PEMANFAATAN WAKTU LUANG (LEISURE ACTIVITY) DAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJELANG PENSIUN DI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

PEMANFAATAN WAKTU LUANG (LEISURE ACTIVITY) DAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA PEGAWAI

NEGERI SIPIL MENJELANG PENSIUN DI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata

Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Ilvi Nur Diana B07212014

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

xi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan waktu luang (leisure activity) dan kecenderungan Post Power Syndrome pada pegawai negeri sipil menjelang pensiun di UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan studi populasi sebagai teknik pengambilan sampel. Instrumen yang dipakai adalah skala Post Power Syndrome dan skala Waktu Luang (Leisure Activity) dengan menggunakan skala likert sebagai pilihan jawaban. Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil (PNS) dalam masa menjelang pensiun dengan rentang usia mulai dari 60-64 tahun, yang berjumlah 38 orang yang terdiri dari 33 laki-laki dan 5 perempuan.

Berdasarkan hasil uji test normality yang menunjukkan data berdistribusi nomal, maka pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment dan diperoleh harga koefisien korelasi sebesar -0,588 dengan signifikansi sebesar 0,000. Artinya, ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan waktu luang dengan kecenderungan Post Power Syndrome pada pegawai negeri sipil menjelang pensiun di UIN Sunan Ampel Surabaya. Sedangkan, arah koefisien korelasi bersifat negatif yaitu semakin tinggi pemanfaatan waktu luang (X), maka akan diikuti dengan semakin rendahnya kecenderungan Post Power Syndrome (Y) pada pegawai negeri sipil menjelang pensiun di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dan sebaliknya, jika pemanfaatan waktu luang rendah, maka akan diikuti dengan Post Power Syndrome yang tinggi pada pegawai negeri sipil menjelang pensiun di UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal ini berarti hipotesis dalam penelitian ini diterima atau terbukti.


(7)

ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship between the use of spare time (leisure activity) and the tendency of post-power syndrome on civil servants retirement at UIN Sunan Ampel Surabaya. This research is a quantitative study using population studies as a sampling technique. The instrument used was post power syndrome scale and the scale of waktu luang (leisure activity) using a Likert scale as possible answers. Subjects in this study are civil servants (PNS) in the period leading up to retirement with an age range from 60-64 years, totaling 38 people, consisting of 33 men and 5 women.

Based on the test results of normality tests that showed nomal distribution data, the hypothesis testing using product moment correlation analysis and obtained correlation coefficient of -0.588 with a significance of 0.000. That is, there is a significant relationship between the use of leisure time with the tendency of post-power syndrome on civil servants retirement at UIN Sunan Ampel Surabaya. Meanwhile, the direction of the correlation coefficient is negative ie the higher utilization of spare time (X), it will be followed with the smaller tendency of post power syndrome (Y) on the civil service retirement at UIN Sunan Ampel Surabaya. And conversely, if the utilization of spare time low, it will be followed by a high post power syndrome on civil servants retirement at UIN Sunan Ampel Surabaya. This means that this hypothesis is accepted or proven.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

Intisari ... xi

Abstract ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian... 16

D. Manfaat Penelitian... 16

E. Keaslian Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Post Power Syndrome 1. Pengertian Post Power Syndrome ... 24

2. Etiologi Post Power Syndrome ... 26

3. Gejala-gejala Post Power Syndrome ... 28

B. Waktu Luang (Leisure Activity) 1. Pengertian Waktu Luang (Leisure Activity) ... 30

2. Dimensi Kegiatan Waktu Luang (Leisure Activity) ... 33

3. Manfaat Waktu Luang (Leisure Activity) ... 35

C. Pensiun 1. Pengertian Pensiun ... 36

2. Jenis-jenis Pensiun... 37

3. Fase-fase Pensiun ... 39

D. Hubungan antara pemanfataan waktu luang dan kecenderungan Post Power Syndrome ... 41

E. Kerangka Teoritis ... 44

F. Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 48

2. Definisi Operasional ... 49

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi ... 50


(9)

iv C. Teknik Pengumpulan Data

1. Model Skala dan Petunjuk Skoring ... 53

2. Blue Print ... 56

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ... 58

2. Reliabilitas ... 62

E. Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 65

1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

2. Data Responden Berdasarkan Jenis Usia ... 66

3. Data Responden Berdasarkan Tahun Pensiun ... 67

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data ... 68

1. Deskripsi Data ... 68

2. Uji Reliabilitas ... 71

3. Uji Validitas ... 73

C. Hasil Penelitian ... 74

1. Uji Normalitas ... 75

2. Analisis Korelasi Product Moment ... 77

D. Pembahasan ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87


(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jabatan, Batas Usia Pensiun, dan Dasar Hukum ... 4

Tabel 2 : Data Tenaga Pendidik Dosen Menjelang Pensiun Tahun 2016-2020 pada Unit Kerja ... 51

Tabel 3: Petunjuk Skoring Pilihan Jawaban ... 56

Tabel 4: Blue Print Skala Post Power Syndrome ... 57

Tabel 5: Blue Print Skala Waktu Luang (Leisure Activity) ... 58

Tabel 6: Hasil Seleksi Aitem Skala Post Power Syndrome pada Subjek Try Out .... 60

Tabel 7: Hasil Seleksi Aitem Skala Waktu Luang pada Subjek Try Out ... 61

Tabel 8: Hasil Analisis Deskriptif Statistik Skala Penelitian ... 68

Tabel 9: Deskripsi Data Berdasarkan Usia ... 69

Tabel 10: Deskripsi Data Berdasarkan Tahun Pensiun ... 70

Tabel 11: Hasil Uji Reliabilitas Skala Post Power Syndrome pada Subjek Try Out . 71 Tabel 12: Hasil Uji Reliabilitas Skala Waktu Luang pada Subjek Try Out ... 72

Tabel 13: Hasil Uji Reliabilitas Skala Post Power Syndrome Subjek Penelitian ... 73

Tabel 14: Hasil Uji Reliabilitas Skala Waktu Luang Subjek Penelitian ... 74

Tabel 15: Hasil Uji Normalitas Subjek Penelitian ... 75


(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Diagram Persentase Pegawai PNS dan Non PNS ... 15

Gambar 2: Kerangka Teoritis ... 45

Gambar 3: Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Gambar 4: Data Responden Berdasarkan Usia ... 67

Gambar 5: Data Responden Berdasarkan Tahun Pensiun... 67


(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Skala Post Power Syndrome pada Subjek Try Out ... 90

Lampiran 2: Tabulasi Jawaban Skala Post Power Syndrome Subjek Try Out ... 93

Lampiran 3: Tabulasi Skor Skala Post Power Syndrome Subjek Try Out ... 94

Lampiran 4: Output Uji Validitas Skala Post Power Syndrome Subjek Try Out ... 95

Lampiran 5: Skala Waktu Luang (Leisure Activity) pada Subjek Try Out ... 97

Lampiran 6: Tabulasi Jawaban Skala Waktu Luang Subjek Try Out ... 99

Lampiran 7: Tabulasi Skor Skala Waktu Luang Subjek Try Out ... 100

Lampiran 8: Output Uji Validitas Skala Waktu Luang Subjek Try Out ... 101

Lampiran 9: Skala Post Power Syndrome pada Subjek Penelitian ... 103

Lampiran 10: Tabulasi Jawaban Skala Post Power Syndrome Subjek Penelitian . 105 Lampiran 11: Tabulasi Skor Skala Post Power Syndrome Subjek Penelitian ... 107

Lampiran 12: Output Uji Validitas Skala Post Power Syndrome Subjek Penelitian……….. 109

Lampiran 13: Skala Waktu Luang (Leisure Activity) pada Subjek Penelitian ... 110

Lampiran 14: Tabulasi Jawaban Skala Waktu Luang Subjek Penelitian ... 112

Lampiran 15: Tabulasi Skor Skala Waktu Luang Subjek Penelitian ... 114


(13)

A. Latar Belakang Mas

Majalah adalah memuat artikel-artike merupakan publikasi lainnya yang mewar satu pusat informas pembaca dalam menc

Eksistensi majal beragam yang sesua banyak berbagai ra segmentasi majalah. keadaaan demografi untuk wanita. Sedang (wilayah), misalnya: diulas dalam majalah gaya bahasa target tampilan atau desain m

1

Rahdinal, Definisi Ma majalahadalah-sebuah.html D 2 Rahdinal,Ibid. BAB I PENDAHULUAN asalah

h sebuah media publikasi atau terbitan secara tikel dari berbagai penulis. Selain memuat artikel, kasi yang berisi cerita pendek, gambar, review, ilus

arnai isi dari majalah. Oleh karena itu, majalah di asi bacaan yang sering dijadikan bahan rujuka encari sesuatu hal yang diinginkan.1

jalah muncul karena kebutuhan masyarakat aka uai dengan gaya hidup masyarakat saat ini. Ma ragam majalah beredar saat ini, yang disesua h. Sebagai contoh untuk majalah yang terbitnya afis, misalnya Majalah Gadis, majalah yang di dangkan majalah yang berdasarkan pengelompoka ya: majalah sekolah. Berbagai bahasan artikel inf

lah-majalah tersebut tentunya disesuaikan dengan et pembaca, begitu pula dengan gaya pendekat

in majalah.2

Majalah (http://rahdinalspaceart.blogspot.com/2011/11/d l Diaksespada tanggal 29 Agustus 2015).

ra berkala yang kel, Majalah juga ustrasi atau fitur h dijadikan salah ukan oleh para

akan informasi Maka tak heran suaikan dengan nya berdasarkan diperuntukkan pokan geografis informasi yang gan karakter dan katan dalam hal


(14)

Saat ini majalah buku yang dibuat ol organisasi juga da informasi tentang ling

Di zaman sekara sesuai permintaan pa Misalnya majalah po hanyalah keuntunga bermanfaatnya sebua

Disisi lain majal sebagai media perikl memberi para bapak media untuk berdakw tetapi perkembangan massa (elektronik, ra

Ditinjau dari seg intinya, pemahaman oleh para ahli adalah:

3

John Vivian,Teori Komunik 4

Wahidin Saputra,Pengantar

ah tidak hanya terbatas dijual bebas ditoko-toko oleh suatu perusahaan untuk masyarakat umum,

dapat menerbitkan majalahnya sendiri apabil lingkup organisasi tersebut dirasa perlu.

karang, banyak perusahaan majalah yang menerbi n pasar tanpa berfikir konten tersebut bermanfa h pornografi, majalah dewasa dan lain sebagainya.

gan saja. Hal ini sangat melenceng dari nilai inf buah majalah.

jalah juga dapat dimanfaatkan dalam hal yang pos riklanan perusahaan, perekat nasional karena ak pendiri bangsa sebuah audien yang amat luas kwah. Karena berdakwah tidak hanya berbicara d gan zaman menuntut seseorang untuk memanf k, radio dan cetak).

egi bahasa dakwah berarti panggilan, seruan atau an lebih luas dari pengertian dakwah yang telah lah: Pertama, ajakan ke jalan Allah SWT. Kedua,

nikasi Massa(Jakarta: Ikasi Massa, 2008), h.124.

tar Ilmu Dakwah(Jakarta: Grafindo Persada, 2012), h.1.

2

oko atau kios-kios um, namun suatu bila kebutuhan

rbitkan majalah nfaat atau tidak. ya. Mereka fikir informatif dan

g positif seperti a majalah bisa uas3 atau sebagai dimuka umum, nfaatkan media

au ajakan.4 Pada ah didefinisikan dua, dilaksanakan


(15)

secara berorganisasi. jalan Allah SWT. Ke Media dakwah digunakan sebagai a

mad’u. Media ini bi

baik dalam bentuk banyak digunakan o

buku, internet, handphon Jika kekuatan inf Artinya, para muba bertabligh melalui tul antara mereka yang sejumlah aktivitas di akan terbentuk oleh pe

Oleh karena itu, menjawab tantangan diterbitkan oleh Pe Majalah Aula term pembaca yang fana Jawa Timur. Dalam

5

Wahyu Ilaihi,Komunikasi D 6

Wahidin Saputra,Ibid,h.9. 7

Aep Kusnawan, Komunikas

si. Ketiga, kegiatan untuk mempengaruhi manusi Keempat, sasaran bisa secara fardiyah atau jamaah h (Wasilah Al-Dakwah) adalah media atau ins i alat untuk mempermudah sampainya pesan da

bisa dimanfaatkan oleh da’i untuk menyampaika

uk lisan maupun tulisan. Diantara media dakwah

oleh para da’i saat ini adalah: tv, radio, surat ka

ndphone, bulletin.6

n informasi yang disampaikan media massa dem ubaligh perlu menyiapkan dirinya untuk mem ui tulisan di media massa. Paling tidak, harus ada

g membidangi aktivitas tablighnya melalui tulisa di bidang lain. Jika tidak, dikhawatirkan masyar h pesan-pesan media yang kering, tanpa nilai-nilai itu, majalah Aula hadir menjawab fenomena y gan era informasi bebas ini. Merupakan majalah

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) rmasuk media yang cukup lama bertahan denga natik, terutama dari kalangan warga Nahdlatul Ul am perkembangan peredaran majalah ini meramb

i Dakwah(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.15. .

asi dan Penyiaran Islam(Bandung: Benang Merah Press, 2

3

nusia agar masuk ah.5

instrumen yang dakwah kepada

ikan dakwahnya

kwah yang masih

kabar, majalah,

demikian hebat, miliki keahlian ada sebagian di isan, di samping arakat pembaca lai agama.7 yang ada dan

h bulanan yang NU) Jawa Timur. gan segmentasi Ulama (NU) di bah ke seluruh


(16)

Pulau Jawa, luar Jawa Istimewa Nahdlatul Ul

Aula mempunya memang menjadi m atau majalah Islam mengetahui NU dapa ini bukan hanya war

Sebagai bacaan merespon beberapa dan kebangsaan. Aul dikatakan permanen, khutbah Jumat.10

Permasalahannya perbedaan tersebut digunakan sebagai digunakan sebagai perjuangan yang ga dahsyat telah dila peperangan itu diim

8

A. Khoirul Anam,Majalah

Februari 2016). 9

A. Khoirul Anam,ibid.

10

A. Khoirul Anam,ibid.

Jawa, hingga ke luar negeri melalui jaringan Pen ul Ulama (PCINU).8

yai slogan: Bacaan Santri, Kiai, dan Pemerhat majalah Nahdlatul Ulama, tidak ingin menjadi m am lainnya. Dengan itu, diharapkan siapa pun

apat merujuk ke majalah Aula, dan terbukti pelan warga NU, tapi siapa saja yang ingin tahu NU.9

n orang NU, Aula yang terbit di setiap awal bul pa isu penting yang berkembang seputar ke-NU-a n. Aula mempunyai beberapa rubrikasi khusus

nen, seperti rubrik bahtsul masail, tokoh dan pe

ya, agama menghasilkan perbedaan pemaham but muncul secara mudah sebagai dasar mor

ai alasan bagi aksi-aksi kekerasan, dan intensita ai alat untuk melakukan aksi itu. Citra ag gampang dikenali, dan konsep-konsep tentang dilakukan dalam perjuangan-perjuangan sosia impi-impikan sebagaimana yang muncul dari renc

h Aula(http://www.nu.or.id/post/read/40052/majalah-aula

10

4

engurus Cabang

hati. Ambisinya di majalah umum pun yang ingin langgan majalah

bulan ini aktif -an, keislaman, khusus yang bisa n pesantren, dan

man. Beberapa moralitas yang itas ritual yang agama tentang ng perang yang osialnya. Ketika encana manusia,

la diakses 20


(17)

akhirnya hal itu kekerasan.11

Sama halnya de banyak dan menyeb yang menyatakan memiliki penafsiran, tentang Al-Quran da dan mengamalkan I diikuti oleh seluruh ka

Ada sejumlah modernisasi dan ur Negara. Ketiga, ter pemerintah untuk be akumulasi peninda didiskriminasikan sebagaimana keban meluasnya terorisme Pada saat sekaran propaganda tertentu

11

Zulfi Mubaraq, Tafsir Jiha

Press, 2011), 155. 12

Luqman bin Muhammad Pustaka Qaulam Sadida, 2005 13

Zuhairi Misrawi, Muslim M

Media Nusantara, 2010), h.12

u mereka tuangkan menjadi kenyataan mela

dengan aksi-aksi para penganut aliran sesat y ebar luas diberbagai belahan dunia. Contohnya Im n bahwa dirinya merupakan generasi Salafush

ran, pemahaman, keyakinan, serta pengamalan n dan Sunnah. Cara mereka meyakini, memahami, n Islam adalah cara yang paling pantas dan palin uh kaum muslimin.12

h motif yang bisa memproduksi terorisme. P urbanisasi. Kedua, budaya kekerasan yang tum terorisme meluas secara intensif karena tidak a uk benar-benar melawan terorisme. Keempat, tero

ndasan, peminggiran, dan penderitaan. M n secara konstitusional dan tidak mendapa anyakan masyarakat, biasanya menjadi faktor me.13

rang ini dimana orang-orang mempercayai seseor ntu yang dapat membuktikan kebenaran dan k ihad: Menyikap Tabir Fenomena Terorisme Global (Mala d Ba’abduh, Mereka Adalah Teroris: Sebuah Tinjauan Sy

05),71.

Moderat: Toleransi, Terorisme dan Oase Perdamaian( .120.

5

elalui aksi-aksi

yang semakin Imam Samudra ush-Shalih yang lan yang benar i, menafsirkan, ing benar untuk

. Pertama, arus umbuh disebuah k ada komitmen erorisme adalah

Mereka yang

pat kebebasan ktor determinan

orang pembawa n kebersihannya,

alang: UIN-Maliki

Syari’at (Malang: (Jakarta: Kompas


(18)

mereka akan mene tentu saja memunc representasi sebaga Sebaliknya, Islam didalam memberi ca

Sebab itu masya mengikuti ajaran ahl dari informasi atau or keanggotaan yang masuki oleh ajaran-a

Dalam panggun keagamaan yang dakwahnya yang kha Dengan model dakwa bertentangan denga NU tetap bertahan orde lama, orde ba berorientasi pada pendekatan dengan k

14

Abdurrahman Abdul Khaliq 15

Said Aqiel Siradj (ed.), “T Moderat”,Jurnal Pemikiran I

nerima perkataan dan mengikuti seruannya.14 F unculkan keprihatinan, sebab bagaimanapun Isl

gai bentukan manusia beringas yang rakus aka dengan nilai esoterinya mampu menciptakan cahaya damai ditengah-tengah masyarakat yang pl

yarakat Indonesia khususnya organisasi masyara ahlussunah wal jamaah sangat penting untuk mem u orang-orang yang berlaku sesat. Terlebih ormas g cukup besar di Indonesia. Hal ini sangat rent n-ajaran yang mengatasnamakan Islam yang tidak be

ung sejarah Indonesia, NU dikenal sebaga g moderat. Sikap moderat NU dibuktikan de g khas, yakni menggunakan pendekatan model dakwahnya itu, NU mengakomodasi budaya lokal gan prinsip-prinsip ajaran Islam, hal inilah yan n bisa melewati berbagai masa mulai dari zama

baru, reformasi, hingga sekarang ini. Selain i a dakwah persuasif dan sangat menghindari

n kekerasan dan intoleran.

aliq,Methode dan Strategi Da’wah Islam(Jakarta: Al-Faish “Tasawuf Sebagai basis tasamuh: dari sosial Capital me

n IslamVol.13 No.1 Mei 2013, h.89.

6

Fenomena ini Islam bukanlah akan kekerasan. kan moralitasnya

g plural.15 arakat NU yang

embentengi diri as NU memiliki rentan dapat di dak benar.

bagai organisasi dengan model odel Wali Songo. okal asalkan tidak ang menjadikan man penjajahan, n itu, NU lebih ri

pendekatan-ishal, 1996), h.37. enuju masyarakat


(19)

Dalam memperjua konsep yang selalu berkaitan dengan ke berada dalam rana kehidupan masyarak dan progresif, tida kehidupan yang terj

konsep, yang diseb

sikap kemasyarakat

ataui’tidal(adil), tas

Tiga sikap kema mengajar seperti se tertanam dalam diri dalam berfikir dan be

Pondok pesantre sedang berkembang metode pembelajara menggunakan kurikul metode dan kurikul

16

Edi Susanto (ed.), “Pendi Ulama”,Jurnal Pendidikan Is

rjuangkan Islam yangrahmatan lil alamin,NU me alu dijadikan landasan dalam menyikapi berba

kemasyarakatan. Hal-hal yang terjadi di ma nah keagamaan, sosial dan politik. NU meny rakat, khususnya masyarakat Indonesia bergerak s idak stagnan. Oleh karena itu, dalam menyika erjadi di tengah-tengah masyarakat, NU selalu me

ebut dengan sikap kemasyarakatan Nahdhatul

katan tersebut adalah tawassuth(sikap mengambil , tasamuh(toleransi)dan tawazun(seimbang).16

asyarakatan tersebut penting diterapkan dalam sekolah dan pondok pesantren, agar sejak dini s diri seseorang. Tidak hanya terbatas dalam sikap sa

n berdakwah.

ntren Miftachus Sunnah merupakan pondok pe ng. Diasuh oleh KH. Miftachul Akhyar Bin Abdul arannya menggunakan cara manual yakni bertat kurikulum lama dan sedang merambah tahap me kulumnya. Sehari-hari anak didik diajarkan tidak

ndidikan Agama Berbasis Moderatisme: Melacak Kontr

IslamVol.1 No. 2 2006, h.179.

7

NU mempunyai tiga bagai hal yang asyarakat bisa enyadari bahwa k secara dinamis ikapi dinamika enekankan tiga

l Ulama’. Tiga

bil jalan tengah)

proses belajar ni sikap tersebut p saja, melainkan

pesantren yang n Abdul Ghoni, tatap muka dan engembangkan k hanya paham


(20)

ilmu-ilmu dalam ki bermanfaat. Hingga twitter) dan majala informasi.

Menjaga agar apa menjadi pilihan baca Oleh karena itu, Sunnah Jalan Kedun Aula, peneliti terta Miftachus Sunnah te

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dalam penelitian i 1. Apakah ada

Nahdlatul U Tarukan nom 2. Sejauh mana

pemahaman Miftachus Sunna

kitab, tetapi juga mengetahui informasi duni ngga media massa seperti website, media sosial (

alah pun juga dipakai sebagai penambahan lit

apa yang diperoleh tidak melenceng dari syariat, n bacaan mereka.

u, diantara sekian banyak warga Pondok Pesantr dung Tarukan nomor 100, Surabaya yang mem rtarik untuk meneliti pemahaman warga pondok h tentang dakwah moderat NU.

ah

n latar belakang masalah di atas, maka yang menj an ini adalah:

da peran majalah Aula terhadap pemahaman dak Ulama Pondok Pesantren Miftachus Sunnah J n nomor 100, Surabaya

ana majalah Aula berperan dalam memberika n dakwah moderat Nahdlatul Ulama Pondok Sunnah Jalan Kedung Tarukan nomor 100, Suraba

8

dunia luar yang l (facebook dan literasi sumber

t, Majalah Aula

ntren Miftachus embaca majalah pondok pesantren

enjadi perhatian

dakwah moderat h Jalan Kedung

ikan kontribusi ondok Pesantren


(21)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini permasalahan ya mendapat gamba 1. Peran majala Pesantren Mi 2. Sejauh mana

pemahaman Jalan Kedung

D. Hipotesis

Secara teknis populasi yang ak sampel penelitian, keadaan paramet akan mengemuka

1. Hipotesis Aula Ter Miftachus

17

Sumadi Suryabrata,Metodo

ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang berk yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian ini baran tentang:

alah Aula terhadap pemahaman dakwah modera iftachus Sunnah Jalan Kedung Tarukan nomor 100, S ana majalah Aula berperan dalam memberika

n dakwah moderat NU Pondok Pesantren Mifta dung Tarukan nomor 100, Surabaya.

knis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyat akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang di

ian, secara statistik, hipotesis merupakan pernyat eter yang akan diuji melalui statistik sampel.17 ukakan hipotesis sebagai berikut:

sis Alternatif: Hipotesis (Ha) berbunyi: Ada P Terhadap Pemahaman Dakwah Moderat NU Pondok

hus Sunnah Jalan Kedung Tarukan nomor 100, Sur

todologi Penelitian(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h

9

berkaitan dengan ni adalah untuk

rat NU Pondok or 100, Surabaya. ikan kontribusi iftachus Sunnah

ataan mengenai g diperoleh dari ataan mengenai

7

Maka penulis

Peran Majalah ondok Pesantren

urabaya.


(22)

2. Hipotesis Aula Ter Miftachus

E. Ruang Lingkup dan 1. Ruang Lingk

a. Variabel P Ada Kedua, p warga Pondok di Jalan majalah Aul NU. Pem Pondok P membaca b. Populasi da

Popul Pesantren Surabaya majalah Aul

2. Batasan Pen

sis Nihil: Hipotesis (Ho) berbunyi: Tidak Ada P Terhadap Pemahaman Dakwah Moderat NU Pondok

hus Sunnah Jalan Kedung Tarukan nomor 100, Su

an Keterbatasan gkup Penelitian

bel Penelitian

Ada dua variabel dalam penelitian ini. Pertama, m , pemahaman dakwah moderat NU. Dapat disimpul

Pondok Pesantren Miftachus Sunnah (kiai, santri n Kedung Tarukan nomor 100, Surabaya seba h Aula untuk memperoleh pemahaman seputar dakw emahaman dakwah moderat NU akan di ketahui ok Pesantren Miftachus Sunnah (kiai, santri dan pe

ca majalah Aula. si dan Lokasi

opulasi pada penelitian ini adalah seluruh wa en Miftachus Sunnah Jalan Kedung Tarukan ya yang terdiri dari santri, kiai dan pendidik ya h Aula.

enelitian

10

Peran Majalah ondok Pesantren

urabaya

, majalah Aula, mpulkan bahwa ri dan pendidik) bagai pembaca dakwah moderat hui oleh warga n pendidik) jika

warga Pondok ukan nomor 100, k yang membaca


(23)

Agar pem sangatlah pent memfokuskan pa 1. Majal tersebut teruta 2. Pema dakwa Pema wawa mode

F. Kegunaan Penelitian

Dalam mela penelitian, demi diharapkan dalam

a. Segi Teor Sebagai pengetahua b. Segi Prakt

o Hasi

bagi p

embaca mampu memahami fokus masalah yang penting dalam pembahasan batasan penelitian. M kan pada:

jalah Aula pada edisi Maret-Juni 2015, karena ebut banyak membahas tentang fokus Nahdl utama menyangkut dakwah moderat Nahdlatul Ula

ahaman warga Pondok Pesatren Miftachus Sunna kwah moderat NU pada majalah Aula edisi Mar

ahaman yang dimaksut dalam sisi kognisi yakni be wasan mereka karena mampu memahami ma oderat NU baik secara tersirat (makna) maupun ters

tian

elaksanakan penelitian selalu dibarengi den mikian pula dalam penyusunan skripsi ini. M

am penelitian ini adalah sebagai berikut:

ori

i bahan referensi dan memperkaya pengem ahuan, terutama di bidang dakwah

aktis

sil penelitian ini nantinya bisa menjadi pengal gi penulis dan para lembaga-lembaga dakwah

11

g diteliti, maka n. Maka peneliti

ena pada edisi ahdlatul Ulama Ulama.

Sunnah tentang aret-Juni 2015. kni bertambahnya makna dakwah ersurat (tulisan).

engan manfaat . Manfaat yang

mbangan ilmu


(24)

o Pene

pembi Kom khus

G. Definisi Operasional

Untuk mem memunculkan m yang mengarah pa judul yang merupa defenisi operasiona

dalam draft skrip

Moderat Nahlda Kedung Tarukan nom

1. Peran ad (kuantitas presentas peran dal majalah Aul Pondok P 100 Suraba

nelitian ini bisa dijadikan tambahan literatur ke mbinaan dan pengembangan di Fakultas Da Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Am khususnya di prodi Komunikasi Penyiaran Islam

onal

mberikan ruang pemaknaan yang lebih rinc n multi interperestasi pembaca terhadap judul se

h pada penafsiran ganda. Peneliti memberikan ba rupakan penjabaran dari isi yang di sederhanakan sional dan ruang lingkup penelitian yang penuli

ripsi ini. “Peran Majalah Aula Terhadap Pemaha

hldatul Ulama Pondok Pesantren Miftachus S an nomor100, Surabaya”.

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberap tas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana ase target yang dicapai, makin tinggi perannya. Y dalam penelitian ini adalah seberapa jauh penc h Aula sebagai pengetahuan informasi dakwah ondok Pesantren Miftachus Sunnah, Jalan Kedung Ta

urabaya.

12

keilmuan untuk Dakwah dan Ampel Surabaya

inci dan tidak serta kerancuan batasan definisi kan dalam bentuk nulis kemukakan

haman Dakwah

Sunnah, Jalan

apa jauh target na makin besar . Yang dimaksud ncapaian target kwah moderat NU Tarukan nomor


(25)

2. Majalah Pengurus resmi de sekarang yang cukup terutama perkemba Jawa, lua Cabang Is Majalah Aul Ambisiny menjadi diharapka majalah Aul NU, tapi s Sebagai ba aktif mere an, keisla 3. Pemaham pengetahua pandanga 18

Khoirul Anam,Ibid.

h Aula merupakan majalah bulanan yang dit us Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Ti dengan SK PWNU Jawa Timur tahun 1978,

g sudah memasuki tahun ke-38. Majalah Aula ter ukup lama bertahan dengan segmentasi pembaca a dari kalangan warga NU di Jawa Ti bangan peredaran majalah ini merambah ke s luar Jawa, hingga ke luar negeri melalui jaringa

Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU).

h Aula mempunyai slogan: Bacaan Santri, Kiai, da inya memang menjadi majalah Nahdlatul Ulama di majalah umum atau majalah Islam lainnya. pkan siapa pun yang ingin mengetahui NU dapa h Aula, dan terbukti pelanggan majalah ini bukan pi siapa saja yang ingin tahu NU.

i bacaan orang NU, Aula yang terbit di setiap a erespon beberapa isu penting yang berkembang se slaman, dan kebangsaan.18

haman berasal dari kata paham yang artinya (1) ahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran,

gan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan

13

diterbitkan oleh Timur. Terbit 1978, dan hingga termasuk media ca yang fanatik, Timur. Dalam seluruh Pulau ingan Pengurus

, dan Pemerhati. ma, tidak ingin a. Dengan itu, pat merujuk ke bukan hanya warga

p awal bulan ini seputar

ke-NU-(1) pengertian; n, (3) aliran; kan); (5) pandai


(26)

dan menge ini adala menyedia kajian ya maupun t 4. Dakwah

dengan hi Rasul-Ny dari kata tengah di

i’tidalme

Selanjutn Secara ter pandanga

furu’ atau dan kebuda bahwa pl diterima. toleransi,

19

Sriyanto Stevia, pengertia pemahaman/ Diakses tanggal 20

Wahidin Saputra,Penganta

engerti benar.19 Yang dimaksud pemahaman dal dalah majalah Aula sebagai salah satu media diakan berbagai informasi berita, opini dan iklan

yang membahas seputar aswaja, didalamnya s upun tersurat berpegang pada ajaran dakwah moderat NU.

h Moderat NU : Dakwah adalah mengajak um n hikmat (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunj

ya.20 Sedangkan Moderat atau tawassuth merupa ta wasatha, yang artinya tengah yaitu sikap bera h di antara dua kubu yang berseberangan. Sement

merupakan definisi dari kata‘adala, yang berarti be utnya, sikap kemasyarakatn NU yang kedua ada

terminologis,tasamuh berarti sikap toleran terhad gan baik masalah keagamaan, Terutama hal-hal tau masalah khilafiyah, serta dalam masalah ke budayaan. Dengan sikap tasamuh (toleran), NU

pluralitas dalam kehidupan merupakan kenyataa a. Perbedaan dan pluralitas tersebut harus dis nsi, yang berarti menghargai dan mengakui p

ertian pemahaman (https://ian43.wordpress.com/2010/1 al 8 September 2015)

tar Ilmu Dakwah(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h

14

dalam penelitian dia cetak yang klan serta konten secara tersirat at NU.

k umat manusia unjuk Allah dan rupakan definisi rada di tengah-entara itu, kata i berlaku adil. adalah tasamuh. hadap perbedaan hal yang bersifat kemasyarakatan NU menyadari taan yang harus disikapi dengan pendapat atau

/12/17/pengertian-, h. 2


(27)

pandanga dengan pa Selanjutn berarti ke sikap seim menyadar hal-hal be yang berdi yang me Allah), te nas), kedua Dengan kons tasamuh Indonesia Islam m ekstremis 5. Pondok P

berarti kunc Sunnah Surabaya

21

Afifurrahman, Konsep Isla

(https://meretasnalar.wordpre nahdhatul-ulama-nu/ Diakses

gan orang lain, meskipun pendapat tersebut be n pandangan yang dianut.

utnya, sikap kemasyarakatan yang ketiga adalah t keseimbangan (balance). Secara terminologis, taw eimbang dalam berkhidmah. Dengan sikap taw dari betul bahwa Islam bukanlah agama yang ha berdimensi teologis-spiritual saja, tetapi juga me berdimensi sosial. Dengan kata lain, Islam bukan engatur hubungan manusia dengan Tuhannya , tetapi juga mengatur hubungan sesama manusia ( , keduanya harus seimbang dan berjalan beriringan.21 n konsep tiga sikap kemasyarakatannya (tawassut amuh dan tawazun), NU mampu menyikapi dinami sia dengan bijaksana. NU pun disebut-sebut seba

moderat karena sikapnya yang bijak dan isme dalam dakwahnya.

ondok Pesantren Miftachus Sunnah: Nama Miftachus S kuncinya sunnah atau hadits. Pondok Pesantr h yang beralamat di Jalan Kedung Tarukan,

ya ini diasuh oleh KH. Ali Miftachul Akhyar Bin Abdul slam “Rahmatan lil Alamin” dalam Perspektif Nahdhatu

ress.com/2015/05/05/konsep-islam-rahmatan-lil-alamin-da es tanggal 29 Agustus 2015)

15

but berseberangan

tawazun, yang tawazun berarti awazun ini, NU hanya mengatur engatur hal-hal bukan hanya agama ya (hablu min a (hablu min Al-n.21

suth atau i’tidal,

mika kehidupan ebagi organisasi n menghindari

hus Sunnah sendiri ntren Miftachus n, nomor 100, n Abdul Ghoni. atul Ulama (NU)”


(28)

Santri da Mahasiswa yang tida Qur'an, Di Qur'an ( permalasa rutin khus

H. Sistematika Pembah

Pembahasan besar dan disajika

a) Pada bab dijelaskan timbulnya penelitian da b) Bab kedua

bagaimana dakwah m c) Bab tiga, dari tipe analisis da

dari Miftachus Sunnah terdiri dari anak TK, iswa sampai yang sudah bekerja baik yang berm idak. Kegiatan mengaji cukup beragam, mulai n, Diniyah kitab-kitab kuning, juga dasar-dasar m n (nahwu shorof dan lain-lain), diskusi da asahan yang sedang terjadi atau bahtsul masail, se n khusus dewasa (ibu-ibu dan bapak-bapak).

bahasan

n skripsi ini, secara rinci akan diuraikan berda ikan ke dalam lima bab yakni :

bab pertama, yaitu bab pendahuluan, dalam ba kan secara rinci pokok pikiran yang melat

ya suatu masalah, pengertian judul, tujuan da ian dan garis-garis besar dari isi skripsi ini.

dua, yaitu kajian pustaka, pada bab ini akan diba ana Posisi majalah Aula sebagai salah satu sumbe h moderat NU.

a, akan dikemukakan secara rinci tentang metode pe penelitian, teknik pengumpulan data, dan baga

data.

16

TK, SD, SMP, mukim maupun ai pengajian Al r memahami Al dan mengkaji , serta pengajian

rdasarkan garis

bab ini akan latar belakangi n dan kegunaan

bahas mengenai ber pemahaman

etode penelitian bagaimana teknik


(29)

d) Pada bab serta inte Pondok P e) Bab lim kandunga dan saran

bab empat, berupa hasil penelitian tingkat peran ntensitas pengetahuan informasi dakwah mode ondok Pesantren Miftachus Sunnah.

ima, adalah penutup yang merumuskan isi ndungan dalam sebuah kesimpulan skripsi, implikasi da

an-saran yang terjabarkan pula didalamnya.

17

n majalah Aula oderat NU bagi

si pokok dan i dari penelitian


(30)

18

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Pustaka

1. Sekilas tentang Dakwah

Islamisasi masyarakat Arab yang dilanjutkan dengan Islamisasi masyarakat dunia ini dapat dilakukan dengan suatu aktivitas bernama dakwah. Banyak hal-hal yang berkaitan dengan dakwah dan akan diurai terutama dari pengertian dan ruang lingkupnya.

Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab: da’a,

yad’u, da’watan yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil.1 Di antara

makna dakwah secara bahasa adalah:

a. An-Nida artinya memanggil; da’a filanun Ika fulanah, artinya si fulan mengundang fulanah

b. Menyeru, ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada sesuatu.2

Dalam dunia dakwah, orang yang berdakwah biasa disebut Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut denganMad’u.3

1

Samsul Munir Amin,Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam(Jakarta: 2008), h. 3 2

Jum’ah Amin Abdul Aziz,Fiqih Dakwah; studi atas berbagai prinsip dan kaidah yang harus dijadikan acuan dalam dakwah islamia(Solo: 2011),h.5

3


(31)

19

Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

1. Prof. Toha Yaahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat. 2. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnyaHidayatul Mursyidinmemberikan

definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu; mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

3. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

4. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan

substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi

mungkar.

5. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim.4

Dari beberapa definisi di atas secara singkat dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh informan (da’i) untuk

4


(32)

20

menyampaikan informasi kepada pendengar (mad’u) mengenai kebaikan dan mencegah keburukan. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan menyeru, mengajak atau kegiatan persuasif lainnya.

Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam sebagai agamarahmatan lil’alaminyang harus didakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: da’i (subyek), maaddah (materi), thoriqoh (metode), wasilah (media), dan mad’u (objek) dalam mencapai maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.5

Dakwah merupakan kewajiban yang syar’i. Hal ini sebagaimana tercantum

di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

Berikut beberapa ayat dakwah sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah An-Nahl ayat 1256:





































































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.”(Q.S. An-Nahl [16]:125)

5

Wahidin Saputra,Pengantar Ilmu Dakwah,h.3 6

Departemen Agama Republik Indonesia,Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Gramedia, 2005), h.281.


(33)

21

Surah Ali Imran ayat 1047:











































“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)

Berikut beberapa hadits dakwah

)

(

Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran,

maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”

ْﺬِﻔْﻧَا

ُﺳ َر ﻰ َﻠَﻋ

ى ر ﺎﺨ ﺒﻟا هاو ر

“Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang diwajibkan atas mereka yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran engkau, adalah lebih baik

bagimu daripada engkau memiliki unta merah”

Apabila dikatakan dakwah islamiah, maka yang dimaksudkan adalah Risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk kitab yang tidak ada kebatilan di dalamnya, baik di depan atau belakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilai mukjizat,

7


(34)

22

dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi SAW dengan Sanad yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah.

Dengan penjabaran demikian, dakwah Islam memiliki beberapa karakter yang membedakannya dari dakwah-dakwah yang lain. Ada beberapa karakteristik di antaranya ialah:

1. Rabaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah Swt. 2. Wasathiyah, artinya tengah-tengah atau seimbang

3. Ijabiyah, artinya positif dalam memandang alam, manusia, dan kehidupan

4. Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu dan

masyarakat

5. Akhlaqiyah, artinya sarat dengan nilai kebenaran, baik dalam sarana maupun tujuannya

6. Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya 7. Alamiyah, bersifat mendunia

8. Syuriyah, berpijak di atas prinsip musyawarah dalam menentukan segala sesuatunya

9. Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa saja yang berani menghalang-halangi Islam, dan mencegah tersebarnya dakwah.

10.Salafiyah, artinya menjaga orisinalitas dalam pemahaman dan akidah.8

8


(35)

23

Dakwah tidak akan berhasil apabila seorang da’i tidak menyerahkan dirinya

secara totalitas untuk berjuang di jalan Allah. Dakwah yang berhasil ialah dakwah

yang efektif membimbing manusia untuk amar ma’ruf dan nahi mungkar. Banyak

faktor yang mendukung keberhasilan dakwah ini, di antaranya ialah: 1. Pemahaman yang mendalam

2. Keimanan yang kuat 3. Kecintaan yang kukuh 4. Kesadaran yang sempurna 5. Kerja yang terus menerus

Dalam rangka mencapai tujuan yang mulia itu, seorang muslim harus bersedia menjual diri dan hartanya kepada Allah, sampai dia tidak memiliki apa-apa. Dia menjadikan dunia hanya untuk dakwahnya, demi untuk memperoleh keberhasilan akhirat, sebagai pembalasan atas pengorbanannya. Allah Swt berfirman:





































































































111. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka


(36)

24

bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.(At-Taubah:111).9

Dengan pemahaman yang benar terhadap dakwah, kita berupaya melaksanakan pemahaman ini agar terjelma dalam kehidupan yang nyata, dan prinsip-prinsip yang dilaksanakan dapat disaksikan dan dirasakan pengaruhnya oleh manusia. Hal itu dilakukan melalui upaya untuk merealisasikan target-target berikut ini:

1. Ishlah An-Nafs (perbaikan jiwa), sehingga menjadi seorang muslim yang kuat fisiknya, baik akhlaknya, luas wawasan berpikirnya, mampu bekerja, bersih akidahnya, benar ibadahnya dan bermanfaat untuk orang lain.

Perbaikan ini menuntun hingga menjadi manusiaasan takwim.

2. Membina rumah tangga islami sehingga berimbas pada harmonisasi kehidupan dalam lingkup keluarga maupun masyarakat luas.

3. Irsyad Al-Mujtama’ (memberi pengarahan kepada masyarakat) yakni

dengan menanamkan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar.

4. Berdakwah kepada pemerintah untuk menerapkan syariat Allah dengan segala metode yang bijaksana dan akhlak islami.

5. Berdakwah untuk mewujudkan persatuan Islam dengan cara misalnya

melakukan konsolidasi kepada negara-negara islam.10

9

Jum’ah Amin Abdul Aziz,Fiqih Dakwah; studi atas berbagai prinsip dan kaidah yang harus dijadikan acuan dalam dakwah islamiah,h.7

10

Jum’ah Amin Abdul Aziz,Fiqih Dakwah; studi atas berbagai prinsip dan kaidah yang harus dijadikan acuan dalam dakwah islamiah,h.59


(37)

25

Cara untuk mewujudkan target mulia tersebut ialah dengan cara sebagai berikut:

1. Melalui dakwah yang disampaikan dengan hikmah (bijaksana), nasihat yang baik, dan bantahan dengan yang baik pula.

2. Dengan pendidikan Islam yang bermanhajkan Qur’an dan ajaran Rosul.

3. Bangunan pendidikan Islam adalah tempat mereka dididik dengan pendidikan Islam.

2. Islam Moderat

Pemikiran dan gerakan Islam yang memperjuangkan moderasi Islam paling tidak memiliki sembilan prinsip yang melandasi Islam moderat:

1. Al-Qur’an sebagai Kitab Terbuka

Al-Qur’an merupakan pedoman yang sangat sentral (pusat) dalam

kehidupan umat islam. Dalam pengertian tekstualnya Al-Qur’an adalah

teks suci resmi dan tertutup. Artinya teks Al-Qur’an tidak akan berubah

sejak masa diturunkan sehingga akhir zaman. Dalam pengertian ini islam

moderat memandang Al-Qur’an sebagai kitab terbuka. Islam moderat

menolak pandangan Al-Qur’an sebagai kitab tertutup yang memunculkan

pemahaman terhadap Al-Qur’an yang bersifat tekstualistik, yaitu

pemahaman mengenai islam yang semata-mata mempertaruhkan segala-galanya pada bunyi atau huruf-huruf teks (nash) keagamaan.

Prinsip Al-Qur’an sebagai kitab terbuka juga didasarkan pada suatu


(38)

26

keagamaan terbatas. Ajaran islam berisikan ketentuan-ketentuan yang tetap (tsawabit) dan sekaligus berisi hal-hal yang memungkinkan untuk berubah (mutaghayirat) sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu. 2. Keadilan

Konsep sentral islam adalah tauhid dan keadilan. Keadilan merupakan ruh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahkan,

keadilan dianggap oleh ahli ushul fiqh sebagai tujuan Syari’at. Dalam

konteks ini islam lebih dari sekedar sebuah agama formal. Islam merupakan risalah (catatan-catatan) yang agung bagi transformasi sosial, pembebasan, dan tantangan bagi kepentingan-kepentingan pribadi. Semua ajaran islam pada dasarnya bermuara pada terwujdunya suatu kondisi kehidupan yang adil.

3. Kesetaraan

Islam berada di barisan paling depan membawa bendera kesetaraan (al-musawah) harkat dan martabat manusia. Kesetaraan mengandaikan adanya kehidupan umat manusia yang menghargai kesamaan asal-muasalnya sebagai manusia dan kesamaan pembebasan dimana setiap manusia dikarunia akal untuk berfikir. Kesetaraan merupakan landasan paradigmatik (kerangka berpikir) dalam meneguhkan visi islam moderat. Salah satu misi dasar islam adalah menghancurkan sistem sosial yang diskriminatif (membeda-bedakan), dan eksploitatif (sikap sewenang-wenang) terhadap kaum yang lemah.


(39)

27

4. Toleransi

Islam moderat juga dicirikan oleh keterbukaan terhadap

keanekaragaman pandangan. Sikap ini didasari oleh kenyataan bahwa perbedaan di kalangan umat manusia adalah sebuah keniscayaan





































































29. dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.(Q.S

Al-Kahfi: 29).11

Sesuai dengan sunnatullah, perbedaan antar manusia akan terus terjadi. Oleh karena itu pemaksaan dalam berdakwah kepada mereka yang berbeda pandangan, baik dalam satu agama maupun berbeda agama, tidak sejalan dengan semangat menghargai perbedaan yang menjadi tuntunan Al-Qur’an.

5. Pembebasan

Agama sejatinya diturunkan ke bumi untuk mengatur dan menata kesejahteraan manusia (limashalih al-ummat). Oleh karena itu agama

11


(40)

28

semestinya dipahami secara produktif sebagai sarana transformasi sosial.

Segala bentuk wacana pemikiran keislaman tidak seharusnya

menampilkan agama sebagai sesuatu yang menakutkan. Sebaliknya pemikiran itu dilakukan dalam rangka membebaskan akal, dan perilaku dan etika yang dapat membentuk kesalehan sosial. Oleh karena itu sudah semestinya agama dijadikan sebagai kekuatan kritik, dan bukan sebaliknya, anti kririk.

6. Kemanusiaan

Dalam pandangan muslim moderat, sejak awal kehadirannya, islam memperlihatkan tekad yang besar dalam upaya membangun masyarakat yang adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam

pandangan islam moderat, Al-Qur’an mengajarkan bahwa manusia secara

keseluruhan telah mendapat kemuliaan (takrim) dari Allah SWT, tanpa membedakan agama, ras, warna kulit dan sebagainya. Sesuai dengan ayat:















































70. dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

[862] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.(QS.

Al-Isra: 70).12

12


(41)

29

7. Pluralisme

Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, islam adalah agama damai

dan menyukai perdamaian. Dalam kerangka perdamaian itu Al-Qur’an

memandang fakta keanekaragaman agama sebagai kehendak Allah, sebagaimana juga Nabi Muhammad sebagai seorang rasul dari sebagian rasul yang di utus kepada umat manusia. Perbedaan agama terjadi karena perbedaan millah yang dianut oleh islam, kristen dan yahudi. Dan agama yang berasal dari sumber yang sama yaitu Tuhan.

8. Sensitifitas

Islam diturunkan oleh Allah sebagai penuntun (hadi), pembawa kabar gembira (basyir) dan pembawa peringatan (nadzir) bagi umat manusia. Dengan fungsi ini, islam mengakibatkan perubahan cara pandang pemeluknya terhadap perempuan. Islam mendeklarasikan kesamaan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan di hadapan Tuhan.

9. Non diskriminasi

Sejak awal kehadirannya islam secara tegas menentang penindasan, peminggiran dan ketidakadilan. Praktek teladan Nabi di Madinah dengan membangun kesepakatan mengenai hak dan kewajiban yang sama diantara kelompok-kelompok suku dan agama menunjukkan kesetaraan dan non diskriminasi adalah prinsip sentral dalam Islam. Melalui prinsip kesetaraan dan non diskriminasi diantara elemen masyarakat itulah Nabi


(42)

30

membangun tatanan masyarakat yang sangat modern dilihat dari ukuran

zamannya.13

Islam moderat lebih dikenal sebagai bentuk lawan dari islam

fundamentalis atau islam garis tengah. Alasan utama dilahirkannya istilah islam moderat oleh para pendirinya adalah karena adanya islam garis keras tersebut. Para pemeluk islam moderat menamakan diri mereka sebagai ummatan wasathan atau ummat pertengahan, yakni kaum pertengahan yang ingin menampilkan nilai-nilai kemoderatannya. Salah seorang tokoh islam moderat dalam negeri yang cukup dikenal adalah Gus Dur.

Tokoh ini sangat dikenal dengan nilai-nilai toleransi antar ummat beragamanya, sehingga sangat dikenal sebagai tokoh islam moderat. Kaum islam liberal kerap menggaung-gaungkan istilah islam moderat tersebut sebagai bentuk solusi antara ummat beragama yang sering mengalami pertikaian, terutama kalangan muslim dan bukan muslim yang kerap mengalami perselisihan.

Dalam buku yang berjudul “Umat Islam dan Masalah Modernisasi”

karangan Delian Noor. Modernisasi menuntut bangsa Indonesia untuk: a. Memandang kedepan dan bukan memandang kebelakang. b. Memiliki sikap dinamis dan aktif.

c. Memperhatikan waktu.

13

Mukhsin Jamil,(http://mukhsinjamil.blog.walisongo.ac.id/2013/12/20/islam-moderat/. ), di akses 4 Januari 2016 19:25.


(43)

31

d. Memberikan penekanan pada rasionalitas, bukan pada perasaan atau perkiraan.

e. Mengembangkan sikap terbuka.

f. Memberikan prioritas pada prestasi pesonal

g. Memberikan perhatian yang lebih besar kepada masalah yang yang di hadapi saat ini.

h. Melibatkan diri dalam pengajaran tujuan yang lebih penting dari

tujuan kelompok.14

Meskipun umat islam merupakan 87 persen penduduk Indonesia, ide negara islam terus menerus dan konsisten ditolak. Bahkan, partai-partai islam, kecuali di awal pergerakan nasional, mulai dari masa penjajahan

hingga masa kemerdekaan, selalu mengalami kekalahan.15

Ketika kita dapat memahami cara berpikir dari kelompok islam Moderat ini, sepertinya sisi negatifnya hampir tidak ada, dikarenakan cara berpikir dari kelompok ini dapat diterima olah akal dan pikiran. Sehingga masyarakat dapat menerima dengan baik ajaran-ajaran yang ada dalam islam moderat. Dan dari segi positifnya adalah, kelompok ini mempunyai watak keterbukaan atas pendapat-pendapat dari pihak lain.

Perkembangan-perkembangan intelektual menghasilkan proposisi modernis yang lebih lanjut, bahwa islam telah menghasilkan suatu

14

Sholihan,Modernitas Postmodernitas Agama, (Semarang : Walisongo Press, 2008), h.53.

15


(44)

32

peradaban yang progresif dan dalam kenyataannya telah menjadi instrumen dalam mengeluarkan abad moderen dari kegelapan masa

purba.16

Islam Moderat merupakan golongan agama yang mampu membuat sebuah perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Yang dalam ajarannya sangat bertentangan dengan islam radikal dan liberal.

Ilmu pengetahuan dan teknologi dari Barat merupakan tuntutan mutlak bagi kaum modernis Muslim. Dan tampaknya tuntutan ini sudak banyak menampakkan hasilnya. Dan secara perlahan kaum muslim bangkit dan semakin mendapatkan posisi di negara mereka masing-masing, termasuk

di Indonesia.17

Menyadari bahwa sebuah peradaban adalah perkembangan jaman dan merupakan proses sebuah pelajaran, dan harus disadari pula bahawa islam tidak berada lagi pada jaman yang terdahulu. Maka islam harus mampu mengikuti dan menyeimbangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga akan tercipta kehidupan yang harmonis yang mampu menciptakan perdamaian dunia. Dan yang terpenting adalah terciptanya kehidupan yang di inginkan oleh seluruh umat manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak.

16

Fazlur Rahman, Islam, (Bandung : Pustaka, 1997), h.322.

17


(45)

33

3. Dakwah Moderat alaNahdlatul Ulama’

Ahlussunah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten jejak langkah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW dan membelanya. Diantara mereka ada yang disebut salaf, yakni generasi awal mulai dari sahabat, tabiin, dan tabiin-tabiin, dan ada juga yang disebut kholaf, yaitu generasi yang datang kemudian. Golongan ini adalah mayoritas umat islam.

Dalam kajian ilmu kalam, istilah ahlussunah wal jama’ah banyak dipakai

sejak masa sahabat, sampai generasi berikutnya.18 Dan salah satu pengikut

aliran ahlussunah wal jama’ah adalah Nahdlatul Ulama, dalam muktamar NU

di Situbondo Jawa Timur 1984, dirumuskan watak dan karakter NU sebagai

organisasi (jam’iyah) dan komunitas NU (jama’ah), mempunyai sikap dan

kemasyarakatan dan budaya (sosio-kultural) yang tawassuth (tengah-tengah

atau adil),tasamuh(toleran) dantawazun(seimbang).19

Selain itu, para ulama senantiasa mengingatkan kepada semua pihak, khususnya warga NU, agar mengembangkan paham dan sikap keagamaan

yang moderat. Hal ini tertera dalam metodologi pemikiran (manhaj fikr),

yang disahkan para ulama. Dalam keberagaman, seluruh warga NU harus

mengutamakan sikap moderat (al-tawasuth), keseimbangan (al-tawazun), dan

toleransi (al-tasamuh).20

18

Muhammad Tholhah Hasan,Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta : Lantabora Press, 2005). hh 3-4.

19

Ibid,Kata pengantar

20


(46)

34

Dengan demikian, NU bukanlah organisasi yang mengedepankan radikalisme dan ekstremisme dalam melakukan misis dan program dakwah. Dalam pemikiran, NU selalu mengedepankan dialog dan penalaran keagamaan berdasarkan khazanah keislaman yang tersedia dalam tradisi

Islam.21 NU yang berpegang teguh pada salah satu dari empat madzab, yaitu

Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Abu Hanifah, dan Ahmad Bin Hambal,

dan NU yang berdiri di Surabaya pada 31 Januari 1926 dalam rapat alim ulama yang diselenggarakan untuk memebentuk sebuah organisasi dan untuk mengirim utusan ke muktamar islam di Makkah dengan tugas

memperjuangkan hukum-hukum ibadah empat madzhab tersebut.22

Modernitas atau kemoderenan atau sikap moderen yang tampaknya hanya mengandung kegunaan praktis yang langsung, tapi pada hakekatnya mengandung arti yang mendalam lagi, yaitu pendekatan kepada kebenaran

yang mutlak, kepada Allah SWT.23

4. Pengertian Majalah

Majalah secara harfiah dalam bahasa Inggris berarti magazine. Majalah

diartikan sebagai publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat

artikel-artikel dari berbagai penulis.24

21

Muhammad Muhibbuddin, Pertahankan Basis Islam sebagai Moderat, (Surya : 31 Januari 2007), h.29

22

M. Sholikhin,Sejarah Peradaban Islam, (Semarang : Rasail, 2005), h.162.

23

Ibid, h.175.

24


(47)

35

Media massa seperti halnya majalah adalah suatu sumber yang dapat menyalurkan informasi serta menambah wawasan pengetahuan masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Salah satu fungsi majalah ialah sebagai sarana

pendidikan (mass education). Majalah memuat tulisan yang mengandung

pengetahuan sehingga khalayak pembaca akan bertambah pengetahuannya.25

Di samping itu pula, sebagai bagian dari pers, maka majalah akan memiliki fungsi yang sama dengan yang dimiliki oleh pers. fungsi-fungsi tersebut antara lain:

1. Fungsi menyiarkan (to inform).

2. Fungsi mendidik (to educate).

3. Fungsi menghibur (to entertain).

4. Dan fungsi mempengaruhi (to influence).26

Berdasarkan pemuatan tulisan-tulisan dalam majalah yang ditulis secara lebih luas, terperinci dan mendalam, maka tak salah bila pembacapun akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan lebih banyak lagi mengenai suatu hal, dan pemahaman pembaca terhadap sesuatu masalahpun tentunya bisa lebih mendalam lagi karena dalam menggunakan majalah pembaca tidak dikejar oleh waktu seperti halnya menggunakan media radio atau televisi sehingga dalam menyerap tulisan-tulisan yang di muat dalam majalah bisa secara perlahan dan teliti.

25

Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,1993), h.93.

26

Onong Uchjana Effendy,Imu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1985), h.193.


(48)

36

Dalam situasi dan kondisi kehidupan masyarakat modern, peranan majalah sebagai media komunikasi yang banyak di pergunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya semakin terasa penting. Dalam hal ini ada beberapa peranan utama majalah seperti yang disebutkan oleh Peterson, yaitu:

1. Membantu perkembangan perubahan-perubahan sosial dan politik.

2. Menafsirkan persoalan-persoalan dari kejadian-kejadian dan

menjadikannya sebagai pandangan nasional.

3. Membantu perkembangan suatu pengertian nasional dalam masyarakat. 4. Memberikan hiburan yang murah kepada jutaan orang.

5. Menjadi penyuluh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

6. Menjadi pendidik pada warisan-warisan kebudayaan manusia, melalui tulisan serta perhatian terhadap seni, juga mengenai tokoh-tokoh

masyarakat.27

Agar suatu majalah dapat dirasakan manfaatnya dan bernilai bagi para pembacanya, maka dalam pelaksanaannya diperlukan keahlian dari pengelola penerbitan majalah tersebut terutama para penulisnya, sebab isi dari majalah itu dapat menentukan karakter dan impactnya.

Menurut F. Frazier Bond, majalah dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu :

1. Majalah Umum

27

Ericson Damanik,Pengertian Majalah Menurut Para Ahli

(xerma.blogspot.co.id/2013/08/pengertian-majalah-menurut-para-ahli.html?m=1), diakses 7 April 2016 11.47.


(49)

37

Adalah majalah yang menggunakan persoalan-persoalan yang mempunyai arti penting bagi orang banyak. Menyangkut soal politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang meliputi kebutuhan manusia dalam masyarakat.

2. Majalah Khusus

Adalah majalah yang mengemukakan masalah pertanian,

ekonomi, teknik, ilmu pengetahuan dan lain-lain.28

Bentuk-bentuk majalah, antara lain: 1. Majalah bergambar

Yaitu bentuk majalah yang memuat reportase berdasarkan gambar-gambar suatu peristiwa atau suatu karangan khusus berisikan foto-foto.

2. Majalah anak-anak

Yaitu bentuk majalah khusus mengenai dunia anak-anak. 3. Majalah berita

Yakni majalah berkala mingguan yang menjadikan berita-berita dengan suatu gaya tulisan khas dilengkapi dengan foto-foto dan gambar.

4. Majalah budaya

28


(50)

38

Yakni penerbitan pers mengkhususkan isinya dengan masalah kebudayaan dan diterbitkan setiap minggu, bulan ataupun secara berkala.

5. Majalah bulanan

Yakni bentuk majalah yang terbit secara berkala memuat keterangan-keterangan ringan, cerita pendek, cerita bergambar dan lain sebagainya.

6. Majalah ilmiah

Yakni bentuk majalah terbit secara berkala khusus berisi mengenai suatu bidang ilmu misalnya teknik radio, elektronika, hukum dan lain-lain.

7. Majalah keagamaan

Yakni bentuk majalah yang isinya khusus mengenai majalah agama, juga mengenai pendidikan kekeluargaan dan lain-lain. 8. Majalah keluarga

Yakni bentuk majalah yang memuat karangan-karangan untuk seluruh keluarga, dari yang ringan bacaan anak-anak sampai kepada rumah tangga.

9. Majalah khas

Yakni bentuk majalah setengan bulanan, yang isinya khusus mengenai berbagai macam bidang profesi, ada majalah khusus


(51)

39

mengenai ilmu-ilmu sosial, kedokteran, industri, keagamaan, bisnis, fotografi, filateli dan lain-lain.

10. Majalah mode

Yakni majalah yang diterbitkan bulanan atau setengah bulanan yang berisikan mode dan dilampiri lembaran berisikan pola pakaian.

11. Majalah perusahaan

Yakni majalah (surat kabar) yang diterbitkan secara teratur oleh suatu perusahaan berisikan berita-berita atau berisi informasi mengenai kepegawaian, karyawan, kebijaksanaan dan produksi perusahaan.

12. Majalah remaja

Yakni majalah yang mengkhususkan isinya mengenai masalah remaja.

13. Majalah sari tulisan

Yakni bentuk penerbitan dengan format khusus yang berisikan ringkasan karangan dari berbagai tulisan.

14. Majalah sastra

Yakni bentuk majalah khas yang terbit secara berkala dengan isinya khusus membicarakan masalah-masalah kesusastraan dan resensi buku-buku (novel) kontemporer atau kegiatan dalam bidang saastra.


(52)

40

15. Majalah wanita

Yakni majalah yang berisikan karangan-karangan khusus mengenai dunia wanita, dari masalah-masalah mode, resep

masakan, kekeluargaan dan juga yang dihiasi dengan foto-foto.29

Selain ditinjau dari jenis dan bentuknya, macam-macam majalah ditentukan pula menurut waktu penerbitannya, yaitu:

1. Majalah mingguan

Yaitu majalah yang terbit satu minggu sekali, misalnya majalah Hai dan Gadis.

2. Majalah dwi mingguan

Yaitu majalah yang terbit dua minggu sekali, misal majalah Kartini dan Femina.

3. Majalah bulanan

Yaitu majalah yang terbit satu bulan sekali, misal Ottosport, Mobil majalah fotografi.

4. Majalah kwartalan

Yaitu majalah yang terbit setiap empat bulan sekali, misal lapan dan industry.

5. Majalah Sebagai Media Dakwah

Majalah juga memiliki kekuatan pengaruh sebagaimana surat kabar. Klasifikasi Majalah dibagi ke dalam lima kategori utama, yakni:

29


(53)

41

1) General consumer magazine(majalah konsumen umum). 2) Business publication (majalah bisnis).

3) Literacy reviews and academic journal (kritik sastra dan majalah ilmiah), yaitu terbitan berkala yang berisi kajian-kajian ilmiah yang spesifik dan dalam bidang tertentu.

4) Newsletter(majalah khusus terbitan berkala). 5) Public Relaitions Magazines(Majalah Humas).30

Tipe majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya. Ada majalah berita, keluarga, wanita, pria, remaja wanita, remaja pria, anak-anak, ilmiah popular, umum, hukum, pertanian, humor, olahraga, daerah. Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya dibanding surat kabar. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri: penyajian lebih dalam, nilai aktualitas lebih

lama, gambar atau foto lebih banyak, dan cover atau sampul sebagai daya

tarik.31

Saat ini telah banyak majalah yang secara khusus menyatakan sebagai majalah dakwah Islam. Penulis keagamaan juga bisa memanfaatkan majalah

30

Moh. Ali Aziz,Ilmu Dakwah,(Jakarta: Kencana, 2009), hh. 416-417.

31


(54)

42

non-dakwah untuk mempublikasikan tulisannya asalkan disesuaikan dengan

spesifikasi majalah yang bersangkutan.32

Menulis pesan dakwah di majalah juga tidak terlepas dari visi redakturnya. Islam dapat dilihat dari sudut pandang mana pun dan bisa dikaji dengan pendekatan apapun. Pandangan dan pendekatan sebuah majalah atau jurnal

harus terlebih dahulu dipelajari oleh penulis keagamaan.33

6. Pondok Pesantren

Menurut pendapat para ilmuwan, istilah pondok pesantren adalah merupakan dua istilah yang mengandung satu arti. Orang Jawa menyebutnya pondok atau pesantren. Sering pula menyebut sebagai pondok pesantren. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat

tinggal yang terbuat dari bambu atau barangkali berasal dari bahasa Arab “funduq”

artinya asrama besar yang disediakan untuk persinggahan.

Jadi pesantren secara etimologi berasal dari kata santri yang mendapat awala

pe- dan akhiran -an sehingga menjadi pe-santria-an yang bermakna kata “shastri”

yang artinya murid. Sedang C.C. Berg. berpendapat bahwa istilah pesantren berasal

dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci

agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab-kitab suci agama Hindu. Kata shastri

32

Moh Ali Aziz,Ibid,h. 417.

33


(1)

114

diamati dengan melihat nilai signifikansi pada signifikansi uji t. Dikatakan berpengaruh signifikan apabila nilai signifikannya < 0,05.26 Nilai

signifikansi t dalam uji analisis regresi linier sederhana dalam penelitian ini sebesar 0,000 yang artinya jauh lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa majalah Aula berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman dakwah Moderat NU. Tanda positif dalam taraf signifikansi tersebut menunjukkan bahwa majalah Aula mempunyai pengaruh positif terhadap pemahaman dakwah moderat NU Pondok Pesantren Miftachus Sunnah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa majalah Aula mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemahaman dakwah moderat NU Pondok Pesantren Miftachus Sunnah.

✎6


(2)

115 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang peran majalah Aula terhadap pemahaman dakwah moderat Nahdlatul Ulama Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Jalan Kedung Tarukan nomor 100 Surabaya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel majalah Aula berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel pemahaman dakwah moderat NU pondok pesantren Miftachus Sunnah. Berdasarkan uji hipotesis dalam uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai ini menunjukkan peran majalah Aula berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman dakwah moderat NU. Hal tersebut membuktikan bahwa majalah Aula sebagai faktor untuk mendorong warga Pondok Pesantren Miftachus Sunnah memahami dakwah moderat NU.

2. Berdasarkan pada hasil analisis regresi yang telah dilakukan pada penelitian ini, nilai koefisien determinasi atau R square sebesar 0,657 menunjukkan bahwa peran majalah Aula terhadap pemahan dakwah moderat NU Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Jalan Kedung Tarukan 100, Surabaya sebesar 65,7% variabel pemahaman dakwah moderat NU dipengaruhi oleh variabel majalah Aula, sisanya 34,4% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Di samping itu, dari analisis regresi linier sederhana juga didapat persamaan regresi sebagai berikut :


(3)

116

Y=3,874 + 0,850X

Atau dengan kata lain, pemahaman dakwah moderat NU = 3,874 + 0,850 peran majalah Aula. Konstanta sebesar 3,874 menyatakan bahwa jika tidak ada peran majalah Aula atau bernilai 0, maka pemahaman dakwah moderat NU adalah 3,874. Koefisien regresi sebesar 0,850 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif (+)) 1 skor peran majalah Aula akan meningkatkan pemahaman dakwah moderat NU sebesar 0,850.

3. Berdasarkan pada besarnya peran majalah Aula terhadap pemahaman dakwah moderat NU menandakan bahwa faktor majalah Aula masih cukup kuat untuk memprediksi pemahaman dakwah moderat NU. Sedangkan faktor-faktor lain mungkin juga dapat memprediksi pemahaman dakwah moderat NU.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian sebagai berikut :

1. Saran Untuk Pondok Pesantren

a. Pondok pesantren dalam hal ini Miftachus Sunnah harus menjaga kebenaran penerapan nilai-nilai Islam dalam operasional kegiatan pondok pesantren demi menjaga agar ajaran radikalisme tidak bersarang pada warganya baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Pondok pesantren Miftachus Sunnah dapat menciptakan strategi pengembangan dengan mempertimbangkan faktor kognitif warganya


(4)

117

khususnya santri agar mampu meningkatkan daya saing dan potensi santri bagi perkembangan keilmuan di Indonesia.

2. Saran Untuk Penelitian Mendatang

a. Untuk penelitian dengan variabel yang sama dengan penelitian ini, diharapkan untuk meneliti pada pondok pesantren selain aliran nahdlatul ulama.

b. Penelitian ini hanya memfokuskan pada kajian 1 variabel, yaitu variabel pemahaman dakwah moderat NU terhadap peran majalah Aula, masih terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhinya. Penambahan variabel atau indikator baru perlu dilakukan dalam penelitian yang akan datang agar dapat menghasilkan gambaran yang lebih luas tentang masalah penelitian yang sedang diteliti.

c. Diharapkan pada penelitian yang akan datang jumlah sampel yang digunakan bisa lebih banyak dan lebih spesifik pada karakteristik sampel yang diteliti. Dengan sampel yang lebih banyak dan spesifik, maka hasil analisis dari penelitian yang didapatkan akan lebih akurat dan lebih optimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S., & Novia, B. L. (2008). Peran Serta Keluarga Pada Lansia Yang Mengalami Post Power Syndrome. Jurnal Media Ners, 2(1), 23-31.

Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.

As’ad, M. (2004). Sari Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri. Liberty: Yogyakarta.

Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Badan Kepegawaian Negara. (2010). Pemberhentian PNS. www.bkn.go.id (diakses

tanggal 31 Mei 2016.

Badan Kepegawaian Negara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. www.bkn.go.id (diakses tanggal 31 Mei 2016.

Brajsa-Zganec, A., dkk. (2011). Quality of Life and Leisure Activities: How do Leisure Activities Contribute to Subjective Well-Being?. Social Indicators Research, 102, 81-91.

Departemen Agama RI. (2005). Al-qur’an dan Terjemahnya. J-ART: Bandung. Dave, D., dkk. (2008). The Effects of Retirement on Physical and Mental Health

Outcomes. Southern Economic Journal, 75(2), 497-523.

Hadi, Sutrisno. (1991). Metodologi Research. Andi Offset: Yogyakarta.

Hartanti, N. (2002). Post Power Syndrome sebagai Gangguan Mental pada Masa Pensiun. Tazkia Jurnal Psikologi Berbasis Keilmuan.

Hidayati, Desiana. (2012). Aktivitas Waktu Luang (Leisure) Anak Jalanan Di Sekitar Simpang Lima Kota Semarang (Studi Anak Jalanan Binaan Yayasan Setara). Journal of Non Formal Education and Community Empowerment, 1(2), 7-16.

Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Erlangga: Jakarta.

Indriana, Yeniar. (2012). Gerontologi dan Progeria. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Iswanti, S., dkk. 2014. Pengembangan Materi Pelatihan Menghadapi Pensiun Bagi

Karyawan Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Penelitian Humaniora, 19(1), 96-103.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

Kartono, K. (1997). Patologi Sosial 3 Gangguan-Gangguan Kejiwaan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Kartono, K. (2000). Hygiene Mental. Mandar Maju: Bandung.

Leversen, I., dkk. (2012). Basic Psychological Need Satisfaction in Leisure

Activities and Adolescents’ Life Satisfaction. Journal Youth Adolescence, 41: 1588-1599.

Lilik, M. A. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Manullang, M. (2008). Manajemen Personalia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Maramis, W. F. (1995). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya.

Mary, A. T., dkk. (2008). The Effects of Retirement Expectations and Social Support on Post-Retirement Adjustment. Journal of Managerial Psychology, 23(4), 458-470.

Muhid, Abdul. (2012). Analisis Statistik 5 Langkah Praktis Analisis Statistik Dengan SPSS for Windows. Zifatama: Surabaya.

Muji, T. I., & Ria, A. (2012). Hubungan Self Efficacy Dan Post Power Syndrome Pada Masa Pensiun. Universitas Muhamadiyah Malang, 524-542.

Mukhlis, A. (2015). Leisure activity, Keluar dari Rutinitas dan Psikologi Positif. www.kompasiana.com (diakses 04 April 2016).

Nurina, H. S. (2007). Perencanaan dan Persiapan Menghadapi Pensiun. WARTA, 10(1), 96-109.

Santrock, John W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, jilid II. Erlangga: Jakarta.

Setiati, E., dkk. (2006). Ketika Pensiun Tiba. Wijayata Media Utama: Jakarta. Simone, S., dkk. (2011). Leisure Activities and Retirement: do Structures of

Inequality Change in Old Age?. Ageing & Society, 31: 146-172.

Suardiman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Sukadji, Soetarlinah. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. LPSP3 UI: Depok.

Tabrani, RAB. (1995). Masa Tua yang Berguna dan Sejahtera. Arcan: Jakarta. Verghese, J., dkk. (2003). Leisure Activities and the Risk of Dementia in the

Elderly. Journal of Medicine. 348: 2508-2516.