Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

BAB II
PENGATURAN PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

A.

Pengertian dan Jenis-Jenis Penanaman Modal
Investasi berasal dari kata invest

yang berarti menanam atau

menginvestasikan uang atau modal. 18 Istilah investasi atau penanaman modal
merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-sehari maupun dalam
bahasa perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang popular
dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam
perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable . 19
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (selanjutnya bisa disebut dengan UUPM), keberadaan
penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang
tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri

(yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hakhaknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional
atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan/disediakan guna
menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam Pasal 2 Undang-

18

Hasan Shadily, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo,2002),

hlm.302.
19

Ida Bagus Rachmadi Suoanca, Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, (Jakarta:Ghalia Indonesia,2006),hlm.1.

16
Universitas Sumatera Utara

17

Undang No. 1 Tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan

ekonomi pada umumnya 20. Dan penanaman modal asing diatur dalam UndangUndang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang dalam
ketentuan Undang-undang tersebut hanya meliputi penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undangundang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia,
dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari
penanam modal tersebut. Sedangkan menurut ketentuan UUPM, penanaman
modal asing adalah kegiatan menanaman modal untuk melakukan usaha diwilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanaman modal dalam negeri.
UUPM tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam
negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut
mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahaan undangundang secara khusus, seperti halnya undang-undang penanaman modal terdahulu
yang terdiri dari dua undang-undang, yaitu Undang-Undang Penanaman Modal
Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri 21.
Komaruddin,

yang dikutip

oleh Pandji


Anoraga merumuskan

penanaman modal dari sudut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai
salah satu faktor produksi disamping faktor produksi lainnya, pengertian investasi
20

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal (Jakarta:PT Radja Grafindo
Persada, 2008), hlm.122-123.
21
Ibid., hal. 121.

Universitas Sumatera Utara

18

dapat di bagi menjadi tiga, yaitu 22:
1. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaan lainnya;
2. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;
3. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa

mendatang.
Selain pembagian penanaman modal yang dikenal dalam UUPM, yaitu
yang membagi penanaman modal dengan penanaman modal asing dan penanaman
modal dalam negeri, kegiatan penanaman modal pada hakikatnya dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Investasi langsung (direct invesment) atau penanaman modal jangka panjang
Investasi lansung di Indonesia saat ini diatur dalam UUPM yang
memperbaharui ketentuan perundang-undangan yang menyangkut investasi asing
sebelumnya. UU tersebut mengatur baik investasi yang dilaksanakan oleh investor
dalam negeri maupun investasi yang dilaksanakan oleh investor asing 23.
Dalam konteks ketentuan UUPM, pengertian penanaman modal hanya
mencakup penanaman modal secara langsung. Penanaman modal adalah ”segala
bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara
Republik Indonesia”. Investasi secara langsung ini karena dikaitkan dengan
adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan

22

Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing (Jakarta:Dunia

Pustaka Jaya, 1995), hlm. 57.
23
Ibid., hal 12.

Universitas Sumatera Utara

19

pengelolaan modal 24.
Sornarajah yang dikutip oleh Ida Bagus Rahmadi Supanca merumuskan
investasi dengan, “involves the transfer of tangible or intangible assets from one
country into another for the purpose of their use in that country to guarantee
wealth under the total or partial control of the owner of the assets” 25.
Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan
patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, melakukan kerja sama
operasi

(joint

operation


scheme)

tanpa

membentuk

perusahaan

baru;

mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal,
memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management
assistence) maupun dengan memberikan lisensi 26.
Mengenai investasi langsung oleh pihak asing, Ismail Suny menyebutkan
sebagai berikut :
Investasi asing dalam bentuk direct Invesment khususnya mengenai
pendirian/pembentukan suatu perusahaan baru, agak berbeda halnya,
karena proyek yang bersangkutan tidak hanya harus memenuhi syarat
formal, tetapi pula syarat-syarat materiil. Dengan syarat formil

dimaksudkan di sini bahwa harus dipenugi ketentuan-ketentuan peraturan
dari Negara yang berdsangkutan, sedangkan syarat materiil itu adalah
dalam arti bahwa proyek itu akan dapat memenuhi kegunaan ekonomi
Negara 27
2. Investasi tak langsung (indirect invesment) atau portofolio invesment
Investasi tak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal
jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar
24

Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum &Kebijakan Investasi Lansung di
Indonesia (Bogor:Penerbit Ghalia Indonesia, 2006), hlm. 53.
25
Ibid., hal. 79.
26
Dhaniswara K. Harjono, Op.cit.,hlm. 12.
27
Ismail Suny, Tinjauan dan Pembahasan UU Penanaman modal Asing &Kredit Luar
Negeri (Jakarta:Penerbit Pradnya Paramita, 1972), hlm. 17.

Universitas Sumatera Utara


20

uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek
karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang
relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang
hendak mereka jual belikan.
Perbedaan antara investasi langsung dengan investasi tidak langsung
adalah sebagai berikut:
a. Pada investasi tak langsung, pemegang saham tidak memiliki kontrol pada
pengelolaan perseroan sehari-sehari.
b. Pada investasi tak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri oleh
pemegang saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat
perusahaan yang menjalankan kegiatannya.
c. Kerugian pada investasi tidak lansung, pada umumnya tidak dilindungi
oleh hukum kebiasaan Internasional 28.
Menurut Jonker S, jenis-jenis penanaman modal dibedakan yaitu :
1. Investasi langsung (direct invesment), yakni investasi yang dilaksanakan
dengan kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya, kajian mengenai resiko
dan hasil yang diterima dari investasi tersebut dilakukan melalui studi

kelayakan investasi yang menyangkut semua aspek-aslek keuangan, aspek
ekonomi/sosial, aspek pemasaran, aspek teknis/produksi, aspek hukum serta
aspek organisasi dan menajemen.
2. Investasi tidak langsung (indirect invesment), yakni investasi yang dilakukan
dengan membeli surat-surat berharga yang diterbitkan oleh perseroan ataupun

28

Ibid., hal. 13.

Universitas Sumatera Utara

21

yang diterbitkan oleh Olter ego dari pemerintah, kajian mengenai resiko dan
hasil yang diterima dari investasi dimaksudkan dilakukan melalui analisis atas
data-data yang berkaitan dengan portofolio investasi yang diminati, data-data
tersebut didapatkan dari emiten maupun sumber-sumber lainnya 29.
Secara umum dikenal ada dua macam penanaman modal yaitu :
1. Penanaman modal secara langsung (direct invesment)

Merupakan suatu bentuk penanaman modal secara langsung. Dalam hal ini
pihak investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelaolaan usaha dan
bertanggungjawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.
2. Penanaman modal tidak langsung (portfolio invesment)
Merupakan suatu bentuk penanaman modal secara tidak langsung terlibat aktif
dalam kegiatan pengelaolaan usaha. Investasi terjadi melalui pemilikan suratsurat pinjaman jangka panjang (obligasi) dan saham-saham perusahaan dimana
modal tersebut ditanamakan hanya memasukkan modal dalam bentuk uang
atau valuta semata 30.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik unsure-unsur terpenting dari
kegiatan investasi atau penanaman modal, yaitu :
1. adanya

motiv untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan

nilai modalnya;
2. bahwa “modal” tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata
dan dapat diraba, tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat mata

29


Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal
(Bandung:Penerbit PT. Alumni, 2008), hlm. 160.
30
N.Rosyidah Rahmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi
Era Global (Malang:Penerbit Bayumedia, 2004), hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

22

dan tidak dapat diraba. 31
B. Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal
Adapun tujuan diselenggarakannya penanam modal, dijabarkan dalam
Pasal 3 ayat (2) UUPM, sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b. Menciptakan lapangan kerja;
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri; dan
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan

adanya

tujuan

diselenggarakannya

penanaman

modal

sebagaimana yang dijabarkan dalam Pasal 3 Ayat (2) di atas, dapat dilihat bahwa
pembentuk undang-undang telah menggariskan suatu kebijakan jangka panjang
yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak yang terkait dengan dunia investasi.
Dalam ketentuan tersebut telah dijabarkan secara limitatif, tujuan yang hendak
dicapai.
Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang
membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin

31

Ida Bagus Rachmadi Supanca, Op.cit., hlm.2.

Universitas Sumatera Utara

23

penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing
nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi permasalahan bahwa
kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara,
seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum 32.
Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak
hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu
ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Pemerintah menetapkan bidangbidang usaha yang memerlukan penanaman modal dengan berbagai peraturan.
Selain itu, pemerintah juga menentukan besarnya modal dan perbandingan antara
modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal
tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan haya itu
seringkali suatu negara tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas,
karena adanya pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing.
Berbagai strategi untuk mengundang investor asing telah dilakukan. Hal
ini didukung oleh arah kebijakan ekonomi dalam TAP MPR RI Nomor
IV/MPR/1999 salah satu kebijakan ekonomi tersebut adalah :
“mengoptimalkan
peranan
pemerintah
dalam
mengoreksi
ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang
mengganggu mekanisme pasar, melalui regulasi, layanan publik, subsidi
dan insentif yang dilakukan secara transparan dan diatur dengan undangundang” 33.
Kebijakan mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan potensi
ekspor dan substitusi impor, sehingga Indonesia dapat meningkatkan penghasilan

32

Sumbarprov, "Tujuan Penanaman Modal",
http://svrp1.telkomhosting.com/~admin19/detail_artikel.php?id=430 (diakses pada tanggal 17
Oktober 2015.
33
Ibid.,

Universitas Sumatera Utara

24

devisa dan mampu menghemat devisa, oleh karena itu usaha-usaha di bidang
tersebut diberi prioritas dan fasilitas. Alasan kebijakan yang lain yaitu agar terjadi
alih teknologi yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan nasional Indonesia 34.
Upaya pemerintah untuk mencari modal asing agar mau kembali
menanamkan modalnya di Indoensia sampai saat ini belum menunjukkan hasil
yang memuaskan. Ditambah lagi sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada
tahun 1998, penanaman modal di Indonesia semakin menurun. Jangankan menarik
investor, menjaga investor yang sudah ada saja belum maksimal, misalnya dengan
tutupnya perusahaan asing seperti PT. Sony Electornics Indonesia pada 27
November 2002. Hal ini menimbulkan ketidak pastian perekonomian dunia dan
berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia terutama terhadap penanam
modal, padahal pemerintah telah mencanangkan tahun 2003 sebagai tahun
investasi.
Untuk bisa memenuhi harapan tersebut, pemerintah, aparat hukum dan
komponen masyarakat dituntut untuk segara menciptakan iklim yang kondusif
untuk investasi. Menyadari pentingnya penanaman modal asing, pemerintah
Indonesia menciptakan suatu iklim penanaman modal yang dapat menarik modal
asing masuk ke Indonesia. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah dengan
mengeluarkan

peraturan-peraturan

tentang penanaman

modal

asing dan

kebijaksanaan pemerintah yang pada dasarnya tidak akan merugikan kepentingan
nasional dan kepentingan investor.
34

Khairunnisa Fathin, “Neraca Pembayaran dan Tingkat Ketergantungan Pada Modal
https://khairunnisafathin.wordpress.com/2015/08/21/neraca-pembayaran-dan-tingkatAsing”,
ketergantungan-pada-modal-asing/ (diakses pada tanggal 21 Agustus 2015).

Universitas Sumatera Utara

25

Usaha pemerintah untuk selalu memperbaiki ketentuan yang berkaitan
dengan penanaman modal asing antara lain dilakukan dengan memperbaiki
peraturan dan pemberian paket yang menarik bagi investor asing. Pada akhirnya
harus tetap diingat bahwa maksud diadakannya penanaman modal asing hanyalah
sebagai pelengkap atau penunjang pembangunan ekonomi Indonesia. Pada
hakekatnya pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan ketentuan swadaya
masyarakat, oleh karena itu pemerintah harus bijaksana dan hati-hati dalam
memberikan persetujuan dalam penanaman modal asing agar tidak menibulkan
ketergantungan pada pihak asing yang akan menimbulkan dampak buruk bagi
negara ini dikemudian hari.
Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi
yang meliputi:
1. Kebijakan Ekonomi Jilid I, yaitu dorongan terhadap daya saing industri
nasabah melalui deregulasi, penegakan hukum dan kepastian usaha.
2. Kebijakan Ekonmi Jilid II, yaitu adanya upaya meningkatkan investasi
bentuknya berupa deregulasi dan debirokratisasi untuk mempermudah investasi
baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Untuk
menarik penanaman modal terobosan kebijakan yang akan dilakukan adalah
memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu
3 jam dikawasan industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor sudah
bisa langsung melakukan kegiatan investasi.
3. Kebijakan Ekonomi Jilid III, yaitu memperbaiki dan mempermudah iklim
usaha, serta memperjelas pengurusan perizinan dan syarat berusaha di

Universitas Sumatera Utara

26

Indonesia.
4. Kebijakan Ekonomi Jilid IV, yaitu terfokus kepada kesejahteraan pekerja,
antara lain formula upah minimum provinsi (UMP), memperluas penyaluran
kredit usaha rakyat (KUR), khususnya bagi pekerja yang terkena PHK dan
pemberian kredit modal kerja untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
5. Kebijakan Ekonomi Jilid V, yaitu revaluasi aset untuk perusahaan dan badan
usaha milik negara (BUMN) serta individu. Selain itu juga menghilangkan
pajak berganda untuk real estate investment trust (REIT).
6. Kebijakan Ekonomi Jilid VI, ada 3 kebijakan deregulasi yang dikeluarkan
yakni :
a. Upaya

menggerakkan

perekonomian

diwilayah

pinggiran

melalui

pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
b. Penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan.
c. Proses cepat (Paperless) Perizinan Impor Bahan Baku Obat.
Dilihat dari beberapa kebijakan tersebut yang berhubungan dengan upaya
mengundang investor terletak pada kebijakan ekonomi jilid II, dengan upaya
memberikan layanan lebih cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam
waktu tiga jam dikawasan industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor
sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi.
C. Kebijakan Dasar Penanaman Modal
Bagi investor asing, hukum dan undang-undang menjadi salah satu tolok
ukur untuk menentukan kondusif tidaknya iklim investasi di suatu negara. Dalam
tiga dekade belakangan ini, pelaku usaha yang menanam modal di negara

Universitas Sumatera Utara

27

berkembang sangat mempertimbangkan kondisi hukum di negara tersebut.
Infrastruktur hukum bagi investor menjadi instrumen penting dalam menjamin
investasi mereka. Hukum bagi mereka memberikan keamanan, kepastian
(certainty) dan terprediksi (predictability) atas investasi mereka. Semakin baik
kondisi, hukum dan undang-undang yang melindungi investasi mereka semakin
dianggap kondusif iklim investasi dan negara tersebut 35.
Dari pengertian tersebut politik hukum mencakup proses pembuatan dan
pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan arah kemana hukum akan
dibangun dan ditegakkan; terjadinya perubahan struktur sosial, politik hukum
harus mengarah pada upaya penyesuaian dengan struktur baru, sebab hukum
bukan bangunan yang statis melainkan bisa berubah karena fungsinya melayani
masyarakat 36.
Dalam rangka menciptakan produk hukum yang berfungsi melayani
masyarakat maka pembentukan undang-undang harus dapat melahirkan produk
yang berkarakter responsif atau populistik yaitu produk hukum yang
mencerminkan rasa keadilan dan mencerminkan harapan masyarakat. Dalam
proses pembuatannya memberikan peranan yang besar dan partisipasi penuh
kelornpok-kelompok sosial atau individu. Untuk mengkualifikasi apakah suatu
produk hukum tersebut bersifat responsif, indikator yang dipakai adalah proses
pembuatan hukum, sifat fungsi hukum dan kemungkinan penafsiran atas produk
hukum. Produk hukum yang karakternya responsif, proses pembuatannya bersifat

35

Hikmahanto, Juwana, Arah Kebijakan Pembangunan Hukum di Bidang Perekonomian
dan Investasi, Makalah (Jakarta:Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2006), hlm. 10-11
36
Ibid., hal. 10.

Universitas Sumatera Utara

28

partisipatif yakni mengundang sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat.
Dilihat dari fungsinya maka hukum yang berkarakter responsif bersifat aspiratif
yaitu: memuat materi-materi yang secara umum sesuai dengan aspirasi atau
kehendak masyarakat yang dilayaninya 37.
Jika dilihat dari segi penafsiran maka produk hukum yang berkarakter
responsif/populistik biasanya memberi sedikit peluang bagi pemerintah untuk
membuat penafsiran sendiri melalui berbagai peraturan pelaksanaan dan peluang
yang sempit itu hanya berlaku untuk hal-hal yang bersifat teknis. Philippe Nonet
dan Philip Selznick mengetengahkan teori mengenai tiga keadaan dasar hukum
dalam masyarakat, yakni:
1. Hukum Represif yaitu hukum yang merupakan alat kekuasaan represif;
2. Hukum Otonom, yaitu hukum sebagai suatu pranata yang mampu
menjinakkan represi dan melindungi integritasnya sendiri; dan
3. Hukum Responsif, yaitu hukum yang merupakan sarana respons atas
kebutuhan dan aspirasi masyarakat 38.
Masuknya modal asing dalam perekonomian Indonesia merupakan
tuntutan

keadaan

baik

ekonomi

maupun

politik.

Penghimpunan

dana

pembangunan perekonomian Indonesia melalui investasi modal secara langsung
sangat baik dibandingkan dengan penarikan dana internasional lainnya seperti
pinjaman luar negeri.
Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang penting
23

Ardiansyah,
“Kebijakan
Dasar
Penanaman
Modal
di
Indonesia”,
https://costumslawyer.wordpress.com/kebijakan-dasar-penanaman-modal-di-indonesia/ (diakses
pada tanggal 27 September 2015)
38
Mulyana W. Kusumah, Perspektif Teori, dan Kebijaksanaan Hukum (Jakarta:CV
Rajawali, 1986), hlm. 12.

Universitas Sumatera Utara

29

sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan ekonomi
akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal seperti mendorong
pertumbuhan bisnis, adanya suplai teknologi dan investor baik dan bentuk proses
produksi maupun permesinan dan penciptaan lapangan kerja 39.
Washington Post dalam artikelnya menyebutkan kurangnya sistem hukum
yang pasti di Indonesia merupakan faktor utama mengapa investor pergi.
Kurangnya kepercayaan investor membuat perginya modal asing yang sangat
dibutuhkan oleh Indonesia untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang belum
pulih akibat krisis finansial Asia tahun 1997-1998. Investor asing juga sering
mengeluh bahwa mereka sering kali dijadikan subjek tuntutan sewenang-wenang
oleh pejabat pemerintah, petugas pajak, dan mitra lokal 40. Kepastian hukum itu
sendiri bagi investor adalah tolok ukur untuk menghitung risiko. Bagaimana risiko
dapat dikendalikan dan bagaimana penegakan hukum terhadap risiko. Jika
penegakan hukum tidak mendapat kepercayaan dari investor maka hampir dapat
dipastikan investor tidak akan berspekulasi di tengah ketidakpastian. Berbagai
peraturan perundang-undangan tidak akan berarti tanpa ada jaminan legal
certainty atau kepastian hukum atas keputusan yang ditetapkan.
Pelaku usaha memerlukan syarat esensial ketika berbisnis; dan prasyarat
bagi setiap transaksi bisnis, yaitu adanya kepastian hukum (legal certainty) 41.
Ketidakpastian hukum dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Kebijakan atau
39

Yulianto, Syahyu, Pertumbuhan Investasi Asing di Kepulauan Batam:Antara Dualisme
Kepemimpinan dan Ketidakpastian Hukum, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22-No. 5, Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 46.
40
Ibid.,
41
Ningrum Natasya Sirait, Mencermati Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Dalam
Memberikan Kepastian Hukum Bagi Pelaku Usaha, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22, Yayasan
Perigembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 60

Universitas Sumatera Utara

30

peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan di atasnya,
atau aturan yang dibuat tidak mengindahkan peraturan atau tidak mencabut
peraturan sebelumnya untuk aspek yang sama. Terkadang juga peraturan dibuat
berlaku surut, proses pengambilan keputusan pejabat negara yang tidak konsisten
dan tidak transparan. Semua hal tersebut membuat pengusaha atau investor
merasa berada di persimpangan jalan, menimbulkan perasaan tidak adanya
kepastian hukum dan ketidakpastian usaha 42.
Secara umum kepastian hukum sebagai konsep menekankan pada
perkataan kepastian dan mengenai kepastian (certainty) itu sendiri berarti absence
of doubt; accuracy; precision; definite. Kepastian hukum mengarah pada
deskripsi tentang hukum yang meyakinkan, teliti, tepat, dan pasti. Menurut Gustav
Radbruch, kepastian hukum merupakan salah satu elemen yang disebut cita
hukum atau the idea of law di samping elemen keadilan (justice) dan kepatutan
(expediency). Kepastian hukum mempersyaratkan hukum menjadi hukum positif
(to be positive). Kepastian hukum sangat dibutuhkan oleh investor sebab dalam
melakukan investasi selain tunduk kepada ketentuan hukum investasi juga
ketentuan lain yang terkait dan tidak bisa dilepaskan begitu saja 43.
Dikemukakan oieh O. Notohamidjojo, bahwa tujuan hukum ada tiga
yang perlu saling harmonis yakni keadilan, daya guna dan kepastian hukum44.
Dalam literatur ilmu hukum sendiri, terdapat berbagai teori tujuan hukum, antara
42

Ridwan, Khairandy, Peranan Perusahan Penanaman Modal Asing Joint Venture dalam
Ahli Teknologi di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22 Nomor 5, Yayasan Pengembangan
Hukum Bisnis, Jakarta, 2003, hlm. 51.
43
Sentosa, Sembiring, Hukum Investasi, Pembahasan Dilengkapi Dengan Undangundang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Bandung:Nuansa Aulia, 2007), hlm.
32-33.
44
O. Notohamidjojo, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum (Jakarta:BPK, 2001), hlm. 44.

Universitas Sumatera Utara

31

lain Teori Etis yang menekankan kepada keadilan. Teori Utilitas, yang
menekankan kepada faedah atau guna. Teori ini menekankan kepada kepastian
hukum. Teori Pengayoman, yang menekankan kepada perlindungan kepada
manusia dalam arti pasif dan aktif. John Rawls, dalam A Theory of Justice,
keadilan merupakan suatu nilai yang mewujudkan keseimbangan antara bagianbagian dalam kesatuan, antara tujuan-tujuan pribadi dan tujuan bersama 45.
Merujuk uraian di atas, keberadaan hukum terutama kepastian hukum
bagi investor merupakan pegangan dalam menjalankan dan menanamkan
modalnya di Indonesia sangat penting. Apabila kepastian hukum dikaitkan dengan
keadilan, maka kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Hal ini dikarenakan tidak
jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip-prinsip keadilan dan sebaliknya
tidak jarang pula keadilan mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum. Dalam
hal terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, maka keadilan yang
harus diutamakan. Keadilan pada umumnya lahir dan hati nurani pemberi
keadilan; sedangkan kepastian hukum lahir dan sesuatu yang konkret. Kepastian
hukum dalam hukum investasi positif yang dilaksanakan berdasarkan UUPM
berkaitan erat dengan kebijakan dasar penanaman modal yang menempatkan
pemerintah agar:
1. Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanaman modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;
2. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya
45

N. A Martana, Azas Kepastian Hukum Dalarn Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,
Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana, Vol. 15, No. 1, Fakultas Hukum Universitas
Warmadewa, Denpasar, 2009, hlm. 70-71.

Universitas Sumatera Utara

32

kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, dan
3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi 46.
Dalam UUPM, asas kepastian hukum ditentukan dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf a, dalam penjelasannya: asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum
dan ketentuan peraturan perundangundangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan
dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak kepastian hukum mengandung
persamaan dengan supremasi hukum. Isu supremasi hukum yang berkembang
bersamaan dengan urgensi adanya hukum yang pada dasarnya bertujuan: pertama,
mewujudkan keadilan (teorietis). Dalil-dalil Aristoteles menunjukkan, keadilan
tercapai karena setiap orang diberikan bagian sesuai jasanya dan diberikan bagian
yang sama tanpa memperhatikan jasanya; kedua, dalam rangka memberikan
manfaat (teori utilitas). Dalam hal ini hukum bertujuan mewujudkan kebahagiaan
sebanyak mungkin orang. Kebahagiaan ini terwujud apabila setiap orang
memperoleh kesempatan sama dibarengi penciptaan ketertiban. Syarat terakhir ini
melahirkan kebutuhan mengenai kepastian hukum 47. Supremasi hukum dan
kepastian hukum tampak memiliki hubungan saling melengkapi.
D. Syarat-Syarat Dalam Penanaman Modal
1.

Syarat Bentuk-Bentuk Usaha Penanaman Modal

46

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Putu Sudarma Sumadi, Supremasi Hukum: Validitas Proses Pembentukan dan
Konsistensi Dalam Penerapan Hukum, orasi ilmiah disampaikan pada upacara peringatan dies
natalis ke-37 Universitas Mahendradatta 29 September 1999, hal. 1.
47

Universitas Sumatera Utara

33

Bentuk-bentuk badan usaha dalam penanaman modal sebagaimana
diatur dalam Pasal 5 Angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, yakni merumuskan bahwa penanaman modal dalam negeri
dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum, atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 48
Badan usaha yang berbentuk badan hukum terdiri atas :
a. Perseroan Terbatas (“PT”)
(1) Memiliki

ketentuan

minimal

modal

dasar,

dalam UU

40/2007 minimum modal dasar PT yaitu Rp50.000.000 (lima puluh
juta rupiah). Minimal 25% dari modal dasar telah disetorkan ke dalam
PT;
(2) Pemegang Saham hanya bertanggung jawab sebatas saham yang
dimilikinya;
(3) Berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu diwajibkan agar
suatu badan usaha berbentuk PT.
b. Koperasi
(1) Beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan.

48

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta:Prenada
Media,2005), hlm.34.

Universitas Sumatera Utara

34

(2) Sifat keanggotaan koperasi yaitu sukarela bahwa tidak ada paksaan
untuk menjadi anggota koperasi dan terbuka bahwa tidak ada
pengecualian untuk menjadi anggota koperasi.
Bentuk badan usaha yang bukan berbentuk badan hukum terdiri atas :
a. Persekutuan Perdata
(1) Suatu perjanjian di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan yang terjadi karenanya;
(2) Para sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas Persekutuan
Perdata.
b. Firma
(1) Suatu Perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di
bawah nama bersama;
(2) Para anggota memiliki tanggung jawab renteng terhadap Firma.
c. Persekutuan Komanditer (“CV”)
(1) Terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif/komanditer.
(2) Pesero Aktif bertanggung jawab sampai dengan harta pribadi,
sedangkan pesero pasif hanya bertanggung jawab sebesar modal yang
telah disetorkan ke dalam CV.
Sedangkan untuk penanaman modal asing dalam Pasal 5 Angka 2
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merumuskan
bahwa badan usaha untuk penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan
terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara.

Universitas Sumatera Utara

35

2.

Syarat Perizinan
Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 tahun 2015 tentang

Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal
didefinisikan bahwa Izin Prinsip Penanaman Modal, yang selanjutnya disebut Ijin
Prinsip izin yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha. Izin prinsip
diperlukan oleh perusahaan yang membutuhkan fasilitas fiskal dan bidang usaha
mendapat fasilitas fiskal sehingga wajib diajukan oleh investor

.

Bagi penanaman modal asing (PMA), Izin Prinsip baru dapat diajukan
setelah perusahaan membentuk badan hukum Indonesia yaitu berbentuk perseroan
terbatas (PT). Namun bila perusahaan PMA tidak membutuhkan fasilitas fiskal
(pembebasan bea masuk, PPN dan PPh) walaupun bidang usahanya memperoleh
fasilitas tersebut, penanam modal asing tidak perlu memiliki Izin Prinsip. Karena
itu, bila investor asing menganggap bidang usahanya membutuhkan fasilitas
fiskal, pengajuan Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal dapat langsung
dilakukan walaupun belum memiliki Pendaftaran Penanaman Modal.
Sama halnya dengan penanam modal dalam negeri, jika merasa
membutuhkan fasilitas fiskal pada bidang usaha yang memang memungkinkan
mendapat fasilitas tersebut, ia juga wajib memiliki Izin Prinsip. Namun jika
investor PMDN merasa tidak membutuhkan fasilitas fiskal tidak perlu
mengajukan Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal. Bagi investor dalam
negeri perusahaan perorangan yang ingin memperoleh Izin Prinsip, ia harus
memiliki akta pengesahan pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk
(KTP) serta NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Universitas Sumatera Utara

36

Berbeda dengan pelayanan yang diberikan penanam modal dalam negeri,
PMA hanya dapat mengajukan Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal
kepada PTSP BKPM karena merupakan lingkup kewenangan pemerintah.
Sementara PMDN secara prosedur mengajukan permohonan izin prinsip kepada
PTSP Kabupaten bila proyek berlokasi di satu kabupaten dan kepada PTSP
provinsi ketika proyek berlokasi lintas Kabupaten/Kota atau ke BKPM bila
proyek berlokasi lintas provinsi. Sementara masa berlakunya izin prinsip lima
tahun sampai mendapat izin usaha setelah berproduksi komersial. Masa
berlakunya izin prinsip PMDN dan PMA selama perusahaan masih melakukan
operasinya.
Permohonan Izin Prinsip diajukan diajukan dengan mengisi formulir izin
prinsip baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy sesuai investor module
BKPM. Permohonan Izin Prinsip disampaikan langsung oleh direksi perusahaaan
bersangkutan, dan jika berhalangan dapat menguasakan kepada pihak lain disertai
surat kuasa asli. 49
3.

Syarat Bidang Usaha
Setiap pengaplikasian penanaman modal selalu berkaitan dengan bidang

usaha penanaman modal. Mengenai bidang-bidang usaha penanaman modal telah
diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal yang pada prinsipnya menentukan bahwa semua bidang usaha atau jenis
usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis
usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.

49

http://bpmpp.sukoharjokab.go.id/statis-16-prosedur-pengajuan-izin-prinsip.html

Universitas Sumatera Utara

37

Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah :
a. Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
b. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang
Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha
yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan
berdasarkan

kriteria kesehatan,

moralm

kebudayaan,

lingkungan

hidup,

pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Kriteria
dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan
serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratam
masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden. Pemerintah menetapkan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan
nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindunganm pengembangan
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi,
peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama
dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Pengaturan bidang usaha penanaman modal dalam Peraturan Presiden
Nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Budang
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, mengatur
tentang beberapa hal yakni :
a. Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang
dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal
b. Bidang usaha yang terbuka dengan persyatratan adalah bidang usaha

Universitas Sumatera Utara

38

tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan
syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro,
Kecil, Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan
kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya,
bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha
yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.
c. Penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
harus memenuhi [ersyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup.
d. Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan,
pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal
yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagi
berikut :
(1) Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanaman modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana
yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.
(2) Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana
tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.
(3) Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada
saat terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

39

Dalam hal penanaman modal asing melakukan perluasan kegiatan usaha
dalam bidang usaha yang sama dan perluasan kegiatan usaha tersebut
membutuhkan penambahan modal melalui penerbitan saham dengan hak
memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan penanam modal dalam negeri
tidak dapat berpartisipasi dalam penambahan modal tersebut, maka berlaku
ketentuang mengenai hak mendahului bagi penanam modal asing, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.
4.

Syarat Modal
Peraturan mengenai modal dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal mengatur bahwa Modal adalah aset dalam bentuk uang
atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang
mempunyai nilai ekonomis. Modal dalam penanaman modal terbagi atas :
a. Modal asing, yakni modal yang dimiliki oleh Negara asing, badan usaha
asing, badan hukum asing, dan / atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak
asing.
b. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia, perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan
Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing mengatur bahwa
perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing, selanjutnya
disebut Perusahaan PMA, pada dasamya berbentuk usaha patungan dengan
persyaratan bahwa pemilikan modal saham peserta Indonesia dalam perusahaan

Universitas Sumatera Utara

40

patungan tersebut sekurang-kurangnya 20% (dua puluh perseratus) dari seluruh nilai
modal saham perusahaan pada waktu pendirian perusahaan patungan, dan
ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu perseratus) dalam
waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi secara komersial
sebagaimana tercantum dalam izin usahanya.
Perusahaan PMA dapat didirikan dengan jumlah modal yang ditanamkan
sekurang-kurangnya US $ 250.000.- (dua ratus lima puluh ribu dollar Amerika
Serikat) apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut:
a. padat karya dengan jumlah tenaga kerja langsung sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) orang, dan:
(1) sekurang-kurangnya 65% (enam puluh lima perseratus) hasil produksi
untuk dickspor; atau
(2) menghasilkan bahan baku atau bahan penolong atau barang setengah
jadi atau komponen untuk memenuhi kebutuhan industri lain;
b. melakukan kegiatan dibidang usaha jasa tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Perusahaan PMA yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a dapat didirikan dengan persyaratan bahwa pemilikan modal saham
peserta Indonesia pada saat perusahaan didirikan sekurang-kurangnya 5% (lima
perseratus) dari seluruh nilai modal saham perusahaan pada saat didirikan dan
ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 20% (dua puluh perseratus) dari seluruh
nilai modal saham perusahaan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung

Universitas Sumatera Utara

41

sejak perusahaan berproduksi secara komersial sebagaimana tercantum dalam izin
usahanya.
Modal saham peserta Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditingkatkan lagi menjadi sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu perseratus) dari
seluruh nilai modal saham perusahaan dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak perusahaan berproduksi secara komersial.
Perusahaan PMA dapat pula didirikan dengan modal saham yang seluruhnya
dimiliki oleh peserta asing, dengan syarat: 50
a.

berlokasi di Kawasan Berikat;

b.

seluruh hasil produksinya untuk ekspor.

Dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi
komersial, sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus) dari seluruh nilai modal
sahamnya wajib dijual kepada Warga Negara Indonesia atau badan hukum yang
modal sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia atau badan-badan tertentu
yang diberi perlakuan sama dengan Warga Negara Indonesia, sebagai peserta
Indonesia. Penguasaan dan pemilikan tanah untuk perusahaan PMA yang
berlangsung di Kawasan Berikat sepenuhnya dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan perundang-undangan mengenai pertanahan bagi usaha di lingkungan
Kawasan Berikat.
5.

Syarat Kepemilikan Saham
Dengan terjadinya perubahan struktur politik dan ekonomi di berbagai

bagian dunia, serta meluasnya globalisasi perekonomian dunia, banyak negara
50

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham
Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, Pasal 2-5.

Universitas Sumatera Utara

42

yang dulunya sangat tertutup bagi penanaman modal asing, sekarang telah
membuka kesempatan yang sebesar-besarnya kepada modal asing dalam rangka
meningkatkan kesempatan kerja, pertumbuhan dan memperluas kegiatan
ekonominya.
Keadaan tersebut telah menimbulkan persaingan yang semakin tajam
dalam penanaman modal asing untuk peningkatan dan perluasan investasi.
Perubahan di berbagai belahan dunia dimaksud berlangsung dengan cepat,
sehingga mendorong banyak negara melakukan efisiensi perekonomiannya agar
kelangsungan peningkatan dan perluasan investasi serta peningkatan produktivitas
dapat terjamin.
Keadaan ini telah menimbulkan persaingan yang sangat tajam dalam
perdagangan dunia. Keadaan seperti diatas berlangsung bersamaan dengan upaya
bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta
memperbaharui pembangunan nasionalnya dengan memberikan peranan yang
yang semakin besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan.
Untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
meningkatkan daya saing dalam investasi dan perdagangan dunia serta alih
teknologi, kemampuan managerial dan modal agar semakin mampu meningkatkan
investasi, pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi di berbagai daerah, maka
dipandang perlu memberikan perangsang yang lebih menarik terhadap penanaman
modal asing. Guna mencapai sasaran dimaksud, maka dipandang perlu melakukan

Universitas Sumatera Utara

43

penyempurnaan terhadap ketentuan pemilikan saham dalam perusahaan yang
didirikan dalam rangka penanaman modal asing. 51
Sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1994
tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka
Penanaman Modal Asing yang merupakan salah satu bagian dari kelengkapan
Undang-undang Penanaman Modal Asing, kegiatan penanaman modal di
Indonesia, khususnya penanaman modal asing, telah cukup berkembang dengan
baik dan mampu memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan
nasional.
Namun demikian sejak pertengahan tahun 1997 di berbagai negara telah
terjadi perubahan keadaan ke arah kemunduran perekonomian yang disebut
sebagai krisis ekonomi, yang terjadi pula di Negara Indonesia. Dalam rangka
mempercepat pemulihan perekonomian nasional Indonesia akibat krisis tersebut,
diperlukan

langkah

kebijakan

reformasi,

khususnya

kebijakan

dibidang

penanaman modal untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta
memperbaharui pembangunan nasional dengan memberikan peranan yang
semakin besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan nasional. Tampaknya pemerintah menyadari bahwa perkembangan
dunia bisnis khususnya dalam menarik investasi semakin kompetitif. Untuk itu
pada tahun 2001 pemerintah pun kembali menyesuaikan ketentuan penanaman
modal asing, yakni dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun
2001 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka
51

Penjelasan Umun pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.

Universitas Sumatera Utara

44

Penanaman Modal Asing (PP No.83/2001). Dalam pertimbangan dikeluarkannya
PP 83/2001 disebutkan, bahwa dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan
perluasan kegiatan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
diperlukan langkah-langkah untuk lebih mengembangkan iklim usaha yang
semakin mantap dan lebih menjamin kelangsungan penanaman modal asing.
Sehubungan dengan hal inilah maka dipandang perlu menyempurnakan
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam
Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.
Kepemilikan saham dalam penanaman modal juga diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal dalam Pasal 6 menyatakan bahwa dalam hal terjadi perubahan
kepemilikan modal akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam
perusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku
ketentuan sebagai berikut :
a. Batasan kepemilikan modal dalam penanam modal asing dalam
perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah
sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.
b. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum
dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

45

c. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru
hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat
terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.
6.

Syarat Ketenagakerjaan
Menurut pasal 9 UPMA pemilik modal mempunyai wewenang

sepenuhnya untuk menentukan direksi perusahaan-perusahaan di mana modalnya
ditanam. Kepada pemilik modal asing diperkenankan sepenuhnya menetapkan
direksi perusahaannya. Kiranya hal demikian itu sudah sewajarnya karena
penanaman modal asing ingin menyerahkan pengurusan modal kepada orang yang
dipercayanya. Dalam hal kerjasama antara modal asing dan modal nasional direksi
ditetap-kan bersama-sama.
Dalam pasal 10 ditegaskan, bahwa perusahaan-perusahaan modal asing
wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warganegara Indonesia
kecuali dalam hal-hal tersebut pada pasal 11. Sedangkan dalam pasal 11 UPMA
disebutkan bahwa perusahaan-perusahaan modal asing diizinkan mendatangkan
atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan tenaga-tenaga ahli warganegara
asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat diisi dengan tenaga kerja warga
negara Indonesia.
Perusahaan-perusahaan modal asing berkewajiban menyelenggarakan atau
menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan di dalam atau di luar negeri
secara teratur dan terarah bagi warganegara Indonesia dengan tujuan agar

Universitas Sumatera Utara

46

berangsur-angsur tenaga-tenaga warga negara asing dapat diganti oleh tenagatenaga warga negara Indonesia. 52

E. Fasilitas Penanaman Modal
Pada dasarnya investor, baik investor domestik maupun investor asing
yang menanamkan investasi di Indonesia diberikan berbagai kemudahan.
Pemberian kemudahan ini adalah dimaksudkan agar investor domestik maupun
investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Investasi itu sangat
dibutuhkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mempercepat proses pembangunan.
Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, berupa kemudahan dalam
bidang perpajakan dan pungutan lainnya.
Adapun fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada investor domestik
maupun investor asing, diantaranya:
1.

Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)
Pemberian kemudahan atas pajak penghasilan (PPh) kepada investor telah

ditentukan dalam Pasal 18 ayat (4) huruf b U8ndang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 18 ayat (4) huruf b berbunyi :
“Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai dengan
tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam
waktu tertentu”.

52

http://blogs.unpad.ac.id/kelompok3b-adbis/2014/09/29/penanaman-modal-dalam-negripmdn-dan-penanaman-modal-asing.

Universitas Sumatera Utara

47

Dalam Pasal 31 A UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
telah ditentukan tentang intensif yang diberikan kepada investor di bidang usaha
tertentu dan atau daerah tertentu. Dalam ketentuan itu ditentukan bahwa:
“wajib pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha
tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu dapat diberikan fasilitas
perpajakan”.
Ada tiga bentuk fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
investor, yaitu:
a. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% dari jumlah penanaman
yang dilakukan.
b. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.
c. kompensasi kerugian yang lebih lama, twtapi tidak lebih dari sepuluh
tahun; dan
d. pengenaan pajak penghasilan atas dividen sebesar 10%, kecuali apabil tarif
menurut perjanjian perpajakan yang berlaku menetapkan lebih rendah.
Ketentuan dalam Pasal 31 A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan, telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/ atau di Daerah-daerah
tertentu.
Fasilitas PPh merupakan fasilitas yang diberikan kepada investor yang
melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/ atau di
daerah-daerah tertentu.

Universitas Sumatera Utara

48

2.

Pembebasan atau Keringanan Bea Impor Barang Modal yang Belum Bisa
Diproduksi di dalam Negeri
Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal adalah

melepaskan kewajiban atau pengurangan bebas da

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

3 26 125

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

5 47 148

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 11

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 2 23

Kajian Yuridis Terhadap Kemudahan Perpajakan Bagi Investor Dalam Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Sektor Penanaman Modal Indonesia

0 0 30

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 8

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 1

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 15

Kajian Yuridis Terhadap Fasilitas dan Kemudahan Lalu Lintas Barang di Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Upaya Peningkatan Penanaman Modal di Indonesia

0 0 3