PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP DISIPLIN SISWA KELAS XI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO.
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP
DISIPLIN SISWA KELAS XI SMA AL ISLAM KRIAN
SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh: Anik Juliati
D01212003
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JANUARI 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
i
ABSTRAK
Anik Juliati D01212003: Pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo. Pola asuh adalah merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai pewujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Orang tua bertugas mengajarkan soal hidup dan niai-nilai kehidupan, sementara di sekolah para guru bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan.
Namun perbedaan pola asuh tersebut hanya merupakan salah satu faktor yang membentuk kepribadian meraka. Dengan demikian, ada beberapa faktor yang lebih penting yang perlu diperhatikan yaitu perhatian, kedisiplinan, termasuk kewibaaan yang dimunculkan oleh orang tua.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh orang tua siswa, untuk mengetahui sikap disiplin siswa, untuk mengetahui adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa SMA Al Islam Krian Sidoarjo.
Penelitian yang dilakukan ini tergolong pada penelitian kuantitatif. Adapun hipotesis yang digunakan oleh penulis adalah Ha dan Ho. Untuk memperoleh keterangan data yang dibutuhkan penulis menggunakan metode angket, observasi, interview, dan dokumentasi. Namun yang lebih dominan menggunakan metode pemberian angket sebagai metode pokok.
Data yang di peroleh dari data angket kemudian di analisis dengan menggunakan teknik analisis data rumus prosentase dan korelasi product moment yang disimpul kan sebagai berikut:
1. Teknik analisis Prosentase diperoleh hasil 40,65%, yang menunjukkan bahwa
pola asuh orang tua tergolong kurang baik, karena berada di antara 40% sampai dengan 56%.
2. Teknik analisis Prosentase diperoleh hasil 63,87% yang menunjukkan bahwa
sikap disiplin siswa tergolong cukup baik, karena berada di antara 56% sampai dengan 75%.
3. Nilai = 0,071 dengan df = 60 pada taraf signifikan 5% adalah 0,254 dan pada
taraf signifikan 1% adalah 0,330. Dari hasil konsultasi tersebut dapat diketahui
bahwasannya lebih kecil dari pada nilai tabel baik pada taraf signifikan 5%
maupun 1%. Sehingga dapat disimpulkan tidak adanya korelasi positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo.
(6)
i
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii
MOTTO... iv
PERSEMBAHAN... v
ABSTRAK... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Devinisi Operasional ... 9
F. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II : LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua ... 12
(7)
ii
2. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ... 16
3. Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua ... 19
B. Tinjauan Tentang Sikap Disiplin Siswa ... 29
1. Pengertian Sikap Disiplin Siswa ... 29
2. Tujuan Sikap Disiplin Siswa ... 31
3. Macam-macam Sikap Disiplin Siswa ... 33
4. Cara Melaksanakan dan Menanamkan Sikap Disiplin Siswa 35 C. Tinjauan Tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Disiplin Siswa ... 40
BAB III : METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian... 45
1. Jenis Penelitian... 45
2. Variabel Penelitian... 46
3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 47
4. Jenis dan Sumber Data... 50
5. Metode atau Instrument pengumpulan data... 52
6. Analisis Data... 54
7. Hipotesis... 58
BAB IV : HASIL PENELITIAN A.Gambaran Umum Obyek Peneletian ... 60
(8)
iii
2. Letak Geografis SMA Al Islam Krian Sidoarjo ... 61
3. Visi, Misi dan Tujuan ... 61
4. Sarana dan Prasarana ... 63
5. Keadaan Pendidik ... 64
6. Keadaan Siswa... 68
7. Struktur Organisasi Pengurus SMA Al Islam Krian Sidoarjo... 69
B.Penyajian Data ... 69
1. Data Hasil Dokumentasi ... 70
2. Data Hasil Observasi ... 70
3. Data Hasil Interview ... 71
4. Data Hasil Angket ... 72
C.Analisa Data ... 82
1. Analisis Data tentang Pola Asuh Orang Tua ... 83
2. Analisis Data tentang Sikap Disiplin Siswa ... 85
3. Analisis Data tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Sikap Disiplin Siswa ... 87
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 96
(9)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pola asuh adalah merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak-anaknya sebagai pewujudan dari rasa tanggung jawab
kepada anak-anaknya. Anak pada dasarnya merupakan amanat yang harus
dipelihara dan keberadaan anak itu merupakan hasil dari buah kasih sayang
antara ibu dan bapak yang diikat oleh tali perkawinan dalam rumah tangga yang
sakinah sejalan dengan harapan Islam. Mansur menyimpulkan bahwa pola asuh
yang dilakukan orang tua sama dengan bagaimana seorang yang memimpin suatu
individu maupun kelompok, karena pada dasarnya orang tua juga bisa disebut
sebagai pemimpin sebagaimana definisi kepemimpinan.1
Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus
makannya, pakaiannya dan kebersihannya dalam periode pertama sampai
dewasa. Keluarga merupakan “jaringan sosial” yang terpenting bagi anak pada
masa-masa awal kehidupan. Sehingga hubungan dengan keluarga merupakan
landasan sikap terhadap oang, benda dan kehidupan secara umum.2 Kingsley
Price dalam bukunya Mansur mengungkapkan: Sebagai orang tua dalam
1
Mansur, “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.350-351
2
Arini Hidayat,“Televiia dan Perkembangan Sosial Anak”, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1998), h. 41.
(10)
2
membimbing anak-anaknya harus menggunakan seni dalam mengorganisasikan
pola asuh dan dalam memotivasi anak-anaknya dalam keluarga untuk mencapai
tujuan akhir sesuai dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri yakni
mencapaimanusia insan kamil.
Beberapa pola keluarga tentunya juga sangat besar pengaruhnya terhadap
arah perkembangan anak, seperti keluarga inti, keluarga kecil ( dengan tiga
anak), keluarga dengan orang tua yang muda, keluarga dengan ibu yang bekerja,
keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga dengan orang tua asuh, keluarga
angkat, keluarga antar ras dan keluarga abtar agama.
Orang tua adalah orang terdekat dan merupakan pendidik pertama dan
utama bagi seorang anak. Karena sebelum memasuki usia prasekolah dan usia
sekolah, seorang anak sudah menerima pendidikan soal nilai-nilai hidup dari
orang tua. Adapun guru disekolah, guru les, ataupun guru-guru ditempat lain
hanyalah guru pendamping.3
Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar
pendidikan, sikap, keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti,
sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aan, dasar-dasar untuk mematuhi
peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Selain itu peranan keluarga
3
Fatchurrahman, dkk., “Strategi Membangun Sinergi Guru dan Orang Tua Siswa”, (Yogyakarta: PT Citra Aji Parama, 2012), h. 66.
(11)
3
yaitu mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan
disekolah.4 Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
َلاق
َ
َل ْ سر
َ
َل
َ
ى ص
َ
ل
َ
هي ع
َ
س
َ
َ:
ام
َ
َْنم
َ
َ د ْ ل ْ م
َ
َالإ
َ
َدل ْ ي
َ
ى ع
َ
َةرْطفْلا
َ.
ها بأف
َ
َهناد ِ ي
َ
َهنارِصني
َ
َسِجمي
َهنا
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah
yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang
Majusi”.(HR. Al Baihaqi).5
Selain itu para orang tua dapat mempengaruhi kepribadian anak-anaknya
secara signifikan melalui berbagai macam hal yang mereka lakukan dan yang
tidak mereka lakukan dan yang tidak boleh mereka lakukan. Beberapa hal dari
orang tua yang dapat berpengaruh yaitu salah satunya adalah pola asuh orang tua.
Pola asuh yang berbeda-beda berkaitan erat dengan sifat kepribadian yang
berbeda-beda pada anak. Dalam hal ini para ahli membaginya kedalam empat
bagian yaitu otoritatif, otoritarian, permisif dan acuh tak acuh.
Dari keempat jenis pola asuh diatas, menurut beberapa penelitian yang
ideal bagi sebagian besar anak adalah pola asuh otoritatif. Orang tuadengan pola
asuh otoritatif menghadirkan lingkungan rumah yang penuh kasih dan dukungan,
memberikan harapan dan standar tigggi terhadap prestasi, memberikan
4Naimuna Hasan, “Pendidikan Anak Usia Dini”, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 19
5
Muhammad Abdul Ratif AI Manawi, “Faidlul Qadifi. Syiroh ,11-JatTii' al Shaghir min Ahaditsil al-Bashir al-Nazhir”, (Baerut Libanon: Darul-Kutub al-'iiiiliyall), h. 43
(12)
4
penjelasan mengapa suatu perilaku dapat diterima atau tidak diterima,
menegakkan aturan-aturan keluarga secara konsisten, melibatkan anak dalam
pengambilan keputusan dan menyediakan kesempatan bagi anak untuk
menikmati kebebasanberperilaku seperti usianya6
Demikianlah peran keluarga menjadi penting untuk mendidik
anak-anaknya baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan
maupun tinjauan individu.
Disiplin dipahami sebagai perilaku dan tata tetib yang sesuai dengan
peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan.7 Disiplin itu
suatu kata yang pasti terucap ketika terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap
suatu kebijaksanaan yang telah digariskan. Pelanggaran terhadap apa saja bisa
terjadi dimana-mana. Demikian pula yang melakukan bisa siapa saja. Entah dia
itu anak kecil atau dewasa, orang besar atau orang kecil, orang baik atau orang
urakan.
Tujuan dari disiplin adalah untuk membina anak agar belajar menguasai
dirinya yang kemudian penguasaan diri itu dapat bermanfaat baginya. Sikap
disiplin dapat bermanfaat kepada anak ketika diterapkan secara benar. Tujuan
terpenting dalam mengasuh anak bukan hanya ketaatan dari anak, melainkan
mendidik anak menjadi lebih dewasa, independen, dan bertanggung jawab.
6
Eva Lupita, “Pengantar Psikologi Pendidikan”, (Yogyakarta: PT Puastaka Insan Madani, 2012), h, 239
7
Thomas Gordon, “Mengajar Anak Disiplin Diri”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 3
(13)
5
Tujuan orang tua mendidik anak agar bisa hidup secara efektif ketika
bermasyarakat. Tentunya kedisiplinan itu diarahkan sebagaimana membangun
perilaku positif pada anak.
Disiplin perlu ditegakkan, dengan catatan, tujuan utama penegakan disiplin
adalah untuk mengubah perilaku negaatif, bukan untuk membuktikan siapa yang
benar atau salah. Selebihnya, orang tua perlu menggunakan pendekatan agar
mendorong perubahan perilaku, meminimalkan konflik dan membuat anak
mampu memetik sebuah pelajaran berharga tentang hidup.
Kebutuhan akan disiplin sebenarnya ditimbulkan dari rasa takut diri
sendiri, karena sadar bahwa diri sendiri memiliki banyak keterbatasan dan naluri
negative. Tanpa disiplin bias dibayangkan apa yang terjadi dengan naluri negatif
itu. Disiplin diperlukan supaya orang dapat survive dalam kehidupan atau
bertahan lama dan berhasil dalam kehidupan.
Tujuan utama orang tua mendisiplinkan anaknya adalah agar si anak tidak
sampai celaka selain itu disiplin dapat menekan naluri negatif misalnya serakah.
Orang tua sebagai pembina tidak boleh lupa untuk membina diri sendiri.
Berdisiplin itu berlaku sepanjang usia bukan hanya teruntuk anak-anak saja.
Dalam banyak hal, orang tualah yang harus lebih berdisplin daripada anak,
karena memberi contoh dengan perbuatan sendiri merupakan salah satu cara
pendisiplinan yang efektif.8
8V. Lestari, “Membina Disiplin Anak”,
(14)
6
Baik buruknya disiplin tergantung pada pelaksanaannya, dan
persesuaiannya dengan situasi dan kondisi. Tentu saja aturan dan tata tertib sepeti
teori-teori yang tertera diatas kertas kelihatan sempurna dan ideal, tapi untuk
pelaksanaannya masih membutuhkan penyesuaian. Dengan penyesuaian itu
orang tua jadinya harus bersikap fleksibel. Sikap fleksibel penting bagi orang tua
untuk meletakan dasar-dasar bagi disiplin diri yang sehat. Bila disiplin itu
terlampau keras, ketat dan tanpa memandang faktor-faktor, maka kegunaannya
bukan saja ditemukan tapi juga bisa berakibat buruk.9
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, sekolah SMA Al Islam
Krian memiliki peraturan atau tata tertib disiplin yang baik. Namun masih saja
ditemukan siswa yang datang terlambat, tidak memakai atribut yang sesuai
misalnya (warna sepatu tidak hitam polos), kaos kaki tidak berwarna putih,
seragam yang ketat untuk putri, bajunya tidak dimasukkan, berbicara saat jam
pelajaran, main games dan handphone saat pelajaran berlangsung, mengerjakan
pekerjaan rumah disekolah dan lain-lain
Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya disiplin siswa dalam aktivitas
belajarnya. Karena itu juga mempengaruhi pada tingkat kedisiplinan siswa.
Kewajiban siswa sebagai warga sekolah yaitu disiplin dan mematuhi tata tertib
sekolah. Sekolah mengajarkan kepada siswa untuk belajar menghormati dan
menaati peraturan sekolah misalnya datang ke sekolah tepat waktu, mengerjakan
pekerjaan rumah dan lain-lain. Kedisiplinan siswa disekolah bukan hanya untuk
9
(15)
7
mematuhi peraturan yang ada disekolah saja melainkan juga disiplin dalam
aktifitas belajar.
Banyak faktor yang mempengaruhi disiplin dalam aktifitas belajar siswa,
seperti pendidik atau guru, perhatian dari orang tua, situasi lingkungan belajar.
Anak akan mengenal disiplin manakala orang disekitarnya juga melakukan
disiplin, maka dengan sendirinya anak akan terbiasa melakukan kedisiplinan
dalam setiap aktifitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa peran siswa sangat
penting dalam mencapai disiplin dalam aktifitas belajar. Untuk mengoptimalkan
aktifitas belajar yang lebih baik. Serta dapat menanamkan sikap disiplin pada
siswa baik dari pola asuh orang tua maupun guru.
Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Bedasarkan daari uraian Latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola asuh oranag tua di sekolah SMA AL ISLAM KRIAN?
2. Bagaimana Sikap disiplin siswa kelas XI di sekolah SMA AL ISLAM
KRIAN?
3. apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap sikap disiplin siswa kelas
(16)
8
C. TUJUAN PENELITIAN
Setiap aktifitas yang dilakukan manusia baik secara individu maupun
kolektif, tentu akan memiliki tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua di sekolah SMA AL
ISLAM Krian
2. Untuk mengetahui bagaimana Sikap disiplin siswa kelas XI di sekolah SMA
AL ISLAM Krian
3. Untuk mengetahui apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap sikap
disiplin siswa kelas XI di sekolah SMA AL ISLAM Krian
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang akan didapat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis
permasalahan di bidang pendidikan dan memperluas pengetahuan peneliti
mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini selain sebagai penyelesaian tugas akhir S1, manfaat yang
didapat peneliti yaitu menambah pengetahuan dalam bidang psikologi
(17)
9
dan memperluas pengetahuan peneliti mengenai pengaruh pola asuh
orang tua terhadap sikap disiplin siswa.
b. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada bapak ibi
guru sekolah mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap
displin siswa. Kemudian diharapkan dengan adanya penelitian ini,
informasi yang diperoleh dapat digunakan oleh bapak ibu guru disekolah
sebagai bahan dalam membentuk sikap disiplin siswa sehingga dapat
mengembangkan rasa tanggung jawab siswa dan menumbuhkan moralitas
yang lebih baik di masa depan siswa.
c. Bagi Orang Tua
Bagi orang tua dapat memberikan wawasan tentang kedisiplinan anak
dengan menanamkan sikap disiplin anak menggunakan pola asuh yang
sesuai dengan kondisi anak, sehingga anak dapat menunjukkan
kepribadian yang baik, sikap bertanggung jawab, taat terhadap tata tertib
dan peraturan yang ada dilingkungan sekitar baik di rumah, masyarakat
maupun disekolah
E. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran tentang makna istilah yang digunakan
dalam judul skripsi ini, maka perlu dijelaskan sebagai berikut :
(18)
10
Pola asuh adalah merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak-anaknya sebagai pewujudan dari rasa tanggung jawab
kepada anak-anaknya.10
2. Sikap Disiplin
Disiplin dipahami sebagai perilaku dan tata tetib yang sesuai dengan
peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan.11
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari empat
pembahasan, sebagai berikut:
Bab pertama adalah Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
hipotesis penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua menjelaskan kajian teori yang berisi tentang pengertian pola asuh orang tua yang terdiri dari pengertian pola asuh orang tua, macam-macam
pola asuh orang tua, faktor-faktor pendorong orang tua terhadap pendidikan,
sedangkan pengertian tentang sikap disiplin terdiri dari pengertian disiplin, cara
menanamkan sikap disiplin dan manfaat dari sikap disiplin.
10
Mansur, “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.350
11
Thomas Gordon, “Mengajar Anak Disiplin Diri”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 3
(19)
11
Bab ketiga menguraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi:, jenis dan sumber data, Indentifikasi variabel, populasi dan sampel, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
Bab keempat adalah laporan hasil penelitian yang meliputi: gambaran umum obyek penelitian, penyajian data dan analisis data.
Bab kelima yakni Penutup, dalam bab ini terdiri atas kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut maka pada bagian akhir dari
penelitian ini disertakan beberapa lampiran yang dianggap perlu. Hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas dan menjadi rujukan dari inti pembahasan
(20)
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Secara etimologi, pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya pemimpin, pengelola, pembimbing, sehingga “pengasuh” adalah orang
yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola.
Pengasuhan yang dimaksud disini adalah mengasuh anak. Mengasuh anak
adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makannya,
minumnya, pakaiannya dan kebersihannya dalam periode pertama sampai
dewasa.1 Dalam kamus bahasa Indonesia dibukunya Lestari, pengasuhan
berarti hal (cara, perbuatan) mengasuh. Didalam mengasuh terkandung
makna menjaga/ merawat/ membimbing/membantu/ melatih, memimpin/
mengepalai/ menyelenggarakan. Istilah asuh dirangkaikan dengan asah
dan asih menjadih asah-asih-asuh. Mengasah yang berarti melatih agar
memiliki kemampuan. Mengasihi berarti mencintai dan menyayangi.
Maka pengasuhan anak bertujuan untuk meningkatkan atau
mengembangkankemampuan anak dengan dilandasi rasa kasih sayang
tanpa pamrih yang murni merupakan tanggung jawab orang tua.
(21)
13
Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak, seperti
mengurus makannya, pakaiannya dan kebersihannya dalam periode
pertama sampai dewasa. Keluarga merupakan “jaringan sosial” yang terpenting bagi anak pada masa-masa awal kehidupan. Sehingga hubungan
dengan keluarga merupakan landasan sikap terhadap oang, benda dan
kehidupan secara umum.2
Pola asuh orang tua adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat
ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan
dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. 3
Dari makna diatas dapat diketahui bahwa pola asuh mencakup
pengertian yang luas, mulai dari mengasuh anak sejak balita, hingga
memilihkan sekolah dan pendidikan yang tinggi untuk anak. Sebagaimana
hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dia berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
َلاق
َ
َل ْ سر
َ
َل
َ
ى ص
َ
ل
َ
هي ع
َ
س
َ
َ:
ام
َ
َْنم
َ
َ د ْ ل ْ م
َ
َالإ
َ
َدل ْ ي
َ
ى ع
َ
َةرْطفْلا
َ.
َها بأف
َ
َهناد ِ ي
َ
َهنارِصني
َ
َهناسِجمي
2Arini Hidayat,“Televiia dan Perkembangan Sosial Anak”, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1998), h. 41.
3Mansur, “
pendidikan anak usia dini dalam islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 350
(22)
14
“Semua anak-anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua
orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi.”
(HR. Al Baihaqi)
Dalam pandangan para ulama‟, hadist tersebut menunjukkan betapa
besarnya tanggung jawab keluarga terutama orang tua terhadap pendidikan,
kesucian, dan fitrah anak-anaknya , sehingga mereka terpelihara dari
perbutan dan perilaku yang tidak baik.
Orang tua adalah orang terdekat dan merupakan pendidikan pertama
dan utama bagi seorang anak.4
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.At Tahrim ayat 6 yang
berbunyi :
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َََ َ 4Fatchurrahman, DKK, “Strategi Membangun Sinergi Guru dan Orang Tua Siswa”, (yogyakarta: PT Citra Aji Paramana, 2012), h 66
(23)
15
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan” (QS.At Tahrim: 6)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan,” Bahwa diperintahkan kepada kepala keluarga ntuk menyuruh keluarganya yang terdiri dari istri,
anak-anak, saudara kerabat, budak, dan para pelayan untuk taat kepada
Allah, meghindari segala bentuk kemaksiatan kepada Allah SWT,
mengajarkan keluarga dan mendidik mereka, dan menyeru mereka ke
jalan Allah.5
pola asuh yang dilakukan orang tua sama dengan bagaimana seorang
yang memimpin suatu individu maupun kelompok, karena pada dasarnya
orang tua juga bisa disebut sebagai pemimpin sebagaimana definisi
kepemimpinan. Rasulullaah SAW Bersabda, “ Setiap dari kalian adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia bertanggung
5
Abdullah Muhammad Ash- Shubbi, “Seni Mendidik dan Mengatasi Masalah Prilaku Anak
(24)
16
jawab atas kepemimpinannya. Dan orang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dan, wanita adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan ditanya, dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dan, seorang pelayan adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu” (Muttafaq „Alaih)6 Anak pada dasarnya merupakan amanat yang harus dipelihara, dirawat dan
keberadaan anak itu merupakan hasil dari buah kasih sayang antara ibu
dan bapak yang diikat oleh tali perkawinan dalam rumah tangga yang
sakinah sejalan dengan harapan Islam. Untuk itu perlu adanya pola asuh
yang tepat agar anak terarah dan menjadi anak yang didamba setiap orang
tua jika pola asuh yang diterapkan sesuai.
2. Macam-macam pola asuh orang Tua
Pengasuhan memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan
mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit
pendidikan formal mengenai tugas ini. Kebanyakan orang tua mempelajari
praktik pengasuhan dari orang tua mereka sendiri. Peran orang tua
direncanakan dan di koordininasikan dengan baik dan peran lainnya dalam
kehidupan. Orang tua ingin anaknya tumbuh menjadi individu yang
dewasa secara sosial, namun mereka mungkin merasa frustasi dalam
(25)
17
berusaha menemukan cara terbaik untuk hal itu. Pola asuh yang
berbeda-beda berkaitan erat dengan sufat kepribadian yang berberbeda-beda-berbeda-beda pada
anak. Beberapa peneliti telah mengkaji beragam jenis pola asuh yang
digunakan para orang tua dalm mengasuh anak-anaknya. Dalam hal ini
para ahli membagi pola asuh kedalam empat bagian yaitu ototitatif,
otoritarian, permisif dan acuh tak acuh.7
a. Pola asuh otoritatif
Pengasuhan otoritatif mendorong anak untuk mandiri namun
masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan
verbal memberi dan menerima sesuatu yang dimungkinkan serta
bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua seperti ini
menginginkan agar anaknya mengetahui betapa superiror orang
tuanya.
b. Pola asuh otoritarian
Pengasuhan otoritarian atau otoriter adalah gaya yang membatasi
dan menghukum dimana oarng tua mendesak anak untuk mengikuti
arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang
tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak
dan meminimalisir perdebatan verbal.
c. Pola asuh permissif
7Eva Lupita, “Pengantar Psikologi Pendidikan‟, (Yogyakarta: Pedagogia), h. 239
(26)
18
Pola asuh permissif adalah gaya pengasuhan dimana orang tua
sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau
mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak
melakukan apa yang ia inginkan. Para orang tua sengaja membesarkan
anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi
antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan
anak yang kreatif dan percaya diri.
d. Pola asuh acuh tak acuh
Pola asuh acuh tak acuh / mengabaikan adalah gaya dimana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.8 Tipe orang tua seperti ini
seakan-akan menghibur dengan cara cepat untuk menyelesaikan
persoalan. Anak dengan orangtua seperti ini akan merasa bahwa orang
tuanya tidak benar-benar mendengaarkan perasaan mereka. Dengan
kata lain orang tua mereka tidak peduli/ atau tidak mengerti betapa
serius masalah yang sedang mereka hadapi.
Keempat klasifikasi pengasuhan tersebut diatas melibatkan
kombinasi antara penerimaan dan sikap responsif disuatu sisi serta
tuntutan dan kendali disisi lain. Bagaiman dimensi-dimensi ini berpadu
dan menghasilkan keempat pengasuhan tersebut (otoritatif, otoritarian,
permissif dan acuh tak acuh)
8
(27)
19
3. Ciri-ciri pola asuh orang Tua
Gaya Baumrind penelitian Diana Baumrind (1971) sangat
berpengaruh. Ia percaya bahwa orang tua tidak boeh menghukum atau
menjauh. Alih-alih mereka harus menetapkan aturan bagi anak dan
menyayangi mereka. Dia telah menjelaska empat jenis gaya pengasuhan.9
Berikut ciri-ciri aneka ragam pola asuh secara umum:10
Tabel 2.1 Ciri-Ciri Pola Asuh
Pola Asuh Karakteristik Orang Tua
Kecendrungan Perilaku Anak
Otoritatif Menyediakan
lingkungan rumah yang
penuh kasih dan
suportif
Menerapkan ekspektasi
(harapan) dan standar
yang tinggi dalam
berperilaku
Menjelaskan mengapa
Gembira
Percaya diri
Memiliki rasa ingin
tahu yang sehat
Tidak manja dan
mandiri
Memiliki kontrol diri
yang baik
Memiliki
9
Ibid,,.h. 168
10
(28)
20
beberapa perilaku dapat
diterima dan sebagian
lainnya tidak
Menegakkan
peraturan-peraturan secara
konsisten
Melibatkan anak dalam
proses pengambilan
keputusan dalam
keluarga
Secara bertahap
melonggarkan
batasan-batasan saat anak
semakin bertanggung
jawab dan mandiri
ketrampilan sosial
yang efektif
Termotivasi dan
berprestasi di sekolah
Otoritarian Jarang menampilkan
kehangatan emosional
Menerapkan harapan
dan standar yang tinggi
dalam berperilaku
Menegakkan
aturan- Tidak bahagia
Cemas
Percaya diri rendah
Kurang inisiatif
Bergantung pada
(29)
21
aturan tanpa melihat
kebutuhan anak
Mengharapkan anak
mematuhi aturan tanpa
tanya
Sedikit ruang untuk
berdialog antara orang
tua dan anak
Keterampilan sosial
dan prososial rendah
Gaya bkomunikasi
koertif
Pembangkang
Permissif Menyediakan
lingkungan rumah yang
penuh kasih dan
suportif
Menerapkan sedikit
harapan atau standar
berprilaku
Jarang memberi
hukuman pada perilaku
yang tidak tepat
Membiarkan anak
mengambil keputusan
secara mandiri
Egois
Tidak termotivasi
Bergantung pada
orang lain
Menuntut perhatian
orang lain
Tidak patuh
(30)
22
Acuh
tak acuh
Hanya menyediakan
sedikit dukungan
emosional
Menerapkan sedikit
harapan dan standar
berperilaku
Menunjukkan sedikit
minat
Orang tua tampak lebih
sibuk mengurus
masalahnya sendiri
Tidak patuh
Banyak menuntut
Kontrol diri rendah
Kesulitan mengelola
frustasi
Kurang memiliki
sasaran-sasaran
jangka panjang
Moh Padil dan Triyo Supriyanto (2010) dalam bukunya “sosiologi pendidikan” menyebutkan beberapa ciri-ciri dari pola asuh keluarga.
Antara lain:11
a. Keluarga otoriter : orang tua yang menentukan perkembangan anak.
Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri, mengalami
kemunduran kematangan, ragu-ragu dalam semua tindakan, serta
lambat berinisiatif.
11Moh. Padil DKK, “Sosiologi Pendidikan”, (Malang: UIN
(31)
23
b. Keluaga demokrasi : biasanya sikap anak lebih bisa menyesuaikan
diri, fleksibel, dapat menguasai diri, menghargai pekerjaan orang lain,
menerima kritik dengan terbuka, emosi lebih stabil serta mempunyai
rasa tanggung jawab.
c. Keluarga liberal : sifat keluarga liberal adalah agresif, tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, anak-anak lebih bebas bertindak dan
berbuat, sulit menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai
sifat selalu curiga.
4. Faktor pendorong orang tua dalam pendidikan
Dalam pendidikan keluarga harus diperhatikan dalam memberikan
kasih sayang, jangan berlebihan dan jangan pula kurang. Pendidikan
keluarga yang baik adalah yang mau memberikan dorongan kuat kepada
anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Pendidikan dalam
kelauarga mempunyai pengaruh yang penting untuk mendidik anak. Hal
tersebut dapat berpengaruh positif dimana lingkungan keluarga
memberikan dorongan atau menerima, memahami, meyakini serta
mengamalkanajaran islam.12
Anak-anak tinggal dibawah pengasuhan orang tua hanya sekedar
menanti masa besarnya. Karena itu, ayah dan ibu sebagai orang tua perlu
12
Mansur, “pendidikan anak usia dini dalam islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 319
(32)
24
memberi bekal dan perhatian yang sempurna kepada anaknya sejak dalam
kandungan hingga dapat dilepaskan mandiri ke masyarakat. Orang tua
berkewajiban mempersiapkan tubuh, jiwa, dan akhlak anak-anaknya untuk
menghadapi pergaulan masyarakat yang ingar-bingar. Memberikan
pendidikan yang sempurna kepada anak adalah tugas yang besar bagi
orang tua dan merupakan kewajiban yang ditekankan agama dan hukum
masyarakat. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak
dipandang sebagai orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap
amanah Allah dan undang-undang pergaulan. Rasulullaah SAW bersabda:
“seorang ayah tiada memberi kepada anaknya, sesuatu pemberian yang lebih utama dari budi pekerti dan pendidikan yang baik.” (HR. Tirmidzi) ,
“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah dengan budi pekerti yang baik.”(HR. Ibnu Majah).13
Adapun faktor pendorong / pendukung orang tua dalam pendidikan
antara lain: 14
a. Doa
Doa merupakan tuntunan agama. Al Qur‟an secara tegas
menyatakan , “Katakanlah (wahai Muhammad), Tuhanmu tidak
mengindahkanmu, seandainya kamu tidak berdoa(beribadah), dan karena kamu mendustakan-Nya, maka pastilah kelak (siksa Kami)
13
M. Fauzi Rachman, “Islamic Parenting”, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.9
14
(33)
25
akan menimpamu.” (QS Al-Furqan (25): 77) dan dalam (QS Al-
Mu‟min (40) : 60) yang artinya “dan Tuhanmu berfirman,
„Berdoalah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam kadaan hina dina”.
Orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang
sholih yaitu yang berakhlakul karimah, hendaknya mereka
memperbanyak do‟a. Rasulullah SAW Bersabda:”janganlah kamu
berdo‟a buruk atas dirimu, janganlah kamu berdo‟a buruk atas
anak-anakmu, janganlah kamu berdo‟a buruk atas pelayanmu, dan
janganlah kamu berdo‟a buruk atas harta-hartam!jangan sampai
kamu(berdo‟a) begitubertepatan dengan waktu (dimana) Allah(akan mengabulkan do‟a), lalu turun didalamnya pemberian pemberian (yang kamu minta) sehingga do‟amu itu benar-benar terkabul.” (HR.
Abu Dawud).
b. Contoh teladan dari orang tua
Keteladanan yang baik merupakan suatu keharusan dalam
pendidikan. Bagaimana mungkin seorang anak akan terbiasa dengan
akhlak dan adab islami sehari-hari sedangkan ia melihat kedua orang
tuanya adalah orang yang tidak memerhatikan akhlak dan adab islami
(34)
26
Seorang penyair berkata: “Apabila para ibu berada dalam
keburukan budi pekerti, maka pastikanlah atas diri generasi ini bahwa
aib menanti”.15
Hal tersebut karena keteladanan mutlak diperlukan
dalam mendidik anak . anak akan senantiasa mencontoh kedua orang
tuanya. Allah juga mengecam dalam Al Qur‟an sikap orag yang
hanya sekedar memerintah namun tidak mengerjakannya, “Hai
orang-orang yang eriman, mengapa kalian mengucapkan apa-apa yang tidak kalian lakukan? Sungguh besar kebencian disisi Allah, jika kalian mengucapkan apa-apa yang tidak kalian lakukan.” (QS
Ash-Shaff (61): 2-3)
Maka menjadi tauladan yang baik bagi anak adalah salah satu
usaha yang bernilai ibadah dan mendapat pahala serta menjadikan
anak menjadi berakhlakul karimah.
c. Rezeki yang Halal
Rezeki yang diberikan kepada keluarga hendaknya rezeki yang
halal. Orang tua harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang halal dan
meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang haram demi mendapatkan
rezeki yang halal. Karena setiap jasmani yang tumbuh dari yang
kotor, maka api neraka lebih pantas baginya.16
15
Ibid.., h. 118
16
(35)
27
Dalam hadits riwayat disebutkan “ Mencari rezeki yang halal
itu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR. Thabrani dan „Anas). Ali
Al-Khawash menyatakan, beribadah dengan modal makanan haram
adalah seperti merpati yang mengerami telur busuk. Berarti
menyusahkan diri sendiri dengan diam lama di tempat itu, padahal
tidak akan ada satu telur pun yang menetas/ sebaliknya, yang keluar
justru barang busuk. Selain itu, makanan yang haram akan berubah
menjadi api yang membakar ketajaman berpikir, menghilangkan
kenikmatan zikir, membakar kesucian niat. Membutakan mata hati,
merapuhkan, menghalangi datangnya makrifat dan hikmah, dan
lain-lain.
Sedangkan dengan makanan yang halal,Ali Al-Khawas
menyatakan, seseorang yang makan makanan halal, hatinya menjadi
lembut, tipis dan bersinar. Sedikit tidurnya dan tidak terhalang
hatinya untuk masuk dalam hadirat Ilahi.17
Dengan memberikan rezeki yang halal pada anak, insyaAllah
akan berdampak pada sikap dan perilaku anak, anak lebih condong
kepada akhlak yang mahmudah.
d. Sikap adil terhadap anak
Adil dan persamaan antara anak-anak adalah hal yang yang
sangat dihargai dan ditekankan oleh Islam. Hal ini dapat mencegah
17
(36)
28
bibit permusuhan dan kebencian merasuk kedalam hati
saudara-saudara kandung yang membuat mereka saling memutus
silaturrahim.
Rasulullah SAW bersabda, “ Bantulah anak-anak kalian untuk
berlaku biir (berbakti) dengan berbuat baik padamereka, tidak
menyempitkan gerak mereka, dan menyamakan mereka dalam
pemberian. Barang siapa mau melakukannya, maka ia bisa
menghilangkan kedurhakaan anaknya.” (HR. Tirmidzi dan Abu
Hurairah).
“Adillah terhadap anak-anak kalian dalam pemberian
sebagaimana kalian ingin mereka adil kepada kalian dalam
berbakti.”(HR Thabrani). Pada peristiwa yang terjadi dalam keluarga
Nabi Yusuf AS, itu merupakan penderitaan dan kesedihan karena
terpisahnya anggota keluarga. Tragedi itu dipicu oleh perasaan
anak-anak ya‟kub bahwa ayah mereka mengutamakan Yusuf dan
Benyamin dalam kedekatan, cinta dan pemberian. Ini terlukis dam
Firman Allah QS Yusuf(12): 7-9)
Tugas kedua orang tua adalah membangun kedekatan dan
menumbuhkan kecintaan antara anak yang satu dengan yang lain,
(37)
29
dan tolong menolong diantara mereka sehingga rasa cinta, persatuan,
dan persaudaraan akan tumbuh subur.18
e. Kesabaran dalam mendidik
Bersabar merupakan salah satu faktor penting yang
mendukung keberhasilan dalam mendidik. Bersabar ketika anak
sakit, bersabar dalam membimbing dan mendidiknya dan hindari
besikap bosan dalam mendidik anak.
Orang tua diperintahkan untuk mendidik, dan hanya Allahlah
yang mampu memberikannya petunjuk yang menyebabkan anak mau
melaksanakan kebaikan. Orang tua akan merasakan kebaikan yang
menyebabkan mereka berbahagia atas tidak bosannya dalam
mendidik anak. Dan selain bersabar orang tua hendaknya berlaku
lemah lembut terhadap keluarganya dan meluangkan waktu untuk
keluarga dan anak-anak.
B. Tinjauan tentang Sikap dsiplin Siswa
1. Pengertian disiplin
Kata Disiplin mempunyai arti tata tertib (di sekolah, di kantor, dsb).
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau
peraturan.19
18
Ibid.., h125-126
19
Meity Taqdir Qodratillah dkk., “Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar”, (Jakarta: Badan
(38)
30
Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam kamus Bahasa Indonesia
mengartikan disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud
supaya segala perhatiannya selalu mentaati tata tertib disekolah atau
militer atau dalam suatu kepartaian. Maksudnya yaitu bahwa disiplin
adalah tata tertib atau peraturan yang harus dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari untuk melatih dan watak anggota yang ada dalam lembaga
pendidikan, sekolah militer atau organisasi-organisasi kemasyarakatan.
Disiplin yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan anak
atau siswa menjadikan disiplin sebagai kebiasaan yang dapat diteladan.
Menurut Charles Schaefer (1994) dalam bukunya Cara Efektif
Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, arti disiplin yaitu yang mencakup
pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan oleh orang dewasa.
Tujuannya menolong anak belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial dan
untuk mencapai pertumbuhan serta perkembangan mereka yang optimal.
Yang disampaikan Charles jelas bahwa disiplin itu tidak hanya dilakukan
disekolah, militer atau organisasi kemasyarakatan yang lain, tetapi disiplin
merupakan pengajaran, bimbingan dan dorongan yang dilakukan oleh
orang dewasa untuk anak atau orang yang lebih muda. Melalui bimbingan,
anak diajarkan serta diberi dorongan yang positif agar perkembangan dan
pertumbuhan anak menjadi lebih optimal, baik dalm segi psikis maupun
(39)
31
Menurut Hurlock (1978) dalam bukunya Perkembangan Anak
membahas dan mengartikan disiplin lebih spesifik dan melihat adanya
kesadaran yang tinggi dalam seseorang melakukan disiplin, tanpa adanya
paksaan dari manapun. Ia mengartikan disiplin adalah perilaku seorang
yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.
Orang tua dan guru merupakan pemimpin, sedangkan anak merupakan
murid yang belajar dari orang dewasa tentang hidup yang menuju ke arah
kehidupan yang berguna dan bahagia dimasa datang. Jadi disiplin
merupakan cara masyarakat mengajar anak untuk berperilaku moral yang
disetujui kelompok.20
Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
disiplin adalah suatu perilaku atau sikap yang dilakukan secara sukarela
atau melalui dorongan dan bimbingan mengikuti tata tertib yang telah
ditetapkan oleh orang dewasa atau pemimpin untuk kehidupan yang lebih
baik dimasa datang.
2. Tujuan Sikap Disiplin Siswa
Perlunya akan disiplin ditimbulkan dari rasa takut dari diri sendiri,
karena sadar memiliki banyak keterbatasan dan naluri negatif. Disiplin
sangat diperlukan karena memiliki beberapa tujuan antara lain:
20Bambang Sujiona. DKK, “
Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini”, (Jakarta: PT Elex
(40)
32
a. Disiplin bukan untuk mengekang kebebasan melainkan memberi
kebebasan dalam lingkup yang aman. Contoh: menyuruh anak
bermain dihalaman dan melarang keluar pagar, karena dikhawatirkan
jika keluar pagar akan terjadi kecelakaan karena diluar pagar jalan
raya ramai kendaraan.
b. Dengan mendisiplinkan anak dapat melindungi anak dari celaka.
Contoh: melarang anak bermain api, memanjat pohon yang tinggi dan
bermain dijalan raya.
c. Dengan disiplin juga dapat menekan naluri negatif. Contoh dalam hal
keserakahan. Anak cenderung serakah , egois dan selalu berpikir
dirinya sendiri, tak seharusnya dibiarkan, maka harus perlu diajar oleh
orang tua atau guru.21
Orang tua atau guru sebagai pemimpin dikeluarga atau sekolah dalam
menerapkan disiplin tentu ada maksud dan tujuan yang sangat diperlukan
dalam disiplin, adapun tujuan menurut Elizabeth B. Hurlock (1998)
menyebutkan “ tujuan disiplin adalam membentuk perilaku sedemikian
hingga akan seseuai dengan peran-peran yang diterapkan kelompok
budaya atau tempat individu itu diidentifikasi” melalui pendisiplinan
tanpa paksaan atau dengan kesadaran akan kegunaan dan manfaat disiplin
untuk hidup yang lebih baik.
21
(41)
33
Menurut schaefer (1994) membagi tujuan disiplin menjadi dua yaitu
“ tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan
mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak
pantas atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka
panjang daari disiplin ialah perkembangan pengendalian diri sendiri yaitu
dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh
dan pengendalian dari luar.”22
3. Macam-Macam Sikap Disiplin Siswa
Macam-macam didiplin dapat dibeadakan menjadi dua yaitu:
1. Disiplin dengan paksaan (disiplin otoriter) yaitu pendisiplinan yang
dilakukan secara paksa, anak harus mengikuti aturang yang telah
ditentukan. Apabila anak tidak melakukan perintah ia akan di hukum
dengan cara hukuman fisik, mengurangi pemberian materi, membatasi
pemberian penghargaan atau berupa ancaman langsung maupun tidak
langsung.
2. Disiplin tanpa paksaan ( disiplin permisif) yaitu disiplin ini lebih
bervariasi, membiarkan anak mencari sendiri batasan.23
DR. Benyamin Spock (1994) dalam bukunya “Menghadapi Anak
Disaat Sulit” membagi dsiplin menjadi dua macam yaitu:
22Bambang Sujiona. DKK, “
Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), h.31-32
23
(42)
34
1. Disiplin otoriter (eksternal, biasanya berupa kesewenang-wenangan).
Dalam disiplin otoriterpemimpin selalu bekerja kesana-kemari
memberitahu pada anak-anak apa yang harus dilakukan atau
dikerjakan. Jadi pemimpin (orang tua atau guru) selalu memantau
kerja anak atau siswa.
2. Disiplin Demokratis (internal, biasanya berupa pertanggungjawaban.
Penerapan disiplin demokratis jauh berbeda dengan disiplin otoriter
yaitu pemimpin menerangkan bahwa ini adalah kelas mereka sendiri
dan mereka dapat memilih serta bertanya dalam menentukan kegiatan
dan pemimpin akan mengarahkan serta memberi petunjuk sampai
anak tahu sendiri cara mengerjakan pekerjaannya sendiri.
Menurut Becker dalam Ahwadi (2004) yang menulis buku Psikologi
Perkembangan Anak, melakukan kategori terhadap disiplin yang
ditanamkan orang tua dalam tiga macama yaitu: “Dimensi pertama adalah
orang tua yang membatasi anak dengan orang tua yang membolehkan.
Dimensi kedua, orang tua yang hangat dan orang tua yang tidak hangat.
Dimensi ketiga, orang tua yang tenang dan orang tua yang cemas.”
Beberapa macam disiplin diatas apabila diterapkan pada anak atau
siswa akan menghasilkan sifat dan tingkah laku anak yang berbeda.
(43)
35
pemimpin, anak kurang kreatif, perhatian kurang bila tidak ada
pemimpin. Sebaliknya dengan disiplin demokratis atau tanpa paksaan,
akan menjadikan anak patuh walaupun tidak ada pemimpin, anak yang
kreatif karena berani bertanya, mempunyai tanggung jawab walaupun
tidak ada pemimpin.
4. Cara Melaksanakan dan Menanamkan Sikap Disiplin Siswa
Orang tua dapat mendisiplinkan anak melalui penarikan kasih
sayang, penegasan kekuasaan atau induksi:24
1) Penarikan kasih sayang adalah teknik disiplin dimana orang tua
menahan atensi atau kasih sayang terhadap anak, seperti ketika orang
tua menolak untuk berbicara pada anak atau menyatakan tidak suka
terhadap anak. Contoh “ ibu tidak suka kamu begitu!”
2) Penegasan kekuasaan adalah teknik disiplin dimana orang tua
mencoba untuk mengambil alih kontrol si anak atau mengambil alih
sumber daya yang dimiliki anak. Contoh: memukul pantat,mengancam
aau mencabut hak istimewah anak.
3) Induksi adalah teknik dimana orang tua menggunakan penalaran dan
penjelasan tentang konsekuensi perilaku anak terhadap orang lain.
Contoh “kenapa kamu memukulnya? Dia kan tidak sengaja melakukan itu?”
24John W. Santrock, “Perkembangan Anak jilid 2”,
(44)
36
Martin Hoffman (1970) menyimpulkan bahwa ketiga teknik
tersebut diatas membangkitkan Arousal (penimbulan) pada anak, tetapi
dengan tingkat yang berbeda. Penarikan kasih sayang dan penegasan
kekuasaan akan sangat mungkin memunculkan arousal dengan level yang
tinggi, dimana penarikan kasih sayang akan menghasilkan kecemasan
yang cukup tinggi sedangkan penegasan kekuasaan menghasilkan rasa
permusuhan yang tinggi. Penegasan kekuasaan menjadikan orang tua
sebagai model yang buruk tentang pengendalian diri, sebagai individu
yang tidak dapat mengontrol perasaan anak dan anak akan meniru model
yang buruk tersebutketika mereka menghadapi situasi yang menyebabkan
stres.
Berlawanan dengan penarikan kasih sayang dan penegasan
kekuasaan, induksi akan lebih mungkin menghasilkan arousal yang
sedang pada anak, tingkat dimana memungkinkan anak menerima alasan
kognitif yang diberikan orang tua untuk tindakan kedisiplinan yang
mereka lakukan. Induksi memfokuskan atensi anak kepada konsekuensi
dari perilaku terhadap orang lain, bukan kepada kejelekan atau kelemahan
anak. Hoffman(1988) percaya bahwa orang tua harus menggunakan
induksi untuk mendorong perkembangan moral anak.25
Ada banyak cara melaksanakan disiplin, tetapi masih banyak
cara-cara penerapannya kurang benar dan kurang konsisten agar disiplin dapat
25
(45)
37
diterapkan dengan baik dan benar. Cara menerapkan disiplin antara lain
sebagai berikut:
1) Teknik cinta menolak artinya orang tua secara langsung
memperhatikan kemarahan atau ketidaksenangan terhadap perilaku
yang kurang baik atau tidak dapat diterima oleh orang lain. Caranya
yaitu dengan mengabaikan atau membelakangi anak, pura-pura tidak
melihat. Menolak untuk berbicara dengan anak, menolak untuk
mendengar atau tidak memenuhi keinginan anak saat itu.
2) Teknik perbawa yaitu orang tua memberi penjelasan atau alasan
mengapa harus mengubah tingkah laku mereka. Caranya yaitu dengan:
memberi contoh dengsn bentuk cerita(fiktif atau real), ; menjelaskan
konsekuensi dari perbuatan salah bagi anak maupun orang lain
mrnggunakan hukuman dan penghargaan.26
Menurut John Pearce (1995) dalam buku mengatasi Perilaku Buruk
dan Menanamkan Disiplin Pada Anak, menyatakan beberapa metode
disiplin yang diterapkan pada anak seperti:
1) Ganjaran dan Pujian
26Bambang Sujiona. DKK, “
Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini”, (Jakarta: PT Elex
(46)
38
a. Perhatian dapat diberikan dengan berbagai cara seperti senyuman,
belaian dengan kata-kata yang lembut. Perhatian tidak harus
diberikan untuk jangka lama beberapa menit sudah cukup.
b. Pujian dilakukan untuk membantu anak lebih percaya diri, pujian
harus lebih banyak daripada kritikan bila tidak anak akan
membangun citra diri yang buruk.
c. Perlakuan dan hak istimewa sebaiknya diberikan sebagai
pendukung dan menguatkan pujian.
2) Hukuman
Hukuman diberikan kepada seseorang karena adanya suatu
kesalahan, perlawanan atau pelanggaran. Hukuman ini dilakukan
apabila anak melakukan perilaku buruk atau tidak sesuai dengan
norma.
Dalam menerapkan disiplin orang tua atau guru hendaknya
menggunakan metode atau cara yang dapat menambah motivasi anak
untuk berperilaku baik. Ganjaran, hadiah, pujian dan hukuman harus
diberikan secara seimbang, konsisten serta dilakukan seacra
(47)
39
Durkheim (1990) dalam bukunya Pendidikan Moral Suatu Aplikasi
Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, mengungkapkan bahwa cara
melaksanakan disiplin yaitu:
1) Melalui komunikasi (verbal) yaitu memberi pesan yang jelas pada
anak, sehingga tahu bahwa apa yang orang dewasa / guru /orang tua
katakan sungguh-sungguh dan serius.
2) Melalui pemberian kasih sayang dan pemberian perhatian
3) Adanya konsistensi dalam berbuat dan bertindak.
4) Adanya contoh teladan dari orang tua.
Selain dengan ganjaran, hukuman, teknik cinta menolak, dalam
menerapkan disiplin diperlukan suatu komunikasi, sebelum disiplin
diterapkan kepada anak atau siswa ddengan komunikasi atau penjelasan
maka anak akan mengetahui akibat dari melanggar tata tertib. Wyckoff
dan Unell ( 1996) menjabarkan dasar-dasar disiplin secara lebih spesifik
atau lebih mendalami ke anak yang melakukan disiplin. Dasar-dasar
disiplin yaitu antara lain:
1) Menentukan perilaku spesifik yang ingin diubah.
2) Mengatakan dengan tepat kepada anak apa yang diinginkan untuk
dilakukannya dan menunjukkan cara melakukannya.
(48)
40
4) Tetap memuji selama perilaku baru itu masih memerlukan dukungan.
5) Berusaha menghindari adu kekuatan dengan anak-anak.
6) Mengawasi anak selama melakukan kegiatan
7) Jangan mengingatkan anak pada perbuatan buruknya dahulu dengan
menunjukkan perilaku buruknya terlebih dahulu.27
Dalam menerapkan sikap disiplin ini yang paling utama adalah tidak
adanya sikap permusuhan, yang ada hanyalah keinginan untuk
membentuk menjadi anak yang berguna dan baik. Kalau sikap
permusuhan yang timbul maka perlawanan dan kekerasan (hukuman
fisik/memukul) akan terjadi. Akibatnya adalah sikap marah, benci dan
ingin membalas, bukannya sikap yang berguna dan baik. Untuk itu butuh
konsisten dan tauladan dari orang tua atau guru dalam memberikan
penanaman sikap disiplin pada anak.
C. Tinjauan tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Sikap
Disiplin Siswa
Keluarga merupakan “jaringan sosial” yang terpenting bagi anak pada masa-masa awal kehidupan. Sehingga hubungan dengan keluarga merupakan
landasan sikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Dalam hal
27
(49)
41
ini, keluarga juga meletakkan landasan bagi mereka sebagaimana dilakukan
keluarga terhadap mereka.28
Pengasuhan secara langsung dipengaruhi oleh kepribadian orang tua,
karakteristik anak dan konteks sosial yang melingkupi hubungan orang
tua-anak. model tersebut mengasumsi bahwa riwayat perkembangan orang tua,
relasi pasangan, jaringan sosial dan pekerjaan memengaruhi kepribadian
individu dan kondisi psikologis secara umum, yang pada gilirannya
memengaruhi proses pengasuhan dan akibatan-akibatann pada anak.29
Peran keluarga menjadi sangat penting. Ketika dihubungkan dengan
kenyataan bahwa keluarga tidak hanya mempengaruhi pengalaman social
awal, tetapi juga meninggalkan bekas pada sikap sosial dan pola prilaku.
Dengan kata lain perilaku dan sikap anak mencerminkan perlakuan yang
diterimanya di rumah.
Banyak para orang tua yang mungkin melindungi anaknya secara
berlebihan ,baik dalam pengasuhan maupun pengendalian. Hal itu
dikarenakan ia hanya memilik anak tunggal atau orang tua dibayang-bayangi
oleh sikap yang pernah didapat dari orang tuanya dulu. Ini bisa menyebabkan
ketergantungan yang berlebihan, kurangnya rasa percaya diri serta mudah
frustasi pada anak/ ada juga orang tua yang selalu menuruti kemauan anak,
28Arini hidayat, “Televisi dan Perkmbangan Sosial Anak”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 1998), h. 41
29Sri Lestari, “
Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan konflik dalam Keluarga”, (Jakarta: Kencana, 2012), h.51-52
(50)
42
dan membiarkan anak mendominasi dalam rumah. Ini bisa mengakibatkan
anak akan sering menentang kepada siapa saja dan sikap ini biasanyaakan
dibawa keluar. Ada juga orang tua yang menerapkan dominasi pada anak
tertentu, biasanya anak akan menjadi bersifat jujur, malu, sopan, cenderung
berhati-hati, mudah mengalah dan sangat sensitif. Atau ada yang
mengembangkan sikap favoritisme, mencintai semua dengan sama rasa, sama
rata. Sikap yang lain yaitu permisif, dimana orang tua membiarkan anak
berbuat apa saja sesuai yang anak kehendaki. Dan masih banyak sikap yang
bisa ditemui dalam model pendidikan anak dan keluarga. Semuanya itu sangat
berpengaruh dengan sikap disiplin pada anak, baik metode otoriter, permisif
ataupun demokratis, semuanya membawa pada konsekuensi tertentu pada
anak.30
Penerapan disiplin bagi anak yang konsisten akan mendatangkan
manfaat bagi orang tua karena dengan displin anak dapat mengontrol segala
tingkah laku dan perbuatannya. Melalui pendisiplinan tanpa paksaan atau
dengan kesadaran akan kegunaan dan manfaat disiplin untuk hidup yang lebih
baik.
Penanaman disiplin yang telah dilakukan sejak dini akan lebih
memudahkan orang tua ketika anak-anak melakukan penyimpangan kelak
dikemudian hari. Apabila sejak masa kanak-kanak kedisiplinan sudah menjadi
kebutuhan, maka dapat diramalkan pada masa dewasa mereka akan selalu
30
(51)
43
berdisiplin. Kebiasaan berdisiplin akan membuat anak merasa mudah diterima
dimasyarakat yang akan membuat mereka bahagia.31
Pembinaan disiplin dalam keluarga perlu untuk semua tingkat usia
pada jenjang pendidikan. Pendidikan juga menggunakan metode-metode
disiplin agar anak dapat mentaati dan mematuhi tuntunan pendidikan. Dasar
dari pembentukan disiplin nasional adalah disiplin yang dibina keluarga,
pertama anak mengenal arti menerima dan memberi, menghargai kepentingan
orang lain, meletakkan kepentingan didalam kepentingan keluarganya dan
menimbulkan rasa keterlibatan dan komitmen diriserta rasa tanggung jawab.32
Dalam hubungan orang tua dan anak sebaiknya lebih terlihat adanya
kehangatan. Tapi disamping kehangatan dan sikap memberi kesempatan
berkembang., perlu juga adanya sikap membatasi perilaku anak yang tidak
sesuai dengan pola tingkah laku yang diinginkan masyarakat
umum/lingkungan sekitar misalnya sekolah. Untuk pembatasan perilaku, anak
perlu teknik disiplin yang dilaksanakan secara konsisten.
Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga.
Peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak
31Bambang Sujiona. DKK, “
Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini”, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2005), h.32-37
32
(52)
44
langsung. Orang tua merupakan pihak yang berkewajiban (utama) untuk
menanamkan iman.33
Dari sini bisa diambil kesimpulan, bahwa peranan keluarga, terlebih
orang tua dan termasuk model pendidikan serta sikap yang diterapkan, sangat
besar pengaruhnya dalam proses perkembangan anak. Jika sikap orang tua
positif, tidak akan ada masalah. Tetapi bila sikap oranga tua merugikan, anak
akan cenderung bertahan, mungkin dalam bentuk terselubung dan
mempengaruhi hubungan orang tua-anak sampai pada dewasa nanti.
Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa dipahami bahwa terdapat
pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa. Untuk itu,
dipahami bahwa pola asuh orang tua dan sikap disiplin siswa saling
berpengaruh dan berkorelasi. Dengan demikian, pola asuh orang tua
diperkirakan berpengaruh positif dengan sikap disiplin siswa. Artinya gaya /
model pola asuh orang tua mana yang akan lebih cenderung mempengaruhi
pada sikap disiplin siswa.
33
Fatchurrahman, DKK, “Strategi Membangun Sinergi Guru dan Orang Tua Siswa”, (yogyakarta: PT Citra Aji Paramana, 2012), h 69
(53)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metode penelitian berasal dari kata "metode" yang artinya Cara yang tepat
untuk melakukan sesuatu, dan "penelitian" adalah suatu kegiatan untuk mencari,
mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.1
Jadi metode penelitian ini adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang
dilakukan secara berencana dan sistematis guna mendapatkan suatu pemecahan
terhadap masalah yang diajukan, sedangkan metodologi penelitian adalah
prosedur atau cara yang digunakan dalam suatu penelitian.
Berkaitan dengan metode penelitian disini penulis akan memaparkan hal
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti ini adalah penelitian
kuantitatif, Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data
berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang
ingin diketahui.2 Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang
memerlukan analisa statistik (data berupa angka) untuk kebenaran mengenai
apa yang ingin diketahui.
1
Cholid Narbuko, Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997) h.1
2
(54)
46
Selain itu penelitian yang dilaksanakan peneliti juga merupakan
penelitian yang sifatnya deskriptif korelasional, karena penelitian ini
menggambarkan pengaruh atau sebab akibat dari variabel bebas kepada
variabel terikat.
2. Variabel Penelitian
Sutrisno hadi dalam mendefinisikan variabel sebagai gejala yang
bervarian.Variabel adalah “Segala sesuatu yang menjadi objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.3
Ada dua variabel yang diamati dalam suatu penelitian, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
1) Variabel bebas (independent variabel) (X) adalah variabel sebab atau
variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini, variabel bebas yang
digunakan adalah “Pola Asuh Orang Tua” dengan indikator yang dibagi
menjadi tiga : Pola Asuh Permissif : Memberikan kebebasan tanpa ada
batasan dan aturan dari orang tua, anak tidak mendapatkan hukuman
meskipun anak melanggar aturan, Pola Asuh Otoriter : Orang tua
menerapkan aturan yang keras, tidak adanya kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, Pola Asuh Demokratis : Hukuman diberikan
akibat prilaku salah, orang tua membimbing, mengarahkan tanpa
memaksakan kehendak.
3
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik”, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.118
(55)
47
2) Variabel terikat (dependent variabel) (Y) adalah variabel yang diduga
merupakan akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat
yang digunakan adalah “sikap disiplin” dengan indikator : Tepat waktu,
patuh pada peraturan, melaksanakan tata tertib dengan baik, disiplin
terhadap tugas-tugas disekolah.
3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Dalam metodologi penelitian, pupulasi penelitian merupakan
keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa apapun
sehingga ojek-objek tersebut dapat menjadi sumber data penelitian.4 Dalam
hal ini populasi yang akan peneliti gunakan adalah Siswa di SMA Al Islam
Krian kelas XI.
TABEL 3.1
POPULASI SMA AL ISLAM KRIAN
NO KELAS ROMBE
L
JURUSAN
JENIS KELAMIN
JUMLAH
L P
1 X 2 IBB 14 39 53
5 MIA 72 125 197
9 IIS 140 233 373
2 XI 1 IBB 0 41 41
4Ibid.
(56)
48
5 MIA 39 147 186
9 IIS 178 206 384
3 XII 2 BHS 3 60 63
4 IPA 45 114 159
9 IPS 165 228 393
Jumlah 46 656 1193 1849
Karena keterbatasan peneliti untuk menjangkau semua populasi maka
dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti sebagian populasi yang dijadikan
sebagai subyek atau yang disebut sebagai sampel.
Sampel adalah sebagan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.5 Adapun dalam metode pengambilan sampel, peneliti
berpedoman pada pernyataan Suharsmi Arikunto yang berbunyi:
“Apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil
semuanya, sehingga penelitiannya adalah populasi. Akan tetapi bila
subyeknya lebih dari 100 orang, maka diperbolehkan mengambil sampel
10% - 15% atau lebih 20% - 25% atau lebih”.6
Melalui teknik ini karena kondisi populasi yang terdiri dari beberapa
kelompok individual yakni siswa-siswa kelas X, XI dan XII SMA Al Islam
Krian. Pada penelitian ini mengambil 10% dari jumlah siswa kelas XI IBB,
5Sugiyono, “
Metode Penelitian Administasi”, (Bandung: CV ALFABETA, 1999), h. 57
6
(57)
49
IIS dan MIA yang jumlah siswa-siswanya 611 untuk mewakili. Pengambilan
sampel menggunakan prinsip acak atau random. Setiap populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Maka jumlah sampel yang
akan digunakan adalah 62 dengan pembagian strata sebagai berikut:
TABEL 3.2
JUMLAH SAMPEL SMA AL ISLAM KRIAN
NO KELAS
IBB
JUMLAH KELAS
SAMPLE JENIS
KELAMIN
L P
1 25 3 10% x 25 = 2.5 6 19
2 28 3 10% x 28 = 2.8 8 20
NO KELAS
MIA
JUMLAH KELAS
SAMPLE JENIS
KELAMIN
L P
1 35 4 10% x 35 = 3.5 9 26
2 36 4 10% x 36 = 3.6 12 24
3 42 4 10% x 42 = 4.2 20 22
4 42 4 10% x 42 = 4.2 16 26
5 40 4 10% x 40 = 4 15 25
NO KELAS
IIS
JUMLAH KELAS
SAMPLE JENIS
KELAMIN
L P
(58)
50
2 27 3 10% x 27 = 2.7 13 14
3 43 4 10% x 43 = 4.3 17 26
4 44 4 10% x 44 = 4.4 17 27
5 45 5 10% x 45 = 4.5 16 29
6 46 5 10% x 46 = 4.6 18 28
7 43 4 10% x 43 = 4.3 13 30
8 37 4 10% x 37 = 3.7 10 27
9 44 4 10% x 44 = 4.4 17 25
TOTAL 611 62 62 218 393
4. Jenis dan Sumber Data
1) Data kualitatif: Yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal,
bukan dalam bentuk angka.7.Yang termasuk data kualitatif yaitu:
a. Sejarah berdirinya SMA Al Islam Krian
b. Letak geografis SMA Al Islam Krian
c. Visi, misi dan tujuan SMA Al Islam Krian
d. Sarana dan prasarana SMA Al Islam Krian
e. Keadaan guru dan siswa SMA Al Islam
f. Keadaan siswa SMA Al Islam Krian
g. Struktur organisasi SMA Al Islam Krian
7Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian”, (Jakarta: PT Asti Mahasatya, 2006), h.
(59)
51
Terhadap data yang bersifat kualitatif, yang digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan
kesimpulan. Sementara untuk data yang bersifat kuantitatif yang berupa
angka-angka yang dapat diukur dan dihitung dapat diproses dengan cara
prosentasedan mencari nilai rata-rata. Serta dijumlahkan,
diklarifikasikan sehingga merupakan suatu susunan urut data, untuk
selanjutnya dibuat tabel.8
2) Data kuantitatif: Yaitu penelitian yang menggunakan data berupa angka
sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin
diketahui.9Adapun yang termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini
adalah:
a. Data yang diperoleh dari hasil observasi
b. Data hasil angket
Sumber data yaitu subyek dari mana data diperoleh. Adapun
sumber data dalam penelitian ini ada dua,yaitu:
a) Sumber data primer (data manusia)10: Yaitu sumber-sumber yang
memberikan data langsung dari tangan pertama,yang termasuk data
primer ini adalah siswa kelas XI SMA Al Islam Krian.
b) Sumber data sekunder (data non manusia) : yaitu sumber data yang
mengutip dari sumber lain, yang termasuk dari data sekunder disini
8Suharsini Arikunto, “
Prosedur Penelitian”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h.246
9
Margono,metode penelitian pendidikan,(PT Rineka Cipta.1997),h.105
10
(60)
52
adalah dokumentasi,sarana prasarana,dan sumber data lainnya yang
mendukung.
5. Metode atau Instrument pengumpulan data
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan tujuan agar peneliti memperoleh data yang akurat
sehingga mempermudah dalam penyusunan skripsi ini antara ain:
1) Angket atau Kuesioner (Questionnaires)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam hal ini peneliti
menggunakan metode angket / kuesioner untuk mengetahui kedisiplinan
siswa SMA Al Islam Krian.
2) Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap
sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian dilokasi
penelitian. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
(61)
53
berkomunikasi dengan orang lain, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.11
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden tidak terlalu besar. Peneliti
menggunakan metode observasi untuk mencari data SMA Al Islam
Krian mengenai sikap disiplin siswa.
3) Metode dokumenter
Dokumenter dari asal dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis, sepeerti buku-buku, majalah dan senbagainya.12
Maka jelaslah bahwa dokumentasi merupakan catatan sebagai bukti
adanya kegiatan masa lampau atau selanjutnya dapat digunakan sebagai
data yang sewaktu-waktu ingin ditampilkan. Aktifitas peneliti dalam
metode dokumenter ini yaitu memeriksa, meneliti kemudian
mengumpulkan dan menghubungkan dengan keadaan lapangan dan
hasil data lainnya.
Metode dokumenter ini digunakan untuk menggali data sekunder
tentang latar belakang objek penelitian yang meliputi:
a. Sejarah berdirinya SMA Al Islam Krian Sidoarjo
11
Ibid., h. 145.
12
(62)
54
b. Letak geografis SMA Al Islam Krian Sidoarjo
c. Struktur organisasi SMA Al Islam Krian Sidoarjo
d. Data guru dan karyawan SMA Al Islam Krian Sidoarjo
e. Data siswa SMA Al Islam Krian Sidoarjo
f. Sarana dan prasarana di SMA Al Islam Krian Sidoarjo
4) Metode Interview atau Wawancara
“Metode interview” atau wawancara adalah metode pengumpulan
data dengan melakukan tanya jaawab secara lisan dengan responden
atau informan penelitian.
Metode ini digunakan untuk menggali data sekunder yang belum
lengkap tentang latar belakang objek penelitian yang tidak dapat digali
dengan metode dokumenter.
Dari segi jenisnya, interview yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini merupakan pedoman kerja yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Sedangkan dari segi fungsinya, interview yan digunakan
dalam penelitian ini adalah metode pelengkap,karena digunakan untuk
mendapatkan informasi yang belum diperoleh dari teknik pengumpulan
data yang lain.
6. Analisis Data
Yang dimaksud analisis data yang berkenaan dengan masalah yang di
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
√
h. Interpretasi terhadap dan menarik kesimpulan
Dari perhitungan di atas diperoleh indeks prestasi korelasi yang akan dikonsultasikan pada nilai “r” yang tercantum pada tabel nilai “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas (db), atau degree of freedem (df). Rumusnya adalah sebagai berikut:
df = N – nr = 62 – 2 = 60 Keterangan:
df = Degree of freedem (derajat bebas) N = Number of cases
Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Dengan demikian dapat diketahui, bahwa df sebesar 60 pada tabel nilai “r” product moment pada taraf signifikan 5% adalah 0,254, sedangkan pada taraf signifikan 1% adalah 0,330. Dari hasil konsultasi tersebut dapat
(2)
95
diketahui bahwasanya lebih kecil dari pada nilai tabel, baik pada taraf
signifikan 5% maupun 1%.
Hal ini dapat diartikan bahwa hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nihil (H0) diterima. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa.
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah data-data dalam penelitian ini terkumpul, baik melalui metode angket, observasi, dokumenter maupun wawancara. Penulis menganalisa data-data tersebut dengan teknik analisis Prosentase dan Product Moment. Dari penjabaran permasalahan penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pola asuh orang tua siswa SMA Al Islam Krian Sidoarjo tergolong kurang baik. Hal ini dapat penulis buktikan dari hasil perhitungan dengan teknik analisis Prosentase diperoleh hasil 40,65%, yang menunjukkan bahwa pola asuh orang tua tergolong kurang baik, karena berada di antara 40 % sampai dengan 56 %.
2. Sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo sudah memiliki sikap disiplin yang tergolong cukup baik. Hal ini dapat penulis buktikan dari hasil perhitungan dengan teknik analisis Prosentase diperoleh hasil 63,87% yang menunjukkan bahwa sikap disiplin siswa tergolong cukup baik, karena berada di antara 56% sampai dengan 75%.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan teknik analisis Product Moment diperoleh nilai = 0,071 dengan df = 60 pada taraf signifikan 5% adalah 0,254 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,330. Dari hasil konsultasi tersebut
(4)
97
dapat diketahui bahwasannya lebih kecil dari pada nilai tabel baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%. Sehingga dapat disimpulkan tidak adanya pengaruh positif yang cukup signifikan antara pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa SMA Al Islam Krian Sidoarjo.
B.Saran
1. Karena pola asuh orang tua siswa tidak berpengaruh terhadap sikap disiplin siswa SMA Al Islam Krian, maka ekstensi dalam hal mendidik, membimbing serta mengarahkan siswa harus ditingkatkan lagi.
2. Menghimbau pada guru pembimbing untuk lebih mengenal, mengetahui serta membedakan siswa yang mengalami pola asuh orang tua baik secara otoriter, demokratis dan permissive.
3. Dalam hal pencapaian hasil dari sikap disiplin yang baik hendaknya orang tua siswa dengan guru pembimbing saling bekerja sama .
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Muhammad Ratif AI Manawi, “Faidlul Qadifi. Syiroh ,11-JatTii' al Shaghir min Ahaditsil al-Bashir al-Nazhir”, (Baerut Libanon: Darul-Kutub al-'iiiiliyall)
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006 “Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asti Mahasatya
Faisal, Sanaipah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3 Malang.
Fatchurrahman, dkk. 2012. Strategi Membangun Sinergi Guru dan Orang Tua Siswa. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Fauzi, M. Rachman. 2011. Islamic Parenting. Jakarta: Erlangga.
Gordon, Thomas. 1996. Mengajar Anak Disiplin Diri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hasan, Naimuna. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press.
Hidayat, Arini. 1998. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.
Lupita, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT Puastaka Insan Madani.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Margono. 1997. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
(6)
Muhammad, Abdullah Ash- Shubbi. 2010. Seni Mendidik dan Mengatasi Masalah Prilaku Anak Secara Islami. Pustaka Al Fadhilah.
Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sugiyono. 2012. Metode Penlitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Sujiono, Bambang. DKK. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Surahmat, Winarto. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung:Tarsito.
Taqdir, Meity Qodratillah dkk. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
V. Lestari. 1984. Membina Disiplin Anak. Jakarta: Pondok Press