas
dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Analisis data kualitatif
adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis yang berdasarkan data yang diperoleh,
sifat data yang dikumpulkan hanya sedikit, besifat monografis atau berwujud
kasus-kasus. Analisis kualitatif yaitu analisis data berdasarkan norma hukum
secara mendalam dengan melihat tingkat relevansi norma-norma, teori, asas, dan
prinsip-prinsip hukum termasuk doktrin-doktrin tentang arbitrase terhadap
permasalahan. Data yang telah dianalisis kemudian diungkapkan secara deduktif
12
13

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

12

dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antar
berbagai jenis data sehingga permasalahan akan dapat terjawab.

G. Sistematika Penulisan
Guna penyusunan skripsi ini, penulis membaginya dalam 5 (lima) bab, di
mana tiap-tiap bab dibagi lagi atau pembagian sub bab. Tujuan dari pembagian
sub bab ini adalah untuk mempermudah penulis dalam menguraikan
permasalahan secara teoritis hingga akhirnya diperoleh kesimpulan dan saran.
Adapun rencana dan hasil penelitian ini dituliskan sebagai laporan penelitian
menurut sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini penulis menguraikan tentang hal yang bersifat umum serta
alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan penulisan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, dan metode penelitian.
Sebagai penutup bab ini diakhiri dengan memberikan sistematika
penulisan dari skripsi ini.

BAB II

TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN
Bab ini berisikan pengertian dan asas-asas perjanjian, jenis-jenis
perjanjian, syarat sahnya suatu perjanjian dan prestasi dan
wanprestasi/pembelaan debitur yang wanprestasi serta berakhirnya
suatu perjanjian.

BAB III

TINJAUAN

TENTANG

KUALITAS

PELAYANAN

KESEHATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR
36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Universitas Sumatera Utara

13

Bab ini berisikan landasan hukum Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) kesehatan, pengertian pelayanan kesehatan dan syaratsyarat pelayanan kesehatan, sistem pembiayaan pembayaran
kesehatan di Indonesia, pengertian dan latar belakang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan, Kepesertaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dan hak dan
kewajiban peserta BPJS kesehatan.
BAB IV

MEKANISME

PELAKSANAAN

DAN

KUALITAS

PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PENGGUNA BPJS
KESEHATAN DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR
24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS
Bab ini berisikan mekanisme klaim BPJS kesehatan dan sanksi bagi
para pihak jika terjadi pelanggaran berdasarkan peraturan yang
berlaku. Iuran anggota BPJS kesehatan sudah cukup menangani
kebutuhan dari sudut hukum kesehatan dan faktor apa saja yang
menghambat pelaksanaan pelayanan terhadap pengguna BPJS
kesehatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran merupakan penutup dalam penulisan skripsi
ini, dalam hal ini penulis menyimpulkan pembahasan-pembahasan
sebelumnya dan dilengkapi dengan saran-saran. Demikian gambaran
ringkas dari seluruh isi skripsi ini. Sebagai pelengkap dari skripsi
ini, pada bagian akhir akan penulis.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

KONSEP ASURANSI SYARIAH DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELANGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

0 13 85

Pertanggungjawaban Yuridis BPJS Kesehatan Tentang Penolakan Rumah Sakit Terhadap Peserta ProgramBPJS Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

7 32 96

Pertanggungjawaban Yuridis BPJS Kesehatan Tentang Penolakan Rumah Sakit Terhadap Peserta ProgramBPJS Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

0 1 8

Pertanggungjawaban Yuridis BPJS Kesehatan Tentang Penolakan Rumah Sakit Terhadap Peserta ProgramBPJS Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

0 0 1

Mekanisme Pelaksanaan Dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Pengguna Bpjs Kesehatan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS

0 0 8

Mekanisme Pelaksanaan Dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Pengguna Bpjs Kesehatan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS

0 0 1

Mekanisme Pelaksanaan Dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Pengguna Bpjs Kesehatan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS

0 1 34

Mekanisme Pelaksanaan Dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Pengguna Bpjs Kesehatan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS Chapter III V

0 0 47

Mekanisme Pelaksanaan Dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Pengguna Bpjs Kesehatan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS

0 0 5

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PESERTA BPJS KESEHATAN ATAS PENOLAKAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH RUMAH SAKIT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS - Repository UNRAM

0 0 17